Dosen Pembimbing :
Penyusun
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Perdagangan luar negeri merupakan salah satu aspek penting dalam
perkonomian setiap negara. Dewasa ini tidak ada satu negara pun di dunia
yang tidak melakukan hubungan dagang dengan pihak luar negeri.
Perekonomian setiap negara praktis sudah terbuka bagi dan terjalin dengan
dunia internasional. Perekonomian tertutup hanya ada dalam tertutup hanya
ada dalam teori. Begitu juga dengan Indonesia. Perdagangan luar negeri
menjadi semakin penting, bukan saja dalam kaitan dengan haluan
pembangunan yang berorientasi ke luar, yakni membidik masyarakat di
negara- negara lain sebagai pasar hasil-hasil produksi dalam negeri, tapi
juga pengadaan barang-barang modal untuk memacu industry dalam negeri.
Mengenali kecenderungan serta kinerja ekspor dan impor dapat
diketahui keunggulan dan kelemahan ekspor negara yang bersangkutan,
perilaku konsumsi masyarakat, serta kerentanan sektor industri negara itu
akan kesinambungan pasok bahan baku atau barang modal dari luar negeri.
MSDS adalah informasi yang berisi terkait dengan sifat kimia dan
fisika dari suatu zat kimia/produk, yang mencangkup cara/prosedur
penyimpanan, penanganan, pemakaian, cara pembuangan limbah zat kimia,
penanganan k3 dan dampak terhadap lingkungan sekitar. MSDS ini
biasanya dibuat oleh produsen bahan kimia dengan standar tertentu yang
telah ditentukan. Ada beberapa format standar MSDS yang berlaku di dunia
industri. Format standar MSDS meliputi ANSI Z400.1-2005, Canadian
GHS, EU GHS, dan lain-lain. Bagi produsen kimia di Indonesia, memiliki
MSDS berformat standar adalah wajib, apalagi bagi mereka yang ingin
melakukan kegiatan ekspor.
Pemerintah melalui Peraturan Menteri Perdagangan nomor 75/M-
DAG/PER/10/2014 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Menteri
Perdagangan Nomor 44/M-DAG/PER/9/2009 tentang Pengadaan,
1
Distribusi, dan Pengawasan Bahan Berbahaya, mewajibkan perusahaan
yang akan mengimpor bahan berbahaya untuk memiliki IP (Importir
Produsen) B2 (Bahan Berbahaya) / SPI (Surat Persetujuan Impor) B2
(Bahan Berbahaya). Maka MSDS yang memuat CAS Number dari bahan
kimia yang diimpor akan sangat diperlukan petugas Bea Cukai untuk
mempermudah identifikasi bahan kimia.
Toxic sendiri berupa barang-barang yang mengandung racun
yang merupakan Bahan dan formulasi yang dapat menyebabkan kerusakan
kesehatan akut atau kronis dan bahkan kematianpada konsentrasi sangat
rendah jika masuk ke tubuh melalui inhalasi melalui mulut (ingestion), atau
kontak dengan kulit.
Contoh bahan dengan sifat tersebutmisalnya kalium sianida, hydrogen
sulfida, nitrobenzenedan atripin
Kelas 6 ini dibagi kedalam 2 sub divisi yaitu :
Divisi 6.1 – Toxic substances ( zat yang beracun)
Divisi 6.2 – Infectious substances ( zat yang dapat mengakibatkan infeksi dan
kematian)
2
Contoh-contoh barang berbahaya kelas 5 dan 6
divisi 5.1 : Fertilizer, Amonium nitrate, Bleaches dan calcium chlorate
Divisi 5.2 : Benzoyl peroxide, Hydrogen peroxide, Mtehyl ethyl ketome peroxide,
dan paracetic acid
3
1.2 Rumusan Masalah
Dalam menyusun makalah ini, penulis merumuskan beberapa
masalah berkaitan dengan :
1. Bagaimana proses bisnis export import bahan kimia (toxic)?
2. Bagaimana perjanjian yang dilakukan saat transaksi?
3. Bagaimana perjalanan bahan kimia saat proses pengiriman?
4. Bagaimanakah kepabeanan di negara tujuan?
5. Apa sajakah dokumen-dokumen yang harus dilengkapi?
6. Bagaimana cara pembayarannya?
1.3 Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penyusunan makalah ini yaitu sebagi berikut :
4
BAB II
PEMBAHASAN
5
Berlakunya era perdagangan bebas dengan Jepang, Australia,
Selandia Baru, dan Eropa, mendorong pelaku industri Indonesia mampu
meningkatkan daya saing. Akibatnya ekpansi perusahaan luar tidak
terelalkan lagi masuk ke dalam negeri.
2.2 Perjanjian
Sama seperti jenis barang lainnya, perjanjian yang diterapkan
untuk barang kimia juga tertera pada pasal 1237 KUHPerdata
menetapkan, bahwa dalam suatu perjanjian mengenai pemberian suatu
barang tertentu, sejak lahirnya perjanjian itu, barang tersebut sudah
menjadi tanggungan orang yang berhak menagih penyerahannya. Yang
dimaksud oleh pasal tersebut, ialah suatu perjanjian yang meletakkan
kewajiban hanya pada satu pihak saja. Akan tetapi, menurut pasal
tersebut, bila si berhutang atau debitur (pihak yang harus menyerahkan
barang) itu lalai dalam kewajibannya untuk menyerahkan barangnya,
maka sejak saat itu risiko berpindah kepadanya. Meskipun ia masih juga
dapat di bebaskan dari tanggumg jawab risiko itu, jika ia dapat
membuktikan bahwa barang tersebut juga akan hapus seandainya sudah
berada ditangan si kreditur sendiri.
6
b. Ia dapat meminta penggantian kerugian saja, yaitu kerugian yang
dideritanya, karena perjanjian tidak atau terlambat dilaksanakan,
atau dilaksanakan tetapi tidak sebagaimana mestinya.
c. Ia dapat menuntut pelaksanaan perjanjian disertai dengan
penggantian kerugian yang diderita olehnya sebagai akibat
terlambatnya pelaksanaan perjanjian.
d. Dalam hal suatu perjanjian yang meletakkan kewajiban timbal
balik, kelalaian satu pihak memberikan hak kepada pihak yang lain
untuk meminta pada hakim agar perjanjian di batalkan, disertai
dengan permintaan penggantian kerugian.
Yang dimaksud kerugian dapat di mintakan penggantian itu, tidak
hanya yang berupa biaya-biaya yang sungguh-sungguh telah dikeluarkan
(kosten), atau kerugian yang sungguh-sungguh menimpa harta benda si
berpiutang (schaden), tetapi juga yang berupa kehilangan keuntungan
(interessen), yaitu keuntungan yang akan di dapat seandainya si berhutang
tidak lalai (winstderving).
2.3 Perjalanan
Tanggung jawab shipper terhadap barang dangerous goods class 6
Sebagai contoh : pestisida
1. Shipper melakukan pengemasan terhadap barang pestisida tersebut dan
menggunakan limited quantities packaging yang menggunakan
kemasan kombinasi.
2. Shipper mengidentifikasi bahwa barang tersebut termasuk barang
berbahaya divisi 6.1.
3. Shipper menandai barang tersebut apakah sudah benar dengan data
barang dan barang tersebut termasuk dalam toxic yaitu zat yang
beracun.
4. Shipper melabel barang tersebut dengan gambar dalam divisi 6.1.
Beberapa hal yang wajib dicantumkan pada label keterangan adalah
berikut (Direktorat Pupuk dan Pestisida, 2011) :
a) Nama dagang formula;
7
b) Jenis pestisida;
c) Nama dan kadar bahan aktif;
d) Isi atau berat bersih dalam kemasan;
e) Peringatan keamanan;
f) Klasifikasi dan simbol bahaya;
g) Petunjuk keamanan;
h) Gejala keracunan;
i) Pertolongan pertama pada kecelakaan (P3K);
j) Perawatan medis;
k) Petunjuk penyimpanan;
l) Petunjuk penggunaan;
m) Piktogram;
n) Nomor pendaftaran;
o) Nama dan alamat serta nomor telepon pemegang, nomor
pendaftaran;
p) Nomor produksi, bulan dan tahun produksi (batch number) serta
bulan dan tahun kadaluwarsa;
q) Petunjuk pemusnahan.
Selain keterangan tersebut pada setiap Label wajib dicantumkan
kalimat“Bacalah Label Sebelum Menggunakan Pestisida!” Tulisan ini
biasanya dicantumkan dengan jelas agar setiap pengguna pestisida
memperhatikan informasi yang terdapat dalam kemasan.
1) Bentuk Formulasi.
Menurut Permentan Nomor: 07/Permentan/SR.140/2/2007 mengenai
Syarat dan Tatacara Pendaftaran Pestisida, Formulasi adalah campuran
bahan aktif dengan bahan lainnya dengan kadar dan bentuk tertentu
8
yang mempunyai daya kerja sebagai Pestisida sesuai dengan tujuan
yang direncanakan (direktorat pupuk dan pestisida, 2011)
Bentuk formulasi pestisida dapat diketahui dengan melihat kode yang
tercantum dalam kemasan :
Formulasi pestisida bentuk cair biasanya terdiri dari pekatan yang
dapat diemulsikan (EC), pekatan yang larut dalam air (SL), pekatan
dalam air(AC), pekatan dalam minyak (OC), Aerosol (A), gas yang
dicairkan (LG).
Formulasi Padat terdiri dari : Formulasi tepung yang dapat
disuspensikan atau Wettable Powder (WP) atau disebut juga
Dispersible Powder (DP), Formulasi yang dapat dilarutkan atau
Soluble Powder (SP) formulasi butiran atau Granula (G), Pekatan debu
atau Dust Concentrate (DC), Formulasi pestisida dalam bentuk debu
atau Dust (D), Formulasi umpan atau Block Bait (BB), formulasi tablet
mempunyai kode TB (Tablet).
Formulasi padatan lingkar mempunyai kode MC
2) Bahan Aktif Pestisida
Bahan Aktif adalah bahan kimia dan atau bahan lain yang terkandung
dalam Pestisida dan pada umumnya merupakan bahan yang berdaya
racun. Bahan aktif ini umumnya selektif digunakan untuk jenis OPT
tertentu. Kesalahan pembelian pestisida menyebabkan ketidaktepatan
bahan aktif yang dipergunakan untuk membasmi. Bisa jadi OPT yang
disemprot dapat mati mengingat hakekat bahan aktif yang terkandung
adalah racun. Misalkan werengpun jika disemprot dengan obat
nyamuk juga dapat mati. Namun biasanya memberikan dampak negatif
susulan yang justru lebih merugikan semisal resistensi dan
resurjensi.Resistensi adalah menurunnya kepekaan hama, penyebab
penyakit dan /atau gulma terhadap Pestisida tertentu (Kebal).
Sedang Resurjensi adalah peningkatan populasi organisme sasaran
setelah perlakuan dengan Pestisida.
9
Selain itu penggunaan pestisida yang tidak tepat juga akan mematikan
musuh alami dan merusak ekosistem alami. Oleh karena itu saat
membeli pestisida harus dipilih bahan aktif yang paling tepat.
Terdapat 39 (tigapuluh sembilan) bahan aktif yang dilarang
sebagaimana dilihat pada tabel 1. Bahan aktif ini harus dihindari.
3) Dosis dan petunjuk penggunaan.
Dosis adalah Takaran/ ukuran dalam liter, gram atau kg yang
digunakan untuk mengendalikan hama atau penyakit per satuan luas
tertentu. Efektivitas penggunaan Pestisida diperoleh melalui
penggunaan dosis yang tepat. Ketidak taatan dalam menggunakan
dosis Pestisida dapat menyebabkan resistensi yang akan semakin
merugikan petani. (dirjen prasarana dan sarana pertanian, 2011)
Penggunaan pestisida harus sesuai dosis anjuran, tidak hanya
menganut tradisi setempat. Masing-masing pestisida memiliki
petunjuk penggunaan yang berbeda sesuai karakteristik pestisida
tersebut. Kebiasaan yang muncul pada petani adalah menyamaratakan
metode aplikasi pestisida dengan abai pada kekhasan setiap pestisida.
Hasil yang optimum hanya bisa dicapai jika pestisida digunakan sesuai
petunjuk penggunaan.
4) Menggunakan Pestisida Yang Terdaftar Dan Diijinkan Menteri
Pertanian.
Tidak dibenarkan menggunakan Pestisida yang tidak terdaftar dan
tidak mendapat ijin Menteri Pertanian, karena tidak diketahui
kebenaran mutu dan efektivitasnya serta keamanannya bagi
lingkungan.
5) Nomor produksi, bulan dan tahun produksi (batch number) serta
bulan dan tahun kadaluwarsa
Setiap produk pestisida memiliki umur penggunaan yang ditandai
dengan masa kadaluarsa. Kadaluarsa berarti suatu produk sudah tidak
layak lagi untuk digunakan karena mengalami perubahan sifat baik
fisik maupun kimia sehingga hasil tidak akan sesuai dengan yang
10
diharapkan dan memiliki kemungkinan memberikan efek samping
yang negatif.
Setiap pembelian pestisida harus dicermati mengenai tanggal
kadaluarsa. Petani harus menjadi konsumen yang cerdas agar tidak
menjadi korban pedagang. Di khawatirkan pedagang nakal menjual
barang yang sudah kadaluarsa karena khawatir merugi.
6) Memahami kelas bahaya pestisida
7) memahami pictogram atau gambar
Pengguna diharapkan juga mempelajari piktogram (tanda-tanda
gambar) yang terdapat pada kemasan Pestisida atau pada brosur/
leaflet Pestisida
11
Memeriksa bahwa apapun tanda yang berhubungan pada kemasan/
kemasan terluar sudah pada kemasan dan lokasi yang benar, sesuai
dengan kualitas dan persyaratan spesifikasi dari peraturan tersebut
Menghapus/ memindahkan semua tanda yang tidak terkait yang ada
pada kemasan/ kemasan terluar
Memastikan bahwa setiap kemasan luar/ kemasan tunggal digunakan
untuk barang berbahaya.
menggunakan semua tanda baru yang sesuai pada tempat yang benar,
dan memastikan kalau kulaitasnya tahan lama dan spesifikasinya sudah
benar
Memastikan bahwa tanggung jawab untuk menandai secara
lengkap dipenuhi bila kemasan/ kemasan terluar diserahkan ke
pengelola untuk dikirim.
Ada 2 tipe penandaan yaitu penandaan spesifikasi UN dan penandaan
kualitas terbatas. Apa saja penandaan yang wajib dibuat oleh
pengirim? Ada empat penandaan yang wajib dikirim ( mandatory
markings ) yaitu ;
nomor UN, nama pengapalan yang tepat, nama dan alamat pengirim
barang, nama dan alamat penerima barang. Tetapi, pengirim barang
juga membuat 5 penandaan tambahan, yaitu explosives, untuk Dry Ice,
untuk item lain, untuk RIS (div 6.2), untuk RIS dari UN3373.
Proses pengiriman dangerous goods divisi 5.1 Calcium
chlorate sebagai berikut:
hipper membawa barang tersebut ke bagian acceptancdi bagian
acceptance
calcium chlorate tersebut harus disimpan kedalam gudang
dengan cara memisahkannya dengan kargo umum yang lain
Petunjuk dan alat-alat keamanan seperti alat pemadam
kebakaran harus tepat tersedia di lokasi barang-barang bahaya
tersebut disimpan
12
Poster dangerous goods class 5 harus ditempatkan pada semua
titik dimana cargo tersebut diterima
Selanjutnya calsium chlorate tersebut dimuat ke ULD
karena calsium chlorate memiliki label CAO maka tidak
seharusnya dibawa kedalam kabin pesawat dimana penumpang
berada
calsium chlorate tersebut tidak dapat ditempatkan bersama,
karena kemasan yang berisi barang-barang berbahaya dapat
bereaksi secara membahayakan satu dengan yang lainnya maka
dari itu tidak seharusnya ditempatkan berdampingan dalam
pemmuatan di dalam pesawat yang memungkinkan terjadinya
interaksi diantara barang-barang tersebut jika terjadi suatu
kebocoran
dan harus dilakukan inspeksi untuk memastikan bahwa
kemasan luar tidak berlobang, robek, sisa kebocoran, bau atau
indikasi dalam integritas kemasan lain yang tak dapat
dikompromikan
juga mengecek bahwa label bahaya ditempelkan dengan baik
dan dalam kondisi yang baik pula
agent pun harus memastikan bahwa barang-barang tersebut
aman dengan cara mencegah pergerakan apapun yang dapat
mengubah orientasi dari kemasan
seluruh kemasan barang-barang bahaya tersebut harus
diinspeksi sebelum dimuat oleh petugas yang bertanggung
jawab untuk menyusun
dokumen barang tersebut harus dilengkapi seperti AWB,
Shipper's Declaration for Dangerous Goods, checklist
penerimaan barang0barang berbahaya, NOTOC
diangkut kedalam pesawat
setelah sampai di destination point cargo tersebut di unload
13
lalu dimasukkan ke warehouse
di warehouse dilakukan breakedown yaitu memisahkan cargo
sesuai jenisnya
lalu dimasukkan ke storage
kemudian dikirim ke consignee
14
6 --- kemasan komposit
d) Kemasan Dalam
Pengkodean yang digunakan pada kemasan dalam adalah dengan
3 (tiga) atau empat huruf yaitu:
(a) Dengan huruf Latin besar ”IP” yang menunjukkan ”Inner
Packaging”
(b) Diikuti dengan huruf yang menunjukkan jenis kemasan dalam
(c) Jika mungkin, diikuti dengan huruf Latin kapital yang
menunjukkan kategori dari isi.
Tujuan dari pengujian adalah untuk menjamin bahwa tidak ada isi/produk
yang hilang selama transportasi pada kondisi normal. Jumlah/parameter uji
pada kemasan ditentukan oleh isi/produk, grup ,kemasan, density dan
tekanan uap (untuk cairan).
15
Uji ini dilakukan untuk setiap jenis dan setiap pembuatan dan
dilakukan untuk kemasan-kemasan :
Drum plastik, jerigen plastik, kotak plastik selain dari Expandable
Polystyrene, kemasan komposit dan kemasan kombinasi dengan
kemasan dalam berupa plastik selain kantong plastik dengan tinggi
jatuhan 1,8 m untuk kemasan grup I; 1,2 m untuk kemasan grup II
dan 0,8 m untuk kemasan grup III. Khusus untuk produk cair
dengan density lebih besar dari 1,2 maka tinggi jatuhan adalah 1,5
m kali relative density untuk grup I; 1,0 m kali relative density
untuk grupII dan 0,67 kali relative density untuk grup III.
b) Uji Kebocoran (leakproofness test)
Uji ini harus dilakukan unytuk semua jenis kemasan yang berisi
cairan namun tidak diperlukan untuk kemasan dalam dari kemasan
kombinasi
c) Uji Tekanan Dalam (hydraulic test)
Uji tekanan dalam atau hydraulic test harus dilakukan untuk
semua jenis kemasan yang terbuat dari metal, plastik dan kemasan
komposit yang berisi cairan, namun tidak diperlukan unuk
kemasan dalam dari kemasan kombinasi
d) Uji Tumpukan (Stacking Test)
Uji ini harus dilakukan untuk semua jenis kemasan kecuali
kantong.
16
mempertimbangkan mempertimbangkan resiko yang melekat melekat pada
barang dan importir importir yang bersangkutan. Untuk bahan kimia,
petugas akan melakukan uji barang dengan mengambil sample atau contoh
dari bahan tersebut. Tujuan pemeriksaan barang ialah untuk mencegah
adanya uraian barang yang tidak jelas/benar (misdescription), mencegah
adanya barang yang tidak diberitahukan (unreported), mencegah kesalahan
pemberitahuan negara asal barang; mencegah pemasukan barang larangan
dan pembatasan, menetapkan klasifikasi dan nilai pabean dengan benar.
17
2.5.2 Dokumen Pelengkap Pabean
1. Invoice
Invoice atau Faktur Perdagangan adalah : Suatu nota perhitungan
yang dibuat oleh Eksportir untuk Importir dan nota ini merupakan
alat bukti telah terjadinya transaksi diantara mereka.
Jenis Invoce yang digunakan terhadap barang kimia :
a) Proforma Invoice: Invoice yg dikeluarkan untuk memenuhi
suatu keperluan yang sifatnya sementara waktu (Biasanya
dipakai utk melengkapi surat penawaran barang).
b) Customs Customs Invoice Invoice: Invoice Invoice yg
dikeluarkan dikeluarkan Eksportir Eksportir utk keperluan
keperluan Pabean yang didalamnya berisi harga barang
yang akan di ekspor.
c) Consular Invoice: Invoice yang ditandasyahkan oleh
Konsul Perdagangan di negara dimana Eksportir berada.
d) Commercial Invoice: Invoice yang dikeluarkan oleh
Eksportir yang berisi uraian lengkap dari jenis, jumlah dan
harga barang serta perhitungan pembayaran dan biasanya
dilampiri dengan Packing List/Meansurement List/Weight
Note.
2. Packing List/Weight List
Dokumen ini berupa daftar / perincian dari berat / bobot barang
dan berat/bobot kemasannya.
3. Certificate of Origin (Surat Keterangan Asal)
Dokumen ini berisi pernyataan bahwa barang yang bersangkutan
adalah barang yang berasal dari negara tersebut (Biasanya
sertifikat ini dikeluarkan oleh Departemen Perindustrian dan
Perdagangan /Ministry of Trade and Industry).
Manfaatnya surat keterangan asal adalah :
a) Untuk mendapatkan preferensi.
18
b) Sebagai tiket masuk komoditi ekspor Indonesia ke beberapa negara
: Taiwan dan Timur Tengah.
c) Sebagai dokumen masuk komoditi ekspor Indonesia ke negara
tujuan ekspor (mencegah Free Rider)
d) Untuk menetapkan menetapkan Negara Asal Barang (Country
(Country of Origin) suatu barang ekspor.
e) Untuk memenuhi persyaratan pencairan L/C terhadap pembiayaan
ekspor yang menggunakan L/C.
f) Pelacakan tuduhan dumping (trade remedies).
g) Data Statistik.
h) Repeat Order
4. Asuransi (Insurance)
Persetujuan dimana pihak penanggung berjanji akan mengganti
kerugian sehubungan dengan kerusakan, kerugian atau kehilangan
kehilangan laba yang diharapkan diharapkan oleh pihak
tertanggung yang diakibatkan oleh suatu kejadian yang tidak
disangka. Pada bahan kimia, asuransi akan mengganti kerugian
yang menyebabkan kecelakaan kerja atau bahan kimia mengalami
perubahan-perubahan fungsi atau sifat.
5. BILL OF LADING (B/L)
Dokumen yang dikeluarkan oleh Perusahaan Pelayaran atau agennya
sebagai tanda penerimaan barang untuk diangkut diangkut melalui
melalui laut ke suatu tempat tujuan tertentu dan akan diserahkan kepada
pihak tertentu berdasarkan syarat penyerahan yang telah disepakati.
Fungsi dari BILL OF LADING
a) Sebagai Bukti kepemilikan (document of title )
b) Sebagai Dokumen berharga yang dapat diperjualbelikan
c) Sebagai perjanjian pengangkutan (contract of carriage )
19
rumit karena merupakan jenis bahan yang berbahaya, nilai asuransinya
juga cukup tinggi. Jenis-jenis tata cara pembayaran, diantaranya :
1. Pembayaran Transaksi Export Dan Import Secara Tunai
Pembayaran secara tunai (cash payment) atau pembayaran di
awal (advanced payment). Dalam sistem pembayaran ini, pembeli
(importir) melakukan pembayaran di awal (pay in advanced) kepada
penjual (eksportir) sebelum barang-barang tersebut dikirimkan oleh
penjual. Ini berarti importir memberikan kredit kepada eksportir
untuk mempersiapkan barang-barangnya.
Faktor yang mendorong dilakukannya pembayaran dengan sistem
tunai ini, antara lain :
20
akan mencamtumkan tanggal dan waktu tertentu kapan importir harus
melakukan pembayaran.
Cara pembayaran export dan import dengan sistem Rekening Terbuka
atau yang sering disebut Pembayaran Kemudian (Open Account) dapat
dilakukan, apabila :
a) Ada kepercayaan penuh antara pihak eksportir dan importir
b) Barang-barang dan dokumen akan dikirim langsung kepada
pembeli
c) Eksportir mempunyai dana lebih
d) Pihak eksportir yakin tidak ada peraturan di negara importir yang
melarang transfer pembayaran
Resiko yang bisa saja terjadi dalam sistem pembayaran ini adalah :
a) Eksportir tidak mendapat perlindungan apakah importir akan
melakukan pembayaran
b) Apabila importir tidak membayar, eksportir akan mengalami
kesulitan ketika membuktikannya saat di pengadilan karena tidak
adanya bukti
c) Penyelesaian perselisihan dalam hal ini akan mengakibatkan pihak
eksportir harus mengeluarkan biaya lebih
21
Yaitu penyerahan dokumen kepada importir dilakukan apabila
importir telah membayar.
b) D/A (Document against Acceptance)
Yaitu penyerahan dokumen kepada importir akan dilakukan apabila
importir telah mengaksep weselnya.
22
issuing bank akan membayar sejumlah uang tertentu ketika seluruh
persyaratan L/C yang ditetapkan telah dipenuhi.
Letter of Credit merupakan suatu jasa bank untuk difungsikan
masyarakat dalam suatu tujuan memperlancar atau mempermudah
pelayanan arus barang baik dari dalam negeri (antarpulau) maupun dari
arus barang antarnegara (ekspor-impor).
Dalam prinsipnya, Letter of Credit merupakan suatu pernyataan yang
bersumber dari permintaan nasabah yakni importir untuk menyediakan
dan membayar sejumlah uang tertentu terhadap suatu kepentingan dari
pihak ketiga yakni penerima L/C atau eksportir. Letter of Credit dapat
juga disebut sebagai kredit berdokumen ataupun documentary credit.
Dalam perdagangan internasional, sistem pembayaran yang digunakan
adalah Letter of Credit atau disingkat dengan L/C. Letter of
Credit adalah sistem yang paling banyak dan adil, baik untuk eksportir
maupun kepada importir. L/C merpaka sistem yang lazim digunakan
oleh para eksportir maupun importir dikarenakan dalam pelaksanaan
L/C, seluruh pihak, khususnya bank, hanya berurusan dengan dokumen,
bukan barang, jasa ataupun pelaksanaan lainnya yang bersangkutan
dengan dokumen.
Sistem pembayaran dengan L/C merupakan cara paling aman bagi
eksportir untuk memperoleh hasil dari penjualan barangnya dari
importir. Selama eksportir dapat menyerahkan dokumen-dokumen yang
sesuai dengan yang disyaratkan dalam L/C.
Kepastian tentang amannya kepentingan kedua belah pihak (eksportir
dan importir) dengan menggunakan sistem pembayaran ini, antara lain
:
a) Adanya kepastian pembayaran kepada penjual/eksportir apabila
dokumen-dokumen pengapalan lengkap dan sesuai dengan syarat
L/C
b) Dan untuk kepastian pembayaran kepada importir hanya dapat
dilakukan oleh bank apabila sesuai dengan persyaratan L/C
23
Pembayaran yang telah dipastikan itu tergantung dari jenis L/C yang
dibuka, apakah L/C tersebut irrevocable atau irrecovable
confirmed. Dalam transaksi L/C ini, bank hanya melihat dan
berkepentingan dalam dokumen-dokumen saja dan tidak terlibat dalam
barang-barang. Karena itu L/C tidak menjamin importir bahwa isi
pengapalan akan sesuai dengan yang disebut dalam “sales
contract” antara kedua pihak (eksportir dan impotir).
Berikut ini adalah tiga kontrak terpisah yang dikaitkan dengan L/C,
antara lain :
a) Kontrak jual beli (sales contract) antara penjual dan pembeli
(eksportir dan importir)
b) Instrumen L/C yang merupakan kontrak antara
eksportir (beneficiary) dan bank pembuka L/C (issuing bank)
c) L/C atau “perjanjian jaminan” yang merupakan kontrak antara
importir (applicant) dan bank pembuka L/C (issuing bank)
24
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
3.1 Kesimpulan
Perdagangan ekspor-impor merupakan salah satu aspek penting
dalam perkonomian setiap negara . MSDS adalah informasi yang berisi
terkait dengan sifat kimia dan fisika dari suatu zat kimia/produk, yang
mencangkup cara/prosedur penyimpanan, penanganan, pemakaian, cara
pembuangan limbah zat kimia, penanganan k3 dan dampak terhadap
lingkungan sekitar. MSDS ini biasanya dibuat oleh produsen bahan kimia
dengan standar tertentu yang telah ditentukan. Industri kimia di Indonesia
telah berkembang seiring dengan bertumbuhnya perekonomian nasional,
dan kini menjadi salah satu pilar pernbangunan industri manufaktur di
samping industri otomotif, industri olahan berbasis sumber daya alam.
Dosis adalah Takaran/ ukuran dalam liter, gram atau kg yang digunakan
untuk mengendalikan hama atau penyakit per satuan luas tertentu. Dalam
pengiriman barang dangerous good membutuhkan penanganan yang
khusus. Secara umum proses pengiriman cargo dapat digambarkan sebagai
berikut :
Shipper - Acceptance - storage - build up - movement - aircraft
- warehouse - storage - pegambilan barang/pengiriman barang -
consignee
3.2 Saran
Pengawasan serta peraturan terhadap ekspor – impor bahan atau
barang kimia perlu ditingkatkan, terutama pada bahan kimia yang dapat
membahayakan kehidupan dan dapat merusak lingkungan atau ekosistem.
Perhatian lebih terhadap ekspor – impor bahan kimia akan meminimalisir
terjadinya penyalahgunaan bahkan menurangi tindak kejahatan
menggunakan bahan kimia.
25
DAFTAR PUSTAKA
http://www.lincgrp.com/id/news/read_article/Persiapan_Sebelum_Ekspor_Impor_
Bahan_Kimia
http://batangmatasapo.blogspot.co.id/2016/11/makalah-ekspor-impor.html
http://kelompoktigadg.blogspot.co.id/
https://www.slideshare.net/putriLaila/makalah-ekspor-impor-pengenalan
https://anggitata.wordpress.com/2011/01/06/makalah-ekspor-impor-inonesia/
https://nasional.tempo.co/read/816921/ini-yang-harus-dipahami-sebelum-ekspor-
impor-bahan-kimia
www.kemenperin.go.id/artikel/.../Industri-Kimia-ketergantungan-bahanBaku-
Impor
https://economy.okezone.com/read/2016/11/02/426/1530921/pahami-msds-
sebelum-impor-dan-ekspor-barang-kimia
https://www.kompasiana.com/rudialamsyah/bagaiaman-cara-ekspor-bahan-kimia-
berbahaya_5857a4a5937e6183204e1b7a
26