Anda di halaman 1dari 23

SINTESIA DAN SIMULASI PROSES

FORMALDEHYDE

Kelompok 6
Disusun Oleh :
Dithia Putri Andika (122018010)
Reza Ommami Olivia (122018015)
Ahmad Khasanudin (122018018)
Aryu Mulya Sari (122018037)

Dosen Pembimbing:
Dr. Eko Ariyanto, S.T., M.Chem.,Eng.
NIP/NIDN: 1671031706750003/0217067504

TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG
TAHUN AJARAN 2021
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah tentang Formaldehyde ini.
Makalah ilmiah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan
bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah
ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak
yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca
agar kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.
Akhir kata kami berharap semoga ini dapat memberikan manfaat
maupun inpirasi terhadap pembaca.

Penyusun

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................................ii
DAFTAR ISI............................................................................................................................iii
BAB I.......................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.....................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang...........................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah......................................................................................................2
1.3 Tujuan..........................................................................................................................2
BAB II......................................................................................................................................3
PEMBAHASAN.......................................................................................................................3
2.1 Formaldehyde............................................................................................................3
2.2 Kegunaan Formaldehyde.........................................................................................3
2.3 Spesifikasi Bahan Baku dan Produk.......................................................................5
2.3.1. Bahan Baku Utama............................................................................................5
2.3.2. Bahan Baku Penunjang.....................................................................................7
2.3.3. Produk Utama....................................................................................................8
2.3.4. Produk Samping.................................................................................................9
2.4 Proses Produksi Formaldehyde.............................................................................9
2.4.1. Simulasi Proses Metal Oxide Catalyst..........................................................10
2.4.2. Simulasi Proses Silver Catalyst......................................................................11
2.4.3. Perbandingan Sifat Katalis.............................................................................12
2.4.4. Perbandingan pada Pabrik dengan Proses Metal Oxide Catalyst dan
Silver Catalyst.............................................................................................................13
2.5 Analisa Kapasitas Produksi Formaldehyde 2022..............................................14
2.5.1. Prediksi Kebutuhan Formaldehid di Indonesia.........................................14
2.5.2. Analisa Produksi pada Tahun 2022.............................................................15
BAB III..................................................................................................................................16
PENUTUP.............................................................................................................................16
3.1 Kesimpulan...............................................................................................................16
3.2 Saran..........................................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................18

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Formaldehid memiliki rumus molekul CH 2O dengan berat molekul sebesar
30,03 gram/mol. Formaldehid merupakan bentuk seri atau rangkaian dari aldehida
alifatik. Formaldehid dipasaran lebih dikenal dengan formalin atau methanal.
Formaldehid merupakan gas yang tidak berwarna dan memilki bau khas yang
menyengat. Selain itu adanya bahan pengotor yang bersifat polar seperti asam,
alkali dan air dapat mempercepat proses polimerisasi. Gas formaldehid mudah
larut dalam air, alkohol, dan pelarut polar lainnya pada kondisi suhu rendah.
Formaldehid mudah direduksi menjadi methanol oleh hydrogen dengan katalis
logam maupun oksida logam seperti platinum, tembaga, krom, alumina (Kirk-
Othmer, 1994). Pembuatan formaldehid terdiri dari bahan baku methanol dan
oksigen, proses yang digunakan ada dehidrogenasi dan oksidasi. Katalis yang
digunakan terdiri dari dua macam yaitu katalis perak (perak dan tembaga) dan
logam oksida (Fe2O3 dan MoO3) (US Patent No. 7,381,851 B2, 2008).
Salah satu produsen formaldehid terbesar di Indonesia adalah PT. Wiranusa
Trisatrya dengan kapasitas 90.000 ton/tahun dan PT Intan Wijaya Chemical
Industry dengan kapasitas 61.500 ton/tahun. Formaldehid banyak digunakan pada
industri polywood dan plastik. Dalam industri polywood, penggunaan formaldehid
sebagai resin amino dan Phenolic. Sedangkan pada industri plastic formaldehid
digunakan sebagai bahan baku dan bahan pembuatan resin asetal (Kirk-Othmer,
1994).
Kebutuhan impor formaldehid menurut Badan Pusat Statistik Indonesia
pada tahun 2012 sampai 2016 mengalami peningkatan sebesar 0,305% meskipun
beberapa industri formaldehid telah berdiri di Indonesia (Badan Pusat Statistik,
2012). Indonesia mengimpor formaldehid dari Negara China.

1
Maka dari itu pendirian pabrik formaldehid tepat dikarenakan di Indonesia
masih terdapat adanya impor dari negara lain. Diharapkan dengan pendirian
pabrik formaldehid dapat meningkatkan adanya ekspor produk formaldehid ke
negara lain.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa saja kegunaan Formaldehyde dalam Industri ?
2. Analisa proses manakah yang lebih baik dalam produksi Formaldehyde,
Gambarkan simulasi prosesnya !
3. Analisa kapasitas produksi Formaldehyde pada tahun 2022 !

1.3 Tujuan
1. Mengetahui tentang kegunaan Formaldehyde pada Industri .
2. Mampu menganalisa dan mengetahui proses produksi yang lebih baik,
serta dapat menggambarkan prosesnya.
3. Mampu menganalisa kapasitas produksi Formaldehyde pada tahun 2022.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Formaldehyde
Formaldehid merupakan senyawa dari gugus aldehid yang paling
sederhana. Biasanya dijual dalam bentuk larutan yang mengandung 37% berat gas
formaldehid dalam air dan mengandung 10-15% metanol yang ditambahkan untuk
mencegah polimerisasi. Larutan formaldehid juga terkenal sebagai formalin 100%
atau formalin 40.
Formaldehid mempunyai banyak kegunaan terutama untuk menghasilkan
resin bersama dengan urea, melamin, dan phenol, dan sebagai bahan intermediet
untuk sintesis senyawa kimia lainnya seperti 1,4 butanadiol, trimethylol propan,
neopentil glikol, penta erytrhitol, Nitrilo Triacetic Acid (NTA), EDTA (Ehtylen
Diamine Tetraacetic Acid), dan hexamethylen tetramin (Ullman's, 1988).
Penggunaan formaldehid secara langsung sebagai penghambat korosi, desinfektan,
bahan pengawet, elektroplating, juga digunakan dalam industri kosmetik (Ullman's,
1988). Selain itu turunan-turunan formaldehid banyak digunakan dalam industry
lain, seperti dimetilol dihidroksi etilen dalam industri tekstil untuk menghasilkan
kain tekan permanent, piridin untuk industri bahan kimia pertanian,
paraformaldehid untuk penghambat korosi, pencari hydrogen sulfide, dan biosida
dalam produksi minyak (Othmer dan kirk, 1994).

2.2 Kegunaan Formaldehyde


Salah satu jenis industri kimia yang penting keberadaannya adalah industri
formaldehida. Formaldehida atau formaldehyde adalah senyawa dari gugus
aldehida, yang merupakan salah satu bahan kimia organik yang sangat penting
dalam industri kimia. Bahan kimia ini banyak digunakan sebagai bahan baku

3
maupun bahan pembantu dalam berbagai industri, menjadikan formaldehid
memiliki nilai strategis dalam perkembangan dunia industri.
Beberapa sektor industri yang membutuhkan formaldehyde :
1. Industri Tekstil
Turunan formaldehida, n-Methylol digunakan sebagai bahan pembantu
untuk memproduksi tekstil yang tahan lipatan, sukar hancur dan tidak
mudah kusut.
2. Industri kertas
Formaldehida digunakan sebagai bahan pembantu untuk memproduksi
kertas yang tidak mudah kusut dan tahan terhadap minyak.
3. Industri minyak bumi
Formaldehida digunakan sebagai pemurni dan penyaring untuk bahan
bakar cair dan produk hidrokarbon lain.
4. Industri kesehatan dan farmasi
Formaldehyde digunakan sebagai bahan untuk mengurangi efek racun
yang disebabkan oleh virus, gigitan ular atau reptil lainnya.
Selain memenuhi kebutuhan industri, formaldehyde juga dibutuhkan oleh
beberapa sektor lainnya. Dalam bidang pertanian, senyawa ini digunakan sebagai
bahan pendukung dalam pembuatan pupuk urea. Dalam bidang medis,
formaldehida digunakan untuk pengeringan kulit.

Formaldehid mempunyai beberapa kegunaan, antara lain sebagai berikut


(Kirk-Othmer, 1994):
1. Sebagai resin amino dan Phenolic yang dimanfaatkan sebagai perekat
untuk mengikat peroduk kayu.
2. Sebagai plastik rekayasa (1,4-Butanediol) yang terbuat dari formaldehid
dan asetilena.

4
3. Sebagai bahan pembuatan poliol (alkohol) yang dapat dimanfaatkan
sebagai resin alkyd, pelumas sintetis, pelapis, plastic, busa dan bahan
peledak.
4. Resin bahan pembuatan resin asetal yang dapat dimanfaatkan sebagai
plastik kinerja untuk suku cadang otomotif.
5. Sebagai bahan pembuatan tekstil untuk menghasilkan kain tekan
permanen dan kain tahan api, yang terbuat dari turunan formaldehid
seperti dimetelol dihidroksietilen.
6. Sebagai fungisida, cairan pembalseman, pengawet silase, dan disinfektan
yang terbuat dari turunan formaldeihid.

2.3 Spesifikasi Bahan Baku dan Produk


2.3.1. Bahan Baku Utama
1. Methanol (CH3OH)
a. Sifat-sifat fisika CH3OH (Perry dkk, 1999):
- Berat molekul : 32,04 g/mol
- Bentuk : cairan
- Titik didih : 64,7 oC
- Titik lebur : -97 oC
- Rumus molekul : CH3OH
- Spesifik grafity : 0,79220/4
- Solubility in water: miscible (sangat larut dalam air)
b. Sifat-sifat kimia CH3OH (Kirk-Othmer, 1994):
- Methanol mengalami reaksi khas tipe alkohol pada reaksi kimia.
Dehidrogenasi dan oksidasi dapat menjadi formaldehid dengan katalis
perak atau katalis molibdenum oksida merupakan factor yang penting
dalam pembuatan industry formaldehid.

5
- Reaksi dehidrogenasi methanol
CH3OH(g) CH2O(g) + H2(g)
- Reaksi oksidasi methanol
CH3OH (g) + 1/2 O2 (g) CH2O (g) + H2O (g)
- Asam asetat dapat diproduksi secara langsung antara karbonmonoksida
dengan methanol menggunakan katalis rhodium atau kobalt.
CH3OH + CO CH3COOH
- Methanol dapat didehidrasi menggunakan katalis asam untuk menghasilkan
dimetil eter dan air.
2CH3OH CH3COOH

2. Oksigen (O2)
a. Sifat-sifat fisika O2 (Perry dkk, 1999):
- Berat molekul : 32 g/mol
- Bentuk : gas
- Titik didih : -183 oC
- Titik lebur : -218,4 oC
- Rumus molekul : O2
- Spesifik grafity : 1,14-188
- Solubility in water (25 oC) : 0,0283 (L/L)
b. Sifat-sifat kimia O2 (Kirk-Othmer, 1994):
- Oksigen bereaksi dengan semua elemen lain kecuali cahaya, gas helium
langka, neon, dan argon. Reaktan biasanya harus diaktifkan dengan
pemanasan sebelum reaksi berlangsung dengan laju yang cukup besar.
Untuk unsur-unsur tertentu, seperti rubidium dan cesium logam alkali,
energi aktivasi yang disediakan pada suhu kamar maka reaksi kimia
menjadi spontan setelah kontak.
- Tingkat oksidasi sebagian dikendalikan oleh area yang tersedia untuk
kontak oksigen, misalnya, tambalan besi berkarat jauh lebih cepat daripada

6
sepotong besi padat. Pada beberapa logam, seperti aluminium, lapisan
permukaan oksida melekat dan kontinu sehingga mencegah akses oksigen
lebih lanjut ke logam yang tidak teroksidasi. Namun, lembaran aluminium
yang terbagi halus atau tipis dapat meledak dalam oksigen cair.
- Reaksi oksidasi dalam pembuatan formaldehid
1/2 O2 (g) + CH3OH(g) CH2O(g) + H2O(g)

2.3.2. Bahan Baku Penunjang


1. Katalis Ferri Oksida (Fe2O3)
Komposisi yang dibutuhkan sebagai katalis reaksi sebesar 19%
a. Sifat-sifat fisika Fe2O3 (Perry dkk, 1999):
- Berat molekul : 159,70 g/mol
- Bentuk : padatan kristal
- Titik lebur : 1560 oC
- Rumus molekul : Fe2O3
- Spesifik grafity : 5,12
b. Sifat-sifat kimia Fe2O3 (US PATENT 1,455,060, 1923):
- Sulfat dapat terdekomposisi dengan suhu tinggi menjadi ferri oksida, sulfur
dioksida dan sulfut trioksida.
Fe2(SO4)3 + Heat Fe2O3 + 3SO3
Fe2SO4 + Heat Fe2O3 + SO3 + SO2

2. Katalis Molibdenum Trioksida (MoO3)


Komposisi yang dibutuhkan sebagai katalis reaksi sebesar 81%
a. Sifat-sifat fisika MoO3 (MSDS NM&CC, 2015):
- Berat molekul : 143,95 g/mol
- Bentuk : padatan kristal
- Titik didih : 1155 oC
- Titik lebur : 795 oC

7
- Rumus molekul : MoO3
- Spesifik grafity : 4,5019,5
b. Sifat-sifat kimia MoO3 (Kirk-Othmer, 1994):
- Dalam kondisi tertentu molibdenum trioksida bereaksi dengan bromine
pentafluoride (BrF5), chlorine trifluoride (CIF3) dan zat pereduksi, misalnya
karbon / grafit, natrium , potasium, magnesium, dan litium.

2.3.3. Produk Utama


1. Formaldehid (CH2O)
a. Sifat-sifat fisika CH2O (MSDS E, 2017):
- Berat molekul : 30,03 g/mol
- Bentuk : cairan tidak berwarna
- Titik didih : 96-101 oC
- Titik lelih : -15 oC
- Rumus molekul : CH2O
- Spesifik grafity : 1,08-1,0975
- Solubility in water (20oC): 20g/100g (20%) (dikutip dari Keyes)
b. Sifat-sifat kimia CH2O (Kirk-Othmer, 1994):
- Formaldehid memiliki sifat yang reaktif dan digunakan sebagai zat
intermediet
- Berbentuk larutan monomer anhidrat, polimer, dan turunannya
- Mudah direduksi oleh hydrogen menjadi methanol dengan menggunakan
katalis logam dan oksida logam
- Reaksi 4 mol formaldehid dengan asetaldehid dapat menghasilkan
pentaeritriol (PE) untuk polimerisasi sebagai bahan pembuatan plastic,
rekasinya yaitu:
3 CH2O + CH3CHO C(CH2OH)3CHO
C(CH2OH)3CHO + CH2O + NaOH C(CH2OH)4 + HCOONa
(Pentaeritriol)

8
2.3.4. Produk Samping
1. Air (H2O)
a. Sifat-sifat fisika H2O (Perry dkk, 1999):
- Berat molekul : 18,016 g/mol
- Bentuk : cairan
- Titik didih : 100 oC
- Titik lebur : 0 oC
- Rumus molekul : H2O
- Spesifik grafity : 1,004
b. Sifat-sifat kimia H2O (Kirk-Othmer, 1994):
- Karbon dioksida yang larut membentuk asam karbonat
CO2 + H2O H2CO3
- asam berdisosiasi untuk membentuk ion bikarbonat dan ion hidrogen
HCO3- CO32- + H+

2.4 Proses Produksi Formaldehyde


Formaldehid dengan rumus kimia HCHO kali pertama disintesis pada tahun
1859 ketika Betrelov menghidrolisis metilen asetat dan mencatat adanya bau khas
dari larutan yang dihasilkan. Tahun 1867 Hofmann mengidentifikasi formaldehid
yang dia peroleh dengan melewatkan uap metanol dan udara di atas spiral
platinum yang dipanaskan. Metode ini masih merupakan dasar cara pembuatan
formaldehid meskipun dengan katalis lain (Ullman's, 1988).
Pemilihan suatu proses didasarkan pada proses yang memberikan
keuntungan yang lebih besar dipandang dari segi teknik maupun ekonomis. Untuk
menentukan pemilihan proses yang tepat diperlukan beberapa macam proses
pembuatan formaldehid.
Proses yang biasa digunakan dalam pembuatan formaldehid secara umum
ada 2 yaitu, sebagai berikut :

9
2.4.1. Simulasi Proses Metal Oxide Catalyst
Gambar 1 menyajikan simulasi proses dengan katalis Molybdenum dan iron
oxide pada ASPEN PLUS. Model NRTL (Non-Random Two Liquids) digunakan
sebagai fluid package. Udara dan Metanol digunakan sebagai bahan awal. Metanol
dan udara pada awalnya dicampur dan dikirimkan ke pre-heater dimana suhu
campuran meningkat dari 27 OC menjadi 107 OC. Campuran tersebut menuju ke
reaktor. Reaktor tersebut adalah reaktor tipe Shell and Tube. Campuran reaksi
memasuki reaktor dalam sisi tabung berisi katalis pada 107 OC. Reaksi terjadi di
sini dan air serta formaldehida dihasilkan. Sisi shell mengandung DTH (Dowtherm
heat transfer media), yang digunakan untuk mengekstraksi panas berlebih dari
reaksi, yaitu reaksi eksotermis yang menghasilkan energi 159 KJ/mol. Titik didih
O
DTH sekitar 260 C sama dengan suhu di dalam reaktor, sehingga DTH
meninggalkan sisi shell reaktor sebagai uap. DTH menuju ke kondensor dimana
uap DTH mengembun kembali ke keadaan cair dan terakumulasi dalam tangki
DTH. Sesuai kebutuhan, DTH kembali masuk ke reaktor dan siklus berlanjut.
Campuran (produk dan reaktan yang tidak bereaksi) yang meninggalkan sisi tube
berada pada suhu 280 OC. Karena campuran ini berada pada suhu yang sangat
tinggi, maka panas dari campuran ini dapat dimanfaatkan. Campuran ini bergerak
ke sisi shell dari pre-heater untuk memanaskan campuran reaksi yang masuk.
Setelah pemanasan awal campuran yang masuk, ia meninggalkan sisi shell pre-
heater pada suhu 150 OC dan menuju ke kolom absorpsi dari sisi bawah. Air pada
suhu 37 OC disemprotkan dari atas kolom absorpsi. Jumlah air yang disemprotkan
sangat penting karena menghasilkan konsentrasi produk akhir yang diperlukan.
O
Formalin dikeluarkan dari bawah. Suhu produk yang keluar adalah 27 C.
Campuran reaksi yang tidak bereaksi yaitu CH3OH, O2, N2 dihilangkan sebagai gas
dari bagian atas kolom absorpsi pada suhu 23 OC.

10
Gambar 1. Simulasi Proses Metal Oxide Catalyst

2.4.2. Simulasi Proses Silver Catalyst


Gambar 2 menyajikan simulasi ASPEN PLUS dari proses formaldehida dengan
katalis perak. NRTL dipilih sebagai paket fluida. Temperatur reaksi untuk proses
ini sekitar 600 OC - 650 OC. Proses ini tidak menggunakan siklus DTH. Udara
dialirkan melalui kompresor kemudian dicampur dengan methanol menggunakan
mixer. Campuran reaksi langsung masuk ke reaktor dari mixer karena pre-heater
tidak digunakan dalam proses ini. Reaktor adalah reaktor tipe Fixed Bed Catalyst
yang dilengkapi unggun katalis. Reaksi terjadi di unggun katalitik dan air
quenching digunakan di dasar reaktor untuk mendinginkan produk. Campuran
produk dan reaktan yang tidak bereaksi memasuki kolom absorpsi dari bawah
dimana air dihujani dari atas. Campuran reaksi yang tidak bereaksi dikeluarkan
dari atas sebagai gas lepas, udara didaur ulang dari gas lepas ini dan kembali
diteruskan ke mixer sementara produk dikeluarkan dari dasar. Produk masuk ke
kolom distilasi tempat pemisahan terjadi dan kita mendapatkan formalin sebagai
produk bawah dan metanol sebagai produk atas, yang kemudian didaur ulang.

11
Gambar 2. Simulasi Proses Silver Catalyst

2.4.3. Perbandingan Sifat Katalis


Sifat katalis oksida molybdenum dan oksida perak yang digunakan dalam proses
produksi ini ialah konversi Metanol pada molybdenum oksida adalah 99% dan pada
oksida perak adalah 85%. Umur katalis molybdenum oksida adalah 12-18 bulan dan
proses berbasis oksida perak adalah 3–8 bulan. Porositas katalis molybdenum oksida
adalah 0,7 dan katalis oksida perak adalah 0,5. Umur katalis perak sangat tergantung
pada kondisi operasi formaldehida reaktor. Katalis perak di pabrik formaldehida
biasanya digunakan untuk jangka waktu beberapa bulan hingga setahun tergantung
pada suhu reaksi dan tekanan. Umumnya, sintering terjadi di katalis perak karena suhu
reaksi, yang menghasilkan penurunan tekanan tinggi di atas unggun, yang menurunkan
kinerja katalis. Teramati bahwa proses pemberat air memperpanjang umur katalis
dengan memasukkan air dengan kapasitas panas tinggi terkait yang mendistribusikan
panas secara merata di atas unggun katalis sehingga meminimalkan pembentukan
kokas dan sintering. Tujuan kami adalah perbandingan kinerja dari kedua proses
berdasarkan ukuran pabrik, biaya instalasi dan utilitas, dan keseimbangan material dan
energi.

12
2.4.4. Perbandingan pada Pabrik dengan Proses Metal Oxide Catalyst dan
Silver Catalyst
Dapat diamati dari hasil bahwa jumlah metanol yang digunakan sedikit
berbeda, tetapi jumlah udara bervariasi secara signifikan dalam kedua proses
tersebut. Di pabrik katalis molibdenum oksida, methanol digunakan pada
kecepatan 46,25 kmol / jam sedangkan itu digunakan pada kecepatan 49,9 kmol /
jam dalam pabrik katalis perak. Jumlah oksigen yang dikonsumsi pada pabrik
katalis perak adalah 27,56 kmol / jam sedangkan jumlahnya oksigen yang
dibutuhkan berada pada kecepatan 15,12 kmol / jam. Oleh karena itu, kebutuhan
oksigen yang lebih rendah di dalam pabrik katalis perak menurunkan biaya utilitas
serta mengurangi ukuran peralatan yang digunakan. Biaya modal dalam pabrik
katalis perak lebih besar karena adanya kolom distilasi tambahan namun ukuran
pabrik secara keseluruhan lebih kecil. Masa pengembalian modal pabrik katalis
perak adalah 2,8 tahun sedangkan pabrik katalis molybdenum membutuhkan 3,5
tahun. Masa pengembalian modal yang lebih pendek dalam pabrik katalis perak
disebabkan oleh biaya utilitas yang lebih rendah dalam proses produksinya.
Regenerasi perak katalis juga mungkin. Oleh karena itu, dari hasil tersebut kita
dapat melihat bahwa pabrik katalis perak memiliki biaya utilitas yang lebih rendah,
waktu pengembalian modal yang lebih pendek, kebutuhan oksigen yang lebih
rendah, dan ukuran yang ringkas dibandingkan molybdenum.
Kinerja dua katalis dipelajari secara bersamaan dan hasilnya dibandingkan.
Pabrik katalis molibdenum memiliki ukuran pabrik yang lebih besar, biaya utilitas
yang tinggi, tetapi biaya instalasi yang rendah.
Selain itu, ia memiliki konversi metanol menjadi produk yang lebih tinggi
yaitu 99%. Pada pabrik katalis perak hanya membutuhkan setengah jumlah udara
dibandingkan dengan proses berbasis molibdenum, sehingga memiliki ukuran
pabrik yang ringkas, biaya instalasinya tinggi, tetapi biaya utilitasnya rendah.
Selain itu, konversi metanolnya lebih sedikit dalam proses ini yaitu, 75–85%

13
dibandingkan dengan proses berbasis molibdenum. Berdasarkan studi banding dan
perhitungan, proses produksi formaldehida dengan katalis perak lebih baik
digunakan pada skala industri.

2.5 Analisa Kapasitas Produksi Formaldehyde 2022


2.5.1. Prediksi Kebutuhan Formaldehid di Indonesia
Penentuan kapasitas pabrik formaldehid didasarkan pada data impor
formaldehid di Indonesia, seperti tertera pada tabel berikut :

Tabel 1. Data Impor Formaldehyde di Indonesia

Tahun Impor (ton/tahun)


2016 3110
2017 4740
2018 1
2019 1
2020 2
(Sumber : Data Statistik Perdagangan Luar Negeri Indonesia BPS, 2021)

14
Import Formadehye pada tahun 2016-2020
4740
berat bersih (dalam ton) 5000

4000
3110
3000

2000

1000
1 1 2
0
2015.5 2016 2016.5 2017 2017.5 2018 2018.5 2019 2019.5 2020 2020.5
hubungan antara tahun dengan Impor Formadehye

Dari tabel tersebut dibuat suatu regresi linear dengan menggunakan

Gambar 3. Grafik Impor Formaldehyde di Indonesia


program Ms. Excel
Dari grafik diatas berlaku suatu persamaan regresi linear, yaitu :
y = ax + b
dimana, a = -1.095,5
b = 2.212.289,8
x = tahun
y = kebutuhan produk pada tahun x (ton/tahun)
maka :
y = ax + b
y = -1.095,5x + 2.212.289,8 ………………….persamaan (1)

Prediksi kebutuhan formaldehyde pada tahun 2022 dihitung dengan


persamaan (1) sebagai berikut :
y = -1.095,5x + 2.212.289,8
y = -1.095,5(2022) + 2.212.289,8
y = -2.811,2 ton/tahun

2.5.2. Analisa Produksi pada Tahun 2022

15
Setelah didapat prediksi kebutuhan di Indonesia pada tahun 2022 adalah
-2.811,2 ton/tahun yang mana menunjukkan bahwa Indonesia kemungkinan tidak
perlu mengimpor Formaldehyde pada tahun 2022. Untuk menentukan kapasitas
produksi yang tepat memerlukan Analisa yang lebih mendalam lagi. Mungkin bisa
untuk membangun pabrik Formaldehyde pada tahun 2022 dengan kapasitas kecil
misalnya 10.000 - 15.000 ton/tahun dimana jumlah tersebut setengah dari
kapasitas standar pabrik formaldehyde di Indonesia.

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Formaldehid mempunyai banyak kegunaan terutama untuk menghasilkan
resin bersama dengan urea, melamin, dan phenol, dan sebagai bahan intermediet
untuk sintesis senyawa kimia lainnya seperti 1,4 butanadiol, trimethylol propan,
neopentil glikol, penta erytrhitol, Nitrilo Triacetic Acid (NTA), EDTA (Ehtylen
Diamine Tetraacetic Acid), dan hexamethylen tetramin (Ullman's, 1988).
Proses yang biasa digunakan dalam pembuatan formaldehid secara umum
ada 2, yaitu :
a. Proses Metal Oxide Catalyst
b. Proses Silver Catalyst
Dimana pada industri sering menggunakan Proses Silver Catalyst karena pada
pabrik Silver Catalyst hanya membutuhkan setengah jumlah udara dibandingkan
dengan Proses Metal Oxyde Catalyst, sehingga memiliki ukuran pabrik yang
ringkas, biaya instalasinya tinggi, tetapi biaya utilitasnya rendah. Selain itu,

16
konversi metanolnya lebih sedikit dalam proses ini yaitu, 75–85% dibandingkan
dengan Proses Metal Oxyde Catalyst.
Setelah di dapat hasil presiksi kebutuhan Formaldehyde di Indonesia pada
tahun 2022, pabrik Formaldehyde yang kemungkinan bisa dibangun berkapasitas
10.000 - 15.000 ton/tahun dimana jumlah tersebut setengah dari kapasitas standar pabrik
Formaldehyde di Indonesia.

3.2 Saran
Adapun saran yang dapat kami ajukan adalah alangkah lebih baiknya jika
makalah ini mendapat kritik yang membangun baik dari dosen pengajar maupun
para mahasiswa/i sekalian agar dalam penyusunannya makalah Sintesia dan
Simulasi Proses ini dapat lebih baik lagi.

17
18
DAFTAR PUSTAKA

Arifin, Agus Nur. 2014. Prarancangan Pabrik Formaldehida Dengan Proses Katalis


Perak Kapasitas 20.000 Ton/Tahun. Skripsi thesis, Universitas
Muhammadiyah Surakarta. http://eprints.ums.ac.id/id/eprint/28906
Badan Pusat Statistik, 2013, Statistik Perdagangan Luar Negeri Indonesia, Data
Import, Palembang diakses tanggal 29 Maret 2021.
Karima Haq. 2018. Prarancangan Pabrik Formaldehida dari Metanol dan Udara
Kapasitas 30.000 Ton/Tahun. Tugas akhir, Universitas Islam Indonesia.
https://dspace.uii.ac.id/handle/123456789/13157
Kirk, R.E. and Othmer, V.R., 1994, Encyclopedia of Chemical Technology, vol.11
Flavor Characterization to Fuel Cells, 4th ed., John Wiley & Sons Inc., New
York.
Kurnia Dewi, Intan. 2014. Prarancangan Pabrik Formaldehida Dari Metanol Dan
Udara Dengan Proses Silver Kapasitas 26.000 Ton Per Tahun. Diploma thesis,
Universitas Muhammadiyah Surakarta.
http://eprints.ums.ac.id/id/eprint/32274
Mursics, Jozsef, Danijela Urbancl, Darko Goricanec. 2020. Process of Formaldehyde
and Volatile Organic Compounds Removal from Wastes Gases. Switzerland :
MDPI.
Rosyid, Mahya. 2010. PRARANCANGAN PABRIK FORMALDEHIDA DARI METANOL
DAN UDARA DENGAN PROSES SILVER KAPASITAS 25.000
TON/TAHUN. Diploma thesis, Univerversitas Muhammadiyah Surakarta.
http://eprints.ums.ac.id/id/eprint/10328
Rully Martini, Tri dan Lulik Kurniasari. 2007. PRARANCANGAN PABRIK
FORMALDEHID DARl METANOL DAN UDARA DENGAN PROSES FORMOX
KAPASITAS 50.000 TON / TAHUN. Tugas akhir, Universitas Islam Indonesia.
https://dspace.uii.ac.id/123456789/25371

19
Shakeel, Kamran, dkk. 2020. Performance Comparison of Industrially Produced
Formaldehyde Using Two Different Catalysts.
www.mdpi.com/journal/processes. Switzerland : MDPI.
Talaiekhozani, Amirreza, dkk. 2013. Formaldehyde from Production to Application.
https://www.researchgate.net/publication/259308870. Malaysia.
Ullman’s, 1988, Encyclopedia of Industrial Chemistry, vol.A11 Fibers 5.Synthetic
Inorganic to Formaldehyde, VCH Verlagsgesellschaft, Weinheim..

20

Anda mungkin juga menyukai