PENGARUH KOMUNIKASI THERAPEUTIK TERHADAP KEMAMPUAN
KOGNITIF LANSIA DEMENSIA DI DESA DASAN GERIA KECAMATAN LINGSAR KABUPATEN LOMBOK BARAT
I Made Eka Santosa*
*Staf Pengajar Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Mataram Email : imadeekasantosa@gmail.com
ABSTRAK
Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang di rencanakan secara sadar,
bertujuan dan kegiatan di pusatkan untuk kesembuhan pasien. Pengunaan pendekatan komunikasi yang sesuai pada lansia dengan propesional kesehatan akan diperbolehkan untuk mengungkapkan kebutuhannya tetapi juga mendapatkan pemenuhan dari kebutuhan- kebutuhannya. Desain penelitian ini menggunakan pre eksperimental (one group pre test- post test design). Populasi mencakup semua lansia yang menderita Demensia di Dusun Gegutu Reban Kecamatan Lingsar Kabupaten Lombok Barat, penentuan sampel menggunakan tehnik total sampling sehingga didapatkan sampel 20 responden. Data yang terkumpul akan ditabulasi dan dianalisa menggunakan uji t dengan tingkat kemaknaan 5%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai t-hitung lebih besar dari t tabel (19,624 > 1,729) maka Ho ditolak, artinya ada pengaruh komunikasi terapeutik terhadap tingkat kemammpuan kognitif lansia demensia di Dusun Gegutu Reban Kecamatan Lingsar Kabupaten Lombok Barat. Berdasarkan hasil penelitian, perawat sebagai care provider disarankan untuk mengaplikasikan komunikasi terapeutik sebagai salah satu intervensi bagi lansia yang mengalami gangguan kognitif demensia (pikun).
Kata kunci : kemampuan kognitif, komunikasi terapeutik.
A. PENDAHULUAN Kelompok lansia dipandang
sebagai kelompok masyarakat 1. Latar Belakang yang berisiko mengalami Pertambahan jumlah lansia di gangguan kesehatan. Masalah Indonesia dalam kurun waktu keperawatan yang menonjol pada tahun 1990-2025, tergolong kelompok tersebut adalah tercepat di dunia. Pada tahun 2002, meningkatnya disabilitas jumlah lansia di Indonesia fungsional. Disabilitas fungsional berjumlah 16 juta dan pada lansia merupakan respon diproyeksikan akan bertambah tubuh sejalan dengan menjadi 25,5 juta pada tahun 2020 bertambahnya umur seseorang dan atau sebesar 11,37 % penduduk proses kemunduran yang diikuti dan ini merupakan peringkat dengan munculnya gangguan keempat dunia, dibawah Cina, fisiologis, penurunan fungsi, India dan Amerika Serikat. Di gangguan afektif, gangguan Nusa Tenggara Barat populasi kognitif dan gangguan psikososial. lansia sebesar 303.959 jiwa (7,14 Salah satu bentuk gangguan %) (BPS, 2006). kognitif yang sering terjadi pada lansia adalah Demensia. I MADE EKA SANTOSA 16
Berdasarkan sejumlah hasil tersebut adalah dengan komunikasi
penelitian diperoleh data bahwa terapiutik. Melalui komunikasi Demensia seringkali terjadi pada terapiutik diharapkan perawat usia lanjut yang telah berumur dapat menghadapi, kurang lebih 60 tahun. Demensia mempersepsikan, bereaksi, dan tersebut dapat dibagi menjadi 2 menghargai keunikan klayan. kategori, yaitu: 1) Demensia Lansia sering mengalami Senilis ; 2) Demensia Pra Senilis. gangguan komunikasi karena Sekitar 56,8% lansia mengalami mengalami penurunan penglihatan, demensia dalam bentuk Demensia pendengaran, wicara, dan persepsi. Alzheimer (4% dialami lansia yang Semua ini menyebabkan telah berusia 75 tahun, 16% pada penurunan kemammpuan lansia usia 85 tahun, dan 32% pada usia untuk menangkap pesan atau 90 tahun) sampai saat ini informasi serta melakukan transfer diperkirakan ± 30 juta penduduk informasi. Dengan demikian dunia mengalami Demensia diperlukan komunikasi theraputi dengan berbagai sebab (Oelly agar kebutuhan komunikasi lansia Mardi Santoso, 2002). Sedangkan tercapai guna mendukung di Indonesia pada tahun 2005 kemampuan kognitif lansia. prevalensi demensia mencapai 191,4 kemudian pada tahun 2020 2. Tujuan Penelitian diperkirakan mencapai 314,1 dan Untuk mengetahui apakah ada pada tahun 2050 diperkirakan pengaruh komunikasi terapeutik mencapai 932,0. Berdasarkan hasil terhadap tingkat kemampuan pendataan tahun 2016 di dapatkan kognitif lansia Demensia di Dasan data dari Desa Dasan Geria tercatat Geria Lingsar Lombok Barat jumlah lansia sebanyak 392 orang dan demensia 175 orang. Untuk meningkatkan B. METODE PENELITIAN pelayanan kesehatan pada lansia 1. Populasi dan Sampel Penelitian yang Demensia adalah dengan cara Semua kelayan lansia berkomunikasi secara terapiutik. Demensia yang mengalami Dimana komunikasi terapiutik gangguan kognitif sebanyak 20 adalah komunikasi yang orang yang berada di Desa Dasan direncanakan secara sadar, Geria Kecamatan Lingsar bertujuan dan kegiatannya Kabupaten Lombok Barat. Teknik dipusatkan untuk kesembuhan sampling yang digunakan adalah pasien (Stuart & sundeen,1995). Total Sampling Komunikasi terapeutik adalah 2. Desain Penelitian komunikasi yang memiliki makna Pra eksperimen dengan terapeutik bagi klien dan dilakukan rancangan pra-pasca test dalam oleh perawat (helper) untuk satu kelompok (one-group pre- membantu klien mencapai kembali test-posttest design). kondisi yang adaptif dan positif. 3. Instrumen Penelitian Penyembuhan terhadap Wawancara menggunakan demensia sangat diperlukan demi pedoman Mini Mental State menjaga dan meningkatkan Examination (MMSE) yang kesejahteraan lansia. Salah satu dimodifikasi sesuai keadaan lansia. cara yang dapat mengatasi masalah 4. Variabel dan Definisi Operasional I MADE EKA SANTOSA 17
a. Variabel Independen Berdasarkan hasil
komunikasi terapeutik adalah pengumpulan data tentang tingkat komunikasi yang dilakukan Demensia pada responden sebelum pada kelayan lansia demensia diberikan perlakuan ditunjukkan yang mengalami gangguan pada tabel sebagai berikut : kognitif dengan menggunakan Tabel 1.1. Tingkat kemampuan tahap-tahap komunikasi kognitif lansia Demensia Sebelum terapiutik. Diberikan komunikasi terapiutik b. Variabel Dependen tingkat kemampuan kognitif Tingkat Frekuensi merupakan tingkat kemampuan kemampuan Eks % kognitif lansia dalam melakukan Tidak ada gangguan 1 5 orientasi, registrasi, atensi dan kalkulasi, mengingat serta Ringan 16 80 bahasa. Berat 3 15 5. Hipotesa Total 19 100 Hipotesa 0 (H0) : tidak ada hubungan antara komunikasi Berdasarkan tabel 1.1. diatas keperawatan terhadap kemampuan menunjukkan bahwa sebelum kognitif lansia demensia diberi perlakuan komunikasi 6. Analisa Data terapiutik sebagian besar Analisa data yang digunakan responden mengalami kerusakan adalah analisis pre-test dan post- intelektual berada pada kategori test one grup design dengan t-test ringan sejumlah 16 orang yakni untuk mengetahui apakah responden (80%). ada pegaruh sebelum dilakukan 2. Tingkat kemampuan kognitif treatment dan setelah dilakukan lansia Demensia setelah perlakuan treatment. komunikasi terapiutik pada 7. Waktu dan Tempat Penelitian kelompok eksperimen. Pelitian ini dilakukan di Dasan Tabel 1.2. Tingkat kemampuan Geria kecamatan Lingsar Lombok kognitif lansia Demensia setelah Barat dan waktu pelaksanaannya diberikan komunikasi terapiutik yaitu pada bulan Februari 2017 selama 15 hari Tingkat kemampuan Frekuensi kognitif Eks %
C. HASIL PENELITIAN Tidak ada gangguan 10 50
Pada bab ini diuraikan tentang Ringan 9 45 hasil penelitian yang dilakukan Berat 1 5 terhadap responden di Dasan Geria Total 20 100 Kecamatan Lingsar Kabupaten Lombok Barat yang dilaksanakan Berdasarkan Tabel 1.2. diatas pada tanggal 22 Februari sampai 7 menunjukkan bahwa setelah diberi Maret 2017. perlakuan komunikasi terapiutik 1. Tingkat kemampuan kognitif sebagian besar responden lansia Demensia Responden mengalami perubahan berada pada Sebelum Perlakuan Komunikasi kategori tidak ada gangguan Terapiutik sejumlah 10 orang responden (50%). I MADE EKA SANTOSA 18
3. Perubahan tingkat kognitif tingkat kemampuan kognitif lansia
Subyek Penelitian Sebelum dan Demensia Sesudah Dilakukan komunikasi Tabel 1.4. Hasil Uji t terapiutik Tabel 4.8 Tabel 1.3. Perubahan tingkat Hasil uji t Eksperimen t- t- kognitif Sebelum dan Sesudah hitung tabel Interpretasi Dilakukan komunikasi Mean Mean pre post terapiutik 20,35 24 19,624 1,729 Ada Tingkat kognitif Pengaruh No Pre-Test Post-Test Komunikasi Kategori Skor Kategori Skor Terapiutik 1 Ringan 19 Tdk Ada Ggn 24 Terhadap 2 Ringan 19 Tdk Ada Ggn 25 Tingkat 3 Ringan 20 Tdk Ada Ggn 28 Kemampuan 4 Ringan 23 Tdk Ada Ggn 26 Kognitif 5 Berat 17 Tdk Ada Ggn 19 Lansia 6 Ringan 22 Tdk Ada Ggn 26 Demensia 7 Ringan 20 Ringan 23 8 Ringan 21 Ringan 23 9 Berat 17 Ringan 20 Berdasarkan tabel 1.4. dari 10 Ringan 23 Tdk Ada Ggn 26 hasil uji t-test dengan taraf 11 Ringan 20 Ringan 23 signifikansi 0,05, diperoleh t-tabel. 12 Ringan 20 Ringan 23 13 Berat 17 Berat 17 dengan d.b (derajat bebas) = 19 4 Ringan 23 Tdk Ada Ggn 27 sebesar 1,729 dan t-hitung yang 15 Ringan 21 Ringan 23 diperoleh adalah 19,624. Hal ini 16 Tdk Ada Ggn 29 Ringan 23 menunjukkan pengaruh yang nyata 17 Ringan 23 Tdk Ada Ggn 28 18 Ringan 20 Tdk Ada Ggn 29 atau signifikan komunikasi 19 Ringan 21 Ringan 23 terapiutik terhadap peningkatan 20 Ringan 20 Tdk Ada Ggn 24 kemampuan kognitif lansia Jumlah 407 480 Demensia. Dalam hal ini hipotesis nol (H0) tidak ada pengaruh Dari tabel 1.3. di atas dapat komunikasi terapiutik terhadap dilihat distribusi perubahan tingkat tingkat kemampuan kognitif lansia kognitif pada responden penelitian, Demensia di Dasan Geria yaitu hampir 20 orang responden Kecamatan Lingsar Kabupaten (100%) mengalami perubahan Lombok Barat. Sedangkan (Ha) ada tingkat kognitif. Diketahui bahwa Pengaruh Komunikasi Terapiutik setelah dilakukan komunikasi Terhadap Tingkat Kemampuan terapiutik, responden penelitian Kognitif Lansia Demensia Di Dasan yang tingkat kognitif ringan Geria Kecamatan Lingsar dengan skor 18-23 mengalami Kabupaten Lombok Barat dengan peningkatan menjadi tidak ada demikian (Ha) diterima dan (Ho) gangguan dengan nilai 24-30. ditolak. Selain itu terdapat responden penelitian yang tingkat kognitif berat dengan skor 0-17 D. PEMBAHASAN mengalami peningkatan menjadi 1. Tingkat kemampuan kognitif kognitif ringan dengan skor 18-23. sebelum pemberian komunikasi 4. Analisa data pengaruh terapiutik pada kelompok komunikasi terapiutik terhadap eksperimen I MADE EKA SANTOSA 19
Berdasarkan hasil penelitian 2. Tingkat kemampuan kognitif
ditemukan bahwa tingkat lansia yang mengalami demensia kemampuan kognitif sebelum setelah diberikan komunikasi pemberian komunikasi terapiutik terapiutik pada kelompok yaitu pada kelompok eksperimen eksperimen terdapat Demensia ringan 16 Penelitian ini menunjukkan responden (80%), demensia berat 3 bahwa setelah diberi perlakuan responden (15%), dan tidak ada komunikasi terapiutik sebagian ganguan 1 responden (5%). besar responden mengalami Dengan lanjutnya usia, energi perubahan berada pada kategori pelan-pelan berkurang, reaksi tidak ada gangguan sejumlah 10 terhadap kejadian di sekitarnya orang responden (50%), kemudian menjadi lambat, daya kreatif dan diikuti dengan kategori ringan inisiatif berangsur-angsur sejumlah 9 orang (45%) dan berat menyempit dan pelan-pelan sebanyak 1 orang responden (5%). menarik diri, seakan-akan Komunikasi merupakan alat kepribadiannya terbungkus. yang efektif untuk mempengaruhi Kelompok lansia dipandang tingkah laku manusia, sehingga sebagai kelompok masyarakat komunikasi perlu dikembangkan yang beresiko mengalami dan dipelihara terus-menerus. gangguan kesehatan. Beberapa alasan yang Masalah keperawatan yang mempengaruhi orang menonjol pada kelompok tersebut berkomunikasi yaitu mengurangi adalah meningkatnya disabilitas ketidakpastian, memperoleh fungsional. Disabilitas fungsional informasi, menguatkan keyakinan pada lansia merupakan respon dan mengungkapkan perasaan. tubuh sejalan dengan Dalam berkomunaksi dengan bertambahnya umur seseorang dan klien, perawat harus menggunakan proses kemunduran yang diikuti tehnik pendekatan khusus agar dengan munculnya gangguan tercapai pengertian dan perubahan fisiologis, penurunan fungsi, perilaku klien. gangguan afektif, gangguan Meskipun batasan usia kognitif dan gangguan psikososial sangat beragam untuk (Bondan P, 2006), salah satu menggolongkan lansia namun bentuk gangguan kognitif yang perubahan-perubahan akibat dari sering terjadi pada lansia adalah usia tersebut telah dapat demensia (pikun). diidentifikasikan, misalnya Sebelum diberikan perubahan pada aspek fisik berupa komunikasi terapiutik sebagian perubahan neurologis dan besar responden mengalami sensorik, perubahan visual, gangguan fungsi kognitif ringan, perubahan pendengaran. hal ini disebabkan karena pada Perubahan-perubahan tersebut lansia telah terjadi penurunan dapat menghambat proses fungsi fisik dan psikologis penerimaan dan interprestasi sehingga menimbulkan berbagai terhadap maksud komunikasi. macam gangguan yang salah Perubahan ini juga satunya yaitu gangguan fungsi menyebabkan klayan lansia kognitif. mengalami kesulitan dalam berkomunikasi. Belum lagi I MADE EKA SANTOSA 20
perubahan kognitif yang otak menjadi rileks dan
berpengaruh pada tingkat memberikan efek terapeutik yang intelegensia, kemampuan belajar, membantu dalam peningkatan daya memori dan motivasi klien. status fungsi kognitif responden. Setelah diberikan komunikasi Hal ini diperjelas oleh Dryden & terapiutik, responden mengalami Vos (1999) yang mengatakan pusat perubahan berada pada kategori emosi otak berhubungan erat tidak ada gangguan. Hal ini dengan sistem penyimpanan disebabkan oleh efek dari memori jangka panjang, itulah komunikasi terapiutik yang sebabnya kita dapat mengingat diberikan membantu kelayan dengan mudah informasi apapun merasa nyaman serta dapat yang mamiliki muatan emosi menerima orang lain, sehingga tinggi. Kelemahan yang terjadi dapat meningkatkan status fungsi pada klien terutama pada kognitif kelayan. ektrimitas atas akan menghambat 3. Analisa pengaruh komunikasi kemampuan komunikasi klien baik terapiutik terhadap tingkat melalui lisan dan tulisan. kemampuan kognitif lansia yang Perawat perlu memperhatikan mengalami demensia apakah ada kemampuan non verbal Berdasarkan analisa statistik klien yang bisa ditunjukkan dalam dengan menggunakan uji t-test rangka memberikan informasi secara manual,didapatkan nilai t- kepada perawat. Oleh sebab itu hitung = 19,624 > t-tabel= 1,729 komunikasi terapiutik perlu dengan taraf signifikan 0,05. Hal dilakukan setiap saat untuk melatih ini menunjukkan ada pengaruh kerja otak maka secara otomatis komunikasi terapiutik terhadap memorinya juga ikut terlatih. peningkatan kemampuan kognitif lansia yang mengalami Demensia. Komunikasi merupakan alat E. SIMPULAN & SARAN yang efektif untuk mempengaruhi 1. Simpulan tingkah laku manusia,sehingga Ada pengaruh komunikasi komunikasi perlu dikembangkan terapiutik terhadap peningkatan dan dipelihara terus- kemampuan kognitif lansia yang menerus.Komunikasi yang mengalami Demensia di Dasan direncanakan secara sadar dan Geria Kecamatan Lingsar bertujuan serta kegiatannya Kabupaten Lombok Barat, dimana difokuskan untuk kesmbuhan t-hitung =19,624 > t-tabel=1,729 pasien, dan komunikasi dengan signifikansi 0,05%. professional yang mengarah pada Dengan demikian Ho ditolak dan tujuan untuk penyembuhan pasien Ha diterima. yang dilakukan oleh perawat atau tenaga kesehatan lainnya disebut 2. Saran sebagai komunikasi terapiutik. Komunikasi terapiutik Komunikasi terapiutik diharapkan dapat dijadikan sebagai memberikan efek yang dapat bahan masukan untuk penentuan membangkitkan serta kebijakan dalam menangani dan mengingatkan pada masa lalu yang merawat kelayan lansia yang dianggap memiliki kenangan mengalami demensia dan kepada tersendiri bagi responden, sehingga perawat sebagai pemberi I MADE EKA SANTOSA 21
pelayanan di sarankan DAFTAR PUSTAKA
menggunakan komunikasi terapiutik sebagai salah satu intervensi bagi lansia yang Arikunto, S. 2002. Prosedur Penelitian mengalami Demensia. Suatu Pendekatan Praktik. Jakarata: Rineka Cipta Arwani,(2002). Komunikasi Dalam Keperawatan,EGC.Jakarta Darmojo, B. 1999. Buku Ajar Geriatri. Jakarta: Balai Penerbit FKUI Darmojo, Boedhi. 2000. Beberapa Masalah Penyakit Pada lansia. Jakarya: Balai Penerbit FKUI Fitri, Ika. 2009. http.//www.google.com. Penyakit yang Sering Terjadi pada Lansia Hidayat, A. 2009. Metode Penelitian Keperawatan dan teknik Analisis Data. Jakarta: Salemba Medika Hidayat, A. Azis. 2006. Pengantar KDM dan Proses Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika Hurlock, Elizabeth. 1997. Psikologi perkembangan. Jakarta:EGC Kaplan dan Sadock. 1997. Sinopsis Psikiatri: Ilmu pengetahuan Perilaku Psikiatris Klinis. Jakarta: Binarupa Aksara Lueckenotte. 1996. Gerontological Nursing. Philadelphia. Mosby Year Book Liliweri,Alo.(2007). Dasar-Dasar Komunikasi Kesehatan, Pustaka Pelajar.Yogyakarta Nugroho, W. 2008. Keperawatan Gerontik dan Geriantrik. Jakarta: EGC Nursalam. 2008. Konsep dan penerapan metodologi penelitian ilmu keperawatan. Jakarta: Salemba Medika Nurjannah, Intansari.(2005).Komunikasi Keperawatan Dasar-Dasar Komunikasi Bagi Perawat,mocomedika.Yogyakarta. Saryono. 2010. Kumpulan Instrumen Penelitian Kesehatan. Bantul: Nulia Medika I MADE EKA SANTOSA 22
Setiadi. 2007. Konsep & Penulisan Riset Siburian, P. 2007.
keperawatan. Yogyakarta: Graha http://www.waspada.co.id. Empat Ilmu Belas Masalah kesehatan Utama Stanly, Micky. 2006. Buku Ajar pada Lansia. 19/10/2010 Keperawatan Gerontik. Jakarta: Wartonah, T. 2003. KDM dan Proses EGC keperawatan. Jakarta: Salemba Medika
Intelijen: Pengantar psikologi kecerdasan: apa itu kecerdasan, bagaimana cara kerjanya, bagaimana kecerdasan berkembang, dan bagaimana kecerdasan dapat memengaruhi kehidupan kita