348-Article Text-1160-1-10-20200330
348-Article Text-1160-1-10-20200330
2, Desember 2018
Enni Ekakusumawati
Universitas Fajar
Abstrak
Indonesia sulit melakukan penundaan isi perjanjian, amandemen dan pengakhiran
perjanjin AFCTA , Ketentuan yang paling memungkinkan untuk dilakukan oleh indonesia
adalah menggunakan aturan WTO dimana pemberlakuan ini dapat diterapkan bagi negara
yang belum dapat mengikuti perkembangan liberalisme perdagangan, aturan ini difasilitasi
dengan mekanisme perlindungan seperti anti dumping dan saveguard. Oleh karena itu
ketentuan yang dapat digunakan indonesia dalam penerapan ACFTA adalah dengan
menerapkan fasilitas saveguard dalam WTO sebagai solusi untuk menyelamatkan
kepentingan nasional.
Kata Kunci: Ratifikasi, Asean Free Trade Agreement, Hukum Internasional, Perjanjian
Internasional.
PENDAHULUAN
Salah satu bentuk kerjasama yang lapangan usaha baru dalam menyerap
dilakukan Indonesia adalah perjanjian Tenaga Kerja di Indonesia.
(agreement) ASEAN dengan China. Undang-Undang Dasar 1945 telah
Perjanjian yang dilaksanakan oleh China menegaskan dalam Pasal 11 ayat (2),
dan Indonesia tersebut dikenal dengan, “bahwa perjanjian internasional yang
Asean China Free Trade Agreement, atau menimbulkan akibat luas dan mendasar
yang disingkat ACFTA.Perjanjian yang bagi kehidupan rakyat dan atau
melibatkan beberapa negara Asean dan mengharuskan perubahan atau
China tersebut tentu memberikan dampak pembentukan undang-undang, harus
(effect) yang besar bagi perkembangan dengan persetujuan DPR (hak menyatakan
perekonomian(development of economy) di pendapat).” Meskipun dalam pengesahan
Indonesia. Perjanjian ACFTA yang perjanjian ACFTA dapat dilakukan
dilakukan antara negara-negara ASEAN dengan persetujuan DPR sesuai pasal 11
termasuk Indonesia menjadi salah satu ayat (2) UUD 1945 dalam hal
bentuk penegasan keikutsertaan Indonesia pembentukan Undang-undang, Namun
dalam Asean China Free Trade Area dalam ketentuan Undang-undang No 24
(ACFTA). tahun 2000 secara jelas, juga menegaskan
Pro dan kontra keikutsertaan bahwa perjanjian ekonomi
Indonesia dalam perjanjian tersebut sangat internasional(the agreement of
jelas terasa. Pihak yang pro menyatakan international economy) tidak termasuk
bahwa keikutsertaan Indonesia dalam dalam kesepakatan (consensus) yang
ACFTA tidak berarti ancaman (treatment) harus mendapat ratifikasi dari DPR,
serbuan produk-produk China ke sehingga ACFTA merupakan domain
Indonesia, tetapi merupakan peluang bagi eksekutif yang pengesahannya cukup
Indonesia untuk meningkatkan ekspor ke melalui Keppres.
China dan negara-negara ASEAN serta Pentingnya penuntasan masalah
peluang tumbuhnya investor dari negara- perjanjian ACFTA tersebut, menjadi
negara tersebut yang akan menanamkan sebuah keharusan pemerintah untuk
modalnya di Indonesia guna membuka melihat lebih jauh tentang ketentuan dan
prosedur perubahan perjanjian ACFTA
28
Pleno De Jure, Vol. 7 No. 2, Desember 2018
29
Pleno De Jure, Vol. 7 No. 2, Desember 2018
59, 60, 61, 62, 63, 64. Terakhir adalah keterangan dari pemerintah mengenai
seksi 4 tentang prosedur yang terdiri dari 8 perjanjian internasional yang telah dibuat.
pasal yakni, pasal 65, 66, 67, 68, 69 70, Apabila dipandang merugikan kepentingan
71, dan 72. nasional, perjanjian internasional tersebut
dapat dibatalkan atas permintaan DPR,
Undang-undang No. 24 Tahun 2000 sesuai dengan ketentuan yang ada dalam
Tentang Perjanjian Internasional Undang-undang No. 24 Tahun 2000, yaitu
Sejalan dengan makna perjanjian dalam ketentuan pasal 16 ayat (3).
internasional berdasarkan Undang-undang Berdasarkan Pasal 9 ayat (2)
No. 24 Tahun 2000. Perjanjian Pengesahan perjanjian internasional
internasional adalah perjanjian, dalam dilakukan dengan UU atau KEPPRES.
bentuk dan nama tertentu, yang diatur Selanjutnya, pada Pasal 10 dinyatakan,
dalam hukum internasional yang dibuat Pengesahan perjanjian internasional
secara tertulis serta menimbulkan hak dan dilakukan dengan UU apabila berkenaan
kewajiban di bidang hukum publik. Pasal 4 dengan ruang lingkup hukum publik,
Undang-undang tentang Perjanjian selainnya melalui KEPPRES. Oleh sebab
Internasional itu bahkan mengikat itu, dengan adanya pengesahan melalui
Pemerintah Indonesia agar berkewajiban KEPPRES No. 48 Tahun 2004 tentang
melaksanakan perjanjian tersebut dengan kerangka kerja ASEAN-China, maka
itikad baik. Pasal 16 ayat (1) UU No. 24 ketentuan perjanjian ini menjadi hukum
Tahun 2000 menegaskan, Pemerintah nasional, dengan ketentuan prosedur yang
Republik Indonesia melakukan perubahan dilaksanakan merupakan bagian dari
atas ketentuan suatu perjanjian keseluruhan proses pembuatan perjanjian
internasional berdasarkan kesepakatan internasional yang bersangkutan.
antara para pihak dalam perjanjian
tersebut. Undang-Undang Ratifikasi WTO
Presiden dapat membatalkan semua Solusi hukum dari permasalahan
perjanjian internasional yang ini dapat ditemukan dalam aturan WTO.
ditandatangani hanya dengan sebuah Dalam aturan WTO, negara yang belum
penerbitan Keppres. Pembatalan perjanjian dapat mengikuti perkembangan liberalisasi
tersebut, sesuai dengan Undang-undang perdagangan difasilitasi dengan
Nomor 24 Tahun 2000 yang menyatakan mekanisme perlindungan seperti anti-
Presiden dapat membatalkan dan bisa dumping dan safeguard. Dalam kasus ini,
melakukan perubahan atas suatu perjanjian Indonesia dapat memanfaatkan Safeguard
internasional. Berdasarkan UU Nomor 24 WTO untuk melindungi industri domestik
Tahun 2000 tentang Perjanjian dari kerugian akibat serbuan impor dari
Internasional, disebutkan dalam Pasal 16 China.
ayat 3 bahwa perubahan atas suatu Mekanisme Safeguard dapat
perjanjian internasional yang telah digunakan dalam kasus perdagangan
disahkan oleh pemerintah dapat dilakukan dengan China, Bahkan mungkin
dengan peraturan perundang-undangan memanfaatkan mekanisme ini bisa jadi
yang setingkat. tidak sesulit yang diduga sehubungan
Selanjutnya, dalam pasal 16 ayat (4) dengan ketentuan khusus dalam Protokol
ditegaskan, dalam hal perubahan Aksesi China untuk menjadi anggota
perjanjian internasional yang hanya WTO.Bagian 16 dari Protokol Aksesi
bersifat teknis administratif, pengesahan China memuat ketentuan Safeguard
atas perubahan tersebut dilakukan melalui khusus terhadap produk China yang
prosedur sederhana. Di dalam mekanisme dikenal dengan istilah China
fungsi dan wewenang, DPR dapat Safeguard.Sejatinya, ketentuan ini lahir
meminta pertanggungjawaban atau sebagai langkah antisipasi terhadap
30
Pleno De Jure, Vol. 7 No. 2, Desember 2018
kemungkinan kerugian impor yang akan diketahui secara jelas pemahaman dan
dialami negara-negara anggota WTO konsep kerangka tujuan yang sebenarnya
dengan masuknya China sebagai anggota. dari segi yuridisnya.
Ketentuan dalam Framework ACFTA Indonesia sebagai Pelaksana dalam
Pasal 14 kerangka kerja perjanjian perjanjian Internasional seperti ACFTA
ACFTA yang mengatur soal amandemen. tentu harus memperhatikan asas-asas
Rumusannya: “The provisions of this penting dalam perjanjian Internasional,
Agreement may be modified through yang menjadikan Indonesia terikat dalam
amendments mutually agreed upon in setiap perjanjian yang telah diratifikasi
writing by the Parties”. Dalam rumusan baik melalui Undang-undang maupun
berbeda bermakna sama, Pasal 19 melalui Keputusan Presiden. Pada
Perjanjian Kerjasama ASEAN-China dasarnya ada dua Asas Penting yang
menegaskan: “This Agreement may be menjadi pedoman pelaksanaan perjanjian:
amended by the mutual written consent of
the Parties”. Jadi, untuk membatalkan a. Asas Itikad Baik
perjanjian bukan saja harus ada Prinsip iktikad baik ini tidak hanya
kesepakatan seluruh pihak, tetapi juga berlaku dalam pelaksanaan perjanjian-
kesepakatan itu dalam bentuk tertulis.Oleh perjanjian yang bersifat khusus, tetapi juga
karena itu, penundaan, bila diinginkan, berlaku terhadap perjanjian internasional
harus melalui dua tahapan. yang berlaku umum seperti Piagam
a. Tahap pertama adalah meyakinkan PBB.Penegasan kembali prinsip itikad
negara-negara ASEAN agar ASEAN baik dalam penyusunan konvensi ini
mau meminta penundaan kepada China. adalah penting untuk menjamin ditaatinya
b. Tahap kedua adalah ASEAN yang telah suatu perjanjian internasional yang dibuat
satu suara dalam penundaan untuk itu.Selain ketentuan pentaatan perjanjian
Indonesia bernegosiasi dengan China yang berdasarkan pada Itikad baik setiap
agar Perjanjian Perdagangan Barang pihak juga harus tetap berpedoman dalam
ditunda keberlakuannya. Proses ini akan hal pentaatan perjanjian dikenal suatu
sangat sulit dan memakan waktu, prinsip yang sangat penting, yaitu “Pacta
padahal keberlakuan dari Perjanjian Sunt Servanda” (perjanjian harus ditepati).
Perdagangan Barang saat ini sudah Prinsip ini sangat fundamental dalam
berlangsung. hukum internasional dan menjadi norma
imperatif dalam praktek perjanjian
Mekanisme dan Prosedur untuk internasional.
Menghadapi Perjanjian ACFTA
(Asean-China Free Trade Agreement) b. AsasPacta Sunt Servanda
Pentaatan Pelaksanaan Sesuai Isi Asas pacta sunt servanda merupakan
Perjanjian. salah satu asas hukum yang berada di
Apabila dikaitkan dengan konsep dalam sistem, karena telah diwujudkan
hukum internasional dengan aspek dalam kaidah hukum dari sistem hukum
pembentukan perjanjian internasional internasional maupun hukum nasional
berarti setiap negara mempunyai positif. Melalui ketentuan tersebut
kedudukan sama dalam pembentukannya. dimaksudkan bahwa negara-negara peserta
Apalagi dengan adanya konsep pacta sunt perjanjian, terikat untuk memenuhi
servanda yang memungkinkan setiap kewajiban-kewajibannya sebagai
negara mempunyai kesebandingan di konsekuensi dari kedudukannya sebagai
dalam pembentukan perjanjian. anggota dan telah menerima hak-hak dan
Diharapkan dengan memahami keuntungan sebagai peserta dalam
perkembangan tersebut, konsep hubungan perjanjian. Ditegaskan pula, bahwa para
dan kerja sama antar negara dapat pihak dalam memenuhi kewajibannya
31
Pleno De Jure, Vol. 7 No. 2, Desember 2018
32
Pleno De Jure, Vol. 7 No. 2, Desember 2018
33
Pleno De Jure, Vol. 7 No. 2, Desember 2018
34
Pleno De Jure, Vol. 7 No. 2, Desember 2018
35
Pleno De Jure, Vol. 7 No. 2, Desember 2018
36
Pleno De Jure, Vol. 7 No. 2, Desember 2018
www. Legalitas.com
37