PENGUJIAN FUMIGASI
Penyebab:
1. Ada tikus lain yang mati keracunan setelah mengonsumsi racun tersebut
2. Ada tikus yang masuk perangkap dan mengeluarkan alarm pheromone
3. Tikus mencicipi rodentisida dan merasakan tanda bahaya karena tidak bisa
muntah
4. Banyak tersedia sumberdaya (makanan) di sekitar rodentisida atau
perangkap
RESISTENSI FISIOLOGIS
(Physiological Resistance)
Pada tikus yang normal, Vitamin K yang telah dikonsumsi tidak langsung
dimanfaatkan, tetapi diubah dahulu menjadi Vitamin K-Oksida (Vitamin K-O) untuk
disimpan. Pada saat dibutuhkan, misalnya terjadi pendarahan, maka Vitamin K-O
tersebut dapat diubah kembali menjadi Vitamin K untuk proses pembekuan/koagulasi
darah. Jika tikus tersebut makan warfarin maka proses pengubahan kembali dari
Vitamin K-O menjadi Vitamin K dihambat oleh warfarin, sehingga tikus tidak memiliki
persediaan Vitamin K dan tikus akan mati.
Pada tikus yang sudah resisten, terjadi mutasi pada protein (enzim) yang mengubah
Vitamin K-O menjadi Vitamin K, sehingga dapat menurunkan sensitivitas akibat
penghambatan oleh warfarin. Dengan demikian, proses pengubahan Vitamin K-O
menjadi Vitamin K tetap terjadi sehingga Vitamin K menjadi selalu tersedia, dan tikus
tidak mati.
1. Hindarkan ketersediaan sumberdaya utama yaitu makanan dan sarang tikus
2. Tutup semua sumberdaya di lapangan yaitu makanan dan sarang pada saat
aplikasi kimia
3. Gunakan jenis umpan sebagai bahan dasar rodentisida dan formulasi yang
disukai oleh tikus
4. Penghentian peracunan
2. Jumlah umpan tidak cukup sehingga tidak ada sisa umpan dari satu pengumpanan ke
pengumpanan berikutnya
4. Jarak titik pengumpanan kurang dekat 7.5 – 10 m (tikus) dan 2.5 m (mencit)
5. Program pengendalian tidak mencakup areal yang luas tikus dari luar area
pengendalian masuk
2. Penempatan umpan yang tidak tepat atau di tempat yang banyak aktivitas manusia
3. Banyak makanan lain yang lebih menarik dan mudah didapat oleh tikus di sekitar tempat
pengumpanan (terjadi di kebun binatang, kandang ternak, gudang serealia dan makanan)
5. Umpan menjadi tengik, berjamur, didatangi serangga, terkontaminasi oleh pestisida, bau
karbol/pembersih, bau tembakau, atau bau menyengat lainnya
6. Mutu racun buruk, tikus dapat mendeteksi bau racun di dalam umpan
Fumigasi (Asap Beracun)
1. Karbon monoksida CO
6. Methyl bromide
8. Kloropikrin CCl3NO2
Pegangan Emposan Emposan Tipe Putar
Fumigan untuk di Gudang
Fumigan untuk di Gudang
Beberapa Fumigan Beserta Karakteristiknya
1. Ammikus 59 PS
2. Astutik 60 PS
3. Baltik 60 1.4 PS
4. Basmikus 66 PS
5. Brankus 57 PS
6. Ranmikus 59 PS
7. Timikus 64 PS
8. Tiran SHS
9. Phostoxin
10. Fumiphos
11. Mephos
12. Vikane
13. Pro Fume
Teknis Penugasan:
Semua kelompok praktikum mencari informasi untuk semua fumigan tersebut
TUGAS PRAKTIKUM
TOPIK PENGUJIAN
FUMIGASI - EMPOSAN
ASAP DI DALAM
WADAH PLASTIK
TIKUS MATI DI
DALAM WADAH
PLASTIK
TIKUS MATI DI
DALAM WADAH
PLASTIK
TIKUS MATI DI
DALAM WADAH
PLASTIK
Perlakuan dalam pengujian laboratorium efikasi Rodentisida Pandawa 60 PS
(sulfur 60%) terhadap tikus sawah (R. argentiventer)
Konsumsi oksigen oleh tikus putih = 350 ml/kg/jam = 35 ml/100 g/jam = 0.58 ml/g/menit
(Kartolo 1993)