Anda di halaman 1dari 12

TUGAS PENDAHULUAN

PRAKTIKUM GEOLOGI FISIK


PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI
TAHUN 2021

MODUL 4 – BATUAN METAMORF

JIHAN AULIA
101220024
GL-A
FAKULTAS TEKNOLOGI EKSPLORASI DAN PRODUKSI
UNIVERSITAS PERTAMINA

JAKARTA
29 MARET 2021

TUGAS PENDAHULUAN PRAKTIKUM – GEOLOGI FISIK 2021


PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa jawaban yang saya tulis disini merupakan hasil
pengerjaan sendiri. Jika ada sumber yang digunakan, maka saya mencantumkan sitasinya
dalam teks serta referensinya di daftar pustaka.

Yang menyatakan,
JIHAN AULIA

TUGAS PENDAHULUAN PRAKTIKUM – GEOLOGI FISIK 2021


JAWABAN PERTANYAAN – 1
Proses terbentuknya batuan metamorf karena adanya perubahan yang disebabkan oleh proses
metamorfosa. Proses metamorfosa adalah sebuah proses pengubahan batuan akibat adanya
perubahan tekanan, temperatur, dan adanya aktivitas kimia, baik fluida ataupun gas, bahkan
bisa merupakan variasi dari ketiganya (tekanan, temperatur, dan aktivitas kimia). Proses
metamorfosa sendiri sebenarnya merupakan proses isokimia, di mana tidak adanya
penambahan unsur-unsur kimia pada batuan yang mengalami metamorfosa. Adapun
temperatur yang berkisar biasanya antara 200oC – 800oC, tanpa melalui fase cair.
Adapun tiga faktor yang dapat menyebabkan terjadi proses metamorfosa tersebut sehingga
mengakibatkan proses terbentuknya batuan metamorf, antara lain:
1. Perubahan Tempetur
Perubahan temperatur dapat terjadi karena adanya beberapa sebab, seperti adanya pemanasan
akibat intrusi magmatik dan perubahan gradient geothermal. Adapun panas dalam skala kecil
juga dapat terjadi akibat adanya sebuah gesekan atau friksi selama terjadinya deformasi suatu
massa batuan. Pada batuan silikat misalnya, batas bawah terjadinya metamorfosa umumnya
berkisar pada suhu 150oC ± 50oC. Hal ini ditandai dengan munculnya mineral-mineral Mg,
yaitu carpholite, glaucophane, lawsonite, paragonite, prehnite maupun slitpnomelane.
Sedangkan untuk batas atasnya berkisar pada suhu 650oC – 1100oC, tepatnya sebelum proses
pelelehan dan tergantung pula pada jenis jenis batuan asalnya.
2. Perubahan Tekanan
Tekanan yang dapat menyebabkan terjadinya proses metamorfosa pada dasarnya bervariasi.
Proses metamorfosa akibat intrusi magmatik dapat terjadi mendekati tekanan permukaannya,
di mana besarnya beberapa bar saja. Sedangkan proses metamorfosa yang terjadi pada suatu
kompleks ofiolit dapat terjadi dengan tekanan lebih dari 30-40 kBar.
3. Aktivitas Kimiawi
Ativitas kimiawi fluida maupun gas yang berada pada jaringan antara butir batuan,
mempunyai peranan penting dalam proses metamorfosa. Hal ini dikarenakan memang fluida
aktif memiliki banyak peran, yaitu air, karbon dioksida, asam hidroklorik, dan hidroflorik.
Pada umumnya, fluida dan gas tersebut berperan sebagai katalis atau solven, serta memiliki
sifat untuk membentuk reaksi kimia dan penyetimbang mekanis.

JAWABAN PERTTANYAAN – 2
Jenis-Jenis Metamorfosa Pada Batuan Metamorf
Berdasarkan tatanan geologinya, Bucher dan Frey (1994) berpendapat bahwa proses
metamorfosa dalam pembentukan batuan metamorf terbagi menjadi 2 jenis, antara lain:
1. Metamorfosa Regional (Dinamothermal)

TUGAS PENDAHULUAN PRAKTIKUM – GEOLOGI FISIK 2021


Metamorfosa regional yang juga dikenal dengan sebutan dinamothermal merupakan proses
metamorfosa yang terjadi di daerah yang sangat luas. Adapun metamorfosa ini dibagi
menjadi 3 macam, diantaranya:
 Metamorfosa Orogenik – Metamorfosa orogenik ini terjadi pada daerah sabuk
orogenik, di mana terjadi proses deformasi yang menyebabkan rekristalisasi. Pada
umumnya, batuan metamorf yang dihasilkan dari metamorfosa ini mempunyai butiran
mineral yang terorientasi dan membentuk sabuk yang melampar atau terbentang dari
ratusan hingga ribuan kilometer. Proses metamorfosa yang satu ini biasanya
memerlukan waktu yang sangat lama, yaitu berkisar antara puluhan juta tahun.
 Metamorfosa Burial – Metamorfosa burial ini terjadinya akibat adanya kenaikan
tekanan dan temperatur pada daerah geosinklin yang mengalami sedimentasi intensif,
di mana kemudian akan terlipat. Proses yang terjadi pada metamorfosa ini ialah
proses rekristalisasi dan reaksi antara mineral dengan fluida.
 Metamorfosa Dasar Samudera (ocean floor) – Metamorfosa dasar samudera yang
dikenal dengan sebutan ocean floor ini terjadi akibat adanya perubahan pada kerak
samudera, tepatnya di sekitar punggungan tengah samudera (mid oceanic ridges).
Batuan metamorf yang dihasilkan dari proses metamorfosa ini umumnya memiliki
komposisi basa dan ultrabasa. Selain itu, adanya pemanasan air laut juga
menyebabkan mudah terjadinya reaksi kimia antara batuan dengan air laut tersebut.
2. Metamorfosa Lokal
Metamorfosa lokal merupakan proses metamorfosa yang terjadi di daerah yang sempit, yaitu
diantara kisaran beberapa meter hingga kilometer saja. Adapun metamorfosa ini dibagi
menjadi 6 macam, diantaranya:
 Metamorfosa Kontak – Metamorfosa kontak ini terjadi pada batuan yang mengalami
pemanasan di sekitar kontak massa batuan beku intrusif maupun ekstrusif. Perubahan
terjadi karena adanya pengaruh panas dan material yang dilepaskan oleh magma serta
deformasi akibat gerakan massa. Adapun zona metamorfosa kontak disebut
juga contact aureole. Proses yang terjadi pada zona ini umumnya ialah rekristalisasi,
reaksi kimia antara mineral, reaksi kimia antara mineral dan fluida, serta penggantian
dan penambahan material. Batuan yang dihasilkan pada proses metamorfosa kontak
ini umumnya memiliki butir-butir halus.
 Metamorfosa Kaustik/Thermal/Optalic (Pirometamorfosa) – Metamorfosa kaustik ini
sebenarnya merupakan jenis khusus dari metamorfosa kontak yang menunjukkan
suatu efek hasil temperatur yang tinggi pada kontak batuan dengan magma pada
kondisi volkanik atau quasi volkanik. Adapun contohnya ialah pada xenolith atau
pada zone dike.
 Metamorfosa Kataklastik/Dislokasi/Kinemati/Dinamik – Metamorfosa kataklastik ini
terjadi pada daerah yang mengalami deformasi intensif, seperti pada pahatan. Proses
yang terjadi murni ini disebabkan karena adanya gaya mekanis yang mengakibatkan
penggerusan dan sranulasi batuan. Adapun batuan yang dihasilkan pada metamorfosa

TUGAS PENDAHULUAN PRAKTIKUM – GEOLOGI FISIK 2021


kataklastik ini memiliki sifat non-foliasi, di mana juga dikenal sebagai fault
breccia, fault gauge ataupun milonit.
 Metamorfosa Hidrotermal (Metasotisme) – Metamorfosa hidrotermal ini terjadi akibat
adanya perlokasi fluida atau gas yang panas pada jaringan antar butir atau pada
retakan-retakan batuan. Sedemikian sehingga menyebabkan perubahan komposisi
mineral dan kimia. Selain itu, perubahan juga dipengaruhi karena adanya confining
pressure.
 Metamorfosa Impact – Metamorfosa impact ini terjadi akibat adanya
tabrakan hypervelocity sebuah meteorit. Adapun kisaran waktunya hanya sekitar
beberapa mikrodetik, di mana pada umumnya ditandai dengan terbentuknya
mineral coesite dan stishovite. Selain itu, metamorfosa impact ini berkaitan erat
dengan panas bumi (geothermal).
 Metamorfosa Retrogade (Diaropteris) – Metamorfosa retrogade ini terjadi akibat
adanya penurunan temperatur. Sedemikian sehingga kumpulan mineral metamorfosa
tingkat tingginya berubah menjadi kumpulan mineral stabil pada temperatur yang
lebih rendah dari sebelumnya.

JAWABAN PERTTANYAAN – 3
Adalah kenampakan batuan yang berdasarkan ukuran, bentuk atau orientasi unit poligranular
batuan tersebut. (Jacson, 1997). Secara umum struktur batuan metamorf dapat dibadakan
menjadi struktur foliasi dan nonfoliasi (Jacson, 1997).
1. Struktur Foliasi

Merupakan kenampakan struktur planar pada suatu massa. Foliasi ini dapat terjadi karena
adnya penjajaran mineral-mineral menjadi lapisan-lapisan (gneissoty), orientasi butiran
(schistosity), permukaan belahan planar (cleavage) atau kombinasi dari ketiga hal tersebut
(Jacson, 1970).
Struktur foliasi yang ditemukan adalah :
1A. Slaty Cleavage

Umumnya ditemukan pada batuan metamorf berbutir sangat halus (mikrokristalin) yang
dicirikan oleh adanya bidang-bidang belah planar yang sangat rapat, teratur dan sejajar.
Batuannya disebut slate (batusabak).

TUGAS PENDAHULUAN PRAKTIKUM – GEOLOGI FISIK 2021


Gambar Struktur Slaty Cleavage dan Sketsa Pembentukan Struktur

1B. Phylitic

Srtuktur ini hampir sama dengan struktur slaty cleavage tetapi terlihat rekristalisasi yang
lebih besar dan mulai terlihat pemisahan mineral pipih dengan mineral granular. Batuannya
disebut phyllite (filit)

Gambar Struktur Phylitic

1C. Schistosic

Terbentuk adanya susunan parallel mineral-mineral pipih, prismatic atau lentikular


(umumnya mika atau klorit) yang berukuran butir sedang sampai kasar. Batuannya disebut
schist (sekis).

TUGAS PENDAHULUAN PRAKTIKUM – GEOLOGI FISIK 2021


Gambar Struktur Schistosic dan Sketsa Pembentukan Struktur

1D. Gneissic/Gnissose

Terbentuk oleh adanya perselingan., lapisan penjajaran mineral yang mempunyai bentuk
berbeda, umumnya antara mineral-mineral granuler (feldspar dan kuarsa) dengan mineral-
mineral tabular atau prismatic (mioneral ferromagnesium). Penjajaran mineral ini umumnya
tidak menerus melainkan terputus-putus. Batuannya disebut gneiss.

Gambar Struktur Gneissic dan Sketsa Pembentukan Struktur

2. Struktur Non Foliasi

Terbentuk oleh mineral-mineral equidimensional dan umumnya terdiri dari butiran-butiran


(granular). Struktur non foliasi yang umum dijumpai antara lain:
2.A. Hornfelsic/granulose

Terbentuk oleh mozaic mineral-mineral equidimensional dan equigranular dan umumnya


berbentuk polygonal. Batuannya disebut hornfels (batutanduk)

TUGAS PENDAHULUAN PRAKTIKUM – GEOLOGI FISIK 2021


Gambar Sruktur Granulose
2B. Kataklastik

Berbentuk oleh pecahan/fragmen batuan atau mineral berukuran kasar dan umumnya
membentuk kenampakan breksiasi. Struktur kataklastik ini terjadi akibat metamorfosa
kataklastik. Batuannya disebut cataclasite (kataklasit).

2C. Milonitic

Dihasilkan oleh adanya penggerusan mekanik pada metamorfosa kataklastik. Cirri struktur
ini adalah mineralnya berbutir halus, menunjukkan kenampakan goresan-goresan searah dan
belum terjadi rekristalisasi mineral-mineral primer. Batiannya disebut mylonite (milonit).

Struktur Milonitic

2D. Phylonitic

Mempunyai kenampakan yang sama dengan struktur milonitik tetapi umumnya telah terjadi
rekristalisasi. Cirri lainnya adlah kenampakan kilap sutera pada batuan yang ,mempunyai
struktur ini. Batuannya disebut phyllonite (filonit).

TUGAS PENDAHULUAN PRAKTIKUM – GEOLOGI FISIK 2021


B. Tekstur Batuan Metamorf

Merupakan kenampakan batuan yang berdasarkan pada ukuran, bentuk dan orientasi butir
mineral dan individual penyusun batuan metamorf. Penamaan tekstur batuan metamorf
umumnya menggunakan awalan blasto atau akhiran blastic tang ditambahkan pada istilah
dasarnya. (Jacson, 1997).
1. Tekstur Berdasarkan Ketahanan Terhadap Proses Metamorfosa
Berdasarkan ketahanan terhadap prose metamorfosa ini tekstur batuan metamorf dapat
dibedakan menjadi:

a. Relict/Palimset/Sisa
Merupakan tekstur batuan metamorf yang masih menunjukkan sisa tekstur batuan asalnya
atau tekstur batuan asalnya nasih tampak pada batuan metamorf tersebut.
b. Kristaloblastik
Merupakan tekstur batuan metamorf yang terbentuk oleh sebab proses metamorfosa itu
sendiri. Batuan dengan tekstur ini sudah mengalami rekristalisasi sehingga tekstur asalnya
tidak tampak. Penamaannya menggunakan akhiran blastik.

2. Tekstur Berdasarkan Ukuran Butir


Berdasarkan butirnya tekstur batuan metmorf dapat dibedakan menjadi:
1. Fanerit, bila butiran kristal masih dapat dilihat dengan mata
2. Afanitit, bila ukuran butir kristal tidak dapat dilihat dengan mata.

3. Tekstur berdasarkan bentuk individu kristal


Bentuk individu kristal pada batuan metamorf dapat dibedakan menjadi:
1. Euhedral, bila kristal dibatasi oleh bidang permukaan bidang kristal itu sendiri.

2. Subhedral, bila kristal dibatasi oleh sebagian bidang permukaannya sendiri dan
sebagian oleh bidang permukaan kristal disekitarnya.

3. Anhedral, bila kristal dibatasi seluruhnya oleh bidang permukaan kristal lain
disekitarnya.
Berdasarkan bentuk kristal tersebut maka tekstur batuan metamorf dapat dibedakan menjadi:
1. Idioblastik, apabila mineralnya dibatasi oleh kristal berbentuk euhedral.
2. Xenoblastik/Hypidioblastik, apabila mineralnya dibatasi oleh kristal berbentuk
anhedral.

TUGAS PENDAHULUAN PRAKTIKUM – GEOLOGI FISIK 2021


d. Tekstur Berdasarkan Bentuk Mineral
Berdasarkan bentuk mineralnya tekstur batuan metamorf dapat dibedakan menjadi:
1. Lepidoblastik, apabila mineralnya penyusunnya berbentuk tabular.
2. Nematoblastik, apabila mineral penyusunnya berbentuk prismatic.

3. Granoblastik, apabila mineral penyusunnya berbentuk granular, equidimensional,


batas mineralnya bersifat sutured (tidak teratur) dan umumnya kristalnya berbentuk
anhedral.

4. Granoblastik, apabila mineral penyusunnya berbentuk granular, equidimensional,


batas mineralnya bersifat unsutured (lebih teratur) dan umumnya kristalnya berbentuk
anhedral.

Selain tekstur yang diatas terdapat beberapa tekstur khusus lainnya diantaranya adlah sebagai
berikut:

 Perfiroblastik, apabila terdapat mineral yang ukurannya lebih besar tersebut sering
disebut porphyroblasts.

 Poikloblastik/Sieve texture, tekstur porfiroblastik dengan porphyroblasts tampak


melingkupi beberapa kristal yang lebih kecil.

 Mortar teksture, apabila fragmen mineral yang lebih besar terdapat padamassadasar
material yang barasal dari kristal yang sama yang terkena pemecahan (crhusing).

 Decussate texture yaitu tekstur kristaloblastik batuan polimeneralik yang tidak


menunjukkan keteraturan orientasi.
 Saccaroidal Texture yaitu tekstur yang kenampakannya seperti gula pasir.

 Batuan mineral yang hanya terdiri dari satu tekstur saja, sering disebut
berstektur homeoblastik.

JAWABAN PERTANYAAN – 4
1. Proses Pembentukan Batu Slate
Batu slate atau sabak dapat berwujud hingga menyerupai batu setelah mengalami
proses yang terbilang panjang. Terlebih lagi batu slate ini masuk ke dalam golongan
batuan metamorf. Batu metamorf sendiri merupakan transformasi dari batuan lainnya
yang telah mengalami perubahan wujud. Proses pembentukan batu slate atau sabak ini
berasal dari metamorfosis Shale dan batu lempung atau Mudstone.
2. Proses terbentuknya batu phyllite
Filit Merupakan batuan metamorf yang umumnya tersusun atas kuarsa, sericite mica
dan klorit. Terbentuk dari kelanjutan proses metamorfosisme dari Slate.

TUGAS PENDAHULUAN PRAKTIKUM – GEOLOGI FISIK 2021


3. Proses terbentuknya batu Schist
batuan ini terbentuk pada saat batuan sediment atau batuan beku yang terpendam pada
tempat yang dalam mengalami tekanan dan temperatur yang tinggi.
4. Proses terbentuknya batu Gneiss
Batuan gneiss atau genes terbentuk dari proses metamorfisme regional atau
metamorfisme dinamik yang terjadi di batas lempeng konvergen. Mineral penyusun
dalam batuan gneiss direkristalisasi dengan suhu atau temperatur dan tekanan yang
tinggi, oleh karena itu batuan gneiss dikategorikan sebagai batuan metamorf
berkualitas tinggi dan sulit pecah. Proses rekristalisasi dari mineral penyusun ini
menyebabkan ukuran mineral meningkat dan memisah sehingga memberi kesan garis-
garis (bands).
 Derajat metamorfisme yang terendah sampai yang tertinggi :Slate, Phyllite, Schist,
Gneiss

REFERENSI :

 https://ilmugeografi.com/geologi/proses-terbentuknya-batuan-
metamorf#:~:text=Proses%20Pembentukan%20Batuan%20Metamorf&text=Proses%20m
etamorfosa%20adalah%20sebuah%20proses,temperatur%2C%20dan%20aktivitas%20ki
mia
 https://ptbudie.wordpress.com/2012/04/11/struktur-dan-tekstur-batuan-metamorf/
(diakses pada 12 april 2012)
 https://ilmugeografi.com/ilmu-bumi/batu-
slate#:~:text=Proses%20pembentukan%20batu%20slate%20atau,dan%20batu%20lempu
ng%20atau%20Mudstone.&text=Semua%20jenis%20batuan%20yang%20ada,beda%20a
ntara%20satu%20dengan%20lainnya.&text=Seperti%20batu%20slate%20ini%20juga%2
0memiliki%20ciri-%20cirinya%20sendiri.

TUGAS PENDAHULUAN PRAKTIKUM – GEOLOGI FISIK 2021


TUGAS PENDAHULUAN PRAKTIKUM – GEOLOGI FISIK 2021

Anda mungkin juga menyukai