Anda di halaman 1dari 69

1

PRODUKSI DAN PENDAPATAN USAHA NELAYAN HAND LINE DI


NEGERI LATUHALAT KOTA AMBON

SKRIPSI

Diajukan oleh:

ORPA ENMOPIANA
2015-68-075

Kepada

JURUSAN AGROBISNIS PERIKANAN


FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS PATTIMURA
AMBON
2021
2

LEMBARAN PENGESAHAN PANITIA UJIAN SARJANA

Nama : Orpa Enmopiana


Nim : 2015-68-075
Program Studi : Agrobisnis Perikanan
Hari/Tanggal : ?
Tempat : Ruang Ujian Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan
Kampus Poka Ambon
Judul Skripsi : Produksi dan Pendapatan Usaha Nelayan Hand Line di
Negeri Latuhalat Kota Ambon

Panitia Ujian Sarjana Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan


Universitas Pattimura Ambon

Ketua Sekretaris

Ir. L. M. Soukotta. MP Dr. Ir. R. L. Papilaya, MP


NIP. 19590529 198503 2 003 NIP. 19670218 199403 1 002

Pengguji 1 pengguji II

Pengguji III Pengguji IV


3

LEMBARAN PENGESAHAN PEMBIMBING

Nama : Orpa Enmopiana

NIM : 2015-68-075

Program Studi : Agrobisnis Perikanan

Ujian ini Telah Dipertahankan dalam Ujian Sarjana Fakultas Perikanan dan
Ilmu Kelautan Universitas Pattimura Ambon Pada :

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Ir. Y. M. T. N. Apituley, M. App. Sc Dr. Ir. St. Siahainenia, MP


NIP.19670817 199203 2 001 NIP. 19630303 19883003

Diketahui oleh :

Ketua Jurusan AGP

Ir. L. M. Soukotta. MP
NIP. 19590529 198503 2 003

Disahkan oleh :

Pj. Dekan Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan

Prof. Dr. Fredy. Leiwakabessy, M. Pd


NIP. 19660228 19103 1 00 1
4

DEDIKASI

“ Segala Perkara Dapat Kutanggung Di Dalam DIA Yang Memeberi


Kekuatan Kepada Ku”
(FILIPI 4 :13)

“Karena itu rendahkanlah dirimu Dibawah tangan Tuhan yang kuat,


supaya “kamu ditinggikan pada waktunya”
(1 PETRUS 5:6)
“ Hidup Adalah Aktualisasi Diri, Sebuah Proses Belajar, Dan Berjuang
Tanpa Batas”

“ Hidup Bukan Tentang Memaksakan Untuk Mendapatkan Apa Yang


Kamu Inginkan, Tetapi Tentang Menghargai Apa Yang Kamu
Miliki, Dan Sabar Menanti Yang Akan Menghampiri”

“ Cita-Cita Menanti Kedatangan Kita Yang Mau Berjuang Dan Tetap


Terus Melangkah Dalam Rimba Kesulitan”

SKRIPSI INI KUPERSEMBAHAKAN KEPADA :

 PUJI, HORMAT, DAN KEMULIAAN BAGI TUHAN YESUS KRISTUS


 KELUARGA TERCITA PAPA DAN MAMA
 ALMAMATER KU
 SEMUA ORANG YANG TELAH MAMBANTUKU

RINGKASAN
5

ORPA ENMOPIANA, 2015-68-075, Produksi dan Pendapatan Usaha


Nelayan Hand Line di Negeri Latuhalat. Dibawah bimbingan Dr. Ir. Y. M.
T. N. Apituley. M. App. Sc dan Ir. St. M. Siahainenia, MP.

Negeri Latuhalat merupakan salah satu pusat produksi penangkapan


ikan tuna di Kota Ambon. Sebagian besar masyarakat bermata pencaharian
sebagai nelayan. Awalnya penangkapan tuna hanya menggunakan perahu yang
didayung oleh nelayan, namun dengan adanya perkembangan teknologi maka
kegiatan penangkapan telah menggunakan mesin tempel sebagai alat
penggerak perahu pengunaannya tidak tertentu dapat berdampak terhadap
peningkatan produksi, namun disisi lain konsekuensinya adalah biaya, baik
investasi atau modal, maupun biaya variabel yang menjadi tanggung jawab
nelayan. Hasil produksi nelayan Negeri Latuhalat pada bulan Maret pada
musim pancaroba 1 yaitu ikan tuna yang berukuran kecil, pada musim ini
produksi ikan yang dihasilkan sangat tinggi.
Potensi perikanan yang tersedia dapat dikembangkan dan dapat menjadi
sarana terciptanya peluang kerja pada masyarakat nelayan. Salah satu peluang
yang cukup besar yaitu usaha perikanan tangkap. Perikanan tangkap
merupakan satu unit usaha yang dilakukan oleh nelayan. Namun usaha
perikanan tangkap belum dikatakan berhasil apabila hanya sampai pada tahap
mendapatkan ikan, usaha ini akan dikatakan berhasil apabila sampai pada tahap
pemasarannya.
Hand line merupakan alat tangkap yang digunakan oleh nelayan Negeri
Latuhalat, terdiri dari alat pancing dan tali yang menggunakan umpan untuk
menangkap ikan. Pengoperasian alat tangkap ini dapat dilakukan sepanjang
tahun dan hasil tangkapannya cukup memuaskan karena daerah
penangkapannya lebih luas.
Usaha penangkapan tuna di Negeri Latuhalat memiliki tujuan untuk
mendapatkan keuntungan, perolehan keuntungan berkaitan erat dengan
efisiensi dalam berproduksi. Usaha nelayan di Negeri Latuhalat dipengaruhi
oleh musim penangkapan, kondisi alam, kurang tersedianya sarana maupun
prasarana produksi seperti SPBU sehinga menyulitkan masyarakat untuk
memperoleh bahan bakar minyak (BBM).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Rata-rata produksi nelayan tuna
hand line pada bulan Maret di Negeri Latuhalat sebesar 644 Kg. Rata-rata
biaya investasi, biaya tetap, dan biaya variabel, pendapatan nelayan tuna hand
line di Negeri Latuhalat sebesar Rp.45.905.833/tahun; Rp. 4.340.267/bulan; Rp
8.677.866/bulan; Rp. 11.230.980/bulan.
RIWAYAT PENDIDIKAN
6

Orpa Enmopiana dilahirkan di Marsela, 16 oktober 1995, adalah anak


kedua dari tiga bersaudara pasangan dari Petrus Enmopiana dan Sanci
Enmopiana/Lewier. Penulis mengadakan studi dengan jenjang pendidikan sebagai
berikut :
Penulis pertama kali menggeluti dunia pendidikan di Sekolah Dasar
Kristen Marsela pada tahun 2002 dan lulus pada tahun 2007 Setelah itu penulis
melanjutkan studi di Sekolah Menengah Pertama negeri 4 Marsela dan lulus pada
tahun 2010 kemudian penulis melanjutkan studi di Sekolah Menengah kejuruan
Negeri Marsela dan dinyatakan lulus pada tahun 2013.
Penulis melanjutkan studi di jenjang perguruan tinggi pada tahun 2015
melalui seleksi Mandiri dan diterima di Universitas Pattimura Ambon, Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan, Program Studi Agrobisnis Perikanan. Untuk
memperoleh gelar sarjana pada Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan,
Universitas Pattimura Ambon. Penulis mengadakan penelitian dengan judul ‘’
Produksi Dan Pendapatan Usaha Nelayan Hand Line Di Negeri Latuhalat
Kota Ambon ’’ yang hasilnya dituangkan dalam tulisan ini.

UCAPAN TERIMA KASIH


7

Puji dan Syukur ke Hadirat Bapa Yang Maha Mulia, karena hanya dengan
penyertaan, kasih serta anugrahnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi
yang berjudul “ Produksi dan Pendapatan Usaha Nelayan Hand Line di
Negeri Latuhalat, Kota Ambon. tuhan itu baik, pertolongannya tidak pernah
terlambat.

Pada kesempatan ini, penulis patut dan dengan tulus menyampaikan


penghargaan yang setingi-tingginya disertai ucapan terima kasih yang mendalam
kepada:

1. Dekan Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan, Para Wakil Dekan dan seluruh
staf dosen serta seluruh tenaga kependidikan pada Fakultas Perikanan dan
Ilmu Kelautan yang telah memberikan pelayanan, perhatian serta ilmu yang
berguna selama di bangku perkuliahan.
2. Pemimpin Jurusan Agrobisnis Perikanan, Ir. L. M Soukotta, MP Dan Dr. Ir. R.
L. Papilaya, MP serta pemimpin Program Studi Agrobisnis Perikanan, Dr. H.
Nanlohy, S Pi, M. Si. yang telah memberikan motivasi dan dukungan selama
penulis menempuh kuliah.
3. Dr. Ir. Y. M. T. N. Apituley. M. App. Sc selaku pembimbing 1 dan Ir. St. M.
Siahainenia, MP Selaku Pembimbing II, yang dengan setia dan sabar telah
meluangkan waktu dalam proses pembimbingan.
4. Dr. H. Nanlohy, S Pi, M. Si sebagai mentor yang setia dan penuh kesabaran
dalam memberikan bimbingan, nasehat, serta motivasi.
5. Staf pengajar pada Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas
Pattimura, terkhusus pada Jurusan Agrobisnis Perikanan yang telah
membekali penulis dengan berbagai pengetahuan.
6. Pemerintah Negeri Latuhalat Bersama Staf dan para nelayan Hand Line
Negeri Latuhalat yang telah mengkomodir penulis dalam proses
penelitian/pengambilan data.
7. Secara khusus dan paling utama, penulis menyampaikan penghargaan dan
terima kasih buat Papa, Petrus Enmopiana; Mama, Sanci Enmopiana/Lewier;
oma Yosina Enmopiana/Eipepa dan saudara Maria Enmopiana, Lusia Lewier;
8

Paulus Enmopiana, Roigens Enmopiana, yang selama ini telah mendukung


penulis dengan doa, dan dengan setia memberikan semangat, kasih sayang dan
bantuan baik secara moril maupum material demi lancarnya pendidikan
penulis.
8. Keluarga Besar Lewier, yang selama ini telah berikan tumpangan serta doa
bagi penulis dalam proses perkuliahan sampai akhir penulisan skripsi, dan ecy,
esya, sela, natal, loli yang setia menopang penulis dalam proses penyusuanan
skripsi.
9. Teman-teman seperjuangan Agrobisnis Perikanan Angkatan 15 dan teman-
teman KKN di Negeri Nalahia yang memberikan motivasi, doa, ilmu serta
semangat bagi penulis dalam bangku perkuliahan.
10. Kakak dan Adik-adik Agrobisnis Perikanan Angkatan 2013, 2014, 2016 dan
atas doa dan semangat yang di berikan sepanjang penyelesaian skripsi ini.
11. Sahabat-sahabat terkasih/ tercinta, Marini Tumury, Fardila Rumatela, Arabia
Hatilety, Fadla Usemahu, Arsenia, Chila, Hata, Indar, Ika, Tifan yang selalu
setia menemani, membantu, memberi dorongan serta doa bagi penulis dalam
penulisan skripsi.
12. Semua pihak yang tidak sempat disebutkan namanya satu persatu yang telah
membantu penulis baik secara langsung maupun tidak langsung akhirnya
sejalan dengan ucapan syukur dan terima kasih atas segala bantuan kebaikan
dan ketulusan yang telah di berikan kepada penulis kiranya tuhan yesus kristus
menyertai memberkati kita semua.

Ambon, Desember 2021

Orpa Enmopiana

KATA PENGANTAR
9

Penulis memanjatkan puji syukur hadirat Tuhan yang Maha Kuasa karena
atas berkat, rahmat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyusun dan
menyelesaikan skripsi dengan judul “PRODUKSI DAN PENDAPATAN USAHA
NELAYAN HAND LINE DI NEGERI LATUHALAT KOTA AMBON”

Tanpa adanya motivasi dan dorongan dari berbagai pihak tersebut maka
mustahil skripsi ini dapat terwujud. Terima kasih penulis atas berbagai pihak yang
telah membantu penulis hingga terselesainya skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini belum sempurnah


karena terdapat kekurangan di dalamnya, oleh karena itu penulis berharap adanya
kritik, maupun saran demi perbaikan penulisan selanjutnya. Sebelumnya penulis
mohon maaf apabila terdapat kata-kata yang salah ataupun tidak berkenan.
Semoga Tuhan Yang Maha Kuasa selalu memberikan hidayahNya kepada kita.

Ambon, Desember 2021

Penuli

DAFTAR ISI

Halaman
LEMBARAN JUDUL ...................................................................................i
10

LEMBARAN PENGESAHAN .....................................................................ii


DEDIKASI......................................................................................................iii
RINGKASAN ................................................................................................iv
RIWAYAT PENDIDIKAN ..........................................................................v
UCAPAN TERIMA KASIH ........................................................................vi
KATA PENGANTAR .................................................................................vii
DAFTAR ISI ............................................................................................... viii
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................ix
DAFTAR TABEL ......................................................................................... x
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ xi
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ………………………………………………….…1
1.2 Rumusan Masalah …………………………………………….…...4
1.3 Tujuan Penelitian …………………………………………………..4
1.4 Manfaat Penelitian ………………………………………………....5
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Usaha Perikanan …………………………………………………....6
2.2 Perikanan Tangkap …………………………………………….…...7
2.3 Deskripsi Alat Tangkap Hand Line ….…………………………......8
2.4 Nelayan ……………………………………………………….….....9
2.5 Sumber Daya Tuna ……………………………………………......11
2.6 Produksi Perikanan Tangkap ……………………………………...11
2.7 Frekuensi Melaut ……………………………………………….....12
2.8 Biaya Produksi ……………………………………………….........13
2.9 Pendapatan Usaha ………………………………………………....13
2.10 Kajian Penelitian Terdahulu …………………………………......15
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Metode Dasar Penelitian ……………………………….…............17
3.2 Metode Pengumpulan Data …………………………….…..........17
3.3 Metode Pengambilan Sampel …………………………….............18
3.4 Metode Analisi Data ……………………………………..….........18
3.5 Tempat dan Waktu Penelitian …………………………................20
3.6 Definisi Operasional dan Satuan Pengukuran …………................20
3.7 Kerangka Pikir Penelitian ……………………………..................21
BAB 1V KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN
11

4.1 Keadaan Geografis ..........................................................................23


4.2 Iklim .................................................................................................24
4.3 Keadaan Penduduk dan Mata Pencaharian ......................................24
4.3.1 Kependudukan ..........................................................................24
4.3.2 Mata Pencaharian ......................................................................25
4.4 Sarana dan Prasarana .......................................................................25
4.4.1 Keagamaan ...............................................................................25
4.4.2 Pendidikan ................................................................................26
4.4.3 Kesehatan .................................................................................27
4.5 Potensi Daerah ................................................................................27
4.5.1 Perikanan ..................................................................................27
4.5.2 Pariwisata .................................................................................27
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Karakteristik Responden ................................................................28
5.1.1 Umur Responden ....................................................................28
5.1.2 Tingkat Pendidikan .................................................................29
5.1.3 Lama Usaha ............................................................................29
5.1.4 Jumlah Tanggungan Keluarga ................................................30
5.2 Fasilitas Usaha Nelayan Hand Line ...............................................31
5.3 Biaya Investasi ..............................................................................34
5.4 Komponen Biaya ...........................................................................35
5.4.1 Biaya Tetap ..............................................................................35
5.4.2 Biaya Variabel .........................................................................37
5.5 Pemasaran Hasil Tangkapan .........................................................39
5.6 Pendapatan Bersih Nelayan .........................................................39
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan ....................................................................................41
6.2 Saran ..............................................................................................41
DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................42
LAMPIRAN ..............................................................................................44
DAFTAR GAMBAR
12

No Judul Halaman
1. Konstruksi Pancing Ulur ..........................................................................9
2. Kerangka Pikir Penelitian.........................................................................22
3. Peta Lokasi Penelitian ............................................................................23
4. Perahu Motor Tempel Nelayan Negeri Latuhalat ...................................32
5. Rantai Pemasaran Ikan Hasil Tangkapan Nelayan Hand Line di
Negeri Latuhalat…………………………………………………….......39

DAFTAR TABEL
13

No Judul Halaman
1. Potensi dan Tingkat Pemanfaatan Pelagis Besar di Perairan Maluku ....... 1
2. Penelitian Terdahulu ……………………………………………….….. 15
3. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin …………………………….. 24
4. Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian di Negeri Latuhalat ….... 25
5. Jumlah Penduduk Menurut Pendidikan di Negeri Latuhalat……….…..26
6. Jumlah Sarana Pendidikan Yang Berstatus Negeri/Inpres di Negeri
Latuhalat ……………………………………………………………….. 27
7. Umur Pemilik Usaha Hand Line di Negeri Latuhalat ……....................28
8. Tingkat Pendidikan Pemilik Usaha Tuna Hand Line di Negeri
Latuhalat ………………………………………………………………. 29
9. Lama Usaha Pemilik Usaha Tuna Hand Line di
Negeri Latuhalat ………………………………………………………. 30
10. Jumlah Tanggungan Keluarga Pemilik Usaha Tuna Hand Line di
Negeri Latuhalat ……………………………………………………..... 30
11. Spesifikasi Alat Tangkap Hand Line di Negeri Latuhalat ………........31
12. Upaya Penangkapan Produksi Tangkapan Perikanan Hand Line
di Negeri Latuhalat ………………………………………………….. 33
13. Rata-rata Biaya Investasi Usaha Perikanan Tuna Hand Line
di Negeri Latuhalat ……………………………………………………. 34
14 Komponen Biaya Tetap dan Pengeluaran Perikanan Tuna Hand line
di Negeri Latuhalat …………………………………………….……. 36
15 Komponen Biaya Variabel Per Bulan Usaha Pancing Hand Line
di Negeri Latuhalat ……………………………………………….…...37
16. Pendapatan Usaha Perikanan Tuna Hand Line di
Negeri Latuhalat ……………………………………………………. 39

DAFTAR LAMPIRAN
14

No Judul Halaman
1. Daftar Pertanyaan ............................................................................45
2. Surat Selesai Penelitian ....................................................................47
3. Nilai Investasi Per Unit Pancing Hand Line di Negeri
Latuhalat ..........................................................................................48
4. Penggunaan Biaya Tetap ..................................................................49
5. Penggunaan Biaya Perawatan ...........................................................50
6. Total Biaya Usaha Hand Line di Negeri Latuhalat ............................51
7. Pendapatan Usaha Perikanan Tuna Hand Line di
Negeri Latuhalat ...............................................................................52
8. Dokumentasi ....................................................................................53
15

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sebagai daerah kepulauan, Maluku memiliki luas wilayah sebesar
712.479,65 km2 yang terdiri dari luas laut 666.139,85 km2 (93,5%) dan daratan
54,185 km (6,5%). Kondisi geografis dengan laut yang cukup luas, mengandung
berbagai potensi sumberdaya pesisir dan laut yang dapat menghasilkan produk
dan jasa dengan daya saing yang tinggi (DKP Provinsi Maluku, 2013)
Perairan Maluku memiliki berbagai sumberdaya perikanan ekonomis,
antara lain: (1) ikan pelagis besar; (2) pelagis kecil; (3) demersal; (4) ikan karang
komsumsi; (5) udang penaeid; (6) lobster; (7) dan cumi-cumi. Salah satu
sumberdaya perikanan pelagis besar, termasuk ikan tuna (Thunnus sp), memiliki
potensi yang cukup besar dan dapat dimanfaatkan bagi kesejahteraan masyarakat,
khususnya pelaku perikanan. Potensi, produksi dan pemanfaatan ikan pelagis
besar di wilayah perairan Maluku, ditampilkan pada Tabel 1
Tabel 1. Potensi Perikanan dan Tingkat Pemanfaatan Pelagis Besar di WPP
Maluku
No Wilayah Pengelolaan Perikanan Potensi Produksi Pemanfaatan
(000 ton) (%)
1 Laut Banda (714) 304.293 243.435 0.78
2 Laut Seram dan Teluk Tomini (715) 31.659 25.327 0.97
3 Laut Arafura (718) 818.870 655.096 0.99
Sumber : Sudirman. dkk. 2017

Berdasarkan Tabel 1, terindikasi bahwa ikan pelagis besar termasuk tuna


pada ketiga WPP memiliki potensi untuk dikembangkan karena pemanfaatannya
masih underexploited. Ikan tuna merupakan salah satu ikan di Indonesia yang
memiliki nilai ekonomi yang sangat sehingga digemari oleh masyarakat, dan
permintaan bukan saja di pasar domestik bahkan di beberapa pasar ekspor seperti
Jepang, Amerika dan Hongkong.
16

Potensi perikanan yang tersedia dapat dikembangkan dan dapat menjadi


sarana terciptanya peluang kerja pada masyarakat nelayan. Salah satu peluang
yang cukup besar yaitu usaha perikanan tangkap. Perikanan tangkap merupakan
satu unit usaha yang dilakukan oleh nelayan. Namun usaha perikanan tangkap
belum dikatakan berhasil apabila hanya sampai pada tahap mendapatkan ikan,
usaha ini akan dikatakan berhasil apabila sampai pada tahap pemasarannya
(Sujarno, 2008 dalam, Hattala, 2017).
Kekayaan laut yang ada di Maluku harus dimanfaatkan dengan baik untuk
kesejahteraan masyarakat dan peningkatan pendapatan bagi nelayan, pembukaan
lapangan kerja, penyediaan protein hewani dan peroleh devisa Negara melalui
komoditi ekspor non-migas. Ironisnya pembangunan sektor perikanan masih jauh
dari harapan. Nelayan yang menggantungkan hidupnya dari laut dan merupakan
elemen penting pada sektor ini masih tergolong sebagai masyarakat miskin
(Siahainenia, 2017).
Karakteristik perikanan tangkap senantiasa diperhadapkan dengan
ketidakpastian (uncertainty) dan berisiko (risk), nelayan masih menggunakan
tekonologi yang masih sederhana. Kondisi ini menyebabkan nelayan sulit
memprediksi volume produksi pada setiap operasi penangkapan yang cukup jauh
merupakan konsekuensi yang dihadapi nelayan, khususnya pengeluaran bahan
bakar. Dengan demikian, diperkirakan fishing input tidak sebanding dengan
produksi (output) sehingga usaha dapat mengalami collaps.
Negeri Latuhalat merupakan salah satu pusat produksi penangkapan ikan
tuna di Kota Ambon. Sebagian besar masyarakat bermata pencaharian sebagai
nelayan. Awalnya penangkapan tuna hanya menggunakan perahu yang didayung
oleh nelayan, namun dengan adanya perkembangan teknologi maka kegiatan
penangkapan telah menggunakan mesin tempel sebagai alat penggerak perahu
pengunaannya tidak tertentu dapat berdampak terhadap peningkatan produksi,
namun disisi lain konsekuensinya adalah biaya, baik investasi atau modal,
maupun biaya variabel yang menjadi tanggung jawab nelayan. Nelayan di Negeri
Latuhalat mempunyai lokasi penangkapan (fishing ground) ikan tuna yaitu, di
sekitar wilayah perairan Laut Banda dan wilayah perairan sekitar Negeri
17

Latuhalat. Hasil produksi nelayan Negeri Latuhalat pada bulan Maret pada musim
pancaroba 1 yaitu ikan tuna yang berukuran kecil, pada musim ini produksi ikan
yang dihasilkan sangat tinggi.
Produksi dan pendapatan nelayan sangat tergantung pada beberapa faktor,
cuaca dan musim, sehingga berdampak pada pendapatan atau keuntungan yang
tidak menentu bagi nelayan di Negeri Latuhalat. Koeshendrajana et al. (2012)
mengemukakan bahwa usaha penangkapan ikan yang dilakukan oleh nelayan
skala kecil sangat tergantung pada cuaca, musim, keterbatasan aset dan
permodalan. Pada struktur masyarakat pesisir, mayoritas kepala keluarga bekerja
sebagai nelayan.
Hand line merupakan alat tangkap yang digunakan oleh nelayan Negeri
Latuhalat, terdiri dari alat pancing dan tali yang menggunakan umpan untuk
menangkap ikan. Pengoperasian alat tangkap ini dapat dilakukan sepanjang tahun
dan hasil tangkapannya cukup memuaskan karena daerah penangkapannya lebih
luas dan disertai dengan tingkat ketrampilan (skill) yang dimiliki dalam
mengoperasikan alat tangkap tersebut. Ikan yang ditangkap dengan alat tangkap
ini adalah ikan tuna (Thunnus sp). Hand line merupakan alat tangkap yang ramah
lingkungan (environmental friendly fishing technology), karena tidak merusak
ikan-ikan yang lain atau yang dilindungi, tidak merusak habitat ikan, mempunyai
selektivitas yang tinggi, untuk keberlanjutan sumberdaya ikan (SDI).
Secara faktual, perikanan tuna hand line di Negeri Latuhalat termasuk
usaha perikanan rakyat berskala kecil, dengan karakter: (1) akses modal terbatas,
(2) ketrampilan manajemen (skill management) pelaku usaha masih rendah, (3)
teknologi penangkapan sangat sederhana. Berapa kendala ini menyebabkan usaha
tersebut sulit dikembangkan, padahal sumberdaya tuna cukup tersedia. Selain itu,
pekerjaan nelayan merupakan mata pencaharian utama dan tetap karena mereka
tidak memiliki pekerjaan alternatif. Bertolak dari beberapa persoalan di atas, maka
perlu ada upaya agar nelayan hand line harus di berdayakan dalam meningkatkan
taraf hidup mereka. Solusi yang ditempu dapat di lakukan melalui suatu kajian
ilmiah yang lebih komprehensif dan dapat di pertanggung-jawabkan. (Siahainenia,
2019).
18

Usaha penangkapan tuna di Negeri Latuhalat memiliki tujuan untuk


mendapatkan keuntungan, perolehan keuntungan berkaitan erat dengan efisiensi
dalam berproduksi. Usaha nelayan di Negeri Latuhalat dipengaruhi oleh musim
penangkapan, kondisi alam, dan kendala sosial ekonomi seperti cara mengelola
usahanya dalam meningkatkan produktivitas penangkapan pada konteks inilah
yang menarik perhatian penulis untuk melakukan penelitian yang berkaitan
dengan “ Produksi dan Pendapatan Usaha Nelayan Hand Line di Negeri Latuhalat
Kota Ambon”

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan maka dapat dirumuskan
masalah sebagai berikut :
1. Berapa besar produksi nelayan hand line di Negeri Latuhalat dalam bulan
Maret pada musim pancaroba 1 ?
2. Berapa besar biaya dan pendapatan yang diperoleh dari usaha nelayan hand
line di Negeri Latuhalat ?

1.3 Tujuan
Mengacu pada rumusan masalah yang telah diuraikan, maka tujuan
penelitian ini adalah :
1. Menghitung produksi usaha nelayan hand line di Negeri Latuhalat dalam bulan
Maret pada musim pancaroba 1
2. Menganalisis biaya dan pendapatan usaha nelayan hand line di Negeri
Latuhalat
19

1.4 Manfaat
Penelitian ini diharapkan memberi manfaat sebagai :
1. Sumber informasi yang aktual bagi nelayan hand line untuk mengoptimalkan
penggunaan faktor produksi guna efisiensi dan pencapaian keuntungan dalam
mengelola usaha ke depan.
2. Sumber informasi dan pertimbangan pemerintah (instansi terkait) guna
pengembangan usaha hand line di Kota Ambon.
3. Sumber informasi pengembangan ilmu di bidang Agrobisnis Perikanan pada
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan,
20

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Usaha Perikanan


Usaha perikanan merupakan usaha dengan sumberdaya yang memiliki
akses terbuka sehingga dapat dimanfaatkan oleh siapa saja. Sifat usaha perikanan
yang terbuka tersebut mengakibatkan tidak adanya hambatan bagi pelaku usaha
untuk masuk dan keluar dari usaha tersebut. Usaha perikanan juga merupakan
salah satu bidang pekerjaan untuk mencari nafkah dengan cara menangkap ikan
dari laut dimana nelayan selalu dihadapkan dengan biaya-biaya operasional.
(KPPU RI, 2010)
Zubair dan Yasin (2011) mengemukakan bahwa usaha perikanan dapat
dipandang sebagai suatu perpaduan faktor produksi atau suatu barang antara yang
dihasilkan faktor-faktor produksi klasik tenaga kerja dan barang-barang modal
atau apapun yang dianggap sejenisnya. Definisi ini mencakup semua kegiatan
yang berkaitan dengan upaya memperoleh hasil yang ikut dijual dan tidak terbatas
hanya pada kegiatan-kegiatan yang langsung dengan menangkap ikan atau
mengumpulkan hewan atau tumbuhan yang hidup di laut untuk memperoleh
penghasilan dengan melakukan pengorbanan tertentu.
Perikanan adalah usaha penangkapan, budidaya ikan dan kegiatan
pengolahan hingga pemasaran hasilnya. Sedangkan sumberdaya perikanan adalah
seluruh hewan dan tumbuhan yang hidup di perairan (baik darat maupun laut)
oleh karena itu perikanan dapat dibedakan atas perikanan darat dan perikanan laut.
Perikanan darat adalah usaha perikanan yang tidak dlakukan di laut luas seperti
perikanan air tawar, tambak, kolam dan sebagainya. Khususnya perikanan laut
ahli biologi kelautan membedakan perikanan laut ke dalam dua kelompok ikan
pelagis (ikan yang hidup pada bagian permukaan) dan jenis ikan demersial (ikan
yang hidup di dasar laut). Kelompok ikan pelagis di antaranya ikan cakalang,
tuna, layang, kembung, dan lain-lain (Zubair dan Yasin 2011).
21

2.2 Perikanan Tangkap


Perikanan Tangkap adalah kegiatan memproduksi ikan dengan menangkap
(capture) dari perairan di daratan (inland capture atau inland fisheries), seperti
sungai, danau, waduk, rawa, serta perairan laut (marine capture atau marine
fisheries) seperti perairan pantai dan laut lepas. Ikan yang ditangkap berasal dari
stok di suatu perairan. Ketersediaan stok sangat dipengaruhi oleh proses
reproduksi dan perubahan alami serta aktivitas penangkapan dan pencemaran
lingkungan. Berhasilnya suatu usaha penangkapan ikan tidak hanya dilihat dari
banyaknya jumlah ikan yang tertangkap, tetapi jika ditinjau sebagai suatu sistem
maka berhasil tidaknya usaha tersebut ditentukan oleh faktor produksi yang saling
berkaitan dan turut menentukan keberhasilan penangkapan secara menyeluruh
(Effendi dan Oktariza, 2006). Perikanan tangkap berdasarkan aspek historis dan
evolusi merupakan kegiatan perikanan yang lebih dulu dilakukan oleh manusia
hingga berkembang dari kebiasaan berburu pada masyarakat dalam periode
prasejarah untuk memenuhi kebutuhan pangan mereka. Pemburuan ikan
dilakukan dengan menggunakan peralatan yang sangat sederhana, seperti tombak
dan penjepit ikan.
Perikanan tangkap berkembang dari pemburuan ikan untuk memenuhi
kebutuhan sendiri (subsistence) menjadi kegiatan penangkapan ikan yang hasilnya
dijual untuk mendapat keuntungan. Pertambahan penduduk menyebabkan
peningkatan permintaan (demand) produk perikanan tangkap, baik secara
kuantitas maupun kualitas. Demi memenuhi permintaan yang selalu meningkat.
Perkembangan tersebut dapat dilihat pada wahana, alat tangkap, dan daerah
operasi penangkapan (Effendi dan Oktariza, 2006).
Perikanan merupakan salah satu sumberdaya alam yang open acses yaitu
sumberdaya alam yang pengambilannya tidak dibatasi yang berarti setiap orang
secara bebas dapat mengambil sumberdaya alam, oleh karena itu perikanan
disebut sumberdaya alam milik bersama. Karena sumberdaya perikanan ini milik
semua orang, maka tidak ada yang memilikinya.
22

Penangkapan (fishing) adalah suatu usaha melakukan penangkapan atau


pengumpulan ikan dan jenis-jenis sumberdaya perairan (aquatic resources) yang
mempunyai nilai ekonomi (Sudirman dan Mallawa, 2004, dalam Tomia, 2014).
Menurut UU No 45 tahun 2009, Perikanan tangkap merupakan kegiatan untuk
memperoleh ikan di perairan, termasuk kegiatan yang menggunakan kapal untuk
memuat, mengangkut, menyimpan, mendinginkan, menangani, mengolah dan
mengawetkan.

2.3 Deskripsi Alat Tangkap Hand Line


Pancing Ulur (hand line) merupakan salah satu jenis alat penangkap ikan
yang sering digunakan oleh nelayan tradisional. Pancing Ulur (hand line)
termasuk alat penangkap ikan yang pasif, dan juga ramah lingkungan.
Pengoperasian alat tangkap ini relatif sederhana (Pusat Penyuluhan Kelautan dan
Perikanan, 2011).
Pancing Ulur (hand line) adalah alat penangkap ikan jenis pancing yang
sangat paling sederhana. dan biasanya terdiri dari pancing, tali pancing dan
pemberat serta dioperasikan oleh satu orang dan tali pancing langsung ke tangan.
Dari semua kelompok alat tangkap maka hand line merupakan pancing yang
sederhana. Alat ini hanya terdiri dari tali pancing, pancing dan umpan (Pusat
Penyuluhan Kelautan dan Perikanan, 2011). Berikut ini bagian-bagian dari alat
tangkap pancing ulur meliputi :

a. Tali Pancing ulur


Konstruksi pancing ulur sangat sederhana. Pada satu tali pancing utama
dirangkaikan 2-10 mata pancing secara vertikal. Ilustrasi pancing ulur dapat
dilihat pada Gambar 1.
23

Sumber : Pusat Penyuluhan Kelautan dan Perikanan, (2011)


Gambar 1. Konstruksi Pancing Ulur

b. Mata Pancing
Jumlah mata pancing bisa satu buah, juga lebih (Gambar 1), dan dapat
menggunakan umpan hidup maupun umpan buatan. Pemancingan dapat dilakukan
di rumpon dan perairan lainnya. Ukuran tali pancing dan besarnya mata pancing
tali disesuaikan dengan besarnya ikan yang menjadi tujuan penangkapan. Jika
hand line yang digunakan untuk menangkap ikan tuna tentu ukurannya lebih
besar. Biasanya digunakan tali monofilament dengan diameter 1,5-2,5 mm dengan
pancing nomor 09 dan ditambahkan pemberat timah.
c. Pemberat
Pemberat berfungsi sebagai pemberi daya tenggelam pada alat tangkap
pancing ulur. Pemberat biasanya terbuat dari bahan timah. Namun dewasa ini para
nelayan banyak yang menggunakan bahan lain, termasuk menggunakan besi mur
bekas atau batu sebagai pemberat. Pemberat ditata sedemikian rupa pada ujung
bawah tali pancing, sehingga memberikan daya tenggelam yang merata pada
seluruh pancing ulur.

2.4 Nelayan
Nelayan adalah orang yang hidup dari mata pencaharian hasil laut
(Sujarno, 2011). Di Indonesia nelayan biasa bermukim di daerah pinggir pantai
atau pesisir laut. Komunitas nelayan adalah kelompok orang yang mata
pencaharian hasil laut dan tinggal di desa-desa pantai atau pesisir (Sujarno, 2011).
24

 Ada beberapa ciri komunitas nelayan dilihat dari berbagai segi yaitu :
a. Mata pencaharian, nelayan adalah orang-orang yang segala aktivitasnya
berkaitan dengan lingkungan laut dan pesisir, atau yang menjadikan
perikanan sebagai mata pencahariannya.
b. Cara hidup, komunitas gotong royong dan tolong menolong terasa sangat
penting pada saat tenaga yang banyak, seperti saat berlayar, membangun
rumah atau tanggul penahan gelombang di sekitar desa.
c. Ketrampilan, meskipun pekerjaan nelayan adalah pekerjaan yang berat
namun pada umumnya nelayan hanya memiliki ketrampilan sederhana.
Sebagian besar yang bekerja sebagai nelayan adalah profesi yang
diturunkan oleh orang tua, bukan yang dipelajari secara profesional.
Menurut Kusniadi (2009), tidak semua masyarakat nelayan memiliki kondisi
ekonomi yang baik, masyarakat nelayan juga menghadapi sejumlah masalah di
antaranya masalah politik, sosial ekonomi yang komplek. Masalah-masalah
tersebut antara lain :
a. Kemiskinan, kesenjangan sosial dan tekanan-tekanan ekonomi yang datang
setiap saat.
b. Keterbatasan, akses modal, teknologi dan pasar, sehingga mempengaruhi
dinamika sosial.
c. Kelemahan fungsi kelembagaan sosial ekonomi yang ada.
d. Kualitas sumberdaya yang rendah sebagai akibat keterbatasan akses
pendidikan, kesehatan dan pelayanan publik.
e. Degradasi sumberdaya lingkungan baik kawasan pesisir, laut, maupun pulau-
pulau kecil.
f. Belum kuatnya lingkungan yang beriorentasi pada kemaritiman sebagai pilar
utama pembangunan Nasional.
Menurut Effendi dan Oktariza (2006), dilihat dari segi kepemilikan alat tangkap,
nelayan dapat digolongkan menjadi beberapa kelompok yaitu: nelayan buruh,
nelayan juragan dan nelayan perorangan.
a. Nelayan buruh adalah nelayan yang bekerja dengan menggunakan alat
tangkap milik orang lain.
25

b. Nelayan juragan adalah nelayan yang memiliki alat tangkap namun


dioperasikan kepada orang lain.
c. Nelayan perorangan adalah nelayan yang memiliki peralatan tangkap sendiri
dan dalam pengoperasiannya tidak melibatkan orang lain.

2.5 Sumberdaya Tuna


Ikan tuna termasuk ke dalam family Scombidae dari sub ordo Scombroidei
yang banyak diperhatikan karena sangat penting dalam perikanan dan olahraga
pancing (sport fishing). Ikan tuna merupakan jenis ikan perenang cepat di air,
terutama di laut lepas di perairan berhawa panas, serta dikenal sebagai jenis yang
bermigrasi atau berupaya sangat jauh (Sumadhiharga, 2009). Tuna adalah ikan
perenang cepat dan hidup bergerombol (shooling) sewaktu mencari makan.
kecepatan renang ikan dapat mencapai 50 Km/Jm. Kemampuan renang ini
merupakan salah satu faktor yang menyebabkan penyebarannya dapat meliputi
skala ruang (wilayah geografis) yang cukup luas, termasuk di antaranya beberapa
spesies yang dapat menyebar dan berimigrasi lintas samudera.
Ikan tuna mandidihang atau tuna sirip kuning merupakan tuna yang
populasinya banyak terdapat di perairan Indonesia, khususnya di perairan
Kawasan Timur Indonesia. FAO (1997) mengklasifikasikan tuna madidihang
tergolong genus Thunnus. Selain jenis tersebut spesies tuna terdiri atas tuna sirip
kuning (Thunnus allbacares), tuna sirip biru (Thunnus atlanticus), tuna mata
besar (Thunnus obesus), dan tuna abu-abu (Thunnus tongkol). Tuna madidihang
merupakan salah satu jenis yang banyak melintas di perairan Indonesia dan
merupakan salah satu komoditas ekspor perikanan Indonesia.

2.6 Produksi Perikanan Tangkap


Produksi perikanan tangkap secara nasional, baru mencapai 4,1 juta ton
atau 63% dari potensi lestari, sebelumnya pada tahun 1999 sumberdaya ikan laut
di Indonesia telah dimanfaatkan sekitar 74% dari potensi yang tersedia. Demikian
juga, walaupun secara agregat tingkat pemanfaatan perikanan tangkap baru
mencapai 74% namun distribusi pemanfaatan berdasarkan daerah tidak seimbang.
26

Di Pantai Utara Jawa, Selat Malaka, dan Selatan Sulawesi cenderung telah
mencapai status tangkap penuh (full exploited) atau bahkan tangkapan lebih (over
exploited). Perairan yang berindikasi telah mencapai status tangkapan penuh atau
tangkap lebih adalah Laut Jawa, Selat Malaka, dan Laut Flores (Kordik, 2015)
Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa produksi perikanan tangkap
telah mencapai optimum. Produksi tidak dapat ditingkatkan lagi, terutama di
daerah-daerah yang telah mengalami tangkap penuh dan tangkap lebih. Di tahun-
tahun mendatang, produksi perikanan tangkap diperkirakan stabil, atau bahkan
cenderung menurun. Karena itu, budidaya perairan menjadi pilihan di masa depan
dalam meningkatkan produksi perikanan tangkap. (Kordik, 2015).
Dalam pengertian ekonomi, produksi dan distribusi adalah kegiatan yang
berkaitan dengan penciptaan atau penambahan kegunaan dari pada barang dan
jasa (Hanafiah dan Saefuddin, 2006). Menurut Lubis dkk (2010) produksi hasil
tangkapan merupakan aspek penting di pelabuhan perikanan yang harus
diperhatikan karena produksi sebagai salah satu indikasi tingkat fungsionalisasi
suatu Pelabuhan Perikanan (PP) atau Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI). Hal-hal
yang harus diperhatikan oleh pengelola PP/PPI dari aspek produksi perikanan
adalah jumlah, jenis dan ukuran serta kualitasnya.

2.7 Frekuensi Melaut


Frekuensi melaut adalah ukuran mengenai sering atau tidaknya nelayan
yang bersangkutan melakukan kegiatan penangkapan dalam satu periode
(trip/bulan), (Subrin, 2005 dalam Sabria, 2012). Frekuensi melaut ini dapat
dijadikan sebagai salah satu alat ukur untuk mengetahui seberapa besar
pendapatan nelayan. Jika semakin sering nelayan melakukan kegiatan
penangkapan maka nelayan tersebut akan mendapatkan hasil yang lebih banyak
dan mendapatkan keuntungan yang lebih dibandingkan dengan para nelayan yang
hanya melakukan penangkapan berapa kali saja dalam satu periode (Subrin. 2005
dalam Sabria, 2012).
Usaha penangkapan di suatu daerah penangkapan (fishing groud) berperan
pada jumlah operasi penangkapan. Lama waktu melaut yang dilakukan oleh
27

nelayan hand line di Negeri Latuhalat dalam 1 kali trip berkisar antara 8-10 jam.
Faktor musim dapat mempengaruhi jumlah frekuensi melaut.

2.8 Biaya Produksi


Dalam arti luas biaya produksi dapat diartikan sebagai pengorbanan
sumber ekonomis yang diukur dalam satuan uang, yang telah terjadi atau mungkin
terjadi untuk mencapai tujuan tertentu. Sedangkan dalam arti sempit biaya
merupakan bagian dari harga pokok yang dikorbankan dalam usaha untuk
memperoleh penghasilan (Mulyadi, 2014). Dalam usaha perikanan tangkap perlu
dikeluarkan biaya- biaya dalam berproduksi, karena biaya adalah salah satu faktor
utama dan terpenting dalam mengelola usaha. Komponen biaya dalam usaha
perikanan tersebut terdiri dari :
a. Biaya Investasi
Merupakan penanaman modal untuk satu atau lebih aktiva yang dimiliki
dan biasanya berjangka panjang waktu lama dengan harapan mendapatkan
keuntungan di masa-masa yang akan datang (Sunariyah, 2010).
b. Biaya Tetap (fixed cost)
Merupakan biaya yang jumlah total tetapnya yang dalam kisaran
perubahan volume kegitan tertentu (Mulyadi, 2014)
c. Biaya Variabel (variable cost)
Merupakan biaya yang jumlah totalnya bentuk sebanding dengan
perubahan volume produksi (Mulyadi, 2014).

2.9 Pendapatan Usaha


Usaha perikanan adalah semua kegiatan yang berhubungan dengan
pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya ikan dan lingkungannya mulai dari
prapoduksi, produksi, pengelolaan sampai dengan pemasaran yang dilaksanakan
dalam suatu sistem bisnis perikanan (UU No 45 Tahun 2009).
Pendapatan yang dimaksud adalah seberapa besar jumlah hasil tangkapan
yang diperoleh oleh nelayan yang dinyatakan dalam rupiah selama satu bulan.
Untuk meningkatkan pendapatan nelayan diperlukan cukup banyak persyaratan,
28

di samping pengetahuan atau tingkat pendidikan dan ketrampilan begitupun


dengan berbagai jenis modal seperti tersedianya peralatan dan sarana produksi.
Sampai saat ini nelayan di Indonesia tergolong sebagai kelompok masyarakat
yang tingkat pendidikan terendah. Peningkatan pendidikan berkelanjutan sangat
diperlukan dalam penerapan teknologi (baik teknologi penangkapan maupun
budidaya). Hal ini dijelaskan pula Rahmawati (1990) dalam Zubair dan Yasin
(2011), bahwa kemampuan nelayan untuk memaksimumkan hasil tangkapan ikan
ditentukan oleh berbagai faktor, antara lain:
1. Modal kerja atau investasi yaitu perahu/motor dan jenis alat tangkap.
2. Potensi sumberdaya perikanan/daerah operasi penangkapan ikan di laut.
3. Hari Kerja Efektif (HKE).
4. Kemudahan untuk memasarkan hasil tangkapan dengan harga yang wajar.
5. Biaya operasioanal produksi antara lain: bahan bakar, perawatan alat tangkap
dan biaya waktu melaut.
Selanjutnya dikemukakan juga bahwa besarnya pendapatan nelayan
tergantung pada hasil penangkapan dan pemasaran. Sedangkan penangkapan itu
sendiri sangat dipengaruhi oleh macam jenis perahu dan alat tangkap, musim
ikan dan keadaan alam khususnya angin dan bulan purnama. Pada musim hujan
penangkapan ikan sukar dilakukan, sedangkan pada musim kemarau penangkapan
ikan mudah dilakukan. Demikian juga pada saat bulan purnama ikan menyebar
(terutama ikan-ikan permukaan), tetapi pada saat bulan gelap ikan di pasar sangat
banyak, maka harga ikan menjadi murah sehingga pendapatan nelayan juga
rendah.
29

2.10 Kajian Penelitian Terdahulu


Tabel 2. Penelitian Terdahulu
N0 Nama Judul Penelitian Hasil
1 Atuany, M Produksi dan 1. Rata-rata produksi nelayan tuna
(2019) Pendapatan hand line pada bulan September
Usaha Nelayan (musim kurang ikan) di Dusun
Hand Line di Parigi sebesar 397 Kg.
Dusun Perigi, a. Rata-rata biaya investasi nelayan
Negeri Wahai tuna hand line di Dusun Parigi
Kecamatan sebesar Rp 48.573.000/thn.
Seram Utara b. Rata-rata biaya tetap nelayan tuna
hand line di Dusun Parigi sebesar
Rp. 469.006/bln.
c. Rata-rata biaya variabel nelayan
tuna hand line di Dusun Parigi
sebesar Rp. 2.472.505/bln.
2. Rata-rata pendapatan nelayan tuna
hand line di Dusun Parigi pada
bulan September sebesar Rp.
19.179.088.
2 Lekatompesy, Penerapan Fungsi 1. Penerapan fungsi manajemen pada
F Manajemen dan usaha tuna hand line di Negeri
(2015) Pendapatan Latuhalat sudah cukup baik. Karena
Nelayan Tuna keseluruhan dari nelayan pemilik
Hand Line di yang ada sudah mampu
Negeri Latuhalat menerapakan fungsi-fungsi
Kecamatan manajemen tersebut dalam
Nusaniwe menjalankan usahanya. Hanya
pembukuan yang terstruktur
mengenai keuangan belum
dilakukan dengan sebaik-baiknya.
2. Rata-rata pendapatan per 3 bulan
unit usaha tuna hand line di Negeri
Latuhalat cukup besar yaitu
sebesar Rp. 44.952.567. Rata-rata
pendapatan nelayan pemilik per 3
bulan sebesar Rp. 21.073.221.
sedangkan rata-rata pendapatan
ABK per 3 bulan sebesar Rp 16.
671.280. Sistem bagi hasil yang
berlaku untuk pemilik usaha tuna
hand line 60% dan untuk ABK
40% .
30

Lanjutan Tabel 2
3 Ely, I Analisis Finansial 1. Nelayan pancing ulur di Negeri
dan Fungsi Laha lebih variatif dalam
(2019) Produksi Usaha menggunakan umpan
Tuna Hand Line di
Negeri Laha Kota 2. Berdasarkan pendekatan model
Ambon income statement dan financial
ratio, usaha perikanan tuna hand
line di Negeri Laha,
menguntungkan sehingga layak
dikembangkan
3. Pengalaman melaut dan frekuensi
melaut merupakan variabel yang
berpengaruh terhadap peningkatan
produksi, sehingga perlu
digunakan secara optimal bagi
keberlanjutan
31

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Metode Dasar Penelitian


Metode dasar penelitian ini menggunakan metode survei. Menurut
Sugiyono (2014), metode survei adalah metode penelitian yang dilakukan pada
populasi besar maupun kecil, tetapi data yang dipelajari adalah data dari sampel
yang diambil dari populasi tersebut, sehingga ditemukan kejadian-kejadian relatif,
distribusi, dan hubungan antara variabel, sosiologis maupun psikologis.

3.2 Metode Pengumpulan Data


Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan
data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh berdasarkan pengamatan di
lokasi penelitian serta wawancara langsung dengan menggunakan kuesioner
terhadap nelayan hand line.
Data sekunder adalah data yang diperoleh dari dokumen atau litelatur serta
bahan bacaan yang berhubungan langsung dengan produksi dan pendapatan usaha
perikanan hand line. Sumber data yang dikumpulkan pada penelitian ini meliputi
berbagai metode seperti:
1. Metode Wawancara
Metode wawancara adalah metode pengambilan data dengan cara
menanyakan sesuatu kepada seseorang yang menjadi informasi atau responden
(Afifudin dan Saebani, 2009). Dalam penelitian ini, wawancara dilakukan
berdasarkan kuesioner yang telah disusun.
2. Metode Observasi
Di samping wawancara, data dalam penelitian kualitatif dapat dikumpulkan
melalui metode observasi. Menurut Afifudin dan Saebani (2009), observasi adalah
pengamatan dan pencatatan secara sistematik terhadap unsur-unsur yang tampak
dalam suatu gejala atau gejala dalam objek penelitian. Observasi dibutuhkan
32

untuk memahami proses terjadinya wawancara dan hasil wawancara dapat


dipahami dalam konteksnya. Observasi dilakukan terhadap subjek, aktivitas
proses pemberdayaan, interaksi subjek dengan penelitian, dan hal-hal yang
dianggap relavan sehingga dapat memberikan data tambahan terhadap hasil
wawancara.
3. Dokumentasi
Metode dokumentasi adalah suatu metode yang mencari hal-hal berupa
catatan suatu buku, surat kabar, majalah dan sebagiannya. Dokumentasi juga
dimaksudkan sebagai rekaman suatu peristiwa yang lebih dekat dengan
percakapan dan memerlukan intervensi yang berhubungan sangat dekat dengan
konteks rekaman peristiwa.

3.3 Metode Pengambilan Sampel


Metode pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan
menggunakan metode purposive sampling. Purposive sampling adalah metode
penarikan sampel yang dilakukan dengan cara memilih subjek dengan kriteria
spesifik yang ditetapkan oleh peneliti (Sugiyono 2014). Jumlah populasi nelayan
hand line di Negeri Latuhalat sebanyak 58 unit, jumlah sampel yang dilakukan
dalam penelitian ini adalah 30 unit dari jumlah populasi nelayan hand line.
Jumlah sampel tersebut diambil berdasarkan pertimbangan bahwa sampel tersebut
dapat mewakili populasi yang ada, dan yang sedang aktif beroperasi saat
penelitian berlangsung dan perkembangannya pesat.

3.4 Metode Analisis Data


Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
deskriptif kualitatif dan kuantitatif. Metode analisis deskriptif kualitatif dipakai
untuk menganalisis data tentang karakteristik responden sedangkan metode
analisis deskriptif kuantitatif dipakai untuk menganalisis dengan menggunakan
rumus:
a. Analisis Biaya
33

Menurut Ambrawati dan Artini (2008), untuk menganalisis biaya-biaya


yang dikeluarkan dalam usaha hand line digunakan rumus total biaya yang secara
matematis dapat ditulis sebagai berikut :
TC = TFC +TVC ..................................................................….…..(1)
Dimana :
TC = Total Biaya (Rp/bulan)
TFC = Total Biaya Tetap (Rp/bulan)
TVC = Total Biaya Variabel (Rp/bulan)

b. Analisis Penerimaan Usaha


Menurut Stice dan Skousen (2009), penerimaan usaha merupakan seluruh
hasil penjualan sebelum dikurangi dengan biaya-biaya, yang secara matematis
dapat dirumuskan sebagai berikut :
TR = P x Q ................................................................................. (2)
Dimana:
TR = Total Penerimaan (Rp/bulan)
P = Harga ( Rp/ Kg/bulan)
Q = Produksi ( Kg/bulan)

c. Analisis Pendapatan atau Keuntungan


Menurut Tibrani dan Sofyani (2010), untuk menganalisis pendapatan atau
keuntungan usaha perikanan, maka digunakan rumus :
π = TR – TC.................................................................................(3)
Dimana:
π = Keuntungan Usaha (Rp/bulan )
TR = Total Penerimaan Usaha (Rp/bulan)
TC = Biaya Total (Rp/bulan)

d. Analisis Biaya Penyusutan


Menurut Baridwan (2010), salah satu metode yang dapat digunakan untuk
menghitung beban penyusutan suatu aktivitas tetap adalah dengan menggunakan
34

metode garis lurus (staight line method). Metode ini adalah metode penyusutan
yang paling sederhana dan banyak digunakan. Rumus yang digunakan metode ini
adalah :

c−s
=
DP n ………………………………………………….. (4)

Dimana
DP = Nilai Depresiasi/Penyusutan (Rp/Tahun)
c = Harga Beli/Cost (Rp/Tahun)
s = Nilai Sisa/Salvage (Rp/Tahun)
n = Perkiraan Umur Ekonomis Barang (Tahun)

3.5 Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian ini berlangsung pada bulan Maret 2020, di Negeri Latuhalat
Kecamatan Nusaniwe Kota Ambon.

3.6 Definisi Operasional dan Satuan Pengukuran


Berapa konsep dan pengertian untuk membatasi masalah yang akan
dibahas dalam penelitian ini adalah:
a. Biaya tetap adalah jenis biaya yang selama satu periode kerja, tetap jumlahnya
tidak mengalami perubahan dalam usaha hand line, dinyatakan dalam (Rp).
b. Biaya variabel adalah jenis biaya yang selama satu periode kerja jumlahnya
berubah-ubah, dinyatakan dalam (Rp)
c. Depresiasi (penyusutan) adalah penurunan nilai fisik barang dengan
berlalunya waktu dan pemakaian, dinyatakan dalam (Rp)
d. Frekuensi melaut adalah banyaknya waktu nelayan pergi mencari ikan,
dinyatakan dalam periode (Trip/bulan.)
e. Harga beli (C) dalam perhitungan penyusutan meliputi jenis barang yang
dibeli dengan kondisi baru atau lama, harganya atau ongkos pembeliannya
dinyatakan dalam (Rp).
35

f. Hand line adalah alat pancing yang sangat sederhana. Hanya terdiri dari mata
pancing, tali pancing, pemberat, umpan serta dioperasikan oleh satu orang dan
tali pancing langsung ke tangan dengan target penangkapan adalah ikan tuna.
g. Modal yang tersedia adalah modal yang diperhitungkan sebagai biaya usaha
perikanan ditambah dengan kelebihan pendapatan yang dinyatakan dalam
(Rp).
h. Nilai sisa (S) dalam perhitungan penyusutan dilakukan dengan perkiraan nilai
jual barang setelah umur ekonomisnya habis (Rp)
i. Pendapatan adalah sejumlah uang yang diperoleh nelayan dengan cara
mengurangi penerimaan dengan biaya yang dikeluarkan untuk produksi dan
dihitung dengan satuan (Rp/bulan)
j. Prakiraan umur (n) dalam perhitungan penyusutan meliputi panjang umur
penggunaan suatu barang/alat (Thn).
k. Produksi adalah suatu kegiatan yang dikerjakan untuk menambah nilai guna
suatu benda atau menciptakan barang baru diukur dalam bentuk (Kg/trip)

3.7 Kerangka Pikir Penelitian


Sumberdaya ikan tuna di wilayah Perairan Maluku cukup potensial
sehingga masyarakat sekitar banyak memanfaatkannya. Salah satunya dengan
menggunakan alat tangkap hand line, mengingat ikan tuna (Thunnus albacares)
adalah ikan yang sangat diminati oleh masyarakat dan bernilai ekonomis tinggi,
sehingga mendorong nelayan Negeri Latuhalat untuk melakukan penangkapan
dengan harapan dapat meningkatkan kesejateraan hidup.
Usaha perikanan tangkap pancing ulur di Negeri Latuhalat merupakan
usaha yang diawali dengan modal sendiri. Usaha penangkapan tuna telah
berkembang lama, namun teknologi penangkapan masih tergolong sangat
sederhana, modal yang terbatas, dan ketergantungan pada kondisi alam terutama
musim sehingga berdampak pada produksi dan pendapatan. Adanya usaha ini
disebabkan karena potensi sumberdaya perikanan khususnya ikan pelagis besar
yang melimpah sehingga mendukung masyarakat Negeri Latuhalat untuk
melakukan usaha tersebut, untuk memperoleh keuntungan yang maksimal,
36

nelayan harus mampu memilih input yang merupakan hal penting untuk
mengoptimalkan produksi sebagai upaya untuk memaksimalkan keuntungan.
Kerangka pikir penelitian dapat dilihat pada Gambar 2

Potensi Sumberdaya Perikanan


Nelayan Hand Line

Potensi : Masalah :

- Membuka lapangan Usaha Nelayan Hand - Produksi musiman


kerja Line - Alat tangkap masih
- Peningkatan sederhana.
pendapatan nelayan. - Biaya operasional
tinggi

Produksi dan Pendapatan

Menghitung Produksi Usaha Menganalisis Pendapatan


nelayan Hand Line Usaha nelayan Hand Line

Rata-rata produksi/trip π =TR-TC

Produksi dan pendapatan yang


maksimal

Gambar 2. Kerangka Pikir Penelitian


37

BAB IV

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4.1 Keadaan Geografis


Latuhalat merupakan salah satu Negeri yang terletak di Kecamatan
Nusaniwe Kota Ambon yang memiliki nama adat atau teong Latuhalat Ukuhury
Papala. Mempunyai luas wilayah keseluruhan mencapai 13.000 Ha. Bentuk
wilayahnya adalah datar sampai berombak sampai berikat 25%, dan berbukit
sampai bergunung 60%. Jarak pusat Pemerintah Desa dengan Ibu Kota Provinsi
(Ambon) adalah 17 Km, dan dengan Ibu Kota Kecamatan (Amahusu) adalah 7
km. Ketinggian wilayah dari permukaan laut adalah 150 m (di atas permukaan
laut), dengan suhu 270C. Batas-batas wilayah Negeri Latuhalat adalah sebagai
berikut:
 Sebelah Selatan berbatasan dengan Laut Banda
 Sebelah Timur berbatasan dengan Nusaniwe Airlouw
 Sebelah Barat berbatasan dengan Laut Banda
 Sebelah Utara berbatasan dengan Teluk Ambon
38

Gambar 3. Peta Lokasi Penelitian

4.2 Iklim
Iklim merupakan salah satu komponen ekosistem yang sangat
mempengaruhi kehidupan manusia. Dalam bidang perikanan, perubahan iklim dapat
mempengaruhi produksi perikanan akibat adanya perubahan aktivitas penangkapan.
Di Negeri Latuhalat berlaku dua musim yaitu Musim Barat (Desember-
Februari) dan musim timur (Juni-Agustus). pada dua musim ini diselingi musim
pancaroba yaitu Musim Barat pada (Maret-Mei) dan Musim Timur pada
(September-November).

4.3 Keadaan Penduduk dan Mata Pencaharian


4.3.1 Kependudukan
Jumlah penduduk Negeri Latuhalat secara keseluruhan adalah 11.612 jiwa,
terdiri dari penduduk laki-laki sebesar 5.715 jiwa dan penduduk perempuan
sebesar 5.897 jiwa, dengan jumlah kepala keluarga (KK) sebanyak 2.609 KK.
Distribusi penduduk menurut tingkatan umur dapat dilihat pada Tabel 3 berikut.
Tabel 3. Jumlah Penduduk di Negeri Latuhalat Berdasarkan Tingkat Umur
No Umur (tahun) Jumlah (Jiwa) Persentase (%)
1 0-6 1.068 9,20
2 7-12 1.139 9,81
3 13-18 1.112 9,58
4 19-24 1.071 9,22
5 25-55 4.712 40,58
6 56-79 2.396 20,63
7 > 80 114 0,98
Jumlah 11.612 100,00
Sumber : Kantor Negeri Latuhalat, 2019.
Berdasarkan tabel di atas dapat dijelaskan bahwa jumlah penduduk
tertinggi di Negeri Latuhalat berada pada tingkat umur 22-55 tahun persentase
sebesar 40,58% dan terendah berada pada tingkat umur dari 80 tahun dengan
persentase 0.98%.
39

4.3.2 Mata Pencaharian


Mata pencaharian penduduk di Negeri Latuhalat sama halnya dengan Desa
atau Negeri lain yang ada di Provinsi Maluku yang memiliki sumberdaya alam
yang potensial, baik di darat maupun di laut. Hal ini dapat dilihat dari persentase
penduduk dengan mata pencaharian tertinggi adalah sebagai nelayan dengan
persentase sebesar 12,63% sebaliknya jumlah penduduk dengan mata pecaharian
terendah adalah pengusaha atau wirausaha yaitu 0,53 %. dapat dilihat pada Tabel
4 berikut ini.
Tabel 4. Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian di Negeri Latuhalat
No Mata Pencaharian Jumlah (Jiwa) Persentase (%)
1 Petani 1.209 10,41
2 Nelayan 1.467 12,63
3 Pertukangan 791 6.81
4 Pedagang 102 0,87
5 Pengrajin/Industri Kecil 157 1,35
6 Jasa Angkutan 144 1,24
7 Pengusaha / Wirausaha 62 0,53
8 Aparat Sipil Negara (ASN) 1.312 11,29
9 TNI / POLRI 167 1,43
10 Pensiunan/purnawirawan 423 3,64
11 Lainnya 5.778 49,75
Jumlah 11.612 100.00
Sumber: Kantor Negeri Latuhalat, 2019
4.4. Sarana Dan Prasarana
Ketersediaan sarana dan prasarana dalam suatu Negeri merupakan suatu
kebutuhan utama bagi terlaksananya pembangunan suatu wilayah atau daerah
secara efektif dalam mencapai tingkat kesejateraan masyarakat. Sarana dan
prasarana, di antaranya keagamaan, pendidikan dan kesehatan.

4.4.1 Keagamaan
Membangun hubungan dengan Tuhan adalah kunci dalam setiap
perjalanan kehidupan yang paling mendasar dari setiap manusia. Kebutuhan
rohani manusia dapat dilakukan dengan cara beribadah. Masyarakat Negeri
40

Latuhalat memeluk dua jenis agama, yaitu Kristen Protestan dan Kristen Katolik.
Tempat ibadah Kristen Protestan yang tersedia ada 10 unit, sedangkan Kristen
Katolik tidak ada.

4.4.2 Pendidikan
Pendidikan merupakan salah satu pilar utama dan terpenting dalam
meningkatkan kualitas sumberdaya manusia. Oleh sebab itu, pembangunan
pendidikan harus mampu menjamin pemeratan kesempatan pendidikan,
peningkatan mutu serta relevansi dan efisiensi manajemen pendidikan. Tingkat
pendidikan di Negeri Latuhalat pada Tabel 5 menjelaskan secara rinci pendidikan
masyarakat di Negeri Latuhalat.
Tabel 5. Jumlah Penduduk Menurut Pendidikan di Negeri Latuhalat
No Pendidikan Jumlah (Jiwa) Persentase (%)
1 Belum Sekolah 914 7,87
2 Tidak Tamat Sekolah 194 3,39
3 SD 972 8,37
4 SMP 3.315 28,55
5 SMA 5.643 48,60
6 Akademi/Diploma 266 2,29
7 Sarjana 108 0,93
Jumlah 11.612 100,00
Sumber: Kantor Negeri Latuhalat 2019

Tabel 5 menjelaskan bahwa jumlah penduduk pendidikan tertinggi pada


jenjang pendidikan SMA dengan persentase sebesar 48,60% dan terendah berada
pada jenjang pendidikan Sarjana dengan persentase yaitu 0,93%.
Berdasarkan data dari Kantor Negeri Latuhalat, jumlah sarana pendidikan
sebanyak 8 unit yang terbagi atas Sekolah Dasar (SD) berjumlah 6 unit (75%),
Sekolah Menengah Pertama (SMP) berjumlah 1 unit (12,5%) dan Sekolah
Menengah Atas (SMA) berjumlah 1 unit (12,5%). Tidak terdapatnya sarana
pendidikan tingkat perguruan tinggi, sehingga bagi yang ingin melanjutkan
sekolah ke tingkat perguruan tinggi maka, orang tua harus menyekolahkan
anaknya sampai ke kota. Jumlah sarana pendidikan yang berstatus Negeri/Inpres
di Negeri Latuhalat dapat dilihat pada Tabel 5 berikut.
41

Tabel 6. Jumlah Sarana Pendidikan yang berstatus Negeri/Inpres di Negeri


Latuhalat
No Sarana Pendidikan Negeri/Inpres Jumlah (Unit) Persentase (%)
1 SD 6 75,00
2 SMP 1 12,50
3 SMA 1 12,50
4 Perguruan Tinggi 0 0,00
Jumlah 8 100,00
Sumber: Kantor Negeri Latuhalat, 2019

4.4.3 Kesehatan
Pembangunan kesehatan merupakan upaya untuk memenuhi salah satu hak
rakyat untuk memperoleh pelayanan kesehatan. Karena kebutuhan jasmani yang
paling mendasar dari setiap makhluk hidup. demi terciptanya kesejahteraan rakyat
dalam satu wilayah atau daerah. Untuk menunjang itu semua di Negeri Latuhalat
telah tersedia 1 unit Puskesmas.

4.5 Potensi Daerah


4.5.1 Perikanan
Negeri Latuhalat merupakan negeri yang berada di kawasan ekosistem
pesisir dengan beragam kekayaan hayati, sumberdaya alam perikanan, mineral
dan bahan galian, yang selama ini dimanfaatkan oleh penduduk untuk memenuhi
kebutuhan hidup. Bidang perikanan merupakan salah satu bidang yang ditekuni
oleh Penduduk Negeri Latuhalat sejak turun temurun. Negeri Latuhalat
memberikan sumbangan terbesar terhadap total produksi perikanan di kawasan
perairan Teluk Ambon Luar, yakni sebesar 1.775,91 ton per tahun dari 4.253,63
ton per tahun total produksi perikanan di Teluk Ambon Luar.

4.5.2 Pariwisata
Potensi sumberdaya alam dengan peralatan dan budaya yang menjadi
kearifan lokal dan tetap dipelihara. sebagai masukan destinasi pariwisata bagi
42

Kota Ambon. Keindahan bawah laut di perairan Negeri Latuhalat dengan terumbu
karang yang terpelihara serta beberapa jenis biota laut yang menjadi daya tarik
untuk dikembangkan sebagai wisata bahari. Pesisir pantai memiliki keindahan
yang sangat menarik wisatawan dan menjadi sumber devisa negara.
BAB V
HASIL DAN PEBAHASAN

5.1 Karakteristik Responden


Keseluruhan responden adalah nelayan atau tepatnya disebut nelayan
pemilik yang berjumlah 30 orang. Identitas responden mencakup umur, lama
usaha, pendidikan, jumlah tanggungan keluarga, dan mata pencaharian.

5.1.1 Umur Responden


Umur adalah suatu karakteristik khusus dari tiap individu dalam hal ini
sebagai manusia yang bertumbuh, hidup dan besarnya mempengaruhi keberadaan
akan fungsi biologisnya sebagai manusia (Soedomo 1997 dalam Hattala 2017).
Hasil survei menunjukkan bahwa seluruh responden hand line di Negeri
Latuhalat berada pada kategori produktif. Kategori umur nelayan dapat dilihat
pada Tabel berikut :
Tabel 7. Umur Responden Pemilik Usaha Hand Line di Negeri Latuhalat
Umur Responden Kategori Jumlah Responden Persentase
(Tahun) (Orang) (%)
<15 Belum Produktif - -
15-64 Produktif 30 100
>64 Non Produktif - -
Jumlah 30 100
Sumber : data primer diolah, 2020

Tabel 7 menunjukkan bahwa kategori umur berdasarkan produktivitasnya,


yaitu umur belum produktif (<15 tahun), umur produktif (15-64 tahun), umur
non-produktif (>64 tahun). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa seluruh
pemilik usaha mampu melakukan kegiatan ekonomi demi kelangsungan hidupnya
(Soedomo 1997 dalam Hattala 2017)
43

5.1.2 Tingkat Pendidikan


Pendidikan adalah kunci keberhasilan. Dalam mengembangkan potensi
sumberdaya perikanan diperlukan manusia yang berkualitas dengan pengetahuan
dalam mengelola sumberdaya yang telah tersedia agar usaha yang disalurkannya
berkelanjutan. Pendidikan yang dimaksud adalah pendidikan formal yang pernah
ditempuh oleh pelaku usaha melalui bangku sekolah. Berikut klasifikasi tingkat
pendidikan responden dalam tabel di bawah ini :
Tabel 8. Tingkat Pendidikan Pemilik Usaha Tuna Hand Line di Negeri
Latuhalat
Pendidikan Jumlah Responden Persentase
(Orang) (%)
SD 15 50,00
SMP 11 36,67
SMA 4 13,33
Jumlah 30 100,00
Sumber : Data Primer diolah, 2020

Tabel 8 menjelaskan bahwa tingkat persentase pendidikan pemilik usaha


hand line di Negeri Latuhalat sangat rendah, tetapi pendidikan tersebut bagi
nelayan tidak berpengaruh pada produksi karena, mereka memiliki pengetahuan
dan ketrampilan (skill) dalam usaha yang dijalani. Persentase tertinggi ada pada
tingkat SD yaitu sebesar 15 orang dengan persentase 50%, kemudian tingkat SMP
sebesar 11 orang dengan persentase 37%, tingkat SMA sebesar 4 orang dengan
persentase 13%.

5.1.3 Lama Usaha


Lama usaha seseorang merupakan suatu penentu dari pendapatan, akan
memampukannya untuk memecahkan berbagai masalah yang dihadapi dalam
usahanya sehingga menjadikannya lebih berhasil. Hal ini disebabkan karena
semakin lama seseorang menekuni suatu usaha yang dijalani dapat menambah
wawasan dan pengalaman serta mampu mengelola usaha, sehingga terhindar dari
44

berbagai risiko yang dihadapi. Lama usaha yang dijalankan nelayan hand line di
Negeri Latuhalat dapat dilihat pada Tabel 7 berikut :

Tabel 9. Lama Usaha Responden Pemilik Usaha Tuna Hand Line di Negeri
Latuhalat
Lama Usaha Jumlah Responden Persentase
(Tahun) (Orang) (%)
10-15 15 50,00
16-20 9 30,00
>20 6 20,00
Jumlah 30 100,00
Sumber : Data Primer diolah, 2020

Tabel 9 menunjukkan bahwa usaha yang dijalan oleh pengusaha nelayan


hand line di Negeri Latuhalat 10-15 tahun 50,00 (%). Hal ini menunjukkan bahwa
berapa tahun terakhir ini, masyarakat sudah mulai berniat untuk melakukan usaha
hand line dalam menambahkan pendapat keluarga. Sehingga dapat dikatakan
bahwa usaha hand line memiliki porspek untuk dikembangkan dalam waktu
mendatang.

5.1.4 Jumlah Tanggungan Keluarga


Menurut Rido (2015), jumlah tanggungan adalah banyaknya jumlah jiwa
(anggota rumah tangga) yang masih menempati atau menghuni satu rumah dengan
kepala rumah tangga dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari. Jumlah tanggungan
keluarga yang semakin besar menyebabkan seseorang memerlukan tambahan
pengeluaran atau penghasilan yang lebih tinggi untuk membiayai kehidupan.
Nelayan hand line di Negeri Latuhalat dapat dilihat pada Tabel 8 sebagai berikut:
Tabel 10. Jumlah Tanggungan Keluarga Pemilik Usaha Tuna Hand Line di
Negeri Latuhalat
Jumlah Tanggungan Keluarga Jumlah Responden Persentase
(Orang) (Orang) (%)
3-4 13 43,33
5-6 11 36,67
>6 6 20,00
Jumlah 30 100,00
Sumber : Data Primer diolah. 2020
45

Tabel 10 menjelaskan bahwa persentase jumlah tanggungan keluarga


terbanyak adalah 13 responden dengan besar tanggungan keluarga 3-4 orang
dengan persentase 43%. Kemudian jumlah tanggungan keluarga 5-6 dan >6 orang
atau 20%. Semakin kecil jumlah tanggungan keluarga, maka semakin sedikit pula
biaya pengeluaran yang dikeluarkan untuk memenuhi kebutuhan hidup, dan
sebaliknya dengan jumlah anggota keluarga yang banyak terkadang akan
menambah pengeluaran keluarga.

5.2 Fasilitas Usaha Nelayan Hand Line


Hand line atau pancing tangan merupakan Alat Penangkapan Ikan (API)
yang dalam kategori penangkapan tergolong fishing with line gear. Secara
nasional, API pancing terdiri atas: rawai tuna, pancing tegak, pancing cumi, dan
pancing lainnya. Di Maluku, pancing tonda, pancing ulur dan pancing tegak lebih
dominan dan umumnya digunakan untuk menangkap ikan pelagis besar, seperti
tuna (Thunnus sp) dan cakalang (Katsuwonus pelamis).
Hand line yang berada di Negeri Latuhalat merupakan salah satu bentuk
usaha perikanan rakyat, umumnya pemilik hand line mengawali usaha dengan
modal sendiri atau modal yang berasal dari dalam keluarga (internal), mereka
tidak meminjam modal dari pihak kreditur (eksternal) karena mereka telah
menyadari bahwa perikanan tangkap memiliki sifat penuh risiko (risk) dan
ketidakpastian (uncertainty) sehingga mereka kuatir tidak dapat memenuhi waktu
pengembalian modal.
Salah satu faktor yang menunjang aktivitas melaut adalah penggunaan
peralatan tangkap dan dimensi perahu motor yang digunakan nelayan pancing ulur
khususnya tuna hand line dapat dilihat pada Tabel berikut :
Tabel 11. Spesifikasi Alat Tangkap Hand Line di Negeri Latuhalat
Alat Tangkap Spesifikasi

- Panjang 7-9 cm
Kapal - Lebar 60-125 cm
- Tinggi 50-70 cm

- Merek Honda dan Yamaha


Mesin - Kapasitas 15 PK
46

- Bahan Bakar Bensin dan Oli


Boks 1x 0,5 m
Tasi Super watt
Mata Pancing No 9
Sumber : Data Primer diolah, 2020

Gambar 4. Perahu Motor Tempel Nelayan Negeri Latuhalat

Umumnya kapal terbuat dari fiberglass berukuran panjang 7-9 cm; lebar
60-125 cm; dan tinggi 50-70 cm dengan menggunakan mesin tempel bermerek
Yamaha dan Honda 15 PK dengan bahan bakarnya adalah bensin dan oli. Operasi
penangkapan hanya dilakukan oleh 1 (satu) orang (pemilik modal sekaligus
bertindak sebagai nelayan). Sistem penangkapan tuna nelayan hand line di Negeri
Latuhalat berlangsung satu hari (one day fishing). Jarak tempuh antara fishing
port dengan fishing ground 3 hingga 4 jam. Tujuan daerah pengkapan adalah
sekitar perairan Laut Banda. Pada saat pemancingan, mata pancing dilengkapi
dengan umpan alami dan buatan, umpan alami yaitu (potongan daging ikan cumi-
cumi) berupa cumi-cumi (Lolilgo sp), ikan layang (Decapterus sp), atau ikan
terbang (Fam Exocoetidae). buatan yaitu dari sipon, tergantung ikan sasaran yang
hendak ditangkap. Hasil tangkapan utama pancing ulur adalah ikan tuna, jenis
ikan lain yang biasanya ikut tertangkap adalah ikan cakalang.
Waktu penangkapan ikan tuna berlangsung selama 13 jam, yang dimulai
dari pukul 03.00 sampai dengan 16.00. Rata-rata hasil tangkapan ikan tuna kecil
trip per unit usaha mencapai 1 loyang atau 30 Kg hingga 2 loyang mencapai 60
Kg. Berdasarkan hasil wawancara nelayan Negeri Latuhalat, setelah tangkap
dimasukan ke dalam box, untuk mempertahankan mutu ikan diberi hancuran es.
47

Data upaya penangkapan dan produksi tangkapan sesuai waktu penelitian, yaitu
Maret 2020. Data upaya dan produksi pada (bulan Maret), tercantum pada Tabel
10 berikut:

Tabel 12. Upaya Penangkapan Produksi Tangkapan Perikanan Tuna


Hand Line di Negeri Latuhalat
Maret
Unit usaha Upaya Produksi
Ke- (Trip) (Kg)
1 15 630
2 15 660
3 11 510
4 13 600
5 15 690
6 12 540
7 15 720
8 12 570
9 14 630
10 15 660
11 16 810
12 13 600
13 16 720
14 13 570
15 14 660
16 13 600
17 15 690
18 12 540
19 15 720
20 16 720
21 13 600
22 13 600
23 15 720
24 13 600
25 14 660
26 15 720
27 13 570
28 16 690
29 14 630
30 16 690
Total 422 19.320
Rataan 14 644
Sumber : Data primer diolah, 2020
48

Tabel 12 menunjukkan bahwa upaya produksi diperoleh dari pencatatan


yang dipadukan dengan hasil wawancara dengan nelayan yang jual ke pedagang
pengumpul. Berdasarkan tabel 12 produksi tertinggi sebesar 810 Kg pada unit
usaha ke-11, sedangkan produksi terendah 510 Kg pada unit usaha ke-3. Nelayan
pancing ulur (hand line) dapat melakukan penangkapan dengan pancing ulur
sepanjang tahun. Berdasarkan data tersebut, terindikasi bahwa upaya
penangkapan merupakan salah satu fishing input yang berpengaruh pada
peningkatan produksi, sehingga dapat dijadikan informasi ilmiah bagi pelaku
usaha dalam pengambilan keputusan terkait operasi penangkapan ikan tuna
dengan tujuan memperoleh keuntungan yang maksimum.

5.3 Biaya Investasi


Investasi merupakan modal kerja permanen atau biaya-biaya yang
dikeluarkan untuk mendapatkan barang iinvestasi dengan tujuan keuntungan di
masa yang akan datang. Sehingga investasi (capital) umumnya merupakan modal
yang biasanya dipakai dalam jangka waktu panjang. Menurut Effendi dan
Oktariza (2006) menyatakan, modal investasi merupakan penanaman modal untuk
jangka waktu tertentu agar mendapat bayaran di masa mendatang atas kompensasi
dana yang ditanamkan. Modal investasi umumnya merupakan modal yang bisa
dipakai dalam jangka panjang dan nilainya cukup besar. Penggunaan investasi
pada Negeri Latuhalat pada tabel berikut :
Tabel 13. Biaya Investasi Usaha Perikanan Tuna Hand Line di Negeri
Latuhalat
Unit usaha ke- Biaya Investasi
1 53.520.000
2 49.370.000
3 43.270.000
4 50.320.000
5 44.370.000
6 43.285.000
7 43.370.000
8 43.335.000
9 52.385.000
10 41.390.000
11 25.285.000
12 46.270.000
13 51.430.000
49

14 48.625.000
15 45.285.000
16 49.420.000
17 75.485.000
18 46.270.000

Lanjutan Tabel 13
Unit Usaha ke- Biaya Investasi
19 45.285.000
20 49.390.000
21 41.405.000
22 43.390.000
23 34.385.000
24 47.355.000
25 42.505.000
26 39.395.000
27 41.380.000
28 38.340.000
29 44.290.000
30 57.470.000
Total 1.337.175.000
Rataan 45.905.833
Sumber : Data primer diolah. 2020

Tabel 13 menunjukan bahwa, rata-rata besar biaya investasi dari usaha


pancing ulur (haand line) adalah sebesar Rp. 45.905.833 dan modal investasi
terbesar ada pada responden ke-30 Rp. 57.470.000 dan modal investasi terkecil
ada pada responden ke-11 Rp. 25.285.000. Lampiran 3

5.4 Komponen Biaya


5.4.1 Biaya Tetap
Menurut Sabria, (2013) biaya tetap merupakan biaya yang harus
dikeluarkan seseorang pengusaha meskipun usaha tersebut sedang tidak
berproduksi. Biaya tetap (fixed cost) adalah biaya yang besarnya tidak
dipengaruhi oleh jumlah input yang dihasilkan. Berapapun input yang diproduksi,
biaya tetap sama saja (tidak berubah) atau dengan kata lain biaya tetap merupakan
sejumlah biaya yang dikeluarkan dan tidak tergantung pada perubahan produksi.
50

Biaya tetap usaha tuna hand line terbagi atas biaya perawatan dan penyusutan
yang di sajikan pada tabel berikut :

Tabel 14. Komponen Biaya Tetap dan Pengeluaran Perikanan Tuna


Hand Line di Negeri Latuhalat
Biaya tetap (Rp/ bln)
Unit usaha
Ke- Penyusutan Perawatan Jumlah
1 459.694 87.666 547.360
2 398.177 169.666 567.843
3 393.382 90.666 484.048
4 456.481 72.166 528.647
5 481.198 186.333 667.531
6 354.792 194.666 549.458
7 395.833 79.833 475.666
8 436.198 75.666 511.864
9 530.612 81.833 612.445
10 413.992 178.666 592.658
11 245.833 72.166 317.999
12 377.292 90.166 467.458
13 547.325 76.333 623.658
14 395.062 115.166 510.228
15 409.843 66.333 476.176
16 446.615 205.333 651.948
17 588.066 214.666 802.732
18 445.473 111.500 556.973
19 410.833 91.833 502.666
20 478.333 81.000 559.333
21 384.907 65.500 450.407
22 369.824 253.000 622.824
23 326.238 107.333 433.571
24 451.265 256.333 707.598
25 384.259 238.666 622.925
26 319.948 234.666 554.614
27 434.403 112.666 547.069
28 336.441 213.666 550.107
29 481.198 119.833 601.031
30 633.438 107.333 740.771
Total 12.786.956 4.050.653 16.837.608
Rataan 426.232 135.022 561.254
51

Sumber : Data primer diolah, 2020

Tabel 14 di atas menjelaskan bahwa rata-rata penyusutan penangkapan


tuna hand line yang dikeluarkan untuk body dan mesin adalah sebesar Rp.
426.232 sedangkan rata-rata biaya perawatan yang dikeluarkan untuk perbaikan
body, perbaikan mesin dan perbaikan lainnya pada bulan Maret sebesar Rp.
135.022 dengan pengeluaran terbesar pada responden 24 Rp. 256.333 dan yang
terkecil ada pada responden 21 Rp 65.500. Penyusutan barang modal merupakan
(pocket cost) yaitu biaya yang harus dialokasikan setiap tahun untuk
menggantikan barang modal pada setiap umur ekonomis dari barang tersebut. Hal
ini penting supaya kelanjutan usaha penangkapan dapat berlangsung secara
optimal.

5.4.2 Biaya Variabel


Menurut Mulyadi (2015), biaya variabel (variabel cost) adalah biaya yang
jumlah totalnya berubah sebanding dengan perubahan volume kegiatan. Biaya
variabel adalah sejumlah biaya yang dikeluarkan dan tergantung dari operasi
penangkapan karena besarnya biaya variabel selalu berubah-ubah tergantung dari
musim dan jumlah input yang digunakan. Pengeluaran biaya variabel selama
pengamatan berlangsung meliputi: (1) pembelian Bahan Bakar Minyak; (2)
Ransum; (3) Es batu; Umpan buatan.
Satuan pengukuran yang digunakan untuk biaya variabel adalah bulan
maret, pembelian BBM yang dimaksud berupa bensin dan oli, bensin yang
digunakan 20-30 Liter, oli 2 Liter, biaya ransum dalam bentuk rokok, kopi, gula,
makanan. Es batu 17-25 buah yang digunakan untuk mempertahankan mutu ikan
saat operasi penangkapan selama 13 jam. Biaya variabel yang dikeluarkan oleh
nelayan tuna pancing tangan (hand line) di Negeri Latuhalat dapat dilihat pada
Tabel berikut :
Tabel 15. Komponen Biaya Variabel Selama Bulan Maret Usaha Pancing
Hand Line di Negeri Latuhalat
Unit
Usaha Biaya Variabel (Rp/bln)
Ke- BBM Ransum Es Umpan Jumlah
52

Buatan
1 3.792.000 492.000 300.000 60.000 4.644.000
2 3.565.000 475.000 320.000 50.000 4.410.000
3 2.791.000 334.000 215.000 40.000 3.380.000
4 3.034.000 407.000 215.000 80.000 3.736.000
5 3.939.000 470.000 290.000 75.000 4.754.000
6 2.914.000 394.000 234.000 80.000 3.622.000
7 3.815.000 449.000 289.000 50.000 4.603.000
Lanjutan Tabel 15
Unit
Biaya Variabel (Rp/bln)
Usaha
Umpan
Ke-
BBM Ransum Es Buatan Jumlah
8 2.644.000 385.000 230.000 40.000 3.299.000
9 3.308.000 483.000 276.000 75.000 4.142.000
10 3.849.000 494.000 299.000 100.000 4.742.000
11 3.782.000 535.000 338.000 80.000 4.735.000
12 3.301.000 422.000 242.000 60.000 4.025.000
13 3.742.000 538.000 324.000 90.000 4.694.000
14 3.071.000 432.000 246.000 50.000 3.799.000
15 3.315.000 450.000 256.000 40.000 4.061.000
16 3.261.000 453.000 259.000 120.000 4.093.000
17 3.705.000 545.000 295.000 90.000 4.635.000
18 2.961.000 459.000 222.000 60.000 3.702.000
19 3.989.000 458.000 303.000 60.000 4.810.000
20 3.696.000 540.000 318.000 40.000 4.594.000
21 3.418.000 379.000 255.000 60.000 4.112.000
22 3.385.000 455.000 258.000 100.000 4.198.000
23 3.946.000 485.000 294.000 120.000 4.845.000
24 3.555.000 417.000 261.000 60.000 4.293.000
25 3.702.000 405.000 266.000 60.000 4.433.000
26 3.935.000 482.000 300.000 90.000 4.807.000
27 3.101.000 460.000 258.000 90.000 3.909.000
28 3.981.000 506.000 318.000 50.000 4.855.000
29 3.705.000 454.000 280.000 40.000 4.479.000
30 3.952.000 482.000 313.000 75.000 4.822.000
Total 105.154.000 13.740.000 8.323.000 2.085.000 129.233.000
Rataan 3.505.133 458.000 277.433 69.500 4.307.767
Sumber : Data primer diolah, 2020
53

Tabel 15 menjelaskan bahwa pada bulan Maret rata-rata pengeluaran biaya


variabel sejumlah Rp. 4.307.767 per trip, dengan total pengeluaran biaya variabel
sejumlah Rp. 129.233.000. Pengeluaran tertinggi berada pada responden 28
dengan jumlah nilai sebesar Rp. 4.855.000 dan pengeluaran terkecil berada pada
responden 8 dengan jumlah nilai Rp. 3.299.000, Secara keseluruhan biaya variabel
masing-masing yang dikeluarkan untuk setiap unit tidak terlalu berbeda jauh.

5.4.3 Pemasaran Hasil Tangkapan


Pemasaran hasil tangkapan adalah mata rantai produksi yang memiliki
peranan yang sangat penting dalam menggeluti suatu usaha, salah satunya adalah
usaha hand line di Negeri Latuhalat. Hasil pengamatan di lapangan menunjukan
bahwa hasil tangkapan hand line yakni ikan tuna berukuran kecil dipasarkan
dalam bentuk utuh dengan harga Rp 25.000/Kg. Harga ikan tuna ditentukan
bersama oleh nelayan dan pedagang pengumpul yang berada di Negeri Latuhalat,
dan langsung di pasarkan ke konsumen yang berada di pasar dengan melihat
mutu atau kualitas ikan.
Proses penetapan harga ikan hasil tangkapan nelayan hand line di Negeri
Latuhalat disepakati bersama antara pihak nelayan dengan pedagang pengumpul
sebagai pembeli. Dalam penetapan harga ikan tuna (utuh) berukuran kecil dapat
dilihat berdasarkan standar yang dihasilkan.

Nelayan hand line Pedagang Konsumen


Pengumpul

Gambar 5. Rantai Pemasaran ikan hasil tangkapan Nelayan Hand Line di


Negeri Latuhalat

5.6 Pendapatan Bersih Nelayan


Menurut Tibrani dan Sofyani (2010), pendapatan atau keuntungan usaha
adalah selisih antara penerimaan total dan biaya total. Pendapatan usaha hand line
untuk ikan tuna diperoleh dari penerimaan (TR) dikurangi Total Biaya (TC).
Umumnya dalam usaha ini tidak ada sistem bagi hasil karena rata-rata dalam satu
kapal hanya digunakan oleh satu (1) orang pemilik sekaligus bertindak sebagai
54

nelayan sehingga pendapatan yang diperoleh adalah pendapatan bersih dari hasil
tangkapannya. Lampiran 7
Tabel 16. Pendapatan Usaha Tuna Hand Line di Negeri Latuhalat
Unit Usaha Penerimaan Pengeluaran Pendapatan
Ke- (Rp/bln) (Rp/bln) (Rp/bln)
1 15.750.000 5.191.360 10.558.640
2 16.500.000 4.977.843 11.522.157
3 12.750.000 3.864.048 8.885.952
4 15.000.000 4.264.647 10.735.353
Lanjutan tabel 16
Unit Usaha Penerimaan Pengeluaran Pendapatan
Ke- (Rp/bln) (Rp/bln) (Rp/bln)
5 17.250.000 5.421.531 11.828.469
6 13.500.000 4.171.458 9.328.542
7 18.000.000 5.078.666 12.921.334
8 14.250.000 3.810.864 10.439.136
9 15.750.000 4.754.445 10.995.555
10 16.500.000 5.334.658 11.165.342
11 20.250.000 5.052.999 15.197.001
12 15.000.000 4.492.458 10.507.542
13 18.000.000 5.317.658 12.682.342
14 14.250.000 4.309.228 9.940.772
15 16.500.000 4.537.176 11.962.824
16 15.000.000 4.744.948 10.255.052
17 17.250.000 5.437.732 11.812.268
18 13.500.000 4.258.973 9.241.027
19 18.000.000 5.312.666 12.687.334
20 18.000.000 5.153.333 12.846.667
21 15.000.000 4.562.407 10.437.593
22 15.000.000 4.820.824 10.437.593
23 18.000.000 5.278.571 12.721.429
24 15.000.000 5.000.598 9.999.402
25 16.500.000 5.055.925 11.444.075
26 18.000.000 5.361.614 12.638.386
27 14.250.000 4.456.069 9.793.931
28 17.250.000 5.405.107 11.844.893
29 15.750.000 5.080.031 11.844.893
30 17.250.000 5.562.771 11.687.229
Total 483.000.000 146.070.608 336.929.392
Rataan 16.100.000 4.869.020 11.230.980
Sumber : Data primer diolah, 2020
Tabel 17 menjelaskan bahwa pendapatan bulan Maret nelayan hand line
Negeri Latuhalat dengan rata-rata pendapatan sebesar Rp. 11.230.980 dengan
55

total pendapatan sebesar Rp. 336.929.392. Pendapatan diperoleh nelayan hand


line di Negeri Latuhalat dipengaruhi oleh produksi, semakin tinggi produksi yang
diperoleh nelayan hand line maka pendapatan yang diperoleh akan tinggi.

BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan
Berdasakan hasil dan pembahasan maka dapat ditarik kesimpulan sebagai
berikut :
1. Rata-rata produksi nelayan tuna hand line pada bulan Maret di Negeri
Latuhalat sebesar 644 Kg.
2. Rata-rata biaya investasi, biaya tetap, dan biaya variabel, pendapatan nelayan
tuna hand line di Negeri Latuhalat sebesar Rp.45.905.833/tahun; Rp.
4.340.267/bulan; Rp 8.677.866/bulan; Rp. 11.230.980/bulan.

6.2. Saran
Adapun beberapa saran yang dapat di berikan berdasarkan hasil penelitian
yang dilakukan adalah sebbagai berikut :
1. Nelayan tuna hand line di Negeri Latuhalat perlu membuat pembukuan atau
catatan keuangan sederhana guna menganalisis usaha demi pengembangan
usaha ke depan.
2. Nelayan tuna hand line perlu memperhatikan dan meningkatkan frekuensi
melaut sehingga dapat meningkatkan jumlah produksi nelayan.
56

DAFTAR PUSTAKA

Afifudin dan Seabani. 2009. Metodologi Penelitian Kualitatif. Pustaka Setia.


Bandung.

Ambrawati dan Artini. 2008. Bahan Ajar Mata Kuliah Ekonomi Mikro.
Universitas Udayana. Denpasar

Atuany, M. 2019. Produksi dan Pendapatan Usaha Nelayan Hand Line di Dusun
Perigi Negeri Wahai Kecamatan Seram Utara, Skripsi. Program Studi
Agrobisnis Perikanan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Universitas
Pattimura Ambon.

Baridwan, Z. 2010. Intermediate Accounting. Edisi Ketujuh. Badan Penerbit


Fakultas Ekonomi Universitas Gajah Mada. Yogyakarta.
Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Maluku, 2013. Laporan Kinerja Dinas
Kelautan dan Perikanan Provinsi Maluku Tahun 2013. Dinas Kelautan dan
Perikanan Provinsi Maluku.

Effendi, I. dan W. Oktariza. 2006. Manajemen Agribisnis Perikanan. Penerbit


Swadaya. Jakarta.

Ely, I. 2019. Analisis Finansial dan Fungsi Produksi Usaha Tuna Hand Line di
Negeri Laha Kota Ambon. Skripsi. Program Studi Agrobisnis Perikanan
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Universitas Pattimura Ambon.

[FAO] Food and Agriculture Organization.1997. Review of The State of World


Fishery Rosources. Marine Fisheries. Marine Resources Service Devision.
Fisheries Department, FAO, Roma, Italy.

Hanafiah AM dan AM Saefuddin. 2006. Tata Niaga Hasil Perikanan. UI Press.


Jakarta
57

Hattala, E. B. 2017. Peran Perempuan Penjual Ikan Segar Terhadap Pendapatan


Rumah Tangga Di Kecamatan Leihitu Kabupaten Maluku Tengah. Skripsi.
Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan. Universitas Pattimura Ambon.
Koeshendrajana, S., T. Apriliani dan M. Firdaus. 2012. Peningkatan Efektifitas
dan Efisiensi Usaha Perikanan Tangkap Laut Skala Kecil Melalui Fasilitas
Peta Perkiraan “Fishing Ground”, Jurnal Kebijakan Sosial Ekonomi Kelautan
dan Perikanan Vol.2 (1).

Kordik 2015, M.G.H.K. 2015. Pengelolaan Perikanan Indonesia. Penerbit


Pustaka Baru Press. Yogyakarta

(KPPU RI) Komisi Pengawasan Persaingan Usaha Republik Indonesia, 2010 pada
http/www.Kppu.Go.id/docs/pocitioning_paper_perikanan. pdf (2013)

Kusnadi, 2019. Keberdayaan Nelayan dan Dinamika Ekonomi Pesisir. Pusat


Penelitian Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil. Jember. Lembaga
Penelitian Universitas Jember

Lekatompesy, F. 2015. Penerapan Fungsi Manajemen dan Pendapatan Nelayan


Tuna Hand Line di Negeri Latuhalat Kecamatan Nusaniwe. Skripsi. Program
Studi Agrobisnis Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan.
Universitas Pattimura Ambon.

Lubis E, I. Solihim, T Nugroho, R Muninggar. 2010. Diktat Pelabuhan


Perikanan Bogor : Bagian Kepelabuhan Peikanan dan Kebijakan Pengelolaan,
Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan. Fakultas Perikanan dan
Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor. Bogor

Mulyadi 2014. Sistem Akuntasi. Cetakan Keempat Penerbit Selemba Empat.


Jakarta

Mulyadi. 2015. Akuntansi Biaya, Edisi 5. Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen


YKPN. Yogyakarta.
Pusat Penyuluhan Kelauatan dan Perikanan. 2011. Modul Penangkapan Ikan
dengan Pancing Ulur. Kementrian dan Perikanan. Jakarta

Rido M. 2015. Upaya Pemenuhan Kebutuhan Pokok Keluarga Nelayan di Desa


Maja Kecamatan Kalyanda. Skripsi. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Sabria, 2012. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi Tangkapan


Purse Seine di Desa Hitumessing Kecamatan Leihitu. Skripsi Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Pattimura. Ambon.
58

Sihainenia, St. M. 2017. Kondisi Pemanfaatan Sumberdaya Cakalang di Perairan


Maluku dan Efisiensi Perikanan Huhate . Disertasi. Program Doktor Pasca
Sarjana Universitas Pattimura, Ambon.

Sihainenia, F. P. 2019. Efisiensi Teknis Ekonomi Perikanan Tuna Hand Line Di


Negeri Tial Kabupaten Maluku Tengah.

Stice dan Skousen. 2009 Akuntasi Intermediate Edisi Keenam Belas. Buku 1
Penerbit Selemba keempat. Jakarta

Sudirman H, Nelwan A, Kurnia M, Zainuddin M dan Nessa N. 2017. Perikanan


Pelagis Besar (Tuna, Cakalang, Tongkol). Penerbit Yarsif Watampone, Jakarta.
Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif,
dan R&D. Alfabeta : Bandung

Sujarno. 2011. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Nelayan


Kabupaten Langkat. Tesis Sekolah Pasca Sarjana Universitas Sumatra Utara.
Medan

Sunariyah. 2010. Pengantar Pengetahuan Pasar Modal, Edisi Keenam. Penerbit


UPP-AMP-YKPN. Yogyakarta.

Tibrani dan Sofiani. 2010 Pengorganisasian dan Analisis Usaha Perikanan


Keramba di Waduk PLTA kota Panjang Kabupaten Kampar. Jurnal Penelitian
Vol, 38 (1): Hal. 1-117 Tahun 2010.

Tomia, K. 2014. Telaah Perikanan Hand Line di Desa Nalbessy Kabupaten Buru
Selatan. Skripsi. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Pattimura,
Ambon.
Undang-Undang RI Nomor 45 Tahun 2009 Tentang Perubahan Atas Undang-
Undang Nomor 31 Tahun 2004 Tentang Perikanan Kementerian Kelautan dan
Perikanan Republik Indonesia

Zubair dan Yasin, 2011. Analisis Pendapatan Pada Unit Alat Tangkap Patyang di
Desa Pamberesang Kec. Bua Kab. Luwu. Fakultas Ilmu Kelautan. Skripsi.
Universitas Hasanudin, Makassar.
59

Lampiran 1. Daftar Pertanyaan

1. Identitas Responden

1 Nama :
2 Umur :
3 Pendidikan terakhir : SD/SMP/SMA/PT
4 Pengalaman melaut : Tahun
5 Kapan memulai usaha : Tahun
6 Jumlah tanggungan keluarga : Orang
7 Status kepemilikan modal : Ya/tidak*
8 Pernah mengikuti pelatihan : Pernah/tidak*. Jika pernah
dari instansi mana:……………
selama ini berapa kali:………

11. Pembiayaan
1. Berapa besar modal awal/modal kerja saat usaha mulai beroperasi: Rp…..
2. Asal modal: internal/eksternal*. Jika eksternal, berasal dari mana?............
3. Berapa tingkat bunga pinjaman per tahun?...................
4. Penggunaan barang modal/unit:
Jenis barang Satuan Harga Nilai Satuan
No Keterangan
Modal (unit) (Rp) (Rp)
1
2
3
4
5
6

5. Pengeluaran biaya tetap


60

No Jenis pengeluaran Nilai (Rp/tahun) Keterangan


.
1
2
3

6. Pengeluaran biaya variabel


No Jenis pengeluaran Nilai (Rp/trip) Keterangan
.
1
2
3
4
5

III. Spesifikasi Teknis Produksi


1. Kapal:
Ukuran kapal (m) Bahan dasar Kapasitas Jenis
pembuatan mesin Bahan Keterangan
(PK) bakar
P= L= T= 1.
2.
3.

2. Alat tangkap:
No. Komponen Unit Tangkap Berbahan Keterangan
1
2
3
4
5

3. Wilayah Penangkapan
- Musim: wilayah perairan ……………………..................hingga ………
61

- Bukan musim ikan: wilayah perairan ………………….. hingga


…........
4. Jumlah tenaga kerja/ABK:………….orang
IV. Pemasaran:
1. Bentuk produk tuna yang dipasarkan: utuh/loin*
2. Tujuan pasar (sebutkan):……………………………………
3. Proses pemasaran (sebutkan):………………………………
4. Harga jual ikan (Rp/loyang)
- Musim ikan :
- Bukan musim ikan

Lampiran 2. Surat Selesai Penelitian


62
63

Lampiran 3. Nilai Investasi Per Unit Pancing Hand Line Di Negeri


Latuhalat
Unit Peralatan Utama Peralatan
Usaha Pembantu
Ke- Kapal Mesin Alat Box Total
Pancing
1 23.000.000 30.000.000 320.000 200.000 53.520.000
2 19.000.000 30.000.000 170.000 200.000 49.370.000
3 20.000.000 23.000.000 170.000 100.000 43.270.000
4 20.000.000 30.000.000 220.000 100.000 50.320.000
5 19.000.000 25.000.000 270.000 100.000 44.370.000
6 20.000.000 23.000.000 185.000 100.000 43.285.000
7 18.000.000 25.000.000 170.000 200.000 43.370.000
8 18.000.000 25.000.000 235.000 100.000 43.335.000
9 15.000.000 37.000.000 285.000 100.000 52.385.000
10 15.000.000 26.000.000 290.000 100.000 41.390.000
11 10.000.000 15.000.000 185.000 100.000 25.285.000
12 20.000.000 26.000.000 170.000 100.000 46.270.000
13 25.000.000 26.000.000 230.000 200.000 51.430.000
14 12.000.000 36.000.000 425.000 200.000 48.625.000
15 20.000.000 25.000.000 185.000 100.000 45.285.000
16 20.000.000 29.000.000 220.000 200.000 49.420.000
17 35.000.000 40.000.000 285.000 200.000 75.485.000
18 20.000.000 26.000.000 170.000 100.000 46.270.000
19 18.000.000 27.000.000 185.000 100.000 45.285.000
20 19.000.000 30.000.000 190.000 200.000 49.390.000
21 19.000.000 22.000.000 305.000 100.000 41.405.000
22 18.000.000 25.000.000 190.000 100.000 43.290.000
23 15.000.000 19.000.000 285.000 100.000 34.385.000
24 21.000.000 26.000.000 255.000 100.000 47.355.000
25 17.000.000 25.000.000 305.000 200.000 42.505.000
26 17.000.000 22.000.000 295.000 100.000 39.395.000
27 19.000.000 22.000.000 280.000 100.000 41.380.000
28 12.000.000 26.000.000 240.000 100.000 38.340.000
29 19.000.000 25.000.000 190.000 100.000 44.290.000
30 27.000.000 30.000.000 270.000 200.000 57.470.000
Total 570,000,000 796,000,000 7.175.000 4.000.000 1.377.175.000
Rataan 19,000,000 26,533,333 239.166 133,333 45.905.833
64

Lampiran 4. Penggunaan Biaya Tetap

Kapal Mesin Total


No. Penyusutan Penyusutan
C N S C n S
Rp/thn Rp/1bln Rp/thn Rp/1bln Rp/thn Rp/1bln

1 23,000,000 7 3,285,714 2,816,327 234,694 30,000,000 10 3,000,000 2,700,000 225,000 5,516,327 459,694
2 19,000,000 8 2,375,000 2,078,125 173,177 30,000,000 10 3,000,000 2,700,000 225,000 4,778,125 398,177
3 20,000,000 7 2,857,143 2,448,980 204,082 23,000,000 9 2,555,556 2,271,605 189,300 4,720,585 393,382
4 20,000,000 6 3,333,333 2,777,778 231,481 30,000,000 10 3,000,000 2,700,000 225,000 5,477,778 456,481
5 19,000,000 5 3,800,000 3,040,000 253,333 25,000,000 8 3,125,000 2,734,375 227,865 5,774,375 481,198
6 20,000,000 8 2,500,000 2,187,500 182,292 23,000,000 10 2,300,000 2,070,000 172,500 4,257,500 354,792
7 18,000,000 6 3,000,000 2,500,000 208,333 25,000,000 10 2,500,000 2,250,000 187,500 4,750,000 395,833
8 18,000,000 6 3,000,000 2,500,000 208,333 25,000,000 8 3,125,000 2,734,375 227,865 5,234,375 436,198
9 15,000,000 7 2,142,857 1,836,735 153,061 37,000,000 7 5,285,714 4,530,612 377,551 6,367,347 530,612
10 15,000,000 5 3,000,000 2,400,000 200,000 26,000,000 9 2,888,889 2,567,901 213,992 4,967,901 413,992
11 10,000,000 5 2,000,000 1,600,000 133,333 15,000,000 10 1,500,000 1,350,000 112,500 2,950,000 245,833
12 20,000,000 8 2,500,000 2,187,500 182,292 26,000,000 10 2,600,000 2,340,000 195,000 4,527,500 377,292
13 25,000,000 5 5,000,000 4,000,000 333,333 26,000,000 9 2,888,889 2,567,901 213,992 6,567,901 547,325
14 12,000,000 9 1,333,333 1,185,185 98,765 36,000,000 9 4,000,000 3,555,556 296,296 4,740,741 395,062
15 20,000,000 7 2,857,143 2,448,980 204,082 25,000,000 9 2,777,778 2,469,136 205,761 4,918,115 409,843
16 20,000,000 8 2,500,000 2,187,500 182,292 29,000,000 8 3,625,000 3,171,875 264,323 5,359,375 446,615
17 35,000,000 9 3,888,889 3,456,790 288,066 40,000,000 10 4,000,000 3,600,000 300,000 7,056,790 588,066
18 20,000,000 6 3,333,333 2,777,778 231,481 26,000,000 9 2,888,889 2,567,901 213,992 5,345,679 445,473
19 18,000,000 6 3,000,000 2,500,000 208,333 27,000,000 10 2,700,000 2,430,000 202,500 4,930,000 410,833
20 19,000,000 5 3,800,000 3,040,000 253,333 30,000,000 10 3,000,000 2,700,000 225,000 5,740,000 478,333
21 19,000,000 6 3,166,667 2,638,889 219,907 22,000,000 10 2,200,000 1,980,000 165,000 4,618,889 384,907
22 18,000,000 8 2,250,000 1,968,750 164,063 25,000,000 9 2,777,778 2,469,136 205,761 4,437,886 369,824
23 15,000,000 7 2,142,857 1,836,735 153,061 19,000,000 8 2,375,000 2,078,125 173,177 3,914,860 326,238
24 21,000,000 7 3,000,000 2,571,429 214,286 26,000,000 8 3,250,000 2,843,750 236,979 5,415,179 451,265
25 17,000,000 6 2,833,333 2,361,111 196,759 25,000,000 10 2,500,000 2,250,000 187,500 4,611,111 384,259
26 17,000,000 8 2,125,000 1,859,375 154,948 22,000,000 10 2,200,000 1,980,000 165,000 3,839,375 319,948
27 19,000,000 5 3,800,000 3,040,000 253,333 22,000,000 9 2,444,444 2,172,840 181,070 5,212,840 434,403
28 12,000,000 7 1,714,286 1,469,388 122,449 26,000,000 9 2,888,889 2,567,901 213,992 4,037,289 336,441
29 19,000,000 5 3,800,000 3,040,000 253,333 25,000,000 8 3,125,000 2,734,375 227,865 5,774,375 481,198
30 27,000,000 5 5,400,000 4,320,000 360,000 30,000,000 8 3,750,000 3,281,250 273,438 7,601,250 633,438
Total 570,000,000 197 89,738,889 75,074,852 6,256,238 796,000,000 274 88,271,825 78,368,614 6,530,718 153,443,466 12,786,956
Rataa
n 19,000,000 7 2,991,296 2,502,495 208,541 26,533,333 9.13 2,942,394.2 2,612,287 217,691 5,114,782 426,232

Lampiran 4. Penggunaan Biaya Perawatan Pada Bulan Maret


65

Frekuensi
Unit usaha Biaya Perawatan
Perawatan Per Biaya Perawatan
ke- (Rp/Tahun)
Tahun (Rp/Bulan)
1 1 1.052.000 87.666
2 2 1.018.000 169.666
3 1 1.088.000 90.666
4 1 866.000 72.166
5 2 1.118.000 186.333
6 2 1.168.000 194.666
7 1 958.000 79.833
8 1 908.000 75.666
9 1 982.000 81.833
10 2 1.072.000 178.666
11 1 866.000 72.166
12 1 1.082.000 90.166
13 1 916.000 76.333
14 1 1.382.000 115.166
15 1 802.000 66.333
16 2 1.232.000 205.333
17 2 1.288.000 214.666
18 1 1.338.000 111.500
19 1 1.102.000 91.833
20 1 972.000 81.000
21 1 786.000 65.500
22 2 1.518.000 253.000
23 1 1.288.000 107.333
24 2 1.538.000 256.333
25 2 1.432.000 238.666
26 2 1.408.000 234.666
27 1 1.352.000 112.666
28 2 1.282.000 213.666
29 1 1.438.000 119.833
30 1 1.288.000 107.333
Total 41 34.540.000 4.050.653
Rataaan 1 1.151.333 135.022

Lampiran 5. Total Biaya Usaha Hand Line di Negeri Latuhalat


66

Unit Usaha Biaya Tetap Biaya Variabel


ke- (Rp/bln) (Rp/bln) Total
1 547.360 4.644.000 5.191.360
2 567.843 4.410.000 4.977.843
3 484.048 3.380.000 3.864.048
4 528.647 3.736.000 4.264.647
5 667.531 4.754.000 5.421.531
6 549.458 3.622.000 4.171.458
7 475.666 4.603.000 5.078.666
8 511.864 3.299.000 3.810.864
9 612.445 4.142.000 4.754.445
10 592.658 4.742.000 5.334.658
11 317.999 4.735.000 5.052.999
12 467.458 4.025.000 4.492.458
13 623.658 4.694.000 5.317.658
14 510.228 3.799.000 4.309.228
15 476.176 4.061.000 4.537.176
16 651.948 4.093.000 4.744.948
17 802.732 4.635.000 5.437.732
18 556.973 3.702.000 4.258.973
19 502.666 4.810.000 5.312.666
20 559.333 4.594.000 5.153.333
21 450.407 4.112.000 4.562.407
22 622.824 4.198.000 4.820.824
23 433.571 4.845.000 5.278.571
24 707.598 4.293.000 5.000.598
25 622.925 4.433.000 5.055.925
26 554.614 4.807.000 5.361.614
27 547.069 3.909.000 4.456.069
28 550.107 4.855.000 5.405.107
29 601.031 4.479.000 5.080.031
30 740.771 4.822.000 5.562.771
Total 16.837.608 129.233.000 146.070.608
Rataan 561.254 4.307.767 4.869.020

Lampiran 6. Pendapatan Usaha Perikanan Tuna Hand Line di Negeri


Latuhalat
Unit Maret
67

Usaha Produksi Harga Penerimaan Pengeluaran Pendapatan


/
Ke- (Kg) Rp/Kg (Rp/bln) (Rp/bln) (Rp/bln)
1 630 25.000 15.750.000 5.191.360 10.558.640
2 660 25.000 16.500.000 4.977.843 11.522.157
3 510 25.000 12.750.000 3.864.048 8.885.952
4 600 25.000 15.000.000 4.264.647 10.735.353
5 690 25.000 17.250.000 5.421.531 11.828.469
6 540 25.000 13.500.000 4.171.458 9.328.542
7 720 25.000 18.000.000 5.078.666 12.921.334
8 570 25.000 14.250.000 3.810.864 10.439.136
9 630 25.000 15.750.000 4.754.445 10.995.555
10 660 25.000 16.500.000 5.334.658 11.165.342
11 810 25.000 20.250.000 5.052.999 15.197.001
12 600 25.000 15.000.000 4.492.458 10.507.542
13 720 25.000 18.000.000 5.317.658 12.682.342
14 570 25.000 14.250.000 4.309.228 9.940.772
15 660 25.000 16.500.000 4.537.176 11.962.824
16 600 25.000 15.000.000 4.744.948 10.255.052
17 690 25.000 17.250.000 5.437.732 11.812.268
18 540 25.000 13.500.000 4.258.973 9.241.027
19 720 25.000 18.000.000 5.312.666 12.687.334
20 720 25.000 18.000.000 5.153.333 12.846.667
21 600 25.000 15.000.000 4.562.407 10.437.593
22 600 25.000 15.000.000 4.820.824 10.437.593
23 720 25.000 18.000.000 5.278.571 12.721.429
24 600 25.000 15.000.000 5.000.598 9.999.402
25 660 25.000 16.500.000 5.055.925 11.444.075
26 720 25.000 18.000.000 5.361.614 12.638.386
27 570 25.000 14.250.000 4.456.069 9.793.931
28 690 25.000 17.250.000 5.405.107 11.844.893
29 630 25.000 15.750.000 5.080.031 11.844.893
30 690 25.000 17.250.000 5.562.771 11.687.229
Total 19.320 750.000 483.000.000 146.070.608 336.929.392
Rataan 644 25.000 16.100.000 4.869.020 11.230.980

Lampiran 7. Dokumentasi
68
69

Hasil Wawancara dengan Pemilik Usaha Nelayan Hand Line di


Negeri Latuhalat

Anda mungkin juga menyukai