Anda di halaman 1dari 10

Pleno De Jure, Vol. 7 No.

2, Desember 2018

ANALISIS RATIFIKASI ASEAN CHINA FREE TRADE AGREEMENT OLEH


INDONESIA DALAM PERSPEKTIF HUKUM INTERNASIONAL

Enni Ekakusumawati
Universitas Fajar

Abstrak
Indonesia sulit melakukan penundaan isi perjanjian, amandemen dan pengakhiran
perjanjin AFCTA , Ketentuan yang paling memungkinkan untuk dilakukan oleh indonesia
adalah menggunakan aturan WTO dimana pemberlakuan ini dapat diterapkan bagi negara
yang belum dapat mengikuti perkembangan liberalisme perdagangan, aturan ini difasilitasi
dengan mekanisme perlindungan seperti anti dumping dan saveguard. Oleh karena itu
ketentuan yang dapat digunakan indonesia dalam penerapan ACFTA adalah dengan
menerapkan fasilitas saveguard dalam WTO sebagai solusi untuk menyelamatkan
kepentingan nasional.

Kata Kunci: Ratifikasi, Asean Free Trade Agreement, Hukum Internasional, Perjanjian
Internasional.

PENDAHULUAN
Salah satu bentuk kerjasama yang lapangan usaha baru dalam menyerap
dilakukan Indonesia adalah perjanjian Tenaga Kerja di Indonesia.
(agreement) ASEAN dengan China. Undang-Undang Dasar 1945 telah
Perjanjian yang dilaksanakan oleh China menegaskan dalam Pasal 11 ayat (2),
dan Indonesia tersebut dikenal dengan, “bahwa perjanjian internasional yang
Asean China Free Trade Agreement, atau menimbulkan akibat luas dan mendasar
yang disingkat ACFTA.Perjanjian yang bagi kehidupan rakyat dan atau
melibatkan beberapa negara Asean dan mengharuskan perubahan atau
China tersebut tentu memberikan dampak pembentukan undang-undang, harus
(effect) yang besar bagi perkembangan dengan persetujuan DPR (hak menyatakan
perekonomian(development of economy) di pendapat).” Meskipun dalam pengesahan
Indonesia. Perjanjian ACFTA yang perjanjian ACFTA dapat dilakukan
dilakukan antara negara-negara ASEAN dengan persetujuan DPR sesuai pasal 11
termasuk Indonesia menjadi salah satu ayat (2) UUD 1945 dalam hal
bentuk penegasan keikutsertaan Indonesia pembentukan Undang-undang, Namun
dalam Asean China Free Trade Area dalam ketentuan Undang-undang No 24
(ACFTA). tahun 2000 secara jelas, juga menegaskan
Pro dan kontra keikutsertaan bahwa perjanjian ekonomi
Indonesia dalam perjanjian tersebut sangat internasional(the agreement of
jelas terasa. Pihak yang pro menyatakan international economy) tidak termasuk
bahwa keikutsertaan Indonesia dalam dalam kesepakatan (consensus) yang
ACFTA tidak berarti ancaman (treatment) harus mendapat ratifikasi dari DPR,
serbuan produk-produk China ke sehingga ACFTA merupakan domain
Indonesia, tetapi merupakan peluang bagi eksekutif yang pengesahannya cukup
Indonesia untuk meningkatkan ekspor ke melalui Keppres.
China dan negara-negara ASEAN serta Pentingnya penuntasan masalah
peluang tumbuhnya investor dari negara- perjanjian ACFTA tersebut, menjadi
negara tersebut yang akan menanamkan sebuah keharusan pemerintah untuk
modalnya di Indonesia guna membuka melihat lebih jauh tentang ketentuan dan
prosedur perubahan perjanjian ACFTA

28
Pleno De Jure, Vol. 7 No. 2, Desember 2018

dengan berpedoman pada Konvensi Wina dengan penelitian kepustakaan (library


1969 tentang hukum perjanjian research), dengan mempelajari dan
internasional yang hanya mengatur mengkaji sejumlah perundang-undangan,
perjanjian internasional antara negara dan buku-buku teks, catatan-catan resmi atau
negara saja, dan ketentuan Framework risalah dalam pembuatan undang-undang,
ACFTA. kamus-kamus hukum, jurnal hukum yang
dianggap relevan dengan objek penelitian.
Metode Penelitian Setelah bahan-bahan hukum
Penelitian ini berbentuk penelitian dikumpulkan dengan menggunakan teknik
normatif. Pendekatan yang digunakan yang telah ditetapkan di atas, kemudian
dalam penelitian ini, yaitu pendekatan dilakukan penyusunan secara sistematis
perundang-undangan (statue terhadap bahan-bahan tersebut.
approach).Pendekatan penelitian ini, fokus Selanjutnya mengidentifikasikan bahan
penelitian tidak hanya melihat pada bentuk hukum sesuai dengan kelompok
perundang-undangan saja, melainkan juga permasalahan yang diajukan dalam
menelaah materi muatannya, untuk penelitian ini.Kemudian dicari interpretasi,
mencari landasan filsufis, dasar ontologis, selanjutnya dianalisis. Teknik analisis ini
serta ratio logis lahirnya peraturan dikenal dalam penelitian ilmu-ilmu sosial
perundang-undangan. Dalam Konteks ini dengan metode analisis.
ketentuan-ketentuan yang akan dilihat dan
dikaji, antara lain ketentuan Perjanjian ANALISIS DAN PEMBAHASAN
internasional yang dibuat antara negara Konvensi Wina 1969
diatur dalam Vienna Convention on the Suatu perjanjian internasional yang
Law of Treaties (Konvensi Wina) 1969, sudah berlaku, bahkan sudah diterapkan
dan Ketentuan Undang-undang No.24 dengan segala akibat hukumnya, ada
Tahun 2000 tentang Perjanjian kemungkinan sebuah perjanjian itu di
Internasional serta Ketentuan dalam amandemen, amandemen atau perubahan
Perjanjian dalam ACFTA. perjanjian dalam Konvensi Wina diatur
Selain pendekatan perundang- dalam Bagian ke IV yang termuat pada
undangan penulis juga menggunakan pasal 39 , 40 dan 41. Berkenaan dengan
pendekatan konseptual (conceptual amandemen dan modifikasi atas suatu
approach). Adapun yang dimaksud perjanjian Internasional. Pasal 39
pendekatan konseptual adalah pendekatan mengatur ketentuan umum tentang
yang beranjak dari pandangan dan doktrin- amandemen suatu perjanjian internasional,
doktrin yang berkembang dalam ilmu pasal 40 yang terdiri dari lima ayat
hukum khususnya di bidang perjanjian mengatur tentang amandemen atas suatu
internasional perjanjian internasional multilateral,
Berdasarkan pendekatan dalam sedangkan pasal 41 terdiri dari (2) ayat,
penelitian ini, data diperoleh dari bahan mengatur tentang modifikasi atas suatu
hukum primer, yaitu bahan hukum yang perjanjian multilateral hanya antara pihak-
bersifat autoritatif artinya bahan hukum pihak tertentu yang terikat pada perjanjian
yang bersifat otoritas.Selain itu, data juga internasional multilateral.
di peroleh dari bahan hukum skunder yaitu Konvensi Wina 1969 mengatur
semua publikasi tentang hukum yang tentang pengakhiran dan penundaan suatu
bukan merupakan dokumen- dokumen perjanjian internasional dalam Bab V
resmi. diatur tentang penundaan dan pengakhiran
Teknik pengumpulan data yang perjanjian yaitu dalam dalam seksi 3
dilakukan dalam penelitian ini didasarkan tentang penundaan dan pelaksanaan suatu
pada kebutuhan analisis dan pengkajian. perjanjian internasional yang terdiri dari
Metode pengumpulan data dilakukan 11 pasal, yakni pasal 54, 55, 56, 57, 58,

29
Pleno De Jure, Vol. 7 No. 2, Desember 2018

59, 60, 61, 62, 63, 64. Terakhir adalah keterangan dari pemerintah mengenai
seksi 4 tentang prosedur yang terdiri dari 8 perjanjian internasional yang telah dibuat.
pasal yakni, pasal 65, 66, 67, 68, 69 70, Apabila dipandang merugikan kepentingan
71, dan 72. nasional, perjanjian internasional tersebut
dapat dibatalkan atas permintaan DPR,
Undang-undang No. 24 Tahun 2000 sesuai dengan ketentuan yang ada dalam
Tentang Perjanjian Internasional Undang-undang No. 24 Tahun 2000, yaitu
Sejalan dengan makna perjanjian dalam ketentuan pasal 16 ayat (3).
internasional berdasarkan Undang-undang Berdasarkan Pasal 9 ayat (2)
No. 24 Tahun 2000. Perjanjian Pengesahan perjanjian internasional
internasional adalah perjanjian, dalam dilakukan dengan UU atau KEPPRES.
bentuk dan nama tertentu, yang diatur Selanjutnya, pada Pasal 10 dinyatakan,
dalam hukum internasional yang dibuat Pengesahan perjanjian internasional
secara tertulis serta menimbulkan hak dan dilakukan dengan UU apabila berkenaan
kewajiban di bidang hukum publik. Pasal 4 dengan ruang lingkup hukum publik,
Undang-undang tentang Perjanjian selainnya melalui KEPPRES. Oleh sebab
Internasional itu bahkan mengikat itu, dengan adanya pengesahan melalui
Pemerintah Indonesia agar berkewajiban KEPPRES No. 48 Tahun 2004 tentang
melaksanakan perjanjian tersebut dengan kerangka kerja ASEAN-China, maka
itikad baik. Pasal 16 ayat (1) UU No. 24 ketentuan perjanjian ini menjadi hukum
Tahun 2000 menegaskan, Pemerintah nasional, dengan ketentuan prosedur yang
Republik Indonesia melakukan perubahan dilaksanakan merupakan bagian dari
atas ketentuan suatu perjanjian keseluruhan proses pembuatan perjanjian
internasional berdasarkan kesepakatan internasional yang bersangkutan.
antara para pihak dalam perjanjian
tersebut. Undang-Undang Ratifikasi WTO
Presiden dapat membatalkan semua Solusi hukum dari permasalahan
perjanjian internasional yang ini dapat ditemukan dalam aturan WTO.
ditandatangani hanya dengan sebuah Dalam aturan WTO, negara yang belum
penerbitan Keppres. Pembatalan perjanjian dapat mengikuti perkembangan liberalisasi
tersebut, sesuai dengan Undang-undang perdagangan difasilitasi dengan
Nomor 24 Tahun 2000 yang menyatakan mekanisme perlindungan seperti anti-
Presiden dapat membatalkan dan bisa dumping dan safeguard. Dalam kasus ini,
melakukan perubahan atas suatu perjanjian Indonesia dapat memanfaatkan Safeguard
internasional. Berdasarkan UU Nomor 24 WTO untuk melindungi industri domestik
Tahun 2000 tentang Perjanjian dari kerugian akibat serbuan impor dari
Internasional, disebutkan dalam Pasal 16 China.
ayat 3 bahwa perubahan atas suatu Mekanisme Safeguard dapat
perjanjian internasional yang telah digunakan dalam kasus perdagangan
disahkan oleh pemerintah dapat dilakukan dengan China, Bahkan mungkin
dengan peraturan perundang-undangan memanfaatkan mekanisme ini bisa jadi
yang setingkat. tidak sesulit yang diduga sehubungan
Selanjutnya, dalam pasal 16 ayat (4) dengan ketentuan khusus dalam Protokol
ditegaskan, dalam hal perubahan Aksesi China untuk menjadi anggota
perjanjian internasional yang hanya WTO.Bagian 16 dari Protokol Aksesi
bersifat teknis administratif, pengesahan China memuat ketentuan Safeguard
atas perubahan tersebut dilakukan melalui khusus terhadap produk China yang
prosedur sederhana. Di dalam mekanisme dikenal dengan istilah China
fungsi dan wewenang, DPR dapat Safeguard.Sejatinya, ketentuan ini lahir
meminta pertanggungjawaban atau sebagai langkah antisipasi terhadap

30
Pleno De Jure, Vol. 7 No. 2, Desember 2018

kemungkinan kerugian impor yang akan diketahui secara jelas pemahaman dan
dialami negara-negara anggota WTO konsep kerangka tujuan yang sebenarnya
dengan masuknya China sebagai anggota. dari segi yuridisnya.
Ketentuan dalam Framework ACFTA Indonesia sebagai Pelaksana dalam
Pasal 14 kerangka kerja perjanjian perjanjian Internasional seperti ACFTA
ACFTA yang mengatur soal amandemen. tentu harus memperhatikan asas-asas
Rumusannya: “The provisions of this penting dalam perjanjian Internasional,
Agreement may be modified through yang menjadikan Indonesia terikat dalam
amendments mutually agreed upon in setiap perjanjian yang telah diratifikasi
writing by the Parties”. Dalam rumusan baik melalui Undang-undang maupun
berbeda bermakna sama, Pasal 19 melalui Keputusan Presiden. Pada
Perjanjian Kerjasama ASEAN-China dasarnya ada dua Asas Penting yang
menegaskan: “This Agreement may be menjadi pedoman pelaksanaan perjanjian:
amended by the mutual written consent of
the Parties”. Jadi, untuk membatalkan a. Asas Itikad Baik
perjanjian bukan saja harus ada Prinsip iktikad baik ini tidak hanya
kesepakatan seluruh pihak, tetapi juga berlaku dalam pelaksanaan perjanjian-
kesepakatan itu dalam bentuk tertulis.Oleh perjanjian yang bersifat khusus, tetapi juga
karena itu, penundaan, bila diinginkan, berlaku terhadap perjanjian internasional
harus melalui dua tahapan. yang berlaku umum seperti Piagam
a. Tahap pertama adalah meyakinkan PBB.Penegasan kembali prinsip itikad
negara-negara ASEAN agar ASEAN baik dalam penyusunan konvensi ini
mau meminta penundaan kepada China. adalah penting untuk menjamin ditaatinya
b. Tahap kedua adalah ASEAN yang telah suatu perjanjian internasional yang dibuat
satu suara dalam penundaan untuk itu.Selain ketentuan pentaatan perjanjian
Indonesia bernegosiasi dengan China yang berdasarkan pada Itikad baik setiap
agar Perjanjian Perdagangan Barang pihak juga harus tetap berpedoman dalam
ditunda keberlakuannya. Proses ini akan hal pentaatan perjanjian dikenal suatu
sangat sulit dan memakan waktu, prinsip yang sangat penting, yaitu “Pacta
padahal keberlakuan dari Perjanjian Sunt Servanda” (perjanjian harus ditepati).
Perdagangan Barang saat ini sudah Prinsip ini sangat fundamental dalam
berlangsung. hukum internasional dan menjadi norma
imperatif dalam praktek perjanjian
Mekanisme dan Prosedur untuk internasional.
Menghadapi Perjanjian ACFTA
(Asean-China Free Trade Agreement) b. AsasPacta Sunt Servanda
Pentaatan Pelaksanaan Sesuai Isi Asas pacta sunt servanda merupakan
Perjanjian. salah satu asas hukum yang berada di
Apabila dikaitkan dengan konsep dalam sistem, karena telah diwujudkan
hukum internasional dengan aspek dalam kaidah hukum dari sistem hukum
pembentukan perjanjian internasional internasional maupun hukum nasional
berarti setiap negara mempunyai positif. Melalui ketentuan tersebut
kedudukan sama dalam pembentukannya. dimaksudkan bahwa negara-negara peserta
Apalagi dengan adanya konsep pacta sunt perjanjian, terikat untuk memenuhi
servanda yang memungkinkan setiap kewajiban-kewajibannya sebagai
negara mempunyai kesebandingan di konsekuensi dari kedudukannya sebagai
dalam pembentukan perjanjian. anggota dan telah menerima hak-hak dan
Diharapkan dengan memahami keuntungan sebagai peserta dalam
perkembangan tersebut, konsep hubungan perjanjian. Ditegaskan pula, bahwa para
dan kerja sama antar negara dapat pihak dalam memenuhi kewajibannya

31
Pleno De Jure, Vol. 7 No. 2, Desember 2018

harus dilaksanakan dengan berlandaskan Penundaan atas pelaksanaan suatu


pada asas itikad baik.Pemenuhan perjanjian internasional diatur dalam pasal
kewajiban-kewajiban yang demikian 57, 58 59, 60, dan 61 Konvensi Wina
didasarkan pada janji mereka, yang 1969.
diwujudkan dalam bentuk penerimaan
(ratifikasi) ACFTA.Inilah cerminan asas Amandemen Perjanjian
pacta sunt servanda dalam perjanjian Bagian ke IV Konvensi Wina 1969
ACFTA, dan berpasangan dengan asas yang diatur dalam pasal 39 , 40 dan 41.
itikad baik. Berkenaan dengan amandemen dan
modifikasi atas suatu perjanjian
Penangguhan Internasional. Pasal 39 mengatur ketentuan
Pasal penting UU ini adalah Pasal 5. umum tentang amandemen suatu
Pasal ini menyatakan, lembaga negara dan perjanjian internasional, pasal 40 yang
lembaga pemerintah, baik departemen terdiri dari lima ayat mengatur tentang
maupun nondepartemen, di tingkat pusat amandemen atas suatu perjanjian
dan daerah, yang mempunyai rencana internasional multilateral, sedangkan pasal
untuk membuat perjanjian internasional, 41 terdiri dari 2 ayat, mengatur tentang
terlebih dahulu melakukan konsultasi dan modifikasi atas suatu perjanjian
koordinasi mengenai rencana tersebut multilateral hanya antara pihak-pihak
dengan Menteri ketentuan tersebuat tertentu yang terikat pada perjanjian
dijabarkan dalam ayat (1). internasional multilateral.
Sedangkan dalam Pasal 5 ayat (2) Penegasan ini di pertegas dalam
menyatakan, pemerintah RI dalam Pasal 14 ketentuan ACFTA yang
mempersiapkan pembuatan perjanjian menegaskan bahwa, PerubahanKetentuan-
internasional, terlebih dahulu harus ketentuan Persetujuan ini dapat diubah
menetapkan posisi. Posisi tersebut melalui amandemen yang disepakati secara
dituangkan dalam suatu pedoman delegasi tertulis oleh Para Pihak Indonesia dapat
RI.Pedoman delegasi RI perlu mendapat menjadikan ketentuan ini sebagai solusi
persetujuan Menteri. Pedoman harus untuk melakukan perubahan dalam
memuat antara lain, latar belakang perjanjian yang belum mampu diterapkan
permasalahan, analisis permasalahan oleh pihak Indonesia. Pasal 14 Perjanjian
ditinjau dari aspek politis, yuridis, dan hanya memungkinkan amandemen yang
aspek lain yang dapat memengaruhi harus disepakati seluruh pihak. Negosiasi
kepentingan nasional RI. yang dilakukan pemerintah atas
Penegasan ketentuan lainnya dapat pemberlakuan ASEAN-China Free Trade
dilihat dalam Pasal 5 ayat (4) menyatakan, Agreement (ACFTA) tidak akan mengubah
perundingan rancangan suatu perjanjian keberlakuan perjanjian internasional
internasional dilakukan delegasi RI yang tersebut.
dipimpin menteri atau pejabat lain sesuai Kalaupun China setuju atas usul
dengan materi perjanjian dan lingkup Indonesia, pembatalan perjanjian tak
kewenangan masing-masing. Pasal utama mungkin dilakukan jika negara anggota
tadi tidak menyebut pihak di luar ASEAN lainnya tidak setuju. Pemerintah
pemerintah seperti dunia usaha.Persiapan dapat melakukan negosiasi. Tetapi bukan
perundingan dalam rapat-rapat antar untuk membatalkan perjanjian, melainkan
departemen dihadiri berbagai instansi untuk meminimalisir kesulitan yang
pemerintah, swasta jarang diundang. Wajar dihadapi produk lokal akibat perdagangan
saja perjanjian kerja sama dengan pihak bebas ASEAN dan China.
asing atau organisasi internasional di
bidang ekonomi atau perdagangan, suara Pengakhiran Perjanjian
dunia usaha kurang tersalurkan.

32
Pleno De Jure, Vol. 7 No. 2, Desember 2018

Pasal 1 Konvensi Wina menyatakan Artikel 20 GATT (General Agreement


antara lain bahwa perjanjian internasional on Tariff and Trade) mengijinkan
adalah suatu kesepakatan internasional pemerintah menggunakan standar dalam
yang dibuat negara-negara secara tertulis regulasi teknis dalam rangka melindungi
dan diatur oleh hukum kehidupan atau kesehatan manusia sebagai
internasional.Indonesia sebagai sebuah proteksi.
negara secara penuh memiliki kewenangan
atas perlindungan terhadap hukum A. Penerapan Standar Nasional
nasionalnya, yaitu, pertama, bukti konkret Indonesia [SNI]
adanya kerugian atau kerusakan produk Safeguard dan SNI adalah dua di
dalam negeri harus ada. Banyaknya antara hambatan perdagangan nontarif
dampak negatif dari pemberlakuan yang diizinkan WTO (organisasi
ACFTA dapat menjadi dasar pengakhiran perdagangan dunia). Kemudian segera
perjanjian ACFTA. diberlakukan penggunaan Standar
Kedua, Pemerintah harus juga Nasional Indonesia (SNI) terhadap produk
mencabut hukum nasional pemberlakuan impor, termasuk produk buatan China
ACFTA di dalam negeri, yaitu Keputusan yang akan masuk. Selanjutnya, SNI harus
Presiden Nomor 24 Tahun 2004, Indonesia diberlakukan terhadap produk-produk
sebagai negara yang menganut aliran buatan pabrik milik perusahaan China
dualisme, harus lebih berpedoman pada yang ada di Indonesia. Penerapan SNI ini
ketentuan hukum nasional, sehingga penting untuk menciptakan standarisasi
pemberlakuan ACFTA juga dapat diakhiri produk-produk impor yang masuk ke
dengan ketentuan hukum nasional. Indonesia, yang tak kalah penting adalah
membenahi faktor-faktor yang
Penerapan Ketentuan WTO menyangkut peraturan dan perijinan,
Solusi hukum dari permasalahan ini meminimalisir ekonomi biaya tinggi,
dapat ditemukan dalam aturan WTO. menurunkan suku bunga kredit,
Dalam aturan WTO, Negara yang belum mempercepat pembangunan dan perbaikan
dapat mengikuti perkembangan liberalisasi infrastruktur, khususnya listrik, jalan, air
perdagangan difasilitasi dengan bersih, dan pelabuhan, kemudian
mekanisme perlindungan seperti anti- meningkatkan kualitas entrepreneur dan
dumping dan safeguard. Dalam kasus ini, tenaga kerja, teknologi produksi,
Indonesia dapat memanfaatkan Safeguard pemasaran, keuangan, iklim usaha dan
WTO untuk melindungi industri domestik investasi.
dari kerugian akibat serbuan impor dari
China, Dengan mengeluarkan kebijakan B. Upaya Mengantisipasi Praktik
safeguard, yakni pengenaan Bea Masuk Dumping
Tindakan Pengamanan (BMTP).Selain Itu Kelemahan dari perangkat hukum
Pemerintah juga dapat menggunakan SNI. anti-dumping dapat dilihat dalam PP. 34
Pada dasarnya penting bahwa Tahun 1995, terkait dengan pengertian
kebijakan dan peraturan harus transparan. harga normal. Salah satu unsur terjadinya
Di WTO, tujuan ini dicapai dalam dua praktik dumping apabila harga yang
arah, yaitu 1) pemerintah negara anggota ditawarkan di pasar negara pengimpor
harus menginformasikan kepada lebih rendah jika dibandingkan dengan
sekretariat WTO dan negara anggota lain harga normal (norma value) di dalam
atas hal-hal yang spesifik, hukum, atau negeri pengimpor. Dalam PP. 34 Tahun
kebijakan perdagangannya melalui 1996, Pasal 1 butir 3, yang dimaksud
notifikasi, dan 2) WTO melakukan dengan harga norma adalah harga yang
tinjauan ulang secara reguler terhadap sebenarnya dibayar atau akan dibayar
kebijakan perdagangan suatu negara. untuk barang sejenis dalam perdagangan

33
Pleno De Jure, Vol. 7 No. 2, Desember 2018

pada umumnya di pasar domestik negara


pengekspor untuk tujuan konsumsi.
Berdasarkan kebijaksanaan tersebut PENUTUP
di atas, maka untuk melakukan tuduhan 1. Ketentuan dan prosedur perubahan
dumping harus betul-betul mempunyai perjanjian ACFTA (Asean-China
bukti yang kuat dan telah memenuhi Free Trade Agreement)
syarat-syarat yang telah di tentukan oleh Konvensi Wina 1969 mengatur
WTO. Untuk dapat kenakan bea masuk mengenai penundaan, amandemen
anti dumping memenuhi syarat yaitu: dan pengakhiran perjanjian
adanya harga produk yang sama di jual internasional.Undang-Undang
lebih murah di bawah harga domestik Nomor 24Tahun 2000 tentang
negara asal barang, harga itu menyebabkan perjanjian Internasional dalam Bab
kerugian, dan adanya causal link antara VI Pasal 18 mengenai berakhirnya
harga dumping dengan kerugian yang suatu perjanjian internasional. Pada
timbul. Undang-undang No 7 Tahun 1994
Tentang Persetujuan Pembentukan
C. Penerapan Safeguard WTO mengatur tentang perlakuan
Safeguard adalah salah satu khusus bagi negara berkembang
mekanisme perlindungan perdagangan seperti Indonesia untuk menerapkan
yang diperbolehkan aturan WTO. perlindungan terhadap produksi
Safeguard adalah tindakan pengamanan dalam negerinya, sebagai bentuk
perdagangan yang dilakukan suatu Negara penyelamatan perekonomian
untuk melindungi industri domestik dari nasional.
kehancuran akibat serbuan impor. 2. Mekanisme dan prosedur yang tepat
Safeguard dapat diterapkan dalam kondisi sebagai solusi untuk
perdagangan yang adil selama menghadapiperjanjian ACFTA
perdagangan tersebut membawa kerugian (Asean-China Free Trade
terhadap industri domestik. Dalam Agreement) prosedur yang paling
penerapan Safeguard, Negara harus memungkinkan dilakukan oleh
melakukan perhitungan ekonomi tertentu Indonesia untuk penerapan ACFTA
atas kerugian dan biaya yang harus adalah dengan menerapkan
ditanggung. Safeguard diterapkan dalam ketentuan WTO, yaitu dengan
bentuk pembatasan impor melalui Penerapan SNI, Anti-dumping, dan
instrumen kebijakan seperti pengenaan Safeguard WTO.
tarif, kuota, ataupun gabungan keduanya.
Safeguard di Indonesia diajukan melalui Saran
Komite Pengamanan Perdagangan 1. Solusi hukum dari permasalahan
Indonesia yang berada di Departemen penerapan perjanjian ACFTA di
Perdagangan. Indonesia dapat ditemukan dalam
Safeguard dapat digunakan oleh aturan WTO. Dalam aturan WTO
anggota Organisasi Perdagangan Dunia Negara yang belum dapat
(WTO) untuk melindungi industri dalam mengikuti perkembangan
negerinya dari persaingan bebas, terutama liberalisasi perdagangan difasilitasi
dari serbuan produk yang sengaja dihargai dengan mekanisme perlindungan
terlalu murah (dumping) maupun produk seperti anti-dumping dan
yang di negara asalnya mendapat subsidi. safeguard. Dalam kasus ini,
Mekanismenya bisa melalui penerapan bea Indonesia dapat memanfaatkan
masuk impor yang sangat tinggi untuk Safeguard dan anti-dumping WTO
produk tertentu sampai ke pelarangan untuk melindungi industri domestik
impor.

34
Pleno De Jure, Vol. 7 No. 2, Desember 2018

dari kerugian akibat serbuan impor diterjemahkanoleh Wishnu Basuki.


dari China. Jakarta: Tatanusa.
2. Sebelum mengesahkan perjanjian Hart, H.L.A 1997.The Concept of
internasional di bidang ekonomi Law.Oxford: Nusa Media.
atau perdagangan, pemerintah perlu Huala Adolf. 2005.Hukum Ekonomi
mempertimbangkan dampak Internasional, Jakarta:Raja
perjanjian tersebut. Setiap Grafindo Persada.
3. perjanjian kerja sama di bidang __________ . 2005.Hukum Perdagangan
ekonomi atau perdagangan Internasional Persetujuan
membawa dampak baik atau buruk Mengenai Tarif dan
bagi perekonomian. Perdagangan. Bandung: Iblam.
-----------------. 2005.Penyelesaian
DAFTAR PUSTAKA Sengketa Dagang dalam World
Alma Manuputy,et.all. 2008. Hukum Trade Organization (WTO).
Internasional. Makassar: Rechta. Bandung: Mandar Maju.
Aswari, A., 2017. Hakikat Perwujudan Ian Brownlie. 1979.Principle of Public
Kepastian Hukum Bagi Para International Law.Oxford:
rd
Pihak Dalam Transaksi Jual Beli University-Press 3 .ed.
Telepon Selular Melalui Media Johannes Gunawan. 1993. KUHPerdata
Elektronik. Disertasi, Program Buku III Hukum Perikatan
Pascasarjana Universitas Muslim dengan Penjelasan.Bandung:
Indonesia, Makassar Alumni.
Barutu, Christhophorus. 2007. Ketentuan Kansil, C.S.T. 1983 Pengantar Hukum
Antidumping, Subsidi dan dan Tata Hukum Indonesia,
Tindakan Peng-amanan Jakarta: Balai Pustaka .
(Safeguard) dalam GATT dan Kartadjoemena,H.S.2002.GATT dan
WTO).Cet. I. Bandung: PT. Citra WTO Sistem Forum dan
Aditya Bakti Lembaga Internasional di Bidang
Budiono Kusumohamidjojo.1986. Suatu Perdagangan. Jakarta: UI Press.
Studi Terhadap Aspek ------------------------------------.,1997,
Operasional Konvensi Wina GATT, WTO dan Hasil Uruguay
tahun 1969 Tentang Perjanjian Round. Cet. Pertama. Jakarta:
Internasional.Binacipta: Bandung. Universitas Indonesia (UI-Press).
Boer Mauna. 2005. Hukum Komar Mike. 1981.Beberapa Masalah
Internasional, Pengertian Pokok Konvensi Wina Tahun
peranan dan Fungsi dalam Era 1969 Mengenai Hukum
Dinamika Global. Jakarta: Perjanjian Internasional.Diktat.
Alumni. Krasner, Stephen D. 1983. International
Bruggink, J.H. 1996. Refleksi Tentang Regimes (Paperback).New York:
Hukum. Alih bahasa oleh Arief Cornell University Press.
Sidharta. Bandung: .Citra Adytia Mariam Darus Badrulzaman, et.all. 2001.
Bakti. Kompilasi Hukum Perikatan.
Edy Suryono.1984. Praktek Ratifikasi Bandung: Citra Adytia Bakti.
Perjanjian Internasional di Melda Kamil Ariadno. 2007. Hukum
Indonesia. Bandung: Remaja Internasional Hukum yang
Karya. Hidup.Jakarta: DiaditMedia.
Friedman, Lawrence M. 2001.Hukum Mochtar Kusmaatmadja. 1983. Politik
Amerika Sebuah Pengantar Luar Negeri Indonesia dan
(American Law An Pelaksanaanya dewasa ini.
Introduction).Second Editon, Bandung: Alumni.

35
Pleno De Jure, Vol. 7 No. 2, Desember 2018

------------------------------------ Syahmin. 2006. Hukum Kontrak


.1996.Pengantar Hukum Internasional. Jakarta: Raja
Internasional, Binacipta: Grafindo Persada.
Bandung. ------------. 1985. HukumPerjanjian
-------------------------------------. dan Etty Internasional Menurut Konvensi
R. Agoes.2002. Pengantar Wina 1969.Armico: Bandung.
Hukum Internasional.Jakarta: Ulfah, S., 2018, July. The Absolute
Alumni. Responsibility Principle in
Munir Fuady. 2000.Pengantar Hukum Environmental Environment
Bisnis. Bandung: Citra Aditya System. In IOP Conference Series:
Bakti. Earth and Environmental Science
Oppenheim-Lauterpacht.1996. (Vol. 175, No. 1, p. 012036).
International Law a Treaties, Wayan Parthiana, I.2002.Hukum
Longmans Green and Company Perjanjian Internasional Bagian
th 1. Bandung: Bina Cipta.
8 .ed.London: New York Teronto.
Paul Krugman. 2009. The Return of --------------------------. 2005.Hukum
Depression Economics and The Crisis Perjanjian Internasional Bagian
of 2008. New York:Norton 2.Bandung, Bina Cipta.
Company. INTERNET:
Riduan Syahrani. 2000. Seluk Beluk dan Anonim. 2010. “Implikasi ACFTA di
Azas-azas Hukum Indonesia” (online) www:http
Perdata.Bandung: Alumni. Bisnis Indonesia.com.
Ridwan Khairandy. 2003. Itikad Baik ________. 2010. “Latar Belakang
dalam Kebebasan Berkontrak, Perjanjian ACFTA (Asean-China
Jakarta: Universitas Indonesia. Free Trade Agreement)”. (online).
Robert Gilpin. 1991. International Political http:www.KhodoryBlog.com
Economy. Kendall Stiles dan FTA Asean-China jalan terus.”
Tsuneo Akaha (ed.). NewYork: ________. 2009. “Pertentangan Antara
HarperCollins Publishers. Asas Pacta Sunt Servanda Dan
Ruggie, John G. 1993, Multilarealism Asas Rebus Sic Stantibus”.
Matters(ed). New York: Columbia (online).www. Legalitas Org.co.id
University Press. Edy Burmansyah-Institute.2010.“ACFTA
Schwarzenberger, G.1967. A Manual of dan Perlindungan Industri
International Law.London: Nasional”. Bagian 2.for Global
Steven & Sons, Ltd. Justice.
Suharnoko.2004. Hukum Perjanjian Hikmahanto Juwana,2010, Mungkinkah
Teori dan Analisa Kasus.Jakarta: Tunda ACFTA, Www.
Prenada Media. Kompas.com.
Sood, Muhammad. 2005. Pengantar Rosmi Hasibuan. 2010. “Suatu Tinjauan
Hukum Perdagangan Umum tentang Perjanjian Internasional,
Internasional.Cet. Pertama. hal 2 “(online). www. Legalitas org.
Mataram: Mataram University Sjafri Mangkuprawira. 2010. “Acfta dan
Press. Kesiapan Sumber daya Manusia”.
Starke, J.G. 1988. Pengantar Hukum (online). http//www.google.com.
Internasional (1).edisi ke Thalis Noor Cahyadi. 2010“Acfta Antara
sepuluh. Jakarta: Sinar Grafika. Manfaat dan Mudharat”(online).
______ . 1992. Pengantar Hukum http//www.google.com.
Internasional (2). Edisi ke Situs-situs:
Sepuluh. Jakarta: Sinar Grafika. www.tempointeraktif.com.
www:http Bisnis Indonesia.com

36
Pleno De Jure, Vol. 7 No. 2, Desember 2018

www. Legalitas.com

Peraturan Perundang-undangan dan


Perjanjian Internasional:
Konvensi Wina Tahun 1969
tentangHukum Perjanjian
Internasional.
Undang-undang Nomor 20 Tahun 2004
tentangPerjanjianInternasional.
Naskah Perjanjian ACFTA “Agreement
On Trade In Goods Of The
Framework Agreement On
Comprehensive Economiic
Cooperation Between The
Association Of Association Of
Southeast Asian Nation And The
Peoples Republic Of China “
Keppres No. 48 Tahun 2004 tentang
Pengesahan Framework Agreement
On Comprehensive Economic Co-
Operation Between The
Association Of South East Asian
Nations And The People's Republic
Of China (Persetujuan Kerangka
Kerja Mengenai Kerjasama
Ekonomi Menyeluruh Antara
Negara-Negara Anggota Asosiasi
Bangsa-Bangsa Asia Tenggara dan
Republik Rakyat China), pada 15
Juni 2004
Instruksi Presiden Republik Indonesia
Nomor 2 Tahun 2009 Tentang
Penggunaan Produk dalam Negeri
dalam pengadaan Barang dan Jasa
Pemerintah.
Jurnal, Artikel, dan Karya Ilmiah:
Acmad Zain Umar Purba. 2008. Berbagai
Isu Aktual dalam Pelaksanaan
Undang-undang Perjanjian
Internasional, Dikutip dari
Kumpulan makalah dan Bahan
Penunjang Seminar Nasional
Perjanjian Internasional dan
Kedudukannnya dalam Hukum
Nasional Indonesia. Bandung.

37

Anda mungkin juga menyukai