Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK

PEMISAHAN DAN PEMURNIAN ZAT CAIR


(Destilasi dan Titik Didih)

Disusun oleh:

Nama : Syavina Nur Zahira


NPM : 10060319031
Shift :A
Tanggal Percobaan : Kamis, 15 April 2021
Tanggal Laporan : Kamis, 22 April 2020
Nama Asisten : Nety Kurniaty, S.Si., M.Sc.

LABORATORIUM FARMASI TERPADU UNIT A


PROGRAM STUDI FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG
2021 M / 1442 H
PERCOBAAN I
PEMISAHAN DAN PEMURNIAN ZAT CAIR
I. Tujuan Percobaan
1. Mengkalibrasi termometer dengan cara dingin menggunakan es.
2. Memisahkan campuran dietil eter dari air dengan metode destilasi
sederhana.
3. Memisahkan campuran aseton dari methanol dengan metode
destilasi bertingkat.
II. Prinsip Percobaan
1. Pengujian kelayakan termometer dengan menentukan suhu terendah
yang dapat dicapai oleh termometer menggunakan air es sehingga
termometer mencapai 0℃.
2. Pemisahan dua larutan yang saling bercampur homogen berdasarkan
perbedaan titik didih di mana perbedaan titik didihnya berjauhan,
lebih dari 50℃.
3. Pemisahan dua larutan yang saling bercampur homogen berdasarkan
perbedaan titik didih di mana perbedaan titik didihnya berdeketan
kurang dari 50℃.
III. Teori Dasar
Termometer adalah alat yang digunakan untuk mengukur suhu.
Termometer terdapat dalam berbagai jenis. Jenis-jenis tersebut
disesuaikan dengan kegunaannya masing-masing. Juga jangkauan
pengukuran satu termometer dengan termometer lainnya berbeda, sesuai
dengan di mana termometer itu akan digunakan (Abdullah, 2016).
Istilah thermometer diambil dari bahasa latin, yaitu “thermo” yang
berarti panas dan “meter” yang berarti alat untuk mengukur.
Pemanfaatan dari termometer itu sendiri menggunakan sifat cairan
termometrik dari suatu zat, yaitu sifat-sifat zat yang disebabkan
perubahan suhu dari zat tersebut (Sheilana, 2016).
Zat cair termometik merupakan suatu zat cair yang mudah
mengalami perubahan fisik jika dipanaskan atau didinginkan, misalnya
air raksa dan alkohol (Yoga, 2014).
Alasan penggunaan raksa sebagai bahan pembuat termometer, yaitu
yang pertama raksa merupakan penghantar panas yang baik sehingga
perubahan volume akibat perubahan suhu sangat teratur, yang kedua
warna raksa mengkilap dan tidak membasahi dinding pipa kapiler
sehingga mudah diamati (Abdullah, 2016).
Alasan penggunaan alkohol sebagai bahan pembuat termometer,
yaitu yang pertama alkohol dapat digunakan pada suhu yang sangat
rendah, yang kedua pemuaiannya enam kali lebih besar daripada raksa
sehingga pengukuran suhu dapat diamati dengan lebih seksama
(Abdullah, 2016).
Prinsip kerja termometer biasanya menggunakan sifat pemuaian zat
cair. Pemuaian mengakibatkan permukaan zat cair termometik naik dan
turun di sepanjang pipa kapiler dan berhenti pada posisi tertentu pada
suhu benda (Abdullah, 2016).
Ketika termometer dicelupkan ke dalam suatu zat yang mau diukur
suhunya, lalu zat tersebut memiliki suhu panas, maka cairan pada dasar
celah pipa kapiler akan memuai. Sebaliknya, jika zat tersebut memiliki
suhu dingin, maka cairan pada pipa kapiler akan menyusut (Abdullah,
2016).
Pengujian skala termometer disebut dengan kalibrasi termometer.
Untuk melakukan kalibrasi termometer, digunakan dua acuan, yaitu es
murni ketika mencair sebagai 0℃ (batas tetap bawah) dan air murni
mendidih pada tekanan 76 cm Hg sebagai 100℃ (batas tetap atas).
Kalibrasi termometer perlu dilakukan agar didapat hasil pengukuran
yang benar dan terpercaya, atau dengan kata lain untuk menguji
kelayakan pakai dari suatu termometer (Murdaka, 2018).
Jenis-jenis termometer, dibagi menjadi empat bagian, yaitu
berdasarkan kegunaannya, berdasarkan zat termometriknya,
berdasarkan cara kerjanya, dan berdasarkan pembuatannya (Tripler,
1998).
a. Berdasarkan kegunaannya
➢ Thermometer tubuh/klinis, berfungsi untuk mengukur suhu
tubuh dengan suhu normal adalah 37oC. Skala pada
thermometer ini berkisar antara 35°C sampai dengan 42°C.
Biasanya ditempelkan pada mulut, ketiak, atau anggota
tubuh lainnya.

➢ Thermometer dinding, berfungsi untuk mengukur suhu


kamar atau ruang. Skala pada thermometer ini berkisar
antara -50°C sampai dengan 50°C.

➢ Thermometer maksimum minimum, berfungsi untuk


mengukur suhu maksimum pada siang hari maupun suhu
minimum pada malam hari.

➢ Thermometer batang, berfungsi untuk mengukur suhu


benda. Skala pada thermometer ini berkisarantara-10°C
sampai dengan 110°C.
b. Berdasarkan zat termometriknya
➢ Thermometer zat padat
➢ Thermometer zat cair
➢ Thermometer gas
c. Berdasarkan cara kerjanya
➢ Thermometer raksa, untuk mengukur suhu temperature yang
sangat tinggi maupun sangat rendah.

➢ Thermometer 5lcohol, untuk mengukur temperature


ditingkat yang sangat rendah yaitu -114,9 ℃.

➢ Thermometer infrared, untuk mengukur temperature dengan


benda-benda yang memiliki suhu bergerak cepat, panas, dan
tidak dapat disentuh oleh tangan telanjang.
➢ Thermometer bimetal mekanik, thermometer ini akan
melengkung kearah dua logam berkoefisien tinggi jika
berada di suhu tinggi atau panas.

d. Berdasarkan pembuatannya
➢ Thermometer celcius (skala 0-100oC)
➢ Thermometer farenhit (skala 32-212oF)
➢ Thermometer reamur (skala 273-373oK)
➢ Thermometer kelvin (skala 0-80oR)
Pemisahan adalah proses pemisahan dua zat atau lebih yang saling
bercampur. Pemurnian adalah sebuah proses untuk mendapatkan zat
murni dari suatu zat yang telah tercemar atau tercampur. Campuran
adalah setiap contoh materi yang tidak murni, yaitu bukan sebuah unsur
atau sebuah senyawa. Susunan suatu campuran tidak sama dengan
sebuah zat, dapat bervariasi, campuran dapat berupa homogen dan
heterogen (Petrucci, 1996).
Beberapa cara pemisahan campuran antara lain penyaringan
(filtrasi), sentrifugasi, penguapan, kristalisasi, rekristalisasi, destilasi,
dan dekantasi (Hadi, 1997).
a. Memisahkan zat padat dari suspensi.
➢ Penyaringan (fltrasi) adalah proses pemisahan dari campuran
heterogen yang mengandung cairan dan partikel-partikel padat
dengan menggunakan media filter yang hanya meloloskan
cairan dan menahan partikel-partikel padat. Proses pemisahan
dengan cara filtrasi dapat dibedakan berdasarkan adanya tekanan
dan tanpa tekanan.
➢ Sentrifugasi dapat digunakan untuk memisahkan suspensi yang
jumlahnya sedikit.
b. Memisahkan zat padat dari larutan
➢ Penguapan dengan cara memanaskan larutan sehingga
pelarutnya meninggalkan zat terlarut. Terjadi karena zat terlarut
mempunyai titik didih yang lebih tinggi daripada pelarutnya.
➢ Kristalisasi adalah larutan pekat yang didinginkan sehingga zat
terlarut mengkristal. Terjadi karena kelarutan berkurang Ketika
suhu diturunkan.
➢ Rekristalisasi merupakan pemurnian suatu zat padat dari
campuran/pengotornya dengan cara mengkristalkan kembali zat
tersebut setelah dilarutkan dalam pelarut yang sesuai.
c. Memisahkan campuran zat cair
➢ Destilasi adalah cara pemisahan zat cair dari campurannya
berdasarkan perbedaan titik didih atau berdasarkan kemampuan
zat untuk menguap. Di mana zat cair dipanaskan hingga titik
didihnya,serta mengalirkan uap ke dalam alat pendingin
(kondensor) dan mengumpulkan hasil pengembunan sebagai zat
cair.
➢ Dekantasi (pengendapan) adalah proses pemisahan suatu zat dari
campurannya dengan zat lain berdasarkan pada massa jenis yang
lebih kecil akan berada pada lapisan bagian bawah atau
mengendap.
Destilasi atau penyulingan adalah suatu metode pemisahan bahan
kimia berdasarkan perbedaan kecepatan atau kemudahan menguap
(volatilitas) bahan. Dalam penyulingan, campuran zat dididihkan
sehingga menguap, kemudian uap ini didinginkan kembali ke dalam
bentuk cairan. Zat dengan titik didih lebih rendah akan menguap lebih
dulu (Syukri, 2007).
Pada larutan yang mempunyai kandungan dua komponen volatile
bercampur sempurna, tekanan uap masing-masing komponen akan
turun. Prinsip destilasi, yaitu memisahkan zat melalui perbedaan titik
didih dengan menggunakan labu destilasi (desilator), kondensor,
pemanas, dan gelas ukur sebagai penampung desilat (cairan yang
diembunkan) dimana campuran yang akan dipisah, didihkan sehingga
menguap (fase uap), lalu uap tersebut akan didinginkan kembali ke
dalam bentuk cairan dengan kondensor. Zat yang memiliki titik didih
lebih rendah akan menguap terlebih dahulu. Titik didih adalah
temperatur ketika tekanan atmosfer sama dengan tekanan gas. Tujuan
dari destilasi ini adalah memurnikan suatu zat cair pada titik didihnya,
serta memisahkan cairan tersebut dari zat padat atau zat cair yang
terlarut dengan perbedaan titik cairan murni (Ari, 2008).
Jenis-jenis destilasi yaitu antara lain (Suminar, 2001).
a. Destilasi Sederhana (Biasa)
Prinsip dari destilasi ini adalah dengan menaikan suhu dan tekanan
uap yang berada pada luar cairannya. Metode pemisahan ini
digunakan untuk campuran dua cairan atau lebih yang memiliki titik
didih yang jauh atau bersifat volatile (lebih dari 20℃) dimana cairan
dengan titik didih rendah akan menguap terlebih dahulu.
b. Destilasi Bertingkat (Fraksional)
Prinsip dari destilasi ini adalah memisahkan suatu campuran yang
terdiri dari dua cairan atau lebih yang memiliki perbedaan titik didih
yang berdekatan (kurang dari 20℃), serta bekerja pada tekanan
atomosfer di mana pori-pori dari material, uap akan mengalami
kondensasi terus menerus menyebabkan cairan yang memiliki titik
didih lebih rendah akan terus menuju keatas dan titik didih lebih
tinggi mengalami kondesasi dan turun kembali. Perbedaan destilasi
bertingkat dengan destilasi sederhana terletak pada kolom
fraksionasi di mana kolom ini akan mengalami pemanasan secara
bertahap dengan suhu berbeda setiap platnya sehingga mendapatkan
destilat yang lebih murni. Perbedaan titik didih yang cukup dekat
dikhawatirkan terdapat zat yang tidak diinginkan ikut menguap pada
saat proses pemanasan, maka harus dilakukan destilasi secara
berulang (bertingkat).
c. Destilasi Azeotrop
Prinsip dari destilasi ini adalah untuk menguapkan zat cair tanpa
melakukan perubahan komposisinya.
d. Destilasi Vakum
Prinsip dari destilasi ini adalah untuk senyawa yang tidak stabil yang
dapat terdekomposisi sebelum dan mendekati titik didihnya yaitu
diatas 150℃. Metode pemisahan ini didapat dipakai pada suatu
pelarut yang mempunyai titik didih rendah karena komponen yang
mudah menguap tidak dapat dikondensasi oleh air. Maka dari itu
untuk mengurangi tekanannya akan digantikan dengan vakum atau
aspirator.
IV. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan pada percobaan ini antara lain, batu didih,
connecting tube, 3-way connecting tube, gelas kimia, heating mantle
(penangas air), klem, kondensor, labu flask (labu gondok), labu
penampung (gelas ukur), selang, statif, dan termometer.
Bahan yang digunakan pada percobaan ini antara lain, air, aseton,
dietil eter, es batu, methanol, dan vaseline.
V. Prosedur Kerja
Pada percobaan ini dilakukan kalibrasi termometer, destilasi
sederhana untuk memisahkan dietil eter dari air, dan destilasi bertingkat
untuk memisahkan aseton dari metanol.
Untuk mengkalibrasi termometer, gelas kimia diisi dengan
bongkahan kecil es secukupnya lalu ditambahkan sedikit air dingin
sampai sebagian bongkahan sedikit mengambang di permukaan air.
Selanjutnya, termometer dicelupkan ke dalam air es ini hingga bagian
sensor termometer terendam lalu diaduk perlahan agar suhu homogen
dan diamati penurunan suhu yang terjadi. Ketika suhunya sudah tidak
turun lagi, dan stabil selama 10 – 15 detik, skala termometer dicatat
tanpa mengangkat termometer dari dalam air es. Jika pembacaan skala
berada dalam trayek di bawah 1 ℃ atau di atas 0 ℃, maka termometer
tersebut layak pakai. Jika pembacaan melebihi trayek tersebut,
termometer ditukar dengan yang baru, lalu dikalibrasi lagi. Jika
termometer layak pakai, termometer diangkat dan dikeringkan dengan
kertas tissue.
Untuk memisahkan dietil eter dari air dengan metode destilasi
sederhana, terlebih dahulu dirangkai peralatan destilasi sederhana
dengan cara memasang kondensor pada statif dan klem yang telah diset
kemudian diolesi vaseline pada bagian ujungnya. Setelah itu, adaptor
diolesi dengan vaseline dan disambungkan dengan kondensor. 100 mL
campuran dietileter dan air dimasukkan ke dalam labu flask lalu
ditambahkan satu potong batu didih. Labu flask diletakkan di atas
heating mantle dan disambungkan dengan adaptor. Termometer yang
telah dikalibrasi kemudian dipasang dan ujungnya dipastikan berada
pada pertigaan adaptor. Air masuk dipasang pada kondensor. Setelah
itu, nyalakan heating mantle dan diatur agar destilat menetes secara
teratur dengan kecepatan satu tetes per detik. Suhu dimana tetesan
pertama jatuh diamati dan dicatat. Selanjutnya, penampung diganti
dengan yang bersih, kering dan berlabel untuk menampung destilat
murni, yaitu destilat yang suhunya sudah mendekati suhu didih
sebenarnya sampai suhunya konstan. Suhu dan volume destilat dicatat
secara teratur setiap selang jumlah penampungan destilat tertentu,
misalnya setiap 5 mL penampungan destilat sampai sisa yang didistilasi
tinggal setengahnya.
Untuk memisahkan aseton dan metanol dengan metode destilasi
bertingkat, terlebih dahulu dirangkai peralatan destilasi bertingkat
dengan cara memasang kondensor pada statif dan klem yang telah diset
kemudian diolesi vaseline pada bagian ujungnya. Setelah itu, adaptor
diolesi dengan vaseline dan disambungkan dengan kondensor. 100 mL
campuran aseton dan methanol (1:1) dimasukkan ke dalam labu flask
dan dimasukkan satu potong batu didih. Labu flask diletakkan di atas
heating mantle dan disambungkan dengan adaptor. Termometer yang
telah dikalibrasi kemudian dipasang dan ujungnya dipastikan berada
pada pertigaan adaptor. Air masuk dipasang pada kondensor. Setelah
itu, nyalakan heating mantle dan diatur agar destilat menetes secara
teratur dengan kecepatan satu tetes per detik. Suhu dimana tetesan
pertama jatuh diamati dan dicatat. Selanjutnya, penampung diganti
dengan yang bersih, kering dan berlabel untuk menampung destilat
murni, yaitu destilat yang suhunya sudah mendekati suhu didih
sebenarnya sampai suhunya konstan. Suhu dan volume destilat dicatat
secara teratur setiap selang jumlah penampungan destilat tertentu,
misalnya setiap 5 mL penampungan destilat sampai sisa yang didistilasi
tinggal setengahnya.
VI. Hasil Pengamatan
1. Kalibrasi Termometer
T1 = 23℃
T2 = 0℃
2. Destilasi Sederhana
➢ Suhu saat tetesan pertama jatuh sekitar 35℃
➢ Volume destilasi (dietil eter), yaitu 19 mL
3. Destilasi Bertingkat
➢ Suhu saat tetesan pertama jatuh sekitar 60℃
➢ Volume destilasi (dietil eter), yaitu 15 mL
VII. Pembahasan
Pada percobaann ini dilakukan beberapa percobaan, yaitu kalibrasi
termometer dengan cara dingin, pemisahan dietil eter dari air dengan
destilasi sederhana, dan pemisahan aseton dari metanol dengan destilasi
bertingkat.
Kalibrasi termometer bertujuan untuk menguji kelayakan
termometer hingga skala termometer berada pada suhu terendah atau
suhu tertinggi. Kalibrasi termometer dengan cara dingin menggunakan
es, diuji hingga mencapai suhu terendah (0℃). Sedangkan kalibrasi
termometer dengan cara panas menggunakan uap air, diuji hingga
mencapai suhu tertinggi (100℃). Jika termometer tersebut dapat
mencapai suhu terendah atau suhu tertingginya, maka termometer
tersebut layak pakai.
Prinsip kerja termometer adalah penyusutan pada suhu rendah dan
pemuaian pada suhu tinggi. Hal ini dapat terjadi karena di dalam
termometer terdapat cairan termometrik (air raksa atau alkohol) yang
sifatnya sensitif terhadap pemanasan.
Pada percobaan ini dilakukan kalibrasi termometer dengan cara
dingin. Untuk mengkalibrasi termometer dengan cara dingin, pertama-
tama bongkahan kecil es dimasukkan ke dalam gelas kimia lalu
ditambahkan sedikit air dingin sampai sebagian bongkahan sedikit
mengembang di permukaan air. Bongkahan es digunakan agar dapat
memberikan suhu titik beku, yaitu 0℃. Setelah itu, termometer
dicelupkkan ke dalam air es hingga bagian sensor termometer terendam
tanpa menyentuh dasar gelas kimia karena jika sensor mengenai
permukaan lain pengukuran suhu dapat terganggu. Kemudian, air es di
aduk perlahan dengan termometer agar suhu homogen. Penurunan suhu
termometer diamati. Ketika suhunya tidak turun lagi dan stabil, skala
termometer dicatat tanpa mengangkat termometer dari dalam air es.
Awalnya suhu termometer adalah 23℃, setelah dilakukan kalibrasi
suhunya turun menjadi 0℃, maka termometer tersebut layak untuk
digunakan.
Destilasi sederhana atau destilasi biasa adalah metode pemisahan
untuk memisahkan dua larutan yang saling bercampur homogen yang
memiliki perbedaan titik didih yang berjauhan. Pada percobaan ini
digunakan untuk memisahkan dietil eter dari air karena perbedaan titik
didihnya cukup jauh, lebih dari 50℃. Menurut Norman (1987), titik
didih dietil eter adalah 34,6℃. Menurut Fieser (1957), titik didih air
adalah 100℃.
Untuk melakukan destilasi sederhana, terlebih dahulu dirangkai
peralatan destilasi sederhana dengan cara memasang kondensor pada
statif dan klem yang telah diset kemudian diolesi vaseline pada bagian
ujungnya. Setelah itu, adaptor diolesi dengan vaseline dan
disambungkan dengan kondensor. Penggunaan vaseline bertujuan untuk
memudahkan pelepasan sambungan setiap alat karena saat proses
pemanasan, alat akan memuai. 100 mL campuran dietileter dan air
dimasukkan ke dalam labu flask lalu ditambahkan satu potong batu
didih. Penambahan batu didih bertujuan untuk mencegah terjadinya
bumpling (letupan). Labu flask diletakkan di atas heating mantle dan
disambungkan dengan adaptor. Termometer yang telah dikalibrasi
kemudian dipasang dan ujungnya dipastikan berada pada pertigaan
adaptor. Air masuk dipasang pada kondensor. Air pada kondensor ini
berperan sebagai pendingin yang akan mengubah gas menjadi cairan.
Setelah itu, nyalakan heating mantle dan diatur agar destilat menetes
secara teratur dengan kecepatan satu tetes per detik kemudian diamati
kapan tetesan pertama jatuh. Proses pemanasan akan mengakibatkan
komponen yang memiliki titik didih lebih rendah menguap terlebih
dahulu. Dietil eter memiliki titik didih yang lebih rendah, maka dietil
eter akan menguap terlebih dahulu. Saat dietil eter menguap, uap yang
dihasilkan akan bergerak menuju kondensor yang kemudian akan
didinginkan. Sebelum tetesan pertama jatuh, penampung diganti
dengan yang bersih, kering dan berlabel untuk menampung destilat
murni, yaitu destilat yang suhunya sudah mendekati suhu didih
sebenarnya sampai suhunya konstan. Suhu dan volume destilat dicatat
secara teratur setiap selang jumlah penampungan destilat tertentu,
misalnya setiap 5 mL penampungan destilat sampai sisa yang didistilasi
tinggal setengahnya.
Hasil yang diperoleh, yaitu tetes pertama jatuh pada suhu 35℃
dengan volume destilat 19 mL. Suhu ini lebih rendah dari titik didih
dietil eter, yang dapat disebabkan karena adanya pengotor pada destilat.
Destilasi bertingkat atau destilasi fraksional adalah metode
pemisahan untuk memisahkan dua larutan yang saling bercampur
homogen yang memiliki perbedaan titik didih yang berdekatan. Pada
percobaan ini digunakan untuk memisahkan aseton dari metanol yang
memiliki titik didih cukup dekat, kurang dari 50℃. Menurut Fieser
(1957), titik didih aseton adalah 56℃. Menurut Norman (1987), titik
didih metanol adalah 64,7℃.
Untuk melakukan destilasi bertingkat, cara kerja yang dilakukan
sama dengan destilasi sederhana, hanya pada destilasi bertingkat
digunakan dua buah kondensor karena titik didih senyawa yang akan
dipisahkan berdekatan. Untuk senyawa yang memiliki titik didih sedikit
lebih tinggi (metanol), akan kembali ke dalam labu destilasi atau labu
flask. Sedangkan, untuk senyawa yang memiliki titik didih lebih rendah
(aseton), akan naik terus hingga mengembun dan tertampung menjadi
destilat di labu penampung.
Hasil yang diperoleh, yaitu tetes pertama jatuh pada suhu 60℃
dengan volume destilat 15 mL. Suhu ini lebih tinggi dari titik didih
aseton, yang dapat disebabkan karena adanya pengotor pada destilat.
VIII. Kesimpulan
1. Termometer yang dikalibrasi layak digunakan karena mencapai
suhu terendah, yaitu 0℃.
2. Dietil eter dapat dipisahkan dari air dengan metode destilasi
sederhana, tetesan pertamanya jatuh pada suhu sekitar 35℃.
3. Aseton dapat dipisahkan dari methanol dengan metode destilasi
bertingkat, tetesan pertamanya jatuh pada suhu sekitar 60℃.
IX. Daftar Pustaka
Abdullah, M. (2016). Fisika Dasar I. Bandung: Institut Teknologi
Bandung.
Ari, K. (2008). Jurnal Teknik Lingkungan. Depok: UI Press.
Fieser, L. (1957). Introduction To Organic Chemistry. Tokyo: Maruzen
Company.
Hadi, S. (1997). Metodologi Penelitian. Yogyakarta: UGM Press.
Murdaka, B. (2018). Pengantar Fisika 1. Yogyakarta: UGM Press.
Norman. (1987). Handbook of Qualitative Research. California: Sage
Publications.
Petrucci. (1996). Kimia Dasar Jilid 1. Jakarta: Erlangga.
Sheilana. (2016). Pengertian, Fungsi, dan Macam-Macam Termometer.
Jakarta: Gramedia.
Suminar. (2001). Prinsip-prinsip Kimia Modern Edisi 4 Jilid 1. Jakarta:
Erlangga.
Syukri. (2007). Kimia Dasar II. Bandung: Penerbit ITB.
Tripler. (1998). Fisika untuk Sains dan Teknik. Jakarta: Erlangga.
Yoga. (2014). Fisika Dasar II. Jakarta: Erlangga.

Anda mungkin juga menyukai