Anda di halaman 1dari 16

Perubahan Fonologis

Kata-Kata Serapan Dari Bahasa Arab


Dalam Bahasa Indonesia

Oleh, Muhajir

Abastrak : Penulis membahas perubahan buyi yang terjadi pada


penyerapan kata-kata Arab, dalam bahasa Indonesia. Pembahasan
dilakukan berdasarkan teori perubahan bunyi oleh Crawly. Data-data
yang digunakan adalah kata-kata sarapan yang terdapat dalam kamus
Besar Bahasa Indonesia. Kamus tersebut dipandang merupakan kamus
paling lengkap dan merupakan representasi mutakhir dari bahasa
Indonesia. Penulis mengungkapkan ada tiga jenis buyi, yakni perubahan
fonetis tanpa perubahan fonem, perubahan fonetis dengan perubahan
fonem, dan perubahan fonem tanpa perubahan fonetis. Perubahan buyi
yang dibahas disini adalah perubahan buyi yang tidak menimbulkan
perubahan makna. Pembahasan ini akan meliputi, yakni landasan teori
dan metode, serta perubahan-perubahan bunyi yang terjadi.

Kata kunci: Kata Serapan Dalam Bahasa Arab

Pendahuluan.

Penulis menyebutkan beberapa tipe perubahan bunyi yakni, lenisi


(linition) yang terdiri dari penghilangan gugus konsonan (cluster
reduction), apokope (apocope), sinkope (sincope), haplologi (haplology),
dan komprensi (compression), penambahan buyi (sound addition) yang
terdiri anaptikis (anaptyxis), epentesis (epenthesis), dan protesis
(prothesis), perubahan suara yang tidak biasa (abnormal sound change).
Teori perubahan bunyi yang dikemukakan oleh Crowly menyangkut
tataran kata, frasa, dan kalimat. Perubaha-perubahan yang menyangkut
ketiga tataran tersebut terjadi juga dalam proses penyerapan dari bahasa
Arab.
Oleh karena itu, penulis menganalisis melibatkan dua bahasa,
maka digunakan metode padan translasional. Metode padan digunakan
untuk memadankan unsur-unsur teranalisasi yakni kata-kata sarapan dari
bahasa Arab yang terdapat dalam bahasa Indonesia dengan alat. Penentu
kata asalnya dalam bahasa Arab. Dari perbandingan terhadap bunyi-
bunyi dan fonem-fonem pembentuk kata-kata pada kedua bahasa,
diketahuilah perubahan-perubahan bunyi yang terjadi sebagai akibat dari
proses penyerapan.

Berbagai Perubahan Bunyi yang Terjadi dalam Penyerapan


Penulis membahas jenis-jenis perubahan yang terjadi dan
penjelasanya masing-masing perubahan dengan contoh-contohnya.
Secara berturut-turut perubahan-perubahan tersebut adalah sebagai
berikut.

a. Lenisi

perubahan bunyi atau lenisi, adalah merupakan perubahan dari buyi yang
kuat berubah menjadi bunyi yang lemah. Ada bunyi-bunyi yang relatif
lebih kuat dan ada bunyi-bunyi yang relatif lebih kuat dan ada bunyi-
bunyi yang relatif lebih lemah dari bunyi lainnya.
Bunyi-bunyi bersuara dipandang sebagai bunyi-bunyi yang lebih kuat
dari pada bunyi-bunyi tak bersuara. Bunyi-bunyi hambat yang lebih kuat
dari pada bunyi kontinuan, konsonan lebih kuat dari pada semivokal,
bunyi oral lebih kuat dari pada bunyi glotal, vokal depan dan belakang
lebih kuat dari pada vokal pusat. Contoh dari pelemahan bunyi tersebut
dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 1. Lenisi pada kata Sarapan

No Kata Sarapan Transliterasi


1 Ijasah/ijazah Ijazah
2 Korban/kurban Qurban
3 Nasehat/nasihat Nashichah
4 Rela Ridha

Pelemahan terjadi pada bunyi bersuara /z/ menjadi bunyi tak bersuara /s/
yang terdapat dalam kata ijazah yang melemah menjadi ijasah. Pada kata
ijazah ini terdapat variasi bentuk yakni ijazah. Perubahan juga terjadi
pada vokal tinggi /u/ menjadi vokal sedang /o/ contohnya adalah qurban
menjadi korban kurban. Pelemahan vokal tinggi menjadi vokal sedang
/e/, hal itu terjadi pada kata nashichah yang berubah menjadi
nasehat/nasihat, dan ridha menjadi rela. Adapun perubahan yang menjadi
pada kata ridha menjadi rela menjadi dua perlemahan yakni bunyi /i/
menjadi bunyi /e/ dan bunyi /dh/ menjadi bunyi /i/.

b. Reduksi Konsonan Rangkap

konsonan rangkap adalah konsonan-konsonan yang berurutan di


dalam sebuah kata tanpa ada vokal yang disisipan di antaranya. Adapun
yang dimaksud dengan reduksi konsonan rangkap adalah pelepasan satu
konsonan pada konsonan rangkap. Dalam bahasa Arab terdapat dua
konsonan yang sama dan yang berurutan dalam sebuah kata. Setelah
diserap kedalam bahasa Indonesia terdapat penghilangan salah satu dari
konsonan rangkap tersebut. Dalam bahasa Arab konsonan rangkap hanya
terdapat ditengah dan diakhir kata saja. Contoh reduksi konsonan
rangkap ditengah kata dapat dilihat pada tabel 2.

Tabel 2. Reduksi Konsonan Rangkap di Tengah Kata

No Kata Sarapan Transliterasi


1 Musala Mushalla
2 Tamat Tammat
3 Tasawuf Tashawwuf

Contoh-contoh tersebut di atas menunjukkan adanya penghilangan salah


satu konsonan pada konsonan rangkap yang terdapat pada kata mushalla.
Demikian pula yang terjadi pada kata tammat dan kata tashawwuf.
Adapun reduksi konsonan rangkap di akhir kata, contohnya dapat dilihat
pada tabel 3.

Tabel 3. Reduksi Konsonan Rangkap di akhir kata.

No Kata Sarapan Transliterasi


1 dam damm
2 hak chaqq
3 jin jinn
4 Khath khathth
5 syak Syakk
6 khas chashsh

Semua kata tersebut di atas mempunyai konsonan rangkap di akhir kata.


Konsonan rangkap tersebut terlihat dengan jelas pada transliterasi dari
setiap kata. Oleh karena itu, di dalam bahasa Indonesia konsonan
rangkap pernah menduduki posisi utama akhir, maka semua konsonan
rangkap di akhir kata selalu mengalami pelepasan salah satunya. Secara
umum kedua jenis perubahan tersebut di atas dapat di maksukkan ke
dalam jenis sinkopi perubahan karena pelepasan bunyi di tengah kata
maupun apokopi perubahan yang disebabkan karena pelepasan bunyi di
akhir kata.

c. Aferesis

aferesis (aphaeresis) adalah penanggalan bunyi dari awal sebuah ujaran.


Pada umumnya penghilangan konsonan di awal kata serapan dari bahasa
ini adalah fonem /`/. Contoh penanggalan bunyi dapat dilihat pada tabel
4.

Tabel 4. Afesis pada Kata Sarapan

No Kata Sarapan Transliterasi


1 adil `adil
2 alim `alim
3 amal `amal
4 amaliah `amaliyyah
5 arab `arab
6 ilmiah `lmiyyah
7 inayah `inayah
8 umur `umur
9 unsur `unshur
Afesis yang terjadi dalam kata-kata sarapa dari bahasa Arab ini pada
umumnya adalah penghilangan fonem /`/ yang terletap pada posisi awal.
Selain, di dapatkan aferesis pada kata i`tiqat dan istirrachah yang
berubah menjadi tekad dan rehat/rihat terjadi penghilangan dua silabe, di
tengah di awal kata.

d. Apokope

apokope (apocope) adalah pemenggalan satu bunyi atau lebih dari ujung
kata. Perubahan yang disebabkan karena pelepasan bunyi-bunyi pada
akhir kata ini merupakan perubahan bunyi yang sangat lazim terjadi
dalam berbagai bahasa. Untuk kata-kata serapan dari bahasa Arab
biasanya pemenggalan bunyi terakhir terjadi pada ismul-mamdud, ismul-
manqush, ismul maqshur, dan ismul mansub.
Ismul mamdud adalah isim nomina yang huruf akhirnya hamzah
dan huruf akhirnya ya` tanpa titik dan harakat, sedangkan harakat huruf
sebelumya adalah kasrah. Sedangkan ismul maqshur adalah isim yang
huruf akhirnya berupa ya tanpa titik dan huruf sebelumya berharkat
fathah, sedangkan ismul manshub isim yang ber-ya nisbah di akhir.
Pelafalan akhir dari keempat isim tersebut selalu dilesapkan setelah
terserap dalam bahasa Indonesia. Contoh untuk masing-masing adalah
sebagai berikut.

Tabel 5. Apokope pada Ismul-Mamdud

No Kata Sarapan Transliterasi


1 baka Baqa`
2 fana Fana`
3 fukaha Fuqaha`
4 hawa Chawa`
5 juz Juz`
6 wudhu Wudhu`
Dalam bahasa Arab, akhir dari setiap isim tersebut di atas selalu dibaca,
seperti tampak pada transliterasinya. Akan tetapi, setelah terserap dalam
bahasa Indonesia pelafalan hamzah di akhir tersebut dilesapkan sehingga
kata baqa dan seterusnya sampai wudhu diucapkan dengan baka dan
wudhu.

Tabel 6. Apokope pada Ismul-Maqshur

No Kata Sarapan Transliterasi


1 Adha Adh-cha
2 Asyura `asyura
3 Aula aula
4 Dakwa Da’wa
5 Fatwa Fatwa
6 Musala Mushalla
7 Takwa Taqwa

Semua ismul-maqshur isim yang huruf akhirnya di dalam bahasa Arab


memang selalu tidak dilafalkan, akan tetapi selalu di tulis. Kebiasaan
tidak dilafalkan huruf terakhir tersebut terbawa setelah kata-kata terserap
dalam bahasa Indonesia.

Tabel 7. Apokope pada Ismul-Manqush

No Kata Sarapan Transliterasi


1 Dai Da`iy
2 Kadi qadhiy
3 Mahdi mahdiy
4 Muzaki muzkkiy

Semua ismul-maqush tersebut huruf akhirnya adalah ya` tanpa titik,


sedangkan harkat sebelumnya adalah kasrah. Dalam bahasa Arab huruf
akhir dari isim-isim tersebut tidak dilafalkan. Hal tersebut berlaku pula
setelah terserap kedalam bahasa indonesia.
Tabel 8. Apokope pada Ismul-Manshub

No Kata Sarapan Transliterasi


1 azali `azaliyy
2 badani badaniyy
3 bahri bachriyy
4 fitri fitriyy

Contoh-contoh tersebut di atas adalah isim yang huruf akhirnya ya`u`n-


nisbah tersebut dilafalkan dengan pendobelan huruf. Penambahan ya`u`-
nisbah ini menjadikan sebuah isim yang sebelumya berharakat tanwin
berubah pengucapannya menjadi berbunyi {i} tanpa ya` dobel (syaddah).
Kebiasaan pengucapan dalam bahasa Arab ini terbawa setelah kata-kata
tersebut diserap kedalam bahasa Indonesia.

e. Sinkope

singkope (syncope) adalah hilangnya bunyi di tengah kata. Perubahan


yang terjadi karena perlepasan bunyi-bunyi pada posisi tengah kata ini
sering menyebabkan terbentuknya urutan konsonan pada berbagai bahasa
yang semula tidak mengenalnya. Penghilangan bunyi ini paling banyak
ditemukan pada bunyi suprasegmental yakni mad pada vokal /a/, /i/, /u/.
Contoh untuk penghilangan jenis ini dapat dilihat.

Tabel 9. Sinkope pada Kata-kata Serapan

No Kata Sarapan Transliterasi


1 adil `adil
2 batin bathin
3 dhalim zhalim
4 hadir hadhir
5 huruf churuf
6 kamus qamus
7 karib qarib
Bunyi suprasegmental yang berupa pemanjangan selalu dihilangkan
setelah terserap kedalam bahasa Indonesia.

f. Kompresi

kompresi adalah proses pelepasan satu atau lebih selabe di akhir atau
tengah kata. Penghilangan terjadi pada kata tunggal dan kata yang
tersusun menjadi sebuah frase maupun kalimat. Contoh pelepasan
tersebut adalah kata sekarat (sakaratul-maut)

g. Penguatan Bunyi

penguatan bunyi adalah perubahan dari bunyi-bunyi yang relative lebih


lemah dari bunyi-bunyi yang secara relative lebih kuat. Tipe perubahan
ini adalah kebalikan dari pelemahan bunyi atau lenisi. Adapun contoh
dapat dilihat.

Tabel 10. Penguatan bunyi pada Kata-kata Serapan

No Kata Sarapan Transliterasi


1 Jaman Zaman
2 Paham Fahm
3 pikir Fikr

Perubahan bunyi /j/ yang merupakan perubahan dari /z/ terjadi pada kata
zaman yang sering berubah menjadi kata jaman. /z/ pda kata fahm yang
diserap menjadi paham, terjadi penguatan bunyi /f/ menjadi bunyi /p/
disebabkan bahwa bunyi /f/ bukan merupakan fonem pinjaman,
sedangkan fonem /p/ adalah fonem asli bahasa Indonesia. Pada kata
tersebut disamping terjadi penguatan bunyi /f/ menjadi /p/, juga terdapat
epentesis atau penambahan bunyi pada tengah kata, yaitu bunyi /a/.

h. Pengendaran Bunyi

oleh beberapa fonem khas bahasa Arab yang terserap dalam bahasa
Indonesia sering dilambangkan dengan dua huruf misalnya /?/ di tulis
dengan /ts/, /?/dengan /dz/dan /?/ dengan /dl/ maka sering terjadi
pengenduran dalam pengucapan. Pada pengenduran ini sebuah bunyi
bahasa Arab yang semua tunggal, berkembang menjadi suatu urutan
bunyi, masing-masing dengan ciri semula. Dari data yang penulis
temukan hanya beberapa kata saja, dan itupun merupakan variasi bentuk
pengucapan dari bentuk lainnya, contohnya untuk hal itu dapat
diketahui.
Tabel 11. Pengenduran bunyi pada kata-kata Serapan.

No Kata Sarapan Transliterasi


1 Ad-zan adzan
2 Had-lir Chadlir/chadhr
3 Mg-hrib maghrib
4 Mit-sal mitsal
5 Wud-lu Wudlu`/wudhu

Kata azan yang didukung oleh fonem /dz/ terdapat proses pengunduran
ciri-ciri fonetis dari fonem bahasa Arab /dz/ dan kemudian berubah
menjadi fonem bahasa Indonesia /d/ dan fonem /z/. Fonem bahasa
Arab /dz/ mengandung ciri apiko dental geser bersuara. Ciri-ciri apiko
dental terdapat dalam fonem bahasa Indonsia /d/, sedangkan siri fonem
geser terdapat dalam fonem bahasa Indonesia /z/. Kedua fonem bahasa
Indonesia tersebut yakni /d/-/z/ merupakan fonem bersuara.
Kata hadir yang mengendur pengucapannya menjadi had-lir
terdapat ciri fonetis dari fonem bahasa Arab /d-I/ menjadi fonem bahasa
indonesia /d/ dan /I/. Fonem /d-I/ mempunyai ciri-ciri fonetis apiko
alveolar terdapat dalam fonem bahasa Indonesia /d/. Kata bahasa Arab
magrib yang diserap menjadi maghrib terdapat pengenduran ciri-ciri
fonetis dari fonem bahasa Arab /g-h/ menjadi fonem bahasa indonesia
/g/dan /h/ menjadi fonem bahasa Indonesia /g/ dan /h/. Fonem bahasa
Arab /g-h/ mengandung ciri-ciri fonetis dorso-vilar, geser, bersuara.

I. Penambahan Bunyi

penambahan bunyi ini ada beberapa jenis yakni protesis, epentesis


(ekskresens atau anaptikis), dan paragog. Jenis perubahan yang berupa
penambahan bunyi cukup banyak dikemukakan pada kata-kata serapan
dari bahasa Indonesia. Penambahan itu terjadi ditengah maupun diakhir
kata. Jenis penambahan yang berupa protesis (prothesis) yakni
penambahan vokal atau konsonan pada awal kata untuk memudahkan
lafal.

j. Epentesis

Epentesis adalah penyisipan bunyi atau huruf kedalam kata, terutama


kata kata pinjaman untuk menyesuaikan dengan pola fonologis bahasa
pinjaman, gejala penambahan bunyi berupa penyisipan ini sering juga
disebut sebagai anaptikis. Penambahan vokal di tengah kata untuk
memisahkan dua konsonan. Penambahan yang paling lazim terjadi adalah
penambahan vokal /a/, /i/, dan /u/. Contoh masing-masing adalah sebagai
berikut. Penyisipan vokal /a/dalam gugus konsonan dapat diketahui dari
tabel.

Tabel 12. Penyisipan Vokal /a/ dalam Gugus Konsonan

No Kata Sarapan Transliterasi


1 akad `aqd
2 badan badn
3 faham fahm
4 lafal lafzh
5 mahar mahr

Vokal yang disisipkan pada gugus konsonan tersebut di atas adalah


sejenis dengan vokal sebelumya. Pada semua contoh tersebut di atas
vokal sebelumnya adalah vokal /a/ untuk itu, vokal yang disisipkan
adalah vokal /a/ seperti terlihat dalam contoh misal seperti kata sahm
dan shabar antara ham dan br disisipkan vokal /a/ sehingga menjadi
saham dan di antara konsonan br disisipkan vokal /a/ sehingga menjadi
sabar. Pada kata shabar terjadi pula perubahan konsonan /sh/ menjadi
konsonan /s/.
Penyisipan vokal /i/ pada gugus konsonan. Contoh dapat diketahui pada
tabel 13.

Tabel 13. Penyisipan Vokal /i/ dalam Gugus Konsonan

No Kata Sarapan Transliterasi


1 Fikih fiqh
2 isim ism
3 izin idzn
4 jilid jild
5 jisim jism

Vokal yang disisipkan pada gugus konsonan tersebut di atas adalah


sejenis dengan vokal sebelumya. Pada semua contoh tersebut di atas
vokal sebelumnya adalah vokal /i/. Seperti terlihat dari contoh, misalnya
kata fikh, fikr, dan witr disisipkan vokal /i/ sehingga menjadi fikih, dan
witir.
Penyisipan vokal /u/ pada gugus konsonan. Contohnya dapat diketahui
pada tabel 14.

Tabel 14. Penyisipan Vokal /u/ dalam Gugus Konsonan

No Kata Sarapan Transliterasi


1 uzur F`uzr
2 hukum chukm
3 dubur dubr
4 kufur kufr
5 kutub quthb

Vokal yang disisipkan pada gugus konsonan tersebut di atas adalah


sejenis dengan vokal sebelumnya. Pada semua contoh tersebut di atas
vokal sebelumya adalh vokal /u/. Untuk itu, vokal yang disisipkan
adalah vokal /u/ seperti terlihat dari contoh, misalnya kata hukm dan ufq
disisipkan vokal /u/ sehingga menjadi hukum dan ufuk.
k. Paragong

Paragong adalah penambahan bunyi pada akhir kata untuk keindahan


bunyi atau kemudahan lafal. Penambahan bunyi ini biasanya terjadi pada
posisi akhir sebuah kata yang berakhir dengan konsonan, dengan
penambahan vokal, namun biasanya hal ini sangat jarang terjadi.
Adapun perubahan yang disebabkan karena penambahan bunyi pada
akhirnya kata-untuk kata-kata serapan dari bahsa Arab ini contohnya
dapat di ketahui.

Tabel 15. Penyisipan vokal /u/ dalam Gugusan Konsonan

No Kata Sarapan Transliterasi


1 abdi `abdi
2 ahli ahl
3 haji chajj
4 perlu fardh
5 ilmu `ilm

Pakata kata tersebut di atas terjadi penambahan /i/ dan /u/. Penambahan
bunyi /a/ tidak ditemukan. Kata-kata yang mengalami penambahan
vokal /u/ dan /i/ di akhir tersebut kemungkinan berasal dari bahasa tamil
atau bahasa Parsi. Untuk itu, hal ini perlu diteliti lebih lanjut. Menurut
suatu penelitian ”kata-kata bahasa Arab dari bahasa serapan bahasa
Parsi. Demikian pula projek penelitian etimologi yang dilakukan oleh
Jones (1978) yang memuat kata-kata serapan dari bahasa Parsi dan
bahasa Arab juga tidak terdapat pernyataan bahwa kata-kata tersebut
berasal dari bahasa Parsi.

M. Metatesis

Metatesis (metathesis) adalah perubahan letak huruf, bunyi, aytau suku


kata dalam kata. Perubahan ini jarang terjadi, dalam penyerapan kata
dari bahasa Arab. Dari kata yang terkumpul hanya didapatkan sebuah
kata yang mengandung perubahan metatesis ini, yakni kata seluar/
serawal (sirwal) proses metatesis yang terjadi pada waktu perubahan
katasirwal mula-mula mengalami pelemahan bunyi /i/s/i/rwal menjadi
/e/ sehingga menjadi seluar, dan terjadi juga variasi bentuknya yakni
serawal. Perubahan karena bergabungnya dua bernyi yang berbeda
menjadi sebuah bunyi tunggal dan kemudian mengandung sejumlah ciri
fonetis dari kedua bunyi semula disebut sebagai monoftongisasi. Kata-
kata serapan yang mengalami proses perubahan bunyi ini dapat
diketahui dari tabel 16

Tabel 16. Monoftongisasi pada Kata-kata Serapan

No Kata Sarapan Transliterasi


1 hebat haibah
2 kemah khaimah
3 medan maidan
4 syekh syaikh
5 setan syaithan

Jika dicermati gejala monoftonggisasi ini terjadi pada kata-kata serapan


yang mengandung diftong /ai/ adalah chairan, haibat, dan maidan, serta
khaimah. Adapun yang berdiftong tersebut berubah menjadi sebuah
bunyi, sehingga terjadilah kata heran, hebat, medan, dan tobat.

a. Asimilasi

asimilasi (assimilation) adalah peroses perubahan bunyi yang


mengakibatkan mirip atau sama dengan bunyi lain didekatnya.
Perubahan bunyi ini biasanya disebabkan oleh pengaruh bunyi lain,
yakni jika sebuah bunyi menyebabkan bunyi lain berubang sehingga
bunyi tersebut menjadi hampir. Sama atau mirip satu sama lain. Adapun
contoh untuk asimilasi tersebut adalah kata mimbar (minbar) mungkar
(munkar) mungkin (mumkin) bunyi /m/ dan /n/ pada kata mumkin,
munkar berubah menjadi /?/ karena pengaruh bunyi /k/ yang merupakan
bunyi dorso-velar, bunyi /m/ dan /n/ berubah menjadi bunyi /n/ yang
merupakan bunyi dorso-vilar. Perubahan dari /m/ dan /n/masih
mempertahankan ciri-ciri asalnya.
Asimilasi yang terjadi pada fonem-fonem dari contoh-contoh tersebut di
atas merupakan asimilasi regresif, yakni perubahan bunyi yang
disesuaikan dengan ciri-ciri bunyi yang mengikutinya dan merupakan
asimilasi persial atau asimilasi sebagian.

b. Disimilasi

disimilasi adalah perubahan yang terjadi bila dua bunyi yang sama
berubah menjadi tak sama. Perubahan yang berupa disimulasi ini tidak
begitu banyak ditemukan pada kata-kata serapan dari bahasa Arab.
Contonya terbatas pada kata absah (afsah) jamhur (jumhur). Pada kata
afshach yang berubah menjadi absah terjadi disimilasi dari bunyi /f/
yang merupakan bunyi geser menjadi bunyi /b/ sehingga menjadi tidak
serupa dengan bunyi /s/ yang mengikutinya yang juga merupakan bunyi
geser. Perubahan dari /f/ menjadi /b/ juga merupakan penguatan bunyi
pada contoh yang kedua, kata jumhur yang berubah menjadi jamhur,
vokal /u/ berubah menjadi vokal /a/ sehingga menjadi tidak serupa
dengan vokal lain dalam kata tersebut, yakni, yakni /u/.

c. pemecahan Vokal

pemecahan vokal merupakan pemecahan dari sebuah vokal yang


menjadi dua buah vokal. Sebagaimana penulis temukan kata-kata ang
mengalami perubahan berupa pemecahan vokal tersebut. Contohnya
tersebut terbatas pada kata Aidul Fitri (`idul-fitri) dan Aidul Adha
(`idul-adhcha).

d. Penyingkatan

dari data yang ditemukan ada kata yang berubah dengan perubahan tidak
seperti peruban-perubahan yang lainya, yakni kata duliah merupakan
penyingkatan dari a`udzubi`l-lah. Kata astagfiru``i-lah dalam bahasa
Arab merupakan kalimat sempurna. Setelah terserap terjadi pelepasan
salah satu konsonan yakni, /i/ yang semula yang merupakan konsonan
ganda, kemudian diikuti dengan penghilangan silabe fi-rul. Proses
selanjutnya adalah penghilangan /h/ di akhir kata, dan akhirnya menjadi
kata astaga.

Penutup

Berdasarkan teori Crawly tentang perubahan bunyi, ternyata ada


beberapa perubahan bunyi yang tidak ditemukan dalam penyerapan
kata-kata Arab dalam bahasa Indonesia, yakni haplologi, reduksi, gugus
konsonan. Protesis penambahan bunyi di awal kata, dan perubahan
bunyi tak normal. Akan tetapi, ditemukan dua gejala perubahan lain
yakni monoftongisasi dan penyingkatan.
Daftar Pustaka

Baroroh-Baried, Siti. 1870. Bahasa Arab dan Perkembangan Bahasa


Indonesia. Universitas gadjah Mada, Yogyakarta
Crawly, Terry. 1987. An Introduction to Historical Linguistic.
University of Papuan New Guinea Press. University of The
South Pacific. Papua New Guinea.
Jones. Russel. 1978. Arabic Loan-Words in Indonesian. School of
Orietal and African Studies University of London, London.
Kridalaksana. 1984. Kamus Linguistik. Gramedia, Jakarta.
Munjid, Shalachu`d-Din.1978 Al-Mufashshal fil-Alfazhil-Farisiyyatil
Mu`arrabah. Iran
Tim Penyusunan Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.
1993. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Balai Pustaka, Jakarta.
Weinreich. Uriel. 1970. Languages in Contact: Findings and Problems.
The Hague, Den Hagg.

Anda mungkin juga menyukai