Anda di halaman 1dari 52

PROPOSAL TUGAS AKHIR

TINGKAT MOTIVASI PEKEBUN PADA


BUDIDAYA KOPI LIBERIKA (Coffea liberica)
SECARA AGROFORESTRY SEDERHANA DI
KECAMATAN BETARA KABUPATEN TANJUNG
JABUNG BARAT

OLEH :
LUKMAN HADI WIBOWO
01.4.3.17.0481

PROGRAM STUDI PENYULUHAN PERKEBUNAN PRESISI


JURUSAN PERKEBUNAN
POLITEKNIK PEMBANGUNAN PERTANIAN MEDAN
KEMENTERIAN PERTANIAN
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadiran Tuhan Yang Maha Esa, atas berkah dan rahmat-Nya
penulis dapat menyelesaikan Proposal Tugas Akhir (TA) dengan judul “Tingkat
Motivasi Pekebun Pada Budidaya Kopi Liberika (Coffea Liberica) Secara
Agroforestry Sedehana Di Kecamatan Betara Kabupaten Tanjung Jabung Barat”
tepat pada waktunya.

Proposal Tugas Akhir (TA) dibuat sebagai salah satu syarat untuk
melakukan kegiatan penelitian untuk meperoleh gelar Sarjana Terapan
Pertaniaan. Penulis mengucapkan terimakasih kepada berbagai pihak yang telah
membantu dan berkontribusi dalam penulisan Prosoal Tugas Akhir (TA) ini.
Untuk itu penulis menyampaikan ungkapan terimakasih kepada :
1. Ir. Yuliana Kansrini, M.Si, selaku Direktur Politeknik Pembangunan
Pertanian Medan.
2. Dr. Iman Arman, SP, MM, selaku Ketua Jurusan Perkebunan Politeknik
Pembangunan Pertanian Medan dan Ketua Program Studi Penyuluhan
Perkebunan Presisi.
3. Dr. Linda Tri Wira Astuti, SP, MP, selaku Dosen Pembimbing I.

4. Mawar Indah Perangin-angin, STP, M.Si, selaku Dosen Pembimbing II.

5. Panitia Pelaksana Tugas Akhir Politeknik Pembangunan Pertanian Medan.

6. Semua pihak yang membantu dalam penyusunan proposal tugas akhir ini.

Penulis menyadari proposal ini masih terdapat kekurangan, untuk itu penulis
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari rekan-rekan pembaca.
Demikian penyusunan Proposal Tugas Akhir (TA) ini, kiranya dapat bermanfaat
bagi penulis dan pembaca.
Betara, Maret 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................... i


DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii
DAFTAR TABEL ................................................................................................. iii
DAFTAR GAMBAR.............................................................................................. iv
I. PENDAHULUAN............................................................................................. 1
A. Latar Belakang .............................................................................................1
B. Identifikasi Masalah.....................................................................................3
C. Tujuan ......................................................................................................... 3
D. Kegunaan .................................................................................................... 4
II. TINAJUAN PUSTAKA ................................................................................. 5
A. Kajian Teoritis ............................................................................................. 5
B. Hail Pengkajian Terdahulu ......................................................................... 15
C. Kerangka Pikir ............................................................................................ 19
D. Hipotesis ...................................................................................................... 21
III. METODEPELAKSANAAN......................................................................... 22
A. Waktu dan Tempat ...................................................................................... 22
B. Jenis Penelitian 22
............................................................................................
C. Batasan Operasional .................................................................................... 23
D. Teknik Pengumpulan Data............................................................................ 32
E. Teknik Analisis Data ................................................................................... 36
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................
LAMPIRAN............................................................................................................

ii
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Data Luas Lahan Kebun Kopi Liberika di Kecamatan Betara dari
Tahun 2016-2020................................................................................. 2

Tabel 2. Tabel Kajian Terdahulu....................................................................... 15

Tabel 3. Pengukuran Variabel Faktor yang Berhubungan dengan Tingkat


Motivasi Pekebun ................................................................................ 25

Tabel 4. Pengukuran Variabel Tingkat Motivasi Pekebun................................. 27

Tabel 5. Jumlah Populasi Pengkajian di Kecamatan Betara Kabupaten


Tanjung Jabung Barat........................................................................... 29

iii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Kerangka Pikir Tingkat Motivasi Pekebun Dalam Menerapkan


Sistem Agrofoersty Pada Budidaya Tanaman Kopi Liberika
(Coffea Liberica) .............................................................................. 20

Gambar 2. Garis Kontinum Tingkat Motivasi Pekebun Pada Budi Daya Kopi
Liberika Secara Agroforestry Sederhana di Kecamatan Betara
Kabupaten Tanjung Jabung Barat .................................................... 39

iv
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Di Indonesi tanaman kopi menjadi salah satu komoditas perkebunan yang
diunggulkan. Kopi menjadi salah satu sumber meningkatnya nilai devisa negara
dari kegiatan ekspor biji kopi maupun produk turunnanya. Kondisi geografis
Indonesia yang sangat mendukung menjadikan tanaman kopi tumbuh dengan
baik dan subur.
Salah satu jenis kopi yang dibudidayakan oleh masyarakat ialah jenis kopi
liberika ( Coffea liberica). Kopi liberika menjadi salah satu komoditas perkebunan
yang dibudidayakan di Provinsi Jambi tepatnya di Kabupaten Tanjung Jabung
Barat. Kopi liberika yang berada di kabupaten tanjung jabung barat telah
ditetapkan sebagai varietas bina melalui Keputusan Menteri Pertanian Republik
Indonesia No. 4968/Kpts/SR.120/12/2013 tanggal 6 Desember 2013, dengan
nama Libtukom ( Liberika Tungkal Komposit). Kopi liberika dikenal sebagai kopi
khas gambut karena kemampuan untuk bisa beradaptasi dengan baik ditanah
gambut, sementara kopi jenis lain (arabica dan robusta) tidak bisa tumbuh dengan
baik (Hulupi 2014). Menurut Gusfarina (2014), kopi liberika juga toleran terhadap
serangan hama dan penyakit serta tahan terhadap iklim yang panas dan
kelembaban yang tinggi.
Budidaya kopi liberika Di Kabupaten Tanjung Jabung Barat menerapkan pola
budidaya campuran (agroforestry). Kopi liberika tumbuh dengan naungan
tanaman pinang dan kelapa (Nurlia, 2017). Pemanfaatan lahan dengan
menggunakan sistem agroforestry diyakini dapat memberikan berbagai
keuntungan untuk kehidupan masyarakat berupa keuntungan yang bersifat sosial,
ekonomi, lingkungan dan psikologi (Harun, 2011). Potensi lahan gambut sebagai
lahan suboptimal bagi perkebunan sangat terbuka lebar khususnya bagi kopi
Liberika. Pengembangan kopi liberika dengan model agroforestry menjadi upaya
pemanfaatan lahan gambut agar produktif dan berkelanjutan (Mawardhi, 2018).

Salah satu pemarsalahan yang dihadapi dalam budidaya kopi liberika ialah
kecendrungan pekebun yang mulai meninggalkan budidaya kopi liberika. Hal ini
disebabkan karena kurang stabilnya harga jual kopi itu sendiri. Diasamping itu

1
pohon pinang yang dijadikan sebagai pohon penaung memiliki harga jual yang
relatif stabil dan cendrung menunjukan tren kenaikan harga ( Hanif, 2020). Hal
ini juga menjadi salah satu penyebab menurunya luas lahan kebun kopi liberika.
Dari hasil Identifikasi Potensi Wilayah yang dilakukan menunjukan banyak kebun
kopi yang sudah tua dan kurang terawat. Hal ini juga dibenarkan oleh kepala BPP
Betara (Helvi).
Kecamatan betara merupaka sentra budidaya kopi liberika di Kabuapten
Tanjung Jabung Barat. Luas total lahan kebun kopi liberika di Kabupaten Tanjung
Jabung Barat tahun 2020 ialah 2726 ha, sedangkan luas kebun kopi liberika di
Kecamatan Betara 1370 ha. Itu artinya 50% kebun kopi liberika berda di
kecamatan Beatara (Badan Pusat Statistik Tanjung Jabung Barat, 2021).
Tabel 1. Data Luas Lahan Kebun Kopi Liberika di Kecamatan Betara dari Tahun
2016-2020
No Tahun Luas Lahan
1 2016 1492
2 2017 1362
3 2018 1378
4 2019 1370
5 2020 1370
Sumber :Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Tanjung Jabung Barat, 2015-
2021
Dari data luas lahan kopi liberika tahun 2016 sampai tahun 2020 luas
lahan kopi dikecamtan betara cendrung mengalami penurunan. Kecamatan Betara
mengalami penurunan luas lahan kopi liberika seluas 122 ha. Menurunnya luas
lahan kebun kopi liberika akan sangat berpengaruh terhadap terhadap
produktivitas kopi liberika. Penurunan luas lahan kopi liberika sejalan dengan
penurunan pekebun yang membudidayakan kopi liberika. Apabila kecendrungan
penurunan ini tidak dikendalikan, kelestarian kopi liberika akan terancam. Apabila
hal ini terjadi akan menjadi sebuah kerugian mengingat, kopi liberika menjadi
salah satu kekayaan alam yang dimiliki kabupaten tanjung jabung barat dan
memiliki potensi untuk dikembangkan.
Untuk mendorong pekebun agar tetap mau melakukan budidaya kopi
liberika secara agroforestry sederhana dibutuhkan motivasi. Clegg (2001)
mengungkapkan bahwa, motivasi berkenaan dengan memberdayakan seseorang
yaitu suatu dorongan atau rangsangan untuk membangkitkan sesuatu. Sedangkan

2
Hasibuan (2001), mengungkapkan motivasi sebagai pemberian daya penggerak
yang menciptakan kegairahan kerja seseorang, agar mereka mau bekerja sama,
efektif dan terintegrasi dengan segala upayanya untuk mencapai kepuasan.
Dengan adanya motivasi diharapkan dapat meningkatkan minat pekebun untuk
mengembang usha tani budidaya kopi liberika secara Agroforestry sederhana.
Sehingga ancaman kelestarian kopi liberika sebagai kekayaan alam Kabupaten
Tanjung Jabung Barat dapat di kendalikan.
Jadi, salah satu upaya untuk menekan penurunan luas lahan kebun kopi
liberika, dibutuhkan motivasi. Dengan adanya motivasi diharapkan akan
memberikan pengaruh terhadap pekebun dalam membudidayakan kopi liberika.
Berdasarkan uaraian latar belakang tersebut, penulis tertarik untuk melakukan
penelitian tentang : “ Tingkat Motivasi Pekebun pada Budidaya Kopi Liberika
(Coffea Liberica) Secara Agrofoerstry Sederhana Di Kecamatan Betara
Kabupaten Tanjung Jabung Barat”

B. Identifikasi Masalah
Adapun identifikasi masalah yang diambil pada penelitian ini adalah sebagai
berikut :
1. Bagaimana tingkat motivasi pekebun pada budidaya kopi liberika (Coffea
liberica) secara agroforestry sederhana di Kecamatan Betara Kabupaten
Tanjung Jabung Barat.
2. Apa saja faktor faktor yang mempengaruhi motivasi pekebun pada budidaya
kopi liberika (Coffea liberica) secara agroforestry sederhana di Kabupaten
Tanjung Jabung Barat.

C. Tujuan
Adapun tujuan dari kegiatan penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui tingkat motivasi pekebun pada budidaya kopi liberika
(Coffea liberica) secara agroforestry sederhana di Kabupaten Tanjung
Jabung Barat.
2. Untuk mengetahui faktor faktor yang dapat mempengaruhi motivasi pekebun
pada budidaya kopi liberika ( Coffea liberica) secara agroforestry sederhana
di Kabupaten Tanjung Jabung Barat”Jabung Barat.

3
D. Kegunaan
Adapun kegunaan dari kegiatan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagi penulis, hasil pengkajian ini sangat bermanfaat untuk menambah
wawasan ilmu pengetahuan serta merupakan salah satu syarat memperoleh
gelar Sarjana Terapan Pertanian di Politeknik Pembangunan Pertanian
Medan.
2. Bagi pemerintah dan instansi terkait, diharapkan dapat menjadi informasi dan
suatu bahan landasan untuk menentukan kebijakan terkait dengan penerapan
sistem aagroforestry di Kecamatan Betra.
3. Bagi petani di dapat meberikan solusi dalam pemanfaatan lahan secara
optimal di Kecamatan Betara.

4
II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teoritis

1. Motivasi
a. Pengertian Motivasi
Istilah motivasi berasal dari bahasa latin movere, yang berarti bergerak.
Mempelajari motivasi, sasarannya adalah mempelajari penyebab atau alasan yang
membuat kita melakukan apa yang kita lakukan. Motivasi merujuk pada suatu
proses dalam diri manusia yang menyebabkannya bergerak menuju tujuan, atau
bergerak menjauhi situasi yang tidak menyenangkan (Wade dan Carol, 2007).

Menurut Winardi (2004), motivasi adalah suatu kekuatan potensial yang ada
di dalam diri seorang manusia, yang dapat dikembangkannya sendiri atau
dikembangkan oleh sejumlah kekuatan luar yang pada intinya berkisar sekitar
imbalan moneter dan imbalan non moneter, yang dapat mempengaruhi hal
kinerjanya secara positif atau secara negatif, hal mana tergantung pada situasi dan
kondisi yang ada dihadapi orang yang bersangkutan.

Pada dasarnya motivasi dapat diartikan sebagai dorongan dalam bertindak


yang timbul dari diri manusia itu sendiri untuk memenuhi kebutuhannya. Jadi
motivasi dipengaruhi oleh faktor kebutuhan dan tujuan yang ingin dicapai.
Motivasi ini akan menimbulkan perbedaan antar individu yang satu dengan yang
lainnya disebabkan oleh adanya tujuan masing-masing anggota untuk bekerja
(Hendarto, 2012 dalam Kusuma, 2014).

Motivasi berkenaan dengan member seseorang yaitu suatu dorongan atau


rangsangan untuk membangkitkan sesuatu (Clegg, 2001). Dorongan adalah suatu
keadaan yang timbul sebagai hasil dari beberapa kebutuhan biologis seperti
kebutuhan akan makan, air, seks atau menghindari sakit. Semakin besar energi
yang dicurahkan untuk bekerja maka orang tersebut mempunyai motivasi yang
tinggi (Mulyana, 2002). Sedangkan menurut Hasibuan (2001), mendefinisikan
motivasi adalah pemberian daya penggerak yang menciptakan kegairahan kerja
seseorang, agar mereka mau bekerja sama, efektif dan terintegrasi dengan segala
upayanya untuk mencapai kepuasan.

5
Sedangkan menurut Maslow (2010), motivasi didasari oleh kebutuhan
seseorang. Teori Hierarki Kebutuhan Maslow (Maslow’s Need Hierarchy Theory)
merupakan teori yang banyak dianut orang. Teori ini beranggapan bahwa tindakan
manusia pada hakikatnya adalah untuk memenuhi kebutuhan.
Adapun hierarki kebutuhan menurut Maslow adalah sebagai berikut :
Kebutuhan fisiologis (Physiology Needs), adalah kebutuhan yang paling utama
yaitu kebutuhan untuk mempertahankan hidup seperti makan, minum, tempat
tinggal dan bebas dari penyakit. Selama kebutuhan ini belum terpenuhi maka
manusia tidak akan tenang dan dia akan berusaha untuk memenuhinya. Kebutuhan
dan kepuasan biologis ini akan terpenuhi.
1) Kebutuhan keselamatan dan keamanan (Safety and security Needs), yaitu
kebutuhan akan kebebasan dari ancaman jiwa dan harta, baik di lingkungan
tempat tinggal mapun tempat kerja. Merupakan tangga kedua dalam susunan
kebutuhan.
2) Kebutuhan sosial (Affiliation or acceptance Needs), yaitu kebutuhan akan
perasaan untuk diterima oleh orang lain di lingkungan tempat tinggal dan
tempat kerja, kebutuhan akan dihormati, kebutuhan akan perasaan maju dan
tidak gagal, kebutuhan akan ikut serta.
3) Kebutuhan akan penghargaan (Esteem or Status Needs), yaitu kebutuhan akan
penghargaan diri atau penghargaan prestise dari orang lain.
4) Kebutuhan aktualisasi diri (Self Actualization Needs), yaitu realisasi lengkap
potensi seorang secara penuh. Untuk pemenuhan kebutuhan ini biasanya
seorang bertindak bukan atas dorongan orang lain, tetapi atas kesadaran dan
keinginan diri sendiri.
Maslow selanjutnya menegaskan bahwa kebutuhan yang diinginkan
seseorang itu berjenjang, artinya jika kebutuhan yang pertama terpenuhi,
kebutuhan tingkat kedua akan muncul menjadi yang utama. Selanjutnya jika
kebutuhan tingkat kedua telah terpenuhi, muncul kebutuhan tingkat ketiga dan
seterusnya sampai kebutuhan tingkat kelima.

6
b. Jenis – Jenis Motivasi
Suprayitno (2012) dalam Ruhimat (2015) menyatakan bahwa motivasi
digolongkan atas 3 (tiga) jenis, yaitu motivasi ekonomi, motivasi sosial, dan
motivasi ekologi.
1) Motivasi ekonomi
Tingkat kemauan yang mendorong petani untuk memenuhi kebutuhan
ekonominya. Hal tersebut dilatar belakangi oleh keinginan untuk menambah
penghasilan/pendapatan rumah tangga.
2) Motivasi sosial
Tingkat kemauan yang mendorong petani untuk berperan-serta secara aktif
untuk mendapatkan kepercayaan dan pengakuan dari lingkungan sekitarnya.
Keinginan tersebut dilatar belakangi oleh faktor historis masyarakat setempat.
3) Motivasi Ekologi
Tingkat kemauan yang mendorong petani untuk berperan-serta secara aktif
untuk menjaga kelestarian lingkungan hidup. Hal tersebut dilakukan karna
adanya manfaat yang diterma bagi kehidupan petani serta hubungan
keberlangsungan atas kegiatan usha tani yang dilakukan.
c. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Motivasi
Gerungan (2004), menyatakan bahwa faktor yang menggerakkan seseorang
itu dipengaruhi oleh beberapa hal yakni baik yang datang dari dalam (intern)
maupun dari luar (ekstern). Motivasi internal merupakan kekuatan yang
mendorong individu untuk melakukan kegiatan tertentu yang didasarkan pada
keinginan dan kebutuhan individu itu sendiri. Sedangkan motivasi eksternal
adalah motivasi yang timbul karena adanya dorongan atau pengaruh dari pihak –
pihak luar. Dorongan yang dimaksud merupakan keadaan ketidakseimbangan
dalam diri seseorang karena pengaruh dari dalam maupun dari luar yang dapat
terbentuk secara personal, sosial, dan kelompok.
Dalam penelitian yang dilakukan Nurdina (2015), mengungkapkan faktor
internal dan faktor eksternal yang mempengaruhi motivasi petani, diantaranya
sebagai berikut:

7
1) Faktor internal
Faktor internal merupakan faktor yang berasal dari dalam individu seseorang.
a) Umur
Usia petani adalah salah satu faktor yang berkaitan erat dengan
kemampuan kerja dalam melaksanakan kegiatan usahatani, umur dapat
dijadikan sebagai tolak ukur dalam melihat aktivitas seseorang dalam
bekerja dimana dengan kondisi umur yang masih produktif maka
kemungkinan besar seseorang dapat bekerja dengan baik dan maksimal
(Hasyim, 2003).
b) Pendapatan
Pendapatan petani adalah salah satu tolak ukur yang diperoleh petani dari
usahatani yang dilakukan. Dalam analisis usahatani, pendapatan yang
diperoleh oleh petani adalah sebagai indikator yang sangat penting karena
merupakan sumber pokok dalam memenuhi kebutuhan pokok sehari-hari.
Pendapatan merupakan timbal balik jasa pengolahan lahan, tenaga kerja,
modal yang dimiliki petani untuk usahanya. Kesejahteraan petani dapat
meningkat apabila pendapatan petani lebih besar daripada pengeluarannya,
tetapi diimbangi jumlah produksi yang tinggi dan harga yang baik
(Hernanto, 2009).
c) Pengalaman petani
Menurut Soekartawi (2003), pengalaman seseorang dalam berusahatani
berpengaruh dalam menerima inovasi dari luar. Petani yang sudah lama
betani akan lebih mudah menerapkan inovasi daripada petani pemula atau
petani baru. Petani yang sudah lama berusahatani akan lebih mudah
menerapkan anjuran penyuluhan demikian dengan penerapan teknologi.
Sedangkan Mubyarto (2000) menjelaskan bahwa pengalaman dan
kemampuan bertani yang telah dimiliki sejak lama merupakan cara hidup
(way of life) yang memberikan keuntungan petani.
d) Pendidikan Formal
Menurut Hasyim (2003), tingkat pendidikan formal yang dimiliki petani
akan menunjukan tingkat pengetahuan serta wawasan yang luas untuk
petani menerapkan apa yang diperolehnya untuk peningkatan

8
usahataninya. Mengenai tingkat pendidikan petani, dimana mereka yang
berpendidikan tinggi relatif lebih cepat dalam melaksanakan adopsi
inovasi.
2) Faktor Eksternal
Faktor ekternal merupakan foktor yang berasal dari luar individu seseorang.
a) Kegiatan Kelompok Tani
Kegiatan penyuluhan pertanian menuntut adanya interaksi secara katif oleh
masing - masing individu guna untuk memecahkan masalah atau bertukar
pendapat.
b) Kegiatan Penyuluhan
Nasution (2005) menjelaskan bahwa penyuluhan merupakan pendidikan
dalam pemecahan masalah yang berorientasi pada tindakan untuk
mengajarkan sesuatu, mendemonstrasikan, memotivasi tetapi tidak
melaksanakan program yang non edukatif. Kegiatan penyuluhan sangat
diperlukan untuk memperlancar pembangunan pertanian. Perubahan
perilaku petani berkaitan erat dengan kehadiran penyuluh dalam
melakukan pendampingan, keterbatasan pendidikan petani menjadi
kendala tersendiri, oleh karena itu kehadiran penyuluh pertanian dirasakan
sangat membantu petani melakuan kegiatannya. Dengan metode
penyuluhan yang diterapkan oleh penyuluh secara terus menerus dapat
menyadarkan petani untuk meninggalkan pola-pola usahatani yang tidak
efisien dan beralih ke pola usahataninyang lebih baik dan modern guna
meningkatkan produktivitas usahataninya (Mardikanto, 2009).
c) Akses Informasi
Macam akses informasi yang diperoleh petani antara lain mengenai
wawasan pertanian, wawasan yang berkaitan tentang hutan rakyat, serta
informasi dalam mendukung usahatani hutan rakyat.

2. Kopi Liberika (Coffea liberica)


a. Klasifikasi dan Morfologi Kopi Liberika (Coffea liberica)
Kopi tergolong pohon dan termasuk dalam famili Rubiaceae. Tumbuhan ini
tumbuhnya tegak, bercabang dan bila dibiarkan tumbuh mencapai 12 m, daunnya

9
bulat telur dengan ujung agak meruncing. Daun tumbuh berhadapan pada batang,
cabang dan ranting-rantingnya (Najiyati dan Danarti, 2007).
Menurut Manastas (2013) kopi Liberika berasal dari Angola dan masuk ke
Indonesia tahun 1965. Beberapa sifat kopi liberika antara lain sebagai berikut :
1) Ukuran daun, cabang, bunga, buah dan pohon lebih besar dari kopi Arabika
dan kopi Robusta.
2) Mempunyai cabang primer yang lebih tahan lama serta dalam satu buku
menghasilkan bungadan buah lebih dari satu kali.
3) Agak peka terhadap penyakit HV.
4) Berbuah sepanjang tahun.
5) Mempunyai ukuran buah yang tidak seragam.
6) Tumbuh baik di daerah dataran rendah. Menurut Tjitrosoepomo (2007)
Klasifikasi dari tanaman kopi Liberika adalah sebagai berikut :
Kingdom :Plantae
Divisi :Spermatophyta
Kelas :Dicotyledoneae
Ordo :Rubiales
Famili :Rubiaceae
Genus :Coffea
Spesies :Coffea liberica
Tanaman kopi mempunyai perakaran yang dangkal dengan akar tunggang
sehingga tidak mudah rebah. Panjang akar tunggang ini 45-50 cm, selain itu
banyak akar cabang samping yang panjangnya 1-2 m horizontal sedalam 30 cm.
Kondisi tanah yang sejuk dan lembap menyebabkan akar cabang dapat
berkembang lebih baik. Apabila kondisi tanah kering dan panas menyebabkan
akar akan berkembang ke bawah (Budiman, 2015).
Najiyati dan Danarti (2007) menyatakan kopi mempunyai sistem
percabangan agak berbeda dengan tanaman lain. Tanaman kopi mempunyai
beberapa jenis cabang dengan sifat dan fungsinya yang berbeda. Cabang
reproduksi adalah cabang yang tumbuhnya tegak dan lurus. Saat masih muda,
cabang ini sering disebut wiwilan. Cabang primer adalah cabang yang tumbuh
pada batang utama atau cabang reproduksi dan berasal dari tunas primer. Cabang

10
sekunder adalah cabang yang tumbuh pada cabang primer dan berasal dari tunas
sekunder. Cabang kipas adalah cabang reproduksi yang tumbuh kuat pada cabang
primer karena pohon sudah tua. Cabang ini terletak di ujung batang dan
pertumbuhannya cepat sehingga mata reproduksi tumbuh pesat menjadi cabang
reproduksi. Cabang pecut adalah cabang kipas yang tidak mampu membentuk
cabang primer meskipun tumbuhnya kuat. Cabang balik adalah cabang reproduksi
yang tumbuh pada cabang primer dan pertumbuhannya menuju ke mahkota tajuk.
Cabang air adalah cabang reproduksi yang tumbuh pesat dengan ruas daun relatif
panjang dan lunak.
Daun kopi berbentuk bulat telur dengan ujungnya yang agak meruncing
sampai bulat. Daun tersebut tumbuh pada batang, cabang dan ranting yang
tersusun berdampingan. Daun yang tumbuhnya pada batang atau cabang-cabang
tegak lurus dan pasangan daun itu berselang seling pada ruas berikutnya.
Sedangkan daun yang tumbuhnya pada ranting atau cabang terletak pada bidang
yang sama tetapi tidak berselang-seling (Budiman, 2015).
Bunga kopi terbentuk pada ketiak-ketiak daun dengan jumlah yang terbatas.
Bunga tersusun dalam kelompok yang terdiri dari 4-6 kuntum bunga. Pada setiap
ketiak daun akan menghasilkan 8-18 kuntum bunga atau setiap buku
menghasilkan 16-36 kuntum bunga (Budiman, 2015). Bunga kopi berukuran kecil
dengan mahkotanya berwarna putih dan berbau harum. Kelopak bunga berwarna
hijau dengan pangkalnya menutupi bakal buah yang mengandung dua bakal biji.
Benang sari terdiri dari 5 -7 tangkai yang berukuran pendek (Najiyati dan Danarti,
2007).
Buah kopi terdiri dari daging buah dan biji. Daging buah terdiri dari tiga
bagian yaitu lapisan kulit luar (eksokarp), lapisan daging buah (mesokarp) dan
lapisan kulit tanduk (endokarp) yang tipis tetapi keras. Pada umumnya buah kopi
mengandung dua butir biji tetapi terkadang hanya mengandung satu butir biji atau
bahkan tidak berbiji karena bakal biji tidak berkembang secara sempurna. Biji
kopi terdiri dari kulit biji dan lembaga (endosperm). Endosperm merupakan
bagian yang dimanfaatkan sebagai bahan untuk membuat minuman kopi
(Najiyati dan Danarti, 2007)

11
b. Syarat Tumbuh Kopi
Faktor lingkungan yang sangat mempengaruhi pertumbuhan tanaman kopi
antara lain ketinggian tempat, curah hujan, sinar matahari, angin dan tanah.
Tanaman kopi menghendaki ketinggian 400-700 mdpl, tetapi beberapa
diantaranya juga masih tumbuh baik pada ketinggian 0–1.000 mdpl. Tanaman
kopi tumbuh optimum di daerah dengan curah hujan 2.000–3.000 mm/tahun.
Namun, tanaman kopi masih tumbuh baik di daerah bercurah hujan 1.300–2.000
mm/tahun (Najiyati dan Danarti, 2007).
Pada umumnya, tanaman kopi tidak menyukai sinar matahari langsung
dalam jumlah banyak tetapi menghendaki sinar matahari teratur. Sinar matahari
berpengaruh terhadap proses pembentukan kuncup bunga. Sinar matahari yang
cukup akan merangsang terbentuknya kuncup bunga. Tanaman kopi menghendaki
sinar matahari dalam jumlah banyak pada awal musim kemarau atau musim hujan
untuk menghasilkan kuncup bunga sehingga perlu dirangsang oleh sinar matahari.
Tanaman kopi sangat membutuhkan tanaman pelindung untuk mengatur
datangnya sinar matahari. Tanaman pelindung ini diatur sehingga tanaman kopi
bisa tumbuh di tempat yang teduh dan mendapatkan sinar matahari yang cukup
(Najiyati dan Danarti, 2007).
Angin berpengaruh terhadap jenis kopi yang self steril. Peranan angin untuk
membantu berpindahnya serbuk sari bunga dari tanaman satu ke putik bunga kopi
yang berbeda klon. Sehingga dengan terjadinya penyerbukan maka akan
menghasilkan buah. Tanaman kopi menghendaki tanah yang gembur, subur dan
kaya bahan organik. Tanaman kopi juga menghendaki tanah yang agak masam
antara pH 4,5 – 6,5 (Najiyati dan Danarti, 2007)

3. Agroforestry
a. Pengertian Agroforestry
Lundgren dan Raintree (1982) dalam Hairiah (2003) mendefinisikan
Agroforestry sebagai istilah kolektif untuk sistem-sistem dan teknologi-teknologi
penggunaan lahan, yang secara terencana dilaksanakan pada satu unit lahan
dengan mengkombinasikan tumbuhan berkayu (pohon, perdu, palem, bambu dan
lainya) dengan tanaman pertanian dan/atau hewan (ternak) dan/atau ikan, yang

12
dilakukan pada waktu yang bersamaan atau bergiliran sehingga terbentuk interaksi
ekologis dan ekonomis antar berbagai komponen yang ada. Agroforestry
merupakan alternatif penggunaan lahan terdiri dari campuran tanaman keras,
tanaman semusim dan ternak. Pengelolaan lahan dengan sistem agroforestry
memerlukan pemilihan jenis yang sesuai serta perlakuan silvikultur yang tepat.
Pengaturan untuk menjaga cahaya, air dan nutrisi yang optimum bagi masing-
masing jenis penyusun merupakan kunci keberhasilan dari sistem agroforestry
(Hani, 2014).
Agroforestry merupakan jawaban dari bagaimana cara mengoptimalkan
intensifikasi lahan secara berkelanjutan dalam rangka menyeimbangkan tuntutan
produksi pangan dan energi, sekaligus untuk meningkatkan hasil (Smith, 2011).
Salah satu tujuan yang dapat dicapai dengan penerapan agroforestry adalah
penyerapan karbon, selain itu dengan penerapan agroforestry akan diperoleh
manfaat yang lebih besar baik secara finansial dan ekonomi (Ginoga, 2004).
Okubo (2010) mengatakan bahwa sistem agroforestry telah di praktekkan
dan dievaluasi dalam berbagai model demi tercapainya produksi yang
berkelanjutan, dengan mempertahankan apa yang telah ada, untuk menjaga
keanekaragaman hayati dan fungsi agroekosistem.
b. Sistem Agroforestry
Menurut Foresta (2000) dalam Senoaji (2012) membagi agroforestry
menjadi dua kelompok, yakni agroforestry sederhana dan agroforestry kompleks.
1) Sistem Agroforestry Sederhana
Sistem agroforestry sederhana adalah perpaduan konvensional yang terdiri
atas sejumlah kecil unsur, yakni unsur pohon yang memiliki peran ekonomi
penting (seperti kelapa, karet, cengkeh, jati, dll.) atau yang memiliki peran ekologi
(seperti dadap dan petai cina), dengan sebuah unsur tanaman musiman (misalnya
padi, jagung, sayur-mayur, rerumputan), atau jenis tanaman lain seperti pisang,
kopi, coklat dan sebagainya yang juga memiliki nilai ekonomi.
2) Sistem agroforestry kompleks
Sistem agroforestry kompleks adalah sistem yang terdiri dari sejumlah besar
unsur pepohonan, perdu, tanaman musiman dan atau rumput. Penampakan fisik
dan dinamika di dalamnya mirip dengan ekosistem hutan alam primer maupun

13
sekunder.
Mayrowani & Ashari (2011) mengatakan tumpangsari atau agroforestry
adalah suatu sistem penggunaan lahan dimana pada lahan yang sama ditanam
secara bersama sama tegakan hutan dan tanaman pertanian. Menurut Nair (1993)
dalam Senoaji (2012) saat ini agroforestry diyakini secara luas mempunyai
potensi besar sebagai alternatif pengelolaan lahan yang utama untuk konservasi
tanah dan juga pemeliharaan kesuburan dan produktifitas lahan di daerah tropis.
c. Manfaat Pemanfaatan Lahan Dengan Agroforestry
Kartasapoetra (2005) dalam Senoaji (2012) Salah satu upaya untuk
pengawetan tanah atau pengendalian erosi tanah adalah dengan melakukan cara-
cara vegetatif.
Menurut Hariah (2012) mengungkapkan keuntungan menggunakan sistem
agro forestri sedehana adalah sebagai berikut:
1) Produktivitas (Productivity): Produk total sistem campuran dalam
Agroforestry jauh lebih tinggi dibandingkan pada monokultur. Adanya
tanaman campuran memberikan keuntungan, karena kegagalan satu
komponen/jenis tanaman akan dapat ditutup oleh keberhasilan
komponen/jenis tanaman lainnya.
2) Diversitas (Diversity): Adanya pengkombinasian dua komponen atau lebih
daripada sistem Agroforestry menghasilkan diversitas yang tinggi, baik
menyangkut produk maupun jasa. Dengan demikian dari segi ekonomi dapat
mengurangi risiko kerugian akibat fluktuasi harga pasar. Kemandirian (Self-
regulation): Diversifikasi yang tinggi dalam Agroforestry diharapkan mampu
memenuhi kebutuhan pokok masyarakat, dan petani kecil dan sekaligus
melepaskannya dari ketergantungan terhadap produkproduk luar.
3) Stabilitas (Stability): Praktek Agroforestry yang memiliki diversitas dan
produktivitas yang optimal mampu memberikan hasil yang seimbang
sepanjang pengusahaan lahan, sehingga dapat menjamin stabilitas (dan
kesinambungan) pendapatan petani.
Smith (2010) menyatakan manfaat Agroforestry antara lain :
1) Agroforestry adalah suatu sistem yang saling melengkapi antara pohon dan
tanaman lain sehingga menyebabkan peningkatan hasil panen.

14
2) Memperbaiki lingkungan. Mengintegrasikan pohon dan tanaman pertanian
memberikan manfaat bagi lingkungan termasuk untuk meningkatkan
kesuburan tanah, mengurangi tergerusnya unsur hara. Sistem agroforestry
diperkirakan memiliki ketahanan yang lebih besar terhadap dampak
perubahan iklim.
3) Meningkatkan kualitas hidup dari segi ekologi dan sosial di daerah pedesaan
serta mendorong diversifikasi ekonomi pedesaan.
Mayrowani & Ashari (2011) agroforestry dikembangkan untuk memberi
manfaat dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Manfaat yang diperoleh
dari agroforestry adalah meningkatnya produksi pangan, pendapatan petani,
kesempatan kerja dan kualitas gizi masyarakat bagi kesejahteraan petani sekitar
hutan. Kusumedi dan Jariyah (2009) menyatakan bahwa agroforestry merupakan
teknik penggunaan lahan yang sangat cocok untuk dilakukan di lahan sempit dan
tegalan (lahan kering). Selain Produksinya kontiniu berupa produk non kayu
(perkebunan/pertanian) sebagai hasil bulanan/mingguan dan produk kayu sebagai
hasil tahunan, juga untuk kelestarian lingkungan sangat bagus.

B. Kajian Terdahulu
Berikut merupakan kajian terdahulu yang digunakan penulis sebagai sumber
literatur dalam mendukung penyususnan tugas akhir yang berjudul “Tingkat
Motivasi Pekebun Pada Budidaya Kopi Liberika (Coffea liberca) Secara
Agroforestr sederhana di Kabupaten Tanjung Jabung Barat”
Tabel 1. Tabel Kajian Terdahulu
No Penulis Judul dan Tujuan Metode Hasil
Tahun
1 Andi Pola dan Untuk Analisi Masyarakat petani di
Irmayanti Motivasi Mengetahui deskrptif Desa Mirring,
idris, Andi Agroforestry bagaimana kualitatif Kecamatan Binuang,
Arafat, dan Serta pola dan dan Kabupaten Polewali
Fatmawati Kontribusinya motivasi deskrptif Mandar
Terhadap serta kuanitatif mengembangkan empat
Pendapatan seberapa bentuk sistem
Petani Hutan besar pengelolaan hutan rakyat
Rakyat Di kontribusi berbasis
Kabupaten pendapatan agroforestry. Yang
Polewali petani dalam pertama agroforestry
Mandar. pengelolaan bentuk campuran acak,
Jurnal pola (Mixture Rsandom),

15
Lanjutan tabel 2.
No Penulis Judul dan Tujuan Metode Hasil
Tahun
Hutan dan agroforestry bentuk baris
Masyarakat. (Alternate Rows),pola
Vol. 11(2): 92- agroforestry bentuk
113, Pagar (Atress Along
Desember Borders) dan pola
2019 agroforestry bentuk
lorong (Alley Cropping).
Motivasi masyarakat
dalam berpola tanam
agroforestry dipengaruhi
oleh manfaat yang
dirasakan yaitu Ekonomi
51,65%, motivasi Sosial
(27,47%), dan pada
motivasi Ekologi
(20,88%).
Kecendrungan motivasi
ekonomi mempengaruhi
Petani memilih pola
tanam dan Pola
agroforestry yang
memberikan kontribusi
pendapatan terbesar
adalah pola agroforestry
A (Agrisilvikultur Atress
Along Borders) dengan
pendapatan rata-rata Rp.
14.873.222 dengan
persentase 28,58%,
terbesar kedua adalah
pola agroforestry D,
(Agrisilvikultur Mixture
Random) dengan
pendapatan rata-rata Rp.
14.157.269 dengan
persentase 27,21%, dan
kontribusi terkecil
masing-masing pola
agroforestry C
(Agrisilvikultur Alley
Cropping) Rp
12.421.429 persentase
23,87%, pola
agroforestry B
(Agrisilvikultur
Alternate Rows) rata-rata
pendapatanya sebesar Rp
10.581.333 dengan
persentase 20%.

16
Lanjutan tabel 2.
No Penulis Judul dan Tujuan Metode Hasil
Tahun
2 Idin Tingkat Untuk Analisis Tingkat motivasi petani
Saepudin Motivasi mengetahui deskiptif di Kecamatan Lumbung
Ruhimat Petani Dalam tingkat dan dalam menerapkan
Penerapan motivasi analisis sistem agroforestry
Sistem petani, faktor- SEM masih rendah.
Agroforestry. faktor yang Tingkat motivasi petani
Jurnal berpengaruh tersebut dipengaruhi
Penelitian terhadap secara langsung oleh
Sosial dan motivasi persepsi dan kapasitas
Ekonomi petani dan petani serta dipengaruhi
Kehutanan merumuskan secara tidak langsung
Vol. 12 No. 2 : usaha oleh faktor karakteristik
1-11. Juni peningkatan petani, dukungan pihak
2015 motivasi luar, peran penyuluh dan
petani dalam peran kelompok tani.
penerapan Usaha meningkatkan
sistem motivasi petani dalam
agroforestry menerapkan sistem
di Kecamatan agroforestry dapat
Lumbung dilakukan dengan:
a) meningkatkan kapasitas
petani melalui
pendidikan, pelatihan
dan penyuluhan serta.
b) menguatkan persepsi
petani
melalui pembuatan
demplot agroforestry
c) study banding
praktik agroforestry.
3 Nurmasita Pola Mengetahui Analisis Karakteristik
T. Tjatjo, Agroforestry karakteristik deskriptif Agroforestry yang ada di
Muhamm Masyarakat Di Agroforestry dan Kecamatan Kulawi
ad Basir Sekitar Hutan kompleks dan Analisis Kabupaten Sigi adalah
dan Desa Namo sederhana di NEP (New Agroforestry dengan
Husain Kecamatan Kecamatan Environme karakteristik sederhana.
Umar Kulawi Kulawi ntal Hal yang memotivasi
Kabupaten Kabupaten Paradigm) masyarakat Desa Namo
Sigi. Jurnal Sigi Provinsi sehingga mereka
Sains Dan Sulawesi memilih salah satu jenis
Teknologi Tengah Agroforestry tersebut
Tadulako,  Mengetahui adalah pola ini menjamin
Volume 4 latar belakang dan memperbaiki
Nomor 3, : 55- yang menjadi kebutuhan bahan pangan,
64. Agustus motivasi perbaikan kualitas
2015 masyarakat nutrisi, serta memiliki
dalam keterkaitan sangat erat
memilih salah dengan sosial-budaya
satu lokal karena telah

17
Lanjutan tabel 2.
No Penulis Judul dan Tujuan Metode Hasil
Tahun
karakteristik Analisis dipraktekkan secara
Agroforestry turun temurun oleh
Mengetahui masyarakat.
orientasi
penggunaan
lahan
masyarakat
Desa Namo
Kecamatan
Kulawi
Kabupaten
Sigi.
4 Muham Kajian  Mengetahui Analisis Tingkat motivasi yang
mad Evin Motivasi, Pola, motivasi yang deskriptif paling tinggi
Bustami Dan melatarbelaka dan melatarbelakangi para
Agroforestry ngi petani analisis petani dalam pengelolaan
Suren (Toona dalam kuantitatif Agroforestry suren
Sureni Merr.) pengelolaan (Toona sureni) ini adalah
Terhadap sistem motivasi ekologi dengan
Pendapatan Agroforestry nilai 85.33%, Motivasi
Rumah Tangga di Kelurahan lain yang mendorong
Petani Di Sipolha adalah motivasi sosial
Sekitar Danau Horison dan budaya (75.25%), dan
Toba, Desa motivasi ekonomi
Kecamatan Pematang (74.75%)
Pematang Tambun Sistem Agroforestry
Sidamanik. Raya, suren yang diterapkan
Skripsi Kecamatan oleh petani di Kelurahan
Mahasiswa Pematang Sipolha Horison dan
Universitas Sidamanik. Desa Pematang Tambun
Sumatera untuk Raya adalah
Utara, 2019. menegtahui menggunakan sistem
pengelolaan agrisilvikultur. Secara
agroforestry umum, ada tiga jenis
suren yang pola Agroforestry suren
diterapkan yang diterapkan, yaitu:
oleh petani di Pola A (kombinasi
Kelurahan antara suren dengan
Sipolha kopi); Pola B (kombinasi
Horison dan antara suren, cengkeh,
Desa dan kopi); dan Pola
Pematang lainnya (pola tanam
Tambun Raya acak).
Mengetahui  Besarnya rata-rata
kontribusi kontribusi Agroforestry
Agroforestry suren (kayu suren,
suren di tanaman MPTS, dan
Kelurahan palawija) terhadap
pendapatan total rumah

18
Lanjutan tabel 2.
No Penulis Judul dan Tujuan Metode Hasil
Tahun
Sipolha tangga petani adalah
Horison dan Rp14.605.000 (55.1%).
Desa Berdasarkan kriteria
Pematang variabel kontribusi,
Tambun Raya, besarnya nilai kontribusi
Kecamatan Agroforestry suren ini
Pematang termasuk dalam
Sidamanik, tingkatan kontribusi
terhadap sedang.
pendapatan
rumah tangga
petani
setempat.
5 Insani Motivasi Untuk Analisis Petani Desa Sukoharjo 1
Fahma Petani Dalam mengetahui regresi Kecamatan Sukoharjo
Nurdina, Mengelola tingkat logistik yang tergabung dalam
Asihing Hutan Rakyat motivasi ordinal kelompok tani Ngudi
Kustant, Di Desa petani dan Rukun memiliki tingkat
dan Rudi Sukoharjo 1 untuk motivasi tinggi sebesar
Hilmant. Kecamatan mengetahui 53,15% dalam
Sukoharjo faktor-faktor pengelolalan hutan
Kabupaten yang rakyat. Faktor-faktor
Pringsewu, mempengaru yang berpengaruh
Jurnal Sylva hi motivasi terhadap tingkat
Lestari Vol. 3 petani dalam motivasi petani dalam
No. 3, mengelola pengelolaan hutan rakyat
September hutan rakyat. adalah umur,
2015 (51— pendapatan, pengalaman
62) usaha tani, pendidikan,
kegiatan kelompok tani,
kegiatan penyuluhan dan
akses informasi.

C. Kerangka Pikir
Motivasi murupakan sebuah dorongan yang berasala dari dalam maupun
luar individu untuk melakukan suatu tindakan. Dalam kegiatan pertanian motivasi
sangat diperlukan untuk mengembang usaha yang dijalankan. Salah satunya ialah
penerapan teknologi dalam kegiatan budidaya. Motivasi dan penerapan teknologi
dalam budidaya perlu dilakukan pengkajian. Dalam hal ini penulis akan
melakukan pengkajian terhadap tingkat motivasi pekebun pada budidaya kopi
liberika (Coffea liberca) secara agroforestr sederhana di Kabupaten Tanjung
Jabung Barat. Dalam kajian ini penulis ingin mengetahui bagai mana tingkat
motivasai dan apa yang menjadi faktor yang mempengaruhi petanai dalam

19
menerapkan sistem agroforestry pada budidaya kopi liberika. Utnuk mengetahui
bagaimana alur penelitian yang dilakukan dapat dilihat melalui kerangka pikir
berikut:

20
Judul
1. Tingkat Motivasi Pekebun Pada Budidaya Kopi Liberika (Coffea liberica) Secara
Agroforestry Sederhana Di Kecamatan Betara Kabupaten Tanjung Jabung Barat

Identifikasi Maslah
2. Bagaimana tingkat motivasi pekebun pada budidaya kopi liberika (Coffea
liberica) secara agroforestry sederhana di Kecamatan Betara Kabupaten Tanjung
Jabung Barat
3. Apa saja faktor faktor yang mempengaruhi motivasi pekebun pada budidaya kopi
liberika (Coffea liberica) secara agroforestry sederhana di Kecamatan Betara
Kabupaten Tanjung Jabung Barat

Tujuan
4. Untuk mengetahui tingkat motivasi pekebun pada budidaya kopi liberika (Coffea
liberica) secara agroforestry sederhana di Kecamatan Betara Kabupaten Tanjung
Jabung Barat
5. Untuk mengetahui faktor faktor yang dapat mempengaruhi motivasi pekebun pada
budidaya kopi liberika (Coffea liberica) secara agroforestry sederhana di
Kecamatan Betara Kabupaten Tanjung Jabung Barat

Variabel X
Faktor Internal
X1 Usia
Variabel Y
X2 Pengalaman Petani
X3 Pendapatan Petani Tingkat Motivasi
X4 Pendidikan Formal - Motivasi Ekonomi
Faktor Eksternal - Motivasi Sosial
X5 Kegiatan Kelompok Tani
X6 Kegiatan Penyuluhan
X7Akses Informasi
Hasil Penelitian

Rencana Tindak
Lanjut (RTL)
Keterangan
: Mepengaruhi

Gambar 1. Kerangka Pikir Tingkat Motivasi Pekebun Tingkat Motivasi Pekebun


Pada Budidaya Kopi Liberika (Coffea liberca) Secara Agroforestr sederhana di
Kabupaten Tanjung Jabung Barat

D. Hipotesis
Adapun hipotesis dari kegiatan penelitian yang dilakukan penulis ialah :

21
1. Diduga tingkat motivasi pekebun pada budidaya (Coffea liberica) secara
agroforestry sederhana di Kecamatan Betara Kabupaten Tanjung Jabung
Barat rendah.

2. Diduga ada pengaruh yang nyata antara faktor usia, pengalaman petani,
pendapatan petani, pendidikan formal, kegiatan kelompok tani, kegiatan
penyuluhan serta akses informasi terhadap tingkat motivasi pekebun pada
budidaya kopi liberika (Coffea liberica) secara agroforestry sederhana di
Kecamatan Betara Kabupaten Tanjung Jabung Barat.

22
III. METODE PELAKSANAAN

A. Waktu dan Tempat


Kegiatan Tugas Akhir dilaksanakan mulai dari 29 Maret sampai dengan 23
Mei 2021 di Kecamatan Betara Kabupaten Tanjung Jabung Barat provinsi Jambi.
Pemilihan lokasi pengkajian ini dilakukan secara purposive yaitu dengan cara
sengaja dengan pertimbangan tertentu. Penentuan lokasi penelitian di Kecamatan
Betara karena di kecamatan merupakan kecamtana dengan perkebunan kopi
liberika terluas di Kabupaten Tanjung Jabung Barat.

B. Jenis Penelitian
Jenis pengkajian ini adalah pengkajian kuantitatif metode deskriptif, yaitu
suatu metode atau cara menganalisis data dan menguraikan data-data pengkajian
yang ada dan dikaitkan dengan teori-teori yang berhubungan dengan
permasalahan guna menarik kesimpulan. Dalam arti sempit penelitian deskriptif
diartikan sebagai penelitian yang menunjukan gambaran, uraian atau rinci
tentang gejala atau objek yang diteliti. Tetapi dalam artian luas, penelitian
deskriptif juga lebih jauh menggambarkan hubungan dan keterkaitan antar gejala
atau variabel (Mardikanto dan Soebianto, 2012).
Metode pengkajian ini menggunakan teknik survei. Teknik survei merupakan
teknik pengkajian yang mengambil sampel dari suatu populasi dan menggunakan
kuesioner sebagai alat pengumpulan data. Pengkajian yang dilakukan untuk
mengumpulkan informasi yang dilakukan dengan cara menyusun daftar
pertanyaan yang diajukan pada responden.Sujarweni (2014), berpendapat bahwa
penelitian yang dilakukan dengan cara menyusun daftar pertanyaan yang diajukan
pada responden, digunakan untuk meneliti gejala suatu kelompok atau perilaku
individu dan penggalian data melalui kuesioner dan wawancara.

C. Batasan Operasional
1. Batasan Masalah
a. Waktu penelitian dilakukan pada bulan 29 Maret – 23 Mei 2021.

23
b. Kegiatan Penelitian dilakukan di Kecamatan Betara, Kabupaten Tanjung
Jabung Barat.
c. Terdapat lima Desa/Kelurahan di Kecamatan Betara yangdijadikan lokasi
penelitian yaitu, Desa Serdang Jaya, Desa Mandala Jaya, Desa Teluk Kulbi,
Desa Sungai Trap, dan Kelurahan Mekar Jaya.
d. Jenis komoditi yang diteliti ialah kopi liberika yang di budidayakan secara
agroforestry sederhana.
e. Responden yang akan dijadikan sebagai sampel adalah pekebun yang
tergabung kedalam kelompok tani di Kecamatan Betara Kabupaten Tanjung
Jabung Barat.
f. Adapun variabel Y yang digunakan adalah motivasi ekonomi dan sosial.
Motivasi ekologi tidak dipilih pada penelitian kali ini dikarenakan pada
penelitian terdahulu motivasi ekologi diguankan untuk mengatahui tingkat
motivasi pada pola Agroforestry kompleks. Sedang pada penelitian yang akan
dilakukan ialaha pada pola agroforestry sederhana. Pada pola agroforestry
kompleks mengkombinasikan tanaman berkayu dengan tanamana pertanian
sehingga ada pengaruh secara ekologisnya. Sedangkan pada agroforestry
sederhana menggunakan tanaman pinang sebagai tanaman penaung untuk
kopi liberika.
g. Adapun variabel X yang digunakan pada penelitian in ialah umur, pendapatan
petani, pengalaman petani, pendidikan formal dikelompok sebagi faktor
internal. Serta, kegiatan kelompok tani, kegiatan penyuluhan , dan akses
informasi dikelompokan sebagai faktor eksternal. Alasan peneliti memilihi
variabel ini dikarenakan pada penelitian terdahulu variabel-variabel tersebut
memiliki pengaruh terhadapa motivasi.
2. Definisi Operasional
Adapun definisi operasioal dalam kegiatan penelitian yanga akan
dilaksanakan ialah, sebagai berikut :
a. Variabel Y
1) Tingkat Motivasi
a) Motivasi ekonomi

24
Tingkat kemauan yang mendorong petani untuk memenuhi kebutuhan
ekonominya. Hal tersebut dilatar belakangi oleh keinginan untuk menambah
penghasilan/pendapatan rumah tangga. Motivasi ekonomi diukur dengan
skala likert dengan interpretasi nilai, sangat setuju (SS) = 5, setuju (T) = 4,
ragu-ragu (R) = 3, rtidak setuju (TS) = 2 dan sangat tidak setuju (STS) = 1.
b) Motivasi sosial
Tingkat kemauan yang mendorong petani untuk berperan secara aktif
dalam membudidayakan kopi liberika secara agroforestry sederhana untuk
mendapatkan kepercayaan dan pengakuan dari lingkungan. Motivasi sosial
diukur dengan skala likert dengan interpretasi nilai, sangat setuju (SS) = 5,
setuju (T) = 4, ragu-ragu (R) = 3, rtidak setuju (TS) = 2 dan sangat tidak
setuju (STS) = 1.
b. Variabel X
1) Faktor Inetrnal
a) Umur (X1) : Usia pelaku usaha tani kopi liberika dengan sistem Agroforestry
sederhana. Umur diukur menggunakan skala likert dengan interpretasi nilai,
sangat setuju (SS) = 5, setuju (T) = 4, ragu-ragu (R) = 3, rtidak setuju (TS) =
2 dan sangat tidak setuju (STS) = 1.
b) Pendapatan (X2) : Keuntungan yang diperoleh dari kegiatan usaha tani kopi
Liberika dengan sistem agroforestry sederhana. Pendapatan diukur
menggunakan skala likert dengan interpretasi nilai, sangat setuju (SS) = 5,
setuju (T) = 4, ragu-ragu (R) = 3, rtidak setuju (TS) = 2 dan sangat tidak
setuju (STS) = 1.
c) Pengalaman petani (X3) : Lamnya pelaku usaha tani melakukan budidaya
kopi liberika dengan sistem agroforestry sederhana. Pengalaman petani
diukur menggunakan skala likert dengan interpretasi nilai, sangat setuju (SS)
= 5, setuju (T) = 4, ragu-ragu (R) = 3, rtidak setuju (TS) = 2 dan sangat tidak
setuju (STS) = 1.
d) Pendidikan formal (X4) : pendidikan terakhir yang ditempuh oleh pekebun.
Pendidikan formal diukur menggunakan skala likert dengan interpretasi nilai,
sangat setuju (SS) = 5, setuju (T) = 4, ragu-ragu (R) = 3, rtidak setuju (TS) =
2 dan sangat tidak setuju (STS) = 1.

25
2) Faktor Eksternal
e) Kegiatan kelompok tani (X5) : Kegiatan penyuluhan pertanian yang
dilakukan secara berkelompok. Kegiatan kelompok tani diukur menggunakan
skala likert dengan interpretasi nilai, sangat setuju (SS) = 5, setuju (T) = 4,
ragu-ragu (R) = 3, rtidak setuju (TS) = 2 dan sangat tidak setuju (STS) = 1.
f) Kegiatan penyuluhan (X6) : Kegiatan pemecahan masalah yang berorientasi
pada tindakan untuk mengajarkan sesuatu, mendemonstrasikan dan
memotivasi petani. Kegiatan penyuluhan diukur menggunakan skala likert
dengan interpretasi nilai, sangat setuju (SS) = 5, setuju (T) = 4, ragu-ragu (R)
= 3, rtidak setuju (TS) = 2 dan sangat tidak setuju (STS) = 1.
g) Akses informasi (X7) : Kegiatan memperoleh informasi. Akses informasi
diukur menggunakan skala likert dengan interpretasi nilai, sangat setuju (SS)
= 5, setuju (T) = 4, ragu-ragu (R) = 3, rtidak setuju (TS) = 2 dan sangat tidak
setuju (STS) = 1. (Siregar, 2018)
3. Prosedur Pelaksanaan
Adapun prosedur pelaksanaan pengkajian ini adalah sebagai berikut :
a. Melakukan Identifikasi Potensi Wilayah (IPW) untuk mencari permasalahan
yang akan dikaji
b. Menetapkan judul pengkajian sesuai dengan permasalahan yang ada.
c. Melaksanaan pengkajian sesuai lokasi yang telah dipilih
d. Melakukan pengumpulan data (data primer dan skunder)
e. Menentukan jumlah populasi pada lokasi penelitian
f. Menentukan jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian
g. Membuat instrumen penelitian
h. Melakukan uji validitas dan reliabilitas intrumen penelitian berupa kuesioner
pada populasi diluar sampel
i. Menyebarkan instrumen penlitian berupa angket atau kuesioner kepada
responden utama
j. Melakukan pengolahan dan analisis data dengan menggunakan aplikasi SPSS
untuk mempermudah pengerjaan
k. Melakukan interpretasi data berdasarkan hasil yang telah diperoleh
l. Menyusun laporan hasil pengkajian

26
4. Pengukuran Variabel
Berdasarkan batasan operasional dari masing-masing variabel yang telah
diuraikan sebelumnya maka selanjutnya masing-masing variabel tersebut akan
diuraikan sesuai dengan indikator dan kriteria yang telah ditentukan, kemudian
dilakukan penilaian dari kriteria-kriteria yang ada. Pengukuran variabel dalam
pengkajian ini menggunakan skala likert.
Teknik pengukuran data dalam penelitian ini yaitu menggunakan skala
likert. Menurut Sugiyono (2017) skala likert digunakan untuk mengukur sikap,
pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena
sosial.untuk setiap pertanyaan atau pernyataan responden harus mendukung
sebuah pertanyaan untuk dipilih. Dengan skala likert responden memilih jawaban
dari variabel yang dipecah menjadi bagian dari indikator variabel, masing-masing
indikator variabel mempunyai instrumen yang dijadikan tolak ukur dalam sebuah
pertanyaan atau pernyataan. Dimana skor dari pernyataan tersebut adalah sangat
tinggi (ST) = 5, Tinggi (T) = 4, sedang (S) = 3, rendah (R) = 2 dan sangat rendah
(SR) = 1.
Tabel 3. Pengukuran Variabel Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Tingkat
Motivasi Petani.
No Variabel Indikator Kriteria Skor
Variabel X (Faktor Internal)
1 Umur Petani Usia petani saat 1. > 50 tahun 5
(X1) dilakukannya 2. 45-50 tahun 4
pengkajian 3. 40-45 tahun 3
4. 36-40 tahun 2
5. 30-35 tahun 1
2 Pengalaman Pengalaman pekebun 1. > 10 tahun 5
Pekebun dalam 2. 7 – 10 tahun 4
(X2) bubidaya kopi 3. 4 – 6 tahun 3
4. 1 – 3 tahun 2
5. < 1 tahun 1
3 Pendapatan Keuntungan yang 1. >15 juta/tahun 5
(X3) diperoleh dari 2. 10-15 juta/tahun 4
budidaya kopi 3. 5-10 juta/tahun 3
liberika secara 4. 1-5 juta/tahun 2
agroforestri 5. < 1 juta /tahun 1
sederhana/tahun
4 Perndidikan Lamanya pekebun 1. >16 tahun 5
Formal (X4) mngenyam 2. 13-16 tahun 4
pendidikan formal 3. 10-12 tahun 3
4. 7-9 tahun 2

27
Lanjutan tabel 2.
No Variabel Indikator Kriteria Skor
5. < 6 tahun 1
Variabel X (Faktor Eksternal)
5 Kegiatan Partisipasi pekebun 1. > 11 kali / tahun 5
Kelompok tani mengikuti kegiatan 2. 8-11 kali / tahun 4
(X5) kelompok tani 3. 5-8 kali /tahun 3
4. 2-4 kali / tahun 2
5. 1 kali/tahun 1
6 Kegiatan Partisipasi pekebun 1. > 11 kali / tahun 5
Penyuluhan mengikuti kegiatan 2. 8-11 kali / tahun 4
(X6) penyuluhan 3. 5-8 kali /tahun 3
4. 1-4 kali / tahun 2
5. 0 kali/tahun 1
7 Akses  Kemudahan 1. Sangat Setuju 5
Informasi (X7)  Sumber 2. Setuju 4
 manfaat 3. Ragu-ragu 3
4. Tidak Setuju 2
5. Sangat Tidak Setuju 1
Sumber : Analisis Data Skunder, (2021).

Tabel 4. Pengukuran Variabel Tingkat Motivasi Pekebun Y


No Indikator Kriteria Skore
1 Motivasi Keinginan yang 1. Sangat Setuju 5
Ekonomi mendorong petani untuk 2. Setuju 4
memenuhi kebutuhan 3. Ragu-ragu 3
ekonominya. 4. Tidak Setuju 2
5. Sangat Tidak Setuju 1
2 Motivasi Keiinginan yang 1. Sangat Setuju 5
Sosial mendorong pekebun 2. Setuju 4
dalam melakukan 3. Ragu-ragu 3
budidaya kopi liberika 4. Tidak Setuju 2
secara agroforestry 5. Sangat Tidak Setuju 1
sederhana agar
memperoleh kepercayaan
dan pengakuan dari
lingkungan sekitarnya.
Sumber : Analisis Data Skunder, (2021).

D. Teknik Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data adalah cara-cara yang digunakan untuk
mengumpulkan data dan keterangan-keterangan lainnya dalam penelitian terhadap
masalah yang menjadi objek penelitian. Teknik pengumpulan data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah :
a. Observasi, yaitu suatu teknik pengumpulan data yang dilakukan melalui

28
pengamatan langsung ke lapangan dan pencatatan secara sistematis terhadap
gejala yang tampak pada objek penelitian.
b. Wawancara, yaitu pengumpulan data secara langsung melalui tanya jawab
dengan responden penelitian sesuai pedoman wawancara dan kuesioner yang
telah disiapkan. Wawancara mendalam (Indepth Interview), yaitu
pengumpulan data dengan mengajukan berbabgai pertanyaan secara
mendalam kepada responden guna memperoleh data yang belum terungkap
dari kuesioner yang diberikan.
c. Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara
memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan kepada responden untuk
kemudian dijawabnya.
d. Pencatatan, yaitu pengumpulan data dengan jalan mencatat hal-hal yang perlu
dilakukan dalam penelitian yang diperoleh dari responden, maupun instansi
terkait pengkajian.
1. Sumber Data
Sumber yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
a. Data Primer, merupakan jenis data penelitian yang diperoleh secara langsung
dengan melakukan wawancara, observasi, dan pemberian kuesioner terhadap
petani kopi liberika di Kecamatan Betara Kabupaten Tanjung Jabung Barat.
b. Data Sekunder, merupakan jenis data penelitian yang diperoleh secara tidak
langsung atau melalui media perantara berupa buku literatur, jurnal, majalah,
artikel, data instansi dan lainya.
2. Populasi
Sugiyono (2019), populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas
objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan
oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan. Dalam kajian
penelitian ini populasi yang digunakan adalah pekebun yang memiliki kebun kopi
liberika dengan sistem agroforestry sederhana. Populasi yang dipilih merupakan
pekebun yang tergabung dalam kelompok tani dari beberapa Desa/Kelurahan di
Kecamatan Betara Kabupaten Tanjung Jabung Barat. Desa/Kelurahan yang dipilih
merupakan Desa/Kelurahan yang membudidayakan kopiliberika secara
agroforestry sederhana, adapun Desa/Kelurahan tersebut antara lain, Desa

29
Serdang Jaya, Desa Mandala Jaya, Desa Teluk Kulbi, Desa Sungai Trap, dan
Kelurahan Mekar Jaya. Rincian jumlah populasi dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4. Jumlah Populasi Pengkajian di Kecamatan Betara Kabupaten Tanjung
Jabung Barat.
No. Desa Kelompok Tani Jumlah Anggota Tani Kopi
Liberika
1. Serdang Jaya Banyu Mili 20
Mekar Jati 17
2. Mandala Jaya Usaha Mandiri 10
Sido Mulyo 8
Mekar Jaya 12
Khusnul Khotimah 13
Harapan Jaya Mandiri 10
Harapan Jaya 12
3. Teluk Kulbi Sido Muncul 10
Lopon Jaya 13
Mulya Jaya 10
Sumber Utama 10
Rumpun Emas 10
Usaha Baru 11
Tanjung Emas 15
Suak Rengas 10
4. Sungai Trap Sederhana 21
Jaya mandiri 21
Karya Sejati 18
Berkah Usaha 22
Sido Mulyo 12
5 Mekar Jaya Mekar Tani 20
Karya Pembangunan 20
Sri Utomo III 19
Suka Makmur I 15
Sri Utomo 11
Jumlah 373
Sumber : Balai Penyuluhan Pertanian Betara (2021)

3. Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut (Sugiyono, 2019).Dengan demikian sampel adalah sebagian dari
populasi yang karakteristiknya hendak diselidiki, dan bisa mewakili keseluruhan
populasinya sehingga jumlahnya lebih sedikit dari populasi.
Jumlah Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh jumlah anggota
kelompok tani kopi liberika, adapun jumlahnya ialah 373 orang. Dalam penelitian
ini penulis memperkecil populasi yaitu jumlah anggota kelompok tani kopi

30
liberika sebanyak 373 orang dengan menghitung ukuran sampel yang dilakukan
dengan menggunakan rumus Solvin (Sugiyono, 2016). Adapun rumus Solvin
untuk menentukan sampel adalah sebagai berikut :

Keterangan:
n = Ukuran sampel/jumlah responden
N = Ukuran populasi
e = Presentase tingkat kesalahan (eror)
ketetpan nilai presisi : 10% (0,1)

Maka untuk mengetahui sampel penelitian, dengan perhitungan sebgai


berikut:
n= 373/1+373(0.1)2
=373/4,73
=78.8 dibulatkan menjadi 79 sampel
Untuk mengetahui pembagaian sampel pada setiap kelompok dapat dilihat
pada tabel berikut:
Tabel 5. Seberan Sampel pada Setiap Kelompok Tani
No Desa Kelompok Tani Anggota Kelompok Perhitungan
Tani Kopi Liberika sampel/kelompok
1. Serdang Banyu Mili 20 20/373x79 =4
Jaya Mekar Jati 17 17/373x79 =4
2. Mandala Usaha Mandiri 10 10/373x79 =2
Jaya Sido Mulyo 8 8/373x79 =2
Mekar Jaya 12 12/373x79 =3
Khusnul Khotimah 13 13/373x79 =3
Harapan Jaya Mandiri 10 10/373x79 =2
Harapan Jaya 12 12/373x79 =3
3. Teluk Sido Muncul 10 10/373x79 =2
Kulbi Lopon Jaya 13 13/373x79 =3
Mulya Jaya 10 10/373x79 =2
Sumber Utama 10 10/373x79 =2
Rumpun Emas 10 10/373x79 =2
Usaha Baru 11 11/373x79 =2
Tanjung Emas 15 15/373x79 =3
Suak Rengas 10 10/373x79 =2
4. Sungai Sederhana 21 21/373x79 =5
Lanjutan tabel 5.

31
No Desa Kelompok Tani Anggota Kelompok Perhitungan
Tani Kopi Liberika sampel/kelompok
Trap Jaya mandiri 21 21/373x79 =4
Karya Sejati 18 18/373x79 =4
Berkah Usaha 22 22/373x79 =5
Sido Mulyo 12 12/373x79 =3
5 Mekar Mekar Tani 20 20/373x79 =4
Jaya Karya Pembangunan 20 20/373x79 =4
Sri Utomo III 19 19/373x79 =4
Suka Makmur I 15 15/373x79 =3
Sri Utomo 11 11/373x79 =2
Jumlah 373 79
Sumber : Analisis Data Skunder (2021)
Berdasarkan perhitungan diatas, sampel yang mejadi responden dalam
penelitian ini adalah 79 sampel. Untuk Menentukan hal dilakukan untuk
mempermudah dalam pengolahan data dan untuk hasil pengujian yang lebih baik.
Sampel yang diambil berdasarkan teknik probability sampilng; simple random
sampling, dimana peneliti memberikan peluang yang sama bagi setiap anggota
pupulasi untuk dipilih menjadi sampel yang dilakukan secara acak tanpa
memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu sendiri.

E. Teknik Analisis Data


1. Uji Instrumen
Instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur
fenomena alam maupun sosial yang diamati, secara spesifik semua fenomena ini
disebut variabel penelitian (Sugiyono, 2019). Secara umum, kita dapat menguji
instrumen yang telah disusun, yaitu menguji keandalan dan validitas pengukuran.
Tentunya dalam penyusunan sebuah kuesioner harus benar-benar dapat
menggambarkan tujuan dari penelitian tersebut (valid) dan juga dapat konsisten
bila pertayaan tersebut dijawab dalam waktu yang berbeda. Data yang diperoleh
harus mencapai derajat akurasi yang signifikan, maka validitas dan reabilitasnya
perlu diuji terlebih dahulu sebelum disebarkan kepada petani, pengujian ini hanya
dilakukan kepada responden diluar petani sampel yang memiliki karakteristik
sama dengan petani sampel. Hal ini dilakukan untuk melihat tingkat ketepatan dan
kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsinya (Noor, 2011).

32
a) Uji Validitas
Validitas adalah kesesuaian instrumen untuk mengumpulkan data yang
diperlukan. Suatu Skala atau instrumen pengukur dapat dikatakan memiliki
validitas yang tinggi apabila instrumen tersebut dapat menjalankan fungsi
ukurannya, atau memberikan hasil ukur yang sesuai dengan maksud dilakukannya
pengukuran tersebut alat ukur yang memiliki validitas rendah akan menghasilkan
data yang tidak relevan dengan tujuan pengukuran (Ismulhadi dan Hermaya,
2017). Jadi, uji validitas dilakukan untuk menguji instrumen, jumlah mana

ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi alat ukurnya
(Harahap dan Efendi, 2017).
Kuesioner dibuat, kemudian diuji coba pada beberapa responden. Uji
validitas dilakukan pada beberapa responden dari populasi yang bukan termasuk
ke dalam sampel yaitu sebanyak 30 orang, tentang uji validitas ini dapat
disampaikan hal-hal pokoknya sebagai berikut :
1) Uji ini sebenarnya untuk mengetahui kelayakan butir-butir pernyataan dalam
kuesioner tersebut dalam mendefinisikan suatu variabel.
2) Daftar pernyataan ini pada umumnya untuk mendukung suatu kelompok
variabel tertentu. Uji validitas dilakukan pada setiap butir pernyataan dengan
cara membandingkan hasil r hitung dengan r tabel
3) Jika r hitung > r tabel pada taraf signifikan Alfa = 0,05 maka butir pernyataan
dinyatakan valid atau sahih. Sebaliknya jika R hitung R tabel maka butir
pernyataan tersebut dinyatakan tidak valid atau gugur sehingga tidak
digunakan lagi dalam pengumpulan data pengkajian (Situmorang dan
Paningkat , 2017).
Menghitung validitas instrumen pengkajian menggunakan rumus
korelasiPearson Product Moment (Situmorang dan Paningkat, 2017), sebagai
berikut :

Keterangan :

rxy = Koefisien korelasi antara variabel Y dan variabel X

33
X XY = Hasil perkalian variabel X dan variabel Y
X = Hasil skor angket variabel
XY = Hasil skor angket variabel Y
X2 = Hasil perkalian kuadrat dari hasil angket X
Y2 = Hasil perkalian kuadrat dari hasil angket Y N = Jumlah sampel
b) Uji Reabilitas
Reliabilitas mengacu pada instrumen yang dianggap dapat dipercaya untuk
digunakan sabagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik.
Instrumen yang baik tidak akan bersifat tendesius mengarahkan responden untuk
memilih jawaban-jawaban tertentu. Instrumen yang sudah dapat dipercaya
(reliabel) akan menghasilkan data yang dapat dipercaya pula. Jika datanya benar
dan dapat dipercaya sesuai dengan kenyataannya, maka meskipun pengambilan
data dilakukan berulang kali hasilnya tetap sama. Dengan demikian instrumen
yang realiabel dapat diandalkan sebagai instrumen penelitian (Hartono, 2015).

Variabel dikatakan realiabel apabila nilai Alpha Cronbach lebih besar dari
0,6 (Ghozali, 2013). Pengujian dengan menggunakan rumus Alpha Cronbach
yang diinterpretasikan sebagai korelasi dari skala yang diamati dengan semua
kemungkinan pengukuran skala lain yang mengukur hal yang sama dan
mengguanakan butiran pernyataan yang sama. Rumus Alpha Cronbach yaitu :

Keterangan :
rii = Reliabilitas Instrumen
k = Banyaknya butir pertanyaan
∑σ2 = Jumlah butir pertanyaan
12 = Varian total
2. Uji Hipotesis I
Analisis data yang digunakan untuk mengetahui tingkat motivasi pekebun
pada budi daya kopi liberika secara agroforestry sederhana di Kecamatan Betara
Kabupaten tanjung Jabung Barat diukur dengan menggunakan skala likert.

34
Dengan kriteria interpretasi nilai Ridwan dalam Wahyu (2019):
0 – 20 % = sangat rendah
21 – 40 % = rendah
41 – 60 % = sedang
61 – 80 % = tinggi
81 – 100 % = sangat tinggi
Untuk mengetahuai nilai tingkat motivasi pekebun digunakan rumus sebagai
berikut:

Nilai Tingkat Motivasi Pekebun= Total Nilai Yang di Peroleh X 100%


Nilai Maksimum Responden
Hasil nilia perhitungan jika dilihat melalui garis kontinum dapat dilihat pada
gambar berikut:
0% 20% 40% 60% 80% 100%

SR R S T S

Gambar 2. Garis Kontinum Tingkat Motivasi Pekebun Pada Budi Daya Kopi
Liberika Secara Agroforestry Sederhana di Kecamatan Betara Kabupaten Tanjung
Jabung Barat
3. Uji Hipotesis II
Pengujian hipotesis II tentang faktor – faktor yang mempengaruhi tingkat
motivasi pekebun dalam melakukan budidaya kopi liberikja secara agroforestry
sederhana menggunakan uji Regresi Linear Berganda. Regresi ialah suatu analisis
untuk meprediksi pengaruh variabel bebas (independen) terhadap variabel terikat
(Dipenden).
Adapun uji regresi linear berganda dengan persamaan sebagai berikut:
Y= a + β1 X1 + β2 X2 + β3 X3 + ......... + β7 X7 + e
Keterangan:
Y : Variabel Tingkat Motivasi Pekebun
X₁ : Variabel Umur
X2 : Variabel Pendapatan
X3 : Variabel Pengalaman
X4 : Variabel Pendidikan

35
X5 : Variabel Kegiatan Kelompok Tani
X6 : Variabel Kegiatan Penyuluhan
X7 : Variabel Akses Informasi
a : Konstanta
e : eror
ꞵ₁-ꞵ₇ : Koefisien Regresi
a) Uji Asumsi Klasik
1) Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk menguji apakah nilai residual yang
dihasilkan terdistribusi secara normal atau tidak. Menurut Priyatno (2012), uji
normalitas residual dengan metode grafik yaitu dengan melihat penyebaran
data pada sumber diagonal pada grafik Normal P-P Plot of regression
standardized residual. Sebagai dasar pengambilan keputusan, jika titik-titik
menyebar sekitar garis dan mengikuti garis diagonal maka nilai residual
tersebut telah normal. Selain itu, dapat digunakan uji normalitas dengan
metode Kolmogorov Smirnov dengan dasar pengambilan keputusan apabila
nilai signifikansi ≥ 0,05 dinyatakan data terdistribusi normal.
2) Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah model regresi linear ada
korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan
pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya) (Ghozali, 2018). Uji autokorelasi
dilakukan dengan metode Durbin-Watson. Jika nilai Durbin-Watson berkisar
antara nilai batas atas (du) maka diperkirakan tidak terjadi autokorelasi.
3) Uji Multikolinieritas
Menurut Ghozali (2018) Uji Multikolinieritas bertujuan untuk menguji
apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas
(independen). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi
diantara variabel independen, jika variabel independen saling berkorelasi,
maka variabel - variabel ini tidak ortogonal. Untuk mendeteksi ada tidaknya
multikonlinieritas dalam model regresi, dapat dilihat dari tolerance value dan
variance inflation factor (VIF). Tolerance mengukur variabilitas variabel
independen yang terpilih yang tidak dapat dijelaskan oleh variabel

36
independen lainnya. Jadi nilai tolerance yang rendah sama dengan nilai VIF
yang tinggi (karena VIF = 1/ tolerance). Nilai cut off yang umum dipakai
untuk Kriteria Hipotesis Keputusan 0<d 0,10 dan sama nilai VIF < 10.
4) Uji Heteroskesdatisitas
Uji Heteroskesdatisitas yaitu untuk menguji apakah dalam model
regresi terjadi ketidaksamaan dari residual satu pengamatan yang lain
(Ghozali, 2018). Model regresi yang baik adalah yang homoskedastisitas atau
tidak terjadi heteroskesdatisitas. Model regresi yang baik adalah yang
homoskedastisitas atau tidak terjadi heteroskesdatisitas. Beberapa metode
pengujian yang bisa digunakan diantaranya yaitu melihat grafik plot antara
nilai prediksi variabel terikat (dependen) yaitu ZPRED dengan residualnya
SRESID. Deteksi ada tidaknya heteroskesdasitas dapat dilakukan dengan
melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot antara SRESID dan
ZPRED. Dasar Analisis yaitu sebagai berikut : (1) Jika ada pola tertentu,
seperti titik-titik yang ada membentuk pola tertentu yang teratur
(bergelombang, melebar, kemudian menyempit), maka mengindikasikan telah
terjadi heteroskesdatisitas. (2) ika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik
menyebar di atas dan dibawah 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi
heteroskesdatisitas.
5) Uji Linearitas
Menurut Sugiyono dan Susanto (2015) uji linearitas pada uji asumsi
klasikdigunakan untuk mengetahui hubungan linear antara variabel terikat
dengan variabel bebas secara signifikan. Uji linearitas dapat dilakukan
melalui test of linearity. Kriteria yang berlaku adalah jika nilai signifikansi
pada linearity ≤ 0,05, maka dapat diartikan bahwa antara variabel bebas dan
variabel terikat terdapat hubungan yang linear.
b) Uji Pengaruh Simultan (Uji F)
Uji F digunakan dalam menguji hipotesis pengaruh variabel X secara
simultan. Menurut Sugiyono (2011), rumus Uji F dengan formulasi yang
digunakan adalah sebagai berikut:

Keterangan :

37
R2 = Koefisien determinansi
K = Jumlah Variabel X
n = Jumlah Populasi
Formulasi hipotesis yang diuji:
(a) H0 : 𝛽𝑖 = 0 (hipotesis nihil) berarti tidak ada pengaruh yang signifikan
antara variabel X secara simultan dengan variabel Y.
(b) H1 : 𝛽𝑖 ≠ 0 (hipotesis alternatif) berarti ada pengaruh yang signifikan antara
variabel X secara simultan dengan variabel Y.
Kriteria pengujian adalah:
(a) Jika nilai Fhitung ≤ Ftabel maka H0 ditolak dan H1 diterima. Hal ini berarti
variabel X secara simultan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
variabel Y.
(b) Jika nilai Fhitung > Ftabel maka H0 diterima dan H1 ditolak. Hal ini berarti
variabel X secara simultan tidak memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap variabel Y.
c) Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien Determinasi (R2) pada intinya mengukur seberapa jauh
kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel independen. Nilai
koefisien determinasi adalah antara nol dan satu. Nilai R2 yang kecil berarti
kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel
dependen sangat terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti variabel-variabel
independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk
memprediksi variasi variabel dependen. (Ghozali dalam Wulandari Dewisri,
2017). Pada hasil analisis dari SPSS, nilai R2 dapat dilihat pada tabel model
summary.
c) Uji Pengaruh Parsial (Uji t)
Untuk menguji pengaruh variabel dependen (Y) secara parsial terhadap
variabel independen (X) digunakan Uji t. Rumus Uji t menurut Sugiyono (2011),
adalah sebagai berikut:

𝒏−𝟐
t = 𝒓𝒔 ට 𝟏− 𝒓𝟐
𝒔

38
Keterangan
T = Nilai t hitung
rs = Nilai koefisien Korelasi
n = Jumlah Sampel
Formula hipotesinya adalah:

(a) H0 : 𝛽𝑖 = 0 (hipotesis nihil) variabel X (Umur, pendidikan formal,


pengalaman, pendapatan, kekiatan kelompok tani, kegiatan penyuluhan, dan
akses informasi) tidak berpengaruh signifikan secara parsial terhadap
varaibel Y .

(b) H1 : 𝛽𝑖 ≠ 0 (hipotesis alternatif) berarti variabel X (Umur, pendidikan


formal, pengalaman, pendapatan, kekiatan kelompok tani, kegiatan
penyuluhan, dan akses informasi) berpengaruh signifikan secara
parsialtehadapa variabel Y.
Kriteria pengujian adalah:
(a) Jika nilai thitung > ttabel berarti, H0 ditolak dan H1 diterima. Hal ini berarti
artinya ada pengaruh siginifikan variabel X (Umur, pendidikan formal,
pengalaman, pendapatan, kekiatan kelompok tani, kegiatan penyuluhan, dan
akses informasi) secara parsial terhadap variabel Y.
(b) Jika nilai Fhitung ≤ Ftabel berarti, H0 diterima dan H1 ditolak. Artinya
tidak ada pengaruh signifikan Variabel X (Umur, pendidikan formal,
pengalaman, pendapatan, kekiatan kelompok tani, kegiatan penyuluhan, dan
akses informasi) secara parsial terhadap variabel Y.

39
DAFTAR PUSTAKA

Abdillah, W., Hartono. (2015). Partial Least Square (PLS). Yogyakarta : Penerbit
Andi.

Arikunto, S. 2006. Prosedur Pengkajian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:


Rineka Cipta.

Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten tanjung Jabung Barat. 2021. Tanjung
Jabung Barat Dalam Angka. BPS Tanjung Jabung Barat

Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten tanjung Jabung Barat. 2016. Tanjung
Jabung Barat Dalam Angka. BPS Tanjung Jabung Barat

Budiman, Haryanto. 2015. Prospek Tinggi Bertanam Kopi Pedoman


Meningkatkan Kulaitas Perkebunan Kopi. Yogyakarta : Pustaka Baru
Press.

Direktorat Jendral perkebunan 2019. Statistik Kopi Indonesia 2019. Jakarta :


Direktorat Jendral perkebunan

Clegg, B. 2001. Instan Motivator: 79 Cara Instan Menumbuhkan Motivasi. Buku.


Erlangga. Jakarta

Ghozali, I. 2011. Structural Equation Modelling: metode alternatif dengan


Partial Least Square. Semarang: Badan Penerbit UNDIP.

Gerungan, 2004. Psikologi Sosial. Bandung: PT. Refika Cipta.

Ginoga, K. L., 2004. Economic Assesment Of Some Agroforestry System And Its
Potential For Carbon Sequestration Service In Indonesia. Journal Of
Forestry Research, 1(1)

Hairiah, K, dkk. 2003. Pengantar Agroforestry. Bogor : World Agroforestry


Centre (ICRAF) Southeast Asia Regional Office.

Hani, A, dansuryanto, p. 2014. Dinamika Agroforestry Tegalan Di Perbukitan


Menoreh, Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta. Jurnal Penelitian
Kehutanan Wallacea, 3(2).

Hasibuan S, 2001. Manajemen Sumber Daya Manusia. Edisi Revisi. Jakarta: PT.
Bumi Aksara.

Hasyim, Hasman. 2003 Analisis Hubungan Faktor Sosial Ekonomi Petani


Terhadap Program Peyuluhan Pertanian. Laporan Hasil Penelitian.
Medan : Universitas sumatera Utara.
Harahap, Nurlina dan Efendi Lukman. 2017. Buku Ajar Evaluasi Penyuluhan
Pertanian. Jakarta: Pusat Pendidikan Pertanian, Badan Penyuluhan dan
Pengembangan SDM Pertanian. Kementerian Pertanian.

Harun, M.K. 2011. Analisis pengembangan jelutung dengan sistem agroforestry


untuk memulihkan lahan gambut terdegradasi di Provinsi Kalimantan
Tengah. (Tesis). Bogor : Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam
dan Lingkungan, Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.

Hernanto F. 2009. Ilmu usahatani. Jakarta. Penebar Swadaya

Hulupi R. 2014. Libtukom: varietas kopi Liberika anjuran untuk lahan gambut.
Warta Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia 26(1)

Kusumedi, P. dan A. N. Jariyah, 2009. Analisis Finansial Pengelolaan


Agroforestry Dengan Pola Sengon Kapulaga Di Desa Tirip, Kecamatan
Wadaslintang, Kabupaten Wonosobo. Jurnal Penelitian Sosial Dan Ekonomi
Kehutanan, 7(2)

Maslow AH, 2010. Motivasi and Persolnality. Jakarta: Rajawali.

Mardikanto, Totok. Dan Soebianto, Poerwoko. 2012. Pemberdayaan Masyaraka


dalam Perspektis Kebijakan Publik. Bandung. CV Alfabeta.

Mawardhi AD, Setiadi D. 2019. Strategi pemanfaatan lahan gambut melalui


pengembangan Agroforestry kopi liberika (Coffea liberica). In: Herlinda S
et al. (Eds.), Prosiding Seminar Nasional Lahan Suboptimal 2018,
Palembang 18-19 Oktober 2018. Palembang: Unsri Press.

Mubyarto. 2000. Membangun Sistem Ekonomi. Buku. Yogyakarta: BPFE.

Mulyana D, 2002. Sistem Penyuluhan Pertanian. Surakarta: UNS Press.

Mayrowani, H, dan Ashari 2011. Pengembangan Agroforestry Untuk Mendukung


Ketahanan Pangan Dan Pemberdayaan Petani Sekitar Hutan. Forum
penelitian agro ekonomi, 29 (2)

Najiyati, Sri dan Danarti. 2001. Kopi, Budidaya, dan Penanganan Lepas Panen.
Jakarta: Penebar Swadaya

Nasution M. 2005. Metode Penelitian. Buku. Bogor: Ghalia Indonesia.

Noor. 2011. Metodologi Penelitian : Skripsi, Tesis, Disertasi dan Karya ilmiah.
Jakarta. Kencana Pranada Media Group

Putra, MWS. 2019. Motivasi Petani Dalam Penerapan Pemupukan Berimbang


Pada Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis Guineensis Jacq) Belum
Menghasilkan Di Kecamatan Selesai Kabupaten Langkat. Medan : Tugas
Akhir Polbantan Medan

Priyatno, D., 2012. Cara Kilat Belajar Analisis Data. Yokyakarta : Andi Offset.

Riduwan. 2015. Metode Teknik dan Menyusun Tesis. Bandung : Alfabeta.

Ruhimat, I.S. (2014). Tingkat Motivasi Petani Dalam Penerapan Sistem


Agroforestry. Jurnal Penelitian Sosial dan Ekonomi Kehutanan. 12(2)
Siregar, S. 2018. Statistika Deskriptifuntuk Penelitian Dilengkapi Perhitungan
Manual dan Aplikasi SPSS Versi 17. Jakarta : Rajawali Press.

Situmorang dan Paningkat. 2017. Pengaruh Profitabilitas, Debt to Equity Ratio.


Jakarta.

Smith, J., 2010. The History Of Temperate Agroforestry. Organic Research


Center

Sugiyono, 2017. Metode Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif. Bandung.


Alfabeta.

Sugiyono & Agus Susanto. 2015. Cara Mudah Belajar SPSS & Lisrel. Bandung :
CV. Alfabeta.

Soekartawi. 2003. Prinsip Ekonomi Pertanian. Jakarta: Rajawali Press.

Okubo,S, dkk. 2010. Traditional Perennial Crop-Based Agroforestry In West


Java: The Tradeoff Between On-Farm Biodiversity And Income. Agroforest
Syst (2010)

Wade, C dan Carol. T. 2007. Psikologi. Terjemahan Padang Mursalin dan


Dinastuti. Erlangga. Jakarta.

Waluyo EA, Nurlia A. 2017. Potensi Pengembangan Kopi Liberika (Coffea


Liberica) Pola Agroforestry Dan Prospek Pemasarannya Untuk
Mendukung Restorasi Lahan Gambut Di Sumatera Selatan (Belajar Dari
Kab. Tanjung Jabung Barat, Provinsi Jambi). Di Dalam: Herlinda Et Al.
(Eds.), Pengembangan Ilmu Dan Teknologi Pertanian Bersama Petani
Lokal Untuk Optimalisasi Lahan Suboptimal. Prosiding Seminar Nasional
Lahan Suboptimal tahun 2017; Palembang, 19-20 Oktober 2017.
Palembang: Unsri Press.

Winardi, J., 2011. Motivasi dan Pemotivasian Dalam Manajemen Grafindo.


Jakarta
LAMPIRAN
Lampiran 1. Kuesioner pengkajian
Permohonan Pengisisan Kuesioner
Tingkat Motivasi Pekebun pada Budidaya Tanaman Kopi Kopi Liberika
(coffea liberica) Secara Agroforestry Sederhana Di Kecamtan Betara
Kabupaten Tanjung Jabung Barat

Kata Pengantar

Perihal : Permohonan Pengisisian Angket


Lampiran : Satu Berkas
Kepada Yth:
Bapak/Ibu/Sdr Di-

Tempat.
Dengan hormat,
Dalam rangka penyusunan Tugas Akhir (TA) sebagai salah satu
persyaratan untuk mendapatkan gelar Sarjana Terapan Pertanian (S.Tr.Pt) di
Politekni Pembangunan Pertanian Medan. Besar harapan saya kepada
Bapak/Ibu/Sdr untuk mengisi angket yang telah disediakan.

Angket ini merupakan pernyataan-pernyataan tentang data yang


dibutuhkan dalam penyusunan laporan. Semua jawaban yang Bapak/Ibu berikan
adalah benar, maka dari itu Bapak/Ibu/Sdr tidak perlu takut atau ragu-ragu dalam
memberikan jawaban yang sejujurnya sesuai dengan kondisi yang Bapak/Ibu
lakukan dan rasakan saat ini.
Setiap jawaban yang diberikan merupakan bantuan yang tidak ternilai
harganya bagi penulis atas ketersedian Bapak/Ibu/Sdr, saya ucapkan terimakasih.

Betara, Maret 2021


Hormat Saya

Lukman Hadi Wibowo


A. Data Responden
No. Responden

1. Nama :
2. Jenis Kelamin :
3. Umur : Tahun
4. Alamat :
5. Pendidikan : SD/SMP/SMA/D3/S1/S2
6. Luas Lahan : Ha
7. Pendapatan :
8. Pengalaman usaha :
9. Nama Poktan :
10. Kecamatan : Betara
11. Kabupaten : Tanjung Jabung Barat
B. Petunjuk Pengisian
1. Mohon dengan hormat bantuan dan kesediaan Bapak/Ibu untuk menjawab
pertanyaan yang ada.
2. Beri tanda (√) pada kolom yang Bapak/Ibu pilih sesuai dengan keadaan yang
sebenarnya.
3. Pilihlah salah satu jawaban pertanyaan (tidak boleh dua atau tiga)
Ada 5 kriteria penilaian dengan alternatif jawaba, yaitu :
Sangat Tinggi (ST) Nilai = 5
Tinggi (T) Nilai = 4
Sedang(S) Nilai = 3
Rendah (R) Nilai = 2
Sangat Rendah (SR) Nilai = 1
Data responden dan semua infromasi yang diberikan akan dijamin
kerahasiaanya, oleh sebab itu dimohon untuk mengisi kuesioner dengan
sebenarnya dan objektif mungkin.
Pernyataan dan Pernyataan Faktor – Faktor yang Mepengaruhi Motivasi
Pekebun pada Budidaya Kopi Liberika (Coffea liberica) secara Agroforestry
Sederhana di Kecamatan Betara Kabupaten Tanjung Jabung Barat.

No. Pernyataan Alternatif Jawaban

Umur (X1)
1. Berapakah usia Bapak/Ibu saat ini? ( ) Tahun
Pengalaman Pekebun (X2)
1 Sudah berapa lama Bapak/Ibu melakukan budidaya
kopi liberika secara agroforestry sederhana? (...... .) Tahun

Pendapatan Pekebun (X3)


1 Berapa jumlah pendapatan Bapak/Ibu yang dari
budidaya kopi liberika secara agroforestry (Rp. ) /Tahun
sederhana?
Pendidikan Formal (X4)
1 Berapa lama Bapak/Ibu mengenyam pendidikan
formal ? ( ) Tahun
Kegiatan Kelompok Tani (X5)
1 Berapa kali Bapak/Ibu mengikuti kegiatan
kelompok tani yang membahas budidaya kopi ( ) Kali/Tahun
liberika secara agroforestry sederhana dala satu
tahun?
Kegiatan Penyuluhan (X6)
1 Berapa kali Bapak/Ibu mengikuti kegiatan
Penyuluhan yang membahas budidaya kopi ( ) Kali/Tahun
liberika secara agroforestry sederhana dala satu
tahun?
Akses Informasi (X7)
1 Saya dapat memperoleh informasi budidaya kopi a. Sangat Setuju
liberika secara agroforestry sederhana dengan b. Setuju
mudah. c. Ragu-ragu
d. Tidak Setuju
e. Sangat Tidak setuju
2 Kemudahan mempeoleh informasi tentang a. Sangat Setuju
budidaya kopi liberika secara agroforestri b. Setuju
sederhana, membuat saya sering mengakses c. Ragu-ragu
informasi tersebut. d. Tidak Setuju
e. Sangat Tidak setuju
3 Saya dapat memperoleh informasi mengenai a. Sangat Setuju
budidaya kopi liberika secara agroforestry b. Setuju
sederhana dari berbagai media (artikel,jurnal, c. Ragu-ragu
youtube, internet dan yang lainnya) d. Tidak Setuju
e. Sangat Tidak setuju
4 Informasi yang saya peroleh dapat membantu saya a. Sangat Setuju
dalam memecahkan masalah pada budidaya kopi b. Setuju
liberika secara agroforestry sederhana. c. Ragu-ragu
d. Tidak Setuju
e. Sangat Tidak setuju
5 Saya menerapakan informasi yang saya peroleh a. Sangat Setuju
pada budidaya kopi liberika secara agroforestry b. Setuju
sederhana yang saya usahakan c. Ragu-ragu
d. Tidak Setuju
e. Sangat Tidak setuju

Pernyataan Tingkat Motivasi pekebun pada Budidaya Kopi Liberika (Coffea


liberica) secara Agroforestry Sederhana di Kecamatan Betara Kabupaten Tanjung
Jabung Barat.

No Pernyataan Alternatif Jawaban


Tingkat Motivasi (Y)
Motivasi Ekonomi
1 Dengan melakukan budidaya kopi liberika secara a. Sangat Setuju
Agroforestry sederhana saya ingin memenuhi b. Setuju
kebutuhan hidup keluarga c. Ragu-ragu
d. Tidak Setuju
e. Sangat Tidak setuju
2 Dengan melakukan budidaya kopi liberika secara a. Sangat Setuju
Agroforestry sederhana saya mendapatkan b. Setuju
pendapatn yang lebih tinggi. c. Ragu-ragu
d. Tidak Setuju
e. Sangat Tidak setuju
3 Dengan melakukan budidaya kopi liberika secara a. Sangat Setuju
Agroforestry sederhana saya dapat hidup lebih b. Setuju
sejahtera. c. Ragu-ragu
d. Tidak Setuju
e. Sangat Tidak setuju
4 Dengan melakukan budidaya kopi liberika secara a. Sangat Setuju
Agroforestry sederhana saya dapat memiliki dan b. Setuju
meningkatkan tabungan. c. Ragu-ragu
d. Tidak Setuju
e. Sangat Tidak setuju
5 Dengan melakukan budidaya kopi liberika secara a. Sangat Setuju
Agroforestry sederhana saya dapat membeli b. Setuju
barangberharga. c. Ragu-ragu
d. Tidak Setuju
e. Sangat Tidak setuju
Motivasi Sosial
1 Dengan melakukan budidaya kopi liberika secara a. Sangat Setuju
Agroforestry sederhana kopi lebrika akan semakin b. Setuju
dikenal. c. Ragu-ragu
d. Tidak Setuju
e. Sangat Tidak setuju
2 Dengan melakukan budidaya kopi liberika secara a. Sangat Setuju
Agroforestry sederhana dapat menjaga kelestarian b. Setuju
kopi liberika. c. Ragu-ragu
d. Tidak Setuju
e. Sangat Tidak setuju
3 Dengan melakukan budidaya kopi liberika secara a. Sangat Setuju
Agroforestry sederhana dapat meberikan motivasi b. Setuju
kepada pekebun lain untuk melakukan hal yang c. Ragu-ragu
sama. d. Tidak Setuju
e. Sangat Tidak setuju
4 Penerapan budidaya kopi liberika secara a. Sangat Setuju
agroforestry sederhana agar diharapkan mampu b. Setuju
menarik perhatian pihak swasta maupun c. Ragu-ragu
pemerintah untuk mengembangkan usaha kopi d. Tidak Setuju
liberia. e. Sangat Tidak setuju

Anda mungkin juga menyukai