Anda di halaman 1dari 12

TEKNIK PENYUTRADARAAN PADA NASKAH DRAMA “ HANYA SATU KALI “

KARYA HOLWORTHY HALL & ROBERT MIDDLEMASS SADURAN SITOR


SITUMORANG SUTRADARA ILHAM AULIA
Ilham Aulia
09020134206

Mahasiswa Jurusan Pendidikan Sendratasik Fakultas Bahasa Dan Seni Universitas Negeri
Surabaya, iambaroz19@gmail.com

Arif Hidajad, S. Sn., M. Pd.

Dosen Jurusan Sendratasik FBS Universitas Negeri Surabaya, hidajadarif@yahoo.com

Abstrak

Naskah drama “Hanya Satu Kali” karya Sitor Situmorang merupakan saduran dari
naskah “The Valiant” karya Holworthy Hall & Robert Middlemass. Menceritakan tentang
seorang terpidana mati yang akan segera dieksekusi, namun masih terdapat beberapa
persoalan yang belum usai dan sedikit mengganggu pikirannya. Dari naskah tersebut disadur
karena terdapat kesesuaian dengan peristiwa Agresi Militer Belanda II dan pemberontakan di
Madiun. Sehingga penulis tertarik untuk menyutradarai naskah ini untuk dibawa kembali
pada tahun 1956 dimana pada tahun tersebut yang mendekati dengan 2 peristiwa tersebut.
Teori penyutradaraan dengan menggunakan pengembangan teknik penyutradaraan
W.S. Rendra dan Suyatna Anirun digunakan penulis untuk menciptakan sebuah pertunjukan
yang hidup dan pesan tersirat dapat tersampaikan secara utuh. Langkah yang dilakukan yang
paling mendasar adalah eksplorasi, lalu masuk pada tahap memberi isi dan ruh dalam peran,
berikutnya yaitu tahap pengembangan. Setelah langkah dasar sudah tercapai, hasil tersebut
secara rutin kembali dimantapkan dengan memberi arahan latihan pada umumnya. Hingga
pada pertunjukan dan evaluasi secara menyeluruh baik itu tim artistik dan juga tim produksi.

Pada proses penyutradaraan naskah “Hanya Satu Kali” pencapaian yang diharapkan
sutradara adalah mampu meramu dan meracik dengan menggunakan kombinasi teknik-teknik
penyutradaraan yang sudah ada. Sehingga formula tersebut mampu diaplikasikan menjadi satu
kesatuan dan sebuah pertunjukan yang utuh untuk dijadikan sebuah tuntunan bukan hanya
sebagai tontonan.

Kata kunci: Teknik, Penyutradaraan, Realis

1
PENDAHULUAN Di dalam naskah drama “ Hanya
Perkembangan teater dan sifat yang Satu Kali “ saduran Sitor Situmorang ini
menjadi ciri khas masyarakat Indonesia menarik untuk dianalisa dan dipentaskan
sebagai pengabdi kepentingan umat dengan latar belakang bagaimana
manusia merupakan hal yang memiliki membentuk jati diri dari seorang manusia.
ketertarikan tersendiri bagi penulis. Bercerita tentang seorang tahanan dalam
Karenanya penulis menuangkan gagasan sebuah kasus pembunuhan yang akan
dalam bentuk sajian tugas akhir karya. menjalani hukuman mati di tiang
Naskah yang penulis analisa sebagai gantungan. Sedangkan yang menjadi
aplikasi tindakan proses selama persoalan adalah tidak ada seorangpun
perkuliahan adalah naskah “ Hanya Satu yang mengetahui jati diri tahanan ini,
Kali “, disadur oleh Sitor Situmorang membuat banyak orang bertanya siapakah
kedalam bahasa Indonesia dari naskah dia, apakah keluarga mereka yang telah
drama radio dengan judul “The Valiant “ lama hilang atau hanya sekedar ingin tahu
karya Holworthy Hall & Robert identitas tahanan tersebut. Melihat keadaan
Middlemass. yang terdapat dalam naskah ini, penulis
Naskah drama “Hanya Satu Kali“ berpandangan bahwa perkembangan sistim
merupakan naskah kategori drama realis informasi saat ini dengan gambaran yang
dimana kisah yang diangkat merupakan diangkat, yang secara tidak langsung
sebuah hasil dari proses transformasi dari berpengaruh dan membentuk karakteristik
realita pada saat terjadi pemberontakan manusianya. Sumber informasi untuk
besar-besaran di Indonesia. Secara tidak mencari tahu dan isu-isu yang beredar
disadari, lewat sudut pandang tertentu mempengaruhi sudut pandang individu.
segala bahan dan interpretasi terhadap Hal itu pula yang kemudian membuat
dunia luar harus diseleksi. Teater realis mayoritas masyarakat menjadi labil dan
sendiri ditentukan oleh sikap atau juga gampang dipengaruhi. Sedangkan
perlakuan manusia dalam menyikapi secara tersirat makna yang ditangkap
kehidupannya secara langsung, sebab penulis dari naskah “ Hanya Satu Kali “
teater realis adalah representasi kehidupan saduran Sitor Situmorang ini adalah
sehari-hari. bagaimana tokoh utama dalam naskah ini

2
yaitu Sudarso menyembunyikan identitas 4.1.1. Memilih Naskah
yang sebenarnya. Kekuatan sifat idealis Proses awal bagi seorang
tokoh Sudarso yang memilih untuk tetap seorang sutradara adalah pijakan
menjadi seorang pembunuh dan akan untuk merencanakan proses
menjalani eksekusi mati tanpa penciptaan. Memilih naskah
mempedulikan pertanyaan orang-orang, adalah salah satu yang harus
dari surat-surat yang dikirimkan padanya dilakukan seorang creator dalam
atau bahkan penghuni penjara termasuk menciptakan karya yang akan
kepala penjara itu sendiri. Dalam hal ini dipentaskannya. Adapun naskah
keberadaannya menjadi sangat penting dan „Hanya Satu Kali‟ adalah
mampu mempengaruhi jalan hidup orang keputusan terakhir penulis
lain di sekitarnya sehingga dari diri sebagai salah satu syarat untuk
seorang Sudarso yang meyakini dan menyelesaikan Tugas Akhir ini.
mendasari keputusannya tersebut, penulis Meskipun sebelumnya penulis
menangkap dan memasukkan ke dalam juga sempat berfikir bahwa
latar belakang ketertarikan penulis untuk naskah ini sangat berat untuk
menggarap naskah drama “ Hanya Satu digarap, tetapi penulis sangat
Kali ” sebagai sutradara. Penulis percaya bahwa tidak ada yang
merasakan bahwa realitas yang pernah tidak mungkin dalam kehidupan
penulis alami memiliki ikatan emosional ini, akhirnya penulis memutuskan
seperti apa yang dirasakan Sudarso dalam bahwa naskah “Hanya Satu Kali”
naskah tersebut. adalah naskah yang penulis
PEMBAHASAN pentaskan sebagai Tugas Akhir.
4.1. Pra Penciptaan 4.1.2. Analisa Naskah
Pra penciptaan penulis lakukan Naskah “ Hanya Satu Kali
dengan tahapan membaca naskah ” adalah sebuah naskah dengan
berulang-ulang, dari sana penulis jalinan konflik yang sangat
berimajinasi ingin membawa sederhana, sehingga terkesan
pementasan tersebut dalam Penulis naskah ini begitu linear
merasa tertantang untuk membawa strukturnya. Bagi penulis hal itu
naskah ini ke tahun dimana naskah “ adalah sebuah tantangan dalam
Hanya Satu Kali “ disadur yaitu penggarapan menuju pementasan
tahun 1956. naskah saduran Sitor Situmorang
3
ini, agar tidak terjadi kebosanan tinggi badan, bentuk tubuh serta
(monoton) sehingga akhir kisah dan lain-lain demi mendapatkan
yang menjadi kunci, membuka karakter yang sesuai dengan peran
tanda-tanda dari persoalan yang yang penulis inginkan. Karena
dihadapi setiap tokoh terhadap untuk membawakan tokoh-tokoh
Soedarso yang muncul di awal. dalam naskah ini bisa dibilang
4.1.3. Observasi tidak mudah.
Untuk memudahkan proses
4.1.5. Penyatuan Pemikiran
pencarian, sutradara perlu menilik
Dalam menciptakan sebuah
segala aspek yang dirasa bisa
pagelaran, mencakup tim kreatif
menunjang kekaryaan dan
yang membantu dalam bekerja
penulisan yang digarapnya.
sebagai tim pelaksana dari pra
Dalam hal ini sutradara
hingga pasca pertunjukan. Diawal
melakukan studi pustaka terlebih
persiapan mereka diberikan
dahulu dengan banyak mencari
wacana untuk kemudian
data pustaka maupun narasumber
merealisasikan rencana yang telah
yang berkaitan dengan naskah,
disusun, dalam hal ini adalah
selain itu sutradara juga
menyelenggarakan pertunjukan.
melakukan banyak diskusi dengan
Pentingnya penyatuan pikiran
beberapa orang yang pernah
antar sesama tim kreatif agar
menggarap naskah realis,
proses dan penciptaan kekaryaan
sutradara memilih beberapa
berjalan dalam satu tujuan yang
pementasan teater realis yang
sama.
telah penulis dapatkan dari media
4.2. Penyutradaraan Drama Realis “
online sebagai bahan studi
Hanya Satu Kali “
banding dan observasi.
4.2.1. Olah pikiran
4.1.4. Memilih Aktor 5. Mengolah pikiran bukan hanya
Proses pemilihan aktor sekadar berpikir, namun pengolahan
dengan menggunakan Casting to disini berarti melakukan pencarian
Type penulis lakukan, yaitu dari berbagai kemungkinan cara
pemilihan berdasarkan kecocokan untuk menggarap naskah ini. Untuk
fisik si pemain yang meliputi membedah naskah ini. dalam

4
pembahasaan W.S. Rendra maka 4.2.3. Olah Tubuh Aktor
penulis mengambil spirit “Permainan Penulis juga menggunakan
Yang Hidup” yaitu seorang aktor teknik latihan keaktoran Rendra
yang baik adalah yang bisa untuk memperhitungkan segala
menjelmakan perannya dengan kemungkinan baik positif maupun
sangat baik sekali sehingga ia harus negatif yang terjadi ketika proses
benar-benar bisa menghayati kreatif berlangsung. Setelah
perannya itu. Artinya ia harus bisa memilih naskah, teknik
membuat fikiran, perasaan, watak, penyiasatan medan digunakan
dan jasmaninya berubah untuk untuk memaksimalkan proses
sementara, menjadi pikiran, kreatif yang berhubungan dengan
perasaan, watak, dan jasmani peran kondisi dan situasi sekitar area
yang ia mainkan. (Rendra, 2009:1) permainan berlangsung. Oleh
karena itu seorang sutradara
4.2.2. Bedah naskah
membaca keadaan di sekitarnya
Setelah penulis
agar proses kreatif berjalan
melakukan pengembangan
lancar. Imajinasi dalam berperan
dalam pemikiran kemudian
sangat penting karena dalam
penulis menerapkannya dalam
berperan , seorang aktor berpura-
membedah naskah yang
pura menjadi orang lain secara
penulis garap tersebut, pertama
sungguh-sungguh dan untuk itu
naskah penulis bedah adapun
diperlukan daya imajinasi
langkah awal yang penulis
seseorang, sehingga kepura-
lakukan ialah dengan membaca
puraannya itu tidak diketahui oleh
naskah tersebut berulang-
penonton. Proses pelatihannya
ulang, karena menurut Suyatna
antara lain :
Anirun naskah ialah instansi
4.2.3.1. Kelenturan
pertama yang berperan
Proses awal
sebelum sampai ke tangan
kelenturan ini digunakan
sutradara dan aktor (Suyatna
agar meregangkan tubuh
Anirun, 2002:56)
yang sudah lama tidak
berolahraga. Latihan ini
wajib dilakukan mengingat
5
permainan diatas panggung 4.2.4. Reading
membutuhkan stamina yang Setelah para aktor bisa
prima agar emosi juga mengontrol antara pernafasan
mampu dikontrol. Berjalan dan vokal dalam waktu
menekuk lutut, dan bersamaan, latihan selanjutnya
menggerak-gerakan tubuh penulis arahkan pada reading
dengan lincah setiap yang tentu saja berdasarkan
berdialog diselipkan agar membaca naskah biasa tanpa
vokal para aktor terbiasa. memberikan tendensi apa-apa
4.2.3.2. Pencak misalnya membaca tanpa
Dimaksudkan agar emosi, kemudian membaca
setiap gerakan, motivasi, cepat, membaca lambat, dan
bisnis akting terlihat tegas kemudian membaca dengan
dan memiliki isi. Proses bermain-main bahkan juga
pelatihan pencak sendiri menyanyikan masing-masing
dikombinasikan dengan dialog dalam latihan reading,
gerakan stilisasi tarian hingga pada akhirnya masing-
sederhana yang dikomando masing dialog membekas
Enggit serta Andy. dalam ingatan para aktor.
4.2.3.3. Pemantapan Antara lain :
Dalam proses
- Membaca keselurahan dialog
pemantapan penulis
beserta kramagung dalam
memberi latihan ala
naskah dengan cepat tanpa
militer yang lebih
tanda baca.
membutuhkan ketahanan
- Membaca per suku kata
daya tubuh serta reflek
- Membaca pelan dengan
yang baik. Hal ini
ekspresi
dimaksudkan agar
- Membaca datar
menghindari
kemungkinan terburuk di 4.2.5. Eksplorasi
atas panggung dalam 4.2.5.1. Eksplorasi cerita dan
menyikapi suasana serta Karakter tokoh
mengimbangi silent act.
6
Hal pertama yang harus penonton ikut terbawa dalam
diketahui dan dipahami aktor suasana.
terlebih dahulu apa itu 4.2.4.3. Properti dan Hand Properti
eksplorasi, dan kemudian Property dan hand property
mencoba menerapkannya merupakan faktor pendukung
mulai dari bentuk yang yang bisa membantu para
sederhana. Adapun eksplorasi aktor dalam berakting dan
cerita yang dilakukan tanpa memperkaya bisnis akting.
ada dialog, para aktor Keberadaan properti yang
mengeksplorasi cerita dengan terdapat dalam naskah penulis
tubuh sampai pada hadirkan dan ditambah agar
menemukan pendekatan sesuai dengan kebutuhan dan
karakter tokoh yang di mampu menunjang permainan
inginkan, akhirnya setelah itu aktor seperti menghadirkan
baru kemudian dimulai dengan meja, bufet, sofa, kursi kantor,
menggunakan dialog cerita meja kantor, rak buku, dan
naskah. sebagainya.
4.2.4.4. Eksplorasi setting
4.2.5.2. Eksplorasi aksi dan emosi
panggung
Eksplorasi aksi dan emosi
Setting panggung merupakan
merupakan suatu tahapan
penunjang yang sangat penting
latihan yang membutuhkan
dalam pertunjukan. Bagi
konsentrasi penuh terhadap
sutradara, setting berfungsi
lawan main mengingat naskah
sebagai penguat gambaran
ini termasuk kategori drama
peristiwa, alat bantu aktor
tragedi. Setiap dialog
ketika berperan, dan juga
membutuhkan emosi dan
pembangun imajinasi
tindakan yang pas agar tidak
penonton.
seperti berlebihan atau bahkan
4.2.4.5. Eksplorasi Komposisi
monoton. Musikalitas dalam
Penulis merencanakan
masing-masing aktor harus
pengaturan komposisi lakon
bisa dikontrol sesuai dengan
yang menurut dia mampu
keinginan guna membuat
menghasilkan suatu
7
pertunjukan yang hidup, biasanya sering terdapat pada
dramatis dan menarik. Untuk naskah-naskah realis. Pada
itu penulis memberi intruksi naskah “Hanya Satu Kali“
agar aktor lebih peka, karena sutradara menggunakan plot
mereka diajak bereksplorasi linear dimana dalam jalinan
komposisi agar terbiasa peristiwa yang dibangun
menyadari komposisi ketika berpusat pada satu titik temu
bermain. Eksplorasi komposisi dan meletakkannya di akhir
baik dimulai dari tubuh cerita.
pemeran, kemudian mengalir
1. Adegan Pertama ( Eksposisi )
pada respon komposisi
Kepala Penjara dan Ulama
blocking dengan menggunakan
sedang berdiskusi untuk
property, hand property, dan
mencari tahu keterangan dari
setting.
tokoh Soedarso. Ulama
4.2.5.6. Moving dan Bloking
dipersilahkan berangkat untuk
“Moving adalah setiap gerakan
mendampingi Soedarso,
yang dilakukan oleh seorang
sedangkan Kepala Penjara
pemeran berhubungan
semakin panik ketika Opas
langsung dengan motivasi
masuk dan membawa berkas-
yang mendorong perbuatan
berkas yang diminta dan
tersebut. Serta bloking adalah
kembali melanjutkan membuat
upaya untuk menghidupkan
laporan. Opas berangkat untuk
laku dengan gerakan-gerakan
mempersiapkan tempat
ke arah posisi tertentu.”
berlangsungnya hukuman
(Anirun, Suyatna. Menjadi
gantung akan dilaksanakan.
Sutradara; 109-110 )
Tidak lama kemudian, Ulama
4.3. Pementasan
memasuki ruang kantor.
4.3.1. Struktur Dramatik
Kepala Penjara menanyakan
Struktur dramatik setiap
apakah Soedarso sudah mau
naskah drama tentu saja
mengakui dirinya yang
berbeda-beda, misalnya ada
sebenarnya, dan semakin
naskah yang memiliki struktur
keheranan dengan tingkah
dramatik konvensional,
8
lakunya. Ditengah perasaan mencari hal yang bisa
dan pikiran Kepala Penjara menenangkan dan meredam
yang semakin tertekan dan kegelisahan ibu.
terdesak, dia mendapat telepon
4. Adegan 4 ( Klimaks )
dari Karesidenan untuk
Dengan perasaan berat
menunda penggantungan
hati karena hanya tinggal
Soedarso karena ada seorang
menghitung menit menuju ke
Gadis yang mengaku adik
tiang gantungan untuk
Soedarso ingin mencari tahu
dieksekusi, Soedarso
benar tidaknya tahanan mati
dipertemukan dengan adiknya.
tersebut kakaknya atau bukan.
5. Adegan 5 ( Penyelesaian )
2. Adegan 2 ( Konflik )
Dalam keadaan hati dan
Soedarso masuk dan
pikiran berkecamuk, Soedarso
bertemu dengan Gadis, acuh
berjalan selangkah demi
tak acuh dan berusaha
selangkah semakin mantap dan
menyembunyikan reaksinya.
yakin menuju tiang gantungan
Gadis mulai menanyakan masa
sendiri tanpa dibantu. Ulama
lalu dan kenangan-kenangan
dan Kepala Penjara masih
bersama kakaknya dan
dengan pikiran bertanya-tanya
berharap bahwa Soedarso akan
namun juga harus menjalankan
mengingatnya, namun yang
tugas negara untuk
keluar dari mulut Soedarso
melaksanakan eksekusi mati.
bertolak belakang dengan
4.3.2. Suasana
keinginan Gadis. Soedarso
Suasana dalam naskah “
semakin berusaha menghindar
Hanya Satu Kali “ dibangun
dari pertanyaan-pertanyaan
sutradara menjadi situasi yang
Gadis.
genting, waktu di dalam ruang
3. Adegan 3 ( Komplikasi ) kantor setiap detiknya menjadi
Soedarso mengetahui sangat berharga karena itu apapun
keadaan ibu sedang sakit keras, yang disampaikan terdakwa disini
dan merasa bersalah karena yaitu Soedarso bersifat penting.
perbuatannya. Berusaha Penuh emosi kekesalan,
9
penyesalan, gelisah, terdesak, menunjukkan bahwa latar tersebut
marah, terharu dibangun perlahan adalah kantor rumah tahanan
dari tiap persoalan. Suasana dalam sehingga akan memberikan
setiap pemeran masing-masing perbedaan dengan kantor polisi
yang akan mempengaruhi dan atau sejenisnya.
membuat suasana di dalam ruangan
4.3.3.2. Properti
menjadi semakin berarti.
Adapun properti yang
5.1.1. Tata Teknik Pentas mendukung dan menjadi
Pentingnya dalam simbol bahwa keadaan
menata tiap teknik-teknik saat itu berada pada tahun
dalam menciptakan 1950-an, serta menjadikan
pementasan yang ideal, aktor atau aktris kaya
sehingga persoalan teknis dalam mengeksplorasi dan
dalam setiap pementasan menghidupkan properti
seakan-akan bisa tersamarkan, yang dihadirkan.
dalam hal ini, dari
4.3.3.3. Tata Rias dan Busana
penempatan setting dan
Penciptaan tata rias dan
properti yang ada di atas
busana diharapkan
panggung.
memperkuat karakter tokoh
4.3.3.1. Setting yang penulis ciptakan.
Setting dalam naskah “ Make-up dalam sebuah
Hanya Satu Kali “ ini pementasan adalah sebagai
dipentaskan dalam panggung media memperkuat karakter
prosenium yang mengambil serta menjelaskan tokoh
gambaran di dalam sebuah kantor yang diperankan. Selain
rumah tahanan atau penjara. Serta media memperkuat karakter
pementasan ini dibawa pada serta menjelaskan tokoh
tahun 1950-an yang benar-benar yang diperankan.
mendukung keadaan saat itu 4.3.3.4. Musik Ilustrasi
sehingga aktor bisa merasakan Musik ilustrasi adalah
suasananya. Dengan memberikan elemen yang juga sangat
aksen pintu-pintu sel yang penting dalam setiap
10
pementasan, karena dengan penyutradaraan Suyatna Anirun dan W.S
musik juga bisa dijadikan Rendra yang kemudian dikombinasikan
sebagai penanda, baik itu demi mendapatkan pertunjukan yang
pergantian adegan, maupun diinginkan. Teknik yang penulis gunakan
peningkatan suasana disesuaikan dengan kebutuhan naskah “
adegan. Musik ilustrasi Hanya Satu Kali “. Teknik yang dimaksud
disini tidak hanya sebagai adalah :
pengiring, melainkan juga
5.1.2. Perencanaan
menjadi salah satu bahasa
5.1.3. Memilih naskah garapan
isyarat non verbal dalam
5.1.4. Mengkaji naskah
penegasanpengadeganan,
5.1.5. Penentuan versi dan type
sehingga setiap aksi dan
produksi
reaksi yang dimunculkan
5.1.6. Memilih pemain
oleh masing masing aktor
5.1.7. Proses produksi
menjadi kuat, sehingga
Sedangkan dari kerangka
menjadi spektakel yang bisa
pemikiran di atas untuk mengolah aktor,
membangunkan penonton
penulis menggunakan metode pelatihan
untuk meresapi setiap
sebelas langkah menciptakan peran yang
adegan.
dikemukakan W.S. Rendra.

PENUTUP Sutradara adalah pusat dari segala


aspek yang dibutuhkan pada suatu tim
Naskah “ Hanya Satu Kali “ bagi
produksi. Kesuksesan pertunjukan dan
seorang sutradara adalah suatu hal yang
produksi ditentukan juga oleh kesiapan
lebih dari sekedar pesan. Pada proses
seorang sutradara untuk memimpin
penyutradaraan naskah “ Hanya Satu Kali
timnya, dimulai dari divisi terkecil hingga
“, sutradara meramu teknik
yang terbesar.

11
DAFTAR RUJUKAN
Anirun, Suyatna. 2002. Menjadi Sutradara. Bandung. STSI Press
Rendra, W.S. 2007. Seni Drama Untuk Remaja. Jakarta. Burung Merak Press

12

Anda mungkin juga menyukai