1. 4 Harimau Penjaga Dumai (H. Tengkes, H. Tinjau Beluko, H.
Kilat Senja, dan Tuk Kurus) 2. Putri Tujuh 3. Bukit Jin 4. Lubuk Gaung (Lubuk Gong) 5. Bangsal Aceh 6. Lubuk Umai (Asal Nama Dumai) 7. Buah Belukap (Bakau) 8. Parit Hukum (Jaya Mukti dan Tanjung Palas) 9. Makam Keramat Tujuh 10. Panglima Hitam 11. Mesjid dan Pasar Mbah Rono 12. Bukit Batrem 13. Marlan Jaya 14. Lubuk Sepetir 15. Tugu Meriam 16. Syeikh Umar dan Batu Beranak 17. Jl. Dock Yard 18. Jl. Ombak 19. Jl. Batu Bintang 20. Kelakap Tujuh 21. Jl. Wan Amir 22. Makam Bundaran Jl. Datuk Laksamana 23. Pasar Lepas Pantai (jl. Tenaga) 24. Tuk Kedondong 25. Siti Laut 26. Jl. Benteng 27. Bukit Datuk 28. Perigi Tuk Kurus 29. Tangki Jepang 30. Simpang Jepang 31. Bukit Tempurung 32. Rel Kereta Api 33. Tugu Katak 34. Buluh Kasap (Bambu Kecil/Bambu Pagar) 35. Teluk Binjai 36. Sungai Teras 37. Pangkalan Sesai 38. Jl. Tengku Said Umar 39. Bukit Nenas 40. Rel Kereta Api CERITA SINGKAT RAKYAT DUMAI
1. 4 Harimau Penjaga Dumai (H. Tengkes, H. Tinjau Beluko, H.
Kilat Senja, dan Tuk Kurus)
Dumai dipercaya oleh masyarkatnya dijaga oleh 4 harimau
gaib. Harimau ini akan muncul sebagai peringatan terhadap masyarakat kota Dumai. Nama-nama harimau yang menjaga kota Dumai adalah: Harimau Tengkes, Harimau Tinjau Beluko (belukar), Harimau Kilat Senja dan Tuk Kurus. Harimau ini mempunyai ciri-ciri sendiri, Harimau Tengkes dipercayai sebagian masyarakat mengatakan satu dari ke-4 kakinya berkaki bayi dan sebagian masyarakat mengakatakan kakinya kodong (buntung). Harimau ini sering terlihat di hutan Senepis.
Sementara Tinjau Beluko atau dalam bahasa Indonesianya
tinjau Belukar ini adalah jenis harimau yang besarnya bisa melibihi 3 meter. Biasanya semakin dekat kita maka dia akan semakin besar. Harimau Kilat Senja adalah jenis harimau tercepat di antara ke-4 harimau ini. Harimau ini berjalan ibarat kilat di senja hari, biasanya setiap yang ditabraknya akan mengalami naas tapi tidak hancur atau mati. Semetara Tuk Kurus adalah harimau terkecil dari ke-4 harimau penunggu kota Dumai, Tuk Kurus sering lalu lalang dari Jakolin atau Bukit Datuk lama sekitaran STM Negeri kota Dumai sampai ke Bangsal Aceh. Tapi sebagian masyarakat juga mengatakan Tuk Kurus berjalan dari Bukit Datuk blok A sampai Bangsal Aceh. Ini semua karena masyarakat mempercayai Perigi Tuk Kurus berada diantara 2 tempat tersebut. Perigi Tuk Kurus adalah tempat minumnya Tuk Kurus.
Cerita yang yang berkembang menceritakan bahwa 4
Harimau ini berasal dari Hati Cindaku. Cindaku adalah salah satu suku pedalaman didaerah Sumatera Barat disekitar lembah Anai. Cindaku adalah suku yang dipercayai sebagai siluman harimau dan mempunyai ciri-ciri tidak mempunyai parit di bibir atasnya dan mempunyai tangan yang panjang. Cindaku ini datang ke tanah Dumai dan berkelahi dengan Datuk Laksamana. Diakhir perkelahian Datuk Laksamana berhasil membunuh Cindaku dan mengambil hati cindaku tersebut dan membuangnya keempat sudut negeri Dumai dan dari hati yang dipotong ini menjelmalah keempat harimau yang kini dipercayai menjadi penjaga kota Dumai.
Namun khusus Tuk Kurus mempunyai 2 versi cerita, satu
seperti yang tertulis di atas dan versi yang lain mengatakan kalau Tuk Kurus itu dahulunya manusia biasa yang dikucilkan dan tinggal disekitar Bukit Datuk Lama atau Bukit Datuk blok A. Dia tinggal bersama harimau yang ada di Bukit Datuk. Masyarakat mengatakan karena saking lamanya dia tinggal bersama harimau ini dia raib atau jadi gaib.
2. Putri Tujuh
Cerita Putri Tujuh adalah kisah yang menjadi ikonnya kota
Dumai, cerita ini berkembang dengan 2 versi. Versi yang pertama mengatakan bahwa Putri Tujuh berada dibawah kerajaan Sri Bunga Tanjung dipimpin oleh Ratu Sima. Ratu Sima memiliki 7 orang Putri yang cantik jelita dan yang paling populer adalah putri bungsu yang bernama Putri Mayang Sari dengan gelar Sri Mayang Mengurai. Kecantikan putri bungsu ini membuat Pangeran Empang Kuala ingin melamarnya namun apakan daya tradisi negeri Sri Bunga Tanjung tidak mengizinkan yang muda menikah lebih dulu jadi pinangan Pangeran Empang Kuala di terima untuk Putri pertama. Melihat pinangannya tidak sesuai dengan harapan Pangerang tersebut merasa tersinggung dan peperangan tak terelakan. Perang ini terjadi selama 4 purnama pangeran Empang Kuala membawa pasukan dari Aceh langsung dan pasukannya sangat kuat, mengetahui ketidak seimbangan ini maka Ratu Sima meminta bantuan dengan bangsa jin yang bertapa di Bukit Jin di hulu Sungai Dumai. Peperangan ini dimenangkan oleh Ratu Sima berkat bantuan Jin tersebut karena Pangeran Empang Kuala tewas tertancap buah bakau yang menjadi senjata jin tersebut.
Kemenangan negeri Dumai tidaklah membawa kebahagian
buat ratu Sima dan kerajaan Sri Bunga Tanjung karena ketujuh Putri negeri ini terkorban karena salah perhitungan sang Ratu ketika menyembunyikannya. Persediaan yang disiapkan didalam lubang atau gua persembunyian ketujuh putri ini hanyalah untuk 3 bulan, kenyataannya peperangan terjadi selama 3 purnama lebih. Makam ketujuh Putri ada yang mengatakan di dalam komplek kilang Pertamina dan sebagian masyarakat juga mengatakan makam putri Tujuh di gua Pelintung dan sebagian lagi mengatakan makam Putri ini berada dijalan Anggur gg. Keramat Tujuh.
Menurut versi yang kedua kerajaan yang berada di Dumai
adalah kerajaan Pamalayu yang di perintah oleh Sayid Azis Ibrahim dan permaisurinya bernama Syarifah Ruqayyah. Ketujuh Putri mereka bernama :
1. Syarifah Maimunah, nama kecilnya Siti Marlena
2. Syarifah Audzubillah, nama kecilnya Siti Fatimah 3. Syarifah Bismillah, nama kecilnya Siti Nurlaila 4. Syarifah Alhamdulillah, nama kecilnya Siti Maryani 5. Syarifah Padmadewi atau Syarifatul Kursiy, nama kecilnya Siti Zubaidah 6. Syarifah Yasin, nama kecilnya Siti Nurlena 7. Syarifah Junjungan, nama kecilnya Siti Nurlena
Ketujuh Putri ini diasuh oleh dayang Nasimah yang lebih
dikenal dengan panggilan Makcik Simah atau Cik Sima.
Diversi cerita ini diceritakan bahwa Raja Dumai memiliki 2
orang adik yang bernama Sayid Abdul Rahman bermukim diTanjung Palas dan yang kecil bernama Sayid Abul Hasan tinggal di negeri Buatan. Dari pihak istrinya Syarifah Ruqayyah mempunyai seorang adik bernama Raden Bagus Panji yang tinggal di Jawa.
Ketujuh putri ini terkenal dengan parasnya yang elok dan
budinya yang santun,terutama Putri ketujuh. Hal ini tersebar keseluruh negeri sampai ke kerajaan Tamiang di Aceh. Pangeran Tamiang yang bernama Teuku Muhammad Jamil Meuraksa sangat tergila dan mengantar pinangannya ke negeri Pamalayu di Pinang Kampai. Pinangan ini mengalami penagguhan karena raja harus bertanya kepada ketiga Saudaranya, penangguhan ini dianggap penolakan oleh Pangeran Tamiang dan terjadi pertempuran. 3. Bukit Jin
Dumai terdiri dari daerah lembah dekat dengan pantai
bertanah gambut, namun di hulu Dumai yang menuju ke selatan tanahnya berbukit. Diantar bukit tersebut ada yang bernama Bukit Jin.
Penamaan bukit Jin ini sesuai dengan namanya, menurut
masyarakat Dumai dipercaya bahwa bukit Jin ini tempat bersemayam atau tempat Jin bertapa. Cerita ini berhubungan dengan cerita Putri Tujuh, yang disalah satu sesinya mengatakan bahwa Ratu Sima meminta bantuan dengan bangsa jin yang ada di bukit jin. Dasar cerita inilah yang menjadikan daerah tersebut dinamakan dengan bukit Jin.
4. Bangsal Aceh
Salah satu daerah yang ada di Dumai ada yang disebut
dengan Bangsal Aceh, Bangsal Aceh terletak di kecamatan Sungai Sembilan. Daerah yang terletak di pesisir pantai dan di muara sungai Mesjid ini merupakan daerah industri saat ini.
Bangsal Aceh diambil dari kata Bangsal dan Aceh, bangsal
daerah bahasa setempat adalah sebuah tempat atau pondok peristirahatan sementara. Bentuknya terdiri dari lantai dan atap saja sementara Aceh sendiri di nama salah satu suku di Indonesia. Karena suku itu yang membuat bangsal didaerah tersebut ketika akan mengadakan penyerangan ke negeri Sri Bunga Tanjung. Bangsal ini dibuat untuk istirahat pasukan mereka setelah berjalan jauh negeri Empang Kuala di Aceh sampai ke Dumai. Tempat peristirahatan pertama ini kemudian dipanggil masyarakat sebagai daerah Bangsal Aceh.
5. Lubuk Gaung (Lubuk Gong)
Lubuk Gaung daerah yang terletak di barat kota Dumai, daerah ini pada masa sekarang merupakan salah satu daerah industri kota Dumai.
Lubuk Gaung yang awalnya bernama Lubuk Gong, itu
dikarenakan ketika pangeran Empang Kuala terluka parah dalam pertempuran antara kerajaan Sri Bunga Tanjung dengan negeri Empang Kuala disebabkan pangeran Empang Kuala tidak terima atas penolakan Ratu Sima terhadap pinangannya. Pertempuran yang terjadi selama 3 purnama itu diakhirnya cerita pangeran Empang Kuala tertikam buah bakau atau sering juga disebut buah belukab oleh masyarakat setempat. Buah ini memang banyak terdapat di sekitar pesisir Dumai. Buah belukap yang menikam pangeran itu dipercayai masyarakat dihuni oleh jin yang membantu Ratu Sima dalam pertempuran itu.
Melihat pangerannya tertikam kemudian bawahannya
menyelamatkan pangeran menuju Bangsal Aceh dan amanat dari sang Pangeran mengatakan dia ingin dimakamkan di kampung halamannya. Sang pengawal langsung membawa pangeran tersebut pulang ke Aceh ketika dalam perjalanan menuju keluar Dumai kapal yang mereka tumpangi terlalu lamban dan mereka akhirnya mengurangi muatan yang dibawa. Gong kebesaran kerajaan Empang Kuala akhirnya diputuskan untuk dibuang karena ukurannya yang besar dan terbuat dari logam padat. Gong tersebut dibuang disebuah lubuk disekitar sungai mesjid tersebut.gong yang dibuang kelubuk itulah yang menjadi dasar penamaan Lubuk Gaung. Menurut masyarakat setempat pada malam tertentu akan terdengar suara gema Gong tersebut.
6. Lubuk Umai (Asal Nama Dumai)
Lubuk Umai adalah tempat pemandian Putri Tujuh, secara
pasti tidak tidak ketahui dimana lubuk ini berada. Namun nama lubuk ini jugalah menjadi asal nama Dumai, dalam legenda Putri Tujuh disebutkan bahwa disaat Putri Tujuh sedang mandi, dibalik semak-semak ada beberapa pasang mata mengawasi mereka mandi. Salah satu dari mereka yaitu pangeran mereka terpesona melihat kecantikan salah satu dari ke-7 putri, “Gadis cantik di lubuk Umai....cantik di Umai. Ya, ya.....d‘umai...d‘umai....” Kata-kata itu terus terucap dalam hati Pangeran Empang Kuala.
D’umai inilah kemudian menjadi Dumai. Umai sendiri
bermaksud hewan sejenis landak namun berukuran lebih kecil, dan sebagian masyarakat juga mengatakan umai adalah tumbuhan sejenis ilalang yang bisa menghasilkan pelumas peluru.
7. Parit Hukum (Jaya Mukti dan Tanjung Palas)
Jaya mukti dan Tanjung Palas terkenal sebagai salah satu
penghasil penganan khas Dumai yaitu kerupuk cabe dan nenas. Dulu sebelum daerah ini bernama Jaya Mukti masyarakat Dumai menyebutnya Parit Hukum. Parit Hukum mempunyai dua cerita rakyat, satu mengatakan Parit Hukum berasal dari cerita Putri Tujuh yang mengisahkan ketika negeri Empang Kuala kalah perang maka sebagian prajurit yang tertangkap maka dihukum bunuh di dalam parit besar yang ada di situ.
Menurut versi yang lain mengatakan bahwa parit hukum
berasal sebuah parit yang juga berfungsi sebagai tempat hukuman namun hukuman ini dijatuhkan kepada para tahanan Jepang atau romusha oleh tentara Jepang.
8. Makam Keramat Tujuh
Makam Keramat Tujuh ini berada di jalan Anggur tega lega.
Gang kecil ini dihuni hanya sekitar 10 rumah. Nama keramat tujuh sendiri diangkat dari adanya tujuh makam yang berada dipinggir sungai Dumai yang juga merupakan batas akhir dari gang ini. Masyarakat tersebut mempercayai kalau 7 makam ini adalah makam Putri Tujuh yang menjadi ikon kota Dumai. Namun kebenarannya belumlah dapat dibuktikan karena menurut masyarakat setempat dalam cerita Putri tujuh ketika Ratu Sima menjemput Putrinya setelah usai perang dengan kerajaan Aceh, alangkah terkejutnya Ratu menemukan ketujuh putri sudah sekarat dikarenakan kehabisan perbekalan atau makanan. Dalam keadaan sekarat itu ratu kemudian membawa ketujuh putrinya keistana dengan menyusuri sungai Dumai dari gua persembunyian. Kondisi itu membuat satu persatu dari ketujuh putri itu meninggal dunia dalam perjalanan dan akhirnya ketujuh putri tersebut mangkat semuanya. Melihat itu sang ratu memutuskan untuk mengkebumikan ketujuh putrinya di sekitar sungai didaerah yang tinggi.
Cerita inilah yang menjadi alasan kuat buat masyarakat
setempat untuk mengatakan kalau ketujuh makam itu adalah makam Putri Tujuh.
9. Mesjid dan Pasar Mbah Rono
Mesjid Al Falah dan pasar Pulau Kelapa yang berada di jalan
Budi Kemulian salah satu mesjid dan pasar tertua di kota Dumai. Pada masa tujuh puluhan sampai pertengahan sembilan puluhan masyarakat Dumai menyebut mesjid dan pasar tersebut dengan mesjid dan pasar mbah Rono. Penyebutan ini dikarenakan yang membuat mesjid dan pasar itu adalah mbah Rono. Dikatakan bahwa mbah Ronolah pemilik lahan mulai dari mesjid Al-Falah, jalan berembang sampai jalan nangka hingga pasar tersebut.
Dengan luasnya lahan tersebut akhirnya mbah Rono
membangun sebuah mesjid dan sebuah pasar ditanah yang dia miliki agar daerah tersebut menjadi ramai.
10. Bukit Batrem
Bukit Batrem saat ini menjadi salah satu pusat pendidikan di
kota Dumai khususnya tingkat perguruan tinggi dan daerah ini juga dikenal sebagai daerah penghasil air bersih untuk kota Dumai. Bukit Batrem sendiri diambil dari nama sang pemilik lahan. Pak haji Batrem salah satu pemilik lahan terluas di tanah Dumai pada masa Dumai masih sebuah dusun. Haji Batrem sendiri mendapatkan tanah ini melalui usahanya sebagai pedagang kelontong. Dia menjual berbagai barang sembako dan lain-lain yang merupakan modal perbekalan masyarakat ketika ingin berladang ke Dumai. Dahulunya Dumai merupakan tempat berladang orang Batu Panjang kecamatan Rupat. Masyarakat yang ingin berladang ke Dumai sering berhutang dengan pak Haji Batrem dan sebagai bayarannya masyarakat memberikan sebagian dari lahannya ke Haji Batrem karena mereka tidak mempunyai uang.
Lahan yang dimiliki haji Batrem mulai dari pasar bundaran
sampai tepian hulu sungai Dumai termasuk main officenya Chevron. Karena daerah ini berbukit maka masyarakat menyebutnya dengan Bukit Batrem.
11. Marlan Jaya
Marlan Jaya pada masa lalu merupaka salah satu komplek
perumahan karyawan Chevron atau Caltex. Marlan Jaya hampir sama dengan penamaan Bukit Batrem, yaitu diambil dari nama pemilik lahan tersebut yaitu pak Marlan. Penyebutan Marlan Jaya sendiri dikarenakan tanah pak Marlan dibeli oleh pihak Caltex yang turunannya pak Marlan sekarang berdomisili di jalan Gajah Mada kota Dumai.
12. Lubuk Sepetir
Bundaran simpang Jaya Mukti merupakan bundaran terbesar
di kota Dumai. Bundaran ini dulunya merupakan simpang lima yang menuju kilang Putri Tujuh, Jaya Mukti, Bukit Batrem, Bukit Datuk dan Subrantas. Sekarang simpang ini dijadikan perempatan saja karena jalan masuk menuju Jaya Mukti di tutup dinaikan keatas.
Sebelum ini dijadikan bundaran oleh pemerintah Dumai,
dulunya daerah ini merupakan sentral perladangan padi dikota Dumai dan bundaran tersebut kata masyarakat dulunya adalah sebuah lubuk yang dalam. Menurut masyarakat bahwa di lubuk itu apabila terjadi hujan ribut petir, pasti petir menembak tengah- tengah lubuk tersebut. Karena petir yang terus mengarah atau menembak ketengah lubuk maka masyarakat menamakannya Lubuk Sepetir. Namun semenjak lubuk tersebut ditimbun dan dijadikan bundaran tidak ada lagi petir yang menembak kearah tersebut.
13. Tugu Meriam
Tugu meriam ini satu rangkain dari cerita Lubuk Sepetir.
Ketika pemerintah Dumai membuat bundaran disimpang Subrantas menuju Bukit Batrem. Komandan Angkatan Laut Dumai pada masa itu menyumbangkan tank atau meriam dari salah satu kapal perang yang sudah tidak beroperasi lagi. Meriam ini kemudian di angkat dari laut ke bundaran tersebut dengan bantuan salah seorang kotraktor sukses di kota Dumai yaitu pak Serang yang berdomisili di jalan Sungai Masang.Pak serang mengunakan alat beratnya untuk membawa meriam dari laut hingga ke bundaran tersebut dan menanamnya.
Ketika ada orang menanyakan mengapa tugu bundaran itu
meriam?”. Masyarakat kota Dumai sering menjawab dengan sedikit candaan, “kalau tuan datangnya dengan niat baik maka meriam ini akan menembak ke atas, sebagai penyambutan layaknya tembakan akrobatik ala militer ketika menyabut tamu kehormatan. Tapi jika tuan datang dengan niat yang tak elok (tak baik) maka meriam ini akan langsung menembak kearah tuan”.
Sekarang tugu meriam sudah berganti dengan tugu
sumbangan Chevron.
14. Syeikh Umar dan Batu Beranak
15. Jl. Dock Yard
Jalan Dock Yard yang sekarang telah berganti dengan jalan
Husni Thamrin, memiliki history sendiri. Nama Dock Yard sendiri diangkat dari galangan kapal yang ada di laut hilir jalan ini. Galangan kapal miliki Pertamina ini dulunya salah satu Dock terbesar di Indonesia, seiring masa reformasi dock ini tidak lagi berfungsi dengan baik karena kurangnya perawatan dan akhirnya bocor dan rekanan Pertamina yang menggelola Dock Yard ini pecah sehingga Dock itu tidak terpakai lagi sekarang.
16. Jl. Ombak
Jalan ombak bukanlah jalan yang berada dilautan dan berair.
Jalan ini disebut ombak karena waktu pertama kali dibuat jalan ini hanyalah jalan setapak yang bergelombang dan tidak rata. Jalan ini sekarang merupakan pusat kuliner malam kota Dumai. Disini tersedia berbagai macam cafe jalanan sampai cafe mewah. Disini juga terdapat berbagai pusat hiburan seperti Karoke keluarga, tempat game anak-anak dan lapangan olahraga, market serta yang lain-lain.
17. Jl. Batu Bintang dan Simpang Bugis
Jalan Cut Nyak Dien purnama dahulunya bernama jalan Batu
Bintang. Jalan masuk dari kota Dumai menuju Purnama ini setengah jalannya merupakan hamparan kebun ubi masyarakat yang ada di lahan milik Pertamina hingga ke kota Purnamanya. Jalan Batu Bintang berakhir di Simpang Bugis.
Batu Bintang diambil dari batu tapal batasnya Caltex atau
Pertamina yang setiap lahan mereka ditanam batu berlogo Bintang sementara Simpang Bugis sendiri diambil dari orang Bugis yang pertama kali membuka lahan tersebut dan sampai sekarang didaerah itu pemilik lahannya rata-rata suku Bugis. 18. Kelakap Tujuh
Diambil dari nama pohon Kelakap dan jumlahnya tujuh batang
atau tujuh cabang. Cerita yang berkembang mengatakan kalau pohon ini dahulunya markasnya para jin. Sebagaian masyarakat sering melakukan ritual-ritaul tertentu di sana sehingga sebagian masyarakat resah dan memutuskan untuk menebang pohon tersebut. Menurut ceritanya ketika pohon itu berhasil ditebang, yang menebang pohon tersebut meninggal dunia mendadak.
Setelah penebang pohon kelakap ini, tumbuhan ini tidak
pernah tumbuh lagi. Sehingga hampir seluruh masyarakat kota Dumai tidak mengetahui bagaimana bentuk pohon Kelakap tersebut.
19. Jl. Wan Amir
Nama jalan ini diambil dari pemilik lahan di daerah tersebut,
yaitu bapak Wan Amir. Beliau merupakan salah satu orang kaya tanah di kota Dumai dan pernah menjabat sebagai ketua Rukun Tetangga (RT). Keluarga beliau berdomisili di jalan Bintan gg. Sambu.
20. Bundaran Makam Jl. Datuk Laksamana
Bundaran dikota-kota Indonesia mungkin terkenal dengan
tugu-tugu megah atau tugu-tugu indah. Tidak demikian dengan di Dumai, Dumai memiliki sebuah bundaran jalan yang unik yaitu bundaran Makam yang berada di jalan Datuk Laksamana.
Bundaran dibuat untuk menghormati orang pertama yang
datang ke tanah Dumai daerah pesisir jalan Datuk Laksamana karena beliau disemayamkan disana. Dahulunya makam disini adalah tempat pemakaman umum masyarakat kota Dumai namun semenjak tanah tersebut dibeli Pelindo makam-makam yang ada disana dibongkar dan disisakanlah makam pertama orang Dumai tersebut. Masa sekarang makam ini hanya untuk kaum ningratnya kota Dumai, yaitu orang-orang yang berketurunan Tengku, Wan dan Said saja yang boleh dikebumikan disana.
21. Pasar Lepas Pantai dan Masjid Taufiqiyah (jl. Tenaga)
Salah satu pasar tertua di Dumai adalah pasar Lepas Pantai.
Dahulunya pasar ini terletak di Pelabuhan dekat bundaran Makam jl. Datuk Laksamana. Pasar ini merupakan pusat perbelajaan kota Dumai dan disekitar situ juga ada sebuah mesjid serta madrasah ibtidayah. Ketika Pelindo membeli lahan tersebut dan menjadikan pelabuhan pasar, mesjid dan madrasah ini dipindahkan ke jalan tenaga.
22. Tuk Kedondong
23. Siti Laut
24. Jl. Benteng
25. Bukit Datuk
Diambil dari banyaknya harimau didaerah tersebut.
Masyarakat kota Dumai memanggil harimau dengan sebutan Datuk. Cerita ini bisa juga diambil dari cerita bujang manja yang terdapat dalam buku cerita rakya Dumai terbitan dinas Pariwisata kota Dumai.
26. Perigi Tuk Kurus
Sudah dijelaskan dalam cerita 4 harimau penjaga kota Dumai.
27. Tangki Jepang, dan Rel Kereta Api
Dumai memang tidak pernah dijajah oleh Belanda namun
Dumai berhasil dimasuki atau dijajah oleh Jepang. Ini bisa dibuktikan dengan beberapa peninggalan Jepang, seperti Tangki Jepang yang kabarnya posisi ada yang bilang di Lepin dan ada yang bilang di depan SPBU jl. Sudirman. Disebabkan bukti fisik yang telah dimusnahkan karena tidak adanya pelestarian dari masyarakat maupun pemerintah daerah. Tangki Jepang ini dibuat masa pemerintahan Jepang yang bertujuan untuk menampung minyak mentah yang di suplai daerah sumber minyak, karena kalah perang Jepang pada perang dunia ke-II akhirnya pembangunan tangki minyak ini gagal dan oleh masyarakat sekitar tangki minyak yang setengah jadi ini akhirnya dirusak oleh masyarakat dipotong-potong dan dijual.
Secara bersamaan juga Jepang mendirikan rel kereta api
yang digunakan untuk mengangkat bahan-bahan menuju pelabuhan. Lokasinya disekitar jalan sudirman sampai ke pelabuhan Sismic.
28. Simpang Jepang dan Bukit Tempurung
Simpang Jepang dan Bukit Tempurung juga merupakan cerita
yang berkembang pada masa penjajahan Jepang di kota Dumai. Dari cerita yang berkembang lokasi Simpang Jepang dan Bukit Tempurung ini berada di Bukit Nenas.
Simpang Jepang ini adalah pintu masuknya kamp Jepang dan
disini juga banyak para Romusha yang bekerja didaerah tersebut. Romusha tidak pernah diberi makan oleh tentara Jepang, masyarakat disekitar sana baik yang punya keluarga atau tidak sering memberikan makanan untuk para romusha secara sembunyi dan mereka memberi makanan itu meletakannya didalam tempurung yang sudah dibersihkan. Selama lebih kurang 2 tahun Jepang berada dinegeri ini. Selama itulah masyarakat memberi makan dengan tempurung untuk para romusha. Tempurung ini kemudian menumpuk dan menjadi seperti bukit. Yang kemudian masyarakat setempat menyebutnya Bukit Tempurung.
29. Tugu Katak
Pasar buah Lepin merupakan salah satu tempat sentral
penjualan buah dan disini juga terdapat penjualan baju-baju bekas dari luar negeri yang sering disebut baju rombengan. Di Lepin ini dulu terdapat perumahan angkatan darat kota Dumai. Dulunya di samping pasar tersebut terdapat tugu Katak yang di kelilingi kolam. Kolam ini merupakan kolam tanah gambut yang di dalamnya banyak lintah. Kolam ini sering digunakan oleh angkatan untuk menghukum prajurit yang melanggar aturan atau masyarakat yang melakukan kejahatan seperti mencuri maka mereka akan direndam dalam kolam tersebut selama satu harian atau satu malaman.
Sekarang tugu Katak dan kolam itu sudah musnah dibangun
rumah mewah yang berada tepat siamping pasar Lepin jalan Sudirman.
30. Buluh Kasap (Bambu Kecil/Bambu Pagar)
Daerah ini banyak terdapat buluh kasap yang sering dijadikan
pagar dan untuk joran panjing.
31. Teluk Binjai
Lubuk setelah SMPN 2 digunakan masyarakat untuk
memandikan Anjing pemburu dan Pohon Binjai, buahnya asam tempatnya sebelum masuk SMPN 2
32. Sungai Teras (disekitar sungai banyak pohon Teras)
33. Pangkalan Sesai (Pohon Sesai)
34. Jl. Tengku Said Umar
35. Bukit Nenas (banyak Nenas)
Tugas Kelompok
a. Syair (2 orang) 4 bait
b. Pantun (2 orang) 6 bait c. Cerita Bergambar/Komik (3 orang) 3 halaman d. Lagu (3 orang) 1 lagu e. Puisi (2 orang) min. 8 bait f. Celoteh/Monolog (1/2 orang) 4 hal. g. Tarian (2-6 orang) min 4x8