Disusun oleh:
(162310101101)
UNIVERSITAS JEMBER
2017
i
i
ANALISA ARTIKEL
Disusun oleh:
(162310101101)
UNIVERSITAS JEMBER
2017
HALAMAN PENGESAHAN
i
Tugas Analisa Pemanfaatan Hasil – hasil Pertanian dalam Pengobatan dengan Judul
“Pengaruh Suplementasi Jahe Bubuk Pada Resistensi Insulin Dan Indeks Glikemik Pada
Pasien Dengan Diabetes”
Nim :162310101101
Makalah ini disusun dengan pemikiran sendiri, bukan hasil jiplakan atau reproduksi ulang
makalah yang telah ada.
Penyusun
` 162310101101
Ns. Wantiyah,
Ns. Wantiyah, M.kep
Nip: 1981071220060420001 M.kepNip:1981071220060420001
KATA PENGANTAR
ii
Puji syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa yang telah melimpahkan hidayahnya dan
inayah-Nya berupa kemampuan berfikir dan analisis sehingga dapat terselesaikan makalah
dengan judul Manfaat jahe Untuk Pengobatan Diabetes. Makalah ini di ajukan sebagai salah
satu persyaratan penilaian mata kuliah Farmakologi di program Studi Ilmu Keperawatan
Univesitas jember. Makalah ini berisikan kemampuan diri dalam menganalisis mengenai
manfaat jahe untuk pengobatan diabetes yang bertujuan untuk menambah wawasan bagi
pembacanya.
Penyusunan makalah ini tidak terlepas dari kontribusi berbagai pihak, makadari itu
penulis mengucapkan trimakasih kepada:
3. teman - teman kelas B PSIK 2016 yang melalu memberikan dukungan dan motivasi
4. semua pihak yang secara tidak langsung membantu terciptanya makalah ini, yang
tidak dapat disebutkan satu per satu
Akhir kata kami menyadari bahwa tiada sesuatu yang sempurna dan makalah ini
tentunya. Kami menyadari bahwa kami masi membutuhkan bimbingan mengingat
keterbatasan informasi, ilmu dan pengetahuan. Oleh sebab itu kami membutuhkan
kritik dan saran yang membangun. Dan semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi kita
semua, trimakasih.
penulis
DAFTAR ISI
Halaman Judul..................................................................................................ii
iii
Kata Pengantar..................................................................................................iii
Daftar Isi...........................................................................................................iv
BAB 1: PENDAHULUAN..............................................................................
1.1 Latar Belakang..........................................................................1
1. 2 Tujuan........................................................................................2
BAB II: Konsep Dasar Obat Tradisional
2.1 Definisi........................................................................................3
2.2 tingkatan obat tradisional.........................................................4
2.3 Syarat-Syarat Obat Tradisional (Safety Drung)....................5
2.4 Peraturan Berkatitan Terkait Obat dan
Pengobatan Tradisonal..................................................................6
BAB 11: Analisis Artikel
3.1 Jenis: Nama Ilmiah tanaman, Ciri Ciri, Nama produk yang
sudah di buat jika ada..............................................................9
3.2 Kandungan Dalam Obat Tradisional....................................11
3.3 Farmasetika.............................................................................12
3.4 Farmako kinetik ....................................................................12
3.5 Farmakodinamik....................................................................12
3.6 Dosis ........................................................................................13
3.7 Indikasi dan Kontra Indikasi.................................................13
3.8 Efek Samping Obat.................................................................14
3.9 Hal Hal yang Harus di Perhatikan........................................14
3.10 Implikasi Keperawatan..........................................................14
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................15
LAMPIRAN..................................................................................................16
iv
BAB 1
PENDAHULUAN
Obat tradisional merupakan warisan budaya bangsa perlu terus dilestariakan dan
dikembangkan untuk menunjang pembangunan kesehatan sekaligus untuk
meningkatkan perekonomian rakyat. Produksi, dan penggunaan obat tradisional di
Indonesia memperlihatkan kecendrungan terus meningkat, baik jenis maupun
volumenya. Perkembangan ini telah mendorong pertumbuhan usaha di bidang obat
tradisional, mulai dari usaha budidaya tanaman obat, usaha industry obat tradisional,
penjaja dan penyeduh obat tradisional atau jamu. Bersamaan itu upaya pemanfaatan
obat tradisional dalam pelayanan kesehatan formal juga terus digalakkan melalui
berbagai kegiatan uji klinik kearah pengembangan fito farmaka (Ditjen POM, 1999).
Pada masa moderen ini obat tradisional sudah banyak terlupakan dan
tergantikan dengan obat obat moderen kapsul sirup dan sejenisnya. Padahal jika diamati
lebih jauh lagi obat obat moderen tersebut, tetap memasukan beberapa obat atau
ramuan tradisional di dalamnya, namun seiring berkembangnya jaman obat tradisonal
mulai hilang karena pada masa moderen ini, masyarakat tidak mau bersusah payah
untuk membuat ramuan obat, dan lebih suka obat instan seperti pil atau kaplet yang
tinggal meminum saja tanpa susah payah membuatnya.
Disini saya menggambil tema tentang salah satu manfaat jahe yaitu untuk
pengobatan diabetes, alasan saya memilih tanaman ini adalah karena taman tersebut
masi banyak dan mudah ditemukan serta masi sering digunakan, jadi dengan adanya
makalah ini saya berharap pembaca tidak hanya menggunakan jahe sebagai bahan
memasak namun juga mengetahui kandungan dan manfaat jahe tersebut khususnya di
bidang diabetes.
Sementara itu peningkatan jumlah penderita diabetes dari tahun ke tahun semakin
meningkat dari 382 juta orang pada 2013 dan diperkirakan akan meningkat menjadi
592 juta pada 2035 (James W,2015)
1
1.2 Tujuan
h. mengetahui farmasetik
i. mengetahui farmakodinamik
j. farmako kinetik
2
BAB 11
2.1 Definisi
Jahe (Zingiber officinale) merupakan tanaman rimpang populer yang dikenal sebagai
rempah-rempah dan bahan obat. Tumbuhan ini berasa pedas karena disebabkan
senyawa keton bernama zingeron, tanaman ini sering dibuat minuman oleh rakyat
Indonesia, selain di Indonesia tanaman ini juga sudah asing di banyak negara denga
sebutan yang berbeda beda. Secara umum, jahe bermanfaat sebagai minuman, bumbu
masak dan obat. Jahe telah terbukti memiliki efek antimikrob (membunuh bakteri),
antifungal (melawan jamur), antioksidan, antiimflamasi (melwan peradangan), dan
imunomodulator (meningkatkan kekebalan), analgesic (menghilangkan rasa nyeri), dan
memiliki efek perlindungan terhadap saluran pencernaan.( Panji Islam,2015)
3
Ciri ciri jahe antara lain mempunyai batang tegak, berakar serabut dan berumbi dengan rimpang
mendatar. Sedang besar kecilnya rimpang tumbuhan jahe sangat ditentukan oleh varitasnya. Rimpang
jane berkulit agak tebal membungkus daging umbi yang berserat dan mempunyai warna coklat
dengan aroma khas. Bentuk daunya berbentuk bulat panjang dan tidak begitu lebat. Bunganya
berbentuk malai dan mempunyai 2 kelamin serta mempuyai 1 benang sari dan 3 putik bunga. Bunga
jahe muncul pada ketiak daun dengan posisi duduk.
Menurut ( Materia Medika, 1978) mengatakan bahwa Pada umumnya jahe dikenal dengan tiga kloni
yakni,
1. Jahe putih besar: rimpangnya lebih besar dan ruas rimpangnya lebi menggembung dari dua klon
lainya
2. Jahe putih kecil: ruasnya kecil agak rata sampai sedikit menggembung
3. Jahe merah: rimpangnya berwarna merah dan lebih kecil dari pada jahe putih kecil.
Tanaman ini hudup dan tersebar di seluruh indonesia, dapa umumnya di taman pada kebun
pekarangan tumbuh di tempat yang terbuka, umunya juga di taman di daerah seperti tanah lempeng
berdebu, lempung berliat dan liat berpasir tumbuh pada ketinggian tempat sampai 900m atau lebih
diatas permukaan laut, tergantung pada kloni yang di tanam. (Materia medika,1978)
Menurut klasifikasi tanaman jahe merupakan tanaman herbal tahunan yang masuk dalam
pengelompokan klasifikasi sebagai berikut:
Kelas : Angiospermae
Sub kelas : monocotyledonae
Ordo : Zingiberelas
Famili : zingiberaceace
Genus : zingiber
Spesies : zingiber officinale Rosc.
Peraturan kepala badan pengawas obat dan makanan Republik indonesia Nomor 12 tahun 2014
Tentang Persyaratan mutu obat tradisional, ada beberapa persyaratan dalam bentuk serbuk
1. Serbuk adalah suatu sediaan obat Tradisonal beupa butiran homogeny degan derajat yang seuai,
terbuat dari ekstrak yang cara penggunaanya disedu dengan air panas atau dilarukan dalam air
dingin (Badan Pengawasan obat dan makanan Republik Indonesia Nomer 12 tahun 2014)
Persyarata Mutu
a. Organoleptik
5
a. Kadar air < 10%
b. Cemaran mikroba
c. Bahan Tambahan
Tidak boleh mengandung pengawet, pengharum dan pewarna, penggunaan pemanis yang
diizinkan tercantum dalam anak lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
peraturan ini (Badan Pengawasan Obat dan Makanan Republik Indonesia Nomer 12 Tahun
2014)
Sediaan lainnya
Serbuk instan, granul, serbuk Efervesn, pil, kapsul lunak, tablet/kaplet, tablet efervesen, tablet hisap,
pastiles, dol/jenang, filem strip dan cairan obat dalam.
b. Kadar air : sediaan padat obat dalam mempunyai kadar air < 10%, kecuali Efervesen < 5%
Menurut peraturan pemerintah republik indonesia nomor 103 tahun 2014 tentang pelayanan kesehatan
tradisional jenis pelayanan tradisional meliputi
6
Menurut pasal 8, 10 dan 14 dari PP Indonesia 2014 Tentang Pengobatan Tradisional Empiris
Kontemporer dan Integritas,
1. pelayanan kesehatan merupakan penerapan pelayanan kesehatan tradisioanl yang manfaat dan
keamannanya terbukti secara empiris.
2. Pelayanan kesehatan Tradisonal Empiris dapat menggunakan satu cara perawatan atau kombinasi
cara perawatan dalam satu sistem pelayanan Kesehatan Tradsional Empiris.
3. Cara perawatan sebagaimana dikasud pada ayat 2 dilakukan dengan menggunakan, keeterampilan
dan ramuan.
Pasal 10
Pasal 14
1. Pelayanan Kesehatan Tradisional Integrasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (1) huruf c
merupakan pelayanan kesehatan yang mengombinasikan pelayanan kesehatan konvensional dengan
Pelayanan Kesehatan Tradisional Komplementer.
2. Pelayanan Kesehatan Tradisional Integrasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan secara
bersama oleh tenaga kesehatan dan tenaga kesehatan tradisional untuk pengobatan/perawatan
pasien/klien.
3. Pelayanan Kesehatan Tradisional Integrasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus
diselenggarakan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan.
7
4. Jenis Pelayanan Kesehatan Tradisional Komplementer sebagaimana dimaksud pada ayat 1
ditetapkan oleh Menteri setelah mendapat rekomendasi dari tim.
5. Tim sebagaimana dimaksud pada ayat 4.terdiri atas unsur Kementerian Kesehatan, organisasi
profesi, praktisi, dan pakar kesehatan tradisional.
Penyehat tadisonal dan tenaga kesehatan tradisional hanya dapat memberikan klien/ pasien
berupa Obat Tradisonal yang di produksi oleh industri / usaha obat Tradisoanl yang sudah berizin
serta memiliki nomor izin edar sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan dan Obat
Tradisional Racikan sendiri sesuai dengan ketentuan peraturan perundang indangan. Tenaga
kesehatan tradisioanl dapat memberikan surat pemintaan Obat Tradisioanl secara tertulis untuk klien ,
ketentuan lebih lanjut mengenai pembuatan dan pemberian Obat Tradisioanl diatur dalam Peraturan
Mentri.
Penyehat tradisional dilarang memberikan dan/atau menggunakan obat bebas, obat bebas
terbatas, obat keras, narkotika, dan psikotropika serta bahan berbahaya, radiasi, invasif, dan
menggunakan alat kesehatan, tumbuhan, hewan, dan mineral yang dilarang sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan. Tenaga kesehatan tradisional dilarang memberikan dan/atau
menggunakan obat keras, narkotika, dan psikotropika serta bahan berbahaya, radiasi, invasif, dan alat
kesehatan yang tidak sesuai dengan kompetensi dan kewenangannya. Penyehat tradisional dan tenaga
kesehatan tradisional dilarang menjual dan/atau mengedarkan obat tradisional racikan sendiri tanpa
izin sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
BAB 111
Analisis Artikel
3.1 Jenis: Nama Ilmiah tanaman, Ciri Ciri, Nama produk yang
sudah di buat jika ada
8
Deskripsi Tanaman
Jahe adalah ramuan, yang sifat herbal yang mirip dengan non-steroid anti-inflammatory drugs
(NSAID), oleh karena itu, dapat mengatur jalur biokimia yang diaktifkan dengan peradangan kronis
seperti diabetes
................................. Tanaman berbatang semu, tinggi 30 cm-1 m, rimpang bila dipotong berwara kuning atau jing
Daun sempit, panjang 15 mm-23 mm, lebar 8 mm-15mm,tangkai daun berambut, panjang 2 mm- 4
mm. Bentuk lidah daun memanjang panjang7,5mm-1 cm, tidak berambut, seludang agak berambut.
Perbungaan berupa malai bersembul dipermukaan tanah, berbentuk tongkak atau bulat telur yang
sempit, 2,75 sampai 3 kali lebarnya, sangat tajam, panjang maial 3,5 cm- 5 cm, lebar 1,5 cm-1,75 cm.
gagang bunga hampir tidak berambut, panjang 25 cm, rahis brambut jarang, sisik pada gagang
terdapat 5 buah-7 buah. Berbentuk lanset, letaknya berdekatan atau rapat, hampir tidak berambut.
Panjang sisik 3 cm-5 cm.
Menurut klasifikasi tanaman, jahe adalah tanaman herba tahunan yang termasuk ke
dalam pengelompok-an atau klasifikasi sebagai berikut :
Kelas : Angiospermae,
Sub kelas : Monocotyledonae,
Ordo : Zingiberales,
Famili : Zingiberaceae,
Genus : Zingiber,
Spesies : Zingiber officinale Rosc.
Gambar jahe
�
Jahe putih besar jahe putih kecil jahe merah
10
Pengobatan tradisonal dengan jahe merah merupakan salah satu pengobatan yang banyak
dimanfaatkan saat ii. Salah satunya yaitu sebagai obat diabetes tipe 11 dan juga sebaga obat mual dll,
banyak sekali manfaat jahe yang bisa kita dapatkan.
Kandungan Kimia
Menurut Direktorat Gizi Departemen Kesehatan Republik Indonesia (1972) komponen terbesar
penyusun jahe segar adalah air. Jahe kering mengandung minyak astri sebanyak 1-3%. Komponen
utama jahe adalah zingibener dan zingberol, senyawa ini yang menyebabkan jahe berbau harum,
sifatnya mudah menguap dan dipatkan dari cara destilasi. Selain itu, jahe juga mengandung oleorsein
senyaka 3-4%. Komponen penyusun adalah gliserol, ahogaol, dan resin. Senyawa- senyawa tersebut
yang menyebabkan rasa pedas pada jahe. Sifatnya tidak mumdauh menguap , cara memperolehnya
dengan proses ekstrasi (fakhrudin,1978) adanya minyak astri dan oleorsin pada jahe inilah yang
menyebabkan sifat khas jahe.
Aroma jahe disebabkan oleh minyak astri, sedangkan oleorisin menyebabkan rasa pedas.
Komposisi kimiawi rimpang jahe menentukan tinggi rendahnya nilai aroma dan pedasnya rimpang
jahe. Beberapa faktor yang mempengaruhi komposisi kimiawi rimpang jahe ialah jenisnya, keadaan
tanah pada waktu jahe ditanam, cara budidaya, umur rimpang jahe pada saat dipanen, serta perilaku
terhadap hasil rimpang pasca panen (fakhrudin,1978). Kandungan gliseol pada jahe juga mengandung
komponen aktif jahe yang menghambat produksi peraangan penyebab prostaglandins.
3.3 Farmasetika
Penelitihan ini dilakukan secara double-blind, kontrol plasebo dengan patisipasi dari 88 paisen
dengan diabetes tipe 11 dilakukan di Yazed Diabetes Reseaerch Center antra Januari – juli 2014.
Mengginggat 0,05, kekuatan tes sebesar 80% dan mencapai dua unit perbedaan yang mendasar
kelompok dalam resistensi insulin berarti ukuran sampel diperkiran 40. Dengan asumsi a10% gesekan
44 pasien. Dalam setiap kelompok dimasukan kriteria insulin adalah: memiliki diabetes tipe 2 selama
setidaknya 10 tahn FBS < 180 dan 2 h-gula darah < 250 mg/ dl, tidak ada kehamilan atau menyusui,
tidak ada gangguan autoimun, tidak ada penyakit istemik atau ginajl, jantung, tidak ada tiroid dan
kronis penyakit matory inflam, ulkus peptikum dan infeksi tidak ada konsumsi rutin jahe atu obat
herbal lainya, tidak ada kepekaan terhadap jahe, indeks massa tubuh (BMI) < 40kg / m2, tidak ada
konsumsi sumplemen seperti vitamin C< E dan Omega 3 selama sebelum mulai penelitian.
Kriteria ekslusi adalah, tidak ada konsumsi lebih dari 20% dari kapsul), setiap sensitiv karena
konsumsi jahe dilaporkan oleh pasien atau melihat setelah awal penelitian, konsumsi vitamin, mineral
atau suplemengizi hanya konsumsi alkohol atau pabat obatan narkotika. Dan setiap variasi dalam
11
pengobatan rutin menurut dokter, pesien merespon munculnya variasi dalam jenis dan dosisi oabt
yang akan dikonsumsi dan pengobatan insulin.
3.4 Farmakokinetik
Menurut Zick SM,et al.2008. pada manusia konjugat jahe mulai muncul 30 menit seleah
pemeberian melalui oral, dan pencapaian timax antara 45-120 menit dengan t0,5 eleminasi 75-120
menit pada dosis dua gram. Pada uji ini tidak ada efek samping dilaporkan setelah menggunakan 2g
ekstrak jahe.
3.5 Farmakodinamik
Efek Kepatuhan dalam mengkonsumsi kapsul
Kepatuhan dalam mengkonsumsi kapsul dalam dua kelompok ternyata lebih tinggi dari 98% sehingga
menunjukan pengamatan baik dari protokol penelitihan oleh pasien. Semua pasien menerima agem
hipoglikemik oral, 50(61,7%) adalah perempuan dan 31 (38,3%) laki-laki. Usia rata-rata pasien GG
dan PG menunjukan untuk menjadi masing masing 49,83 ± 7, 7,70. Kaakteristik dasar pasien
sebelum penelitian menunjukan tidak ada perbedaan statistik pada variabel dua kelompok.
Asupan makanan sehari-hari energi dan beberapa nutrisi telah dilaporkan menurut hasil, tidak ada
perbedaan vertikal statis yang ditemukan antara kelompok dalam hal asupan makanan sehari-hari
energi dan nutrisi di awal dan akhir intervensi. Indeks glikemik indeks QUICKI, dan BMI ada
penurunan yang signifikan dari FBS berarti (10,5%) di GG setelah intervensi (p = 0,003).
3.6 Dosis
Para pasien dikategorikan menjadi 2 kelompok jahe (GG) dan plasebo (PG) melalui tabel angka
acak, GG dikonsumsi sehari-hari 3 kapsul satu-garam mengandung jahe pow-der sedangkan
kelompok lainya mengandung antuk mengontrol selulosa microcrys- talline, baik setelah mengambil
makanan dan selama 8 minggu.
Para peneliti memperoleh akses ke suplemen ini dengan obat herbal Bou-Ali Ina pada peneliti
Corparation di Ghom, Iran mereka meindak lanjut dari pasien untuk mengontrol mereka
mengkonsumsi kapsul, respon terhadap pertanyaan yang relevan, pengamatan dilakukan mingguan
melalui telepon dan setiap minggu melalui pemantauan pasien mengacu Yazd Diabetes Research
Center untuk menerima sules cap- untuk beberapa minggu mendatang
Perhatikan bahwa tidak semua suplemen yang benar-benar disampaikan kepada para peserta.
Diyakini konsumsi suplement dukungan dan palasebo oleh peserta dan perhitungan tingkat kepatuhan
konsumsi kapsul, para peserta diminta untuk pertama memberi kontak kosong kapsul dan kemudian
menerima orang-orang baru yang diperlukan untuk dua minggu kedepan.
Penelitian ini menunjukan bahwa konsumsi haria 3g bubuk jahe dalam kapsul oleh pasien dengan
diabetes tipe 2 selama 8 minggu menyebabkan peningkatan indeks yang terkait dengan kontrol
diabetes. Salah satu hasil yang pasti adalah penurunan yang signifikan dari FBS dan HBA1c di GG
12
dibandingkan dengan jahe (N=40) rata-rata ± SD
...................................... Indikasi dari jahe tidak hanya bisa menganggatkan tubuh dan mengobati diabetes namun
komposisi dari jahe pun juga banyak manfaatnya untuk pengurangan lemak menurut NSAID. Dan itu
pun juga yang bisa menjadi alasan untuk respon peningkatan pengobatan yang lebih baik.
................................ Kontraindikasi jahe juga mempunyai efeksamping yang serius jika di konsumsi secra berlebih
oleh ibu hamil karena pada jah ememiliki sifat yang panas dan memnyebabkan bahaya bagi janin
yang ada dalam kandungan.
Jahe adalah ramuan, yang sifatnya herbal yang mirip dengan non-steorid antiinflamasi
durgs(NSID) oleh karena itu dapat mengatur jalur biokimia yang diaktifkan dengan peradangan
kronis seperti diabetes tipe 11 peneliti laboratorium telah meunjukan bahwa efek inflamasi jahe
baruang anti yang dapat mencegah metabolisme asam arakidonat dengan penghambatan
siklooksigenase dan lipooxy genase. Akibatnya adala kemungkinan jahe memiliki efek ini karena
penghambatan prostaglandin dan leukotrien production.
Salah satu kemungkinan efek jahe penghambatan fosdorilasa hati untuk mengurangi glikolisis hati
dan mengingkatkan aktivitas enzim yang menyebabkan perkembangan dari glikolisis. Efek lain yang
mungkin dari jahe dapat penghambatan ektivitas enzim glukosa-6- fosfatase hati sehingga
menyebabkan pengurangan glucose.
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Shirdel et al. di Iran (2009), antidiabetes dan
antilipidemic efek jahe pada tikus diabetes dipengaruhi oleh aloxanmonohydrate dan parison com
dengan glibenclamide diselidiki hasil yang mencerminkan penurunan signifikan glukosa serum
dengan jahe, Singh et al. (2009) di India, glukosa darah menurunkan, menurunkan lipid, dan efek
antioksidan dari gingerol tipe 2 diabetes tikus dihasilkan pengurangan yang signifikan dalam
konsentrasi berat badan, glukosa, insulin dan lipid dibandingkan dengan dikendalikan atau diet.
jahe sangat berbahaya bagi wanita yang sedang mengandung untuk dikonsumsi karena jahe
memiliki sifat pedas dan panas yang bersifat dapat menggugurkan kandungan. Jahe juga sangat tidak
dianjurkan untuk dikonsumsi oleh seseorang yang memiliki riwayat kesehatan yang kurang baik
atau sedang menjalankan pengobatan dengan mengkonsumsi obat-obatan seperti obat pengencer
darah terlalu sering. Sebaiknya mereka mengkonsumsi rimpang ini maksimal sebanyak 4 gram
dalam sehari, nsmun jika dikonsumsi lebih dari itu ditakutkan dapat dapat menyebabkan terjadinya
13
gangguan kesehatan yang lebih parah lagi. Perlu juga untuk anda waspadai, jangan pernah
mengkonsumsi rimpang jahe ini bersamaan dengan mengkonsumsi obat-obatan lain seperti jenis
obat antiinflamasi nonsteroid.
Bab IV
PENUTUP
4.1 kesimpulan
................................ Jahe adalah ramuan, yang sifat herbal yang mirip dengan non-steroid anti-inflammatory drug
(NSAID), oleh karena itu, dapat mengatur jalur biokimia yang diaktifkan dengan peradangan kronis
seperti diabetes. Tanaman berbatang semu, tinggi 30 cm-1 m, rimpang bila dipotong berwara kuning
atau jingga. Daun sempit, panjang 15 mm-23 mm, lebar 8 mm-15mm,tangkai daun berambut, panjang
2 mm- 4 mm. Bentuk lidah daun memanjang panjang7,5mm-1 cm, tidak berambut, seludang agak
berambut. Perbungaan berupa malai bersembul dipermukaan tanah, berbentuk tongkak atau bulat telur
yang sempit, 2,75 sampai 3 kali lebarnya, sangat tajam, panjang maial 3,5 cm- 5 cm, lebar 1,5 cm-
1,75 cm. gagang bunga hampir tidak berambut, panjang 25 cm, rahis brambut jarang, sisik pada
gagang terdapat 5 buah-7 buah.
kering mengandung minyak atsiri sebanyak 1-3 persen. Komponen utamanya adalah
....................................zingiberene dan zingiberol, senyawa ini yang menyebabkan jahe berbau harum, sifatnya mudah
menguap dan didapatkan dari cara destilasi. Selain itu, jahe juga mengandung oleoresin sebanyak 3-4
persen. Komponen penyusunnya adalah gingerol, shogaol, dan resin. Senyawa-senyawa tersebut yang
menyebabkan rasa pedas pada jahe. Sifatnya tidak mudah menguap, cara memperolehnya dengan
proses ekstraksi (Fakhrudin, 1978) Adanya minyak atsiri dan oleoresin pada jahe inilah yang
menyebabkan sifat khas jahe.
4.2 saran
Masyarakatan di indonesia dan dunia dapat mengerti manfaat dan cara pengolahan jahe yang
benar dan tetap terus menggunakan produk produk hasil pertanian. Dan untuk pada perawat serta
tenaga medis lebih memberikan edukasi pada masyarakat mengenai manfaat tanaman herbal untuk
kesehatan, agar suapa masyarakat lebih paham mengenai manfaat tanaman herbal.
14
Daftar pustaka
Khosravi, H.M.dkk.2014.the effect off gingeer powdeer supplementation on insulin resistance and
glycemic indecs in patients with type 2 diabetes: A randomized, doouble-blind,placebo-controlled
trial.ELSEVIER
http://www.complementarytherapiesinmedicine.com/article/S0965- 2299(14)00002-
8/abstract [diakses pada tanggal 20 maret 2017]
Daily, J.W. yang Mini.dkk.2015.efficanci of ginger for treating type 2 diabetes: A systematic review
and meta-analysis of randomize clinical trialssouth korea.ELSIVIER
15
www.sciencedirect.com/science/article/pii/S2352618115000086 efficacy of ginger for
treating type 2 diabetes: A systematic review and meta-analysis of randomized clinical trials
[diakses pada 20 maret 2017]
hapsari, putri hanum.2014.pengaruh pemberian jahe merah zingiber ovicinalevar rubrum terhadap kadar
kolestrol ldl wanita disllipidemia.semarang:universitas diponegoro.
www.eprints.undip.ac.id/45768/1/690_HANUM_PUTRI_HAPSARI.pdfpengaruh pemberian
jahe merah zingiber ovicinal var rubrum terhadap kadar kolesterol ldl wanita disllipidemia
[diakses pada 27 maret 2017]
BPOM.2014.kepala badan pengawas obat dan makanan republik Indonesia:BPOM
related:jdih.pom.go.id/showpdf.php?u=JnVHSX1tl
%2FEtTUn6qB44HXN1qEEzv7A4i2V1hmR9SOs%3D peraturan kepala badan pengawas obat
dan makanan republik indonesia
[ diakses pada tanggal 01 april 2017]
Lampiran
1. Lembar Bimbingan
2. Jurnal Utama
3. Jurnal pendukung
16
Complementary Therapies in Medicine (2014) 22, 9—16
ScienceDirect
journal homepage:www.elsevierhealth.com/journals/ctim
17
The effect of ginger powder
supplementation on insulin resistance
and glycemic indices in patients with
type 2 diabetes: A randomized, double-
blind, placebo-controlled trial
a,∗
Hassan Mozaffari-Khosravi , Behrouz Talaei
a b a
, Beman-Ali Jalali , Azadeh Najarzadeh ,
c
Mohammad Reza Mozayan
aDepartment of Nutrition, Faculty of Health, Yazd Diabetes Research Center, Shahid Sadoughi University
of Medical Sciences, Yazd, Iran
b
Department of Biochemistry, Faculty of Medical Sciences, Shahid Sadoughi University of Medical
Sciences, Yazd, Iran
c
Department of English Language, Faculty of Medicine, Shahid Sadoughi University of Medical
Sciences, Yazd, Iran
KEYWORDS
Summary
Ginger;
Objective: To identify the effect of some herbal products on insulin resistance. Regarding
the scientific evidences existing about ginger, this research was therefore carried out to
identify the effect of ginger supplementation on insulin resistance and glycemic indices in
Diabetes mellitus;
diabetes mellitus.
Insulin resistance
GG received 3 one-gram capsules containing ginger powder whereas the PG received 3 one-
gram microcrystalline-containing capsules daily for 8 weeks. HbA1c, fructosamine, fasting
blood sugar (FBS), fasting insulin, homeostasis model assessment insulin resistance index
(HOMA-IR), b-cell function (ˇ%), insulin sensitivity (S%) and the quantitative insulin sensitivity
check index (QUICKI) were assessed before and after the intervention.
Results: FBS mean showed a decrease of 10.5% (p = 0.003) in the GG whereas the mean had
an increase of 21% in the PG (p = 0.01). Variation in HbA1c mean was in line with that of
FBS. Statistical difference was found in the two groups before and after the intervention in
terms of median of fasting insulin level, S% and HOMA-IR (P < 0.005). Moreover QUICKI mean
increased significantly in the two groups, the mean difference, however, was significantly
higher in the GG.
18
∗
Corresponding author. Tel.: +98 351 7249333; fax: +98 351 7258413.
0965-2299/$ — see front matter © 2014 Elsevier Ltd. All rights reserved.
http://dx.doi.org/10.1016/j.ctim.2013.12.017
19
10 H. Mozaffari-Khosravi et al.
Conclusions: The study demonstrated that daily consumption of 3 one-gram capsules of ginger
powder for 8 weeks is useful for patients with type 2 diabetes due to FBS and HbA1c reduction
and improvement of insulin resistance indices such as QUICKI index. © 2014 Elsevier Ltd. All
rights reserved.
Dose, type of supplement, and samples was performed at the room temperature and at 3000 rpm
intervention duration for 10 min so as to separate serum. FBS was assessed using an
enzymatic (glucose oxidize-peroxides) in vitro test (Autoanalyser;
Echo Plus Corporation, Roma, Italy). HbA1c was measured using ion
exchange chromatog-raphy. Measuring fructosamine was also
The patients were categorized into 2 groups of ginger (GG) accomplished using colorimetric method through alpha-classic
and placebo (PG) through table of random numbers, the autoanalyzer (made in Iranazma Corporation, Mashhad, Iran).
GG consumed daily 3 one-gram capsules containing ginger Fasting serum insulin concentration was also assessed using ELISA
pow-der whereas the other group received capsules of the kits (Diametra Corporation, Milan, Italy) with a sensitivity of 2
same color and number as GG but containing cellulose IU/ml. Homeostasis model assessment insulin resistance
microcrys-talline, both after taking meals and for 8 weeks.
Measurements
Data analysis
Results
Enrollment
Excluded (n= 62 )
Randomized (n=88)
Allocation
Allocated to ginger group (n= 44) Allocated to placebo group (n= 44)
Follow-Up
Analysis
Analysed (n=40 )
Analysed (n= 41 )
variables (N = 41) (N = 40) value Other insulin resistance indices are represented in
Table 4. A significant decrease in the median of fasting
Mean ± SD Mean ± SD insulin concentration and HOMA-IR was detected in the
two groups before and after the intervention (P < 0.005)
Age (year) 51.05 ± 7.70 49.83 ± 7.23 0.46 whereas no significant difference was observed between
the groups before and after the intervention. A significant
Height (cm) 162.21 ± 9.24 159.00 ± 10.08 0.15 increase in the median of S% was depicted in the two
groups at the beginning and the end of the intervention (P
Weight (kg) 74.63 ± 11.48 71.20 ± 16.08 0.27 < 0.005) whereas no significant difference was observed
between the groups before and after the intervention.
Body mass 28.51 ± 4.95 28.09 ± 5.29 0.71
index
The researchers did not identify a significant differ-
2 ence in the median of ˇ% in the GG before and after the
(kg/m )
intervention (p = 0.75) whereas a significant decrease was
found in the PG (P < 0.005). On the other hand, a signifi-
Gender N (%) N (%) cant difference was detected between the groups before
the intervention (P = 0.008) whereas no such a difference
Male 18 (43.9) 13 (32.5) 0.2 was discerned at the end.
Discussion
Table 2 Comparison of daily dietary intake of energy and some nutrients before and after the intervention in ginger and
placebo groups.
Energy (kcal)
P-value 0.79
Carbohydrate (g)
P-value 0.28
Protein (g)
P-value 0.62
Fat (g)
P-value 0.66
Cholesterol (mg)
P-value 0.78
Fiber (g)
P-value 0.84
Salt (g)
Table 3 Comparison of glycemic indices, QUICKI index, and body mass index before and after the intervention in ginger and
placebo groups.
HbA1c
HbA1c (mmol/mol)
Placebo 52 ± 15 66 ± 21 5 ± 13 <0.001
Fructosamine (mmol/l)
QUICKI
2
Body mass index (kg/m )
Percentiles Percentiles
P-value 0.55
HOMA-IR
P-value 0.54
P-value 0.62
P-value 0.54
Ginger supplementation and insulin resistance in diabetes mellitus 15
Conflict of interests
Nothing to declare.
Funding
Acknowledgements
References
11. Grzanna R, Lindmark L, Frondoza CG. Ginger — an herbal medic-inal product with broad anti-inflammatory actions. J
Med Food 2005;8(2):125—32.
12. Srivastava KC. Aqueous extracts of onion, garlic and gin-ger inhibit platelet aggregation and alter arachidonic acid
metabolism. Biomed Biochim Acta 1984;43(8—9):S335—46.
13. Srivastava KC, Mustafa T. Ginger (Zingiber officinale) in rheumatism and musculoskeletal disorders. Med Hypotheses
1992;39(December (4)):342—8.
14. Surh YJ, Lee E, Lee JM. Chemoprotective properties of some pungent ingredients present in red pepper and ginger.
Mutat Res 1998;402(June (1—2)):259—67.
15. Kiuchi F, Iwakami S, Shibuya M, Hanaoka F, Sankawa U. Inhibition of prostaglandin and leukotriene biosynthesis by gingerols and
diarylheptanoids. Chem Pharm Bull (Tokyo) 1992;40(February
(2)):387—91.
16. Zhang XF, Tan BK. Effects of an ethanolic extract of Gynura procumbens on serum glucose, cholesterol and triglyceride
levels in normal and streptozotocin-induced diabetic rats. Singapore Med J 2000;41(January (1)):9—13.
17. Shirdel Z, Mirbadalzadeh H, Madani H. Anti-diabetic and anti lipidemic properties of ginger in comparison gliben-
clamide in alloxan-diabetes rat. Iran J Diab Lipid Disorders 2009;9(1):7—15.
18. Singh A, Akanksha, Singh N, Maurya R, Arvind Kumar S. Anti-hyperglycaemic, lipid lowering and anti-oxidant proper-
ties of 6-gingerol in db/db mice. Int J Med Sci 2009;1(12): 536—44.
19. Goyal RK, Kadnur SV. Beneficial effects of Zingiber officinale on goldthioglucose induced obesity. Fitoterapia
2006;77(April
(3)):160—3.
20. Mozaffari-Khosravi H, Hosseinzadeh-Shamsi-Anar M, Salami MA, Hadinedoushan H, Mozayan MR. Effects of a single
post-partum injection of a high dose of vitamin D on glucose tolerance and insulin resistance in mothers with first-
time ges-tational diabetes mellitus. Diab Med 2012;29(January (1)): 36—42.
21. Al-Amin ZM, Thomson M, Al-Qattan KK, Peltonen-Shalaby R, Ali M. Anti-diabetic and hypolipidaemic properties of
ginger (Zin-giber officinale) in streptozotocin-induced diabetic rats. Br J Nutr 2006;96(October (4)):660—6.
22. Bhandari U, Kanojia R, Pillai KK. Effect of ethanolic extract of Zingiber officinale on dyslipidaemia in diabetic rats.
J Ethnopharmacol 2005;97(February (2)):227—30.
23. Bordia A, Verma SK, Srivastava KC. Effect of ginger (Zingiber officinale Rosc.) and fenugreek (Trigonella
foenumgraecum L.) on blood lipids, blood sugar and platelet aggregation in patients with coronary artery disease.
Prostaglandins Leukot Essent Fatty Acids 1997;56(May (5)):379—84.