Anda di halaman 1dari 34

PENGENALAN DAN

PENGUJIAN FUMIGASI

PRAKTIKUM MK MANAJEMEN VERTEBRATA TANAMAN


S1 PROTEKSI TANAMAN FAK. PERTANIAN IPB
Senin, 19 April 2021 dan Jum’at 23 April 2021

Dr. Swastiko Priyambodo


Lab. Vertebrata Hama
Dept. Proteksi Tanaman
Fak. Pertanian IPB
RESISTENSI PERILAKU atau EKOLOGIS
Behavioural Resistance
Ecological Resistance

Tikus tidak mau mengonsumsi rodentisida (umpan beracun) atau tidak


mau masuk perangkap yang disediakan oleh manusia karena basic instinc

Penyebab:
1. Ada tikus lain yang mati keracunan setelah mengonsumsi racun tersebut
2. Ada tikus yang masuk perangkap dan mengeluarkan alarm pheromone
3. Tikus mencicipi rodentisida dan merasakan tanda bahaya karena tidak bisa
muntah
4. Banyak tersedia sumberdaya (makanan) di sekitar rodentisida atau
perangkap
RESISTENSI FISIOLOGIS
(Physiological Resistance)

Tikus mau mengonsumsi umpan beracun


sampai dosis letal, tetapi tikus tidak mati (survive)

1. Tikus telah membentuk gen ketahanan terhadap racun dalam menghambat


koagulasi darah (antikoagulan), diperlukan waktu lama
2. Ketahanan ini tidak berlaku untuk racun akut karena daya kerjanya yang cepat
dengan merusak sistem syaraf
Protein
Tikus
Warfarin Protein-Warfarin
(tikus mati) TEORI WK
Warfarin = Wisconsin Alumni
Research Foundation
Vitamin K

Protein Vitamin K Protein-Vitamin K


Tikus (tikus tidak mati)
Tidak terjadi reaksi,
sehingga tikus tidak mati

Protein Tikus Warfarin


Mutan

Protein Tikus Vitamin K


Mutan Protein-Vitamin K
(tikus tidak mati)
TEORI KK (Vitamin K – Vitamin K)
Dalam Teori KK, pengaruh Warfarin bukan sebagai kompetitor (pesaing) dengan
Vitamin K, tetapi berpengaruh terhadap metabolisme Vitamin K.

Pada tikus yang normal, Vitamin K yang telah dikonsumsi tidak langsung
dimanfaatkan, tetapi diubah dahulu menjadi Vitamin K-Oksida (Vitamin K-O) untuk
disimpan. Pada saat dibutuhkan, misalnya terjadi pendarahan, maka Vitamin K-O
tersebut dapat diubah kembali menjadi Vitamin K untuk proses pembekuan/koagulasi
darah. Jika tikus tersebut makan warfarin maka proses pengubahan kembali dari
Vitamin K-O menjadi Vitamin K dihambat oleh warfarin, sehingga tikus tidak memiliki
persediaan Vitamin K dan tikus akan mati.

Pada tikus yang sudah resisten, terjadi mutasi pada protein (enzim) yang mengubah
Vitamin K-O menjadi Vitamin K, sehingga dapat menurunkan sensitivitas akibat
penghambatan oleh warfarin. Dengan demikian, proses pengubahan Vitamin K-O
menjadi Vitamin K tetap terjadi sehingga Vitamin K menjadi selalu tersedia, dan tikus
tidak mati.
1. Hindarkan ketersediaan sumberdaya utama yaitu makanan dan sarang tikus

2. Tutup semua sumberdaya di lapangan yaitu makanan dan sarang pada saat
aplikasi kimia

3. Jauhkan penyimpanan racun tikus dari makanan dan minuman di gudang


1. Cara pengelolaan tikus non kimia/racun yaitu sanitasi, trapping,
barrier/proofing, berburu tikus, hayati/musuh alami)

2. Rotasi bahan aktif racun tikus

3. Rotasi jenis umpan tikus

4. Rotasi penempatan titik-titik peracunan


1. Penggunaan racun akut, hanya pada saat populasi tikus di lapangan sangat
tinggi

2. Gunakan racun kronis yang tidak menimbulkan jera umpan

3. Gunakan jenis umpan sebagai bahan dasar rodentisida dan formulasi yang
disukai oleh tikus

4. Pastikan eradikasi yang sempurna terhadap tikus sasaran


1. Jumlah rodentisida yang dimakan tikus

2. Jumlah titik rodentisida yang dikunjungi dan dimakan oleh tikus

3. Pengumpanan berkelanjutan (saturated poisoning)

4. Penghentian peracunan

5. Rodentisida digunakan melalui inspeksi yang baik, ditindaklanjuti, dan


dipantau terus menerus
Cara Memecahkan Masalah Kegagalan Pengumpanan:
Kegagalan dengan antikoagulan yang SANGAT disukai tikus

1. Masa pengumpanan yang terlalu singkat

2. Jumlah umpan tidak cukup sehingga tidak ada sisa umpan dari satu pengumpanan ke
pengumpanan berikutnya

3. Titik pengumpanan terlalu sedikit

4. Jarak titik pengumpanan kurang dekat  7.5 – 10 m (tikus) dan 2.5 m (mencit)

5. Program pengendalian tidak mencakup areal yang luas  tikus dari luar area
pengendalian masuk

6. Telah terjadi resisten fisiologis tikus


Cara Memecahkan Masalah Kegagalan Pengumpanan
Kegagalan dengan antikoagulan yang TIDAK disukai tikus

1. Pemilihan umpan atau formulasinya tidak menarik tikus

2. Penempatan umpan yang tidak tepat atau di tempat yang banyak aktivitas manusia

3. Banyak makanan lain yang lebih menarik dan mudah didapat oleh tikus di sekitar tempat
pengumpanan (terjadi di kebun binatang, kandang ternak, gudang serealia dan makanan)

4. Umpan tidak segera diganti umpan segar penting untuk digunakan

5. Umpan menjadi tengik, berjamur, didatangi serangga, terkontaminasi oleh pestisida, bau
karbol/pembersih, bau tembakau, atau bau menyengat lainnya

6. Mutu racun buruk, tikus dapat mendeteksi bau racun di dalam umpan
Fumigasi (Asap Beracun)
1. Karbon monoksida CO

2. Karbon dioksida CO2

3. Sulfur dioksida SO2

4. Hidrogen sianida HCN

5. Hidrogen fosfida PH3

6. Methyl bromide

7. Sulfuryl fluoride SO2F2

8. Kloropikrin CCl3NO2
Pegangan Emposan Emposan Tipe Putar
Fumigan untuk di Gudang
Fumigan untuk di Gudang
Beberapa Fumigan Beserta Karakteristiknya

Rumus Berat Molekul Aksi LD50 mg/liter


Fumigan Kimia Fisiologis
Hidrogen sianida HCN 27 C.A. 0.4
Karbon monoksida CO 28 C.A. 0.35%
Hidrogen fosfida PH3 34 I. 0.8
Karbon dioksida CO2 44 S.A. 20 – 30
Sulfur dioksida SO2 64 I. 1.6
Metil bromida CH3Br 95 I. 3.6
Sulfuryl fluoride SO2F2 102.06 C.A. & I. 5
Kloropikrin CCl3NO2 164 I. 2.0
C.A. = Chemical Asphyxiant S.A. = Simple Asphyxiant I = Irritant
Hidrogen Fosfida (PH3) (gas fosfin)
Reaksi aluminium fosfida (AlP) dan uap air (H2O)
Formulasi komersial fumigan ini adalah tablet nama dagang
Phostoxin (bahan aktif: AlP 56%) utamanya ditujukan untuk serangga hama gudang
Kenyataannya, gas fosfin ini tidak hanya bersifat sebagai insektisida tetapi biosida
sehingga dapat membunuh tikus

Sifat-sifat gas fosfin:


Tidak berwarna, mudah terbakar
Bau seperti bawang putih atau karbit
Beracun pada konsentrasi > 0.3 ppm
Satu tablet Phostoxin 3 g dapat menghasilkan 1 g gas fosfin
Kandungan tablet Phostoxin adalah aluminium fosfida 56%, amonium karbamat
N2H6CO2 (42%), dan parafin (2%)
Amonium karbamat bereaksi dengan katalis melepaskan gas CO2 dan NH3 (amonia)
mengurangi bahaya kebakaran dari gas fosfin
Parafin melindungi aplikator dari gas fosfin, masa aman 15 menit
Metil Bromida (CH3Br)
Fumigan yang bersifat akut
Sering digunakan di kapal, gudang, atau rumah tangga
Aplikasinya lebih sulit daripada fosfin
Gas ini tidak bersifat spesifik sehingga sangat berbahaya

Sifat-sifat metil bromida:


Berbentuk gas pada tekanan normal dan cair pada tekanan tinggi
Disimpan dalam bentuk cair dalam silinder bertekanan tinggi
Kandungan bahan aktif > 98% (w/w)
Titik didih rendah
Tidak berwarna dan tidak berbau, untuk segi keamanan bahan ini dicampur dengan
kloropikrin yang pedih di mata
Dapat juga dicampur dengan gas halida yang akan menyebabkan perubahan warna
dari hijau menjadi biru tua jika bereaksi dengan metil bromida
TUGAS PRAKTIKUM TOPIK PENGENALAN FUMIGASI - EMPOSAN:

Mahasiswa mencari informasi dari berbagai sumber tentang fumigan atau


emposan dalam hal:
1. Nama dagang
2. Nama bahan aktif
3. Konsentrasi bahan aktif
4. Bentuk formulasi
5. Warna formulasi
6. Satuan kemasan (berat atau volume kemasan)
7. Target atau hama sasaran
8. Dosis aplikasi penggunaan
9. Bahaya keracunan dan antidota (penawar racun)
10. Pertolongan pertama pada keracunan
11. Nama perusahaan
12. Nama distributor
13. Foto fumigasi/emposan
Nama dagang rodentisida berikut ini:

1. Ammikus 59 PS
2. Astutik 60 PS
3. Baltik 60 1.4 PS
4. Basmikus 66 PS
5. Brankus 57 PS
6. Ranmikus 59 PS
7. Timikus 64 PS
8. Tiran SHS
9. Phostoxin
10. Fumiphos
11. Mephos
12. Vikane
13. Pro Fume

Teknis Penugasan:
Semua kelompok praktikum mencari informasi untuk semua fumigan tersebut
TUGAS PRAKTIKUM
TOPIK PENGUJIAN
FUMIGASI - EMPOSAN
ASAP DI DALAM
WADAH PLASTIK
TIKUS MATI DI
DALAM WADAH
PLASTIK
TIKUS MATI DI
DALAM WADAH
PLASTIK
TIKUS MATI DI
DALAM WADAH
PLASTIK
Perlakuan dalam pengujian laboratorium efikasi Rodentisida Pandawa 60 PS
(sulfur 60%) terhadap tikus sawah (R. argentiventer)

Nomor Kode Perlakuan


Huruf

1. A Rodentisida Pandawa 60 PS, dosis 1 batang mercon


2. B Rodentisida Pandawa 60 PS, dosis 2 batang mercon

3. C Rodentisida Pandawa 60 PS, dosis 3 batang mercon

4. D Rodentisida merang dan belerang, dengan 50 putaran


5. E Rodentisida merang dan belerang, dengan 100 putaran
Hasil Pengujian Pandawa 60 PS Emposan Tikus

Perlakuan Asap Tikus Mati Bobot Dosis Letal


Mencapai (detik) Tikus (g) (ml)
Tikus (detik)
A (1 batang) 100.96 aA 83.90 abA 82.52 aA 66.93
B (2 batang) 93.97 aA 63.44 bA 77.23 aA ……….
C (3 batang) 88.80 aA 61.17 bA 86.44 aA ……….
D (50 putaran) 11.18 bB 140.84 aA 84.90 aA ……….
E (100 putaran) 12.21 bB 88.98 abA 79.61 aA ……….

Konsumsi oksigen oleh tikus putih = 350 ml/kg/jam = 35 ml/100 g/jam = 0.58 ml/g/menit
(Kartolo 1993)

Anda mungkin juga menyukai