Anda di halaman 1dari 8

ISSN : 2477 – 0604

Vol. 3 No. 2 Oktober - Desember 2017 | 15-22

PENGARUH KOMUNIKASI THERAPEUTIK TERHADAP KEMAMPUAN


KOGNITIF LANSIA DEMENSIA DI DESA DASAN GERIA KECAMATAN
LINGSAR KABUPATEN LOMBOK BARAT

I Made Eka Santosa*


*Staf Pengajar Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Mataram
Email : imadeekasantosa@gmail.com

ABSTRAK

Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang di rencanakan secara sadar,


bertujuan dan kegiatan di pusatkan untuk kesembuhan pasien. Pengunaan pendekatan
komunikasi yang sesuai pada lansia dengan propesional kesehatan akan diperbolehkan
untuk mengungkapkan kebutuhannya tetapi juga mendapatkan pemenuhan dari kebutuhan-
kebutuhannya.
Desain penelitian ini menggunakan pre eksperimental (one group pre test- post test
design). Populasi mencakup semua lansia yang menderita Demensia di Dusun Gegutu
Reban Kecamatan Lingsar Kabupaten Lombok Barat, penentuan sampel menggunakan
tehnik total sampling sehingga didapatkan sampel 20 responden. Data yang terkumpul
akan ditabulasi dan dianalisa menggunakan uji t dengan tingkat kemaknaan 5%.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai t-hitung lebih besar dari t tabel (19,624 >
1,729) maka Ho ditolak, artinya ada pengaruh komunikasi terapeutik terhadap tingkat
kemammpuan kognitif lansia demensia di Dusun Gegutu Reban Kecamatan Lingsar
Kabupaten Lombok Barat.
Berdasarkan hasil penelitian, perawat sebagai care provider disarankan untuk
mengaplikasikan komunikasi terapeutik sebagai salah satu intervensi bagi lansia yang
mengalami gangguan kognitif demensia (pikun).

Kata kunci : kemampuan kognitif, komunikasi terapeutik.

A. PENDAHULUAN Kelompok lansia dipandang


sebagai kelompok masyarakat
1. Latar Belakang yang berisiko mengalami
Pertambahan jumlah lansia di gangguan kesehatan. Masalah
Indonesia dalam kurun waktu keperawatan yang menonjol pada
tahun 1990-2025, tergolong kelompok tersebut adalah
tercepat di dunia. Pada tahun 2002, meningkatnya disabilitas
jumlah lansia di Indonesia fungsional. Disabilitas fungsional
berjumlah 16 juta dan pada lansia merupakan respon
diproyeksikan akan bertambah tubuh sejalan dengan
menjadi 25,5 juta pada tahun 2020 bertambahnya umur seseorang dan
atau sebesar 11,37 % penduduk proses kemunduran yang diikuti
dan ini merupakan peringkat dengan munculnya gangguan
keempat dunia, dibawah Cina, fisiologis, penurunan fungsi,
India dan Amerika Serikat. Di gangguan afektif, gangguan
Nusa Tenggara Barat populasi kognitif dan gangguan psikososial.
lansia sebesar 303.959 jiwa (7,14 Salah satu bentuk gangguan
%) (BPS, 2006). kognitif yang sering terjadi pada
lansia adalah Demensia.
I MADE EKA SANTOSA 16

Berdasarkan sejumlah hasil tersebut adalah dengan komunikasi


penelitian diperoleh data bahwa terapiutik. Melalui komunikasi
Demensia seringkali terjadi pada terapiutik diharapkan perawat
usia lanjut yang telah berumur dapat menghadapi,
kurang lebih 60 tahun. Demensia mempersepsikan, bereaksi, dan
tersebut dapat dibagi menjadi 2 menghargai keunikan klayan.
kategori, yaitu: 1) Demensia Lansia sering mengalami
Senilis ; 2) Demensia Pra Senilis. gangguan komunikasi karena
Sekitar 56,8% lansia mengalami mengalami penurunan penglihatan,
demensia dalam bentuk Demensia pendengaran, wicara, dan persepsi.
Alzheimer (4% dialami lansia yang Semua ini menyebabkan
telah berusia 75 tahun, 16% pada penurunan kemammpuan lansia
usia 85 tahun, dan 32% pada usia untuk menangkap pesan atau
90 tahun) sampai saat ini informasi serta melakukan transfer
diperkirakan ± 30 juta penduduk informasi. Dengan demikian
dunia mengalami Demensia diperlukan komunikasi theraputi
dengan berbagai sebab (Oelly agar kebutuhan komunikasi lansia
Mardi Santoso, 2002). Sedangkan tercapai guna mendukung
di Indonesia pada tahun 2005 kemampuan kognitif lansia.
prevalensi demensia mencapai
191,4 kemudian pada tahun 2020 2. Tujuan Penelitian
diperkirakan mencapai 314,1 dan Untuk mengetahui apakah ada
pada tahun 2050 diperkirakan pengaruh komunikasi terapeutik
mencapai 932,0. Berdasarkan hasil terhadap tingkat kemampuan
pendataan tahun 2016 di dapatkan kognitif lansia Demensia di Dasan
data dari Desa Dasan Geria tercatat Geria Lingsar Lombok Barat
jumlah lansia sebanyak 392 orang
dan demensia 175 orang.
Untuk meningkatkan B. METODE PENELITIAN
pelayanan kesehatan pada lansia 1. Populasi dan Sampel Penelitian
yang Demensia adalah dengan cara Semua kelayan lansia
berkomunikasi secara terapiutik. Demensia yang mengalami
Dimana komunikasi terapiutik gangguan kognitif sebanyak 20
adalah komunikasi yang orang yang berada di Desa Dasan
direncanakan secara sadar, Geria Kecamatan Lingsar
bertujuan dan kegiatannya Kabupaten Lombok Barat. Teknik
dipusatkan untuk kesembuhan sampling yang digunakan adalah
pasien (Stuart & sundeen,1995). Total Sampling
Komunikasi terapeutik adalah 2. Desain Penelitian
komunikasi yang memiliki makna Pra eksperimen dengan
terapeutik bagi klien dan dilakukan rancangan pra-pasca test dalam
oleh perawat (helper) untuk satu kelompok (one-group pre-
membantu klien mencapai kembali test-posttest design).
kondisi yang adaptif dan positif. 3. Instrumen Penelitian
Penyembuhan terhadap Wawancara menggunakan
demensia sangat diperlukan demi pedoman Mini Mental State
menjaga dan meningkatkan Examination (MMSE) yang
kesejahteraan lansia. Salah satu dimodifikasi sesuai keadaan lansia.
cara yang dapat mengatasi masalah 4. Variabel dan Definisi Operasional
I MADE EKA SANTOSA 17

a. Variabel Independen Berdasarkan hasil


komunikasi terapeutik adalah pengumpulan data tentang tingkat
komunikasi yang dilakukan Demensia pada responden sebelum
pada kelayan lansia demensia diberikan perlakuan ditunjukkan
yang mengalami gangguan pada tabel sebagai berikut :
kognitif dengan menggunakan Tabel 1.1. Tingkat kemampuan
tahap-tahap komunikasi kognitif lansia Demensia Sebelum
terapiutik. Diberikan komunikasi terapiutik
b. Variabel Dependen tingkat
kemampuan kognitif Tingkat Frekuensi
merupakan tingkat kemampuan kemampuan
Eks %
kognitif
lansia dalam melakukan Tidak ada gangguan 1 5
orientasi, registrasi, atensi dan
kalkulasi, mengingat serta Ringan 16 80
bahasa. Berat 3 15
5. Hipotesa Total 19 100
Hipotesa 0 (H0) : tidak ada
hubungan antara komunikasi Berdasarkan tabel 1.1. diatas
keperawatan terhadap kemampuan menunjukkan bahwa sebelum
kognitif lansia demensia diberi perlakuan komunikasi
6. Analisa Data terapiutik sebagian besar
Analisa data yang digunakan responden mengalami kerusakan
adalah analisis pre-test dan post- intelektual berada pada kategori
test one grup design dengan t-test ringan sejumlah 16 orang
yakni untuk mengetahui apakah responden (80%).
ada pegaruh sebelum dilakukan 2. Tingkat kemampuan kognitif
treatment dan setelah dilakukan lansia Demensia setelah perlakuan
treatment. komunikasi terapiutik pada
7. Waktu dan Tempat Penelitian kelompok eksperimen.
Pelitian ini dilakukan di Dasan Tabel 1.2. Tingkat kemampuan
Geria kecamatan Lingsar Lombok kognitif lansia Demensia setelah
Barat dan waktu pelaksanaannya diberikan komunikasi terapiutik
yaitu pada bulan Februari 2017
selama 15 hari Tingkat kemampuan Frekuensi
kognitif
Eks %

C. HASIL PENELITIAN Tidak ada gangguan 10 50


Pada bab ini diuraikan tentang Ringan 9 45
hasil penelitian yang dilakukan Berat 1 5
terhadap responden di Dasan Geria Total 20 100
Kecamatan Lingsar Kabupaten
Lombok Barat yang dilaksanakan Berdasarkan Tabel 1.2. diatas
pada tanggal 22 Februari sampai 7 menunjukkan bahwa setelah diberi
Maret 2017. perlakuan komunikasi terapiutik
1. Tingkat kemampuan kognitif sebagian besar responden
lansia Demensia Responden mengalami perubahan berada pada
Sebelum Perlakuan Komunikasi kategori tidak ada gangguan
Terapiutik sejumlah 10 orang responden
(50%).
I MADE EKA SANTOSA 18

3. Perubahan tingkat kognitif tingkat kemampuan kognitif lansia


Subyek Penelitian Sebelum dan Demensia
Sesudah Dilakukan komunikasi Tabel 1.4. Hasil Uji t
terapiutik Tabel 4.8
Tabel 1.3. Perubahan tingkat Hasil uji t
Eksperimen t- t-
kognitif Sebelum dan Sesudah hitung tabel
Interpretasi
Dilakukan komunikasi Mean Mean
pre post
terapiutik
20,35 24 19,624 1,729 Ada
Tingkat kognitif Pengaruh
No Pre-Test Post-Test Komunikasi
Kategori Skor Kategori Skor Terapiutik
1 Ringan 19 Tdk Ada Ggn 24 Terhadap
2 Ringan 19 Tdk Ada Ggn 25 Tingkat
3 Ringan 20 Tdk Ada Ggn 28 Kemampuan
4 Ringan 23 Tdk Ada Ggn 26 Kognitif
5 Berat 17 Tdk Ada Ggn 19 Lansia
6 Ringan 22 Tdk Ada Ggn 26 Demensia
7 Ringan 20 Ringan 23
8 Ringan 21 Ringan 23
9 Berat 17 Ringan 20 Berdasarkan tabel 1.4. dari
10 Ringan 23 Tdk Ada Ggn 26 hasil uji t-test dengan taraf
11 Ringan 20 Ringan 23 signifikansi 0,05, diperoleh t-tabel.
12 Ringan 20 Ringan 23
13 Berat 17 Berat 17
dengan d.b (derajat bebas) = 19
4 Ringan 23 Tdk Ada Ggn 27 sebesar 1,729 dan t-hitung yang
15 Ringan 21 Ringan 23 diperoleh adalah 19,624. Hal ini
16 Tdk Ada Ggn 29 Ringan 23 menunjukkan pengaruh yang nyata
17 Ringan 23 Tdk Ada Ggn 28
18 Ringan 20 Tdk Ada Ggn 29
atau signifikan komunikasi
19 Ringan 21 Ringan 23 terapiutik terhadap peningkatan
20 Ringan 20 Tdk Ada Ggn 24 kemampuan kognitif lansia
Jumlah 407 480 Demensia. Dalam hal ini hipotesis
nol (H0) tidak ada pengaruh
Dari tabel 1.3. di atas dapat komunikasi terapiutik terhadap
dilihat distribusi perubahan tingkat tingkat kemampuan kognitif lansia
kognitif pada responden penelitian, Demensia di Dasan Geria
yaitu hampir 20 orang responden Kecamatan Lingsar Kabupaten
(100%) mengalami perubahan Lombok Barat. Sedangkan (Ha) ada
tingkat kognitif. Diketahui bahwa Pengaruh Komunikasi Terapiutik
setelah dilakukan komunikasi Terhadap Tingkat Kemampuan
terapiutik, responden penelitian Kognitif Lansia Demensia Di Dasan
yang tingkat kognitif ringan Geria Kecamatan Lingsar
dengan skor 18-23 mengalami Kabupaten Lombok Barat dengan
peningkatan menjadi tidak ada demikian (Ha) diterima dan (Ho)
gangguan dengan nilai 24-30. ditolak.
Selain itu terdapat responden
penelitian yang tingkat kognitif
berat dengan skor 0-17 D. PEMBAHASAN
mengalami peningkatan menjadi 1. Tingkat kemampuan kognitif
kognitif ringan dengan skor 18-23. sebelum pemberian komunikasi
4. Analisa data pengaruh terapiutik pada kelompok
komunikasi terapiutik terhadap eksperimen
I MADE EKA SANTOSA 19

Berdasarkan hasil penelitian 2. Tingkat kemampuan kognitif


ditemukan bahwa tingkat lansia yang mengalami demensia
kemampuan kognitif sebelum setelah diberikan komunikasi
pemberian komunikasi terapiutik terapiutik pada kelompok
yaitu pada kelompok eksperimen eksperimen
terdapat Demensia ringan 16 Penelitian ini menunjukkan
responden (80%), demensia berat 3 bahwa setelah diberi perlakuan
responden (15%), dan tidak ada komunikasi terapiutik sebagian
ganguan 1 responden (5%). besar responden mengalami
Dengan lanjutnya usia, energi perubahan berada pada kategori
pelan-pelan berkurang, reaksi tidak ada gangguan sejumlah 10
terhadap kejadian di sekitarnya orang responden (50%), kemudian
menjadi lambat, daya kreatif dan diikuti dengan kategori ringan
inisiatif berangsur-angsur sejumlah 9 orang (45%) dan berat
menyempit dan pelan-pelan sebanyak 1 orang responden (5%).
menarik diri, seakan-akan Komunikasi merupakan alat
kepribadiannya terbungkus. yang efektif untuk mempengaruhi
Kelompok lansia dipandang tingkah laku manusia, sehingga
sebagai kelompok masyarakat komunikasi perlu dikembangkan
yang beresiko mengalami dan dipelihara terus-menerus.
gangguan kesehatan. Beberapa alasan yang
Masalah keperawatan yang mempengaruhi orang
menonjol pada kelompok tersebut berkomunikasi yaitu mengurangi
adalah meningkatnya disabilitas ketidakpastian, memperoleh
fungsional. Disabilitas fungsional informasi, menguatkan keyakinan
pada lansia merupakan respon dan mengungkapkan perasaan.
tubuh sejalan dengan Dalam berkomunaksi dengan
bertambahnya umur seseorang dan klien, perawat harus menggunakan
proses kemunduran yang diikuti tehnik pendekatan khusus agar
dengan munculnya gangguan tercapai pengertian dan perubahan
fisiologis, penurunan fungsi, perilaku klien.
gangguan afektif, gangguan Meskipun batasan usia
kognitif dan gangguan psikososial sangat beragam untuk
(Bondan P, 2006), salah satu menggolongkan lansia namun
bentuk gangguan kognitif yang perubahan-perubahan akibat dari
sering terjadi pada lansia adalah usia tersebut telah dapat
demensia (pikun). diidentifikasikan, misalnya
Sebelum diberikan perubahan pada aspek fisik berupa
komunikasi terapiutik sebagian perubahan neurologis dan
besar responden mengalami sensorik, perubahan visual,
gangguan fungsi kognitif ringan, perubahan pendengaran.
hal ini disebabkan karena pada Perubahan-perubahan tersebut
lansia telah terjadi penurunan dapat menghambat proses
fungsi fisik dan psikologis penerimaan dan interprestasi
sehingga menimbulkan berbagai terhadap maksud komunikasi.
macam gangguan yang salah Perubahan ini juga
satunya yaitu gangguan fungsi menyebabkan klayan lansia
kognitif. mengalami kesulitan dalam
berkomunikasi. Belum lagi
I MADE EKA SANTOSA 20

perubahan kognitif yang otak menjadi rileks dan


berpengaruh pada tingkat memberikan efek terapeutik yang
intelegensia, kemampuan belajar, membantu dalam peningkatan
daya memori dan motivasi klien. status fungsi kognitif responden.
Setelah diberikan komunikasi Hal ini diperjelas oleh Dryden &
terapiutik, responden mengalami Vos (1999) yang mengatakan pusat
perubahan berada pada kategori emosi otak berhubungan erat
tidak ada gangguan. Hal ini dengan sistem penyimpanan
disebabkan oleh efek dari memori jangka panjang, itulah
komunikasi terapiutik yang sebabnya kita dapat mengingat
diberikan membantu kelayan dengan mudah informasi apapun
merasa nyaman serta dapat yang mamiliki muatan emosi
menerima orang lain, sehingga tinggi. Kelemahan yang terjadi
dapat meningkatkan status fungsi pada klien terutama pada
kognitif kelayan. ektrimitas atas akan menghambat
3. Analisa pengaruh komunikasi kemampuan komunikasi klien baik
terapiutik terhadap tingkat melalui lisan dan tulisan.
kemampuan kognitif lansia yang Perawat perlu memperhatikan
mengalami demensia apakah ada kemampuan non verbal
Berdasarkan analisa statistik klien yang bisa ditunjukkan dalam
dengan menggunakan uji t-test rangka memberikan informasi
secara manual,didapatkan nilai t- kepada perawat. Oleh sebab itu
hitung = 19,624 > t-tabel= 1,729 komunikasi terapiutik perlu
dengan taraf signifikan 0,05. Hal dilakukan setiap saat untuk melatih
ini menunjukkan ada pengaruh kerja otak maka secara otomatis
komunikasi terapiutik terhadap memorinya juga ikut terlatih.
peningkatan kemampuan kognitif
lansia yang mengalami Demensia.
Komunikasi merupakan alat E. SIMPULAN & SARAN
yang efektif untuk mempengaruhi 1. Simpulan
tingkah laku manusia,sehingga Ada pengaruh komunikasi
komunikasi perlu dikembangkan terapiutik terhadap peningkatan
dan dipelihara terus- kemampuan kognitif lansia yang
menerus.Komunikasi yang mengalami Demensia di Dasan
direncanakan secara sadar dan Geria Kecamatan Lingsar
bertujuan serta kegiatannya Kabupaten Lombok Barat, dimana
difokuskan untuk kesmbuhan t-hitung =19,624 > t-tabel=1,729
pasien, dan komunikasi dengan signifikansi 0,05%.
professional yang mengarah pada Dengan demikian Ho ditolak dan
tujuan untuk penyembuhan pasien Ha diterima.
yang dilakukan oleh perawat atau
tenaga kesehatan lainnya disebut 2. Saran
sebagai komunikasi terapiutik. Komunikasi terapiutik
Komunikasi terapiutik diharapkan dapat dijadikan sebagai
memberikan efek yang dapat bahan masukan untuk penentuan
membangkitkan serta kebijakan dalam menangani dan
mengingatkan pada masa lalu yang merawat kelayan lansia yang
dianggap memiliki kenangan mengalami demensia dan kepada
tersendiri bagi responden, sehingga perawat sebagai pemberi
I MADE EKA SANTOSA 21

pelayanan di sarankan DAFTAR PUSTAKA


menggunakan komunikasi
terapiutik sebagai salah satu
intervensi bagi lansia yang Arikunto, S. 2002. Prosedur Penelitian
mengalami Demensia. Suatu Pendekatan Praktik. Jakarata:
Rineka Cipta
Arwani,(2002). Komunikasi Dalam
Keperawatan,EGC.Jakarta
Darmojo, B. 1999. Buku Ajar Geriatri.
Jakarta: Balai Penerbit FKUI
Darmojo, Boedhi. 2000. Beberapa
Masalah Penyakit Pada lansia.
Jakarya: Balai Penerbit FKUI
Fitri, Ika. 2009. http.//www.google.com.
Penyakit yang Sering Terjadi pada
Lansia
Hidayat, A. 2009. Metode Penelitian
Keperawatan dan teknik Analisis
Data. Jakarta: Salemba Medika
Hidayat, A. Azis. 2006. Pengantar KDM
dan Proses Keperawatan. Jakarta:
Salemba Medika
Hurlock, Elizabeth. 1997. Psikologi
perkembangan. Jakarta:EGC
Kaplan dan Sadock. 1997. Sinopsis
Psikiatri: Ilmu pengetahuan
Perilaku Psikiatris Klinis. Jakarta:
Binarupa Aksara
Lueckenotte. 1996. Gerontological
Nursing. Philadelphia. Mosby Year
Book
Liliweri,Alo.(2007). Dasar-Dasar
Komunikasi Kesehatan, Pustaka
Pelajar.Yogyakarta
Nugroho, W. 2008. Keperawatan
Gerontik dan Geriantrik. Jakarta:
EGC
Nursalam. 2008. Konsep dan penerapan
metodologi penelitian ilmu
keperawatan. Jakarta: Salemba
Medika
Nurjannah, Intansari.(2005).Komunikasi
Keperawatan Dasar-Dasar
Komunikasi Bagi
Perawat,mocomedika.Yogyakarta.
Saryono. 2010. Kumpulan Instrumen
Penelitian Kesehatan. Bantul: Nulia
Medika
I MADE EKA SANTOSA 22

Setiadi. 2007. Konsep & Penulisan Riset Siburian, P. 2007.


keperawatan. Yogyakarta: Graha http://www.waspada.co.id. Empat
Ilmu Belas Masalah kesehatan Utama
Stanly, Micky. 2006. Buku Ajar pada Lansia. 19/10/2010
Keperawatan Gerontik. Jakarta: Wartonah, T. 2003. KDM dan Proses
EGC keperawatan. Jakarta: Salemba
Medika

Anda mungkin juga menyukai