Anda di halaman 1dari 29

MAKALAH EKSPOR - IMPOR

BAHAN KIMIA (TOXIC)


Diajukan Sebagai Salah Satu Tugas Dalam Mengikuti Mata Kuliah
Administrasi Export-Imprt

Dosen Pembimbing :

Edi Supardi, S.E., M.M., AAAIK.


Disusun oleh Kelompok 7
Kelas D3 LB 2B :
1. Fachmy Ainaro Gunawan (5163039)
2. Micho Tri Cahyono Putra (5163054)
3. Saleh Kusuma Jaya (5163063)
4. Tarmizi Agil Rahadi (5163064)

POLITEKNIK POS INDONESIA


BANDUNG
2017
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji syukur atas kehadirat Allah SWT. yang telah
memberikan segala rahmat, karunia dan hidayah-Nya, sehingga penyusun dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “Ekspor Impor Bahan Toxic” ini dengan
lancar.

Penyelesaian makalah ini penulis banyak mendapat bantuan dari berbagai


pihak, oleh karena itu, dalam kesempatan yang diberikan Allah SWT ini, penulis
mengucapkan terimakasih kepada:
1. Edi Supardi, S.E., M.M., AAAIK. selaku Dosen mata kuliah Administrasi
Export-Import
2. Orang Tua para penulis.
3. Pihak-pihak lain yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Penulis menyadari akan ketidaksempurnaan penulisan makalah ini, karena


“tak ada gading yang tak retak”. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan
kritik untuk memperbaikinya. Penulis juga berharap semoga karya tulis ini dapat
bermanfaat bagi penulis dan pembaca pada umumnya.

Bandung, 19 Maret 2018

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................................ i


DAFTAR ISI...................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang Masalah .................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................ 4
1.3 Tujuan Penulisan .............................................................................................. 4
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................... 5
2.1 Proses Bisnis ...................................................................................................... 5
2.2 Perjanjian .......................................................................................................... 6
2.3 Perjalanan.......................................................................................................... 7
2.4 Kepabeanan di Negara Tujuan...................................................................... 16
2.5 Dokumen – dokumen ...................................................................................... 17
2.6 Tata Cara Pembayaran .................................................................................. 19
BAB III KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................................ 25
3.1 Kesimpulan ...................................................................................................... 25
3.2 Saran ................................................................................................................ 25
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 26

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Perdagangan luar negeri merupakan salah satu aspek penting dalam
perkonomian setiap negara. Dewasa ini tidak ada satu negara pun di dunia
yang tidak melakukan hubungan dagang dengan pihak luar negeri.
Perekonomian setiap negara praktis sudah terbuka bagi dan terjalin dengan
dunia internasional. Perekonomian tertutup hanya ada dalam tertutup hanya
ada dalam teori. Begitu juga dengan Indonesia. Perdagangan luar negeri
menjadi semakin penting, bukan saja dalam kaitan dengan haluan
pembangunan yang berorientasi ke luar, yakni membidik masyarakat di
negara- negara lain sebagai pasar hasil-hasil produksi dalam negeri, tapi
juga pengadaan barang-barang modal untuk memacu industry dalam negeri.
Mengenali kecenderungan serta kinerja ekspor dan impor dapat
diketahui keunggulan dan kelemahan ekspor negara yang bersangkutan,
perilaku konsumsi masyarakat, serta kerentanan sektor industri negara itu
akan kesinambungan pasok bahan baku atau barang modal dari luar negeri.
MSDS adalah informasi yang berisi terkait dengan sifat kimia dan
fisika dari suatu zat kimia/produk, yang mencangkup cara/prosedur
penyimpanan, penanganan, pemakaian, cara pembuangan limbah zat kimia,
penanganan k3 dan dampak terhadap lingkungan sekitar. MSDS ini
biasanya dibuat oleh produsen bahan kimia dengan standar tertentu yang
telah ditentukan. Ada beberapa format standar MSDS yang berlaku di dunia
industri. Format standar MSDS meliputi ANSI Z400.1-2005, Canadian
GHS, EU GHS, dan lain-lain. Bagi produsen kimia di Indonesia, memiliki
MSDS berformat standar adalah wajib, apalagi bagi mereka yang ingin
melakukan kegiatan ekspor.
Pemerintah melalui Peraturan Menteri Perdagangan nomor 75/M-
DAG/PER/10/2014 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Menteri
Perdagangan Nomor 44/M-DAG/PER/9/2009 tentang Pengadaan,

1
Distribusi, dan Pengawasan Bahan Berbahaya, mewajibkan perusahaan
yang akan mengimpor bahan berbahaya untuk memiliki IP (Importir
Produsen) B2 (Bahan Berbahaya) / SPI (Surat Persetujuan Impor) B2
(Bahan Berbahaya). Maka MSDS yang memuat CAS Number dari bahan
kimia yang diimpor akan sangat diperlukan petugas Bea Cukai untuk
mempermudah identifikasi bahan kimia.
Toxic sendiri berupa barang-barang yang mengandung racun
yang merupakan Bahan dan formulasi yang dapat menyebabkan kerusakan
kesehatan akut atau kronis dan bahkan kematianpada konsentrasi sangat
rendah jika masuk ke tubuh melalui inhalasi melalui mulut (ingestion), atau
kontak dengan kulit.
Contoh bahan dengan sifat tersebutmisalnya kalium sianida, hydrogen
sulfida, nitrobenzenedan atripin
Kelas 6 ini dibagi kedalam 2 sub divisi yaitu :
Divisi 6.1 – Toxic substances ( zat yang beracun)

Divisi 6.2 – Infectious substances ( zat yang dapat mengakibatkan infeksi dan
kematian)

2
Contoh-contoh barang berbahaya kelas 5 dan 6
divisi 5.1 : Fertilizer, Amonium nitrate, Bleaches dan calcium chlorate

Divisi 5.2 : Benzoyl peroxide, Hydrogen peroxide, Mtehyl ethyl ketome peroxide,
dan paracetic acid

Divisi 6.1 : Pestisida, Nicotine, Arsenic, Cyanide, dan Strychnine

Divisi 6.2 : Virus, Bacteria, Diagnostic Specimen,


dan medical & clinical waste

3
1.2 Rumusan Masalah
Dalam menyusun makalah ini, penulis merumuskan beberapa
masalah berkaitan dengan :
1. Bagaimana proses bisnis export import bahan kimia (toxic)?
2. Bagaimana perjanjian yang dilakukan saat transaksi?
3. Bagaimana perjalanan bahan kimia saat proses pengiriman?
4. Bagaimanakah kepabeanan di negara tujuan?
5. Apa sajakah dokumen-dokumen yang harus dilengkapi?
6. Bagaimana cara pembayarannya?
1.3 Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penyusunan makalah ini yaitu sebagi berikut :

1. Mengetahun dan memahami proses bisnis export import bahan kimia


(toxic).
2. Mengetahun dan memahami perjanjian yang dilakukan saat transaksi.
3. Mengetahun dan memahami perjalanan bahan kimia saat proses
pengiriman.
4. Mengetahun dan memahami kepabeanan di negara tujuan.
5. Mengetahun dan memahami dokumen-dokumen yang harus dilengkapi.
6. Mengetahun dan memahami cara pembayarannya.

4
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Proses Bisnis


Kementerian Perindustrian memastikan, industri kimia di Indonesia
masih dihadapkan pada persoalan ketergantungan pada impor bahan baku
nafta, kondensat dan etilena yang nilainya mencapai US$ 5.1 miliar pada
2011. Nilai impor tersebut akan terus meningkat pada tahun-tahun
selanjutnya apabila tidak dilakukan upaya-upaya pembangunan industri
kimia nasional.
Sejak awal tahun 2000, Industri kimia di Indonesia telah
berkembang seiring dengan bertumbuhnya perekonomian nasionai, dan kini
menjadi salah satu pilar pernbangunan industri manufaktur di samping
industri otomotif, industri olahan berbasis sumber daya alam.
Pergeseran secara bertahap dari keunggulan komparatif menjadi
keunggulan kompetitif mulai tampak pada upaya-upaya pemanfaatan nilai
tambah dari potensi sumber kekayaan berupa minyak dan gas, serta berbagai
potensi hasil pertanian guna menghasilkan nilai tambah yang optimal.
Berbagai produk industri kimia seperti ban, keramik, tekstil,
kemasan plastik dan cat telah berhasil menembus pasar internasional dan
memberikan kontribusi terhadap perolehan devisa negara. Industri-industri
andalan tersebut diharapkan terus melakukan pengembangan dalam
penguasaan pasar maupun kemampuan teknologi yang semakin efisien.
Secara umum struktur industri kimia, logam, besi baja Indonesia
belum siap menghadapi persaingan di pasar internasional. Contohnya ialah
impor bahan baku plastik dan turunannya masih cukup tinggi sebesar US$
5,5 miliar, sedangkan untuk produksi besi baja nasional, perusahaan BUMN
PT Krakatau Steel baru Rp 2,5 juta per tahun. Oleh karena itu pemerintah
memacuacu industri ini dengan memberikan tax allowance dan tax holiday
agar lebih menarik bagi investor.

5
Berlakunya era perdagangan bebas dengan Jepang, Australia,
Selandia Baru, dan Eropa, mendorong pelaku industri Indonesia mampu
meningkatkan daya saing. Akibatnya ekpansi perusahaan luar tidak
terelalkan lagi masuk ke dalam negeri.

2.2 Perjanjian
Sama seperti jenis barang lainnya, perjanjian yang diterapkan
untuk barang kimia juga tertera pada pasal 1237 KUHPerdata
menetapkan, bahwa dalam suatu perjanjian mengenai pemberian suatu
barang tertentu, sejak lahirnya perjanjian itu, barang tersebut sudah
menjadi tanggungan orang yang berhak menagih penyerahannya. Yang
dimaksud oleh pasal tersebut, ialah suatu perjanjian yang meletakkan
kewajiban hanya pada satu pihak saja. Akan tetapi, menurut pasal
tersebut, bila si berhutang atau debitur (pihak yang harus menyerahkan
barang) itu lalai dalam kewajibannya untuk menyerahkan barangnya,
maka sejak saat itu risiko berpindah kepadanya. Meskipun ia masih juga
dapat di bebaskan dari tanggumg jawab risiko itu, jika ia dapat
membuktikan bahwa barang tersebut juga akan hapus seandainya sudah
berada ditangan si kreditur sendiri.

Pasal 1554 KUHPerdata menetapkan, bahwa jika dalam suatu


perjanjian pertukaran mengenai suatu barang yang sudah ditentukan,
sebelum dilakukan penyerahan antara kedua belah pihak, barang itu hapus
diluar kesalahan pemiliknya, maka perjanjian pertukaran dianggap
dengan sendirinya hapus dan pihak yang sudah menyerahkan barangnya
berhak untuk meminta kembali barang tersebut.

Kreditur dapat menuntut debitur yang lalai dengan ketentuan :

a. Ia dapat meminta pelaksanaan perejanjian, meskipun pelaksanaan


itu sudah terlambat

6
b. Ia dapat meminta penggantian kerugian saja, yaitu kerugian yang
dideritanya, karena perjanjian tidak atau terlambat dilaksanakan,
atau dilaksanakan tetapi tidak sebagaimana mestinya.
c. Ia dapat menuntut pelaksanaan perjanjian disertai dengan
penggantian kerugian yang diderita olehnya sebagai akibat
terlambatnya pelaksanaan perjanjian.
d. Dalam hal suatu perjanjian yang meletakkan kewajiban timbal
balik, kelalaian satu pihak memberikan hak kepada pihak yang lain
untuk meminta pada hakim agar perjanjian di batalkan, disertai
dengan permintaan penggantian kerugian.
Yang dimaksud kerugian dapat di mintakan penggantian itu, tidak
hanya yang berupa biaya-biaya yang sungguh-sungguh telah dikeluarkan
(kosten), atau kerugian yang sungguh-sungguh menimpa harta benda si
berpiutang (schaden), tetapi juga yang berupa kehilangan keuntungan
(interessen), yaitu keuntungan yang akan di dapat seandainya si berhutang
tidak lalai (winstderving).

2.3 Perjalanan
Tanggung jawab shipper terhadap barang dangerous goods class 6
Sebagai contoh : pestisida
1. Shipper melakukan pengemasan terhadap barang pestisida tersebut dan
menggunakan limited quantities packaging yang menggunakan
kemasan kombinasi.
2. Shipper mengidentifikasi bahwa barang tersebut termasuk barang
berbahaya divisi 6.1.
3. Shipper menandai barang tersebut apakah sudah benar dengan data
barang dan barang tersebut termasuk dalam toxic yaitu zat yang
beracun.
4. Shipper melabel barang tersebut dengan gambar dalam divisi 6.1.
Beberapa hal yang wajib dicantumkan pada label keterangan adalah
berikut (Direktorat Pupuk dan Pestisida, 2011) :
a) Nama dagang formula;

7
b) Jenis pestisida;
c) Nama dan kadar bahan aktif;
d) Isi atau berat bersih dalam kemasan;
e) Peringatan keamanan;
f) Klasifikasi dan simbol bahaya;
g) Petunjuk keamanan;
h) Gejala keracunan;
i) Pertolongan pertama pada kecelakaan (P3K);
j) Perawatan medis;
k) Petunjuk penyimpanan;
l) Petunjuk penggunaan;
m) Piktogram;
n) Nomor pendaftaran;
o) Nama dan alamat serta nomor telepon pemegang, nomor
pendaftaran;
p) Nomor produksi, bulan dan tahun produksi (batch number) serta
bulan dan tahun kadaluwarsa;
q) Petunjuk pemusnahan.
Selain keterangan tersebut pada setiap Label wajib dicantumkan
kalimat“Bacalah Label Sebelum Menggunakan Pestisida!” Tulisan ini
biasanya dicantumkan dengan jelas agar setiap pengguna pestisida
memperhatikan informasi yang terdapat dalam kemasan.

Ke 17 (tujuh belas) keterangan tersebut penting untuk diketahui petani,


namun kenyataannya sulit bagi petani untuk mencermati dan memahami
semuanya. Karena itu ada beberapa item yang perlu diprioritaskan untuk
dibaca dan dipahami oleh petani setiap membeli produk pestisida.

1) Bentuk Formulasi.
Menurut Permentan Nomor: 07/Permentan/SR.140/2/2007 mengenai
Syarat dan Tatacara Pendaftaran Pestisida, Formulasi adalah campuran
bahan aktif dengan bahan lainnya dengan kadar dan bentuk tertentu

8
yang mempunyai daya kerja sebagai Pestisida sesuai dengan tujuan
yang direncanakan (direktorat pupuk dan pestisida, 2011)
Bentuk formulasi pestisida dapat diketahui dengan melihat kode yang
tercantum dalam kemasan :
Formulasi pestisida bentuk cair biasanya terdiri dari pekatan yang
dapat diemulsikan (EC), pekatan yang larut dalam air (SL), pekatan
dalam air(AC), pekatan dalam minyak (OC), Aerosol (A), gas yang
dicairkan (LG).
Formulasi Padat terdiri dari : Formulasi tepung yang dapat
disuspensikan atau Wettable Powder (WP) atau disebut juga
Dispersible Powder (DP), Formulasi yang dapat dilarutkan atau
Soluble Powder (SP) formulasi butiran atau Granula (G), Pekatan debu
atau Dust Concentrate (DC), Formulasi pestisida dalam bentuk debu
atau Dust (D), Formulasi umpan atau Block Bait (BB), formulasi tablet
mempunyai kode TB (Tablet).
Formulasi padatan lingkar mempunyai kode MC
2) Bahan Aktif Pestisida
Bahan Aktif adalah bahan kimia dan atau bahan lain yang terkandung
dalam Pestisida dan pada umumnya merupakan bahan yang berdaya
racun. Bahan aktif ini umumnya selektif digunakan untuk jenis OPT
tertentu. Kesalahan pembelian pestisida menyebabkan ketidaktepatan
bahan aktif yang dipergunakan untuk membasmi. Bisa jadi OPT yang
disemprot dapat mati mengingat hakekat bahan aktif yang terkandung
adalah racun. Misalkan werengpun jika disemprot dengan obat
nyamuk juga dapat mati. Namun biasanya memberikan dampak negatif
susulan yang justru lebih merugikan semisal resistensi dan
resurjensi.Resistensi adalah menurunnya kepekaan hama, penyebab
penyakit dan /atau gulma terhadap Pestisida tertentu (Kebal).
Sedang Resurjensi adalah peningkatan populasi organisme sasaran
setelah perlakuan dengan Pestisida.

9
Selain itu penggunaan pestisida yang tidak tepat juga akan mematikan
musuh alami dan merusak ekosistem alami. Oleh karena itu saat
membeli pestisida harus dipilih bahan aktif yang paling tepat.
Terdapat 39 (tigapuluh sembilan) bahan aktif yang dilarang
sebagaimana dilihat pada tabel 1. Bahan aktif ini harus dihindari.
3) Dosis dan petunjuk penggunaan.
Dosis adalah Takaran/ ukuran dalam liter, gram atau kg yang
digunakan untuk mengendalikan hama atau penyakit per satuan luas
tertentu. Efektivitas penggunaan Pestisida diperoleh melalui
penggunaan dosis yang tepat. Ketidak taatan dalam menggunakan
dosis Pestisida dapat menyebabkan resistensi yang akan semakin
merugikan petani. (dirjen prasarana dan sarana pertanian, 2011)
Penggunaan pestisida harus sesuai dosis anjuran, tidak hanya
menganut tradisi setempat. Masing-masing pestisida memiliki
petunjuk penggunaan yang berbeda sesuai karakteristik pestisida
tersebut. Kebiasaan yang muncul pada petani adalah menyamaratakan
metode aplikasi pestisida dengan abai pada kekhasan setiap pestisida.
Hasil yang optimum hanya bisa dicapai jika pestisida digunakan sesuai
petunjuk penggunaan.
4) Menggunakan Pestisida Yang Terdaftar Dan Diijinkan Menteri
Pertanian.
Tidak dibenarkan menggunakan Pestisida yang tidak terdaftar dan
tidak mendapat ijin Menteri Pertanian, karena tidak diketahui
kebenaran mutu dan efektivitasnya serta keamanannya bagi
lingkungan.
5) Nomor produksi, bulan dan tahun produksi (batch number) serta
bulan dan tahun kadaluwarsa
Setiap produk pestisida memiliki umur penggunaan yang ditandai
dengan masa kadaluarsa. Kadaluarsa berarti suatu produk sudah tidak
layak lagi untuk digunakan karena mengalami perubahan sifat baik
fisik maupun kimia sehingga hasil tidak akan sesuai dengan yang

10
diharapkan dan memiliki kemungkinan memberikan efek samping
yang negatif.
Setiap pembelian pestisida harus dicermati mengenai tanggal
kadaluarsa. Petani harus menjadi konsumen yang cerdas agar tidak
menjadi korban pedagang. Di khawatirkan pedagang nakal menjual
barang yang sudah kadaluarsa karena khawatir merugi.
6) Memahami kelas bahaya pestisida
7) memahami pictogram atau gambar
Pengguna diharapkan juga mempelajari piktogram (tanda-tanda
gambar) yang terdapat pada kemasan Pestisida atau pada brosur/
leaflet Pestisida

5. Shipper mendokumentasikan barang tersebut sebelum diangkut


kedalam pesawat udara, dan shipper menyiapkan dokumen :
a. Shipper declaration for dangerous goods
b. Air waybill
c. Material safety data sheet
d. Acceptance check list
e. NOTOC

Pengiriman Cargo, dalam pengiriman barang dangerous good


membutuhkan penanganan yang khusus. Secara umum proses
pengiriman cargo dapat digambarkan sebagai berikut :
Shipper - Acceptance - storage - build
up - movement - aircraft - warehouse - storage - pegambil
an barang/pengiriman barang - consignee

Adapun pada saat sebelum dikirim shipper harus mengecek pelabelan


:

11
Memeriksa bahwa apapun tanda yang berhubungan pada kemasan/
kemasan terluar sudah pada kemasan dan lokasi yang benar, sesuai
dengan kualitas dan persyaratan spesifikasi dari peraturan tersebut
Menghapus/ memindahkan semua tanda yang tidak terkait yang ada
pada kemasan/ kemasan terluar
Memastikan bahwa setiap kemasan luar/ kemasan tunggal digunakan
untuk barang berbahaya.
menggunakan semua tanda baru yang sesuai pada tempat yang benar,
dan memastikan kalau kulaitasnya tahan lama dan spesifikasinya sudah
benar
Memastikan bahwa tanggung jawab untuk menandai secara
lengkap dipenuhi bila kemasan/ kemasan terluar diserahkan ke
pengelola untuk dikirim.
Ada 2 tipe penandaan yaitu penandaan spesifikasi UN dan penandaan
kualitas terbatas. Apa saja penandaan yang wajib dibuat oleh
pengirim? Ada empat penandaan yang wajib dikirim ( mandatory
markings ) yaitu ;
nomor UN, nama pengapalan yang tepat, nama dan alamat pengirim
barang, nama dan alamat penerima barang. Tetapi, pengirim barang
juga membuat 5 penandaan tambahan, yaitu explosives, untuk Dry Ice,
untuk item lain, untuk RIS (div 6.2), untuk RIS dari UN3373.
Proses pengiriman dangerous goods divisi 5.1 Calcium
chlorate sebagai berikut:
 hipper membawa barang tersebut ke bagian acceptancdi bagian
acceptance
 calcium chlorate tersebut harus disimpan kedalam gudang
dengan cara memisahkannya dengan kargo umum yang lain
 Petunjuk dan alat-alat keamanan seperti alat pemadam
kebakaran harus tepat tersedia di lokasi barang-barang bahaya
tersebut disimpan

12
 Poster dangerous goods class 5 harus ditempatkan pada semua
titik dimana cargo tersebut diterima
 Selanjutnya calsium chlorate tersebut dimuat ke ULD
 karena calsium chlorate memiliki label CAO maka tidak
seharusnya dibawa kedalam kabin pesawat dimana penumpang
berada
 calsium chlorate tersebut tidak dapat ditempatkan bersama,
karena kemasan yang berisi barang-barang berbahaya dapat
bereaksi secara membahayakan satu dengan yang lainnya maka
dari itu tidak seharusnya ditempatkan berdampingan dalam
pemmuatan di dalam pesawat yang memungkinkan terjadinya
interaksi diantara barang-barang tersebut jika terjadi suatu
kebocoran
 dan harus dilakukan inspeksi untuk memastikan bahwa
kemasan luar tidak berlobang, robek, sisa kebocoran, bau atau
indikasi dalam integritas kemasan lain yang tak dapat
dikompromikan
 juga mengecek bahwa label bahaya ditempelkan dengan baik
dan dalam kondisi yang baik pula
 agent pun harus memastikan bahwa barang-barang tersebut
aman dengan cara mencegah pergerakan apapun yang dapat
mengubah orientasi dari kemasan
 seluruh kemasan barang-barang bahaya tersebut harus
diinspeksi sebelum dimuat oleh petugas yang bertanggung
jawab untuk menyusun
 dokumen barang tersebut harus dilengkapi seperti AWB,
Shipper's Declaration for Dangerous Goods, checklist
penerimaan barang0barang berbahaya, NOTOC
 diangkut kedalam pesawat
 setelah sampai di destination point cargo tersebut di unload

13
 lalu dimasukkan ke warehouse
 di warehouse dilakukan breakedown yaitu memisahkan cargo
sesuai jenisnya
 lalu dimasukkan ke storage
 kemudian dikirim ke consignee

Jenis - jenis kemasan antara lain:


a) Kemasan Luar/ Tunggal
Untuk kemasan jenis ini menggunakan kode 2 (dua) karakter, yaitu
:
 Angka numerik yang menunjukkan jenis kemasan
seperti drum, jerigen, dan lain-lain
 Diikuti huruf latin kapital yang menunjukkan bahan dari
kemasan seperti baja (steel), kayu, dan lain-lain
 Diikuti dengan (bila mungkin) dengan angka numerik yang
menunjukkan kategori dari isi kemasan.
b) Kemasan Komposit
Kemasan jenis ini diberi kode dengan 2 huruf Latin kapital secara
berurutan. Huruf pertama menunjukkan bahan yang digunakan
pada lapisan dalam, sedangkan berikutnya menunjukkan
bahan dari kemasan luar.
c) Kemasan Kombinasi
Pada kemasan kombinasi, hanya ada satu kode yang digunakan
yaitu sesuai kode pada kemasan luar yang digunakan. Angka
numerik yang digunakan untuk beberapa jenis kemasan adalah
sebagai berikut:
1 --- drum
2 --- reserved
3 --- jerigen
4 --- kotak (box)
5 --- kantong (bag)

14
6 --- kemasan komposit

Sedangkan huruf kapital yang digunakan untuk menunjukkan


bahan kemasan yang digunakan adalah :
A --- baja (steel) ( termasuk semua jenis pelapisan)
B --- aluminium
C --- kayu
D --- kayu lapisn(plywood)
F --- reconsituted wood
G --- fibreboard
H --- plastik
L --- tekstil
M -- kertas, multiwall
N --- logam (selain baja atau aluminium)
P --- gelas, porcelain

d) Kemasan Dalam
Pengkodean yang digunakan pada kemasan dalam adalah dengan
3 (tiga) atau empat huruf yaitu:
(a) Dengan huruf Latin besar ”IP” yang menunjukkan ”Inner
Packaging”
(b) Diikuti dengan huruf yang menunjukkan jenis kemasan dalam
(c) Jika mungkin, diikuti dengan huruf Latin kapital yang
menunjukkan kategori dari isi.

Pengujian untuk Kemasan Dangerous Goods

Tujuan dari pengujian adalah untuk menjamin bahwa tidak ada isi/produk
yang hilang selama transportasi pada kondisi normal. Jumlah/parameter uji
pada kemasan ditentukan oleh isi/produk, grup ,kemasan, density dan
tekanan uap (untuk cairan).

a) Uji Jatuh (drop test)

15
Uji ini dilakukan untuk setiap jenis dan setiap pembuatan dan
dilakukan untuk kemasan-kemasan :
Drum plastik, jerigen plastik, kotak plastik selain dari Expandable
Polystyrene, kemasan komposit dan kemasan kombinasi dengan
kemasan dalam berupa plastik selain kantong plastik dengan tinggi
jatuhan 1,8 m untuk kemasan grup I; 1,2 m untuk kemasan grup II
dan 0,8 m untuk kemasan grup III. Khusus untuk produk cair
dengan density lebih besar dari 1,2 maka tinggi jatuhan adalah 1,5
m kali relative density untuk grup I; 1,0 m kali relative density
untuk grupII dan 0,67 kali relative density untuk grup III.
b) Uji Kebocoran (leakproofness test)
Uji ini harus dilakukan unytuk semua jenis kemasan yang berisi
cairan namun tidak diperlukan untuk kemasan dalam dari kemasan
kombinasi
c) Uji Tekanan Dalam (hydraulic test)
Uji tekanan dalam atau hydraulic test harus dilakukan untuk
semua jenis kemasan yang terbuat dari metal, plastik dan kemasan
komposit yang berisi cairan, namun tidak diperlukan unuk
kemasan dalam dari kemasan kombinasi
d) Uji Tumpukan (Stacking Test)
Uji ini harus dilakukan untuk semua jenis kemasan kecuali
kantong.

2.4 Kepabeanan di Negara Tujuan


Yang dilakukan petugas kepabeanan di negara tujuan yang pertama
ialah pemeriksaan barang. Pemeriksaan barang adalah pemeriksaan fisik
barang oleh petugas pabean untuk memastikan wujud (jenis), asal, kondisi,
jumlah dan nilai barang sesuai dengan data yang tercantum dalam
pemberitahuan barang (International Convention of Simplification and
Harmonization of Customs Procedures (2003:3)). Pemeriksaan pabean
terhadap barang dilakukan secara selektif dalam arti pemeriksaan fisik
barang dan penelitian dokumen hanya dilakukan dengan

16
mempertimbangkan mempertimbangkan resiko yang melekat melekat pada
barang dan importir importir yang bersangkutan. Untuk bahan kimia,
petugas akan melakukan uji barang dengan mengambil sample atau contoh
dari bahan tersebut. Tujuan pemeriksaan barang ialah untuk mencegah
adanya uraian barang yang tidak jelas/benar (misdescription), mencegah
adanya barang yang tidak diberitahukan (unreported), mencegah kesalahan
pemberitahuan negara asal barang; mencegah pemasukan barang larangan
dan pembatasan, menetapkan klasifikasi dan nilai pabean dengan benar.

2.5 Dokumen – dokumen


Dokumen yang diperlukan untuk mengekspor atau mengimpor bahan kimia
memiliki kesamaan dengan pengiriman barang jenis lainnya, diantaranya :

2.5.1 Dokumen Kepabeanan


1) BC 2.0, Pemberitahuan Impor Barang (PIB)
2) BC 2.1, Pemberitahuan Impor Barang Khusus
3) BC 2.2, Pemberitahuan atas Barang Pribadi Penumpang dan Awak
Sarana Pengangkut/Customs Declaration
4) BC 2.3, Pemberitahuan Impor Barang untuk Ditimbun di Tempat
Penimbunan Berikat
5) BC 2.4, Pemberitahuan Penyelesaian Barang asal Impor yang
Mendapat Dokumen Kepabeanan Kemudahan Impor Tujuan Ekspor
(KITE)
6) BC 2.5, Pemberitahuan Impor Barang dari Tempat Penimbunan
Berikat
7) BC 2.6.1, Pemberitahuan Pengeluaran Barang dari Tempat
Penimbunan Berikat Dengan Jaminan
8) BC 2.6.2, Pemberitahuan Pemasukan Kembali Barang yang
Dikeluarkan dari Tempat Penimbunan Berikat dengan Jaminan
9) BC 2.7, Pemberitahuan Pengeluaran Barang untuk Diangkut dari
TPB ke TPB lainnya.
10) BC 3.0, Pemberitahuan Ekspor Barang (PEB)

17
2.5.2 Dokumen Pelengkap Pabean
1. Invoice
Invoice atau Faktur Perdagangan adalah : Suatu nota perhitungan
yang dibuat oleh Eksportir untuk Importir dan nota ini merupakan
alat bukti telah terjadinya transaksi diantara mereka.
Jenis Invoce yang digunakan terhadap barang kimia :
a) Proforma Invoice: Invoice yg dikeluarkan untuk memenuhi
suatu keperluan yang sifatnya sementara waktu (Biasanya
dipakai utk melengkapi surat penawaran barang).
b) Customs Customs Invoice Invoice: Invoice Invoice yg
dikeluarkan dikeluarkan Eksportir Eksportir utk keperluan
keperluan Pabean yang didalamnya berisi harga barang
yang akan di ekspor.
c) Consular Invoice: Invoice yang ditandasyahkan oleh
Konsul Perdagangan di negara dimana Eksportir berada.
d) Commercial Invoice: Invoice yang dikeluarkan oleh
Eksportir yang berisi uraian lengkap dari jenis, jumlah dan
harga barang serta perhitungan pembayaran dan biasanya
dilampiri dengan Packing List/Meansurement List/Weight
Note.
2. Packing List/Weight List
Dokumen ini berupa daftar / perincian dari berat / bobot barang
dan berat/bobot kemasannya.
3. Certificate of Origin (Surat Keterangan Asal)
Dokumen ini berisi pernyataan bahwa barang yang bersangkutan
adalah barang yang berasal dari negara tersebut (Biasanya
sertifikat ini dikeluarkan oleh Departemen Perindustrian dan
Perdagangan /Ministry of Trade and Industry).
Manfaatnya surat keterangan asal adalah :
a) Untuk mendapatkan preferensi.

18
b) Sebagai tiket masuk komoditi ekspor Indonesia ke beberapa negara
: Taiwan dan Timur Tengah.
c) Sebagai dokumen masuk komoditi ekspor Indonesia ke negara
tujuan ekspor (mencegah Free Rider)
d) Untuk menetapkan menetapkan Negara Asal Barang (Country
(Country of Origin) suatu barang ekspor.
e) Untuk memenuhi persyaratan pencairan L/C terhadap pembiayaan
ekspor yang menggunakan L/C.
f) Pelacakan tuduhan dumping (trade remedies).
g) Data Statistik.
h) Repeat Order
4. Asuransi (Insurance)
Persetujuan dimana pihak penanggung berjanji akan mengganti
kerugian sehubungan dengan kerusakan, kerugian atau kehilangan
kehilangan laba yang diharapkan diharapkan oleh pihak
tertanggung yang diakibatkan oleh suatu kejadian yang tidak
disangka. Pada bahan kimia, asuransi akan mengganti kerugian
yang menyebabkan kecelakaan kerja atau bahan kimia mengalami
perubahan-perubahan fungsi atau sifat.
5. BILL OF LADING (B/L)
Dokumen yang dikeluarkan oleh Perusahaan Pelayaran atau agennya
sebagai tanda penerimaan barang untuk diangkut diangkut melalui
melalui laut ke suatu tempat tujuan tertentu dan akan diserahkan kepada
pihak tertentu berdasarkan syarat penyerahan yang telah disepakati.
Fungsi dari BILL OF LADING
a) Sebagai Bukti kepemilikan (document of title )
b) Sebagai Dokumen berharga yang dapat diperjualbelikan
c) Sebagai perjanjian pengangkutan (contract of carriage )

2.6 Tata Cara Pembayaran


Tata cara pembayaran untuk pengiriman bahan kimia (toxic) mirip
seperti pengiriman bahan jenis lainnya hanya saja penanggungan lebih

19
rumit karena merupakan jenis bahan yang berbahaya, nilai asuransinya
juga cukup tinggi. Jenis-jenis tata cara pembayaran, diantaranya :
1. Pembayaran Transaksi Export Dan Import Secara Tunai
Pembayaran secara tunai (cash payment) atau pembayaran di
awal (advanced payment). Dalam sistem pembayaran ini, pembeli
(importir) melakukan pembayaran di awal (pay in advanced) kepada
penjual (eksportir) sebelum barang-barang tersebut dikirimkan oleh
penjual. Ini berarti importir memberikan kredit kepada eksportir
untuk mempersiapkan barang-barangnya.
Faktor yang mendorong dilakukannya pembayaran dengan sistem
tunai ini, antara lain :

a) Kepercayaan dari importir kepada eksportir.


b) Keyakinan yang dimiliki importir terhadap negara eksportir
bahwa negara eksportir tidak akan melarang ekspor.
c) Pemerintah importir memberikan izin untuk melakukan
pembayaran di awal kepada importir.
d) Importir mempunyai likuiditas yang cukup.
Pelaksanan sistem ini sering digunakan dalam kondisi pasar yang
baik bagi penjual. Besarnya pembayaran biasanya mencapai 100%
dari besarnya barang yang diekspor. Dalam sistem pembayaran ini,
importir menanggung segala resiko, dari segi pembayaran yang
dilakukan atau kemungkinan tidak dikirimnya barang-barang yang
dipesan.
2. Rekening Terbuka / Pembayaran Kemudian (Open Account)
Rekening Terbuka atau yang sering disebut Pembayaran
Kemudian (Open Account), yaitu sistem pembayaran dimana belum
dilakukan pembayaran apa-apa oleh importir kepada eksportir sebelum
barang dikapalkan atau diterima importir. Ataupun pembayaran tidak
akan dilakukan sampai batas waktu tertentu yang telah disepakati.
Setelah eksportir melakukan pengapalan barang, maka eksportir akan
mengirimkan invoice kepada importir. Dalam invoice tersebut eksportir

20
akan mencamtumkan tanggal dan waktu tertentu kapan importir harus
melakukan pembayaran.
Cara pembayaran export dan import dengan sistem Rekening Terbuka
atau yang sering disebut Pembayaran Kemudian (Open Account) dapat
dilakukan, apabila :
a) Ada kepercayaan penuh antara pihak eksportir dan importir
b) Barang-barang dan dokumen akan dikirim langsung kepada
pembeli
c) Eksportir mempunyai dana lebih
d) Pihak eksportir yakin tidak ada peraturan di negara importir yang
melarang transfer pembayaran
Resiko yang bisa saja terjadi dalam sistem pembayaran ini adalah :
a) Eksportir tidak mendapat perlindungan apakah importir akan
melakukan pembayaran
b) Apabila importir tidak membayar, eksportir akan mengalami
kesulitan ketika membuktikannya saat di pengadilan karena tidak
adanya bukti
c) Penyelesaian perselisihan dalam hal ini akan mengakibatkan pihak
eksportir harus mengeluarkan biaya lebih

3. Pembayaran Transaksi Export Dan Import Dengan Wesel


Inkaso (Collection Draft)
Wesel Inkaso (Collection Draft) | Dalam sistem pembayaran ini
eksportir memiliki hak pengawasan terhadap barang-barang sampai
weselnya (draft) dibayar oleh importir. Eksportir atau Drawer (penarik
wesel) mengapalkan barang sementara dokumen kepemilikan atas
pengiriman barang secara langsung/melalui bank importir dikirim
kepada importir.
Penyerahan dokumen yang diberikan kepada importir didasarkan pada
beberapa hal, yaitu :
a) D/P (Document against Payment)

21
Yaitu penyerahan dokumen kepada importir dilakukan apabila
importir telah membayar.
b) D/A (Document against Acceptance)
Yaitu penyerahan dokumen kepada importir akan dilakukan apabila
importir telah mengaksep weselnya.

4. Pembayaran Transaksi Export Dan Import Dengan


Konsinyasi (Consignment)
Pembayaran transaksi export dan import yang dilakukan dengan cara
konsinyasi (Consignment), yaitu sistem pengiriman barang-barang
ekspor pada importir di luar negeri yang dikirim oleh eksportir sebagai
titipan untuk dijualkan oleh importir dengan harga yang telah ditetapkan
oleh importir. Barang-barang yang tidak terjual oleh importir
selanjutnya akan dikembalikan kepada eksportir.
Dalam sistem ini, eksportir memegang hak atas kepemilikan atas
barang, sedangkan importir hanya sebagai pihak yang dititipi barang
untuk dijual.
Kemungkinan resiko yang dapat ditimbulkan dari sistem pembayaran
dengan cara konsinyasi (consignment), antara lain :
a) Modal terlalu lama tertimbun pada barang yang diperdagangkan
b) Tidak adanya kepastian eksportir akan menerima pembayaran
c) Eksportir dapat menjadi korban penipuan dengan laporan tentang
barang yang terjual tetapi tidak sesuai dengan yang sebenarnya
d) Bila importir tidak membayar maka tidak ada bukti untuk
melaporkan atau menuntutnya di pengadilan
5. Pembayaran Transaksi Export Dan Import Dengan Letter of Credit
(L/C)
Letter of Credit adalah surat pernyataan yang dikeluarkan oleh issuing
bankatas permintaan pembeli atau importer yang ditunjukkan kepada
penjual atau eksportir atau beneficiary melalui advising
atau conformingbank dengan memberikan suatu pernyataan bahwa

22
issuing bank akan membayar sejumlah uang tertentu ketika seluruh
persyaratan L/C yang ditetapkan telah dipenuhi.
Letter of Credit merupakan suatu jasa bank untuk difungsikan
masyarakat dalam suatu tujuan memperlancar atau mempermudah
pelayanan arus barang baik dari dalam negeri (antarpulau) maupun dari
arus barang antarnegara (ekspor-impor).
Dalam prinsipnya, Letter of Credit merupakan suatu pernyataan yang
bersumber dari permintaan nasabah yakni importir untuk menyediakan
dan membayar sejumlah uang tertentu terhadap suatu kepentingan dari
pihak ketiga yakni penerima L/C atau eksportir. Letter of Credit dapat
juga disebut sebagai kredit berdokumen ataupun documentary credit.
Dalam perdagangan internasional, sistem pembayaran yang digunakan
adalah Letter of Credit atau disingkat dengan L/C. Letter of
Credit adalah sistem yang paling banyak dan adil, baik untuk eksportir
maupun kepada importir. L/C merpaka sistem yang lazim digunakan
oleh para eksportir maupun importir dikarenakan dalam pelaksanaan
L/C, seluruh pihak, khususnya bank, hanya berurusan dengan dokumen,
bukan barang, jasa ataupun pelaksanaan lainnya yang bersangkutan
dengan dokumen.
Sistem pembayaran dengan L/C merupakan cara paling aman bagi
eksportir untuk memperoleh hasil dari penjualan barangnya dari
importir. Selama eksportir dapat menyerahkan dokumen-dokumen yang
sesuai dengan yang disyaratkan dalam L/C.
Kepastian tentang amannya kepentingan kedua belah pihak (eksportir
dan importir) dengan menggunakan sistem pembayaran ini, antara lain
:
a) Adanya kepastian pembayaran kepada penjual/eksportir apabila
dokumen-dokumen pengapalan lengkap dan sesuai dengan syarat
L/C
b) Dan untuk kepastian pembayaran kepada importir hanya dapat
dilakukan oleh bank apabila sesuai dengan persyaratan L/C

23
Pembayaran yang telah dipastikan itu tergantung dari jenis L/C yang
dibuka, apakah L/C tersebut irrevocable atau irrecovable
confirmed. Dalam transaksi L/C ini, bank hanya melihat dan
berkepentingan dalam dokumen-dokumen saja dan tidak terlibat dalam
barang-barang. Karena itu L/C tidak menjamin importir bahwa isi
pengapalan akan sesuai dengan yang disebut dalam “sales
contract” antara kedua pihak (eksportir dan impotir).
Berikut ini adalah tiga kontrak terpisah yang dikaitkan dengan L/C,
antara lain :
a) Kontrak jual beli (sales contract) antara penjual dan pembeli
(eksportir dan importir)
b) Instrumen L/C yang merupakan kontrak antara
eksportir (beneficiary) dan bank pembuka L/C (issuing bank)
c) L/C atau “perjanjian jaminan” yang merupakan kontrak antara
importir (applicant) dan bank pembuka L/C (issuing bank)

24
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
3.1 Kesimpulan
Perdagangan ekspor-impor merupakan salah satu aspek penting
dalam perkonomian setiap negara . MSDS adalah informasi yang berisi
terkait dengan sifat kimia dan fisika dari suatu zat kimia/produk, yang
mencangkup cara/prosedur penyimpanan, penanganan, pemakaian, cara
pembuangan limbah zat kimia, penanganan k3 dan dampak terhadap
lingkungan sekitar. MSDS ini biasanya dibuat oleh produsen bahan kimia
dengan standar tertentu yang telah ditentukan. Industri kimia di Indonesia
telah berkembang seiring dengan bertumbuhnya perekonomian nasional,
dan kini menjadi salah satu pilar pernbangunan industri manufaktur di
samping industri otomotif, industri olahan berbasis sumber daya alam.
Dosis adalah Takaran/ ukuran dalam liter, gram atau kg yang digunakan
untuk mengendalikan hama atau penyakit per satuan luas tertentu. Dalam
pengiriman barang dangerous good membutuhkan penanganan yang
khusus. Secara umum proses pengiriman cargo dapat digambarkan sebagai
berikut :
Shipper - Acceptance - storage - build up - movement - aircraft
- warehouse - storage - pegambilan barang/pengiriman barang -
consignee
3.2 Saran
Pengawasan serta peraturan terhadap ekspor – impor bahan atau
barang kimia perlu ditingkatkan, terutama pada bahan kimia yang dapat
membahayakan kehidupan dan dapat merusak lingkungan atau ekosistem.
Perhatian lebih terhadap ekspor – impor bahan kimia akan meminimalisir
terjadinya penyalahgunaan bahkan menurangi tindak kejahatan
menggunakan bahan kimia.

25
DAFTAR PUSTAKA

http://www.lincgrp.com/id/news/read_article/Persiapan_Sebelum_Ekspor_Impor_
Bahan_Kimia

http://batangmatasapo.blogspot.co.id/2016/11/makalah-ekspor-impor.html

http://kelompoktigadg.blogspot.co.id/

https://www.slideshare.net/putriLaila/makalah-ekspor-impor-pengenalan

https://anggitata.wordpress.com/2011/01/06/makalah-ekspor-impor-inonesia/

https://nasional.tempo.co/read/816921/ini-yang-harus-dipahami-sebelum-ekspor-
impor-bahan-kimia

www.kemenperin.go.id/artikel/.../Industri-Kimia-ketergantungan-bahanBaku-
Impor

https://economy.okezone.com/read/2016/11/02/426/1530921/pahami-msds-
sebelum-impor-dan-ekspor-barang-kimia

https://www.kompasiana.com/rudialamsyah/bagaiaman-cara-ekspor-bahan-kimia-
berbahaya_5857a4a5937e6183204e1b7a

26

Anda mungkin juga menyukai