Anda di halaman 1dari 40

THE EFFECT OFF GINGEER POWDEER SUPPLEMENTATION ON INSULIN

RESISTANCE AND GLYCEMIC INDECS IN PATIENTS WITH TYPE 2 DIABETES: A


RANDOMIZED, DOOUBLE-BLIND,PLACEBO-CONTROLLED TRIAL.

Disusun oleh:

Nia Nofilia Widarto

(162310101101)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS JEMBER

2017

i
i
ANALISA ARTIKEL

THE EFFECT OFF GINGEER POWDEER SUPPLEMENTATION ON INSULIN


RESISTANCE AND GLYCEMIC INDECS IN PATIENTS WITH TYPE 2 DIABETES: A
RANDOMIZED, DOOUBLE-BLIND,PLACEBO-CONTROLLED TRIAL.

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Farmakologi dalam Keperawatan

Dosen pembimbing: Ns. Wantiyah, M.kep

Disusun oleh:

Nia Nofilia Widarto

(162310101101)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS JEMBER

2017

HALAMAN PENGESAHAN
i
Tugas Analisa Pemanfaatan Hasil – hasil Pertanian dalam Pengobatan dengan Judul

“Pengaruh Suplementasi Jahe Bubuk Pada Resistensi Insulin Dan Indeks Glikemik Pada
Pasien Dengan Diabetes”

Yang disusun oleh :

Nama : Nia Nofilia Widarto

Nim :162310101101

Telah di sahkan dan di setujui untuk diseminkan dan dikkumpulkan pada:

Hari/taggal: Sabtu 22 april 2017

Makalah ini disusun dengan pemikiran sendiri, bukan hasil jiplakan atau reproduksi ulang
makalah yang telah ada.

Penyusun

Nia Nofilia Widarto

` 162310101101

Mengetahui, Dosen Pembimbing


Penanggung jawab mata kuliah

Ns. Wantiyah,
Ns. Wantiyah, M.kep
Nip: 1981071220060420001 M.kepNip:1981071220060420001

KATA PENGANTAR

ii
Puji syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa yang telah melimpahkan hidayahnya dan
inayah-Nya berupa kemampuan berfikir dan analisis sehingga dapat terselesaikan makalah
dengan judul Manfaat jahe Untuk Pengobatan Diabetes. Makalah ini di ajukan sebagai salah
satu persyaratan penilaian mata kuliah Farmakologi di program Studi Ilmu Keperawatan
Univesitas jember. Makalah ini berisikan kemampuan diri dalam menganalisis mengenai
manfaat jahe untuk pengobatan diabetes yang bertujuan untuk menambah wawasan bagi
pembacanya.

Penyusunan makalah ini tidak terlepas dari kontribusi berbagai pihak, makadari itu
penulis mengucapkan trimakasih kepada:

1. Ns. Wantiyah, M.kep. selaku Dosen pengapu mata kuliah Farmakologi

2. Ns. Wantiyah,M.Kep. selaku Dosen pembina

3. teman - teman kelas B PSIK 2016 yang melalu memberikan dukungan dan motivasi

4. semua pihak yang secara tidak langsung membantu terciptanya makalah ini, yang
tidak dapat disebutkan satu per satu

Akhir kata kami menyadari bahwa tiada sesuatu yang sempurna dan makalah ini
tentunya. Kami menyadari bahwa kami masi membutuhkan bimbingan mengingat
keterbatasan informasi, ilmu dan pengetahuan. Oleh sebab itu kami membutuhkan
kritik dan saran yang membangun. Dan semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi kita
semua, trimakasih.

Jember, 22 April 2017

penulis

DAFTAR ISI

Halaman Judul..................................................................................................ii
iii
Kata Pengantar..................................................................................................iii
Daftar Isi...........................................................................................................iv
BAB 1: PENDAHULUAN..............................................................................
1.1 Latar Belakang..........................................................................1
1. 2 Tujuan........................................................................................2
BAB II: Konsep Dasar Obat Tradisional
2.1 Definisi........................................................................................3
2.2 tingkatan obat tradisional.........................................................4
2.3 Syarat-Syarat Obat Tradisional (Safety Drung)....................5
2.4 Peraturan Berkatitan Terkait Obat dan
Pengobatan Tradisonal..................................................................6
BAB 11: Analisis Artikel
3.1 Jenis: Nama Ilmiah tanaman, Ciri Ciri, Nama produk yang
sudah di buat jika ada..............................................................9
3.2 Kandungan Dalam Obat Tradisional....................................11
3.3 Farmasetika.............................................................................12
3.4 Farmako kinetik ....................................................................12
3.5 Farmakodinamik....................................................................12
3.6 Dosis ........................................................................................13
3.7 Indikasi dan Kontra Indikasi.................................................13
3.8 Efek Samping Obat.................................................................14
3.9 Hal Hal yang Harus di Perhatikan........................................14
3.10 Implikasi Keperawatan..........................................................14

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................15
LAMPIRAN..................................................................................................16

iv
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Obat tradisional merupakan warisan budaya bangsa perlu terus dilestariakan dan
dikembangkan untuk menunjang pembangunan kesehatan sekaligus untuk
meningkatkan perekonomian rakyat. Produksi, dan penggunaan obat tradisional di
Indonesia memperlihatkan kecendrungan terus meningkat, baik jenis maupun
volumenya. Perkembangan ini telah mendorong pertumbuhan usaha di bidang obat
tradisional, mulai dari usaha budidaya tanaman obat, usaha industry obat tradisional,
penjaja dan penyeduh obat tradisional atau jamu. Bersamaan itu upaya pemanfaatan
obat tradisional dalam pelayanan kesehatan formal juga terus digalakkan melalui
berbagai kegiatan uji klinik kearah pengembangan fito farmaka (Ditjen POM, 1999).

Pada masa moderen ini obat tradisional sudah banyak terlupakan dan
tergantikan dengan obat obat moderen kapsul sirup dan sejenisnya. Padahal jika diamati
lebih jauh lagi obat obat moderen tersebut, tetap memasukan beberapa obat atau
ramuan tradisional di dalamnya, namun seiring berkembangnya jaman obat tradisonal
mulai hilang karena pada masa moderen ini, masyarakat tidak mau bersusah payah
untuk membuat ramuan obat, dan lebih suka obat instan seperti pil atau kaplet yang
tinggal meminum saja tanpa susah payah membuatnya.

Disini saya menggambil tema tentang salah satu manfaat jahe yaitu untuk
pengobatan diabetes, alasan saya memilih tanaman ini adalah karena taman tersebut
masi banyak dan mudah ditemukan serta masi sering digunakan, jadi dengan adanya
makalah ini saya berharap pembaca tidak hanya menggunakan jahe sebagai bahan
memasak namun juga mengetahui kandungan dan manfaat jahe tersebut khususnya di
bidang diabetes.

Sementara itu peningkatan jumlah penderita diabetes dari tahun ke tahun semakin
meningkat dari 382 juta orang pada 2013 dan diperkirakan akan meningkat menjadi
592 juta pada 2035 (James W,2015)

1
1.2 Tujuan

a. mengetahui definisi jahe

b. mengetahui ciri-ciri jahe

c. mengetahui macam macam dan jenis jahe

d. Mengetahui lebih dalam manfaat jahe

e. Mengetahui kandungan dari jahe

f. Mengetahui efek samping dari jahe

g. Mengetahui Proses pengolahan jahe sebagai obat tradisional yang benar

h. mengetahui farmasetik

i. mengetahui farmakodinamik

j. farmako kinetik

k. Memahami peran prawat dalam mengimplikasikan obat tradisional (jahe)

l. indikasi dan kontra indikasi dari obat tradisional jahe

2
BAB 11

KONSEP DASAR OBAT TRADISIONAL

2.1 Definisi

Jahe (Zingiber officinale) merupakan tanaman rimpang populer yang dikenal sebagai
rempah-rempah dan bahan obat. Tumbuhan ini berasa pedas karena disebabkan
senyawa keton bernama zingeron, tanaman ini sering dibuat minuman oleh rakyat
Indonesia, selain di Indonesia tanaman ini juga sudah asing di banyak negara denga
sebutan yang berbeda beda. Secara umum, jahe bermanfaat  sebagai minuman, bumbu
masak dan obat. Jahe telah terbukti memiliki efek antimikrob (membunuh bakteri),
antifungal (melawan jamur), antioksidan, antiimflamasi (melwan peradangan), dan
imunomodulator (meningkatkan kekebalan), analgesic (menghilangkan rasa nyeri), dan
memiliki efek perlindungan terhadap saluran pencernaan.( Panji Islam,2015)

3
Ciri ciri jahe antara lain mempunyai batang tegak, berakar serabut dan berumbi dengan rimpang
mendatar. Sedang besar kecilnya rimpang tumbuhan jahe sangat ditentukan oleh varitasnya. Rimpang
jane berkulit agak tebal membungkus daging umbi yang berserat dan mempunyai warna coklat
dengan aroma khas. Bentuk daunya berbentuk bulat panjang dan tidak begitu lebat. Bunganya
berbentuk malai dan mempunyai 2 kelamin serta mempuyai 1 benang sari dan 3 putik bunga. Bunga
jahe muncul pada ketiak daun dengan posisi duduk.

Menurut ( Materia Medika, 1978) mengatakan bahwa Pada umumnya jahe dikenal dengan tiga kloni
yakni,

1. Jahe putih besar: rimpangnya lebih besar dan ruas rimpangnya lebi menggembung dari dua klon
lainya
2. Jahe putih kecil: ruasnya kecil agak rata sampai sedikit menggembung
3. Jahe merah: rimpangnya berwarna merah dan lebih kecil dari pada jahe putih kecil.
Tanaman ini hudup dan tersebar di seluruh indonesia, dapa umumnya di taman pada kebun
pekarangan tumbuh di tempat yang terbuka, umunya juga di taman di daerah seperti tanah lempeng
berdebu, lempung berliat dan liat berpasir tumbuh pada ketinggian tempat sampai 900m atau lebih
diatas permukaan laut, tergantung pada kloni yang di tanam. (Materia medika,1978)
Menurut klasifikasi tanaman jahe merupakan tanaman herbal tahunan yang masuk dalam
pengelompokan klasifikasi sebagai berikut:
Kelas : Angiospermae
Sub kelas : monocotyledonae
Ordo : Zingiberelas
Famili : zingiberaceace
Genus : zingiber
Spesies : zingiber officinale Rosc.

2.2 Tingkatan Obat Tradisional

Penggolongan Obat Herbal di Indonesia


Pengolongan obat di atas adalah obat yang berbasis kimia moderen, padahal juga dikenal obat yang
berasal dari alam, yang biasa dikenal sebagai obat tradisional. Obat tradisional Indonesia semula
hanya dibedakan menjadi 2 kelompok: yaitu obat tradisioanl atau jamu dan fitofarmaka. Namun,
dengan semakin berkembangnya teknologi, telah diciptakan peralatan berteknologi tinggi yang
membantu proses produk sehingga industri jamu maupun industri farmasi maupun membuat jamu
dalam bentuk ekstrak. Namun, sayangnya pembuatan sediaan yang lebih praktis ini belum diiringi
dengan perkembangan penelitihan sampai dengan uji klinik.
Peraturan Menteri Kesehatan RI NO. 197/MENKES/Per?VII/1976 menyatakan bahwa yang
dimaksud sebagai obat tradisioanl adalah: obat jadi atau obat terbungkus yang berasal dari alam, baik
tumbuhan tumbuhan, hewan, mineral, sediaan sairan (galenik) atau campuran dari bahan bahan
tersebut, yang belum mempunyai data klinis dan dipergunakan dalam usaha pengobatan berdasarkan
pengalaman. Dengan kriteria memenuhi syarat ilmia. Obat bahan alam Indonesia menurut surat
keputusan kepala BPPOM-RI No.HK.00.05.4.2411tentang ketentuan pokok kelompok dan penandaan
obat bahan alam Inodnesia tertera 2 maret 2005 adalah obat bahan alam Indonesia dikelompokan
menjadi tiga kategori yaitu: Jamu Obat ekstrak alam (herbal tersetandar) Fitofarmaka.
4
1. Jamu (Empirical based herbal medicine) logo jamu: jamu adalah obat tradisional yang
disedikan secara tradisional, misalnya dalam bentuk serbuk seduhan, pil, dan cairan yang berisi
seluruh bahan tanaman yang menjadi penyusun jamu tersebut serta digunakan secara tradisonal. Pada
umumnya jenis ini dibuat dengan mengacu pada resep peninggalan leluhur yang disusun dari berbagai
tanaman obat yang jumlahnya cukup banyak, berkisar atara 5-10 macam bahkan lebih, bentuk jamu
tidak memerlukan pembuktian ilmsamapai dengan klinis, tetapi cukup dengan bukti empiris. Jamu
yang telah digunakan secara turun menurun selama berpuluh puluh tahun bahkan mungkin ratusan
tahun, telah membuktikan keamanan dan manfaat secara langsung untuk tujuan kesehatan tertentu.
Jamu harus memenuhi persyaratan mutu yang berlalaku jenis kalim penggunaan harus sesuai dengan
jenis pembuktian tradisional dan tingkatan pembuktian yaitu tingkatan umum dan medium harus
diawali dengan kata-kata: secara tradisonal digunakan sesuai dengan yang di setujui pada pendaftaran.
2. Obat herbal Terstandar (Scientic based herbal medicne) logo oabt herbal bersetandarat adlah
obat tradisional yang disajikan dari ekstrak atau penyaringan bahan ala yang dapat berupa tanaman
oabt, binatang, maupun mneral. Untuk melaksanakan proses ini membutuhkan peralatan yang lebih
kompleks dan berarga mahal ditambah dengan tenaga kerja yang mendukung dengan pengetahuan
maupun ketermapilan pembuatan ekstrak. Selian proses produksi dengan tekologi maju, jenis ini pada
umumnya telah diuji dengan pembuktian ilmiah berupa penelitihan per-klinik seperti standart
kandungan bahan berkhasiat, standarat pembuatan obat tradisioanl yang higenis dan uji toksisitas akut
maupun kronis. Oabt herbal terstandart harus memenuhi kriteria: aman sesuai dengan persyaratan
yang ditetapkan klaim khasiat dibuktikan secara imliah/ praktik telah dilakukan standart terhadap
bahan baku yang digunakan dala produk jadi memenuhi persyaratan mutu yang berlaku jenis kalim
penggunaan harus seu=suai dengan tingkatan pembuktian yaitu tingkatan pembuktian umum dan
medium
3. Fitofarmaka (clinical based herbal medicine) logo fitofarmaka : merupakan bentuk obat
tadisonal dari bahan alam yang dapat disejajrkan dengan obat moderen karena proses pembuatannya
yang telah tersetandart, ditunjang dengan bukti ilmiah sampai dengan uji klinik pada manusia.
Dengan uji klinik akan lebih menyakinkan para profesi medis untuk menggunakan obat herbal karen
manfaatnya jelas dengan pembuktian secara ilmiah. Fitofarmaka harus emenuhi kriteria: aman sesuai
dengan persyaratan yang ditetapkan klaim khasiat harus dibuktikan berdasarkan uji klinik terhadap

2.3 Syarat-Syarat Obat Tradisional

Peraturan kepala badan pengawas obat dan makanan Republik indonesia Nomor 12 tahun 2014
Tentang Persyaratan mutu obat tradisional, ada beberapa persyaratan dalam bentuk serbuk

1. Serbuk adalah suatu sediaan obat Tradisonal beupa butiran homogeny degan derajat yang seuai,
terbuat dari ekstrak yang cara penggunaanya disedu dengan air panas atau dilarukan dalam air
dingin (Badan Pengawasan obat dan makanan Republik Indonesia Nomer 12 tahun 2014)

Persyarata Mutu

a. Organoleptik

Pengamatan dilakukan terhadap bentuk, rasa, bau dan warna

5
a. Kadar air < 10%

b. Cemaran mikroba

 Escherichia coli : negatife / g

 Salmonella spp : negatife / g

 Pseudomonas aeruginosa: negatife / g

 Staphylococcus aureus : negatife / g

c. Bahan Tambahan

Tidak boleh mengandung pengawet, pengharum dan pewarna, penggunaan pemanis yang
diizinkan tercantum dalam anak lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
peraturan ini (Badan Pengawasan Obat dan Makanan Republik Indonesia Nomer 12 Tahun
2014)

Sediaan lainnya

Serbuk instan, granul, serbuk Efervesn, pil, kapsul lunak, tablet/kaplet, tablet efervesen, tablet hisap,
pastiles, dol/jenang, filem strip dan cairan obat dalam.

Pembagian dalam pengamatan

a. Organik : pengamatan dilakukan terhadap bentuk, rasa bau dan warna

b. Kadar air : sediaan padat obat dalam mempunyai kadar air < 10%, kecuali Efervesen < 5%

c. Waktu hancur: pil < 60 menit

Kapsul < 60 menit

Tablet/ kaplet tidak bersalut < 60 menit

Tablet bersalut filem < 60 menit

2.4 Peraturan Terkait Obat dan Pengobatan Tradisonal

Menurut peraturan pemerintah republik indonesia nomor 103 tahun 2014 tentang pelayanan kesehatan
tradisional jenis pelayanan tradisional meliputi

a. Pelayanan Kesehatan Tradisional Empiris

b. Pelayanan Kesehatan Tradisional Komplementer dan

c. Pelayanan Kesehatan Tradisional Integrasi

6
Menurut pasal 8, 10 dan 14 dari PP Indonesia 2014 Tentang Pengobatan Tradisional Empiris
Kontemporer dan Integritas,

1. pelayanan kesehatan merupakan penerapan pelayanan kesehatan tradisioanl yang manfaat dan
keamannanya terbukti secara empiris.

2. Pelayanan kesehatan Tradisonal Empiris dapat menggunakan satu cara perawatan atau kombinasi
cara perawatan dalam satu sistem pelayanan Kesehatan Tradsional Empiris.

3. Cara perawatan sebagaimana dikasud pada ayat 2 dilakukan dengan menggunakan, keeterampilan
dan ramuan.

Pasal 10

1. Pelayanan Kesehatan Tradisonal Kompkementer merupakan pelayann kesehatan tradisonal


dengan menggunakan ilmu biokultural dan ilmu medis yang manfaat dan keamanannya terbukti
secara ilmiah.

2. Pelaayanan Kesehatan Tradisioanl Komplementer dapat menggunakan suatu cara


pengobatan/perawata aatau kombinasi cara pengobatan/ perawatan dalam satu keastuan Pelayanan
Kesehatan Tradisonal Komplementer.

3. Pekayaynan Kesehatan Komplementer Sebagaimana dimaksud paa ayat 1 dkilaksanakan di


Fasilitasi Pelayanan Kesehatan Tradsional.

4. Pelayanan kesehatan Tradsional Komplementer yang memennnuhi kriteria tertentu dapat


diintegrasi pada Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tradisional.

5. Kriteria tertentu sebagaimana dimaksud pada ayat 4 meliputi: a. Mengikuti kaidah-kaidahilmiah, b.


Tidak membahayakan kesehatan pasien/klien, c. Tetap mempertahankan kepentingan terbaik
pasien/klien, d. Memiliki potensi promotif, prefentif, kuratif, rehabilitatif, dan meningkatkan
kualitas hidup pasien/ klien secara fisik, mental, dan sosial, e. Dilakukan oleh tenaga kesehatan
tadisonal peayan kesehatan tradisioanl komplementer dilakukan dengan cara pengobatan
perawatan dengan menggunakan keterampilan ramuan.

Pasal 14

1. Pelayanan Kesehatan Tradisional Integrasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (1) huruf c
merupakan pelayanan kesehatan yang mengombinasikan pelayanan kesehatan konvensional dengan
Pelayanan Kesehatan Tradisional Komplementer.

2. Pelayanan Kesehatan Tradisional Integrasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan secara
bersama oleh tenaga kesehatan dan tenaga kesehatan tradisional untuk pengobatan/perawatan
pasien/klien.

3. Pelayanan Kesehatan Tradisional Integrasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus
diselenggarakan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan.
7
4. Jenis Pelayanan Kesehatan Tradisional Komplementer sebagaimana dimaksud pada ayat 1
ditetapkan oleh Menteri setelah mendapat rekomendasi dari tim.

5. Tim sebagaimana dimaksud pada ayat 4.terdiri atas unsur Kementerian Kesehatan, organisasi
profesi, praktisi, dan pakar kesehatan tradisional.

6. Tim sebagaimana dimaksud pada ayat 5. ditetapkan oleh Menteri.

Penyehat tadisonal dan tenaga kesehatan tradisional hanya dapat memberikan klien/ pasien
berupa Obat Tradisonal yang di produksi oleh industri / usaha obat Tradisoanl yang sudah berizin
serta memiliki nomor izin edar sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan dan Obat
Tradisional Racikan sendiri sesuai dengan ketentuan peraturan perundang indangan. Tenaga
kesehatan tradisioanl dapat memberikan surat pemintaan Obat Tradisioanl secara tertulis untuk klien ,
ketentuan lebih lanjut mengenai pembuatan dan pemberian Obat Tradisioanl diatur dalam Peraturan
Mentri.

Penyehat tradisional dilarang memberikan dan/atau menggunakan obat bebas, obat bebas
terbatas, obat keras, narkotika, dan psikotropika serta bahan berbahaya, radiasi, invasif, dan
menggunakan alat kesehatan, tumbuhan, hewan, dan mineral yang dilarang sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan. Tenaga kesehatan tradisional dilarang memberikan dan/atau
menggunakan obat keras, narkotika, dan psikotropika serta bahan berbahaya, radiasi, invasif, dan alat
kesehatan yang tidak sesuai dengan kompetensi dan kewenangannya. Penyehat tradisional dan tenaga
kesehatan tradisional dilarang menjual dan/atau mengedarkan obat tradisional racikan sendiri tanpa
izin sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan

BAB 111
Analisis Artikel

3.1 Jenis: Nama Ilmiah tanaman, Ciri Ciri, Nama produk yang
sudah di buat jika ada
8
Deskripsi Tanaman
Jahe adalah ramuan, yang sifat herbal yang mirip dengan non-steroid anti-inflammatory drugs
(NSAID), oleh karena itu, dapat mengatur jalur biokimia yang diaktifkan dengan peradangan kronis
seperti diabetes
................................. Tanaman berbatang semu, tinggi 30 cm-1 m, rimpang bila dipotong berwara kuning atau jing
Daun sempit, panjang 15 mm-23 mm, lebar 8 mm-15mm,tangkai daun berambut, panjang 2 mm- 4
mm. Bentuk lidah daun memanjang panjang7,5mm-1 cm, tidak berambut, seludang agak berambut.
Perbungaan berupa malai bersembul dipermukaan tanah, berbentuk tongkak atau bulat telur yang
sempit, 2,75 sampai 3 kali lebarnya, sangat tajam, panjang maial 3,5 cm- 5 cm, lebar 1,5 cm-1,75 cm.
gagang bunga hampir tidak berambut, panjang 25 cm, rahis brambut jarang, sisik pada gagang
terdapat 5 buah-7 buah. Berbentuk lanset, letaknya berdekatan atau rapat, hampir tidak berambut.
Panjang sisik 3 cm-5 cm.

Menurut klasifikasi tanaman, jahe adalah tanaman herba tahunan yang termasuk ke
dalam pengelompok-an atau klasifikasi sebagai berikut :
Kelas : Angiospermae,
Sub kelas : Monocotyledonae,
Ordo : Zingiberales,
Famili : Zingiberaceae,
Genus : Zingiber,
Spesies : Zingiber officinale Rosc.

Umumnya dikenal 3 kloni jahe yaitu


1. Jahe putih besar: rimpangnya lebih besar dan ruas rimpangnya lebih menggembung dari kedua klon
lainnya
2. Jahe putih kecil: ruasnya kecil agak rata sampai sedikit menggembung
3. Jahe merah: rimpangnya berwarna merah dan lebih kecil dari pada jahe putih kecil
(Materia Medika, 1978)

Karakteristik tiga jahe tersebut


Bagian Jahe besar Jahe kecil Jehe merah
tanaman
Struktur rimpang Besar berbuku Kecil berlapis Kecil berlapis
Warna irisan Putih Putih Jingga muda sampai
kekuningan kekuningan merah
Berat per 0.18 – 2.08 0.10 -1.58 0.20 – 1.40
rimpang (kg)
Diameter 8.47 – 8.50 3.27 – 4.05 4.20 – 4. 26
9
rimpang (kg)
Kadarminyak 0.82 – 1.66 1.50 – 3.50 2.85 – 3.90
atsiri (%)
Kadar pati (%) 55.10 54.70 44.99
Kadar serat (%) 6.87 6.57 -
Kadar abu (%) 6.60 – 7.57 7.39 – 8.90 7.46

Sumber (sidqia hanif,2014)

Gambar jahe


Jahe putih besar jahe putih kecil jahe merah

Macam macam produk hasil jahe merah untuk pengobatan

10
Pengobatan tradisonal dengan jahe merah merupakan salah satu pengobatan yang banyak
dimanfaatkan saat ii. Salah satunya yaitu sebagai obat diabetes tipe 11 dan juga sebaga obat mual dll,
banyak sekali manfaat jahe yang bisa kita dapatkan.

3.2 Kandungan Dalam Obat Tradisional

Kandungan Kimia
Menurut Direktorat Gizi Departemen Kesehatan Republik Indonesia (1972) komponen terbesar
penyusun jahe segar adalah air. Jahe kering mengandung minyak astri sebanyak 1-3%. Komponen
utama jahe adalah zingibener dan zingberol, senyawa ini yang menyebabkan jahe berbau harum,
sifatnya mudah menguap dan dipatkan dari cara destilasi. Selain itu, jahe juga mengandung oleorsein
senyaka 3-4%. Komponen penyusun adalah gliserol, ahogaol, dan resin. Senyawa- senyawa tersebut
yang menyebabkan rasa pedas pada jahe. Sifatnya tidak mumdauh menguap , cara memperolehnya
dengan proses ekstrasi (fakhrudin,1978) adanya minyak astri dan oleorsin pada jahe inilah yang
menyebabkan sifat khas jahe.
Aroma jahe disebabkan oleh minyak astri, sedangkan oleorisin menyebabkan rasa pedas.
Komposisi kimiawi rimpang jahe menentukan tinggi rendahnya nilai aroma dan pedasnya rimpang
jahe. Beberapa faktor yang mempengaruhi komposisi kimiawi rimpang jahe ialah jenisnya, keadaan
tanah pada waktu jahe ditanam, cara budidaya, umur rimpang jahe pada saat dipanen, serta perilaku
terhadap hasil rimpang pasca panen (fakhrudin,1978). Kandungan gliseol pada jahe juga mengandung
komponen aktif jahe yang menghambat produksi peraangan penyebab prostaglandins.

3.3 Farmasetika

Penelitihan ini dilakukan secara double-blind, kontrol plasebo dengan patisipasi dari 88 paisen
dengan diabetes tipe 11 dilakukan di Yazed Diabetes Reseaerch Center antra Januari – juli 2014.
Mengginggat 0,05, kekuatan tes sebesar 80% dan mencapai dua unit perbedaan yang mendasar
kelompok dalam resistensi insulin berarti ukuran sampel diperkiran 40. Dengan asumsi a10% gesekan
44 pasien. Dalam setiap kelompok dimasukan kriteria insulin adalah: memiliki diabetes tipe 2 selama
setidaknya 10 tahn FBS < 180 dan 2 h-gula darah < 250 mg/ dl, tidak ada kehamilan atau menyusui,
tidak ada gangguan autoimun, tidak ada penyakit istemik atau ginajl, jantung, tidak ada tiroid dan
kronis penyakit matory inflam, ulkus peptikum dan infeksi tidak ada konsumsi rutin jahe atu obat
herbal lainya, tidak ada kepekaan terhadap jahe, indeks massa tubuh (BMI) < 40kg / m2, tidak ada
konsumsi sumplemen seperti vitamin C< E dan Omega 3 selama sebelum mulai penelitian.
Kriteria ekslusi adalah, tidak ada konsumsi lebih dari 20% dari kapsul), setiap sensitiv karena
konsumsi jahe dilaporkan oleh pasien atau melihat setelah awal penelitian, konsumsi vitamin, mineral
atau suplemengizi hanya konsumsi alkohol atau pabat obatan narkotika. Dan setiap variasi dalam
11
pengobatan rutin menurut dokter, pesien merespon munculnya variasi dalam jenis dan dosisi oabt
yang akan dikonsumsi dan pengobatan insulin.

3.4 Farmakokinetik
Menurut Zick SM,et al.2008. pada manusia konjugat jahe mulai muncul 30 menit seleah
pemeberian melalui oral, dan pencapaian timax antara 45-120 menit dengan t0,5 eleminasi 75-120
menit pada dosis dua gram. Pada uji ini tidak ada efek samping dilaporkan setelah menggunakan 2g
ekstrak jahe.

3.5 Farmakodinamik
Efek Kepatuhan dalam mengkonsumsi kapsul
Kepatuhan dalam mengkonsumsi kapsul dalam dua kelompok ternyata lebih tinggi dari 98% sehingga
menunjukan pengamatan baik dari protokol penelitihan oleh pasien. Semua pasien menerima agem
hipoglikemik oral, 50(61,7%) adalah perempuan dan 31 (38,3%) laki-laki. Usia rata-rata pasien GG
dan PG menunjukan untuk menjadi masing masing 49,83 ± 7, 7,70. Kaakteristik dasar pasien
sebelum penelitian menunjukan tidak ada perbedaan statistik pada variabel dua kelompok.

Asupan makanan sehari-hari energi dan beberapa nutrisi telah dilaporkan menurut hasil, tidak ada
perbedaan vertikal statis yang ditemukan antara kelompok dalam hal asupan makanan sehari-hari
energi dan nutrisi di awal dan akhir intervensi. Indeks glikemik indeks QUICKI, dan BMI ada
penurunan yang signifikan dari FBS berarti (10,5%) di GG setelah intervensi (p = 0,003).

3.6 Dosis

Para pasien dikategorikan menjadi 2 kelompok jahe (GG) dan plasebo (PG) melalui tabel angka
acak, GG dikonsumsi sehari-hari 3 kapsul satu-garam mengandung jahe pow-der sedangkan
kelompok lainya mengandung antuk mengontrol selulosa microcrys- talline, baik setelah mengambil
makanan dan selama 8 minggu.
Para peneliti memperoleh akses ke suplemen ini dengan obat herbal Bou-Ali Ina pada peneliti
Corparation di Ghom, Iran mereka meindak lanjut dari pasien untuk mengontrol mereka
mengkonsumsi kapsul, respon terhadap pertanyaan yang relevan, pengamatan dilakukan mingguan
melalui telepon dan setiap minggu melalui pemantauan pasien mengacu Yazd Diabetes Research
Center untuk menerima sules cap- untuk beberapa minggu mendatang
Perhatikan bahwa tidak semua suplemen yang benar-benar disampaikan kepada para peserta.
Diyakini konsumsi suplement dukungan dan palasebo oleh peserta dan perhitungan tingkat kepatuhan
konsumsi kapsul, para peserta diminta untuk pertama memberi kontak kosong kapsul dan kemudian
menerima orang-orang baru yang diperlukan untuk dua minggu kedepan.
Penelitian ini menunjukan bahwa konsumsi haria 3g bubuk jahe dalam kapsul oleh pasien dengan
diabetes tipe 2 selama 8 minggu menyebabkan peningkatan indeks yang terkait dengan kontrol
diabetes. Salah satu hasil yang pasti adalah penurunan yang signifikan dari FBS dan HBA1c di GG
12
dibandingkan dengan jahe (N=40) rata-rata ± SD

3.7 Indikasi dan Kontra Indikasi

...................................... Indikasi dari jahe tidak hanya bisa menganggatkan tubuh dan mengobati diabetes namun
komposisi dari jahe pun juga banyak manfaatnya untuk pengurangan lemak menurut NSAID. Dan itu
pun juga yang bisa menjadi alasan untuk respon peningkatan pengobatan yang lebih baik.

................................ Kontraindikasi jahe juga mempunyai efeksamping yang serius jika di konsumsi secra berlebih
oleh ibu hamil karena pada jah ememiliki sifat yang panas dan memnyebabkan bahaya bagi janin
yang ada dalam kandungan.

3.8 Efek Samping Obat

Jahe adalah ramuan, yang sifatnya herbal yang mirip dengan non-steorid antiinflamasi
durgs(NSID) oleh karena itu dapat mengatur jalur biokimia yang diaktifkan dengan peradangan
kronis seperti diabetes tipe 11 peneliti laboratorium telah meunjukan bahwa efek inflamasi jahe
baruang anti yang dapat mencegah metabolisme asam arakidonat dengan penghambatan
siklooksigenase dan lipooxy genase. Akibatnya adala kemungkinan jahe memiliki efek ini karena
penghambatan prostaglandin dan leukotrien production.
Salah satu kemungkinan efek jahe penghambatan fosdorilasa hati untuk mengurangi glikolisis hati
dan mengingkatkan aktivitas enzim yang menyebabkan perkembangan dari glikolisis. Efek lain yang
mungkin dari jahe dapat penghambatan ektivitas enzim glukosa-6- fosfatase hati sehingga
menyebabkan pengurangan glucose.
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Shirdel et al. di Iran (2009), antidiabetes dan
antilipidemic efek jahe pada tikus diabetes dipengaruhi oleh aloxanmonohydrate dan parison com
dengan glibenclamide diselidiki hasil yang mencerminkan penurunan signifikan glukosa serum
dengan jahe, Singh et al. (2009) di India, glukosa darah menurunkan, menurunkan lipid, dan efek
antioksidan dari gingerol tipe 2 diabetes tikus dihasilkan pengurangan yang signifikan dalam
konsentrasi berat badan, glukosa, insulin dan lipid dibandingkan dengan dikendalikan atau diet.

3.9 Hal Hal yang Harus di Perhatikan

jahe sangat berbahaya bagi wanita yang sedang mengandung untuk dikonsumsi karena jahe
memiliki sifat pedas dan panas yang bersifat dapat menggugurkan kandungan. Jahe juga sangat tidak
dianjurkan untuk dikonsumsi oleh seseorang yang memiliki riwayat kesehatan yang kurang baik
atau sedang menjalankan pengobatan dengan mengkonsumsi obat-obatan seperti obat pengencer
darah terlalu sering. Sebaiknya mereka mengkonsumsi rimpang ini maksimal sebanyak 4 gram
dalam sehari, nsmun jika dikonsumsi lebih dari itu ditakutkan dapat dapat menyebabkan terjadinya

13
gangguan kesehatan yang lebih parah lagi. Perlu juga untuk anda waspadai, jangan pernah
mengkonsumsi rimpang jahe ini bersamaan dengan mengkonsumsi obat-obatan lain seperti jenis
obat antiinflamasi nonsteroid.

3.10 Implikasi Keperawatan


Diharapkan perawat sebagai tenaga kesehatan pada masa mendatang dapat kembali memanfaatkan
sumber hasil pertanian atau bahan obat tradisional. Dan memberikan edukasi pada pasien tentang
manfaat dari obat obatan tradisional sehingga pasien dapat mengerti manfaat dari obt tradiisonal
tersebut.

Bab IV

PENUTUP

4.1 kesimpulan

................................ Jahe adalah ramuan, yang sifat herbal yang mirip dengan non-steroid anti-inflammatory drug
(NSAID), oleh karena itu, dapat mengatur jalur biokimia yang diaktifkan dengan peradangan kronis
seperti diabetes. Tanaman berbatang semu, tinggi 30 cm-1 m, rimpang bila dipotong berwara kuning
atau jingga. Daun sempit, panjang 15 mm-23 mm, lebar 8 mm-15mm,tangkai daun berambut, panjang
2 mm- 4 mm. Bentuk lidah daun memanjang panjang7,5mm-1 cm, tidak berambut, seludang agak
berambut. Perbungaan berupa malai bersembul dipermukaan tanah, berbentuk tongkak atau bulat telur
yang sempit, 2,75 sampai 3 kali lebarnya, sangat tajam, panjang maial 3,5 cm- 5 cm, lebar 1,5 cm-
1,75 cm. gagang bunga hampir tidak berambut, panjang 25 cm, rahis brambut jarang, sisik pada
gagang terdapat 5 buah-7 buah.
kering mengandung minyak atsiri sebanyak 1-3 persen. Komponen utamanya adalah
....................................zingiberene dan zingiberol, senyawa ini yang menyebabkan jahe berbau harum, sifatnya mudah
menguap dan didapatkan dari cara destilasi. Selain itu, jahe juga mengandung oleoresin sebanyak 3-4
persen. Komponen penyusunnya adalah gingerol, shogaol, dan resin. Senyawa-senyawa tersebut yang
menyebabkan rasa pedas pada jahe. Sifatnya tidak mudah menguap, cara memperolehnya dengan
proses ekstraksi (Fakhrudin, 1978) Adanya minyak atsiri dan oleoresin pada jahe inilah yang
menyebabkan sifat khas jahe.

4.2 saran
Masyarakatan di indonesia dan dunia dapat mengerti manfaat dan cara pengolahan jahe yang
benar dan tetap terus menggunakan produk produk hasil pertanian. Dan untuk pada perawat serta
tenaga medis lebih memberikan edukasi pada masyarakat mengenai manfaat tanaman herbal untuk
kesehatan, agar suapa masyarakat lebih paham mengenai manfaat tanaman herbal.

14
Daftar pustaka

Khosravi, H.M.dkk.2014.the effect off gingeer powdeer supplementation on insulin resistance and
glycemic indecs in patients with type 2 diabetes: A randomized, doouble-blind,placebo-controlled
trial.ELSEVIER
http://www.complementarytherapiesinmedicine.com/article/S0965- 2299(14)00002-
8/abstract [diakses pada tanggal 20 maret 2017]

PPRI.2014. PELAYANAN KESEHATAN TRADISIONAL


http://asrot.pom.go.id/img/Peraturan/Peraturan%20Kepala%20BPOM%20No.%2012%20Tahun
%202014%20tentang%20Persyaratan%20Mutu%20Obat%20Tradisional.pdf.
[diakses pada tanggal 25 maret 2017]

Daily, J.W. yang Mini.dkk.2015.efficanci of ginger for treating type 2 diabetes: A systematic review
and meta-analysis of randomize clinical trialssouth korea.ELSIVIER

15
www.sciencedirect.com/science/article/pii/S2352618115000086 efficacy of ginger for
treating type 2 diabetes: A systematic review and meta-analysis of randomized clinical trials
[diakses pada 20 maret 2017]

hapsari, putri hanum.2014.pengaruh pemberian jahe merah zingiber ovicinalevar rubrum terhadap kadar
kolestrol ldl wanita disllipidemia.semarang:universitas diponegoro.
www.eprints.undip.ac.id/45768/1/690_HANUM_PUTRI_HAPSARI.pdfpengaruh pemberian
jahe merah zingiber ovicinal var rubrum terhadap kadar kolesterol ldl wanita disllipidemia
[diakses pada 27 maret 2017]
BPOM.2014.kepala badan pengawas obat dan makanan republik Indonesia:BPOM
related:jdih.pom.go.id/showpdf.php?u=JnVHSX1tl
%2FEtTUn6qB44HXN1qEEzv7A4i2V1hmR9SOs%3D peraturan kepala badan pengawas obat
dan makanan republik indonesia
[ diakses pada tanggal 01 april 2017]

Lampiran
1. Lembar Bimbingan
2. Jurnal Utama
3. Jurnal pendukung

16
Complementary Therapies in Medicine (2014) 22, 9—16

Available online at www.sciencedirect.com

ScienceDirect

journal homepage:www.elsevierhealth.com/journals/ctim

17
The effect of ginger powder
supplementation on insulin resistance
and glycemic indices in patients with
type 2 diabetes: A randomized, double-
blind, placebo-controlled trial

a,∗
Hassan Mozaffari-Khosravi , Behrouz Talaei
a b a
, Beman-Ali Jalali , Azadeh Najarzadeh ,
c
Mohammad Reza Mozayan

aDepartment of Nutrition, Faculty of Health, Yazd Diabetes Research Center, Shahid Sadoughi University
of Medical Sciences, Yazd, Iran

b
Department of Biochemistry, Faculty of Medical Sciences, Shahid Sadoughi University of Medical
Sciences, Yazd, Iran

c
Department of English Language, Faculty of Medicine, Shahid Sadoughi University of Medical
Sciences, Yazd, Iran

Available online 8 January 2014

KEYWORDS
Summary

Ginger;
Objective: To identify the effect of some herbal products on insulin resistance. Regarding
the scientific evidences existing about ginger, this research was therefore carried out to
identify the effect of ginger supplementation on insulin resistance and glycemic indices in
Diabetes mellitus;
diabetes mellitus.
Insulin resistance

Methods: This is a randomized, double-blind, placebo-controlled trial in which 88 participants


affected by diabetes were randomly assigned into ginger (GG) and placebo (PG) groups. The

GG received 3 one-gram capsules containing ginger powder whereas the PG received 3 one-
gram microcrystalline-containing capsules daily for 8 weeks. HbA1c, fructosamine, fasting
blood sugar (FBS), fasting insulin, homeostasis model assessment insulin resistance index
(HOMA-IR), b-cell function (ˇ%), insulin sensitivity (S%) and the quantitative insulin sensitivity
check index (QUICKI) were assessed before and after the intervention.

Results: FBS mean showed a decrease of 10.5% (p = 0.003) in the GG whereas the mean had
an increase of 21% in the PG (p = 0.01). Variation in HbA1c mean was in line with that of
FBS. Statistical difference was found in the two groups before and after the intervention in
terms of median of fasting insulin level, S% and HOMA-IR (P < 0.005). Moreover QUICKI mean
increased significantly in the two groups, the mean difference, however, was significantly
higher in the GG.

18

Corresponding author. Tel.: +98 351 7249333; fax: +98 351 7258413.

E-mail address: mozaffari.kh@gmail.com (H. Mozaffari-Khosravi).

0965-2299/$ — see front matter © 2014 Elsevier Ltd. All rights reserved.

http://dx.doi.org/10.1016/j.ctim.2013.12.017

19
10 H. Mozaffari-Khosravi et al.

Conclusions: The study demonstrated that daily consumption of 3 one-gram capsules of ginger
powder for 8 weeks is useful for patients with type 2 diabetes due to FBS and HbA1c reduction
and improvement of insulin resistance indices such as QUICKI index. © 2014 Elsevier Ltd. All
rights reserved.

Ginger is a herb, the herbal properties of which are similar


to non-steroid anti-inflammatory drugs (NSAIDs), therefore, it
can regulate biochemical pathways which are activated with
chronic inflammation such as diabetes. 11 Laboratory studies
Introduction have shown that ginger bears anti-inflammatory effect which
can prevent arachidonic acid metabolism with inhibition of
cyclooxygenase and lipooxy-genase pathways.12,13 As a result,
there is the possibility of ginger having this effect due to
Diabetes mellitus (DM) is a disease which is diagnosed by inhibition of prostaglandins and leukotrienes production. 14
increase in blood sugar concentration. This can be due to
deficiency of insulin secretion or of insulin function or
both. Patients with diabetes are estimated to amount to Gingerols are one of the ginger active components which
more than 366 million in 2030 being more than twice of 15
inhibit production of inflammation-causing prostaglandins. One
the rate in 2000.1 Most of the new cases will be from the of the possible effects of ginger is inhibition of hepatic
developing countries and seemingly Middle East will suffer phosphorylase to reduce hepatic glycogenolysis and to increase
most from diabetic prevalence till 2020. 1,2 The prevalence activity of the enzymes which cause progression
of type 2 diabetes is high in the Middle East; the rate of
7.7% has been reported for Iran.3 In another study in Iran,
the rate has been estimated 8.7% in 15—64 years old
population.4 This type of diabetes has been estimated to
be 14.2% from +30 y which is the highest in Yazd, Iran.5

Insulin resistance has an important role in causing type


2 diabetes and the resultant cardiovascular disease and is
an independent risk factor for cardiovascular diseases even
in nondiabetic patients.6 Insulin resistance which exists in
all patients with type 2 diabetes is defined as cells ineffi-
ciency in uptake of glucose from blood in the presence of
insulin. This first causes increase in insulin secretion and
later insufficiency of pancreas in overcoming insulin resis-
tance which finally leads to diabetes symptoms. 7 In other
words, insulin resistance is a metabolic condition in which
tissues response to physiologic rate of insulin is lower than
normal.8

The prevalence of DM in the developing countries of the


Middle East gives credence to the urgency of finding new
treatment strategies. Virtually about 3/4 of the people of
the world have trust in traditional treatments especially
herbal treatments; until the mid-19th century at least 8%
of the medicines were herbal derivatives.9

Ginger plant, with the scientific name of Zingiber Offici-


nale is a highly-utilized spice in the world and has been in use
for more than 2500 years in China traditional medicine for
treating problems such as rhinitis, rheumatism, nervous sys-
tem diseases, gingivitis, toothache, asthma, constipation,
10
diabetes, maldigestion, diarrhea, nausea and vomiting,
9
cardiopathy, hypertension and palpitation.
Exclusion criteria were: No observation of
research pro-tocol (no consumption of more than
of glycogenesis. Another possible effect of ginger can 20% of the capsules), any sensitivity due to ginger
be inhibition of the activity of hepatic glucose-6- consumption reported by the patient or noticed
phosphatase enzyme thereby causing reduction of after the outset of the study, consump-tion of
blood glucose.16 vitamin, mineral or other nutritional supplements,
consumption of alcohol or narcotic drugs, and any
variation in patients’ routine treatment according to
In a study conducted by Shirdel et al. in Iran (2009),
physicians’ res-olution (i.e., variation in type and
the antidiabetic and antilipidemic effects of ginger on
diabetic mice were affected by aloxanmonohydrate and dose of the drugs to be consumed, and treatment
their com-parison with glibenclamide was investigated the with insulin).
results of which represented a significant decrease of
17
serum glucose by ginger in the diabetic mice. In another
study accomplished by Singh et al. (2009) in India, the
blood glucose lower-ing, lipid lowering, and antioxidant
effect of [6]-gingerol in type 2 diabetic db/db mice was
18
investigated. Also Goyal et al. (2006) in India produced
significant reduction in body weight, glucose, insulin and
lipid concentration as compared to controlled obese
19
mice.

Despite different scientific evidences there is no


agree-ment regarding various ginger effects and few
studies to date have been conducted on ginger and its
relation with insulin resistance in patients with
diabetes. This study was, therefore, carried out to
determine the effect of ginger powder
supplementation on insulin resistance and glycemic
indices in patients with type 2 diabetes.

Material and methods

Type of study, participants and sample size

This is a randomized, double-blind, placebo-controlled


trial with the participation of 88 patients with type 2
dia-betes conducted in Yazd Diabetes Research Center
between January to July 2012. Considering ˛ = 0.05,
power of the test equal to 80%, and achieving two
units of significant differ-ences between groups in
mean insulin resistance, sample size was estimated to
be 40. Assuming a10% attrition, 44 patients in each
group were included.

Inclusion criteria were: Having type 2 diabetes for


at least 10 years, FBS <180 and 2 h-blood-sugar <250
mg/dl, no pregnancy or lactation, no autoimmune
disorder, no cardiac ischemic or renal diseases, no
thyroid and chronic inflam-matory diseases, peptic
ulcer and infection, no regular consumption of ginger
or other herbal drugs, no sensitivity to ginger, body
mass index (BMI) <40 kg/m2, no consumption of
triglyceride or cholesterol-, estrogen-, progesterone-
lowering drugs, and no consumption of any
supplements such as vitamin C, E, and omega 3 during
2 months before starting the research.
Ginger supplementation and insulin resistance in diabetes mellitus 11

Dose, type of supplement, and samples was performed at the room temperature and at 3000 rpm
intervention duration for 10 min so as to separate serum. FBS was assessed using an
enzymatic (glucose oxidize-peroxides) in vitro test (Autoanalyser;
Echo Plus Corporation, Roma, Italy). HbA1c was measured using ion
exchange chromatog-raphy. Measuring fructosamine was also
The patients were categorized into 2 groups of ginger (GG) accomplished using colorimetric method through alpha-classic
and placebo (PG) through table of random numbers, the autoanalyzer (made in Iranazma Corporation, Mashhad, Iran).
GG consumed daily 3 one-gram capsules containing ginger Fasting serum insulin concentration was also assessed using ELISA
pow-der whereas the other group received capsules of the kits (Diametra Corporation, Milan, Italy) with a sensitivity of 2
same color and number as GG but containing cellulose IU/ml. Homeostasis model assessment insulin resistance
microcrys-talline, both after taking meals and for 8 weeks.

The researchers gained access to these supplements by


Bou-Ali Sina herbal drug Researchers Corporation in Ghom,
Iran. Follow-up of the patients so as to control them for
con-sumption of capsules, response to the relevant
questions, and prevention of sample loss, was performed
weekly by phone and every other week via monitoring the
patients referring to Yazd Diabetes Research Center to
receive cap-sules for the couple of weeks to come.

Note that not all the supplements were totally delivered


to the participants. To be assured of the consumption of sup-
plement and placebo by the participants and calculation of
rate of capsules consumption compliance, the participants
were asked to first deliver the empty boxes of capsules and
then receive the new ones needed for the next two weeks.
The participants were also advised not to change their usual
diet, to stop self-reliant changes of their supplements doses,
to stop physical activities during the intervention, and to stop
consuming other ginger products.

Measurements

General information including age, weight, height, gender,


marital status, occupation, education, duration of being
affected by the disease, type and dose of the drugs required
for diabetes control, were all accessed and recorded through
interview with the patients. Weight of the patients with light
clothing but without shoes, was measured through a balance
with 100 g accuracy; height, in standing position and without
shoes, was measured through a height-measurer with 0.5 cm
accuracy both at the beginning and the 8th week of the inter-
vention. Body mass index (BMI) was calculated by weight (kg)
divided by height squared (m). To study the patients diet in
terms of daily intake of energy, carbohydrate, pro-tein, fiber,
and total fat, a 24 h-dietary-recall questionnaire was used
both at the beginning and the end of the interven-tion.
Nutritionist IV software (Nutritionist IV Diet Analysis, First
Data Bank Division, Hearst Corp., San Bruno, CA) was used to
analyze 24 h dietary recall data.

After 12 h of fasting, a 10 ml sample of venous blood was


taken from each patient by the laboratory technician at the
beginning and the end of intervention. The centrifuge of the
by the patients. All the patients received oral hypoglycemic
index (HOMA-IR), beta-cell function (ˇ%) and insulin agents, 50 (61.7%) were female and 31 (38.3%) male. The
sen-sitivity (S%) were calculated using a software mean age of the patients in the GG and PG showed to be
calculation, HOMA (HOMA calculator, version 2.2.2; 49.83 ± 7.23 and 51.05 ± 7.70 respectively. The basic
Diabetes Trial Unit, University of Oxford, characteristics of the patients before the study have been
www.dtu.ox.ac.uk) and the quantita-tive insulin reported in Table 1 showing no statisti-cal difference
sensitivity check index (QUICKI) was calculated using between the variables of the two groups.
the logarithmic transformation: 1/[log fasting insulin
(U/ml) + log fasting glucose (mg/dl)] 20
Daily dietary intake of energy and some nutrients has
been reported in Table 2. According to the results, no
statis-tical difference was found between the groups in
Ethical considerations terms of daily dietary intake of energy and nutrients at
the beginning and the end of the intervention.

The glycemic indices, QUICKI index, and BMI are shown


The study aims and methods were explained to the in Table 3. There was a significant decrease of FBS mean
patients and the informed written consent was (10.5%) in the GG after the intervention (p = 0.003); how-
received from them provided they appeared to be ever a significant increase of it (21%) was identified in the
interested in the participa-tion. On the other hand,
the research was approved by Ethics Commission of
Deputy for Research in Shahid Sadoughi University of
Medical Sciences. This study has also been reg-
istered at the Iranian registry of clinical trials
(www.irct.ir) with IRCT 201104246278N1 code.

Data analysis

The data were analyzed by SPSS version 11 (SPSS


Inc., Chicago, IL, USA). Kolmogorov—Smirnov test
was used to determine quantitative data
distribution, paired t-test to compare mean of
normal distribution variables in the two groups
before and after the intervention, and student t-test
to compare the mean of variables between the two
groups. The quantitative data not following normal
distri-bution were analyzed through Wilcoxon and
Mann—Whitney tests. The results of the quantitative
data with normal dis-tribution were reported as
mean ± SD, but quantitative data not normally
distributed was reported using percentiles 25, 50
(median) and 75. The significance level was set at P-
value equal or less than 0.05.

Results

Out of 88 patients who participated in the study, the


follow-ing cases were excluded from the
intervention: 4 patients who had no tendency to
continue, 1 for her husband’s death, and 2 for
travel; the remaining 81 who continued to the end
were all investigated (Fig. 1).

The compliance in consuming capsules in the two


groups turned out to be higher than 98% thus
demonstrating a well observation of the study protocol
12 H. Mozaffari-Khosravi et al.

Enrollment

Assessed for eligibility (n= 150)

Excluded (n= 62 )

♦ Not meeting inclusion criteria (n= 40 )

♦ Declined to participate (n=10 )

♦ Other reasons (n=12 )

Randomized (n=88)

Allocation

Allocated to ginger group (n= 44) Allocated to placebo group (n= 44)

Follow-Up

Lost to follow-up (give reasons) (n=2)


Lost to follow-up (give reasons) (n= 2)

Discontinued intervention (give reasons) (n=2)


Discontinued intervention (give reasons) (n= 1)

Analysis

Analysed (n=40 )
Analysed (n= 41 )

♦ Excluded from analysis (give reasons) (n= 0)


♦ Excluded from analysis (give reasons) (n=0 )
Figure 1 Diagram of the study.

the two groups before and after the intervention (P = 0.014


Table 1 Comparison of the qualitative and quantitative
and p < 0.005) turned out to show a significant increase, but
variables between the two groups before the intervention.
the mean of differences of this index was significantly higher
in GG than PG (p = 0.014). Moreover, as to BMI mean, no sig-
nificant difference was observed between the two groups at
the beginning and at the end of this study.
Groups Placebo Ginger P-

variables (N = 41) (N = 40) value Other insulin resistance indices are represented in
Table 4. A significant decrease in the median of fasting
Mean ± SD Mean ± SD insulin concentration and HOMA-IR was detected in the
two groups before and after the intervention (P < 0.005)
Age (year) 51.05 ± 7.70 49.83 ± 7.23 0.46 whereas no significant difference was observed between
the groups before and after the intervention. A significant
Height (cm) 162.21 ± 9.24 159.00 ± 10.08 0.15 increase in the median of S% was depicted in the two
groups at the beginning and the end of the intervention (P
Weight (kg) 74.63 ± 11.48 71.20 ± 16.08 0.27 < 0.005) whereas no significant difference was observed
between the groups before and after the intervention.
Body mass 28.51 ± 4.95 28.09 ± 5.29 0.71

index
The researchers did not identify a significant differ-
2 ence in the median of ˇ% in the GG before and after the
(kg/m )
intervention (p = 0.75) whereas a significant decrease was
found in the PG (P < 0.005). On the other hand, a signifi-
Gender N (%) N (%) cant difference was detected between the groups before
the intervention (P = 0.008) whereas no such a difference
Male 18 (43.9) 13 (32.5) 0.2 was discerned at the end.

Female 23 (56.1) 27 (67.5)

Discussion

The present study indicated that daily consumption


PG (p = 0.01). The mean difference of FBS between the two of 3 g of ginger powder in capsules by patients with
groups was significant at the outset (P = 0.002), its significant
type 2 diabetes for 8 weeks causes improvement of
decrease in the GG and its significant increase in the PG at
the end of the study were compared. With regard to the dif-
indices related to dia-betes control. One of its
ference at the beginning of the study, FBS at this stage was definite outcomes is a significant decrease of FBS
taken as covariate and covariance analysis was carried out. and HbA1c in the GG in comparison with
The results indicated that statistical difference of FBS mean
was observed after the intervention (p < 0.005). Meanwhile,
the mean variation of HbA1c was similar to that of FBS.

No statistical difference was recognized within and


between the groups before and after the intervention
regarding fructozamine mean. The QUICKI index mean of
Ginger supplementation and insulin resistance in diabetes mellitus 13

Table 2 Comparison of daily dietary intake of energy and some nutrients before and after the intervention in ginger and
placebo groups.

Variables Baseline End P-value

Energy (kcal)

Ginger 1331.74 ± 329.70 1321.22± 452.99 0.36

Placebo 1363.35 ± 457.28 1389.14± 549.28 0.60

P-value 0.79

Carbohydrate (g)

Ginger 151.04 ± 60.93 145.85± 76.99 0.18

Placebo 170.07 ± 72.77 158.07± 70.05 0.06

P-value 0.28

Protein (g)

Ginger 54.22 ± 21.44 52.03± 16.63 0.58

Placebo 50.91 ± 24.24 54.37± 24.94 0.47

P-value 0.62

Fat (g)

Ginger 58.52 ± 14.22 61.04± 19.56 0.66

Placebo 55.34 ± 15.65 61.76± 26.83 0.06

P-value 0.66

Cholesterol (mg)

Ginger 250.18 ± 362.66 177.58± 232.84 0.17

Placebo 170.54 ± 252.64 168.76± 179.60 0.15

P-value 0.78

Fiber (g)

Ginger 8.65 ± 4.26 8.31± 6.64 0.25

Placebo 9.29 ± 4.01 7.99± 4.97 0.07

P-value 0.84

Salt (g)

Ginger 3.47 ± 0.54 3.51± 0.65 0.99

Placebo 3.39 ± 0.47 3.63± 0.97 0.31


P-value 0.85

the PG thereby showing the effect of ginger in controlling


diabetes. On the other hand, among the insulin resistance with [6]-gingerol (100 mg/kg bw) for 12 days can
indices, a significant decrease was found in fasting insulin significantly (p < 0.05) lower FBG and improve the glucose
and HOMA-IR index in both groups, a significant increase in tolerance, decrease plasma triglycerides, total
S% in both groups, and a significant increase of QUICKI cholesterol, free fatty acid, low-density lipoprotein
index in the GG. Therefore, considering the results of cholesterol, and plasma insulin concentration. The study is
these indices especially OUICKI index, FBS and HbA1c thus consistent with the FBS results in our study.
related to which the mean of their differences (Table 3),
it can be concluded that ginger is effective in glycemic
control and in lowering insulin resistance. Also Goyal et al. (2006) in India studied the impact of gin-
19
ger on goldthioglucose-induced obesity in mice. Treatment
with 250 mg/kg of methanol and ethyl acetate extracts of
As to the effect of ginger consumption, several studies ginger for 8 weeks produced significant reduction in body
have been carried out on human and animals the results of weight, glucose, insulin and lipid concentration as com-pared
which are comparable to those of us. In a study con-ducted by to controlled obese mice. The reduction in elevated glucose
Shirdel et al. in Iran (2009), the antidiabetic and antilipidemic along with elevated insulin levels indicated that ginger
effects of ginger on diabetic mice affected by improves insulin sensitivity thus being in line with FBS results
aloxanmonohydrate and their comparison with gliben-clamide 21
of our study. Al-amin et al. (2006) in Kuwait indicated that
were investigated the result of which represented a an aqueous extract of raw ginger adminis-tered daily (500
significant decrease of serum glucose by ginger in the diabetic mg/kg, intraperitoneally) for a period of 7 weeks to
17
mice thus being in line with our FBS results. In another streptozotocin-induced diabetic rats produces hypoglycaemic,
study accomplished by Singh et al. (2009) in India, the blood hypocholesterolaemic and hypolipidaemic properties. The
glucose lowering, lipid lowering, and antioxidant effect of [6]- glucose-lowering effect of ginger in this study is consistent
gingerol in type 2 diabetic db/db mice was investigated.
18 with what we detected in relation to FBS. Also in Bhandari’s
The results depicted that treatment of mice study (2005) in India, the effect of oral gin-ger ethanolic
extract on diabetic mice was investigated the
14 H. Mozaffari-Khosravi et al.

Table 3 Comparison of glycemic indices, QUICKI index, and body mass index before and after the intervention in ginger and
placebo groups.

Variables Baseline End Changes P-value

Fasting blood sugar (mg/dl)

Ginger 171.30 ± 54.91 153.12± 48.34 −18.17± 35.82 0.003

Placebo 136.17 ± 40.53 153.73± 50.57 17.56± 41.31 0.01

P-value 0.95 <0.005

HbA1c

Ginger 8.2 ± 1.6 7.7 ± 1.7 −0.4 ± 1.2 0.02

Placebo 6.9 ± 1.3 8.2 ± 1.9 1.2 ± 1.4 <0.005

P-value 0.26 <0.005

HbA1c (mmol/mol)

Ginger 66 ± 18 61 ± 19 −14 ± 16 0.02

Placebo 52 ± 15 66 ± 21 5 ± 13 <0.001

P-value 0.25 <0.001

Fructosamine (mmol/l)

Ginger 292.32 ± 45.42 291.95± 42.33 −0.37± 33.83 0.94

Placebo 285.65 ± 29.94 281.43± 41.20 −4.21± 27.85 0.33

P-value 0.26 0.57

QUICKI

Ginger 0.316 ± 0.025 0.337 ± 0.303 0.02± 0.01 <0.005

Placebo 0.324 ± 0.031 0.333 ± 0.031 0.009 ± 0.02 0.014

P-value 0.59 0.01

2
Body mass index (kg/m )

Ginger 28.09 ± 5.29 28.05± 5.33 0.04± 0.32 0.44

Placebo 28.51 ± 4.95 28.53± 0.03 −0.02± 0.34 0.64

P-value 0.67 0.38


Table 4 Comparison of insulin resistance indices before and after the intervention in ginger and placebo groups.

Variables Baseline End P-value

Percentiles Percentiles

25th 50th 75th 25th 50th 75th

Fasting insulin (mU/L)

Ginger 6.2 9.3 13.9 4.4 6.6 11 <0.005

Placebo 6.5 10 14.5 4.4 6.6 6.6 <0.005

P-value 0.55

HOMA-IR

Ginger 0.92 1.35 1.90 0.60 0.95 1.60 <0.005

Placebo 0.90 1.40 2.15 0.60 1.00 1.60 <0.005

P-value 0.54

Insulin sensitivity (%)

Ginger 52.90 73.80 105.50 62.10 105.80 160.95 <0.005

Placebo 46.75 69.30 109.80 64.10 95.80 156.70 <0.005

P-value 0.62

Beta-cell function (%)

Ginger 22.02 32.40 64.62 19.75 33.20 54.15 0.75

Placebo 36.40 56.10 85.75 23.50 43.30 56.40 <0.005

P-value 0.54
Ginger supplementation and insulin resistance in diabetes mellitus 15

Another possible effect of ginger can be inhibition of the activity of


results of which indicated its significant antihyperglycemic hepatic glucose-6-phosphatase thereby lowering segregation of
22 phosphate from glucose and finally contributing to lowering blood
effect and significant lipid lowering activity after 20 days. In
23 16
a counter-evidence study by Bordia et al. (1997) in India glucose.
the effect of ginger and fenugreek on blood sugar and lipid
concentration was investigated. For the subjects subsuming
healthy individuals, patients with coronary artery disease The high percentage of the patient’s compliance in con-suming
(CAD), and diabetic patients (with CAD or without CAD), 4- capsules can be regarded as strong point of the study. Of the
gram consumption of ginger powder for 3 months was not limitations of the present study, we can refer to the rather short
effective on lipids and blood sugar, thereby being period of supplementation i.e., two months;

inconsistent with our results on FBS and HbA1c.

For assessing insulin resistance, our study focused on


indices such as fasting insulin, HOMA-IR, S%, ˇ%, and OUICKI,
the results of which were not the same. That is, although
median of fasting insulin and HOMA-IR index showed sig-
nificant decrease before the intervention compared with the
end in each group, no such median significant differ-ence was
detected between the groups (both before and after the
intervention). Moreover, median of S% was not significantly
different between the two groups. ˇ% had a significant
decrease in the PG; in this regard a significant difference was
identified between the groups at the outset. Therefore,
considering the results of these indices espe-cially OUICKI
index in which the mean and the mean of its difference have
significantly increased in the GG it can be concluded that
ginger is effective in lowering insulin resis-tance. The fact
that all the indices did not come to the same consequences
may be due to the disparity in sensitivity or properties of
these indices or due to other causes.

Overall, the reexamination of the previous studies indi-


cated that research to date as to the impact of ginger powder
on sugar indices of the diabetic patients has been very
constrained. Moreover the results of the researches
conducted on human and animals have turned out to be
contradictory. This contradiction may be the consequence of
disparity in people’s response. And this disparity of response
can be the sequel of the patients’ difference at the onset of
research, experimental group weight, severity of insulin
resistance and other measured indices at the beginning of the
study. Moreover, most of the articles published have not had
any reference to the type and dose of the drug con-sumed by
the patients; this, however, is not the case in our study. We
investigated patients with type 2 diabetes. Ginger supplement
for eight weeks contributed to significant varia-tion in FBS
and HbA1c, fasting insulin, insulin resistance, S%, and QUICKI
index. The results of HbA1c however, represent the effect of
ginger supplementation in diabetes control.

Ginger is a herbal drug the herbal properties of which are


similar to NSAIDs. Therefore it can regulate biochemi-cal
pathways which are activated with chronic inflammation
11
(such as diabetes). Of the mechanisms suggested as to the
function of ginger on sugar indices are the following. One is
likely the inhibition of hepatic phosphorylase so as to prevent
the glycogenolysis in hepatic cell and to increase enzyme
activities which contributes to progression of glyco-genesis.
therefore, for the forthcoming similar investigation 3. Esteghamati A, Gouya MM, Abbasi M, Delavari A, Alikhani S,
a longer duration of the study is suggested. Alaedini F, et al. Prevalence of diabetes and impaired fasting
Moreover, the efficacy examination of a longer use glucose in the adult population of Iran: National Survey of
Risk Factors for Non-Communicable Diseases of Iran. Diabetes
of ginger supplement and its impact on parameters
Care 2008;31(January (1)):96—8.
pertinent to inflammation and hor-mones which are
related to inflammation are suggested as well. 4. Esteghamati A, Meysamie A, Khalilzadeh O, Rashidi A, Hag-
hazali M, Asgari F, et al. Third national Surveillance of Risk
Factors of Non-Communicable Diseases (SuRFNCD-2007) in
Iran: methods and results on prevalence of diabetes,
Conclusions hypertension, obesity, central obesity, and dyslipidemia. BMC
Public Health 2009;9:167.

5. Afkhami-Ardekani M, Vahidi S, Vahidi A, Ahmadieh M. The


preva-lence of type 2 diabetes mellitus on age of 30 years and
This study demonstrated that daily consumption of 3 g above in Yazd province (Iranian population). J Shahid
of gin-ger in capsules for 8 weeks by patients with type Sadoughi Univ Med Sci 2001;9(1):22—7.
2 diabetes leads to lowering FBS and HbA1c means as
well as variation in fasting insulin, insulin resistance, 6. minot-Gilchrist DV, Anderson HD. Insulin resistance-associated
increase of sensitivity to insulin and QUICKI index. cardiovascular disease: potential benefits of conjugated linoleic
Therefore, consumption of this supplement is acid. Am J Clin Nutr 2004;79(June (6 Suppl.)):1159S—63S.
appropriate for patients; for identifying its other
effects, however, some further studies are needed. 7. Lipkin E. New strategies for the treatment of type 2 diabetes.
J Am Diet Assoc 1999;99(March (3)):329—34.

Conflict of interests

Nothing to declare.

Funding

This work has been funded by Shahid Sadoughi


University of Medical Sciences.

Acknowledgements

We hereby appreciate the participation of the


patients as well as the cooperation of the staff in
diabetes research center of Yazd specially Dr.
Farzaneh Dehghan, Dr. Sima Mohammad Zadeh, Mrs.
Azod, Mrs. Ghiasi, Mrs. Karimi, and Mrs Barzegari.

References

1. Rathmann W, Giani G. Global prevalence of diabetes:


esti-mates for the year 2000 and projections for 2030.
Diabetes Care 2004;27(October (10)):2568—9.
2. Hossain P, Kawar B, El NM. Obesity and diabetes in the
develop-ing world — a growing challenge. N Engl J Med
2007;356(January
(3)):213—5.
16 H. Mozaffari-Khosravi et al.
8. Flack JM, Sowers JR. Epidemiologic and clinical aspects of insulin resistance and hyperinsulinemia. Am J Med
1991;91(July (1A)):11S—21S.
9. Gilani AH, Rahman AU. Trends in ethnopharmocology. J Ethnopharmacol 2005;100(August (1—2)):43—9.
10. Thomson M, Al-Qattan KK, Al-Sawan SM, Alnaqeeb MA, Khan I, Ali M. The use of ginger (Zingiber officinale Rosc.) as a potential
anti-inflammatory and antithrombotic agent. Prostaglandins Leukot Essent Fatty Acids 2002;67(December (6)):475—8.

11. Grzanna R, Lindmark L, Frondoza CG. Ginger — an herbal medic-inal product with broad anti-inflammatory actions. J
Med Food 2005;8(2):125—32.
12. Srivastava KC. Aqueous extracts of onion, garlic and gin-ger inhibit platelet aggregation and alter arachidonic acid
metabolism. Biomed Biochim Acta 1984;43(8—9):S335—46.
13. Srivastava KC, Mustafa T. Ginger (Zingiber officinale) in rheumatism and musculoskeletal disorders. Med Hypotheses
1992;39(December (4)):342—8.
14. Surh YJ, Lee E, Lee JM. Chemoprotective properties of some pungent ingredients present in red pepper and ginger.
Mutat Res 1998;402(June (1—2)):259—67.
15. Kiuchi F, Iwakami S, Shibuya M, Hanaoka F, Sankawa U. Inhibition of prostaglandin and leukotriene biosynthesis by gingerols and
diarylheptanoids. Chem Pharm Bull (Tokyo) 1992;40(February

(2)):387—91.

16. Zhang XF, Tan BK. Effects of an ethanolic extract of Gynura procumbens on serum glucose, cholesterol and triglyceride
levels in normal and streptozotocin-induced diabetic rats. Singapore Med J 2000;41(January (1)):9—13.
17. Shirdel Z, Mirbadalzadeh H, Madani H. Anti-diabetic and anti lipidemic properties of ginger in comparison gliben-
clamide in alloxan-diabetes rat. Iran J Diab Lipid Disorders 2009;9(1):7—15.

18. Singh A, Akanksha, Singh N, Maurya R, Arvind Kumar S. Anti-hyperglycaemic, lipid lowering and anti-oxidant proper-
ties of 6-gingerol in db/db mice. Int J Med Sci 2009;1(12): 536—44.

19. Goyal RK, Kadnur SV. Beneficial effects of Zingiber officinale on goldthioglucose induced obesity. Fitoterapia
2006;77(April
(3)):160—3.

20. Mozaffari-Khosravi H, Hosseinzadeh-Shamsi-Anar M, Salami MA, Hadinedoushan H, Mozayan MR. Effects of a single
post-partum injection of a high dose of vitamin D on glucose tolerance and insulin resistance in mothers with first-
time ges-tational diabetes mellitus. Diab Med 2012;29(January (1)): 36—42.

21. Al-Amin ZM, Thomson M, Al-Qattan KK, Peltonen-Shalaby R, Ali M. Anti-diabetic and hypolipidaemic properties of
ginger (Zin-giber officinale) in streptozotocin-induced diabetic rats. Br J Nutr 2006;96(October (4)):660—6.

22. Bhandari U, Kanojia R, Pillai KK. Effect of ethanolic extract of Zingiber officinale on dyslipidaemia in diabetic rats.
J Ethnopharmacol 2005;97(February (2)):227—30.
23. Bordia A, Verma SK, Srivastava KC. Effect of ginger (Zingiber officinale Rosc.) and fenugreek (Trigonella
foenumgraecum L.) on blood lipids, blood sugar and platelet aggregation in patients with coronary artery disease.
Prostaglandins Leukot Essent Fatty Acids 1997;56(May (5)):379—84.

Anda mungkin juga menyukai