Anda di halaman 1dari 64

PENDAPA

S astra, pendidikan, dan karakter bangsa. Adakah


hubungan ketiganya? Setidaknya, asumsi-asumsi yang
melekat pada sastra menjadi relasi yang takterbantahkan.
MAJALAH SASTRA Dalam hal itu, sastra ditempatkan sebagai media untuk peng-
integrasian, penyampaian, dan penanaman nilai-nilai. Label-
Diterbitkan oleh Badan Pengembangan
dan Pembinaan Bahasa label nilai yang melekat dalam sastra, seperti nilai literer-
Jalan Daksinapati Barat IV estetis, humanistis, etis dan moral, atau religius-sufistis-pro-
Rawamangun, Jakarta 13220 fetis, telah menunjukkan bahwa sastra berpotensi memberi-
Pos-el: majalahpusat@gmail.com kan dasar dalam pembentukan karakter. Kemudian, sintag-
Telp. (021) 4706288, 4896558 ma pendidikan-sastra pun dapat dijadikan frasa kunci seba-
Faksimile (021) 4750407
ISSN 2086-3934
gai simbol pintu-masuk memahami nilai-nilai untuk kepen-
tingan pembentukan karakter itu.
Pemimpin Umum
Kepala Badan Pengembangan Meskipun isu pendidikan karakter (bangsa) telah lama
dan Pembinaan Bahasa didengungkan, majalah Pusat tetap mengangkatnya sebagai
Manager Eksekutif tema yang hangat untuk disajikan dalam konteks kesastraan.
Sekretaris Badan Pengembangan Oleh karena itu pula, tidak berlebihan jika Puji Santosa dalam
dan Pembinaan Bahasa “Pumpunan” mengukuhkan bahwa sastra dapat dijadikan
Pemimpin Redaksi sarana untuk mengembangkan dan membangun watak
Kepala Pusat Pengembangan dan Pelindungan berdasarkan nilai keutamaan. Semua taliannya terletak pada
Wakil Pemimpin Redaksi kenyataan bahwa karya sastra adalah dunia kata-kata yang
Mu'jizah dibangun dari berbagai elemen nilai-nilai di dalam kehidupan
Konsultan manusia yang saling mengisi dan memberikan dukungan di
Agus R. Sarjono dalamnya. Nilai-nilai itu bisa diperkenalkan bermula dari
Abdul Hadi W.M.
sastra lalu menuju pendidikan karakter. Mungkin, penelusur-
Redaktur Pelaksana an dalam “Mozaik”, yang mengajak pembaca untuk meneroka
Erlis Nur Mujiningsih
karakter-karakter pemikiran lewat hikayat-hikayat Hang
Dewan Redaksi Tuah bisa menjadi contoh pencarian nilai-nilai utama itu.
Putu Wijaya
Budi Darma Memang, pendidikan karakter dapat disampaikan lewat
Hamsad Rangkuti sastra, tetapi semuanya menjadi omong kosong jika peme-
Manneke Budiman
lajarannya tidak bermutu. Puji Santosa, dalam “Embun”,
Bambang Widiatmoko
menegaskan bahwa pemelajaran apresiasi sastra di sekolah
Staf Redaksi
harus berkarakter menyenangkan, kreatif, dan inovatif agar
Abdul Rozak Zaidan
Ganjar Harimansyah pendidikan sastra bermutu. Artinya, dalam pemelajaran
Saksono Prijanto sastra haruslah terkandung unsur hiburan yang tidak mem-
Puji Santosa bosankan dan harus ada daya kreatif agar dapat menimbul-
kan daya inovatif, yakni kemampuan untuk diperdayakan
Penata Artistik
Efgeni dengan cara selalu mencari hal-hal yang baru, berbeda dari
Nova Adryansyah yang sudah ada, dan sesuatu yang terasa segar dan cemerlang.
Editor Bahasa Pun, hubungan konsep sastra, pendidikan, dan karakter
Siti Zahra Yundiafi bangsa dalam konteks pembentukan karakter bangsa
Sekretariat kembali mengukuhkan bahwa sastra tidak bisa sekadar
Nur Ahid Prasetyawan dianggap main-main, diremehkan, dan bahkan dianggap
Dina Amalia Susamto
keisengan belaka —sastra tidak lain adalah keintensitasan
Ferdinandus Moses
serta keseriusan itu tersendiri. Makna itu pula yang direguk
Keuangan
F. Moses dalam “Secangkir Teh” atas pertemuannya dengan
Bagja Mulya
Siti Sulastri Seno Gumira Ajidarma. Maka, jangan pernah beranggapan
Distribusi
main-main terhadap sastra.
M. Nasir
Lince Siagian
P U S A T, N 0. 0 6 / 2 0 14 1
D AFTAR I SI
MATA AIR TELAAH
Agus R. Sarjono
Presiden vs Keabadian 4
H. Andul Malik M.Pd.
Puncak-Puncak Bahasa Melayu 6
Sastra Indonesia

Bahasa Melayu diusulkan


TAMAN
15
oleh R.M. Soewardi
Cerpen A. Mustafa Bisri Soerjaningrat pada 28
Mbah Mar Agustus 1916 sebagai bahasa
persatuan untuk bangsa
Puisi-puisi Alex R Nainggolan
Seramai Debar, Tanda Kota 18 Indonesia.
Muh. Yamin mengusulkan
yang Hilang nama bahasa Melayu,
Ada Banyak Hal sebagaimana nama asalnya,
Detak Senja sedangkan M. Tabrani
mengusulkan nama baru
untuk bahasa itu yaitu bahasa
20
Puisi-puisi Jumardi Putra
Indonesia. Alhasil, Kongres I
Batanghari Masih Bercerita
Pemuda Indonesia itu pada
Di Jambi Apalagi yang Kau Cari
26 Mei 1926 menyetujui nama
Cerita di Pasar Lubuk Pandai
bahasa Indonesia seperti
yang diusulkan M. Tabrani.
Puisi-puisi Soni H Sayangbati
Bait Serulingmu 22
Engkau Adalah Serulingku
Tumpukan Batu

Puisi-puisi Tjahyono Widijanto


Lima Catatan Malin 24
Abdul Rozak Zaidan
Setelah Membaca Lenka 69
Janturan Siti Jenar
Lukisan Perempuan di Musium Blanco Novel kolektif ini mungkin tergolong sastra
depresif –yang dalam pandangan Sutan
Takdir Alisjahbana tergolong dalam sastra

9
PUMPUNAN yang tidak bertanggung jawab. Namun, kita
tahu bahwa membaca novel bukan untuk
Peranan Sastra
sebuah ikhtiar menemukan ajaran moral.
dalam Pendidikan Karakter Bangsa Novel ini berhasil mempertemukan
Undang-Undang tentang Sistem Pendidikan Nasional pembaca dengan pergulatan batin sang
(Sisdiknas) tersebut menyiratkan makna bahwa tokoh dengan nilai-nilai; sebuah novel yang
pendidikan tidak terbatas pada hal-hal yang bersifat berani menggugat nilai dan
lahiriah atau jasmaniah, tetapi juga pendidikan yang mempertanyakan keberartiannya.
meliputi pendidikan jiwa atau budi pekerti untuk meraih
kesempurnaan hidup.

MOSAIK
Marhalim Zaini
Membaca Hang Tuah
93
SECANGKIR TEH
F Moses 91
Seno Gumira Ajidarma
Meneroka Pemikiran Orang Melayu
“Sastra memang butuh perenungan
Di negara serumpun, nama Hang
khusus. Bukan lamunan,
Tuah telah melekat dalam ingatan
apalagi kebohongan belaka. Fakta
masyarakat, bersebati dalam hati.
dilarutkan ke imajinasi pengarang
Terutama episode pertelingkahan
di dalamnya,”
Hang Tuah dan Hang Jebat, yang
“Setidaknya mending pura-pura
memiliki potensi konflik yang tajam.
serius, lah, meski tak tahu.
Tak semata di masyarakat awam,
Ketimbang sok rileks padahal tak
tetapi juga dianggap demikian seksi
mengerti apa-apa menyoal sastra
untuk dieksplorasi dan digubah
itu,” kata SGA
kembali oleh para kreator dalam
berbagai ruang kreativitas dengan
berbagai tafsir.

2 P U S A T, N 0. 0 6 / 2 0 14
CUBITAN
Bambang Widiatmoko
Bermula dari Sastra,
menuju Pendidikan Karakter 74

Pumpunan LEMBARAN MASTERA


Puji Santosa
Peranan Sastra dalam
Pendidikan Karakter Bangsa 84
Brunei Darussalam
Drama Harga Kemanusiaan
...... Cerita Pendek Haji Shawal Rajab
Sepuluh Tahun Kemudian
Keris Pusaka Ayahanda
(sekuel Mengapa Kau
Culik Anak Kami) 28 Puisi Sham H.B.
Kakaktua Angguk-Angguk
Pustaka Puisi Adiswara
Arman AZ 38 - 49
Cerita dan Berita 87

Sastri Sunarti Malaysia


Empat Seri Merdekakan Minda Mereka
Mazhab Sastra Indonesia 88 Puisi Ami Masra
Jika Bukan Malaysiamu
Puisi Puzi Hadi
GLOSARIUM Hikayat Menawan Durjana
F Moses Cerita Pendek Hamdan Yahya
Simbol 99 50- 60

Indonesia
Cerita Pendek Moh. Wan Anwar
Ketika Seorang Presiden Berhenti Tiba-tiba
Puisi Prijono Tjiptoherijanti
Co Kongtik
Puisi Tan Lioe Ie

61 - 68
76
EMBUN
Puji Santosa
Pemelajaran Apresiasi Sastra,
Berkarakter Menyenangkan. Kreatif
dan Inovatif

Salah satu faktor keberhasilan


pemelajaran apresiasi sastra di sekolah
ditentukan oleh peranan guru yang
profesional dalam menangani bidang
garapannya. Guru memegang peranan
utama dalam mencapai keberhasilan
pemelajaran apresiasi sastra.

P U S A T, N 0. 0 6 / 2 0 14 3
3
MATA AIR

Presiden vs Keabadian
Sastra Indonesia
AGUS R. SARJONO

K
ita mesti berterima kasih Demokrasi tidak lain tidak bu- dipercayakan rakyat padanya.
sebesar-besarnya kepada kan adalah cerminan rakyat —de- Kita doakan semoga presiden dan
wakil rakyat dari berba- ngan selingan rekayasa para elit wakilnya diberi kekuatan dan
gai partai dan periode DPR dan politik di sana-sini. Jika rakyat ketulusan untuk bekerja keras bagi
MPR, apalagi di masa yang dise- mandiri, maka demokrasi yang perbaikan hidup rakyat miskin
but masa reformasi ini. Betapa tumbuh adalah demokrasi yang Indonesia sehingga rakyat Indone-
tidak, para wakil rakyat sudah mandiri. Jika rakyat santun dan sia yang sudah susah-susah memi-
berhasil mewakili semua impian elegan, maka demokrasi yang lihnya tidak direlakan untuk ma-
rakyat Indonesia —hidup nyaman, tumbuh adalah demokrasi yang suk dalam kategori kaum yang
ekonomi mantap, penghargaan santun dan elegan. Jika rakyat cer- dungu. Semoga pasangan presi-
tinggi, keadilan perlakuan hukum, den baru pun berdoa semoga rak-
das maka demokrasi yang tumbuh
yat Indonesia bersedia dengan
hak berbicara bebas leluasa, kenai- adalah demokrasi yang cerdas. Se-
sungguh-sungguh mengawasi me-
kan gaji, insentif itu-ini, dan ba- mentara jika rakyat bodoh, rasis,
reka agar masa kepemimpin yang
nyak lagi —kecuali satu: mewakili ganas, pemarah dan mata gelap,
singkat itu tidak terbuang-buang
penderitaan dan keputusasaan maka demokrasi yang tumbuh
untuk hal yang tidak-tidak, misal-
rakyat Indonesia dalam mengha- adalah demokrasi yang bodoh, ra-
nya menggadaikan aset negara,
dapi deraan kehidupan yang kian sis, ganas, mata gelap dan pema- membatasi hak sipil dan kebebasan
lama kian berat ini. Di tengah ber- rah. Di tangan rakyat lah masa pers, atau membuat segelintir
bagai akrobat dan trik-trik politik, depan rakyat Indonesia. Pepatah orang-orang sangat kaya di Indo-
rakyat tetap dengan damai dan Arab mengatakan "Pemimpin nesia menjadi kaum maha kaya
sungguh-sungguh melaksanakan yang zalim adalah anugerah Allah yang membuat mereka dibenci
kewajibannya sebagai warga ne- bagi bangsa yang dungu". Kini hamparan rakyat Indonesia yang
gara: memilih wakil mereka, ke- akan memiliki pemimpin baru, miskin dan papa. Padahal, untuk
mudian memilih pemimpin mere- presiden baru, yang dipilih sendiri memperjuangkan kemakmuran
ka. Sebuah langkah telah diayun- oleh rakyat Indonesia. Apakah rakyat kecil dan memberantas
kan. Apakah pemilu masih akan rakyat Indonesia adalah bangsa kemiskinan tidaklah perlu dimulai
merupakan kewajiban rakyat yang dungu atau bukan, mari kita dengan membenci rakyat besar
Indonesia atau kelak akan menjadi lihat apa yang akan dilakukan dan memusuhi orang kaya, bukan?
hak, tentu bergantung pada rakyat Presiden RI terpilih dalam meman- Jika demikian, apa yang seba-
Indonesia sendiri. faatkan masa kepemimpinan yang iknya dilakukan presiden kita de-

4 P U S A T, N 0. 0 6 / 2 0 14
ngan jajaran kabinetnya? Tentu maupun ketidakraguraguannya. Böll adalah pengarang besar
saja hal-hal apa yang akan mereka Demikian pula dengan begitu mu- Jerman yang memenangkan Ha-
lakukan akan diputuskan oleh me- dahnya para pejuang dan aktivis diah Nobel Sastra dan membikin
reka lewat sidang-sidang kabinet berganti kulit meninggalkan rel bangsa Jerman bangga. Para
yang semoga tangguh dan bermu- perjuangan memasuki kolam pe- pemimpin Jerman nampaknya
tu. Tapi bagi saya sebagai seorang nyelewengan jabatan yang digam- tahu bahwa kemiskinan dan
sastrawan, presiden yang baik barkan dalam Maut dan Cinta ketiadapengharapan bukanlah
adalah yang berusaha meme- masih abadi dan makin meriah sesuatu yang patut mereka
rangi dan menyudahi keabadian sebagai problem bangsa Indone- persembahkan kepada rakyatnya.
sebagian besar karya sastra Indo- sia. Ini semua masih bisa ditambah Jika kita membaca novel-novel
nesia. Rendra, misalnya, telah me- secara mudah dengan berbagai Heinrich Böll, atau karya-karya
nerbitkan buku Potret Pembangun- karya sastra mutakhir Indonesia. Bertolt Brecht dan sekaligus per-
an dalam Puisi. Di dalamnya di- Padahal semua sastrawan tersebut nah berjalan-jalan menyusuri ne-
gambarkan —dan digugat tentu tidak pernah bercita-cita karyanya geri Jerman, kita akan kaget bah-
saja— ketimpangan sosial dan menjadi abadi sebagai problem, wa semua permasalahan Jerman
ketidakadilan yang dialami rakyat meski boleh jadi mereka diam- yang ada di dalamnya sulit kita
kecil Indonesia, juga problem sis- diam bercita-cita karyanya cukup temu kan lagi. Namun, jika kita
tem pendidikan Indonesia yang abadi secara estetik. membaca karya-karya Rendra,
tidak berakar pada problem dan Mangunwijaya, Pramoedya Anan-
Kitapun kemudian teringat
situasi Indonesia sendiri. Bebera- ta Toer, Mochtar Lubis, dan ba-
pada novel-novel Heinrich Böll
pa kabinet telah berganti, dan jika nyak lagi, kita akan terperangah:
Und sagte kein einziges Wort (Dan
kita baca, kita merasa puisi-puisi ternyata semua yang mereka ang-
tak pernah sepatah kata pun
kat sebagai problem bangsa Indo-
itu seolah baru dibuat kemarin terucap) misalnya, yang terbit
nesia masih nyata menjulang di
sore saja. Demikian pula dengan tahun 1953. Novel tersebut berki-
hadapan kita hari-hari ini. Apala-
problem nasionalisme dalam sah tentang seorang mantan praju-
gi jika kita membaca karya-karya
novel Burung-burung Manyar Y.B. rit selepas perang yang mengaru-
sastrawan mudanya.
Mangunwijaya yang memperta- ngi kemis kinan sebagai pegawai
Tahun lama yang penuh peris-
nyakan kemerdekaan politik vs rendah hingga untuk berhubung-
tiwa, suka-duka, komedi dan tra-
kemerdekaan ekonomi, masih an dengan istrinya saja mereka
gedi, akan segera berlalu diganti-
abadi sebagai persoalan bangsa harus menyewa losmen murah
kan tahun baru. Kita tak pernah
Indonesia sampai sekarang ini. dari uang hasil pinjaman, karena
tahu, apakah kepemimpinan na-
"Kembalikan Indonesia Pada- rumah sewaan mereka terlalu sional yang baru akan membawa
ku" Taufiq Ismail dan "Tanah Air- sempit untuk mereka tinggali ber- nasib baru bagi bangsa Indonesia
mata" Sutardji Calzoum Bachri, sama anak-anak, apalagi dengan sehingga problem-problem yang
berangkat dari persoalan-persoal- trauma perang yang masih meng- diangkat dalam karya sastra Indo-
an nyata sehari-hari bangsa Indo- endap di batin sang suami. nesia berhenti dari posisinya yang
nesia yang mereka angkat dalam Aroma kemiskinan, situasi abadi, atau justru memperpanjang
puisi. Ter nyata, semua persoalan sosial yang semrawut, penghidup- segala problem bangsa yang di-
itu masih awet bin abadi sebagai an rakyat yang tanpa pengharap- angkat dalam sastra Indonesia
persoalan bangsa Indonesia. Jauh an, dan sejenisnya terasa di hampir sejak lama itu agar tetap abadi dan
di masa awal kemerdekaan, Pra- semua halaman novel itu. Namun, jauh dari kadaluarsa? Padahal,
moedya Ananta Toer menulis tak butuh waktu lama para pe- rakyat Indonesia —sebagaimana
novel Korupsi dan Mochtar Lubis mimpin Jerman —dari partai para sastrawannya— sudah sejak
menulis novel Maut dan Cinta. manapun mereka berasal— segera lama ingin berganti tema.
Ternyata, korupsi yang digam- menendang jauh-jauh penghidup- Selamat mendapat presiden
barkan dalam novel Pramoedya an miskin, kumal tanpa harapan baru! Kita berdoa semoga bangsa
tidak ada apa-apanya dibanding itu dari sejarah Jerman. Mereka Indonesia saja yang abadi, tidak
korupsi mutakhir Indonesia, baik tidak membiarkan novel Böll usah lah problem dan kekumuh-
jumlah, kiat, bobot, kecanggihan, tersebut abadi, meski Heinrich annya. []

P U S A T, N 0. 0 6 / 2 0 14 5
TELAAH

Puncak-Puncak
Bahasa Melayu
H. ABDUL MALIK, M. PD.

S
SIAPAKAH yang mengusulkan bahasa Melayu dijadikan bahasa
persatuan bangsa Indonesia setelah merdeka kelak? Ternyata, usul itu
berasal dari R.M. Soewardi Soerjaningrat (Ki Hajar Dewantara) dalam
makalahnya yang disampaikan pada 28 Agustus 1916 dalam Kongres
Pengajaran Kolonial di Den Haag, Belanda. Setelah itu, pada Kongres I
Pemuda Indonesia muncul dua pendapat untuk nama bahasa nasional
Indonesia. Muh. Yamin mengusulkan nama bahasa Melayu,
sebagaimana nama asalnya, sedangkan M. Tabrani mengusulkan nama
baru untuk bahasa itu yaitu bahasa Indonesia. Alhasil, Kongres I Pemuda
Indonesia itu pada 26 Mei 1926 menyetujui nama bahasa Indonesia
seperti yang diusulkan M. Tabrani.
Bahasa Indonesia berasal dari atau adalah juga bahasa Melayu tak
ada keraguan atau bantahan dari pihak mana pun karena memang itulah
kenyataannya. Akan tetapi, kawasan bahasa Melayu di dunia ini sangat
luas dan variasi bahasa Melayu juga tak sedikit. Ditinjau dari sudut
geografis, banyak sekali dialek Melayu yang tersebar di nusantara ini.
Dengan demikian, bahasa Melayu dialek manakah yang “diangkat”
menjadi bahasa Indonesia? Tulisan ini berusaha mengungkapkan
perkara yang mustahak itu.

Puncak Pertama: Zaman Sriwijaya


Bahasa Melayu merupakan salah satu bahasa alamiah (bahasa
linguistik) di antara 5.000-an bahasa alamiah yang ada di dunia ini. Sejak
bila tepatnya bahasa Melayu dikenal di muka bumi ini tak ada orang
yang mengetahuinya dengan pasti setakat ini. Walaupun begitu, dari

6 P U S A T, N 0. 0 6 / 2 0 14
TELAAH
sumber prasejarah, diyakini bahwa datang kembali ke Sriwijaya dan internasional. Ternyata, bahasa
bahasa Melayu telah digunakan menetap di sana sampai 695. Kunlun yang disebut Yi Jing dalam
oleh bangsa Melayu sejak 4.000 Dari catatan Yi Jing itulah catatannya itu ialah bahasa Melayu
tahun silam. Keyakinan itu diketahui bahasa yang disebutnya Kuno.
didasari oleh kenyataan bahwa sebagai bahasa Kunlun, yang Pada masa Sriwijaya itu bahasa
pada abad ketujuh (Sriwijaya) dipakai secara luas sebagai bahasa Melayu telah bertembung dengan
bahasa Melayu sudah mencapai resmi kerajaan, bahasa agama, bahasa Sansekerta yang dibawa
kejayaannya. Tak ada bahasa di bahasa ilmu dan pengetahun, oleh kebudayaan India. Bangsa
dunia ini yang dapat berjaya secara bahasa perdagangan, dan bahasa India menyebut bahasa Melayu
tiba-tiba tanpa melalui dalam komunikasi sehari-hari sebagai Dwipantara sejak abad
perkembangan tahap demi tahap. masyarakat. Yi Jing menyebutkan pertama masehi lagi (Levi, 1931
Sejauh yang dapat ditelusuri, bahwa bahasa Kunlun telah dalam Hassim dkk., 2010:3).
puncak pertama kejayaan bahasa dipelajari dan dikuasai oleh para Pertembungan dengan bahasa
Melayu terjadi sejak abad ketujuh pendeta agama Budha Dinasti Sansekerta menyebabkan bahasa
(633 M) sampai dengan abad Tang. Mereka menggunakan Melayu mengalami evolusi yang
keempat belas (1397 M.) yaitu pada bahasa Kunlun untuk menyebar- pertama. Bahasa Melayu telah
masa Kemaharajaan Sriwijaya. kan agama Budha di Asia berkembang menjadi bahasa ilmu
Menurut Kong Yuan Zhi (1993:1), Tenggara. Dengan demikian, pengetahuan dan mampu
pada November 671 Yi Jing (635— bahasa Kunlun menjadi bahasa menyampaikan gagasan-gagasan
713), yang di Indonesia lebih kedua para pendeta itu. Ringkas- baru yang tinggi, yang sebelumnya
dikenal sebagai I-tsing, berlayar nya, bahasa Kunlun merupakan tak ada dalam kebudayaan Melayu
dari Guangzhou (Kanton) menuju bahasa resmi Kemaharajaan (lihat Ismail Hussein, 1966:10—11).
India dalam kapasitasnya sebagai Sriwijaya dengan seluruh daerah Dari perenggan di atas jelaslah
pendeta agama Budha. Kurang taklukannya yang meliputi Asia bahwa bahasa Melayu (Kuno)
dari dua puluh hari ia sampai di Tenggara. Pada masa itu bahasa sudah tersebar luas di Asia
Sriwijaya, yang waktu itu sudah Kunlun telah menjadi bahasa Tenggara dan mencapai puncak
menjadi pusat peng- kejayaan pertamanya
kajian ilmu agama sejak abad ketujuh
Budha di Asia Tenggara. karena digunakan seb-
Di Sriwijayalah selama agai bahasa resmi
lebih kurang setengah Kemaharajaan
tahun Yi Jing belajar Sriwijaya. Itu pulalah
sabdawidya (tata bahasa sebabnya, bahasa
Sansekerta) sebagai Melayu mampu men-
persiapan melanjutkan jadi lingua franca dan
perjalanannya ke India. menjadi bahasa inter-
Setelah tiga belas tahun nasional di Asia Teng-
belajar di India (Tamra- gara. Masa Sriwijaya itu
lipiti/Tamluk), ia kem- dikenal sebagai tradisi
bali ke Sriwijaya dan Melayu-Budha dengan
menetap di sana selama peninggalannya berupa
empat tahun (686—689) prasasti-prasasti di
untuk menyalin kitab- Kedukan Bukit, Palem-
kitab suci agama Budha. bang (tahun Saka 605 =
Setelah itu ia kembali ke 683 M.), di Talang Tuwo,
negerinya, tetapi pada Palembang (tahun Saka
tahun yang sama ia 606 = 864 M.), di Kota

P U S A T, N 0. 0 6 / 2 0 14 7
TELAAH
Kapur, Bangka (tahun Saka 608 = dan bangsa-bangsa pedagang itu Melaka, tetapi tetap tak berjaya.
686 M.), di Karang Berahi, hulu (Arab, Parsi, dan lain-lain) Walaupun begitu, di Johor ini
Sungai Merangin (tahun Saka 608 menjadikannya sebagai bahasa dilakukan pembinaan dan
= 686 M.). Semua prasasti itu kedua mereka. pengembangan bahasa dan
menggunakan huruf Pallawa Menurut Ensiklopedia Bahasa kesusastraan untuk menggantikan
(India Selatan) dan bercampur Utama Dunia (1998:56), ulama khazanah Melaka yang telah
dengan kata pungut dari bahasa Gujarat seperti Nuruddin al-Raniri musnah. Di samping itu, diter-
Sansekerta. berkarya dan berdakwah dengan bitkan pula karya-karya baru. Di
menggunakan bahasa Melayu. antara karya tradisi Johor itu yang
Puncak Kedua: Zaman Melaka Begitu pula Francis Xavier yang terkenal ialah Sejarah Melayu
Setelah masa kegemilangan menyampaikan summon dalam (Sulatu’s Salatin ‘Peraturan Segala
dan kecemerlangan Sriwijaya bahasa Melayu ketika beliau berada Raja’) tulisan Tun Mahmud Sri
meredup, pusat tamadun Melayu di Kepulauan Maluku. Masuknya Lanang gelar Bendahara Paduka
berpindah-pindah. Perpindahan Islam ke dunia Melayu makin Raja. Karya yang amat masyhur ini
itu dimulai dari Bintan, Melaka, meningkatkan bahasa Melayu mulai ditulis di Johor pada 1535
Johor, Bintan, Lingga, dan Penye- sebagai bahasa internasional dalam selesai pada 1021 H. bersamaan
ngat Indrasakti. dunia Islam dan menjadi bahasa dengan 13 Mei 1612 di Lingga.
Antara abad ke-12 hingga abad kedua terbesar setelah bahasa Arab Bahasa yang digunakan dalam
ke-13 berdirilah kerajaan Melayu (www.prihatin.net). tradisi Johor ini biasa disebut
di Selat Melaka. Kerajaan Melayu Pada masa kejayaan Melaka itu bahasa Melayu Riau-Johor atau
tua itu dikenal dengan nama bahasa dan kesusastraan Melayu bahasa Melayu Johor-Riau. Di
Kerajaan Bintan-Temasik, yang turut berkembang. Bahasa Melayu Indonesia bahasa itu dikenal
wilayah kekuasaannya meliputi menjadi bahasa resmi kerajaan, dengan nama bahasa Melayu Riau,
Riau dan Semenanjung Tanah bahasa perdagangan, bahasa ilmu sedangkan di Malaysia biasa juga
Melayu. Sesudah masa Bintan- dan pengetahuan, di samping disebut bahasa Melayu Johor,
Temasik inilah termasyhur pula bahasa perhubungan sehari-hari selain sebutan bahasa Melayu
Kerajaan Melaka sejak abad ke-13. rakyat. Bahasa Melayu yang Johor-Riau.
Pada awal abad kelima belas berkembang pada zaman Melaka Misi Belanda di bawah
Kerajaan Melaka sudah menjadi ini disebut bahasa Melayu Melaka. pimpinan William Velentijn yang
pusat perdagangan dunia di Malangnya, pada 1511 Kerajaan berkunjung ke Riau (Kepulauan)
sebelah timur yang maju pesat. Melaka dapat ditaklukkan oleh pada 2 Mei 1687 mendapati Riau
Para saudagar yang datang dari Portugis dan lebih tragis lagi, sebagai bandar perdagangan yang
Persia, Gujarat, dan Pasai—sambil khazanah kebudayaan zaman maju dan ramai. Orang-orang dari
berniaga—juga menyebarkan Melaka itu musnah terbakar ketika pelbagai penjuru dunia datang ke
agama Islam di seluruh wilayah terjadi penyerbuan oleh penjajah sana dan mereka terkagum-kagum
kekuasaan Melaka. Tak hanya itu, itu. akan kepiawaian orang Riau
mereka pun menyebarkan bahasa dalam bidang perdagangan dan
Melayu karena penduduk tem- Puncak Ketiga: Zaman Riau- kelautan umumnya.
patan yang mereka kunjungi tak Johor Pada 1778 perdagangan di
memahami bahasa para pedagang Teraju kepemimpinan Melayu Kerajaan Riau bertambah maju
itu, begitu pula sebaliknya. Jalan dilanjutkan oleh putra Sultan dengan pesat. Dengan sendirinya,
yang harus ditempuh ialah meng- Mahmud yang bergelar Sultan rakyat hidup dengan makmur,
gunakan bahasa Melayu. Bersa- Ala’uddin Riayat Syah II. Beliau yang diikuti oleh kehidupan
maan dengan masa keemasan mendirikan negara Melayu baru beragama (Islam) yang berkem-
Melaka ini, dimulailah tamadun yang pemerintahannya berpusat di bang pesat. Kala itu pemerintahan
Melayu-Islam. Bahasa Melayu pun Johor pada 1530. Beliau berkali-kali dipimpin oleh Raja Haji, Yang
mendapat pengaruh bahasa Arab berusaha untuk merebut kembali Dipertuan Muda Riau IV. Raja Haji

8 P U S A T, N 0. 0 6 / 2 0 14
TELAAH

pulalah yang membangun koalisi di daerah pinggir laut, tetapi juga oleh seluruh penduduk nusantara
nusantara yang terdiri atas Batu digunakan di seluruh Kepulauan ini. Hal ini perlu digarisbawahi
Bahara, Siak, Indragiri, Jambi, Melayu dan di segala negeri dalam kita menyikapi persilangan
pesisir Kalimantan, Selangor, Timur, sebagai suatu bahasa yang pendapat tentang asal-usul bahasa
Naning, dan Rembau, bahkan difahami di mana-mana sahaja Indonesia karena ada sarjana yang
mencoba berhubungan dengan oleh setiap orang, tidak ubah mengemukakan bahwa bahasa
para raja di Jawa dalam melawan seperti bahasa Perancis atau Latin Indonesia berasal dari pijin atau
kompeni Belanda untuk membela di Eropah, atau sebagai bahasa kreol Melayu. Pada bagian selan-
marwah bangsanya. Akhirnya, Lingua Franca di Itali dan di jutnya persoalan ini dibahas
beliau syahid di medan perang Levant. Sungguh luas tersebarnya kembali.
pada 19 Juni 1784 di Teluk bahasa Melayu itu sehingga kalau Pada 1824, melalui Treaty of
Ketapang. kita memahaminya tidaklah London (Perjanjian London),
Menurut Francois Valentijn, mungkin kita kehilangan jejak, Kerajaan Riau-Lingga-Johor-
pendeta sekaligus pakar sejarah kerana bahasa itu bukan sahaja Pahang dibagi dua. Riau-Lingga
berkebangsaan Belanda, pada difahami di Parsi bahkan lebih jauh berada di bawah Belanda, sedang-
abad ke-18 bahasa Melayu di dari negeri itu, dan di sebelah kan Johor-Pahang di bawah
bawah Kerajaan Riau-Johor telah timurnya sehingga Kepulauan Inggris.
mengalami kemajuan pesat dan Filipina.” Pada permulaan abad ke-19 di
telah menyamai bahasa-bahasa Dengan keterangan Francois Singapura bersinar kepengarangan
Eropa. Berikut ini penuturannya Valentijn itu, jelaslah bahwa Abdullah bin Abdulkadir Munsyi.
seperti dikutip oleh Nik Sapiah bahasa Melayu telah sejak lama Buah karyanya yang kesemuanya
Karim dkk., 2003:14 dan Hassim menjadi bahasa ibu atau bahasa dalam bahasa Melayu, antara lain,
dkk., 2010:4) dalam bahasa Melayu pertama masyarakat di Kepulauan Syair Singapura Terbakar (1830),
Malaysia. Melayu. Bersamaan dengan itu, Kisah Pelayaran Abdullah dari
“Bahasa mereka, bahasa bahasa Melayu bukan pula baru Singapura ke Kelantan (1838), Dawa
Melayu, bukan sahaja dituturkan digunakan sebagai bahasa kedua ul Kulub (?), Syair Kampung Gelam

P U S A T, N 0. 0 6 / 2 0 14 9
TELAAH
Terbakar (1847), Hikayat Abdullah Syair Suluh Pegawai, dan Syair Siti Tuhfat al-Nafis yang kemudian
(1849), Kisah Pelayaran Abdullah ke Sianah. Karyanya yang lain ialah Al- disempurnakan dan diselesaikan
Negeri Jedah (1854). Selain itu, Wusta, Al-Qubra, dan Al-Sugra. Dia oleh anaknya, Raja Ali Haji.
karya-karya terjemahannya, antara juga diperkirakan menulis naskah Penulis yang lain adalah Raja
lain, Hikayat Pancatanderan (1835), Peringatan Sejarah Negeri Johor. Haji Daud, saudara seayah Raja Ali
Injil Matheus (bersama Thomsen), Abu Muhammad Adnan Haji. Dia menulis buku (1) Asal
Kisah Rasul-Rasul, dan Henry dan menghasilkan karya asli dan Ilmu Tabib dan (2) Syair Peperangan
Pengasuhnya (bersama Paderi terjemahan. Karyanya dalam Pangeran Syarif Hasyim.
Keasberry). Karya-karya Abdullah bidang bahasa adalah Kitab Raja Hasan, anak laki-laki Raja
itu penting artinya bagi pengem- Pelajaran Bahasa Melayu dengan Ali Haji, diketahui menulis sebuah
bangan bahasa Melayu, apalagi rangkaian Penolong Bagi yang syair. Syair Burung nama
karya-karyanya itu tak lagi bersifat Menuntut Akan Pengetahuan yang gubahannya itu.
istana sentris, sebagai langkah awal Patut, Pembuka Lidah dengan Teladan
Pengarang berikutnya adalah
menuju tradisi Melayu modern. Umpama yang Mudah, Rencana
Umar bin Hasan. Dia menulis
Madah pada Mengenal Diri yang
buku Ibu di dalam Rumah Tangga.
Puncak Utama: Zaman Riau- Indah. Selain itu, dia juga menulis
Khalid Hitam, selain aktif
Lingga Hikayat Tanah Suci, Kutipan
dalam kegiatan politik, juga
Di Kerajaan Riau-Lingga pada Mutiara, Syair Syahinsyah, Ghayat
dikenal sebagai pengarang.
pertengahan dan akhir abad ke-19 al-Muna, dan Seribu Satu Hari.
Karyanya (1) Syair Perjalanan
serta awal abad ke-20 kreativitas Penulis berikutnya Raja Ali
Sultan Lingga dan Yang Dipertuan
ilmu, pengetahuan, dan budaya Kelana. Dia menghasilkan karya
Muda Riau Pergi ke Singapura, (2)
mengalir dengan subur. Tak dalam bidang bahasa yaitu Bughiat
Peri Keindahan Istana Sultan Johor
berlebihanlah apabila disebut al-Ani Fi Huruf al-Ma’ani. Karyanya
yang Amat Elok, dan (3) Tsamarat al-
bahwa pada abad itu Kerajaan yang lain ialah Pohon Perhimpunan,
Matlub Fi Anuar al-Qulub.
Riau-Lingga menjadi pusat Perhimpunan Pelakat, Rencana
Madah, Kumpulan Ringkas Berbetulan Raja Haji Ahmad Tabib
tamadun Melayu-Islam. Di antara
Lekas, dan Percakapan Si Bakhil. menulis lima buah buku. Kelima
para penulis dan karya-karyanya
buku tersebut adalah (1) Syair
disenaraikan berikut ini. Penulis lain yang juga sangat
Nasihat Pengajaran Memelihara Diri,
Raja Ali Haji (1808—1873) dikenal ialah Haji Ibrahim. Dari
(2) Syair Raksi Macam Baru, (3) Syair
paling masyhur di antara kaum penulis ini, Kepulauan Riau
Tuntutan Kelakuan, (4) Syair Dalail
intelektual Riau kala itu. Beliau mewarisi paling tidak lima buah
buku. Karyanya dalam bidang al-Ihsan, dan (5) Syair Perkawinan di
menulis dua buah buku dalam
bahasa ialah Cakap-Cakap Rampai- Pulau Penyengat.
bidang bahasa (Melayu) yaitu
Bustanul Katibin (1857) dan Kitab Rampai Bahasa Melayu-Johor (dua Raja Ali dan Raja Abdullah,
Pengetahuan Bahasa (1858). Buah jilid; penerbitan pertama 1868 dan selain dikenal sebagai pemimpin
karyanya yang lain dalam bidang kedua 1875, di Batavia). Karya- kerajaan yaitu sebagai Yang
hukum dan pemerintahan yaitu karyanya yang lain ialah Dipertuan Muda Riau, keduanya
Tsamarat Al-Muhimmah dan Perhimpunan Pantun-Pantun juga adalah penulis. Raja Ali
Muqaddima Fi Intizam, bidang Melayu, Hikayat Raja Damsyik, Syair menulis (1) Hikayat Negeri Johor dan
sejarah Silsilah Melayu dan Bugis Raja Damsyik, dan Cerita Pak (2) Syair Nasihat. Akan halnya Raja
(1866) dan Tuhfat Al-Nafis (1865), Belalang dan Lebai Malang. Abdullah dia menghasilkan karya
bidang filsafat yang berbaur Raja Ahmad Engku Haji Tua (1) Syair Madi, (2) Syair Kahar
dengan puisi Gurindam Dua Belas (ayahnda Raja Ali Haji menulis Masyhur, (3) Syair Syarkan, dan (4)
(1847), bidang sastra (puisi), yang tiga buah buku: (1) Syair Engku Syair Encik Dosman.
ada juga berbaur dengan bidang Puteri, (2) Syair Perang Johor, dan Raja Haji Muhammad Tahir
agama Syair Abdul Muluk (1846), (3) Syair Raksi. Dia juga sehari-hari dikenal sebagai hakim.
Syair Sinar Gemala Mestika Alam, mengerjakan kerangka awal buku Walaupun begitu, dia juga meng-

10 P U S A T, N 0. 0 6 / 2 0 14
TELAAH
hasilkan karya sastra yaitu Syair bidang penerjemahan. Karya nya ketiga percetakan itu, karya-
Pintu Hantu. terjemahannya adalah Adab al- karya Riau-Lingga itu dapat
Raja Haji Muhammad Said Fatat, berupa terjemahan dari dicetak dengan baik, yang pada
dikenal sebagai penerjemah. Karya karya Ali Afandi Fikri. gilirannya disebarluaskan.
terjemahannya (1) Gubahan Permata Untuk mengoptimalkan kre- Bahasa Melayu yang dibina dan
Mutiara (terjemahan karya Ja’far al- ativitas intelektual dan kultural dikembangkan pada masa Impe-
Barzanji) dan (2) Simpulan Islam mereka, para cendekiawan dan rium Melayu sejak abad ke-14
(terjemahan karya Syaikh Ibrahim budayawan Kerajaan Riau-Lingga sampai dengan abad ke-19 itu
Mashiri). itu mendirikan pula Rusydiyah disebut bahasa Melayu klasik. Ciri
Abdul Muthalib menghasilkan Klab pada 1880. Rusydiyah Klab utamanya ialah begitu melekat dan
dua buah karya: (1) Tazkiratul merupakan perkumpulan cende- bersebatinya bahasa Melayu itu
Ikhtisar dan (2) Ilmu Firasat Orang kiawan Riau-Lingga, tempat dengan Islam. Oleh sebab itu,
Melayu. tamadun yang dinaunginya ter-
Pertengahan abad ke-19 dan kenal dengan sebutan tamadun
awal abad ke-20 dunia kepenga- Melayu-Islam. Dari tamadun itulah
rangan di Kerajaan Riau-Lingga Jelas dalam sejarah, bangsa Melayu mewarisi tulisan
juga diramaikan oleh penulis- Jawi atau tulisan Arab-Melayu.
bahasa Melayu telah
penulis perempuan. Di antara
mereka terdapat nama Raja Saliha. sejak lama menjadi Peran Bahasa Melayu pada
Dia dipercayai mengarang Syair bahasa pertama atau Masa Penjajahan
Abdul Muluk bersama Raja Ali Haji. bahasa ibu masyarakat Pada masa pendudukannya di
Raja Safiah mengarang Syair nusantara ini pemerintah kolonial
Kumbang Mengindera dan saudara-
Kepulauan Melayu.
Belanda berkali-kali berusaha
nya Raja Kalsum menulis Syair Bahasa Melayu pun untuk mengatasi kedudukan
Saudagar Bodoh. Kedua penulis telah sejak berabad- istimewa bahasa Melayu, yang
perempuan itu adalah putri Raja abad menjadi bahasa hendak digantikannya dengan
Ali Haji. bahasa Belanda. Ketika pada 1849
Pengarang perempuan yang
kedua penduduk Pemerintah Hindia Belanda
juga sangat terkenal waktu itu seluruh nusantara, jauh mendirikan sekolah bagi orang
adalah Aisyah Sulaiman. Cucu sebelum diangkat Jawa, muncullah persoalan bahasa:
Raja Ali Haji itu menulis (1) Syair bahasa apakah yang harus digu-
menjadi bahasa
khadamuddin, (2) Syair Seligi Tajam nakan sebagai bahasa pengantar?
Bertimbal, (3) Syamsul Anwar, dann Indonesia. Terjadilah perselisihan pendapat.
(4) Hikayat Shariful Akhtar. Akan tetapi, Gubernur Jenderal
Masih ada paling tidak dua Rochussen dengan tegas berpan-
orang penulis perempuan lagi dangan bahwa pengajaran itu
mereka membahas berbagai hal
yang menulis karya asli. Pertama, harus diantarkan dengan bahasa
yang berkaitan dengan ihwal
Salamah binti Ambar menulis dua Melayu karena sudah menjadi alat
pekerjaan mereka itu.
buku yaitu (1) Nilam Permata dan, komunikasi di seluruh Kepulauan
Dunia kepengarangan tak akan Hindia.
(2) Syair Nasihat untuk Penjagaan
lengkap tanpa percetakan. Sadar
Anggota Tubuh. Kedua, Khadijah Ada satu hal lagi yang tak
akan kenyataan itu, kerajaan
Terung menulis buku Perhimpunan boleh dilupakan dalam kaitannya
mendirikan percetakan (1) Rumah
Gunawan bagi Laki-laki dan dengan perkembangan bahasa
Cap Kerajaan di Lingga, (2)
Perempuan. Melayu di nusantara ini. Walau di
Mathba’at Al-Riauwiyah di
Penulis perempuan yang lain bawah penjajahan Belanda, bahasa
Penyengat, dan (3) Al-Ahmadiyah
ialah Badriah Muhammad Thahir. Melayu tetap digunakan sebagai
Press di Singapura. Dengan ada-
Dia memusatkan perhatian dalam bahasa resmi antara pihak Belanda

P U S A T, N 0. 0 6 / 2 0 14 11
TELAAH

dan raja-raja serta pemimpin rak- antaranya ada yang berdiri sebe- Masih terdapat perbedaan
yat kala itu. Oleh C.A. Mees lum dan sesudah peristiwa Kong- pendapat tentang asal-usul bahasa
(1957:16) disimpulkannya, “Demi- res Pemuda yang mencetuskan Indonesia. Kesepakatan yang ada
kianlah bahasa Melayu itu Sumpah Pemuda, 28 Oktober 1928, hanya bahwa bahasa Indonesia
mempertahankan sifat yang inter- yang mengukuhkan bahasa berasal dari bahasa Melayu.
nasional dan bertambah kuat dan Melayu Riau menjadi bahasa Bahasa Melayu yang mana? Para
luaslah kedudukannya yang Indonesia. sarjana dan pakar bahasa meng-
istimewa itu.” Pada masa pendudukan ikuti jalan mereka masing-masing.
Memasuki abad ke-20 bahasa Jepang (1942—1945) kedudukan Rogers T. Bell (1976:167)
Melayu memainkan peran sebagai bahasa Melayu (Indonesia) mengemukakan bahwa bahasa
bahasa pergerakan nasional. menjadi lebih kuat lagi karena Indonesia berasal dari variasi pijin
Ketika Dewan Rakyat dilantik pemerintah kolonial Jepang tak bahasa Melayu. “Bahasa Indonesia
pada 1918, dimunculkan keinginan mengizinkan bangsa Indonesia berasal dari satu variasi pijin
akan bahasa persatuan. Pada 25 menggunakan bahasa Belanda. bahasa Melayu, yang dengan
Juni 1918, berdasarkan Ketetapan Alhasil, dalam waktu hanya tujuh demikian, tak ada masyarakat
Raja Belanda, para anggota Dewan belas tahun sejak 1928 dengan pemakai B1-nya (bahasa pertama,
diberi kebebasan menggunakan menggunakan bahasa Indonesia bahasa ibu), lebih menyukainya
bahasa Melayu. Begitulah selan- (bahasa Melayu) sebagai alat daripada bahasa Jawa dengan 40
jutnya, berdirinya penerbit Balai perjuangan, bangsa Indonesia persen penutur. Pemilihan ini
Pustaka dengan Majalah Panji berhasil merebut kembali kemer- sangatlah menarik dari segi
Pustaka, Majalah Pujangga Baru, dekaannya. Padahal, sebelum itu sosiolinguistik karena ini mem-
Surat Kabar Bintang Timur (Jakarta), bangsa kita sudah berjuang lebih perlihatkan keputusan untuk
Pewarta Deli (Medan), organisasi kurang 333 tahun, tetapi tak mengangkat satu bahasa pijin dan
sosial dan politik, semua meng- mampu mengusir penjajah. menyesuaikannya dalam pema-
gunakan bahasa Melayu. Di Persilangan Pendapat kaian sebagai bahasa nasional,

12 P U S A T, N 0. 0 6 / 2 0 14
TELAAH
yaitu mengubahnya menjadi satu bahwa sejak abad ke-18 bahasa Indonesia sekarang”
bahasa baku.” Melayu telah menyamai bahasa- Dari beberapa rujukan penting
Pendapat lain menyatakan bahasa penting di Eropa dan itu jelaslah bahwa bahasa Melayu
bahwa bahasa Indonesia berasal persebarannya sangat luas sampai dan bahasa Indonesia itu adalah
dari variasi kreol bahasa Melayu. ke Persia. Mana mungkin bahasa bahasa yang sama. Lagi pula,
Sarjana yang berpandangan demi- seperti itu disebut bahasa pijin atau secara linguistik, bahasa itu adalah
kian, antara lain, R.A. Hall Jr. kreol atau Melayu Pasar. bahasa yang satu karena sistemnya
Soal mitos bahasa Indonesia Perihal bahasa Indonesia (fonologi, morfologi, dan sintaksis)
berasal dari pijin dan kreol Melayu merupakan nama lain dari bahasa sama. Malah, Ki Hajar Dewantara,
sudah dibantah oleh Harimurti Melayu banyak pakar yang secara kesatria, menegaskan
Kridalaksana (1991:176—177). sependapat. Dalam esainya yang bahwa bahasa Indonesia berasal
Dalam bantahan itu disebutkan, dimuat dalam majalah Pujangga dari bahasa Melayu Riau. Beliau
antara lain, bahwa ketika diangkat Baru pada 1933, S. Takdir dapat menegaskan itu karena
menjadi bahasa Indonesia, 1928, Alisjahbana mengatakan: beliaulah yang menjadi pengusul
bahasa Melayu secara substansiil “Nyatalah kepada kita, bahwa pertamanya.
sudah merupakan bahasa penuh perbedaan yang sering dikemu- Pendapat yang menyebutkan
(full-fledged language) dan menjadi kakan orang [antara bahasa bahwa bahasa Indonesia berasal
bahasa ibu masyarakat yang Indonesia dan bahasa Melayu, dari bahasa Melayu Balai Pustaka
tinggal di wilayah Sumatera AM] itu tiada beralasan sedikit sangat kurang beralasan. Pasalnya,
sebelah timur, Riau, dan Kali- juapun. Dan saya yakin, bahwa bukan hanya penulis Balai Pustaka
mantan, dan sudah mempunyai meski bagaimana sekalipun orang yang menyebarkan bahasa Melayu
kesusastraan yang berkembang— tiada akan mungkin menunjukkan ke seluruh nusantara ini, mela-
kesusastraan yang lazim disebut perbedaan yang sesungguh2nya inkan telah terjadi jauh sebelum-
Angkatan Balai Pustaka atau nyata antara bahasa yang disebut nya yakni pada masa Melayu
Angkatan 20—yang berhubungan sekarang bahasa Indonesia dengan Klasik lagi. Lagi pula, berdasarkan
historis dengan kesusastraan bahasa yang disebut bahasa dokumen Belanda, bahasa Melayu
Melayu Klasik yang sudah Melayu … “ (Alisjahbana, 1978:47). Tinggi yang diajarkan di sekolah-
berkembang sejak abad ke-14. Tokoh lain yang perlu disebut sekolah pada masa pemerintahan
Selanjutnya, menurut Krida- ialah R.M. Soewardi Soeryaningrat Hindia Belanda adalah bahasa
laksana, “Sebelum menjadi bahasa (Ki Hajar Dewantara). Dalam Melayu Riau. Bahasa itu disebut
Indonesia, bahasa Melayu telah makalahnya “Bahasa Indonesia di Melayu Tinggi karena sudah
mengalami proses standardisasi dalam Perguruan”, yang disajikan mengalami proses standardisasi
terutama melalui sistem pendi- dalam Kongres Bahasa Indonesia I di yang diupayakan oleh para cende-
dikan kolonial Belanda.” Solo pada 1938, beliau lebih tegas kiawan Kerajaan Riau-Lingga
Jelas dalam sejarah, bahasa lagi menyebutkan, “Yang dina- pada abad ke-19 sampai awal abad
Melayu telah sejak lama menjadi makan ‘bahasa Indonesia’ adalah ke-20. Soal pemakaian bahasa,
bahasa pertama atau bahasa ibu bahasa Melayu... dasarnya berasal dalam tradisi Riau-Lingga, me-
masyarakat Kepulauan Melayu. dari ‘Melayu Riau’....” (Puar, mang dituntut tanggung jawab
Bahasa Melayu pun telah sejak 1985:324; lih. juga Malik, 1992:3). yang besar.
berabad-abad menjadi bahasa Dalam rumusan hasil Kongres Lembaga pendidikan
kedua penduduk seluruh nusan- Bahasa Indonesia II, Medan, 1954 Kweekschool di Bukittinggi
tara, jauh sebelum diangkat sekali lagi ditegaskan: “...asal merupakan tempat bahasa Melayu
menjadi bahasa Indonesia. Pada bahasa Indonesia ialah bahasa Tinggi atau bahasa Melayu Riau
masa kegemilangannya bahasa Melayu. Dasar bahasa Indonesia diajarkan. Alumni dari sekolah
Melayu telah sejak lama menjadi ialah bahasa Melayu yang itulah yang kebanyakannya men-
bahasa internasional. Francois disesuaikan dengan pertum- jadi penulis Balai Pustaka. Yang
Valentijn, bahkan, mengatakan buhannya dalam masyarakat jelas, bahasa ibu para penulis Balai

P U S A T, N 0. 0 6 / 2 0 14 13
Pustaka itu sangat berbeda dengan Kepulauan Riau [huruf tebal oleh ke-19 sampai dengan awal abad
bahasa yang mereka gunakan AM], dan bahasa-bahasa selebih- ke-20 memungkinkan bahasa
dalam tulisan-tulisan mereka. nya akan ditentukan kemudian” Melayu Riau menjadi bahasa baku,
Karya-karya mereka mengguna- (KG 25-5-1872, Stb. No. 99, dalam yang biasa disebut bahasa Melayu
kan bahasa Melayu Tinggi atau Brouwer 1899: Lampiran I). Tinggi. Bahasa Melayu Tinggi
bahasa Melayu Riau yang memang Ternyata, para pendiri bangsa itulah, pada Kongres I Pemuda
wajib dipelajari dalam pendidikan ini memilih bahasa Melayu yang Indonesia, 2 Mei 1926 diberi nama
di seluruh nusantara, sesuai diubah namanya menjadi bahasa baru dan pada peristiwa Sumpah
dengan kebijakan pendidikan Indonesia sebagai bahasa nasional Pemuda, 28 Oktober 1928, diku-
kolonial kala itu. melalui Kongres I Pemuda kuhkan sebagai bahasa Indonesia.
Ternyata, bahasa Melayu Riau Indonesia pada 2 Mei 1926 dan Bahasa Melayu yang berasal
juga memiliki subdialek yang dikukuhkan pada peristiwa dari Kepulauan Riau-lah yang
beragam. Kalau demikian keada- Sumpah Pemuda, 28 Oktober 1928. dijadikan bahasa Indonesia.
annya, di manakah tempat asal Jelaslah asal bahasa nasional Pemilihan itu sesuai dengan kebi-
bahasa Indonesia, yang diangkat Indonesia itu. Dalam hal ini, jakan pemerintah Hindia-Belanda
dari bahasa Melayu Riau itu? bahasa Indonesia berasal dari sebelumnya yang menilai bahwa
Untuk menjawab pertanyaan itu, bahasa Melayu Kepulauan Riau. bahasa Melayu Kepulauan Riau
dapatlah dicermati rujukan berikut Kenyataan itu tak terbantahkan paling murni lafalnya serta paling
ini. oleh upaya pembinaan bahasa baik tata bahasa dan ejaannya
Dalam buku Kees Groeneboer, yang memang telah dilakukan oleh sehingga diwajibkan menjadi
Jalan ke Barat (1995:166) tercatat Raja Ali Haji dkk. sejak abad ke-19 bahasa pengantar pendidikan
pada Pasal 28 dari Peraturan untuk sampai dengan awal abad ke-20 di pribumi di seluruh kawasan
Pendidikan Dasar Pribumi dari Kerajaan Riau-Lingga yang pusat pemerintahan Hindia-Belanda.
tahun 1872, disebutkan “Untuk pemerintahannya sekarang dise- Karena kebijakan itu, kalau tak
pendidikan dalam bahasa rakyat, but Propinsi Kepulauan Riau. menjadi bahasa pertama, bahasa
dipakai bahasa yang paling murni Dengan upaya itu, bahasa Melayu Melayu Kepulauan Riau menjadi
ucapannya dan yang paling menjadi baik lafalnya (murni bahasa kedua sebagian besar
berkembang di tempat-tempat itu ucapannya) dan ejaan serta tata penduduk nusantara. Oleh sebab
seperti bahasa Jawa menurut bahasanya menjadi baku. Oleh itu, itu, ketika diusulkan oleh Ki Hajar
bahasa yang biasa dipakai di pemerintah Hindia-Belanda men- Dewantara, Muh. Yamin, dan M.
Surakarta, bahasa Sunda menurut jadikannya sebagai bahasa pe- Tabrani (dengan perubahan
yang biasa dipakai di Bandung, ngantar pendidikan di kawasan nama), para pendiri bangsa ini, apa
bahasa Batak menurut bahasa jajahannya. pun latar belakang suku dan
yang dipakai di Mandailing, bahasa ibunya, dengan suara bulat
bahasa Melayu akan diajarkan Kalam Penutup menerimanya.
menurut aturan dan ejaan bahasa Pembinaan yang intensif yang
Melayu murni yang dipergunakan dilakukan oleh Raja Ali Haji dkk.
di Semenanjung Melaka dan di di Kerajaan Riau-Lingga sejak abad

14 P U S A T, N 0. 0 6 / 2 0 14
CERPEN

Mbah Mar
Cerita Pendek
A. MUSTAFA BISRI

J
Jika Anda kebetulan tersesat di makam Mbah Sedo Sumur di kotaku,
Anda mungkin akan melihat seorang tua berpakaian compang-camping
dengan rambut gondrong dan mata yang sayu. Ciri lain, dia selalu
mengenakan peci hitam yang sudah tidak begitu hitam lagi dan
memakainya sedemikian mblesek hingga nyaris menutupi kedua
matanya. Namun, jangan salah sangka. Dia bukanlah pengemis,
meskipun dia duduk bersama deretan para peminta-minta. Dia memang
memerlukan belas kasihan para penziarah, tetapi tidak sama dengan
para pengemis di sekitarnya. Dia tidak menadahkan tangan meminta
sedekah, tetapi duduk bersila dan bersedekap. Setiap kali ada penziarah
lewat di depannya, mulutnya mengulang-ulang permohonan dengan
suara memelas, “Tolong, doakanlah isteri dan anak-anak saya. Ya, Pak.
Ya, Bu!”
Perjalanan hidup anak manusia memang terkadang aneh. Orang tua
berpakaian compang-camping, berambut gondrong, dan berpeci mblesek
yang terlihat di makam Mbah Sedo Sumur dan biasa dipanggil Mbah
Mar itu, menurut cerita yang berkembang di masyarakat kotaku, adalah
mantan guru dan anggota dewan.

P U S A T, N 0. 0 6 / 2 0 14 15
Nama aslinya Margono. yang—menurut istilah kawan- sebagai “orang pinter” yang
Dahulu, hampir semua orang yang kawannya itu—penthit, begitu mempunyai kelebihan. Doanya
mengenalnya memanggilnya Mas “tinggi” hingga sering sulit mustajab. Bahkan, konon ia bisa
Margono. Sebelum pensiun dari dipahami orang kampung. menyembuhkan berbagi penyakit
pekerjaannya sebagai guru bahasa Mas Margono juga dikenal sekronis apa pun.
Inggris di SLTP, dia sudah terpilih sangat peka terhadap isu-isu yang “Saya sendiri tak mengerti,”
dan dilantik sebagai anggota berkembang. Tidak peduli itu kata Mas Margono suatu saat
DPRD. Orangnya tidak begitu masalah politik, ekonomi, budaya, sehabis salat Jumat (Mas Margono
ganteng, tetapi berpenampilan agama, atau apa sajalah; Mas mempunyai kebiasaan sehabis
necis . Di saku atas bajunya selalu Margono tidak pernah ketinggalan salat Jumat duduk-duduk ngobrol
terselip dua-tiga pulpen yang menanggapinya dan selalu punya di serambi), “akhir-akhir ini
berbeda-beda bentuk maupun pendapat untuk setiap isu yang tingkah laku orang semakin
warnanya. Ciri lain yang mencolok muncul. Jika menyampaikan absurd saja. Kata orang ini zaman
ialah sapu tangan di kantong pendapat, bicaranya mantap, kemajuan, tetapi banyak sekali
celananya yang setiap kali seolah-olah yang dikemukakannya orang yang mengaku sebagai
dikeluarkannya untuk menyeka sudah merupakan hasil pemikiran orang maju atau hidup di kalangan
tangan atau tengkuknya; tidak yang mendalam. Orang-orang orang-orang yang maju atau
peduli sedang berkeringat atau kampung tidak banyak yang tahu terlanjur dianggap maju,
tidak. Namun, yang paling dan tidak peduli apakah Mas perilakunya seperti orang primitif
membuatnya dikenali dan diingat Margono juga begitu ketika berada saja. Kata orang ini zaman
orang: seumur-umur dia tidak di ruang sidang DPRD yang teknologi modern, tetapi banyak
pernah memakai peci. Selalu terhormat. sekali orang pintar mempercayai
gundulan istilahnya di kampung Kalangan tua di kampung rata- klenik.Orang susah malah datang
kami. Bahkan waktu memakai kain rata tidak begitu suka kepada Mas ke kuburan. Ya malah sumpek.
sarung—misalnya ketika Jumatan Margono. Soalnya, menurut Benar, nggak?”
atau mendatangi kenduren—Mas mereka, Mas Margono sering “Jangankan pejabat kecil-
Margono tetap gundulan. Konon, melecehkan perilaku yang sudah kecilan di daerah, pejabat-pejabat
ketika kawin pun dia bersikeras merupakan kebiasaan orang tinggi di atas saja, dukun dan
tidak mau memakai kuluk atau kampung, seperti ziarah kubur, paranormal yang mereka
blangkon yang disediakan juru selamatan, atau silaturahmi andalkan. Bagaimana negeri ini
rias. Alasannya, peci itu bukan kepada kiai untuk minta berkah tidak kacau, kalau pemimpin-
pakaian: tidak menutup aurat atau doa-doa. Di setiap pemimpinnya terus lebih percaya
karena kepala bukan aurat; tidak kesempatan, Mas Margono kepada dukun dan paranormal
juga menghias karena tidak memang tidak pernah lupa daripada kemampuan dan
membuat orang menjadi lebih mengkritik kebiasaan-kebiasaan ilmunya. Kalau pemimpinnya di
cantik. Kalau pun disebut pakaian, yang ia anggap tidak sesuai atas begitu, tentu saja yang di
ia adalah pakaian yang paling dengan ajaran agama itu. bawah ikut. Pemimpin itu kan
kotor karena sejak baru sampai Terutama, Mas Margono paling cerminan masyarakatnya.”
rusak tidak pernah dicuci. semangat apabila mengecam apa Biasanya, jika Mas
Di kalangan kawan-kawan yang ia sebut sebagai klenik. Margono bicara, hanya beberapa
sendiri sekampung, Mas Margono “Orang sakit tidak dibawa ke anak muda saja yang sesekali
kadang dijuluki Bung Intelek, dokter, malah dibawa ke orang tua menanggapi; mengajukan
kadang Bapak Wakil Kita. Entah, yang sama sekali tidak mengerti pertanyaan; atau melayani ajakan
julukan itu dimaksudkan sebagai soal medis!” begitu katanya diskusi Mas Margono. Yang lain
ejekan atau penghargaan, tetapi mengomentari orang yang selalu biasanya hanya menjadi
alasan yang pernah dikemukakan: datang ke Mbah Joned untuk pendengar yang baik. Tidak setuju
Mas Margono jika bicara, tidak saja minta suwuk. Mbah Joned memang pun diam saja.
selalu menyelipkan istilah-istilah dipercayai banyak orang—
asing, tetapi juga karena bicaranya termasuk dari luar daerah—

16 P U S A T, N 0. 0 6 / 2 0 14
*** kafir dan najis sebelum ikut baiat sementara familinya yang
Sampai suatu saat, Mas jamaahnya. mengusulkan untuk mencoba
Margono mulai jarang tampak Sri, anaknya yang lain yang datang ke Mbah Joned. Siapa tahu?
duduk-duduk di serambi mesjid. kuliah di kota J, belakangan tidak Namanya ikhtiar. Akhirnya Mas
Kadang-kadang memang tidak pernah pulang. Ketika Mas Margono harus takluk kepada
kelihatan sama sekali. Mungkin Margono dan isterinya menengok kenyataan dan tuntutan keadaan.
sedang bepergian dan salat di ke tempat kos anaknya itu, hanya Kepentingan keluarga jauh lebih
mesjid lain. Tetapi bila kelihatan mendapat cerita yang penting katimbang
pun, tidak seperti biasanya, menyedihkan. Anak mempertahankan prinsipnya yang
sehabis salat Jumat langsung buru- perempuannya itu, kata kawan- selama ini dikukuhinya. Maka, dia
buru pulang. Hal ini tentu saja kawannya sudah dikawin oleh pun datang kepada Mbah Joned
membuat orang, terutama mereka imam jamaahnya, tetapi tidak ada dan menuruti saja syarat-syarat
yang biasa ikut merubung Mas seorang pun yang tahu di mana yang diberikan “orang pintar” itu,
Margono sehabis salat Jumat, mereka tinggal. Konon sang imam termasuk harus menziarahi
menjadi bertanya-tanya. Apa dan empat orang isterinya itu makam-makam setiap malam
gerangan yang terjadi pada tokoh tinggalnya berpindah-pindah Jumat dan menunggui makam
kita ini? Orang-orang makin heran untuk kepentingan dakwah. Mbah Sedo Sumur yang keramat.
lagi, saat menyaksikan penampilan Mungkin karena terlalu Jika Anda kebetulan tersesat di
Mas Margono yang kian berubah. memikirkan anak-anaknya, isteri makam Mbah Sedo Sumur di
Mula-mula kenecisannya Mas Margono akhirnya seperti kotaku, Anda mungkin akan
berkurang, lama-lama bahkan stres. Lalu, kondisinya makin hari melihat seorang tua berpakaian
hilang sama sekali. Pakaiannya makin memprihatinkan. Dulu compang-camping dengan rambut
seperti tidak terurus; juga orang-orang mengenalnya sebagai gondrong dan mata yang sayu.
wajahnya yang biasa klimis kini priyayi yang besus, pandai Ciri lain, dia selalu mengenakan
berewok. Konon, mengajar pun bersolek, dan aktif di berbagai peci hitam yang sudah tidak begitu
sudah jarang-jarang. kegiatan kewanitaan tanpa hitam lagi dan memakainya
Yang lebih mengejutkan mengabaikan urusan rumah sedemikian mblesek hingga nyaris
kemudian adanya berita bahwa tangga. Semua keperluan suami menutupi kedua matanya.
Mas Margono kini suka ke makam- dan urusan keluarga boleh dikata Namun, jangan salah sangka; dia
makam yang dianggap keramat Bu Margono-lah yang mengurus bukanlah pengemis, meskipun dia
oleh masyarakat. Seandainya yang dan mengaturnya dengan teliti dan duduk bersama deretan para
bercerita bukan Joko, saudaranya rapi. Kini jangankan mengurus peminta-minta. Dia memang
sendiri, pasti tidak ada orang yang suami dan keluarga, mengurus memerlukan belas kasihan para
percaya. Menurut Joko, bermula dirinya sendiri saja tidak. Malah, penziarah, tetapi tidak sama
dari kondisi rumah tangganya belakangan semakin parah. Ia suka dengan para pengemis di
yang mengalami cobaan berat. menangis dan tertawa-tawa tanpa sekitarnya. Dia tidak menadahkan
Tono, anak sulungnya yang sebab. Bahkan, terakhir suka tangan meminta sedekah, tetapi
kuliah di perguruan tinggi di kota telanjang dan mengamuk. duduk bersila dan bersedekap.
B, ternyata ikut jamaah yang Mas Margono sudah berikhtiar Setiap kali ada penziarah lewat di
tertutup, yang menurut Mas ke dokter-dokter; mulai dokter depannya, mulutnya mengulang-
Margono sendiri sudah tidak bisa umum, psikiater, hingga ulang permohonan dengan suara
dibenarkan. Kalau pulang , membawanya ke rumah sakit memelas, “Tolong, doakanlah
pakaian Tono aneh-aneh. Yang jiwa. Namun, tidak ada hasilnya. isteri dan anak-anak saya. Ya, Pak.
membuat Mas Margono jengkel Lalu pindah ke sinse-sinse di Ya, Bu!”
bukan main, anak sulungnya itu berbagai kota juga tidak berhasil. Itulah Mas Margono, mantan
tidak mau bersalaman dengan Akhirnya, dalam guru dan anggota dewan yang kini
kedua orangtuanya. Bersentuhan keputusasaannya, Mas Margono dikenal orang sebagai Mbah Mar.
pun katanya haram. Tono terpaksa mengikuti, meski mula- Penjaga makam Mbah Sedo
menganggap kedua orangtuanya mula menolak keras saran Sumur.

P U S A T, N 0. 0 6 / 2 0 14 17
TAMAN

P UISI -P UISI
Alex R. Nainggolan

Seramai Debar,
Tanda Kota yang Hilang

katamu, kota ini seramai debar. lalu kau masuki jejalan jalannya. dari
cabang satu ke lainnya. dari tangkai satu ke lainnya. namun padat
tubuh menembus liuknya. pijar lampu. kafe yang muram. atau
gedung pemerintahan yang membusuk. tak ada yang bisa ditandai,
kecuali berat gandul waktu tak kunjung detak. merenggutmu.
tapi selalu ada kangen yang tumbuh. setiap kali kau kembali.
mengakrabi lagi kota. mengumpulkan serpih cahaya, menyibak
langkah atau plang jalan yang kusam ditelan debu. langkahmu tak
juga luruh. hanya wajah para perempuan, menyimpan gelora.
memang debar itu tak juga hambar. kini kau masuki lagi setiap
cecabang jalan. sekadar menghitung berapa sunyi yang sembunyi di
sana. melempar kanakmu dengan tawa.

2013

18 P U S A T, N 0. 0 6 / 2 0 14
TAMAN

Ada Banyak Hal


ada banyak hal, yang kau ingat lalu melupakannya

Detak Sajak
dan arloji tahun terus saja bersembunyi
di ketiakmu menyimpan tik-toknya
negeri yang kehilangan rumah
dengan ruang kamar tanpa penghuni
atau mayat bayi yang mati di dalam kardus
kata-kata mendadak linu. maunya diurut, supaya
namun kau bergegas sitematis. biar seperti gerimis. namun engkau
bercinta tanpa suara menulis, mungkin menghitung detaknya. bersama
atau desahan yang lemas kerumun hari yang sengau. hanya ada bekas
dan merenangi hari seperti biasa peristiwa, serpih kaca yang tersayat di nadi. tapi
tenggelam kata-kata tak mau bunuh diri atau sekadar onani.
mereka berlarian di riuh pasar, belajar menawar
ada banyak hal, yang mungkin kaulupakan harga sebako. mereka berbaris di pom bensin,
bayangan mimpi buruk mengisi bahan bakar sebelum harganya lambung.
yang menjemput setiap poeluh tubuhmu mereka masuk ke kantor pemerintah, menulis arsip
atau rasa sakit yang telah kehilangan serumnya dan membuat surat keterangan.
dan orang-orang berkumpul di depan istana kata-kata telah memar. mungkin engkau yang
membawa notes protes menganiaya. tapi mereka tak mau dirujuk dari
tapi angin menggulungnya puskesma ke rumah sakit. memilih memanggil
seperti debu tukang urut, mengobati sakitnya yang lama lebam.
ah, detak itu merangkak. dapatkah engkau
dan kau melintasi memulainya lagi? barangkali semacam belajar
kecemasan itu menamai benda-benda dengan nada yang lain.
membiarkannya jadi batu nisan mereka menyerbumu. masuk ke kepalamu. di
bagi pemakamanmu antara kelenjar pikiran, dan menurunkan hujan di
situ.
ada banyak hal, yang ingin kautulis
suara keluh yang terkayuh
seperti ombak kecil di laut
tak juga surut 2013

2013

Liswan Payub (Alex R. Nainggolan) dilahirkan di Jakarta, 16 Januari 1982. Menyelesaikan studi
di FE Unila jurusan Manajemen. Tulisan berupa cerpen, puisi, esai, tinjauan buku terpublikasi
di Majalah Sastra Horison, Jurnal Puisi, Kompas, Republika, Jurnal Nasional, Suara Pembaruan,
Jawa Pos, Seputar Indonesia, Berita Harian Minggu (Singapura), Sabili, Annida, News Sabah
Times (Malaysia), Bali Post, Sastra Tempel, Jurnal Sajak, Matabaca, Surabaya News, Radar
Surabaya, Lampung Post, Sriwijaya Post, Riau Pos, Suara Karya, Bangka Pos, Radar Surabaya,
Nova, On/Off, Majalah e Squire, Majalah Femina, Majalah Sagang Riau, dll.
Bukunya yang telah terbit Rumah Malam di Mata Ibu (kumpulan cerpen, Penerbit Pensil 324
Jakarta, 2012), Sajak yang Tak Selesai (kumpulan puisi, Nulis Buku, 2012), Kitab Kemungkinan
(kumpulan cerpen, Nulis Buku, 2012).

P U S A T, N 0. 0 6 / 2 0 14 19
TAMAN

P UISI -P UISI
Jumardi Putra

Batanghari Masih Bercerita

Pada kesendirianku sungai Batanghari


bercerita tentang kampung seberang
Tiada henti bersolek di tepian remang
Kukumpulkan ingatan tentang sejarah
dalam abad-abad Jambi yang lepas
Di mana masa awal kampung seberang
menerima kedatangan orang Arab pertama kali

Dada ini berdebar menampung bisikan


Bukan oleh gaduh petang
Melainkan para saudagar
menyulap perahu menjadi kapal
Dermaga mengibarkan
bendera-bendera kebesaran
Pelan-pelan kampung seberang
terentang di bucu percakapan

Pada kesendiriaku tentang kampung seberang


menjelma risalah yang harus dibaca
dan mungkin tak pantas dilupakan

Pada kesendirianku Batanghari masih bercerita


Udara lapang semasa petang dan sayup suara
dari menara Gentala Arrasy berulang-ulang
mengumandang: Melayukah Aku?

Jambi, 2013

20 P U S A T, N 0. 0 6 / 2 0 14
TAMAN
PUISI

Di Jambi,
Apalagi yang Kau Cari

Cerita
Jerambah satu ke jerambah lain di Pasar Lubuk Landai
menukilkan abad-abad yang lerai
: Tanah Sepenggal
Tersebut artefak di sepanjang sungai Batanghari
Rumah Batu berdiri tegak dalam rapuhnya
Ingatkah kau Benteng di Muaratembesi?
Mesiu berjuntaian di tebing amnesia
Ingatkah kau bandar Zabaj? Berapa harga bunga kamboja yang mesti kami jual
Keperluan saudagar-saudagar yang kesepian kepada keheningan yang disesaki iklan-iklan
meminang gadis-gadis di sana bualan
Bakal dikenang sebagai apa mereka?
Adakah aku, kau, atau bahkan kita Setiap raung televisi yang membangunkanku
mewarisi sisa-sisa kebesarannya dari mimpi yang retak di ujung bagian
Kukuruyuk fajar yang datang tiba-tiba
Sejarah Jambi dalam segala cuaca hingga tak sempat lagi kami merenungkan
Bertahan dalam kemurungan antara benda-benda yang menafasi dan
menjelma risalah yang resah tawaran-tawaran kejumudan yang menulikan
Hilir mudik dengan kaki yang patah Yang kami pikul beberapa goni ubi jalar
Beberapa lagi terentang di pasar Lubuk Landai
Di Jambi, apalagi yang kau cari? Di sini, kami hanya berharap matahari siang
mengelupas parau di hari-hari kami selanjutnya
Jambi, 2013
Jambi, 2012

Jumardi Putra, alumni Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga


Yogyakarta (2009). Kini Aktif sebagai penyunting Seloko: Jurnal Budaya Dewan
Kesenian Jambi (2011-sekarang). Puisinya terbit di berbagai media cetak, di
antaranya: Majalah Sastra Sabana, Majalah Sagang, Story Magazine, Majalah
Al-Madina, IndoPos, Jambi Independent, Jambi Ekspres, Haluan Kepri, Sidojiri
Batam, Kompas.com, Korancyiber.com, dan tergabung ke dalam belasan
antologi puisi bersama. Salah satu puisinya: “Aku, Kembarbatu, dan
Telagorajo” meraih penghargaan Puisi Unggulan oleh Komunitas Sastra
Indonesia (KSI) Award tahun 2012 di Sicarua-Bogor.

P U S A T, N 0. 0 6 / 2 0 14 21
TAMAN
PUISI

P UISI -P UISI
Soni H. Sayangbati

Bait Serulingmu

“Mainkan serulingmu dengan nada-nada rendah Burung-burung bangkai El Condor terbang


dan tinggi, biar terdengar alunan rindu di tanah memutar di angkasa,
lapang.” seolah-olah dia melihat bangkai daging segar
Jack Fenomenon
Semua makhluk keluar dari sarangnya,
Siapa yang mendengar alunan nada-nadaku ini mulai yang bersayap,
di tanah lapang yang luas berkuku ganjil dan genap,
gemanya yang menghantar suara memamah biak atau menyusui,
walau nadanya tertinggal beberapa menit bersurai,
bertanduk,
Di kekosongan lembah, semua mendengar suatu suara.
bukit dan tanah datar
segerombolan burung-burung di udara menjerit Dihadapan musisi seruling berujar: ‘hanya ini yang
dan keluar dari sarangnya di balik bukit datang?’
Ke mana anak Adam itu, di mana gerangan
Singa-singa gunung mulai turun mereka?
ia pikir suara anak kijang menjerit Tak satu pun mendengar suara serulingku?

Ular beludak keluar dari lubangnya Patutkah aku menukar binatang dengan manusia?
mencari sumber bunyi Bukankah suara serulingku ditujukkan hanya
walau tak bertelinga padanya?

Oh seandainya saja mereka mendengar yang


bertelinga !

03 Agustus 2013

22 P U S A T, N 0. 0 6 / 2 0 14
TAMAN
PUISI

Engkau Tumpukkan Batu


Adalah Puisiku
- @ Lifespirit 2, 7
Sebuah bangunan di bangun menjulang tinggi ke
langit, dari sebuah tumpukan batu yang disusun
sedemikian rupa, adakah batu yang paling bawah
Bagi dirimu, aku bukanlah hal yang nyata, sebuah akan menjerit dan marah terhadap batu di atasnya
cerita fiksi, namun bagiku engkaulah bagian puisiku ? Seperti sebuah generasi, tentu akan di bangun
Jack Fenomenon dengan generasi selanjutnya, adakah dia
mengecam ?

1. Sebuah batu penjuru


Puisiku, lembaran-lembaran papirus menghela nafas tahtanya menjulang ke langit
tertulis cintaku dahulu sebuah batu yang dicampakkan
2 tak bernilai
Kusebut dirimu di noktah-noktah kosong
serindu puisi Lihat !
3 Yang Maha Tinggi
Aku memang kata-kata, mengatakan:
hanya puisi, sebongkah gletser Hormatilah Ia
4 sebab bilur-bilur lukanya
Petiklah dawai rindumu itu, menghapus dosa manusia
bernyanyilah selembut puisi
5 Sehingga engkau abu, debu
Dengarkan saya bicara, layak menjadi manusia abadi
dikeheningan senyap melindap puisiku
6 Engkau tumpukkan batu yang ke berapa ?
Engkau menulis, aku membaca
bernilai segantang puisi
27 Juli 2013

Jakarta, 9/8/2013

Sony H. Sayangbati Kelahiran Jakarta, 14 Desember, tinggal di Jakarta, menyukai sastra,


senang menulis puisi, prosa dan artikel mengenai sastra. Karyanya diterbitkan di
beberapa media cetak dan media online seperti di : SKH Republika, SKH Mata Banua,
Jurnal Kebudayaan Indoprogres, SKH Berita Minggu Singapura, SKH New Sabah Times,
SKH Utusan Borneo, Kompas.com, Koran Atjeh Post, Koran Bogor, Jateng Times, Rima
News, Radar Seni, RetakanKata, Jurnal Kebudayaan Tanggomo, Wawasan News,
Angkringan News, Artadista.com, Majalah Sastra Digital Frasa, Majalah Review
Malaysia, Ourvoice, Sastra Kobong. Karya puisinya telah dibukukan dalam antologi
bersama beberapa penyair manca negara : Lentera Sastra diluncurkan pada tanggal
22 Juni 2013 di Kuala Lumpur bersama komunitas Puisikan Bait Kata Suara, Manusia
Dan Mata-Mata Tuhan bersama komunitas Coretan Dinding Kita, Jendela Senja bersama komunitas Kabut Tipis,
sedangkan buku Cinta Rindu Dan Kematian di komunitas Coretan Dinding Kita sedang dalam proses cetak. Aktif
di sastra cyber (cybersastra) dan memiliki halaman puisi yang diberi nama : Info For Us by Sonny H. Sayangbati di
media sosial Facebook, dan beberapa laman sastra.

P U S A T, N 0. 0 6 / 2 0 14 23
TAMAN

P UISI -P UISI
Tjahyono Widijanto

Lukisan Perempuan
di Museum Blanco

debu berebut merajam waktu ruas tubuhnya bergetar menafsiri rahasia malam
aku terpenjara mata perempuan jejak-jajak malaikat tersesat pada rambut yang
semata perempuan dalam kanvasmu berkibar-kibar
mata yang menari entah dalam irama meramu wangi udara serupa harum sesajen
gamelan, jazz, bosanava atau salsa. ditaburkan pada pori-pori di tubuhmu

mata yang samar serupa kabut di tengah ranum bola matanya


memucat pada lembar biografi jalan-jalan rumpil berkelok-kelok,
mefosil dalam geletar ingatan sungai dengan jenggot sulur yang getas

mata perawan menyimpan rahasia api di antara akar-akarnya


buah larangan yang disembunyikan dewa-dewa bayangmu bergoyang-goyang
pada bilik-bilik kayangan yang pengap bungkuk dan batuk-batuk di bangku batu
menganyam senja, jarak, peristiwa
juga warna malam dan awan
menunggu menjadi hantu di taman tua
merajam sunyi menjadi bunyi

Ubud-Ngawi, 09/010

24 P U S A T, N 0. 0 6 / 2 0 14
TAMAN
Lima Catatan Malin

1. 4.
badai yang gila, ajari aku hujan yang kelam, selimuti aku dalam mantel
melecuti tubuh sendiri kelabumu
suwir-suwir dagingnya kau rontokan mengintai camar menyambar ikan tanpa suara,
di ceruk-ceruk karang tanpa jeritan
tempat suatu saat disinggahi camar menyaksikan kapal-kapal berlayar, berangkat
merindu celoteh anaknya berebut makan pulang atau karam
di sela-sela gigir karang yang kasar menyimpan segala raung menjadi bisu
seperti angin yang kalem merajang-rajang awan
2. dalam goa garba langit sebelum matahari
ombak yang buta, seretlah aku menitipkan cahayanya
ke dasar palungmu seperti nahkoda yang pada cabang-cabang pohon yang juga menjalar
berdendang diam-diam
di geladak kapal yang oleng menuju karam
seperti langkah pemabuk menyusur malam
meninggalkan kekasih di pengkol jalan 5.
setelah mencumbunya dalam gairah samodra dalam samadi arcaku kubangkitkan kapal-kapal
membekukan waktu yang meronta-ronta dalam yang pecah
pelukan bersama karang-karang yang pernah dibenamkan
taufan
3. semua bangit perlahan seperti langkah kanak-
laut yang sunyi, ajari aku merangkum segala kanak
bunyi meninggalkan tapak-tapak di pasir yang basah
seperti bahasa batu karang yang menjelmakan membangun kelahiran baru tanpa kutukan
kenangan
pada setiap patah kata yang lahir dari sepasang
mata
yang menghamili sepi seperti kelopak daun yang Ngawi, 2011
diam-diam gugur
dalam kebun para petani yang sabar menghikmati
musim
merawat pohon perlahan-lahan berbuah
sesaat sebelum semua orang melupakannya
dalam denting yang tak terduga

P U S A T, N 0. 0 6 / 2 0 14 25
TAMAN
Janturan Siti Jenar

1. “duhai masa siapa yang menjemputmu begitu


langit menyimpan bau hujan, gerimis berburu mesra?” lalu awan menjelma pedhut
waktu sebelum bandang menerjang mengangkangi semesta menyembunyikan lolong
bulan terbenam ¼ lingkaran merajut malam nyaris seringala di sudut hutan yang jauh berbaur dengan
sempurna desah doa-doa tersasar di daun-daun
kemana larinya tembang kalau tak kembali pada
bening yang hening? musim telah berubah begitu pesat, seperti kanak-
di kuntum kembang yang sedia mengembang di kanak merentangkan tangannya yang gempal,
ceruk-ceruk jurang meninju-ninju langit merindu peri atau bidadari
silir angin menyimpan abu kenangan juga getah turun dengan sayap kupu-kupu berkejaran-kejaran
riwayat yang sekarat dalam taman impian dipenuhi bunga-bunga. kau
menjumputnya,
duh, kemana larinya kenangan kalau tak ada mata
kunang-kunang “hei, jangan keras-keras kau katupkan
menyimpan cahaya dalam lelap di padang rimba genggamanmu, sayapku bisa rontok di celah jarimu”
tak bertuan

kekasih, di tepi-tepi ini siapa yang ingin menjelma 2.


bunga? malam ini lagi-lagi bulan ambyar di jantungku,
menabur harum pada lentik alis malam sembari mengalirkan seribu sungai dengan palungnya
melupakan putik yang dalam.
calon buah dengan mahkota yang selalu diincar di kedungnya sebongkah batu telanjang tafakur
taring kelelawar dalam sunyi
musim mengasuhnya dengan harap-harap cemas .merajut tekstur masa lalu, ingatan-ingatan kecut
merentangkan tangannya yang melintas-lintas
ke jendela langit seperti sekawanan burung seperti kilat pecut merajam menyamaki kulit,
menggapai-gapai angin berkelebatan “duhai, milik siapa kelam ini?”
dengan desir yang mengiris mencoba menyapa
bulan yang murung bulan yang ambyar, sungai dengan palung yang
pasang dan taufan pun tumbuh di kedung hatiku dalam dan batu yang telanjang
dalam kemuraman cuaca bersama kenangan bangkit perlahan seperti wajah
menenggalamkan seribu jukung yang mencoba penyihir
perkasa dalam oleng samudra aku gemetar dalam gigil sempurna, lampus dalam
lanskap hitam sonder harapan, “Jenar, sungguh
bulan yang miskram berlayar bersama letih mata kurindu rakitmu melarikan jasadku melepas
malalaikat mantram melintasi tujuh sungai tujuh lautan,
menghitung jumlah nahkoda atau mualim yang sampai mampus!”
sasar mencocokannya dalam ingatan
juga catatan tentang seribu kutuk yang bergaung di puncak malam kubakar dupa mengobarkan
di lembah-lembah berkabut nun jauh dalam paruh duka bersama jerit nyanyian yang berulang-ulang
waktu yang menggelontorkan seribu guruh bergaung di sepanjang sungai yang mendadak
para pertapa membakar dupa dan mantram yang canggung dan bunyi geludug yang bingung,
berhamburan ke penjuru kiblat ingatan tentang cinta tumbuh kembali dalam ajal

26 P U S A T, N 0. 0 6 / 2 0 14
yang mendekam menjulurkan tangannya kubayangkan seekor kelelawar berkelebat dalam
mengetuk-ngetuk pintu langit, pucat malam
“duhai Jenar, sungguh kuingin tahu beda harum menabrak-nabrak tiang lampu jalanan, lalu lunglai
cinta dan harum semboja!” marayapi dinding kabut yang membara sebelum
subuh yang ranum muncul perlahan di sisa malam
sejumput tembang sempurna merajut bunyi yang rabun
menjadi sunyi sedesir syair meloncat mencucuki bola mataku,
seteguk sajak membangkitkan jejak seperti bayang- mengutukku menjadi cacing
bayang raksasa telanjang menggelepar di ujung cucuk burung membetotku
sealir syair mengalir merembesi rembulan menelasari jalan kuyup
memahat syahwat sepasang kekasih mengusung luka lancip sangkur melarung jasad
lintang-lintang gemetar tak kuasa meraungkan dalam rotasi tak henti-henti,
lanskap kematian “wahai rinduku, betapa tipis beda antara pasang
selarik sajak mengalirkan sunyi ke ujung-ujung dan surut.sebuah lautan”
udara menyusup meledak di jakunku, tubuhku
bergetar dalam dahaga larut bersama amis dan sajadah dalam nadiku menjelma alas yang
kisahmu, berkobar kobar
“Jenar, kaulah anak panah itu dengan api di menyisakan abu yang rantap menerobos sela-sela
ujung-ujungnya membidik buah larangan, sedang kornea matamu.
aku cuma khusyuk menjilat merah sisa cupang- “jenar, aku terbakar dalam beku syahwatmu”
cupangmu!”
Ngawi, 2010

TJAHJONO WIDIJANTO lahir di Ngawi, 18 April 1969. Menulis puisi, esai,


dan sesekali cerpen di berbagai media nasional. Karyanya dibukukan
dalam Dari Zaman Kapujanggan Hingga Kapitalisme: Segugusan Esai dan
Telaah Sastra (Januari 2011) dan kumpulan puisi Janturan (Juni, 2011).
Kumpulan puisi tunggalnya yang lain : Ekstase Jemari (1995), dan Dunia
Tanpa Alamat (DKJT, 2003). Tulisan-tulisannya juga termuat dalam:, Dari
Zaman Citra ke Metafiksi, Bunga Rampai Telaah Sastra DKJ (Kepustakaan
Populer Gramedian dan Dewan Kesenian Jakarta, 2010), Angkatan 2000
dalam Sastra Indonesia (Grasindo, 2000), Puisi Tak Pernah Pergi (Kompas,
2003), Birahi Hujan (Logung Pustaka, 2004,), Raja Mantra Presiden
Penyair (2007), , Compassion & Solidarity A Bilingual Anthology of
Indonesian Writing (UWRF 2009), dll. Tinggal di Ngawi, Jawa Timur.

P U S A T, N 0. 0 6 / 2 0 14 27
DRAMA

Monolog

Sepuluh Tahun Kemudian


(sekuel Mengapa Kau Culik Anak Kami?)

......
........is

PANGGUNG GELAP. peduli. Ketika diangkatnya, barulah ia tersadar bahwa


MUSIK FADE IN. LIGHTING FADE IN. yang berbunyi seperti telepon kabel itu sebetulnya
telepon genggam. Ditaruhnya telepon kabel, dan
Adegan terakhir drama Mengapa Kau Culik Anak melangkah lagi menuju telepon genggam. Saat
Kami? IBU terkulai di kursi seperti orang mati. Pintu, dipegangnya telepon genggam itu, deringnya sudah
jendela, televisi, telepon, perabotan, buku, cangkir teh, dan berhenti. IBU berdecak kesal, entah karena dering itu
lain-lain masih seperti dulu—tetapi waktu telah berlalu berhenti, entah karena mendapat telepon. Namun, ia
sepuluh tahun. Musik yang terakhir kalinya dalam drama tetap berusaha mengetahui siapa yang menelepon,
itu kini mengawali monolog ini. Bapak sudah meninggal dengan memperhatikan layar telepon genggam itu.
dunia, tinggal IBU kini di ruang keluarga itu, masih Lantas telepon genggam itu diletakkannya kembali
terkulai seperti sepuluh tahun yang lalu. Rambut, wajah, ke meja.
dan busananya menunjukkan betapa sepuluh tahun telah
berlalu. IBU
(sambil melakukan sesuatu di ruangan itu)
MUSIK FADE OUT
Hmmh. Ibu Saleha, ibunya Saras yang dulu jadi
Terdengar dering telepon, mirip telepon kabel, tetapi pacar Satria. Sekarang apapun yang terjadi dengan
jelas dari telepon genggam IBU yang tergeletak di Saras dibicarakannya sama aku, seperti Saras itu
meja. IBU yang tertidur tampak bergerak karena punya dua ibu. Dulu almarhum Bapak suka sinis
telepon yang berbunyi, tetapi sampai telepon sama Ibu Saleha karena seperti memberi tanda kalau
genggam tidak berbunyi lagi, IBU tidak juga Saras itu tentunya tidak bisa terus menerus
terbangun. menunggu Satria. “Orang hilang diculik kok tidak
mendapat simpati,” kata Bapak. Kenyataannya
Telepon genggam berdering untuk kedua kalinya, selama sepuluh tahun Saras tidak pernah bisa pacaran
dan IBU berganti posisi lagi karena itu, bahkan sama siapapun. “Saya selalu teringat Satria, Ibu, saya
kemudian terbangun, tapi tidak langsung menyambar tidak bisa,” katanya.
telepon. Agak bengong sejenak, sebelum akhirnya Hhhh. Satria, semoga dia tahu betapa besar cinta
melangkah ke telepon kabel, seperti tidak terlalu Saras itu kepadanya, meski ibunya itu selalu saja mau

28 P U S A T, N 0. 0 6 / 2 0 14
DRAMA
menjodohkan si Saras itu. Ya, sama eksekutiflah, sama itu harapanlah yang membuatku bertahan hidup.
pengusaha kayalah, sama asisten menterilah, sama Harapan bahwa pada suatu hari Satria pasti pulang
anggota DPR-lah, hiiiii… (menunjukkan rasa jijik), kembali… Berharap dan menunggu. Berharap dan
ujung-ujungnya jalan sama anak LSM juga. Tentu, menunggu. Berharap dan menunggu. Tapi, Bapak
bukan LSM yang bagi-bagi supermi dan baju bekas, memaksa aku untuk percaya bahwa Satria sudah
tapi lagi-lagi LSM urusan orang-orang hilang. pergi. “Satria sudah mati,” katanya. (berusaha sangat
Bagaimana Si Saras itu bisa melupakan Satria kalau amat keras untuk menahan tangis). Ah! Tidak! Aku
caranya begitu? “Siapa yang mau melupakan Satria, tidak mau percaya itu! Meski dalam hatiku, sudah
Ibu, justru ingatan kepada Satria itulah yang terlalu sering kuingkari diriku bahwa kemungkinan
membuat semangat hidup saya menyala,” kata Si besar Satria mestinya sudah mati.
Saras. Tapi, itulah persoalan ibunya Saras itu
sekarang. Kemarin di telepon ibunya cerita. “Saras (memandang ke arah kursi Bapak)
sekarang jalan sama dua orang,” katanya, “selain
sama si anak LSM orang-orang hilang itu, ia juga jalan
Pak, Bapak, kenapa kamu hancurkan semua
sama seorang pendaki gunung.” Aduh, Ibu-ibu ini…
harapanku? “Kita harus menerima kenyataan,”
(dengan nada geli campur haru). Tapi, inilah soal yang
katamu. Nanti dulu, Pak. Menerima? Menerima?
pernah kubicarakan sama Si Saras. “Kuhargai
Baik. Aku terima Satria sudah mati sekarang. Tapi,
cintamu yang besar kepada Satria, sehingga kamu
aku tidak terima kalau Satria itu boleh diculik,
selalu terlibat urusan orang-orang hilang ini,” kataku,
dianiaya, dan akhirnya dibunuh.
“tapi cinta adalah soal kata hati, Saras, karena kalau
terlalu banyak alasan dan perhitungan dalam
percintaan, nanti tidak ada tempat untuk hati lagi….” (IBU tampak kuat kembali)
Ah, Saras, memang rasanya ia seperti anakku juga.
Semenjak Bapak meninggal setahun yang lalu, Bapak sendiri yang bilang, ada teman Satria yang
rasanya semakin peduli dia kepada rumah ini, dibebaskan bercerita: Sebelum dilepas tutup matanya
membantu aku membereskan kamar Satria, seperti dibuka. Di hadapannya, orang-orang yang
tahu betul rasa kehilanganku setelah ditinggal menculiknya itu menggelar foto-foto di atas meja.
Bapak… Itulah foto-foto keluarga teman Satria yang diculik.
Foto orangtuanya, foto saudara-saudaranya. Lantas
Saat itu IBU sudah sampai ke kursi tempatnya orang-orang itu berkata, “Kami tahu siapa saja
duduk tadi, dan duduk di situ. IBU terdiam, melihat keluarga Saudara.” Huh! Saudara! Mana mungkin
ke kursi tempat Bapak biasanya duduk. Lantas manusia bersaudara dengan monyet-monyet! Apalagi
melihat ke sekeliling. maksudnya kalau bukan mengancam ‘kan? Bapak
bilang teman Satria ini juga bercerita, suatu hari salah
seorang yang waktu itu mengancam terlihat sedang
IBU
memandangi dirinya waktu dia baru naik bus kota.
Ini apa maksudnya, Pak? Supaya teman Satria itu
Bapak… Kursi itu, meja itu, lukisan itu, ruangan tidak boleh bercerita tentang perbuatan mereka?
ini, ruang dan waktu yang seperti ini, kok semuanya Teror kelas kambing maksudnya? Apakah ini semua
mengingatkan kembali kepada Bapak. Seperti ini juga boleh kita terima begitu saja?
keadaannya, bahkan aku masih ingat juga pakai
daster ini ketika kami berbicara tentang hilangnya
(mendadak sunyi, IBU menghela nafas)
Satria. Waktu itu sudah setahun Satria tidak kembali,
dan kami masih seperti orang menunggu. Aku waktu
itu masih percaya Satria suatu hari akan kembali… Sudah sepuluh tahun. Satria sudah mati. Bapak
Kenapa harus tidak percaya, kalau memang tidak sudah mati. Munir juga sudah mati.
pernah kulihat sesuatu yang membuktikan betapa
Satria tidak akan kembali… Apa salahnya punya (melihat ke arah kursi Bapak lagi)
harapan… Hidup begitu singkat, apa jadinya kalau
harapan saja kita tidak punya… Jadi, dalam setahun

P U S A T, N 0. 0 6 / 2 0 14 29
DRAMA

Apa Bapak ketemu sama Satria di sana? Enak Jiwa terasa memberat, tetapi tubuh serasa
bener Bapak ya? Meninggalkan aku sunyi sendiri di melayang-layang.
sini. Apa Bapak dan Satria tertawa-tawa di atas sana
melihat aku membereskan kamar Satria, menata gelas (nada dan gaya percakapan berubah, juga bahasa tubuhnya)
dan piring, sekarang untuk kalian berdua, setiap
waktu makan tiba, padahal aku selalu makan
Jauh, jauh, ke langit, mengembara dalam
sendirian saja. Memang aku tahu Bapak dan Satria
kekelaman semesta, bagaikan jiwa dan tubuh telah
tidak ada lagi di muka bumi ini, tetapi apa salahnya
terpisah, meski setiap kali tersadar tubuh yang
aku menganggap kalian berdua ada di dalam hatiku?
melayang terjerembab, menyatu dengan jiwa terluka,
Apakah kalian berdua selalu menertawakan aku dan
luka sayatan yang panjang dan dalam, seperti palung
menganggapku konyol kalau berpikiran seperti itu?
terpanjang dan terdalam, o palung-palung luka setiap
jiwa, palung tanpa dasar yang dalam kekelamannya
(diam sejenak) membara, membara dan menyala-nyala, berkobar
menantikan saat membakar dunia …
MUSIK FADE IN.
MUSIK FADE OUT
IBU
(kaget sendiri, berbisik tertahan, memegang kepalanya,
Kadang-kadang aku bermimpi tentang kalian menutupi wajahnya)
berdua, tetapi kalau terbangun, aku masih juga
terkenang-kenang kalian berdua, dengan begitu nyata Ah! Ya, ampun! Jauhkan aku dari dendam!
seolah-olah kalian tidak pernah mati. Impian,
kenangan, kenyataan sehari-hari tidak bisa
(jeda, tangannya, menengadah kembali)
kupisahkan lagi.

30 P U S A T, N 0. 0 6 / 2 0 14
DRAMA
Namun …. bagaimana mungkin aku merasa perlu Namun, apa iya aku sendiri? Apa iya aku masih
melupakan semuanya, jika kemarahanku belum juga harus merasa sendiri jika begitu banyak orang yang
hilang atas perilaku kurang ajar semacam itu. juga kehilangan? Waktu itu, ya, waktu yang seperti
tidak pernah dan tidak perlu berlalu itu, bukankah
(bernada dingin) ratusan ribu orang juga hilang seketika?

Menculik anak orang dan membunuhnya… (berubah nada)


Hmmh. Apakah setiap orang harus kehilangan
anggota keluarganya sendiri lebih dulu supaya bisa Bapak, kadang aku seperti melihatnya di sana, di
sama marahnya seperti aku? kursi itu, membaca koran, menonton televisi,
memberi komentar tentang situasi negeri. Seperti
(jeda, lantas nadanya berubah lagi) masih selalu duduk di situ Bapak itu, pakai kaos
oblong dan sarung, menyeruput teh panas, makan
Bapak… aku yakin dia ada di sana karena pisang goreng yang disediakan si Mbok, lantas
kusaksikan bagaimana dia dengan tenang ngomong tentang dunia. Tetapi si Mbok juga sudah
meninggalkan dunia yang fana, tetapi aku tidak bisa meninggal, menyusul Bapak, menyusul teman-
mendapatkan keyakinan yang sama jika teringat temannya pemain ludruk yang semuanya terbantai
kepada Satria. Memang akalku tidak bisa berpikir lain dan mayat-mayatnya mengambang di Kali Madiun…
sekarang bahwa Satria tentu sudah tidak ada. Namun,
Ibu mana yang kehilangan anak tanpa kejelasan bisa (jeda)
tenang dan bahagia hanya dengan akalnya, tanpa
membawa-bawa perasaannya? Bagaimana
Sebetulnya memang tidak pernah Bapak itu
perasaanku bisa membuatku yakin jika Satria pada
membicarakan Satria, malah seperti lupa, sampai
suatu hari memang hilang begitu saja? Ya (tangannya
setahun lamanya, sebelum akhirnya mendadak keluar
menambah tekanan), begitu saja… Bahkan orang mati
semua ingatannya pada suatu malam entah karena
saja masih bisa kita lihat jenazahnya!
apa.
Sudah sepuluh tahun, banyak yang sudah
(memandang ke arah kursi) berubah, banyak juga yang tidak pernah berubah.
Bagiku Satria masih selalu ada. Tidak pernah
Pak, Bapak, apakah Bapak melihat Satria di sana
ketemu lagi memang. Tetapi selalu ada. Memang, lain
Pak? Apakah Bapak ketemu Satria? Apa cerita dia
sekali Satria dengan kakak-kakaknya. Dua-duanya
kepada Bapak? Apakah sekarang Bapak sudah tahu
tidak mau pulang lagi dari luar negeri, datang
semuanya? Apakah Bapak sekarang sudah mendapat
menengok cuma hari Lebaran. Yang sulung Si Bowo
jawaban atas semua pertanyaan-pertanyaan kita?
jadi pialang saham, satunya lagi Si Yanti jadi kurator
galeri lukisan, kata Bapak dua-duanya pekerjaan
(mengalihkan pandang dari kursi) ngibulin orang.
“Ya, enggaklah, kalau ngibul,” kataku, “apa
Ah! Bapak! Dia sudah tahu semuanya! Tetapi,
semua orang harus ikut aliran kebatinan seperti
aku? Aku tentunya juga harus mati lebih dulu kalau
Bapak?” Biasanya Bapak ya cuma cengengesan. Dasar
ingin tahu semuanya!
Bapak. Ada saja yang dia omongin itu.
Tetapi aku masih hidup, aku masih tidak tahu
Aku sendiri rasanya juga sudah mulai pelupa
apa-apa. Hanya bertanya-tanya. Mencoba menjawab
sekarang. Susah rasanya mengingat-ingat apapun.
sendiri. Lantas bertanya-tanya lagi.
Belakangan sebelum meninggal Bapak juga mulai
Dulu aku bisa bertanya jawab dengan Bapak.
pikun. Lupa ini-itu. Kacamata terpasang saja
Sekarang aku bertanya jawab sendiri. dicarinya ke mana-mana (geli sendiri). Tapi ia tidak
Hhhh… pernah lupa tentang Satria. Ia selalu bertanya, “Seperti
apa Satria kalau masih hidup sekarang?” , atau
(jeda) “Sedang apa ya Satria di sana?”, atau kadang-kadang

P U S A T, N 0. 0 6 / 2 0 14 31
DRAMA
keluar amarahnya, “Para penculik itu pengecut Telepon genggam IBU berdering. IBU seperti tersadar
semuanya! Tidak punya nyali berterus terang! dari mimpi.
Bisanya membunuh orang sipil tidak bersenjata,
sembunyi-sembunyi pula!” IBU
Bapak, kenapa kamu tidak pernah muncul dalam
mimpiku untuk bercerita tentang Satria? Pasti Satria (mengambil telepon genggam)
menceritakan semua hal yang tidak diketahui selama
ini, bagaimana dia diperlakukan, dan apa sebenarnya
Pasti ibunya Saras lagi.
yang telah terjadi.

(setelah melihat layar telepon genggam itu)


MUSIK FADE IN

Eh, malah Si Saras.


IBU

(menaruhnya di telinga)
(dengan tekanan baru, melankolik, sedih, dan berat)

Ya, hallo…
Kenapa kamu tidak sekali-sekali muncul Bapak.
Muncul dong sekali-sekali Bapak. Duduk di kursi itu
seperti biasanya. Setelah mendengarkan apa yang dikatakan Saras,
Memang kamu selalu muncul dalam kenanganku, telepon genggam itu terloncat dari tangan IBU yang
Pak. Bahkan juga dalam mimpi-mimpiku, tetapi terkejut, seolah tiba-tiba telepon genggam itu
kamu hanya muncul sebagai bayangan yang lewat. menyetrum.
Hanya lewat, tanpa senyum, seperti baru menyadari
betapa kenyataan begitu buruk. IBU
Duduklah di situ dan ceritakan semuanya tentang
Satria. (menghadap penonton)
Ceritakanlah semua rahasia.
Gila! Para pembunuh itu sekarang mau jadi
MUSIK FADE OUT presiden!

(jeda, menghadap penonton, tetapi tetap bicara untuk LIGHTING FADE OUT MENDADAK.
dirinya sendiri) MUSIK MENGHENTAK FADE IN.
MUSIK FADE OUT.
Kursi itu tetap kosong. Seperti segalanya yang LIGHTING FADE IN.
akan tetap tinggal kosong.
Apakah semua ini hanya akan menjadi rahasia PEMERAN IBU MENGHORMAT PENONTON.
yang tidak akan pernah kita ketahui isinya?
Rahasia sejarah. Rahasia kehidupan. SELESAI.
Tapi ini bukan rahasia kehidupan yang agung itu.
Ini suatu aib, suatu kejahatan, yang seandainya
pun tidak akan pernah terbongkar…. Kampung Utan, Senin 27 Oktober 2008. 18:45.
Ditulis untuk dimainkan Niniek L. Karim

32 P U S A T, N 0. 0 6 / 2 0 14
TELAAH

Setelah Membaca Lenka


(Sebuah catatan kecil)

ABDUL ROZAK ZAIDAN


........is

I Ia menyapa pemuda itu dengan matanya. Pemuda itu bergegas


menghampiri.
“Ini salah, Lenka,” Helong Lembata berbisik begitu mereka
berdekatan. “Kita batalkan saja.”
“Jangan gila, Hell. Aku begitu siap.”
“Dan aku begitu tidak siap.”
“Diamlah dan lakukan tugasmu. Kau sudah berjanji.”
“Aku tidak ingin kehilanganmu” (hlm. 236)

Begitulah percakapan terakhir antara Lenka dan Helong Lembata


yang terbaca pada 15 halaman sebelum halaman terakhir buku. Pada
halaman ini teka-teki kematian Lenka terjawab: dia mati bunuh diri atas
kehendak sendiri. Kutipan dialog yang membuka catatan kecil ini
berlangsung beberapa saat sebelum model cantik itu meluncur deras
dari lantai lima yang terabadikan dalam kamera Helong sesuai dengan
“wasiatnya”. Permainan alur yang “menarik” dan “mengulur” sudah
tiba di akhir penceritaan setelah serangkaian tipu daya narasi dari tujuh
belas pengarang itu membuat kita bertanya-tanya. Kisah Lenka berakhir
dengan tragis.
Empat hari setelah kematian Lenka, Helong Lembata diberitakan
oleh wartawan Jabar Kamus dari Metro Berita mengalami kecelakaan
lalu lintas dan mati di meja operasi. Informasi itu kita baca pada halaman
201. Jabar Kamus sendiri mendapat giliran mati sepekan setelah Malam
Pesta karena kelelahan kerja. Selama sepekan itu dia melakukan
investigasi kematian Lenka untuk tugas jurnalistiknya. Pasti ada kaitan
antara kematian Lenka, kematian Helong Lembata selang empat hari,

P U S A T, N 0. 0 6 / 2 0 14 33
TELAAH
dan kematian Jabar Kamus selang Bagian belakang tengkoraknya akan bergetar, tetapi telunjuk kanannya
sepekan. Di belakang itu ada pecah dan darahnya menggenang langsung menekan tombol kamera
Komang Pamalayu yang merasa seperti saos vla merah. Serpihan (hlm. 240).
tersaingi oleh Lenka—sesama daging merah jambu dan otak putih Sederhana sekali alur cerita
model dan juga sesama perem- keabu-abuan akan bercampur dengan dalam novel itu sebenarnya, tetapi
puan yang dicintai Leman Pama- kepingan kecil mengkilap dari patung dirumit-rumitkan oleh teknik
layu. Kematian Helong Lembata Kristal yang pecah terhantam oleh bertutur yang “menarik” dan
bersamaan dengan munculnya tubuh Lenka yang meluncur deras dari “mengulur”, mendekat dan
Komang di ruang gelap pada lantai lima.” (Cetak tebal dari menjauh, dua keadaan yang
malam hari ketika sedang saya.Pen.) tampak bertentangan (paradoks).
“menikmati” fotografi pembe- Jangka waktu lima belas menit Ini akan dikupas lebih lanjut di
basan, hasil kerja Helong Lembata, itu dinarasikan pada halaman bawah.
melalui komputer. Dalam narasi terakhir novel itu. Kita dapat
dikemukakan ihwal Leman Pam- membacanya pada halaman 239— 1
alayu yang terheran-heran melihat 240 sebagai berikut. Tujuh belas orang berkumpul
istrinya bergelap-gelap meng- “Helong menemukan tempat untuk menghasilkan satu bukan
hadapi laptop. Leman kembali yang tepat. Dia sudah menan- tujuh belas novel. Ketujuh belas
menemukan sinar mata Komang dainya dengan kapur putih sehari orang itu semuanya memiliki
yang ceria. Itu terbaca pada sebelumnya, dan dia sudah kegemaran yang sama: menulis.
halaman 233—234. Helong dibayar memastikan diri tidak akan lupa Mereka berangkat dengan latar
mahal untuk esai foto yang ter- menghapusnya sampai bersih belakang pendidikan beragam,
golong fotografi pembebasan yang setelah ini. Setelah semuanya tetapi memiliki basis yang sama:
dinikmati Komang. Begitulah selesai. Helong berdiri di situ, sarjana dan sekurang-kurangnya
adanya. mengeluarkan lensa baru dari mengalami pendidikan tinggi.
Halaman buku tidak sejalan sakunya dan memasangnya Minat dan dunia baca menjadikan
dengan urutan peristiwa. Hal ini dengan tangan gemetar. Cukup mereka intelektual. Mereka muda
menegaskan keunikan novel sudah berpura-pura menjadi dan terkesan energik untuk sebuah
jemaah (baca: kolektif) tujuh belas fotografer pesta. Lensa yang ini kerja kreatif sampai menghasilkan
pengarang. Hal yang sama, tetapi mampu memotret dalam jarak sebuah novel yang dari segala
dalam kompleksitas yang lebih, yang jauh dan terjamin dalam sudut layak dibaca sebagai novel
telah dicapai sendirian oleh menangkap detail. Helong yakin modern. Namun, mengapa tujuh
Achdiat Kartamihardja lewat bisa mendengar degup jantungnya belas orang? Kerja kreatif macam
Atheis tahun 1940-an. Lenka sama sendiri. apa ini?
dengan Atheis mengawali pence- Ponsel Helong bergetar. Itulah pertanyaan spontan
ritaannya akhir kisah hidup tokoh “Halo.” yang menggumpal ketika saya
utamanya; sama-sama berawal
Sunyi di seberang sana. Hanya disodori novel setengah jadi yang
dengan informasi kematian tokoh
terdengar bunyi musik dan beraroma darah, sisi gelap
utama di halaman pertama.
percakapan sayup-sayup. manusia, yang setiap hari nyaris
Rencana bunuh diri dan ditemukan di sekeliling. Waktu itu
“Halo.”
pengabadiannya dirancang oleh saya hanya memperhatikan sekilas
Gadis itu tetap tak berkata apa-
Lenka dan Helong satu bulan halaman-halaman buku tersebut,
apa.
sebelum Malam Pesta dan infor- sebuah reaksi spontan atas gejala
masinya kita baca pada halaman Helong merasa tubuhnya
nyaris meledak. yang tidak biasa. Lalu, saya
227. Rencana itu dilaksanakan dan membaca pengantar editor yang
dapat kita baca pada halaman “Lenka …”
menunjukkan bahwa memang
pertama narasi berikut. “Jangan kaulewatkan yang
novel ini ditulis oleh tujuh belas
“Lima belas menit lagi kepala ini.”
orang. Mereka dipertemukan
indah Lenka akan menghantam lantai Helong mengantongi ponselnya. dalam bengkel penulisan yang
dasar Jakarta Art Exhibition Center. Bersiap membidik. Tubuhnya diselenggarakan Dewan Kesenian

34 P U S A T, N 0. 0 6 / 2 0 14
TELAAH
Jakarta 2008 dan 2009. Saya baca yang kemudian dikenal juga akhirnya kita tahu bahwa Lenka
nama A.S. Laksana dan Yusi sebagai pengarang roman: Noer itu boneka juga. Mungkin ini
Avianto Paraenom, penjamin Sutan Iskandar. Editor begitu akibat tujuh belas untuk satu atau
mutu, apalagi yang disebut per- terhormat. Saat membedah novel satu dari tujuh belas. Begitulah,
tama. Pekerjaan mereka—dalam Lenka ini pun, pertama yang harus saya tiba pada penerimaan bahwa
meramu pikiran tujuh belas orang dinyatakan adalah bahwa berkat novel ini memiliki estetika alur
peserta bengkel untuk “berje- kedua editor itulah, yakni A.S. yang khas.
maah” menulis novel—menjadi Laksana dan Yusi Avianto “Menarik” dan “mengulur” itu
sebuah ritual kreatif amat patut Paraenom, Lenka menjadi layak diakibatkan juga oleh pemakaian
diacungi jempol. Hasilnya sebuah dibaca. cakapan-dalaman yang menjadi
novel yang utuh dan memiliki arus pikiran tokoh. Dalam bagian
daya tarik tersendiri untuk dibaca 2 7, “Sehari setelah Malam Pesta”,
bagi mereka yang terbiasa Pertemuan pertama dengan misalnya, kita disodori arus
menikmati imajinasi kreatif. Lenka terjadi dalam pembacaan kesadaran Liman Pamalayu
Saya lepaskan dari pikiran yang tersendat-sendat akibat berikut.
siapa pengarang novel yang himpitan kerja sehari-hari yang “Paras pucat Luisa sebelum
sesungguhnya yang membuat menuntut waktu tidak sebentar. pingsan tadi malam benar-benar tak
tujuh belas penghayatan penga- Terus terang novel ini memiliki mau tanggal dari kepala Liman. Ia
rang menjadi padu berdekatan. model penceritaan yang “mena- memaki dalam hati merutukki istrinya
Tentulah, di sini yang paling rik” dan “mengulur” untuk sam- yang sepertinya butuh waktu
berhak untuk disebut adalah pai pada pemahaman lebih jauh. selamanya untuk mandi. Menunggui
pasangan editor itu. Di sini juga “Menarik” artinya mendekat, Komang, tanpa Liman maui
mengapa dua editor? Umar Kayam tetapi serempak dengan itu juga ingatannya merayap ke sebuah pesta,
melalui Jalan Menikung meng- “mengulur”, menjauh dari pema- bukan yang tadi malam melainkan
ungkapkan ihwal tokoh utama haman. Seringkali terjadi penun- delapan tahun yang lalu kala pertama
novelnya itu dengan kedudukan daan pemaknaan hingga bagi yang kali ia dikenalkan dengan Luisa. Saat
editor yang begitu dihormati dan cekatan menguber makna menjadi itu, Liman tertegun oleh paras Luisa
dimartabatkan kerjanya dalam daya tarik tersendiri untuk terus yang pucat, suatu hal yang beberapa
tradisi penerbitan buku di mengikuti hari demi hari kehi- detik kemudian ia sadari bahwa
Amerika. Saya juga ingat cerita dupan Lenka dengan pusat “ma- penyebabnya bukan sakit melainkan
Anwar Ridhwan, Sastrawan lam pesta”. Siapa gerangan Lenka? kulit itu memang teramat putih untuk
Negara Malaysia yang dikukuh- Perempuan macam apa dia? ukuran Indonesia. Sebelumnya Liman
kan tahun lalu (2010), yang Semua tanya itu terjawab sehabis telah mendengar dari beberapa teman
berbilang tahun menjadi editor kita membaca tuntas buku itu. bahwa Tiung Sukmajati menikahi
beberapa karya pengarang di “Menarik” dan “mengulur” perempuan Hungaria yang
Malaysia yang, antara lain, adalah membuahkan sejenis estetika alur. ditemuinya di Austria. Hanya saja,
Arenawati untuk novelnya Sukma Informasi yang meloncat ke setelah Tiung pulang, sedikit sekali
Angin. Berkat kerja keras editor belakang, ke depan, ke samping, orang yang berkesempatan bertemu
Anwar Ridhwanlah novel tersebut dan ke berbagai arah menjadikan dengan Luisa. Liman tak termasuk
yang semula kurang lebih 700 novel tersebut seperti berada orang-orang yang beruntung itu.//
halaman menjadi 400-an halaman dalam gantungan yang terus Ketika Luisa mengulurkan tangan dan
sehingga Arenawati, sastrawan bergerak. Alurnya bukan sekedar menyebutkan nama, Liman tak bisa
Negara kelahiran Bugis itu marah ganda, melainkan berganda- menahan desiran di hatinya. “Pantas
besar. Namun, pengurangan ganda. Berbagai sudut pandang saja kausembunyikan istrimu,” kata
memperoleh penghargaan novel bermunculan membawa visi yang Liman berbisik di telinga Tiung yang
terbaik pada tahun 2001. Akhirnya tidak tunggal. Tidak ada hitam tersenyum (hlm. 16).
Arenawati mengakui jasar besar putih untuk tokoh utama novel itu Jadi dalam “Sehari setelah
sang editor. Kita mengenal juga dan saya menerimanya dengan Malam Pesta” terbaca kejadian
editor dalam tradisi Balai Pustaka tanpa beban, meskipun pada delapan tahun sebelumnya. “Suara

P U S A T, N 0. 0 6 / 2 0 14 35
TELAAH
pembicara di TV menarik Liman
kembali dari lamunannya. Liman
meluruskan kakinya ke atas meja.
Tapi, mendadak napasnya sesak.
Genangan merah. Lengka tersenyum?
“(hlm. 17)

3
Masih terkait dengan alur
sebagai fakta literer utama, estetika
alur yang khas itu mewujud dalam
kehadiran beberapa padahan (flash
forward) yang terselip di beberapa
tempat. Dalam satu hal, mun-
culnya beberapa padahan cukup
membantu pembaca “memper-
siapkan diri” menerima kejadian
yang kelak dipaparkan. Namun,
dalam hal yang lain padahan itu Helong tak menghiraukannya (hlm. 4
menjadi sia-sia karena penyajian 225). Lenka adalah sebuah per-
peristiwa meloncat-loncat dalam Mungkin, padahan itu hanya mulaan yang bagus untuk sebuah
aneka loncatan yang bagi pembaca dapat dipahami sinyalnya kalau kerja kreatif keroyokan, berjemaah,
kurang cermat menimbulkan pembaca berasal dari masyarakat atau gotong royong kreatif. Ia
sedikit kebingungan, kebingungan tertentu yang memiliki menjadi separuh karya anonim.
yang mengasyikkan. Kepiawaian kepercayaan akan tanda-tanda Tidak ada penanggung jawab
editorlah yang menjadikan kita kematian sebagai nilai budaya. keseorangan di dalamnya. Lenka
genah berada dalam dunia rekaan Padahan lain untuk keperluan adalah milik sembilan belas orang.
yang diciptakan para pengarang. lebih luas dapat didata, tetapi Yang tujuh belas orang itu
Kita dituntut untuk kembali dan harus dengan kecermatan yang menaburkan benihnya, yang dua
kembali lagi menikmati situasi lebih. Untuk keperluan sekarang orang memeliharanya sampai
yang genah itu. Untuk apa? Untuk cukuplah satu contoh itu. menjadi Lenka, sebuah estetika
sesuatu yang belum lengkap kematian yang hitam.
Hal lain yang dapat dianggap
tergambar dalam benak. Dalam hal
sebagai kekuatan novel ini adalah Kini kita mencoba menerima-
ini judul-judul bagian dengan
pemakaian gaya dan majas yang nya apa adanya. Pengarang muda
pumpunan “Malam Pesta”, baik
segar dan menawan. Di sana-sini yang tujuh belas dan dua editor
sebelum maupun sesudahnya,
dapat kita baca metafor segar dan yang juga belum tua telah
menjadi amat membantu. Ihwal
gaya perbandingan yang tak kalah menunjukkan bahwa kerja kreatif
padahan yang berada di beberapa
segarnya dan lucu juga, misalnya berjemaah dimungkinkan bahkan
tempat berikut ini salah satu
ketika menggambarkan jari-jari diniscayakan kalau waktu tidak
contoh.
yang bantet perias tambun cukup untuk menggarapnya
Di luar, terdengar suara burung disebutnya seperti paha ayam sendiri. Mengapa? Kita hidup
gagak memecah malam. Begitu dekat, kalkun. Eksploitasi bahasa yang dalam abad yang berlari—
seolah-olah si burung bertengger di menghasilkan majas itu begitu meminjam judul sajak Afrizal
bahu Helong dan berkaok langsung di orisinal sehingga menawan. Di sini Malna—dan oleh karena itu
telinga.//Sudah beberapa hari ini penyunting bahasa menjadi amat segalanya berlangsung cepat dan
burung itu bersarang di atap kamr menonjol sumbangannya. Harus tidak mungkin kerja sendiri. Kerja
kosnya. Jiwa-jiwa mistis mungkin saya akui bahwa bahasanya bagus bersama adalah pilihan tepat
akan ggelisah menghubungkannya dan tidak kaku; standar, tetapi untuk mereka yang tidak lagi
dengan pertanda kematian, tapi tidak menyandera. memiliki waktu yang cukup

36 P U S A T, N 0. 0 6 / 2 0 14
TELAAH
karena harus memenuhi panggilan “Tanggal hari kemarin berapa model yang mau bersusah
hidup lain dari dunia lain dan terpampang di sana. Foto itu masih payah kuliah di tempat yang
untuk yang lain. bayi. Umurnya kurang dari dua menjanjikan kegemerlapan hidup.
Sekali lagi, Lenka adalah sebuah pupuh empat jam.” (hlm. 18) Dalam konteks Indonesia ada satu
permulaan. Siapa tahu dewa-dewa “You are my Hell”. // Helong dua orang yang berasal dari dunia
di TIM menyelenggarakan hal yang tersenyum. Kata-kata itu bergema gemerlap memasuki dunia pemi-
sama untuk keperluan yang sama. di kepalanya, memantul dan kiran, yang antara lain dengan
Tebal buku kadang-kadang men- terjebak di sana”. // Ia meremas menekuni disiplin ilmu filsafat dan
jadi ukuran keberhasilan dan juga kaleng bir yang ada di tangan budaya. Pengarang kolektif
kompleksitas permasalahan yang kanannya seperti meremas keru- menangkap gejala langka itu dan
dikandungnya. puk.// Ia meremas lagi. Kaleng itu menyodorkannya kepada kita.
Ihwal lain yang perlu disajikan menjerit seperti babi tercekik. (hlm. Namun, dunia rekaan novel itu
di sini adalah kelebihan dari aspek 19) tdak memberikan tempat selayak-
bahasa, yakni bahasa yang hidup Kutipan itu semua dihasilkan nya kepada dua pasangan muda
dengan gaya yang menawan dan dari penguasaan bahasa yang yang dianggapnya berlaku dan
metafora yang segar berserak di maksimum. Maknanya silakan bersikap aneh. Oleh karena itu,
mana-mana sebagaimana telah tafsirkan sendiri. Yang jelas, kita mereka hidup singkat.
disinggung di atas. Contoh ini menemukan bahwa penguasaan Adalah suatu ironi bahwa
sebagian kecil di antaranya: bahasa didukung oleh teknik prestasi seni musik yang dicapai
“Ia mengawasi Luisa kembali narasi yang khas zaman ini. Tiung Sukmajati yang ditapakinya
ke habitatnya: para sosialita yang Teknik ragaan bukan hanya dengan keprihatinan habis-
menolak tua’’ (hlm. 236) menggunakan cakapan biasa, habisan sejak kanak-kanak hingga
“Kau tidak paham, Lenka. Aku tetapi juga cakapan melalui ponsel, menjadi maestro seni yang bermar-
mencintaimu.”//Lenka menatap komunkasi tulis. Teknik ini dapat tabat dirayakan dengan kematian
Liman. Pria tua tampan dengan mempertegas latar cerita dan putri yang amat dicintainya. Siapa
mata yang ramah. Berdekatan lingkungan sosial tokoh. Cakapan mengira bahwa dalam usia muda
dengan Liman tidak menmbulkan lisan melalui ponsel juga digu- seseorang mencari jalan kematian
rasa jijik seperti ketika dengan nakan seperti ketika para penga- sebagai sebuah ideologi, sedang-
Amir, tapi kini ulu hati Lenka rang menggambarkan saat-saat kan ibunya menjadi bagian dari
seperti habis ditinju Laila Ali terakhir Lenka beraksi. habitat yang menolak tua.
(Cetak miring dan penebalan dari Novel kolektif ini mungkin
saya. Pen.). “Kau tidak men- 5 tergolong sastra depresif –yang
cintaiku, Liman. Kau mencintai kib dalam pandangan Sutan Takdir
Apa makna yang kita peroleh?
uku.”// Liman tersentak. Ia Alisjahbana tergolong dalam sastra
Pikiran dan persoalan hidup masa
mundur satu langkah. Wajahnya yang tidak bertanggung jawab.
kini dicoba diperkaya dengan
pucat pasi. Lenka diam menikmati Namun, kita tahu bahwa membaca
filsafat. Bunuh diri dan penyiksaan
efek kalimatnya pada diri Liman. novel bukan untuk sebuah ikhtiar
diri untuk memperoleh kenikmatan
(hlm. 237) menemukan ajaran moral hingga
menjadi bahan penting dalam novel
“Wajah Lenka dan genangan novel yang sarat dengan khotbah
jemaah ini. Yang memiliki pakar
darah di sekitar kepalanya tak mau moral memiliki potensi besar
dalam bidang itu dapat mengurai-
lari dari benaknya. Pula wajah untuk ditinggalkan pembacanya.
kannya secara lebih rinci. Pikiran
merah Tiung Sukmajati yang Novel ini berhasil memperte-
dan penghayatan orang tentang
membentak-bentak marah semua mukan pembaca dengan pergu-
hidup mampu mengendalikan
orang dan wajah pucat pasi Luisa latan batin sang tokoh dengan
seseorang, lebih-lebih pada orang
yang menatapnya minta tolong.” nilai-nilai; sebuah novel yang
yang waspada akan nilai-nilai yang
(hlm. 15) berani menggugat nilai dan
harus diwujudkan dalam laku dan
mempertanyakan keberartiannya.
“Ponsel di atas meja berbunyi, langkah hidup.
(GH)
menggelepar seperti ayam Lenka boleh disebut manusia
digorok. Menyebalkan.” (hlm. 18) langka. Bisa dihitung dengan jari

P U S A T, N 0. 0 6 / 2 0 14 37
CUBITAN

Bermula dari Sastra,


Menuju
Pendidikan Karakter
BAMBANG WIDIATMOKO

P
Pendidikan karakter sejatinya bukan hal yang baru. Para tokoh bangsa,
di antaranya Ki Hadjar Dewantara, telah menanamkan beberapa nilai
atau sikap dalam pembentukan karakter, misalnya sikap cinta tanah
air, berdiri di atas kaki sendiri (berdikari), persatuan, demokrasi, dan
upaya meningkatkan martabat bangsa. Dalam lingkup yang lebih
spesifik, bangsa Indonesia membangun karakternya dengan nilai-nilai
yang terkandung dalam Bhinneka Tunggal Ika, yakni bangunan karakter
yang multiras, etnik, agama, budaya, dan bahasa.
Di lingkungan sekolah pun, menurut Lickona (200l), apabila
pendekatan komprehensif diberi-kan kepada pendidikan karakter,
budaya moral yang positif akan tercipta di sekolah – sebuah ling-kungan
sekolah yang secara kese-luruhan mendukung penanaman nilai-nilai
di kelas. Sekolah ber-sama-sama dengan orang tua dan masyarakat
setempat memiliki tanggung jawab yang sama dalam membangun
karakter melalui keteladanan agar siswa belajar peduli terhadap orang
lain.
Berkaitan dengan sikap tersebut saya mempunyai kisah kecil tentang
tanggung jawab dan kepedulian yang dimiliki oleh seorang siswa SMP.
Sebagai salah satu anggota dewan juri Festival dan Lomba Seni Siswa
Nasional (FLS2N) di Medan, akhir Juni 2013, saya layak merasa bangga.
Di antara 33 finalis yang berasal dari seluruh provinsi yang bersaing di
tingkat nasional tersebut, ada yang berbeda dari kebanyakan peserta
yang mengangkat cerita sinetron yang biasa ditayangkan di layar kaca.
Saya bersyukur menemukan karya finalis yang berasal dari
Kalimantan Timur. Dengan pema-haman dan pemikiran seorang siswa

38 P U S A T, N 0. 0 6 / 2 0 14
SMP, Ervina Mauliani mencoba di Indonesia. Sementara di daerah keadilan (fairness), (5) kepedulian
menceritakan apa yang terjadi di perbatasan kehadiran sosok guru (caring), dan (6) kewarganegaraan
daerah perbatasan Indonesia masih menjadi kendala, di kota- yang aktif (active citizenship).
dengan negara jiran Malaysia. Dia kota besar para pelajar tidak kapok Tidak dapat terbantahkan,
menceritakan dalam cerpennya melakukan tawuran antarsekolah Ervina telah memperoleh pendi-
berjudul “Merah Putih di Tapal dan berperilaku menyimpang dikan karakter di rumah atau di
Batas” yang meraih peng-hargaan lainnya. dalam keluarganya, terutama
sebagai juara harapan kedua. Rasa cinta tanah air pun dengan melihat perilaku dan sikap
Inilah kutipan cerita pen-deknya. tampaknya melekat dalam jiwa orang tuanya. Perilaku berkarakter
Siang makin terik. Pesta Adat masyarakat di daerah perbatasan. telah diwujudkan melalui inter-
Tepung Tawar masih berlangsung. Inilah ungkapkan rasa cinta tanah vensi dan pembiasaan nilai-nilai
Pesta adat ini dilakukan untuk air yang diceritakan Ervina. yang dipraktikkan di rumah/
mempererat tali persaudaraan “Keluargaku hidup sederhana. keluarga dan masyarakat.
suku Dayak Tidung sekaligus Berkali-kali bapak diajak saha- Meminjam pendapat Yuwono
menyambut kedatangan Bu Rahun batnya yang berada di Tawau Sudarsono (2010), peran orang tua
sebagai tenaga pengajar di desa untuk menjadi TKI di Malaysia. demikian penting dan sentral
kami. Kami saling melempar beras Namun, bapak menolak. Ia sudah dalam pembangunan karakter
dan pinang muda agar Tuhan berjanji pada dirinya sendiri untuk anak-anaknya. Sekuat-kuatnya
memberi kejayaan dan kedamaian. tetap mengais sedikit rezeki di pengaruh sekolah formal,
“Tohen me, nai ne homo amien tanah leluhurnya”. informal, dan non formal, yang
kejayaan ngen kedamaian untuk Tidak hanya itu, pengarang paling penting adalah pendidikan
lepue me,” teriak Pak Kunding cerita pendek ini dalam akhir cerita karakter di rumah.
selaku ketua adat sambil mengu- juga berjanji menjaga tanah Sengaja saya menceritakan
nyah kencur dan kunyit sebagai kelahirannya. “Aku berjanji pada kisah inspiratif di atas. Apakah
sesajian. diriku sendiri tidak akan kule- penulis cerita pendek tersebut
Dengan lancar Ervina Mauliani paskan pulau ini kepada siapapun sudah memiliki (dan berpen-
menceritakan tentang ayahnya dari pengakuan Ibu Pertiwi. NKRI didikan) karakter dibandingkan
selaku ketua adat. “Pak Kunding tetap akan kujaga, kupelihara, siswa-siswa lainnya? Karakter
itu bapakku. Sudah empat puluh sampai titik darah penghabisan.” telah terpatri dalam sikap dan
tahun bapak menjalani perjuangan Sungguh sikap terpuji dari perilaku dalam merespon nilai-
hidup di pulau ini. Namun, hanya seorang siswa SMP yang patut nilai kebajikan dan kebermaknaan
terjadi sedikit perubahan. Listrik diteladani oleh para siswa di dalam mengisi kehidupannya.
masih tersalur dari negara seluruh Indonesia. Sikap nasio- Pendidikan karakter mengi-
tetangga. Jika tidak melakukan hal nalisme dan patriotisme tentu nginkan terjadinya sikap dan
itu, tentu pulau sunyi ini akan harus senantiasa tertanam dalam perilaku positif secara individual
semakin sepi saja”. jiwa para pelajar dan generasi dan sosial. Hal itu sekaligus
Ervina mengisahkan, “Tak ada muda di Indonesia. Kementerian menjawab salah satu kritik ter-
lagi kata menyerah melainkan Pendidikan dan Kebudayaan pun hadap dunia pendidikan yang
pantang menyerah kini kutanam- sangat menekankan nilai-nilai mengemuka di masyarakat, yakni
kan di lubuk hati ini. Semangat kejujuran, pendekatan interper- pengutamaan nilai-nilai logika dan
itulah yang ditularkan oleh bu sonal dan intrapersonal dalam pengabaian etika serta estetika
Rahun guru kami tercinta. Bu hubungan antarmanusia serta dalam pembelajaran di sekolah.
Rahun hanya dapat mengajari keinginan untuk memberikan
kami di hari Sabtu dan Minggu yang terbaik atau berprestasi. Hal Bambang Widiatmoko, penyair,
saja. Sebab beliau juga seorang itu sesuai dengan enam pilar dosen, Ketua Komunitas Sastra
guru yang mengajar di Nunukan.” karakter global, yaitu (1) keper- Indonesia (KSI) Pusat.
Membaca kutipan di atas, cayaan (trustworthiness), (2) saling
betapa teriris hati kita melihat menghargai (respect), (3) bertang-
kesenjangan pendidikan yang ada gungjawab (responsibility), (4)

P U S A T, N 0. 0 6 / 2 0 14 39
EMBUN

Pemelajaran Apresiasi Sastra


Berkarakter Menyenangkan,
Kreatif, dan Inovatif
PUJI SANTOSA

P
Pemelajaran apresiasi sastra di sekolah harus berkarakter
menyenangkan, kreatif, dan inovatif bagi siswa dan guru. Pemelajaran
apresiasi sastra yang berkarakter menyenangkan haruslah mengandung
unsur hiburan dan tidak membosankan. Dengan adanya daya kreatif
dan kreativitas, siswa dan guru dapat melakukan kegiatan sehari-hari
penuh vitalitas hidup, bersemangat, tidak mengenal putus asa, bahkan
tampak lebih berseri, segar, dan penuh rasa optimis. Daya kreatif siswa
dan guru dapat menimbulkan daya inovatif, yakni kemampuan untuk
diperdayakan dengan cara selalu mencari hal-hal yang baru, berbeda
dari yang sudah ada, dan sesuatu yang terasa segar dan cemerlang.

Pengantar
Salah satu faktor keberhasilan pemelajaran apresiasi sastra di sekolah
ditentukan oleh peranan guru yang profesional dalam menangani bidang
garapannya. Guru memegang peranan utama dalam mencapai
keberhasilan pemelajaran apresiasi sastra. Guru pulalah yang harus
mampu memotivatasi siswanya untuk belajar membaca, mendengar,
menonton, dan kemudian berbicara, menulis, mencintai, serta
menghargai cipta sastra. Proses itu bermula dari kemampuan persiapan
seorang guru menyusun rencana pemelajaran apresiasi sastra di kelas,
kemudian terjadilah serentetan peristiwa pemelajaran apresiasi sastra
yang menyenangkan, kreatif, dan inovatif itu.
Agar berhasil melaksanakan pemelajaran apresaisi sastra di sekolah
yang berkarakter menyenangkan, kreatif, dan inovatif, seorang guru
harus mempersiapkan kompetensinya terlebih dahulu, baik fisik

40 P U S A T, N 0. 0 6 / 2 0 14
EMBUN
maupun mental. Secara fisik siswa, dan keadaan anak didik. tentu saja mutu atau kualitas karya
seorang guru yang berkompeten Hal ini merupakan suatu sastra yang akan dijadikan bahan
mengajar di depan siswanya harus kebijak-sanaan yang disesuaikan ajar.
sehat jasmani dan rohaninya. dengan kompetensi sekolah Sebagai salah satu contoh
Berpenampilan sehat, cerah, bersih masing-masing. Oleh karena itu, bahan ajar apresiasi sastra,
dan rapi tentu menjadi teladan seorang guru bahasa Indonesia khususnya apresiasi puisi, berikut
bagi murid-muridnya. Secara menentukan dan harus selektif dikutipkan puisi bertema
mental seorang guru yang memilih bahan atau materi ajar. kenabian, sosok Nabi Nuh di mata
berkompeten mengajar di depan Bahan atau materi ajar itu dapat penyair Indonesia modern Taufiq
kelas harus menguasai materi ajar, diperoleh dari mana saja, asalkan Ismail.
mengusai kelas, mengusai metode masih dalam lingkup kompetensi
pembelajaran, dan tentu saja dapat sekolah bersangkutan, misalnya Balada Nabi Nuh
menyelami psikologis siswa atau dari (1) buku-buku karya sastra,
anak didiknya. buku paket pelajaran bahasa dan Gemuruh air jadi lautan
Apa artinya semuanya itu? sastra Indonesia, buku-buku Gemuruh dunia yang
Pertama, bekal utama seorang guru pengajaran sastra, atau buku-buku tenggelam
dalam pemelajaran apresiasi sastra teori dan ktitik sastra; (2) majalah Gemuruh air jadi lautan
adalah berkompeten menguasai atau jurnal sastra dan budaya, Gemuruh dunia yang
bahan atau materi ajar dan mampu seperti Horison-Kakilangit, Kalam, tenggelam.
atau dapat mengapresiasi sastra Sastra, Basis; (3) surat kabar yang
secara baik. Ia pun harus mampu memuat karya sastra, seperti Wahai kaumku yang nestapa
menciptakan suasana belajar yang Kompas Minggu, Republika, Media Wahai anakku yang malang
menyenangkan, kreatif, inovatif, Indonesia, Suara Pembaruan; (4) Wahai kaumku yang nestapa
terkendali, dan dalam keadaan buku-buku antologi sastra seperti Wahai anakku yang malang.
asah, asih, dan asuh. Kedua, seorang Horison Sastra Indonesia 1, 2, 3, 4
guru harus berkompeten mengu- (Editor Taufiq Ismail, dkk.), Ooo Nabi Nuh.
asai metode dan kompeten Kakilangit Sastra Pelajar (Editor
menyelami jiwa anak didiknya; ia (Taufiq Ismail, 1994. Balada Nabi-
Jamal D. Rahman), Angkatan 66:
Nabi, Gema Nada Pertiwi;
harus cakap dan mampu mencu- Prosa dan Puisi (Editor H.B. Jassin), Taufiq Ismail, 2008:999.
rahkan segala perhatiannya kepa- dan Laut Biru Langit Biru (Editor Mengakar ke Bumi Menggapai ke
da siswanya agar mereka merasa Ajip Rosidi); dan (5) Kamus Besar Langit: Himpunan Puisi 1953—
mendapat siraman kasih sayang Bahasa Indonesia, Kamus Ungkapan 2008. Jakarta: Horison)
melalui didikan gurunya dengan dan Peribahasa, Kamus Istilah Sastra,
tulus. dan Ensiklopedia Sastra Indonesia. Materi puisi-puisi di atas
Untuk mempersiapkan peme- Bahan atau materi ajar tersebut dipilih dengan alasan (1) penga-
lajaran apresiasi sastra yang dapat diperoleh melalui perpus- rangnya brilian, (2) temanya
berkarakter menyenangkan, krea- takaan sekolah, perpustakaan menarik tentang teladan Nabi
tif, dan inovatif pada umumnya pemerintah daerah, toko-toko Nuh, (3) bahasanya puitis, tapi
dapat ditentukan ketika (1) buku, pusat-pusat dokumentasi, sederhana, (4) mengandung infor-
memilih bahan atau materi ajar ataupun pasar buku loakan. masi tentang sejarah keimanan
dan (2) pelaksanaan pemelajaran Apabila materi ajar itu belum manusia sehingga mampu mendi-
tersedia dalam buku paket dik, memberi pelajaran, menam-
Memilih Bahan atau Materi Ajar pelajaran sekolah (di perpustakaan bah wawasan pembaca, dan
Kurikulum mana pun untuk sekolah), seorang guru dapat membentuk karakter bangsa, (5)
mata pelajaran Bahasa dan Sastra mencari-nya secara kreatif dan kaya makna dan amanat, serta (6)
Indonesia tentu mensyaratkan aktif ke tempat-tempat tersebut. memberi hiburan yang segar,
pemilihan bahan atau materi ajar Dalam pemilihan bahan ajar ini menyenangkan, dan penuh pesona
pemelajaran sastra yang sesuai harus dipertimbangkan usia anak jika dibacakan, dideklamasikan,
dengan tingkat usia, kemampuan didik, tema puisi, pengarang, dan atau dinyanyikan oleh Bimbo.

P U S A T, N 0. 0 6 / 2 0 14 41
EMBUN
Meteri pokok itu tentu harus Pada hakikatnya, Kegiatan Pemelajaran di Kelas
dilengkapi dengan beberapa buku Sebagai kegiatan pendahuluan,
teori sastra tentang puisi, buku pemelajaran apresiasi seorang guru dapat menyapa
kritik sastra tentang penyair di sastra yang berkarakter siswa-siswanya dengan kalimat-
atas, atau langsung membaca buku kalimat puitis. Beberapa kalimat
Bahtera Kandas di Bukit: Kajian menyenangkan, kreatif, puitis dapat dikutip dari para
Semiotika Sajak-Sajak Nuh (Puji dan inovatif penyair terkenal yang telah
Santosa, 2003) yang membicarakan dipelajari siswa beberapa minggu
sepuluh puisi tentang Nabi Nuh, merupakan penjabaran sebelumnya. Sapaan guru ini
buku apresiasi sastra, buku sejarah dari kegiatan proses sekadar memberi dorongan, meng-
kenabian atau kitab suci (seperti gugah ingatan, dan membang-
Alquran dan Alkitab ), buku Kamus belajar mengajar. kitkan semangat siswa belajar
Istilah Sastra dan buku Kamus Besar apresiasi sastra, khususnya
Bahasa Indonesia. Pengertian bahan apresiasi puisi. Setelah itu, guru
atau materi ajar di sini tidak baru menanyakan tugas membaca
sekadar teks karya sastranya, Prakegiatan pemelajaran atau menghapalkan puisi “Balada
tetapi juga teori, kritik, sejarah, Nabi Nuh” karya Taufiq Ismail,
Prakegiatan mempengaruhi
kamus, dan buku-buku lain yang mencari dan menemukan kata-
keberhasilan pemelajaran secara
berhubungan dengan isi teks karya kata sukar yang terdapat dalam
keseluruhan. Prakegiatan peme-
sastra yang dijadikan materi teks puisi yang telah diberikan
lajaran dapat dilaksanakan satu
pemelajaran. minggu lalu.
minggu sebelum kegiatan belajar
mengajar. Dalam prakegiatan ini, Kegiatan berikutnya berupa
Pelaksanaan Pemelajaran misalnya di sekolah menengah informasi dari guru tentang hal-hal
Pelaksanaan pemelajaran apre- atas, siswa diberi salinan atau yang akan dilakukan dengan cipta
siasi sastra yang berkarakter me- fotokopi materi ajar puisi “Balada sastra puisi “Balada Nabi Nuh”
nyenangkan, kreatif, dan inovatif Nabi Nuh” karya Taufiq Ismail. karya Taufiq Ismail yang telah
perwujudannya secara nyata dapat Jika materi pemelajaran itu sudah dibaca atau dihapalkan di rumah.
dilihat dalam pelaksanaan peme- terdapat dalam teks buku Guru dapat menayangkan film
lajaran di kelas. Di dalam kelas akan pelajaran dan semua siswa telah animasi tentang Kisah Nabi Nuh
terlihat bagaimana semua teori, memiliki buku itu, guru tidak atau mendengarkan nyanyian
pengetahuan, kreativitas yang perlu lagi memberi salinan teks “Balada Nabi Nuh” dari kelompok
dimiliki guru dipraktikkan. Mes- cipta sastra tersebut. Bersamaan Bimbo. Jika tidak dapat menayang
kipun demikian, dalam pelaksa- dengan cipta sastra yang diterima media audio-visual, guru dapat
naannya, guru hanya bertugas oleh siswa itu, guru memberi tugas meminta dua atau tiga orang siswa
sebagai pembimbing, fasilatator, kepada siswa untuk membaca atau bergantian tampil di depan kelas
dan narasumber bagi siswa. menghapalkannya di rumah. membaca sajak atau berdeklamasi.
Pada hakikatnya, pemelajaran Selain itu, siswa juga diberi tugas Siswa yang tidak tampil di depan
apresiasi sastra yang berkarakter mencari dan mencatat kata-kata kelas diharap menyimak, memper-
menyenangkan, kreatif, dan sukar yang terdapat dalam teks hatikan pembacaan sajak atau
inovatif merupakan penjabaran cipta sastra tersebut. Setiap siswa deklamasi itu, dan kemudian
dari kegiatan proses belajar diberi tugas mencatat kata-kata mencatat hal-hal yang menge-
mengajar. Kegiatan proses belajar sukar yang terdapat dalam teks sankan dari pembacaan sajak atau
mengajar apresiasi sastra di kelas cipta sastra, dan kemudian deklamasi tersebut. Beberapa
dapat ditempuh dengan langkah- mencari artinya di dalam kamus, siswa juga dapat ditugaskan
langkah atau prosedur yang misalnya. Catatan kata-kata sukar memperhatikan lagu kalimat, jeda,
umum dilakukan, yakni (1) pra- dan artinya yang telah ditemukan intonasi, ataupun vokal pembaca
kegiatan pemelajaran, (2) kegiatan dalam kamus itu pada saat sajak atau sang deklamator.
pemelajaran, dan (3) evaluasi pelaksanaan pemelajaran apresiasi Agar guru pun dapat mema-
pemelajaran. sastra di kelas harus dibawa. hami jeda-jeda ataupun intonasi

42 P U S A T, N 0. 0 6 / 2 0 14
EMBUN
sebuah sajak dibaca atau menemukan arti kata itu dalam memberi nilai tinggi. Sebaliknya,
dideklamasikan, berikut puisi kamus. siswa yang kurang mampu
“Balada Nabi Nuh” karya Taufiq Setelah semua kata-kata sukar mengungkapkan kembali sajak itu
Ismail. diberi batas jeda perio- yang terdapat dalam teks sajak tentu dapat nilai sedang-sedang
disasinya. dipahami artinya, kini giliran guru saja, misalnya 6. Seorang siswa
meminta siswanya untuk yang dapat mengungkapkan
BALADA NABI NUH menceritakan kembali isi sajak kembali sajak itu dengan baik,
Gemuruh air/ jadi lautan/ tersebut. Sebelum diungkapkan misalnya, adalah siswa yang
kembali secara lisan di depan mampu mengaitkannya dengan
Gemuruh dunia/ yang
kelas, siswa diminta untuk materi pemelajaran sebelumnya,
tenggelam/
menuliskan selama sepuluh atau baik itu materi ajar bahasa maupun
Gemuruh air/ jadi lautan/
lima belas menit. Guru hendaknya materi ajar siswa.
Gemuruh dunia/ yang
bertindak demokratis mau Siswa yang dapat mengung-
tenggelam//
menghargai apa pun yang ditulis kapkan kembali sajak itu dengan
oleh siswanya tentang puisi yang baik, misalnya, jika ia dapat
Wahai/ kaumku yang nestapa/ baru dibaca atau dideklamasikan. menemukan pemanfaatan bunyi
Wahai/ anakku yang malang/ Setiap siswa memiliki kemampuan dalam sajak itu yang penuh
Wahai/ kaumku yang nestapa/ yang berbeda mengungkapkan dengan perulangan, yaitu peru-
Wahai/ anakku yang malang// kembali sajak tersebut. Hasil langan larik, kata, dan klausa/
pencatatan dan pencarian arti kata- kalimat. Dalam hal ini, siswa itu
Ooo/ Nabi Nuh// kata sukar di rumah minggu lalu dapat menemukan perulangan
dan pengungkapan kembali sajak bunyi kata diulang sebanyak
Dengan bekal pembatas sistem itu dapat dikumpulkan untuk empat kali, yaitu kata gemuruh dan
periodisasi itu guru dapat kemudian diberi penilaian. wahai. Kata yang diulang sebanyak
menunjukkan irama, nada, dan Bagi seorang siswa yang dapat enam kali adalah kata yang, dan
jeda larik-larik puisi yang tepat. mengungkapkan kembali sajak itu kata yang diulang sebanyak dua
Guru dapat juga mengajak siswa dengan baik, misalnya, guru dapat kali adalah kata: air, jadi, lautan,
untuk membandingkannya
dengan lagu “Balada Nabi Nuh”
yang dinyanyikan Bimbo.
Kemudian, dengan bekal itu pula
guru memberi contoh pembacaan
atau deklamasi dengan jeda yang
benar. Setelah guru membacakan
atau berdeklamasi sajak itu,
barulah siswa diajak mendalami
makna kata-kata yang terdapat
dalam teks sajak. Guru dapat
bertanya kepada siswanya,
misalnya dengan pertanyaan,
“Siapa yang belum tahu dan yang
sudah tahu arti masing-masing
kata yang terdapat dalam teks
sajak?” Pertanyaan ini sesuai
dengan tugas yang diberikan
seminggu sebelumnya, yaitu
mencatat kata-kata sukar yang
terdapat dalam teks puisi dan
kemudian mencari dan

P U S A T, N 0. 0 6 / 2 0 14 43
EMBUN
dunia, tenggelam, kaum, nestapa, air, predikat terletak pada kata jadi klausa (3) adalah kaumku yang
anakku, dan malang. Kata yang yang merupakan bentuk pendek diterangkan dalam keadaan
sama sekali tidak mendapat dari kata menjadi, dan peleng- nestapa. Klausa (4) memiliki subjek
perulangan adalah kata-kata yang kapnya adalah kata lautan. Bentuk anakku yang diterangkan dalam
terdapat pada larik terakhir, yaitu klausa ini sebagai perwujudan keadaan malang. Adapun klausa
“Ooh Nabi Nuh”. Perulangan klausa rapatan. Setelah kita (5) merupakan klausa seruan
bunyi-bunyi yang bergetar dan merasakan bunyi klausa pertama dengan menghadirkan kata seru
bernada suram, seperti gemuruh, ini terdapat elipsis, ada sesuatu ooh. Subjek yang mendapat seruan
air, lautan, dunia, tenggelam, dan yang hilang, tidak lengkap. Secara adalah Nabi Nuh. Struktur klausa
nestapa menggambarkan keadaan transformatif dapat saja dipahami ini merepresentasikan kedaan
bunyi air yang bergerak mengejar menjadi: Air (men-)jadi lautan yang menyedihkan perasaan,
ke dataran yang lebih rendah. Jika (bersuara) gemuruh. Sehubungan dilambangkan dengan “sesuatu”
ada siswa yang siswa yang dapat dengan itu, guru pun dapat yang terbuka menuju ke arah yang
mengungkapkan semua itu, guru menjelaskan secara mendalam tertutup dengan menghadirkan
dapat memberikan keterangan bahwa struktur klausa itu mere- diftong [ai], wahai, vokal [a]
bahwa perulangan bunyi-bunyi presentasikan sesuatu yang hilang, terbuka menuju ke vokal [a]
seperti itu dapat menggambarkan lenyap dari pandangan–misalnya tertutup, nestapa ke malang.
adanya gerakan ombak yang manusia, binatang, pepohonan Dengan demikian, guru pun dapat
bergulung-gulung atau selalu dan bangunan-bangunan—beru- menerangkan bahwa struktur
berulang-ulang. Gerakan air bah menjadi lautan. klausa dalam sajak “Balada Nabi
ombak itu akan berhenti meng- Klausa (2) berbentuk klausa Nuh” ini lebih merepresentasikan
hantam karang atau bukit. Gam- yang hanya berupa subjek saja, kehadiran Nuh sebagai wakil
baran penghentian ombak yang yaitu gemuruh dunia. Dengan zaman yang menyedihkan, meng-
menghentak atau menghantam klausa itu, guru dapat menjelaskan harukan karena banyak manusia,
karang ataupun bukit itu dengan bahwa kehadiran kata yang dalam binatang, bangunan, dan pepo-
ditampilkannya ekspresi pernya- klausa tersebut berfungsi mene- honan yang runtuh, gugur, dan
taan yang menghentak pula, hanya rangkan kata yang berada di hilang menjadi korban keganasan
sekali, “Ooh Nabi Nuh”. depannnya. Jadi, gemuruh dunia bencana air bah.
Materi ajar berupa sajak diterangkan dalam keadaan teng-
“Balada Nabi Nuh” karya Taufik gelam. Bentuk klausa ini hanya Evaluasi Pemelajaran
Ismail ini pun dapat dijadikan berupa frasa nomina. Seperti Evaluasi pemelajaran merupa-
materi ajar untuk mengenal klausa. halnya bentuk klausa yang per- kan indikator keberhasilan peme-
Misalnya, guru dapat memper- tama, klausa kedua ini juga dapat lajaran yang telah dilakukan.
lihatkan bahwa puisi itu terdiri dipahami secara transformasional, Evaluasi pemelajaran apresiasi
atas lima klausa yang sederhana, yaitu menjadi Dunia yang tenggelam sastra itu hendaknya mengandung
yaitu satu berbentuk klausa (bersuara) gemuruh. Struktur klausa tiga komponen dasar evaluasi,
tunggal dan yang lainnya meng- yang melesapkan predikat ini juga yaitu meliputi aspek (1) kognisi, (2)
gunakan klausa tidak sempurna, merepresentasikan “sesuatu” yang afeksi, dan (3) keterampilan. Aspek
yaitu hanya berupa frasa nomina. lenyap, hilang tanpa bekas dalam kognisi berkaitan dengan pengeta-
Kelima bentuk klausa tersebut proses gerakan ditelan oleh huan bernalar atau pengembangan
adalah (1) Gemuruh air jadi lautan, gemuruh air sehingga menjadi daya pikir sebagai kecerdasan otak.
(2) Gemuruh dunia yang tenggelam. Aspek afeksi berhubungan dengan
tenggelam, (3) Wahai kaumku yang Klausa (3) dan (4) merupakan unsur perasaan atau emosional.
nestapa, (4) Wahai anakku yang klausa seruan dengan menghadir- Adapun aspek keterampilan itu
malang, dan(5) Ooo Nabi Nuh. kan kata seru wahai yang berfungsi mengenai kemampuan siswa untuk
Untuk klausa (1), guru dapat menarik perhatian, memanggil, menyelesaikan tugas. Artinya,
memperkenalkan klausa tunggal atau mempengingatkan. Seperti siswa itu mampu dan memiliki
yang berpola S-P-Pel. Subjek halnya klausa (2), klausa (3) dan (4) cekatan menyelesaikan tugas yang
klausa terletak pada frasa gemuruh ini berbentuk frasa nomina. Subjek diberikan kepadanya.

44 P U S A T, N 0. 0 6 / 2 0 14
EMBUN
Dalam evaluasi pemelajaran yang paling kompleks, seperti untuk memilih salah satu dari
apresiasi sastra pada umumnya mencatat dan mencari arti kata- beberapa jawaban yang tersedia.
mengenal dua bentuk penilaian, kata sukar dalam kamus, memberi Anak tidak diberi kemungkinan
yaitu (1) penilaian prosedur, yang ulasan sajak, atau merumuskan untuk mengem-bangkan diri di
meliputi penilaian proses belajar amanat sajak. Penugasan dapat luar jawaban yang tersedia.
dan penilaian hasil belajar serta (2) dilakukan di kelas ketika sedang Meskipun demikian, dengan cara
instrumen atau alat penilaian, yang berlangsung proses belajar evaluasi pilihan ganda ini
meliputi esai tes dan pilihan mengajar, misalnya membaca sebenarnya juga menuntun dan
ganda. Oleh karena itu, evaluasi sajak secara bergantian, membimbing siswa ke arah tujuan
harus dijelaskan komponen dasar berdeklamasi, dan bermain peran yang pasti. Oleh karena itu,
yang akan dievaluasi, artinya tokoh dalam sajak, atau juga evaluasi pemelajaran apresiasi
harus jelas aspek-aspek yang akan sebagai tugas rumah untuk puisi pun dapat dibuat dengan
dievaluasi. Cara yang digunakan menghapalkan sajak, pilihan ganda. Jumlah jawaban
untuk mengevaluasi harus jelas, menceritakan kembali sajak yang dapat dibuat hanya dua pilihan,
misalnya apakah dengan (1) tanya dibacanya, dan menyu-sun kamus misalnya “benar atau salah” dan
jawab, (2) penugasan, (3) esai tes, kecil dari kata-kata yang terdapat “A atau B”, dapat juga tiga atau
atau (4) pilihan ganda. dalam teks sajak yang dibacanya. empat pilihan “A, B, C, atau D”.
Evaluasi dengan cara tanya Esai tes diberikan kepada Hal ini sangat bergantung pada
jawab dapat diajukan secara lisan siswa untuk melatih menyusun situasi kelas dan tujuan yang
ketika sedang ber-langsung proses kalimat secara baik dan benar, hendak dicapai.
belajar mengajar di kelas. Bentuk berpikir secara teratur atau runtut, Bagaimana cara menilai
pertanyaan dapat dibuat dari yang dan menuangkan gagasannya pembacaan puisi atau deklamasi?
paling sederhana hingga yang dalam bentuk tulisan. Untuk esai Bentuk kegiatan ini merupakan
paling sukar. Setiap pertanyaan itu pemelajaran apresiasi sastra anak latihan pengembangan diri,
tentunya mengandung bobot, dari tingkat sekolah dasar perlu dipilih kecerdasan emosional, memupuk
yang berbobot paling rendah bentuk-bentuk yang paling bakat dan minat, serta melatih
hingga yang paling tinggi. sederhana, misalnya dengan keterampilan siswa. Ada tiga
Pertanyaan dapat diajukan kepada penugasan untuk menceritakan unsur atau aspek utama yang
semua siswa dengan jawaban kembali dengan bahasa siswa sajak dapat kita beri penilaian dalam
tertulis atau langsung tanya jawab “Balada Nabi Nuh”, menuliskan kegiatan membaca sajak atau
secara lisan yang diajukan hanya contoh perbuatan baik yang berdeklamasi, yaitu (1)
kepada beberapa siswa. Cara tanya terdapat dalam teks sajak “Balada penghayatan, (2) vokal, dan (3)
jawab itu dapat digunakan untuk Nabi Nuh”, menuliskan alasan penampilan. Unsur-unsur lain di
mengetahui secara langsung mengapa Nabi Nuh menyeru luar ketiga hal itu, misalnya latar,
tingkat pemahaman siswa kaumnya yang nestapa, musik, pakian, dan humor, dapat
terhadap materi yang sedang menyebutkan seruan Nabi Nuh saja ditambahkan ataupun
dipelajarinya. kepada anaknya yang malang, digabungkan dengan ketiga unsur
Penugasan merupakan cara serta menyebutkan siapa yang utama.
evaluasi untuk pengembangan perlu kita teladani dalam hidup Termasuk dalam penghayatan
kepribadian, perluasan daya ini. Dalam memberikan esai tes ini adalah keterlibatan secara
berpikir siswa dan kreativitas diharapkan seorang guru emosional, intelektual, dan
emosional, serta memupuk berpandai-pandailah membuat imajinasi ke dalam teks sastra yang
keterampilan siswa. Bentuk pertanyaan atau perintah yang dibaca, dideklamasikan, atau
penugasan dapat dipilih dari yang sederhana kepada siswa. dikisahkan. Seorang apresiator
paling sederhana, misalnya Bentuk pilihan ganda dalam yang dapat terlibat masuk ke
membaca sajak secara bergan-tian, evaluasi sudah tidak asing lagi dalam nada, suasana, dan atmosfer
menghapalkan teks sajak yang bagi anak-anak sekolah menengah sastra yang dibawakannya, tentu
pendek atau berdekalamasi di umum. Dengan cara avaluasi bernilai tinggi. Sementara itu, bagi
depan kelas, hingga meningkat pilihan ganda ini anak dilatih mereka yang kurang mampu

P U S A T, N 0. 0 6 / 2 0 14 45
EMBUN

menghayati nada, suasana, dan audien sangat bergantung dari hanya unsur benar dan salah,
atmosfier teks sastra yang vokal pembawanya. Untuk melainkan juga unsur keutuhan
diapresiasinya, tentu nilainya komponen vokal ini dapat diberi dan kemurnian pendapat. Unsur
kurang. Unsur penghayatan ini bobot 30% dari keseluruhan ini penting melatih siswa menge-
penting sehingga dapat diberi komponen penilaian. mukakan pendapatnya yang
bobot 40% dari keseluruhan Penampilan apresiator orisinal dan terpadu. Bobot nilai
komponen penilaian. merupakan unsur komponen untuk keruntutan gagasan adalah
Unsur-unsur vokal dapat ketiga yang berbobot 30% dari 40%.
meliputi nada atau tinggi rendah keseluruhan komponen penilaian. Penggunaan bahasa dapat
dan panjang pendeknya suara, Termasuk dalam komponen ini dilihat dari keteraturan susunan
jeda, intonasi, irama, dan lagu adalah segala sesuatu yang terlihat kalimat, kesalahan ejaan, pilihan
kalimat. Seorang pembaca sajak, dalam pandangan mata atau unsur kata, dan kesatuan wacananya.
deklamator, dan pendongeng visual, misalnya ekspresi wajah, Bobot nilai untuk penggunaan
hendaknya memiliki suara yang gerak tangan, akting, perpindahan bahasa ini adalah 30%.
jelas, jernih, dan segar untuk tempat, pakaian, dan asesoris yang Sementara itu, penyajian
didengar orang lain. Suara yang dikenakan apresiator. Komponen merupakan komponen yang
pecah, tidak jelas, tidak jernih, dan penampilan dan vokal tentu sangat menyajikan keseluruhan jawaban
kurang segar menyebabkan orang mendukung penghayatan seseo- esai tes atau narasi, dari penyajian
lain muak mendengarnya, bosan, rang terhadap teks sastra yang yang sederhana hingga yang
dan tidak enak didengarkannya. dibaca atau diperdengarkannya. kompleks, dari yang mudah
Besar kecilnya nilai untuk Komponen untuk penilaian hingga yang rumit. Bobot nilai
komponen vokal ini sangat bentuk esai tes atau narasi dapat untuk penyajian adalah 30% dari
bergantung atas kejernihan, meliputi: (1) keruntutan gagasan keseluruhan komponen penilaian.
kejelasan, dan kesegaran suara atau isi jawaban, (2) penggunaan Evaluasi tugas-tugas lain,
yang diperdengarkan. Pesan bahasa, dan (3) penyajian. seperti pencatatan dan pencarian
utama sastra yang diperdengarkan Keruntutan gagasan dalam arti kata-kata sukar yang terdapat
itu sampai atau tidaknya kepada menjawab pertanyaan bukan dalam teks sastra dan

46 P U S A T, N 0. 0 6 / 2 0 14
EMBUN
menemukannya dalam kamus, tempat terbaik untuk pengajaran— Santosa, Puji. 1996. Pengetahuan dan
dapat diukur dari banyak atau bukan hanya di sekolah atau ruang Apresiasi Sastra dalam Tanya
sedekitnya yang dicatat dan yang kelas. Misalnya, mengajak siswa Jawab. Ende-Flores: Nusa
ditemukan, serta akurat atau menampilkan drama singkat di Indah.
tidaknya arti kata yang dicatat. luar ruang kelas atau mengajak ———— 2003. Bahtera Kandas di
Bagi siswa yang asal catat dan mereka menonton pembacaan Bukit: Kajian Semiotika Sajak-
mengartikan kata yang ditemukan puisi dan mendiskusikannya. Sajak Nuh. Solo: Tiga Serangkai
dalam kamus itu tidak akurat, Pustaka Mandiri.
tentu berbeda dengan siswa yang
Sudjiman, Panuti. 1990. Kamus
benar-benar memilih dan DAFTAR PUSTAKA Istilah Sastra. Jakarta: UI Press.
menemukan maknanya dalam
kamus secara tepat. Terlebih, Tim Alkitab. 1993. Kabar Baik:
Effendi, S. 1982. Bimbingan Alkitab dalam Bahasa
apabila siswa itu mampu memberi Apresiasi Puisi. Jakarta: Tangga
contoh pemakaian kata itu dalam Indonesia Sehari-hari. (Edisi
Mustika Alam. kedua, edisi pertama 1985).
kalimat dan menghubungkannya
Endraswara, Suwardi. 2002. Jakarta: Lembaga Alkitab
dengan konteks, tentu nilainya
“Reformasi Pembelajaran Indonesia.
amat tinggi.
Sastra Anak ke Arah Pena- Tim Al-Quran. 1993. Al-Quran dan
naman Budi Pekerti”. Makalah Terjemahannya. Jakarta:
Penutup disampaikan dalam Perte- Departemen Agama RI.
Pemelajaran apresiasi sastra muan Ilmiah Nasional
yang berkarakter menyenangkan, Tim Penyusun Kamus. 2001.
(PILNAS) XIII. Himpunan
kreatif, dan inovatif sebenarnya Kamus Besar Bahasa Indonesia.
Sarjana-Kesusastraan
bertujuan agar siswa mencintai Jakarta: Balai Pustaka dan
Indonesia (HISKI). Kerja Sama
dan menggemari karya sastra. Departemen Pendidikan
HISKI, Majalah Horison, Pusat
Sehubungan dengan itu, proses Nasional.
Kebudayaan Jepang, Balai
belajar mengajar apresiasi sastra di Bahasa Yogyakarta, dan Tim Universitas Islam Indonesia
kelas—yang dimulai dari Universitas Ahmad Dahlan. dan Departemen Agama R.I.
prakegiatan pemelajaran, kegiatan Yogyakarta: 8–10 September 1995. Al-Quran dan Tafsirnya.
pemelajaran, dan evaluasi peme- 2002. Yogyakarta: Universitas Islam
lajaran—pada intinya diarahkan Indonesia.
Ismail, Taufiq. 2008. Menggapai ke
untuk (a) mempelajari keteram- Langit Mengakar di Bumi. Jilid 4. Vries, Anne de. 1999. Cerita-Cerita
pilan dan pengetahuan tentang Himpunan Puisi yang Dinya- Alkitab Perjanjian Lama.
materi-materi ajar sastra yang nyikan. 1973—2008. Jakarta: Diterjemahkan dari Groot
spesifik, (b) mengembangkan Horison dan Yayasan Hasjim Vertelbook oleh Ny. J. Siahaan-
kemampuan konseptual umum— Djojohadikusuma. Nababan dan A. Simanjuntak.
mampu belajar menerapkan Cetakan ke-9. Jakarta: BPK
Kamisa. 1997. Kamus Lengkap
konsep sastra dengan bidang- Gunung Mulia.
Bahasa Indonesia Besar.
bidang lain, dan (c) mengem- Wellek, Rene dan Austin Warren.
Surabaya: Kartika.
bangkan kemampuan apresiasi 1989. Teori Kesusastraan.
dan sikap apresiatif yang secara Rusyana, Yus. 1974. Penuntun
Terjemahan Melani Budianta.
mudah dapat digunakan dalam Pengajaran Sastra di Sekolah.
Jakarta: Gramedia.
segala tindakan nyata. Bandung: CV Diponegoro.
Zaidan, Abdul Rozak, et al. 1994.
Untuk mendukung proses ———— 1979. Meningkatkan
Kamus Istilah Sastra. Jakarta:
belajar mengajar, guru yang Kegiatan Apresiasi Sastra di
Balai Pustaka.
berkompeten dituntut dapat Sekolah Lanjutan. Bandung:
mendefinisikan ulang tempat- Gunung Larangan.

P U S A T, N 0. 0 6 / 2 0 14 47
PUMPUNAN

Peranan Sastra
dalam
Pendidikan Karakter Bangsa
PUJI SANTOSA

P
“Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan dan membangun watak serta
peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan bangsa, serta
bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia
yang beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis
serta bertanggung jawab”
(Pasal 3, Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional)

Undang-Undang tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas)


tersebut menyiratkan makna bahwa pendidikan tidak terbatas pada hal-
hal yang bersifat lahiriah atau jasmaniah, tetapi juga pendidikan yang
meliputi pendidikan jiwa atau budi pekerti untuk meraih kesempurnaan
hidup. Salah satu sarana pendidikan jiwa atau budi pekerti untuk meraih
kesempurnaan hidup itu adalah melalui kegiatan membaca, melagukan,
memahami, dan memaknai yang tersurat dan yang tersirat dalam karya
sastra. Dalam hal ini sastra diperlakukan sebagai sarana untuk
mengembangkan dan membangun watak-watak keutamaan.
Sebagaimana telah dikaji oleh para cerdik cendekia, karya sastra
kanon dianggap mengan-dung nilai-nilai kearifan sebagai tuntunan
kebenaran, kebajikan, dan keindahan tentang ajaran budi pekerti luhur

48 P U S A T, N 0. 0 6 / 2 0 14
PUMPUNAN
yang mengusung semangat struktur karya sastra yang mengenai arti keseimbangan dan
Bhinneka Tunggal Ika. Karya proporsional dari pernyataan- pengendalian diri. Dengan
sastra kanon ini, seperti pernyataan yang tertuang dalam demikian, nilai etika telah
Mahabharata, Ramayana, dan bahasa dan sastra, pembaca dapat memberikan pencerahan dalam
Bhagawatgita, bahkan sastra Jawa menikmati sebuah karya satra berinteraksi dengan orang lain.
klasik seperti Serat Centini, yang baik sehingga dapat Oleh karena itu, nilai-nilai yang
Wedhatama, Wulangreh, dan Serat memberikan dukungan bagi terkandung dalam sastra dapat
Kalatidha, merupakan karya sastra pembentukan karakter dirinya. memberikan sebuah arti/makna
yang berkualitas, baik dari nilai Tuntunan nilai kebajikan yang konkret bagi pembacanya di
logika, etika, maupun estetika. berkaitan dengan etika yang tengah masyarakat.
Tuntunan nilai kebenaran menjadi kemampuan pembaca Tuntunan nilai keindahan
berkaitan dengan logika yang sastra menerapkan nilai baik- berkaitan dengan estetika yang
merupakan suatu dasar utama buruk, boleh-tidak, atau etis- dapat dijabarkan sebagai
dalam memahami sebuah tidaknya suatu tindakan di dalam keindahan visual (lihatan, gambar,
kenyataan sosial yang tertuang di kehidupan sehari-hari. Artinya, lukisan, foto, pemandangan alam),
dalam karya sastra. Logika dengan bertolak dari kebenaran keindahan audio (dengaran,
membawa manusia (dalam hal ini dan keindahan yang diyakini musik, lagu, gending), dan
pembaca) memahami peristiwa dapat menggerakkan hatinya, keindahan spiritual (rasa,
bahasa dan sastra dengan pembaca karya sastra akan dapat kejiwaan, keagamaan, religius).
kejujuran hati nuraninya. Nilai bersikap, bertindak, dan berbuat Keindahan visual dalam karya
logika menuntun pembaca untuk sesuai dengan norma-norma yang sastra dapat berwujud tipografi,
mengetahui kelebihan dan berlaku di tengah masyarakatnya. struktur sastra, dan dapat pula
kekurangan sebuah karya sastra, Dengan kata lain, dengan sebuah narasi yang berisi lukisan
misalnya dari aspek formal atau memahami peristiwa dalam sastra alam, pujaan akan kemolekan
strukturnya. Dengan memahami tersebut pembaca telah belajar seseorang, atau kekaguman atas

P U S A T, N 0. 0 6 / 2 0 14 49
PUMPUNAN
apa-apa yang tampak oleh indra dan sebagainya), dan puisi lama
penglihatan. Sementara itu, (peribahasa, ungkapan tradisional,
keindahan audio yang terungkap pendidikan di sekolah pantun, syair, gurindam, talibun,
dalam karya sastra menjelma diharapkan tidak hanya dan sebagainya).
dalam citraan dengaran, mampu Genre sastra tersebut memuat
perpaduan bunyi-bunyi bahasa nilai-nilai logika, estetika, dan
yang selaras nikmat didengar
mengembangkan
etika. Logika menjabarkan
ketika dibaca, didendangkan, kemampuan akademik, pemahaman anak didik tentang
dilagukan dan dedeklamasikan. tetapi juga mampu nilai benar dan salah dalam
Keindahan spritual dalam karya membentuk karakter bertindak. Estetika menjabarkan
sastra terungkap ketika sastra itu pemahaman anak didik tentang
dapat memberi pencerahan dan
atau pribadi peserta
nilai keindahan. Sementara itu,
tuntunan ke arah kebijakan didik. Pendidikan etika menjabarkan pemahaman
tertentu sehingga mendorong karakter dapat anak didik tentang nilai baik dan
manusia (pembaca) untuk dapat diintegrasikan ke buruknya perbuatan (akhlak,
meraih harkat dan martabat lebih moral). Ketiga nilai dasar itu telah
dalam berbagai segi
yang mulia dan beradab. dikembangkan lebih lanjut oleh
Untuk menjadikan sastra
pendidikan di sekolah, Kementereian Pendidikan dan
sebagai sarana pembentukan salah satunya ke dalam Kebudayaan menjadi delapan
karakter bangsa, tidak serta-merta buku pelajaran belas nilai, yang meliputi nilai (1)
hal itu dapat terwujud. Untuk sekolah. religius, (2) jujur, (3) toleransi, (4)
mengoptimalkan peran sastra disiplin (5) kerja keras, (6) kreatif,
tersebut, kemauan apresiator (7) mandiri, (8) demokratis, (9) rasa
(pembaca, anak didik, siswa, ingin tahu(10) semangat
mahasiswa) sangat menentukan hubungan manusia dengan Tuhan, kebangsaan, (1) cinta tanah air, (12)
keberhasilan. Apabila apresiator manusia dengan alam semesta, menghargai prestasi, (13)
tidak memiliki kemauan, segan manusia dengan makhluk yang bersahabat atau komunikatif, (14)
membaca dan mengapresiasi lainnya, dan manusia dengan cinta damai, (15) gemar membaca,
karya sastra, bahkan sekadar dirinya sendiri. (16) peduli lingkungan (17) peduli
membaca dan setelah itu Oleh karena itu, pendidikan di sosial, dan (18) tanggung jawab.
dilupakan, tentu sulit diharapkan sekolah diharapkan tidak hanya Sebuah karya sastra adalah
bahasa dan sastra mampu secara mampu mengembangkan sebuah dunia kata-kata yang
optimal berperan membentuk kemampuan akademik, tetapi juga dibangun dari berbagai elemen di
karakter bangsa. Sebaliknya, mampu membentuk karakter atau dalam kehidupan manusia. Nilai-
apabila ada kemauan yang teguh pribadi peserta didik. Pendidikan nilai tersebut saling mengisi dan
dari seorang apresiator untuk karakter dapat diintegrasikan ke memberikan dukungan di dalam
berapresiasi secara total dan dalam berbagai segi pendidikan di sebuah karya sastra. Oleh karena
optimal, setelah bahasa dan sastra sekolah, salah satunya ke dalam itu, delapan belas nilai tersebut
dibaca, lalu dipahami maknanya, buku pelajaran sekolah. Buku dapat menjadi komponen untuk
dimengerti, dan selanjutnya pelajaran sekolah merupakan pendidikan karakter bangsa. Di
dilaksanakan dalam kehidupan salah satu media yang mendukung samping itu, komponen-
sehari-hari, tentu karakter bangsa pembelajaran di sekolah. Buku komponen itu tidak dapat dipisah-
akan terbentuk sesuai dengan nilai pelajaran itu harus memuat materi pisahkan dalam wujudnya sebagai
kebenaran, kebajikan, dan ajar yang mengandung nilai-nilai sebuah karya. Membaca dan
keindahan yang termuat dalam pendidikan karakter yang memahami sebuah karya sastra
laras bahasa dan genre sastra. terekspresikan dalam sastra, sama dengan membaca dan
Karakter bangsa yang diharapkan meliputi genre novel, cerita memahami sebuah bentuk
terbentuk adalah karakter yang pendek, drama, puisi, prosa lama kehidupan konkret manusia.
mampu menjalin harmoni (cerita rakyat, dongeng, hikayat, (Puji Santosa)

50 P U S A T, N 0. 0 6 / 2 0 14
global yang mengidap krisis iden-
PUSTAKA titas, antara gegar budaya dan ego
mempertahankan budaya ibu, dis-
kriminasi, sekaligus berkelindan

Cerita dan Berita dengan ingatan-ingatan bawah


sadar yang menguntit tokoh-
tokohnya, bisa dilihat dalam cerpen
ARMAN AZ “Pertemuan Atlantik” yang belum
pernah dipublikasikan di media,
Ada sepuluh cerpen yang kemudian “Jack dan Bidadari”,
termaktub dalam buku ini. Sebagian “Perpisahan” dan “Sihir Empat
besar sudah pernah dipublikasikan Musim”.
di media massa nasional dan website. Kecenderungan Linda dalam
Cerpen pembuka “Ketika Makan sejumlah cerpennya juga sedikit
Kepiting” berkisah tentang seorang menyinggung ihwal politik lewat
wanita yang telah lepas dari teror idiom, simbol, atau lokus tertentu
domestik dalam rumah dan ilusi- yang langsung mengasosiasikan
ilusinya yang dia temukan lewat pembaca pada istilah itu, semisal
kuliner. Cerpen “Seekor Anjing di Afghanistan, Aceh, Pulau Galang,
Bala Murghab” yang menjadi judul Geuchik, atau jenderal yang biasa
Judul buku :Seekor Anjing Mati di buku ini juga memikat. Produksi tersenyum. Semua itu diperhi-
Bala Murghab kekerasan di Afghanistan dibidik tungkan dengan teliti oleh Linda,
Penulis :Linda Christanty penulis dengan perspektif berbeda. sehingga tak sekadar menjadi
Penerbit :Gramedia, Juni 2012 Jika dalam realita, kita memahami tempelan dalam cerita.
Hal :131 halaman Afghanistan melulu sebagai wilayah Jangan lewatkan cerpen ter-
perang, dalam fiksi ini pembaca akhir di buku ini yang cukup
disuguhi kekerasan dalam bentuk memikat, “Catatan tentang Luta;
berbeda. Seekor anjing mati Manusia yang Hidup Abadi”.
ditembak oleh serdadu dan seorang Sepintas cerpen itu mengingatkan

S
etakat ini, jika dibuat daftar fotografer menjadi saksi hidup pada cerpen-cerpen Korrie Layun
penulis cerpen wanita di peristiwa itu. Berlatar di Bala Rampan yang khas bertema dan
negeri ini dengan karya-karya Murghab, sebuah tempat di berlatar Borneo. Namun, dalam
cerpennya yang berkualitas, Linda Afghanistan, cerpen ini membuat cerpen ini Linda mendedah lebih
Christanty layak berada di dalam pembacanya membedakan cerita subtil tentang fenomena manusia
daftar itu bersama sejumlah nama dan berita. Di balik berita-berita, yang dimitoskan hidup abadi, yang
lainnya. Pada tahun 2004, dengan sesungguhnya masih banyak cerita bisa jadi tidak banyak diketahui
kumpulan cerpennya Kuda Terbang yang tidak sempat terungkap. masyarakat luar Borneo.
Mario Pinto, ia diganjar Khatulistiwa Cerpen berlatar konflik di Aceh Berita-berita kekerasan yang
Literary Award untuk kategori buku juga bisa dijumpai dalam buku ini, acap ditemui di berbagai media
fiksi Indonesia terbaik dan pada yaitu “Zakaria”. Seperti cerpen massa, semisal mengenai Aceh dan
tahun 2010 ia meraih penghargaan “Para Pencerita” dan “Drama” di Afghanistan, dalam cerpen Linda
serupa untuk bukunya Rahasia Selma. kumpulan cerpen Rahasia Selma, ditilik dari sudut pandang berbeda.
Pertengahan tahun 2012, Linda cerpen “Zakaria” pun menggu- Hal ini nampaknya tidak bisa
menerbitkan kumpulan cerpennya nakan sudut pandang respon dilepaskan dari latar belakang
Seekor Anjing di Bala Murghab. Dari penduduk Aceh terhadap konflik penulis yang juga jurnalis. Apa
aspek tematik, kumpulan cerpen ini bersenjata yang mendera mereka. yang tidak menjual atau luput dari
lebih beragam dari kumpulan cerpen Perlawanan atau perjuangan kacamata berita karena tidak
Linda sebelumnya (Rahasia Selma) disampaikan lewat cerpen ini memikat dikonsumsi pembaca,
yang benang merahnya terletak berbeda dengan yang kerap dibaca justru oleh Linda diolah dengan
pada ihwal-ihwal kekerasan masyarakat awam di media massa. apik dalam bentuk cerita realis yang
domestik antarmanusia. Dinamika manusia-manusia menohok. (GH)

P U S A T, N 0. 0 6 / 2 0 14 51
PUSTAKA

Empat Seri
Mazhab Sastra Indonesia:
Membaca Romantisisme Indonesia, Absurdisme
dalam Sastra Indonesia, Jejak Realisme dalam
Sastra Indonesia,
dan Simbolisme dan Imajisme
dalam Sastra Indonesia

SASTRI SUNARTI

S
etakat ini, di Indonesia masih Buku seri mazhab itu meru- muncul dari suatu pandangan
jarang ditemukan buku yang pakan hasil penelitian yang sudah dunia yang dominan; dan dalam
membahas pengaruh suatu dilakukan sejak tahun 2000 oleh suatu masa tertentu; serta berasal
mazhab dalam perkembangan peneliti dari Badan Bahasa berka- dari tanggapan pengarang terha-
sastra di Indonesia. Terlebih lagi, itan dengan pengaruh mazhab dap perkembangan kesusasteraan
kita akan sulit menemukan tulisan- dalam perkembangan sastra atau perubahan tatanan masyara-
tulisan yang sampai melacak Indonesia. Oleh karena itu pula, di katnya; sebagaimana yang dilihat
secara konstektual pengaruh dalam keempat buku itu dapat oleh Apsanti pada realisme sastra
mazhab itu dengan momen- ditemukan berbagai pembahasan Prancis atau sesuatu yang muncul
momen persentuhannya dalam dari beberapa penulis perihal secara tiba-tiba sebagaimana yang
berbagai kasus yang berbeda. mazhab dalam berbagai genre pernah disampaikan oleh Bakdi
Empat buku seri mazhab yang sastra Indonesia. Soemanto ketika membicarakan
diterbitkan Badan Pengembangan Seri mazhab itu didahului aliran absurd di Indonesia.
dan Pembinaan Bahasa (Badan dengan penerbitan Jejak Realisme Sebuah mazhab sastra sangat
Bahasa, dulu Pusat Bahasa) dalam dalam Sastra Indonesia (2008). Di terkait erat dengan pandangan
rentang waktu setengah dekade awal buku ini Apsanti menjelaskan dunia, vision du Monde, atau
dapat dijadikan pengisi kejarangan perkembangan realisme sebagai wetenschaung yang mendasari
tulisan-tulisan tentang mazhab itu. gerakan yang muncul pertama kali perkembangan semua mazhab
Embat buku itu berjudul Jejak di Eropa khususnya di Perancis. dalam sastra; sebagaimana yang
Realisme dalam Sastra Indonesia Terdapat satu pertanyaan penting terjadi di Eropa selama ini.
(2004), Membaca Romantisisme dan kurang lebih sama dalam Pandangan dunia ini merupakan
Indonesia (2005), Absurdisme dalam keempat seri buku mazhab ini. unsur yang dominan dalam
Sastra Indonesia (2007), dan Pertanyaan penting itu adalah perkembangan gerakan mazhab,
Simbolisme dan Imajisme dalam apakah realisme sebagai salah satu termasuk mazhab realisme yang
Sastra Indonesia (2010). mazhab sastra di Indonesia lahir sebagai respon terhadap

52 P U S A T, N 0. 0 6 / 2 0 14
PUSTAKA
konteks zaman atau aliran sebe- Srengenge yang berjudul Mengga- sudah memiliki tradisi yang
lumnya, yakni romantisme dan rami Burung Terbang yang memper- panjang sejak sebelum Perang
klasikisme. Namun, unsur penting lihatkan realisme digunakan Dunia ke II dan kemudian
ini seakan-akan tidak menonjol sebagai kendaraan untuk meng- berkembang pesat setelah perang.
bahkan tidak bisa ditelusuri dalam gambarkan nostalgia terhadap Mazhab ini mulai terlihat dalam
perkembangan mazhab di Indo- desa dan tradisi yang telah hilang karya sastra drama atau lakon
nesia. Catatan-catatan para pakar, lalu dituangkan dengan intens Indonesia pada tahun 1960-an.
seperti Apsanti Djokosujatno dan melalui gaya penulisan realis yang Soemanto (2007:13) menilai keha-
Sunu Wasono yang menulis rinci (Budianta, 2008:163). Abdul diran mazhab dalam sastra
mengenai perkembangan mazhab Rozak Zaidan mengulas drama- Indonesia sebagai fenomena yang
dalam sastra Indonesia, memper- drama Utuj Tatang Sontani dengan muncul secara tiba-tiba dan tanpa
lihatkan bahwa realisme bukanlah melihat realisme dari kacamata melalui proses pergulatan yang
suatu aliran yang dominan dalam mimetik yang sudah lazim dipakai. intensif dengan aliran yang
sastra Indonesia pada kurun Drama-drama Utuj dianggap sebelumnya sebagaimana yang
waktu tertentu melainkan lebih merekam realitas sosial dan terjadi di Eropa selama ratusan
sebagai suatu gaya penulisan dian- sekaligus menggambarkan unsur tahun. Ia mengibaratkan kemun-
tara berbagai macam penulisan romantik dalam lakon-lakon culan lakon-lakon absurd di
lainnya untuk dipilih. Namun, tersebut. Indonesia ini seperti gagasan yang
sebagai sebuah gaya, tetap harus Buku kedua, Membaca Roman- jatuh dari “kayangan” dan tidak
ada kesepakatan untk mengenal tisisme Indonesia (2005), berisi enam memiliki sejarah pemikiran yang
teknik penulisan yang tepat esai yang ditulis oleh lima pakar, kuat dengan fenomena sastra yang
sehingga dapat dianggap sebagai yakni Sapardi Djoko Damono, berkembang di Indonesia sebelum-
karya yang bermoduskan realisme. Saini K.M., Jakob Sumardjo, Sunu nya. Kehadiran mazhab ini di
Salah satu upaya yang dilaku- Wasono, dan Abdul Rozak Zaidan. Indonesia dikenalkan melalui
kan oleh Sapardi Djoko Damono Salah seorang penulis dalam buku beberapa sastrawan Indonesia
dalam buku mazhab ini adalah ini, Sapardi Djoko Damono, yang telah belajar di luar negeri
menunjukan penggarapan realis- mengawali tulisannya dengan seperti Iwan Simatupang dan WS.
me dalam drama-drama Kwee Tek membandingkan antara roman- Rendra yang menulis karya sastra
Hoay tahun 1920-an. Ia menyebut- tisisme yang terjadi di Inggris dan drama/ lakon absurd Indonesia
kan bahwa karya ini sebagai reaksi Indonesia. Di Inggris, roman- yang terpengaruh oleh karya lakon
terhadap tradisi Komedi Stamboel tisisme berlangsung selama 100 Eropa. Sebagaimana yang terlihat
yang romantis dan sekaligus tahun dimulai pada pertengahan pada karya lakon Taman milik
merupakan pengaruh dari tradisi abad ke-18 hingga pertengahan Iwan Simatupang yang ditengarai
drama realis Henrik Ibsen. Sunu abad ke-19. Tokohnya adalah oleh Soemanto terilhami dari lakon
Wasono melihat realisme dalam Shakespeare, Spenser, dan sastra- The Zoo Story karya Edward Albee.
cerpen Kubur karya S.N. Ratmana wan Inggris yang sezaman dengan Wasono dan Zaidan sama-sama
dengan “memutarbalikan kenya- kedua tokoh sastra tersebut. melihat absurdisme muncul dalam
taan” sebagai strategi menggam- Gerakan romantisme di Indonesia, khazanah sastra Indonesia pada
barkan realitas. Selanjutnya tulisan menurut Sapardi, adalah gerakan tahun 1970-an. Wasono melihat
Sapardi Djoko Damono tentang romantisme gelombang ketiga absurdisme dalam seni lakon
Pramoedya Anantatoer dalam yang sudah lebih dulu dianut oleh Indonesia melalui karya-karya Putu
Bukan Pasar Malam adalah gambar- angkatan 80 (de Tachtiger) di Wijaya, seperti Dag Dig Dug, Hum
an realisme sosialis dan romantis- Belanda. Pim Pah, Edan, dan Aduh; Akhudiat,
me-patriotik sebagai salah satu sya- Buku ketiga dari seri mazhab seperti Grafito, Bui, dan Jaka Tarub;
rat untuk mewujudkan objektivis- dalam sastra Indonesia itu berju- Noorca M, Massardi, seperti
me dalam lapangan politik yang dul Absurdisme dalam Sastra Perjalanan Kehilangan. Absurditas
digeluti oleh Pram pada masa lalu. Indonesia (2007). Absurdisme dalam lakon Indonesia, menurut
Manneke Budiman menulis muncul sebagai reaksi terhadap Wasono, memiliki kekhasan
realisme dalam karya Sitok realisme dalam sastra Eropa yang Indoensia yang berangkat dari seni

P U S A T, N 0. 0 6 / 2 0 14 53
PUSTAKA
tradisi Indonesia seperti ludruk paikan bahwa sajak-sajak Sapardi 1970-an dapat dipahami dengan
dan wayang. Zaidan melihatnya Djoko Damono memiliki simbol- bingkai simbolisme tetapi tidak
dalam karya prosa khususnya isme yang berlapis dan memiliki dapat diredusir sebagai sebuah
karya Budi Darma, seperti Orang- pencitraan yang kuat dalam kar- mazhab.
Orang Bloomington, Olenka, dan yanya. Melani Budianta menam- Pembahasan jejak empat
Fofo dan Senggring. Absurditas bahkan bahwa simbolisme dan mazhab di dalam keempat seri
dalam karya-karya pengarang imajisme dalam sajak Sapardi lebih buku mazhab ini masih membuka
Indonesia menurut kedua penulis terlihat sebagai hasil pengaruh T.S ruang perdebatan. Permasalahan
tersebut terlihat pada unsur Elliot dengan visi modernnya atau dan pertanyaan tentang mazhab
keanehan yang muncul dalam mendapat pengaruh dari sajak- belum diselesaikan dan menyi-
karya para pengarang, seperti alur sajak pendek (Haiku) Jepang yang sakan celah-celah dalam kesusas-
yang bulat, tokoh-tokoh yang tidak juga kuat menggambarkan sim- traan Indonesia. Misalnya, perihal
jelas, karakter tokoh yang memiliki bolisme dan imajisme. pertanyaan, “Apakah tradisi
perilaku ganjil, penggambaran Talha Bahcmid melihat simbol- mazhab sastra ini sudah memiliki
suasan dan peristiwa yang isme dalam sajak-sajak Wing pandangan dunia yang berakar
bertolak belakang dengan kela- Kardjo juga sebagai pengaruh dari kuat dalam tradisi kesusastraan
ziman, dan keanehan-keanehan sajak-sajak Baudelaire yang Indonesia sebagaimana yang
lainnya sebagai penanda keab- banyak diterjemahkan oleh Wing terjadi dalam perkembangan
surdan karya tersebut. Kardjo ke dalam bahasa Indonesia. mazhab sastra di Eropa dan
Buku keempat adalah Simbol- Bayu Kristanto melihat jejak sim- Amerika?” Atau permasalahan,
isme dan Imajisme dalam Sastra bolisme dan imajisme dalam sajak- seperti “Benarkah hanya aliran
Indonesia (2010). Simbolisme sajak Mbeling karya Noorca romantik yang pernah muncul
sebagai sebuah mazhab berkem- Massardi sebagai sajak yang tidak dalam karya Angkatan Pujangga
bang di Perancis pada akhir abad dapat diredusir sebagai sajak Baru yang dapat dianggap memi-
ke-19 dan menular ke berbagai simbolis ala Eropa karena di liki jejak yang kuat dari Angkatan
negara sebagai sampai pada awal dalamnya juga memuat unsure Delapan Puluh Belanda sebagai
abad ke-20. Budianta (2010:6) humor dan plesetan yang justru akar pemikiran yang mempe-
menjelaskan bahwa dua dekade tidak ditemukan dalam sajak-sajak ngaruhi mereka?”
setelah munculnya simbolisme simbolis dan imajis Eropa maupun Namun, bagaimana pun,
berkembang pula aliran imajisme Amerika. pembahasan tentang mazhab dan
sebagai suatu gerakan sastra di Erlis Nur Mujiningsih dan pengaruhnya dalam perkem-
Inggris dan Amerika. Namun, Atisah melihat simbolisme untuk bangan sastra Indonesia memang
berbeda dengan para penyair memahami perkembangan teater akan terus berlanjut. Tampaknya,
simbolis, penyair imajis melepas- Indonesia tahun 1970-an, khusus- keempat buku ini akan diikuti
kan puisi dari semua pemikiran nya pada karya Akhudiat dan Putu buku mazhab-mazhab lainnya.
dan uraian abstrak dan hanya Wijaya. Erlis dan Atisah memper- Dan memang, hasil penelitian
menyisakan imaji-mimaji konkrit lihatkan bagaimana karya Putu yang tertuang dalam keempat
dalam puisi mereka. dan Akhudiat menghidupkan buku ini merupakan rangkaian
Di Indonesia, kedua mazhab berbagai sensasi pengindraan dari penelitian mazhab dalam
ini dikenal melalui interaski (bunyi, gerak, dan suara). Untuk sastra Indonesia yang masih
sastrawan dengan karya-karya mebangkitkan serangkaian symbol berlanjut dengan penelitian lain-
mazhab simbolisme dan imajisme, yang dimaknai ulang secara nya, misalnya penelitian terhadap
seperti terlihat pada karya Wing personal dan imaji yang mebangun sufisme, cerita detektif, cerita silat,
Kardjo, Sapardi Djoko Damono, atmosfer tertentu. Sebagaimana atau motif hantu yang banyak
dan Putu Wijaya, Akhudiat, dan kesimpulan Bayu Kristanto, Erlis ditemukan dalam karya-karya
Noorca Marendra Massardi. dan Atisah juga menemukan sastra Indonesia. (GH)
Abdul Rozak Zaidan menyam- bahwa teater Indonesia tahun

54 P U S A T, N 0. 0 6 / 2 0 14
SECANGKIR TEH

Seno Gumira Ajidarma


F MOSES

I
tulah sepenggal percakapan “Setidaknya mending pura-
paling saya ingat ketika terlibat pura serius, lah, meski taktahu.
obrolan dengan sastrawan Ketimbang sok rileks padahal tak
bernama Seno Gumira Ajidarma mengerti apa-apa menyoal sastra
(SGA). Obrolan itu terjadi tatkala itu,” tambah doktor sastra lulusan
acara Penulisan Cerpen Mastera UI ini.
(Majelis Sastra Asia Tenggara) Atas “keseriusan” itu pula dan
yang dihelat oleh Badan Pengem- ditambah konsistensinya di dunia
bangan dan Pembinaan Bahasa, sastra, SGA menerima berbagai
Kemendikbud, di Bandung pada macam penghargaan, di antaranya
“Bicara sastra atau situasi, medio 2013. penghargaan (1) dari Radio Arif
seperti anugerah sastra, Dalam percakapan itu, “kebe- Rahman Hakim untuk cerpen
rangan” begitu tampak bilamana “Kejadian”, 1997; (2) dari majalah
adalah peristiwa sakral. sastra sekadar dianggap main- Zaman untuk cerpen “Dunia
Jadi bukan untuk main- main, diremehkan, dan bahkan Gorda”, 1980; (3) dari majalah
dianggap keisengan belaka. Bagi Zaman untuk cerpen “Cermin”,
main kayak acara ‘puber’. SGA, sastra tidak lain adalah 1993; (4) dari harian Kompas untuk
Saya taksuka bila sastra keintensitasan serta keseriusan cerpen “Midnight Express”, 1990;
tersendiri. Maka jangan pernah (5) dari harian Suara Pembaruan
dianggap main-main. Bila beranggapan main-main terhadap untuk cerpen “Segitiga Emas”,
sastra dianggap main- sastra. 1991; (6) dari harian Kompas untuk
“Sastra memang butuh pere- cerpen “Pelajaran Mengarang”,
main, saya taksuka.
nungan khusus. Bukan lamunan, 1993; (7) dari Pusat Pembinaan dan
Makanya, pernah, setiap apalagi kebohongan belaka. Fakta Pengembangan Bahasa, Depar-
dilarutkan ke imajinasi pengarang temen Pendidikan dan Kebuda-
kali diundang oleh sebuah
di dalamnya,” kata SGA. yaan untuk buku Saksi Mata, 1995;
media tertentu saya tak Ia juga menambahkan bahwa penghargaan (8) South East Asia
(SEA) Write Award untuk buku
pernah hadir. Itu lantaran (konteks acara sastra) lebih baik
sastra itu dikemas/dihelat dengan Dilarang Menyanyi di Kamar Mandi,
esensi menghargai sastra cara sederhana, tetapi jauh lebih 1997; (9) Cerpen “Cinta di Atas
Perahu Cadik” terpilih sebagai
tak saya dapatkan di sana. serius di dalamnya. Daripada
dikemas dengan kemasan wah, cerpen terbaik Cerpen Kompas
Jadi percuma saja!” tetapi makna dari sastra taklarut di Pilihan 2007; dan (10) cerpen
dalamnya. “Dodolitdodolitdodolibret”

P U S A T, N 0. 0 6 / 2 0 14 55
kembali terpilih sebagai cerpen Kosong, cetakan I tahun 2004, meloloskan puisi Seno, yang dia
terbaik Cerpen Pilihan Kompas cetakan II tahun 2006; Kalatidha, sebut puisi cukup “jelek”. Pada
2010. 2007. Karya kumpulan esai, yakni masa itu Remy memang
Apabila dilihat dari penghar- (1) Ketika Jurnalisme Dibungkam, menyuntikkan eksperimen sastra
gaan-penghargaan yang diterima, Sastra Harus Bicara, 1997. Lalu pada mbeling yang mempengaruhi Seno
SGA memang lebih dikenal karya nonfiksi, yakni Cara Bertutur yang ketika itu mulai meraba-raba
lantaran cerpen-cerpennya. Cer- dalam Film Indonesia: Menengok 20 dunia sastra. Setelah itu, cerpennya
pen-cerpennya dikenal tidak Skenario Pemenang Citra FFI 1973- kali pertama dimuat di koran Berita
hanya sekadar tegas, jelas, dan 1992, 1997. Kemudian, SGA juga Nasional kemudian esainya yang
kritis, tetapi juga indah dan menulis naskah drama Mengapa pertama, menyoal teater, dimuat
menyentuh. Meskipun demikian, Kau Culik Anak Kami?: Tiga Drama harian Kedaulatan Rakyat.
sastrawan sekaligus dosen, warta- Kekerasan Politik, 2001. Karya “Barangkali sampai hari ini
wan, dan fotografer yang dila- komik, yakni berjudul (1) Jakarta saya tidak akan terus menulis, jika
hirkan di Boston pada 19 Juni 1958 2039, 2001; (2) Taxi Blues, 2001; (3) puisi pertama saya tidak dimuat di
ini (dapat dikatakan) sosok “serba Sukab Intel Melayu: Misteri Harta majalah Aktuil,” kenang SGA, yang
bisa” dalam menulis. Ia tak hanya Centini. sampai sekarang masih menekuni
menulis puisi, cerpen, novel, Pada tahun 2009, SGA mener- profesi sebagai dosen di kampus
naskah drama, ataupun komik, bitkan buku Nagabumi. Buku terse- UI, wartawan, dan fotografer.
tetapi juga terbilang produktif but merupakan karya Seno Gumira Menyoal mbeling, perjalanan
menghasilkan karya kritik/esai Ajidarma yang disebut sebagai SGA di dunia sastra juga terbilang
dan kajian ilmiah yang berhu- cerita silat. Sampai saat ini (2103) unik. Sifat “pemberontak” dan
bungan dengan sastra. terbit dalam dua jilid, jilid pertama keliarannya berujung hingga pada
Keproduktifan SGA dapat diberi anak judul “Jurus Tanpa imajinasinya. Imajinasinya seperti
dilihat dalam karyanya yang Bentuk” dan jilid kedua diberi judul tidak terbendung. Terlebih tatkala
berupa kumpulan puisi, yakni (1) “Buddha, Pedang, dan Penyamun ia aktif di majalah Jakarta-Jakarta.
Mati Mati Mati, 1975; (2) Bayi Mati, Terbang”. Betapa segala fakta menyoal
1978; (3) Catatan-Catatan Mira Sato, Selain fiksi, berbagai karyanya Timor-Timur, misalnya, dilarutkan
1978. Karya berupa kumpulan yang nonfiksi, antara lain, (1) Layar dalam cerpen.
cerpen, yakni (1) Manusia Kamar, Kata: Menengok 20 Skenario Peme- Menyoal kreativitas SGA, Sunu
1988; (2) Matinya Seorang Penari nang Citra, 1997-1992; (2) Ketika Wasono (dalam Horison, edisi
Telanjang, cetakan I tahun 1988, Jurnalisme Dibungkam, Sastra Harus Februari 2008) mencatat bahwa ia
cetakan II tahun 2000 (3) Penembak Bicara, 1997; (3) Kisah Mata, 2002; adalah seorang penulis yang
Misterius, 1993; (4) Saksi Mata, 1994; (4) Surat dari Palmerah, 2002; (5) mempertaruhkan hidupnya untuk
(5) Dilarang Menyanyi di Kamar Affair, Obrolan Tentang Jakarta, setiap kata terbaik yang bisa
Mandi, 1995; (6) Sebuah Pertanyaan 2004; (6) Sembilan Wali dan Siti dicapainya. SGA menghayati
Untuk Cinta, 1996; (7) Negeri Kabut, Jenar; dan (7) Kentut Kosmopolitan, setiap detik dan setiap inci dari
1996; (8) Atas Nama Malam, 1999; 2008. gerak hidupnya demi gagasan
(9) Iblis Tidak Pernah Mati, cetakan Pria gondrong yang dibesar- yang hanya mungkin dilahirkan
I tahun 1999, cetakan II tahun 2001; kan di Yogyakarta ini pada usia 17 oleh momentum yang dialaminya.
Kematian Donny Osmond, 2001; (10) tahun—tepatnya tahun 1975— Menulis adalah suatu momentum.
Sepotong Senja Buat Pacarku, 2002; mulai terlibat dengan kesenian Tulisan yang dilahirkan satu detik
Aku Kesepian Sayang, Datanglah lantaran bergabung dengan rom- ke belakang atau satu detik ke
Menjelang Kematianku, 2004; bongan sandiwara Teater Alam depan akan lain hasilnya, karena
Linguae, 2007. pimpinan Azwar AN. Sekala itu memang ada seribu satu faktor
Karya Seno berupa novel, pun, tulisan pertamanya yang (yang sebenarnya misterius) dalam
yakni (1) Jazz, Parfum, dan Insiden, berupa puisi muncul. Puisi terse- sebuah kelahiran sebuah tulisan.
1996; Wisanggeni Sang Buronan, but dimuat dalam rubrik Puisi (GH)
2000; Negeri Senja, 2003; Biola Tak Lugu dalam majalah Aktuil yang
Berdawai, 2004; Kitab Omong dijaga oleh Remy Silado—Remy

56 P U S A T, N 0. 0 6 / 2 0 14
MOZAIK

Membaca
Hikayat Hang Tuah,
Meneroka Pemikiran
Orang Melayu
MARHALIM ZAINI

D Di negara serumpun, nama Hang Tuah telah melekat dalam ingatan


masyarakat, bersebati dalam hati. Terutama episode pertelingkahan
Hang Tuah dan Hang Jebat, yang memang memiliki potensi konflik yang
cukup tajam. Tak semata di masyarakat awam ia demikian populer,
tetapi juga dianggap demikian seksi untuk dieksplorasi dan digubah
kembali oleh para kreator dalam berbagai ruang kreativitas dengan
berbagai tafsir. Tersebab juga, pada episode inilah pikiran utama teks
cerita Hikayat Hang Tuah (selanjutnya disingkat HHT) seolah
terumuskan, terutama tentang konsep kebaktian, kesetiaan dan
kepahlawan.
Tengoklah, misalnya, kelompok-kelompok teater bangsawan yang
muncul sejak tahun 1920—1930-an sampai dengan masuk corak drama
baru bernama sandiwara pada tahun 1940-an, cerita Hang Tuah masih
terus dipentaskan dengan berbagai versi. Sambutan dari kalangan
masyarakat Melayu sangat baik. Agaknya, selain ceritanya yang
mencerminkan kondisi orang Melayu saat itu, juga karena dapat
mengobarkan semangat untuk bebas dari belenggu penjajahan.
Setidaknya enam versi naskah drama dari berbagai penulis dapat dicatat,
yakni Hang Tuah Pahlawan Melayu karya Syed Alwy Al Hady (1924),
Hang Jebat Menderhaka karya Ali Aziz (1960), Matinya Seorang Pahlawan
karya Usman Awang (1961), Jebat karya Dinsman (1973), Kotaku Oh
Kotaku karya Johan Jaafar (1975), dan sebuah karya dari Wisran Hadi
berjudul Senandung Semenanjung. Saya sendiri juga telah menulis naskah
drama yang berpijak dari epos HHT ini dengan judul Di Bawah Payung
Tragedi dan sebuah libreto untuk sebuah opera Melayu berjudul Tun
Teja yang sempat dipentaskan di tahun 2007 lalu di Riau.

P U S A T, N 0. 0 6 / 2 0 14 57
MOZAIK
Selain dalam bentuk karya perwatakan, dan gaya bahasa yang wantah di Bukit Siguntang, tak
kreatif, sebagai sebuah epos, teks sama baiknya. Begitu pula naskah jauh dari Palembang. Ia kawin
HHT yang dalam bentuk tulisan yang tersimpan di berbagai dengan putri yang lahir dari
telah dikenal sejak abad ke-18 ini, perpustakaan, baik di dalam penjelmaan dewa kayangan. Dari
sesungguhnya juga telah banyak maupun luar negeri. Jika ada perkawinan itu lahir empat anak
menjadi bahan kajian para peneliti, perbedaan, hanya pada bagian- laki-laki. Para utusan dari Bintan
baik dalam maupun luar negeri. bagian kecil saja, seperti pada dan Singapura mengundang
Abdul Rahman Napiah (1994) di teknik penceritaan. Selain itu, teks mereka berempat untuk menjadi
antaranya menyebut Froancois HHT seringkali pula disandingkan raja di negerinya masing-masing.
Valentijn (1726) yang menyifatkan dengan teks lain yang sama-sama Sang Maniaka (saudara tertua)
HHT sebagai khazanah sastra memilih latar peristiwa di bertahta di Bintan.
Melayu yang paling berharga dan Kesultanan Melaka, yakni teks Lalu menyusullah kisah
mempunyai mutu seni yang tinggi. Sejarah Melayu (yang terakhir tentang Hang Tuah. Ia anak
Peneliti yang lain, Hans Overbeck disusun oleh Abdul Kadir bin seorang pencari kayu dari Sungai
(1920) melalui pendekatan marxis Abdulkadir Munsyi) yang diterbit- Duyung. Bermacam isyarat gaib
melihat HHT sebagai gambaran kan oleh Penerbit Djambatan, 1952. terjadi mendahului lahirnya Hang
perjuangan antar kelas yang Buku tua ini juga diyakini Tuah. Setelah Hang Tuah lahir, ia
diwakili oleh Hang Tuah dari merupakan karya sastra Melayu bersama kedua orang tuanya
golongan feodal dangan Hang klasik yang digolongkan oleh pindah ke Bintan dan membuka
Jebat yang mewakili golongan sebagian pengamat sebagai “sastra kedai tidak jauh dari kampung
rakyat. sejarah.” Cerita tentang sosok kediaman Bendahara Raja. Setiap
Sementara itu, tidak kurang Hang Tuah dalam buku ini hari Hang Tuah dengan rajin
dari dua puluh versi teks HHT yang merupakan episode terpenting membantu pekerjaan orang tuanya
bertulis tangan ditemui dan telah dalam masa kejayaan kerajaan di kedai. Ia mempunyai empat
dikumpulkan oleh peneliti untuk Melaka. sahabat sepermainan yang sebaya
dibawa ke beberapa negara, seperti dengan dirinya, yaitu Hang Jebat,
Inggris dan Belanda. Kebanyakan Ringkasan HHT Hang Kasturi, Hang Lekir, dan
naskah HHT ini memang tidak Untuk memberi gambaran Hang Lekiu. Ketika masih
lengkap sebagai sebuah hikayat dan bahwa teks HHT sesungguhnya berumur sepuluh tahun, Hang
saat ini hanya tiga buah edisi saja tidak cuma bercerita tentang Tuah memperlihatkan tindak
yang lengkap ceritanya dan telah pertelingkahan antara Hang Tuah kepahlawanannya yang pertama.
diterbitkan. Pertama, edisi Shellaber, dan Hang Jebat, berikut saya Bersama empat sahabatnya ia
1908, setebal 539 halaman. Edisi ini meringkaskan kisahnya berdasar- mengalahkan segerombolan
berdasarkan naskah yang dimiliki kan pembacaan atas edisi yang penyamun yang terdiri atas dua
oleh Raja Muda Perak, bernama dikaji dan diperkenalkan oleh puluh tujuh orang. Ia pun berhasil
Abdul Jalil, Putera Sultan Idris. Kassim Ahmad yang diterbitkan membantu seorang pembesar
Kedua, edisi Balai Pustaka, 1984, oleh Yayasan Karyawan dan Singapura memperoleh data
setebal 639 halaman. Edisi ini Dewan Bahasa dan Pustaka Kuala gerakan Majapahit yang memper-
berdasarkan naskah milik Koninklijk Lumpur, 1997, setebal 585 hala- siapkan penyerangan terhadap
Bataviaasch Genootschap, yang ditulis man, yang kemudian dikembang- Palembang. Sebagai tanda terima
dalam teks Jawi. Ketiga, edisi kan dari alur cerita yang diki- kasih, pembesar itu memper-
Dewan Bahasa dan Pustaka, 1964, sahkan oleh V.I. Braginsky dari kenalkan Hang Tuah dan empat
setebal 557 halaman. Edisi ini edisi HHT sebelumnya (yang juga sahabatnya pada Bendahara
berdasarkan naskah yang dimiliki dikaji dan diperkenalkan oleh Paduka Raja.
oleh almarhum Tengku Ibrahim Kassim Ahmad (1968). Bendahara membawa mereka
Ibnu Tengku Muhammad. Di kerajaan kayangan, ke istana raja, dan kemudian
Sulastin Sutrisno (1983) menye- demikian ihwal kisahnya bermula, menjadi kesayangan raja. Selama
but, tiga edisi ini mengandung raja Sang Perta Dewa mempunyai menghamba kepada Raja Melaka
struktur cerita, alur peristiwa, putra Sang Sapurba. Ia mengeja- inilah Hang Tuah sangat banyak

58 P U S A T, N 0. 0 6 / 2 0 14
MOZAIK

melakukan tindak kepahlawanan. itu, kedudukannya di istana Yakni, ketika Raja bertamasya di
Di antaranya menjadi pengiring digantikan oleh Hang Jebat. laut, mahkotanya jatuh dan teng-
Sultan Melaka ke Majapahit, Setelah mendapat kekuasaan, Jebat gelam. Dalam usaha menemukan
membantu Raja mempersunting membangkang Raja, terutama kembali mahkota itulah Hang
putri Batara Majapahit bernama karena tak dapat menerima Tuah kehilangan keris pusaka
Raden Mas Ayu, dan berhasil kematian sahabatnya Hang Tuah. andalannya. Sejak itu, Hang Tuah
merebut keris sakti dari tangan Sampai Jebat berhasil mengusir dan Sultan menghadapi berbagai
tokoh tersakti di Jawa bernama Raja dari istana. Tidak seorang pun bencana besar.
Taming Sari. Atas jasa-jasanya itu, dapat melawan Jebat. Bendahara Tidak lama kemudian, Melaka
gelar Laksamana pun disan- pun berterus terang pada Raja diserang Portugis. Dalam perang
dangnya. Namun, karena keberha- bahwa Hang Tuah belum mati. di laut Hang Tuah terluka berat.
silannya itu pula ia difitnah oleh Raja kemudian memerintahan Lalu, ia berangkat ke Rum (Turki)
orang-orang yang iri padanya. Hang Tuah melawan Jebat. Maka mencari meriam. Di tengah jalan ia
Untuk memulihkan namanya, ia terjadilah perkelahian keduanya, berjumpa dengan Nabi Khidir
kemudian melarikan Tun Teja, yang berakhir dengan tewasnya (Arab: Khizr) yang memberinya
putri Bendahara Pahang, untuk Hang Jebat. sesuatu benda yang menyebabkan
dijadikan istri kedua Sultan Pada episode berikutnya, dice- pandai berbahasa asing. Hang
Melaka. Setelah itu, ia diutus ritakan berbagai tindak kepahla- Tuah berangkat ke Mesir, naik haji
kembali ke Jawa dengan tugas wanan Hang Tuah lainnya, mulai ke Mekah, berziarah ke Madinah,
diplomatik yang berat, meredakan diutus ke negeri Cina untuk berdi- dan memperoleh serangkaian
amarah Raja Majapahit karena plomasi, mengalahkan tujuh kemenangan diplomatik. Semen-
putrinya dipermadu. pemain pedang Jepang, memper- tara itu, Raja Melaka meletakkan
Musibah pun datang lagi oleh gajah-gajah di Siam, dan tahtanya dan hidup sebagai darwis.
menimpa Hang Tuah karena menundukkan kesultanan Tereng- Ia digantikan putrinya, Putri
fitnah. Ia dijatuhi hukuman mati. ganu dan Indrapura. Namun Gunung Ledang. Hang Tuah dan
Namun, Bendahara berhasil kemudian, tejadilah suatu peris- Bendahara pun mengikuti jejak
menyelamatkannya. Sementara tiwa yang jadi awal malapetaka. Baginda meninggalkan kerajaan,

P U S A T, N 0. 0 6 / 2 0 14 59
MOZAIK
menjadi darwis dan bertapa di Ramayana dan Mahabarata dalam Tun Teja yang kemudian jadi istri
hutan-hutan. sastra Hindu, Illian dan Odyssey kedua sultan.
Akhirnya, dengan tipu musli- dalam sastra Yunani, atau Beowolf Ditinjau dari perspektif
hat Portugis berhasil merebut dalam sastra Inggris. Selain itu, feminisme, agaknya, kisah Tun
Melaka. Beberapa waktu kemu- Noreah juga menyebut bahwa Teja sendiri mengandung
dian, atas perintah Sultan Mahmud “HHT adalah sebuah karya yang persoalan gender yang dapat
dari Bintan, orang Melaka mendi- memamerkan keintelektualan dicuatkan sebagai salah satu
rikan kesultanan Johor. Bersama- pengarang Melayu sebagai wadah realitas sosio-kultural masyarakat
sama laskar kompeni Belanda untuk menyampaikan ide-ide Melayu feodal di masa itu. Posisi
mereka berhasil mengusir Portugis. tertentu kepada bangsanya.” perempuan seolah tidak lebih
Namun, Hang Tuah tidak lagi Dalam HHT juga kita dapat sebagai “sosok tak berdaya” yang
tampil dalam peristiwa terakhir meneroka tentang kehidupan tak memiliki “daya tawar” untuk
ini. Konon, ia dihadiahkan hidup sehari-hari yang khas Melayu pada menentukan pilihan atas
abadi, menjadi orang suci dan raja abad pertengahan. Misalnya, keberlangsungan hidupnya
dari sekalian penghuni hutan di upacara perkawinan, perjamuan sebagai manusia. Akan tetapi, di
Semenanjung Melaka. kerajaan, penobatan raja, penyam- lain pihak, kita pun dapat
butan duta negeri asing, dan juga meneroka sebuah kenyataan yang
Nilai-Nilai tentang aneka macam hiburan, mungkin paradoks, yakni
seperti sepak raga, sabung ayam, bagaimana sesungguhnya
Secara umum, dalam karya
main catur, serta kepercayaan dan perempuan (Melayu) pun telah
sastra klasik akan tercermin
tahayulnya. dengan demikian kuat meyakini
pengalaman hidup dan kondisi
bahwa adalah sebuah anugerah
masyarakat pendukungnya. Di
Kesetiaan, Pengabdian, dan jika menjadi perempuan yang
dalamnya akan tergambar kea-
Kekuasaan terpilih (entah dengan cara
daan geografis, manusia dan
Jika ditilik dari sosok Hang apapun) sebagai “pendamping
pemukimannya, aktivitas keseha-
Tuah sendiri sebagai wira hidup” raja. Dalam banyak karya
riannya, perjalanan sejarah kaum-
(pahlawan) yang memiliki saya, baik puisi, cerpen, maupun
nya, pengalaman emosionalnya,
keunggulan-keunggulan, ia naskah lakon (libreto), saya sengaja
serta pemikiran dan falsafah
digambarkan sebagai tokoh yang kerap menghadirkan sosok Tun
hidupnya. Demikian pula dalam
sangat setia kepada rajanya. Teja ini, sebagai sebuah tawaran
HHT, yang demikian jelas tergam-
Pangabdian Hang Tuah ini pemikiran yang lebih ideologis,
bar jiwa dan pemikiran orang
merupakan motif penting yang terutama pendalaman terhadap
Melayu. Ada sistem nilai-nilai
ada hubungannya dengan daulat karakter perempuan Melayu
budaya masyarakat pada suatu
sultan. Kedudukan sultan dalam sekaligus posisinya dalam
tempat dalam suatu masa. Kassim
HHT seolah-olah sebagai manusia kekuasaan yang feodalistik.
Ahmad menilai (1997) bahwa HHT
secara jelas menggambarkan dewa yang mencipta dan Tentu sangat bertolak jauh
sistem sosial budaya Melayu pada mengatasi undang-undang. Dalam dengan sosok Hang Tuah sendiri.
zaman feodal. Hang Tuah dan konteks ini, Noreah Mohamed Dalam koteks ini saya tidak sedang
Hang Jebat, kata Kassim, “Sebagai kembali menandaskan bahwa mempersoalkan lebih jauh
wakil masyarakat memperlihatkan masyarakat feodal menganggap eksistensi perempuan dalam teks
nilai-nilai kewiraan yang didu- raja adalah tempat bernaung. HHT, tetapi sekadar memberi
kung oleh masyarakat itu. Inilah Namun, masyarakat pada waktu ilustrasi yang dapat memberi
determinisme atau ketentuan itu tidak pernah pula memikirkan gambaran realitas sosio-kultural
sosial dan sejarah.” bahwa raja tidak akan bermakna saat itu. Jika kita kembali menelisik
dan berfungsi tanpa rakyat. Sistem gambaran sosok hero Hang Tuah
Sementara itu, Noreah
feodal tidak hanya terjadi antara dalam HHT, sisi keunggulannya
Mohamed (1997), turut mene-
raja dan rakyat, tetapi juga dapat tidak hanya pada sisi fisik, seperti
gaskan bahwa HHT dapat diang-
dilihat pada posisi perempuan pandai berkelahi, tetapi juga pada
gap sebagai sebuah karya besar
dalam cerita HHT, terutama tokoh banyak hal yang sekaligus dapat
yang hebat seperti halnya

60 P U S A T, N 0. 0 6 / 2 0 14
MOZAIK
menunjukkan bagaimana karakter dengan negara-negara lain. Sikap diketahuilah akan bahasanya. Setelah
intelektual seorang Hang Tuah. diplomatik Hang Tuah dapat sudah diketahuinya akan bahasa Siam
Gambaran ini, artinya, tidak dapat ditelusuri saat ia berada di Benua itu, maka Hang Tuah pun mengaji
serta merta membuat Hang Tuah Keling. Interaksi dengan bangsa pula pada seorang lebai Cina. Dengan
“menghargai” sosok perempuan lain pun telah ditunjukkan melalui tiada berapa lamanya maka ia pun
(Tun Teja) ketika harus dengan hubungan Melaka dengan Cina, tamatlah mengaji bahasa Cina itu,
secara “memaksa” (dan memakai Jawa, Romawi, Turki, dan Siam. maka habislah diketahuinya bahasa
guna-guna) menaklukkan Tun “….telah berapa lamanya Hang Cina itu. Maka Hang Tuah pun
Teja dan menghadiahkannya pada Tuah mengaji Quran, maka pengajian mengaji pula pada lebai Jawa hendak
raja, semata-mata hendak itu pun tamatlah. Maka Hang Tuah diketahuinya adakan bahasa Jawa itu.
menunjukkan kesetiaannya pada mengaji nahu pula. Telah sudah tamat Kelakian, setelah habislah rata
raja. pengajiannya, maka dia berkata, “Ayo diketahuinya dua belas bahasa itu,
Petikan kisah HHT berikut bapakku, pada bicara hamba, hendak maka Hang Tuah pun pulanglah ke
menguatkan karakter Hang Tuah mengaji pada lebai Keling pula, supaya rumahnya…”
sebagai seorang wira yang hamba tahu pula bahasanya.” Maka
mewakili simbol keunggulan kata Hang Mahmud, “benarlah seperti Antara Fiksi dan Sejarah
masyarakat Melayu dan juga bicara anakku itu.” Maka Hang Tuah Dalam banyak penelitian yang
sangat tekun menuntut ilmu. pun mengajilah pada seorang lebai dilakukan oleh para pakar,
Selain itu, kemahiran dalam Keling. Hatta, beberapa lamanya, penilaian terhadap teks HHT
berbahasa, yang di kemudian hari maka tamatlah dengan bahasa Keling berbeda-beda, terutama dalam
dapat pula memberi keunggulan itu, habislah diketahuinya. Maka soal jenis karangannya, terutama
baru bagi Hang Tuah, yakni Hang Tuah pun berkata pada bapanya tarik-menarik antara karya fiksi
mudahnya hubungan diplomasi mengaji pada lebai Siam pula supaya atau sejarah. Sulastin Sutrisno

P U S A T, N 0. 0 6 / 2 0 14 61
MOZAIK
mencatat sejumlah pendapat akan menguntungkan kedua belah klasik itu tidak dapat dipakai
pakar-pakar yang secara periodik pihak. sebagai sumber sejarah. R.A. Kern
memperdebatkan jenis karangan Kemudian, pertempuran (1938), misalnya, mengatakan
HHT. A. Teew, misalnya, menilai Johor-Jambi ini oleh Braginsky bahwa sastra sejarah itu meskipun
dari sudut ilmu sastra modern, dijadikan perbandingan terhadap berisi unsur sejarah, tetapi karena
HHT dapat memberi alternatif kisah-kisah dalam HHT. ditimbuni oleh dongeng-dongeng
yang baru: HHT harus dilihat dari Perbandingan-perbandingan sebaiknya dikesampingkan saja.
dua sudut, struktur dan isi. Dari tersebut membuka kemungkinan Sementara itu, J.C. Bottoms (1965)
sudut struktur HHT dipandang untuk berasumsi bahwa secara berpendapat bahwa sastra sejarah
sebagai roman Melayu asli karena struktural HHT adalah sebuah (Melayu) tidak lebih dari cerita
HHT memiliki beberapa syarat “alegori sejarah”. Di pihak lain, hiburan saja. Setidaknya ada tiga
sebagai sebuah roman, di Braginsky juga mengakui bahwa sebab, menurut Edwar Djamaris
antaranya HHT adalah cerita yang dari segi struktur luar komposisi (1993), yang membuat teks itu tak
panjang dalam bentuk prosa dan HHT jelas menyerupai karangan dapat dipakai sebagai sumber
di dalamnya pengalaman manusia sejarah tradisional, seperti halnya sejarah. Pertama, karena unsur
merupakan unsur asasi. HHT juga teks Sejarah Melayu. Namun, ada sejarah dalam naskah tersebut
mempunyai tema dan alur yang perbedaan-perbedaan yang sangat dicampurkan-adukkan dengan
terang, yang diceritakan dari sudut nyata. Di antaranya ialah unsur unsur mite, legenda, dan dongeng.
pandang tertentu. Sementara dari geneologi yang selalu terdapat Kedua, karena cerita sejarahnya
sudut isi, HHT dipandang sebagai dalam setiap kronik dan memberi terdapat beberapa versi sehingga
mitos. corak pada pencitraannya, tetapi sulit dipertanggungjawabkan
Namun, pembenaran V.I hal itu sama sekali tidak terdapat keabsahannya. Ketiga, karena tidak
Braginsky (1998) dalam banyak dalam HHT. Dalam HHT, terdapat angka tahun dalam
tulisannya—tentang HHT dalam sepanjang sejarah Melaka naskah tersebut, tampaknya faktor
hubungannya dengan Kesultanan diperintah oleh seorang Raja waktu tidak memainkan peranan
Johor selama masa 30 tahun dengan didampingi seorang penting dalam masyarakat lama.
kejayaan sejarahnya—dapat Laksamana dan seorang Terlepas dari soal tarik-
memberikan penjelasan lain Bendahara. Sementara itu, Jawa menarik itu, teks HHT bagaimana
terhadap naskah HHT bahwa merupakan musuh satu-satunya pun adalah teks yang ditulis
sejarah demikian kuat melatari ketika kerajaan Melaka masih dengan “cara” sastra dan
peristiwa-peristiwa yang muda sedangkan Portugis adalah mengandung berbagai realitas
dibangun di dalamnya. Braginsky musuh satu-satunya di saat “sejarah.” Entah kemudian ia
berpendapat isi HHT memang Melaka runtuh. Meskipun pada menghadirkan sebuah realitas
dapat membangkitkan asosiasi akhir tulisannya, Braginsky baru dengan berbagai kekuatan
dengan sejarah Johor sekitar tahun menutup dengan sebuah dan kelemahannya, hal itu menjadi
50—80-an pada abad ke-17. kesimpulan bahwa HHT adalah realitas teks epos HHT itu sendiri.
Pertama, berkaitan dengan sebuah contoh karya epos, yang Sebuah epos Melayu yang disebut
permusuhan dengan kesultanan- memadu ciri-ciri epos oleh misionaris Belanda, F.
kesultanan Johor dan Jambi di kepahlawanan dengan epos Valentijn (1729), sebagai “intan
Sumatera Selatan. Kedua, kisah sejarah dan benar-benar yang sangat jarang ditemui” dan
tentang lawatan pertama Hang bersemangat kebangsaan. “yang terbaik dari semua karangan
Tuah dan Sultan Melaka ke Tentu, bukan sebuah fenomena Melayu.”
Majapahit serta lamaran dan baru jika terjadi tarik menarik
perkawinan Sultan Melaka dengan antara sejarah dan sastra, sampai-
Putri Batara Majapahit (tertera di sampai muncul istilah “sastra- Marhalim Zaini, S.Sn, M.A.
halaman 114-167) sesuai dengan sejarah”, apalagi dalam konteks sastrawan, peneliti, pekerja teater, dan
peristiwa sejarah pertentangan karya sastra klasik. Banyak pula dosen.
Johor dengan Jambi. Ikatan para peneliti yang kemudian
perkawinan politik ini tampaknya merasa kecewa karena teks-teks

62 P U S A T, N 0. 0 6 / 2 0 14
P
ada 15 April 1865, tepat di
usia yang ke-54, Lincoln GLOSARIUM
terbunuh. Kematian presi-
den Amerika Serikat ke-16 itu
membuat rakyatnya larut dalam
duka. Bukan hanya di Amerika
Serikat, keseluruhan Amerika
Simbol
berduka. Beberapa waktu setelah
F. MOSES
kejadian itu, penyair Walt Whitman
(1819—1892) pun “terganggu”; ia
lantas membuat puisi atas keduka-
annya terhadap Lincoln. Dalam ter Lincoln yang baik. Lilac dijadi- Dalam karya sastra, simbol
buku Leaves Of Grass (1855, dengan kan simbol cinta, sama seperti menjadi perangkat penting bagi
tulisan pendahuluan dari Justin Lincoln yang memiliki cinta dan para penulis. Simbol memper-
Kaplan), karya puisi Whitman itu dicintai oleh rakyatnya, termasuk panjang representasi makna di luar
tercatat berjudul “When Lilacs last Whitman. Star mengacu pada realitas yang diberikan oleh des-
in the Dooryard Bloom’d”. Lincoln sebagai pemimpin dan kripsi literal atau yang diekstrak
Puisi Whitman menyoal kepribadiannya yang hebat dan dengan analisis dan ekspo-
tanaman lilac yang sedang berbu- sisi. Sehubungan denga itu pula,
indah. Ia memimpin Amerika saat
nga pada musim semi, pada saat simbol ala Whitman dan Rendra
Perang Saudara antara Amerika
Lincoln terbunuh. Seturut puisi secara langsung memberi contoh
bagian utara dan selatan, meng-
Whitman, kedukaan tidak lagi bagaimana simbol memperkokoh
akhiri perbudakan, dan berusaha
melanda keseluruhan Amerika, kedigdayaan puisi itu sendiri.
agar negara-negara di Amerika da-
tetapi juga alam dan binatang yang Simbol-simbol itu kian melegiti-
pat tetap bersatu. Syahdan, burung
ada di sana. Bahkan, burung hermit masi bahwa pembaca puisi ialah
hermit thrush mengacu pada perju-
thrush pun bak mewakili duka makhluk cerdas lantaran keterse-
angan Lincoln untuk mengakhiri
orang-orang dengan menyanyikan dian kemampuannya mengisi
perbudakan dan mempertahankan
lagu yang amat sedih. ruang interpretasi beserta repre-
kesatuan negara-negara Amerika. sentasinya. Saat kegelisahan
Selain kedukaan yang sangat W.S. Rendra adalah salah melanda, bahkan mengancam si
dalam, Whitman juga mendeskrip- seorang penyair Indonesia yang penyair, simbol pun seolah-olah
sikan perdamaiannya dengan cerdas mencipta simbol. Ia begitu menjadi penengah di antara
kematian melalui lirik puisi ini. piawai mengolah simbol. Lihat penyair dan pembaca.
Awalnya, ia tak dapat menerima
saja misalnya puisi “Burung Dengan demikian, simbol
kematian karena kematian mem-
Hitam” dalam buku Empat Kum- berfungsi untuk memperpanjang
buat orang-orang sangat mende-
pulan Sajak (1961). Dengan bantuan makna teks melampaui apa yang
rita, terutama orang-orang yang
kata “adalah”, simbol di dalam dinyatakan secara eksplisit. Simbol
ditinggalkan. Namun, akhirnya ia
puisi itu merepresentasikan dengan terang juga mengacu pada
menyadari bahwa kematian itu
dirinya secara terus-menerus. kata-kata bermakna ganda dan
suatu hal yang tidak dapat dihin-
Burung Hitam konotatif hingga untuk memaha-
dari oleh makhluk hidup. Walau-
minya seseorang harus “kaya
pun puisi ini dipersembahkan
Burung hitam manis dari hatiku tafsir” agar dapat melihat bagai-
untuk Lincoln, Whitman juga mem-
Betapa cekatan dan rindu sepi syahdu mana hubungan makna kata terse-
persembahkannya untuk semua
Burung hitam adalah buah pohonan but dengan makna kata lainnya,
orang, terutama bagi para tentara
Burung hitam di dada adalah bebungaan sekaligus berusaha menemukan
yang meninggal dalam perang.
Ia minum pada kali yang disayang figur konkretnya dan mengem-
Setidaknya, ada tiga simbol Ia tidur di daunan bergoyang balikan kata ataupun bentuk larik
dalam puisi itu, yakni lilac, star, dan Ia bukanlah dari duka meski si burung (kalimat) ke dalam bentuk yang
burung hermit thrush. Ketiga simbol hitam lebih sederhana.
tersebut mengacu pada Abraham Burung hitam adalah cintaku yang Meturut Roland Barthes, simbol
Lincoln. Lilac mengacu pada karak- terpendam merupakan lapangan dari tema;

P U S A T, N 0. 0 6 / 2 0 14 63
simbol secara tegas menguatkan sebuah jantung berwarna merah atau nilainya. Oleh karena itu pula,
makna yang mengacu pada konsep adalah simbol cinta. Simbol berarti kita akan menemukan simbol
atau ide abstrak yang berkaitan juga tanda atau karakter yang dalam beragam bentuk. Kita akan
dengan tema karya. Simbol mem- digunakan sebagai representasi mengenal jenis (1) blank symbol,
bawa rangkaian karya sastra, khu- konvensional dari suatu objek, yakni apabila simbol itu, meskipun
susnya puisi, ke arah tujuan paling fungsi, atau proses, misalnya acuan maknanya bersifat konotatif,
estetis, mengomunikasikan makna, lambang untuk elemen kimia atau pembaca tidak perlu menafsirkan-
dan menyampaikan segala bentuk karakter dalam notasi musik. nya karena acuan maknanya sudah
gagasan. Jika bermain simbol, Simbol dapat juga merujuk pada bersifat umum, misalnya “tangan
berarti kita siap bermain dalam sebuah objek material yang mewa- panjang”, “lembah duka”, “mata
ranah “perwakilan makna”. Seyo- kili sesuatu yang abstrak, misalnya keranjang”. Kita juga akan mene-
gianya, simbol pun mesti kian mobil limusin sebagai simbol mukan jenis simbol yang menggu-
menerangkan tubuh sastra; bukan kekayaan dan kekuasaan. Banding- nakan realitas alam, yakni (2)
menggelapkan, apalagi menyesat- kan pula dengan makna lambang natural symbol, misalnya “burung
kan pembacanya. (sign)—sesuatu yang digunakan hitam manis dari hatiku”, “cemara
Sebagaimana Renne Wellek dan untuk mewakili sebuah kualitas pun gugur daun”, “ganggang
Austin Warren (2007) pernah atau ide. Misalnya air sebagai sim- menari”, hutan kelabu dalam
mempersoalkannya, kata “simbol” bol kehidupan. Dalam hal ini, sim- hujan”. Di sisi lain, kita pun akan
tidak hanya dipakai di dunia sastra, bol dapat bersinonim dengan em- mendapati simbol-simbol yang
tetapi juga juga dipakai sebagai blem, token, tanda atau lambang. secara khusus diciptakan dan
istilah dalam logika, matematika, Secara ensiklopedis ringkas, digunakan secara individu, baik
semantik, semiotik, dan episte- dalam kamus daring Merriam- oleh sastrawan maupun orang
mologi. Kata simbol itu sendiri Webster (2014), simbol didefisikan biasa, yakni (3) private symbol,
memang memiliki sejarah panjang sebagai elemen komunikasi untuk misalnya “aku ini binatang jalang”,
sebelum kata itu dicatatkan perta- mewakili orang, benda, kelompok, “mengabut nyanyian”, atau
ma kali pada tahun 1590 dengan proses, atau ide. Simbol dapat “lembar bumi yang fana”.
makna ‘singkatan dari sesuatu yang disajikan secara grafis (misalnya, Meskipun demikian, di dalam
lain’. Dan, dalam catatan daring palang merah dan bulan sabit lapangan semiotika-sastra, batas
situs Wikipedia, sejak tahun 1800-an untuk lembaga kemanusiaan di antara private symbol dengan natural
hingga 2000-an, penyebutan kata seluruh dunia) atau represen- symbol sering kali kabur. Penga-
simbol makin meningkat. tasional (misalnya, singa mewakili buran dapat terjadi lantaran terlalu
Secara etimologis, kata simbol keberanian). Simbol juga mungkin dekatnya sastrawan dengan alam
(symbol) muncul semasa Middle- direpresntasikan dengan huruf (semesta) itu sendiri. Namun, tetap-
English akhir (yang menunjukkan (misalnya, C untuk unsur kimia lah kita dapat mengenal perbedaan
Pengakuan Iman Rasuli). Kata itu karbon ). Simbol dapat pula berarti antara yang natural dan privat itu.
berasal dari bahasa Latin symbolum seperangkat ide-ide yang ditrans- Misalnya, pada puisi Celana ” karya
‘simbol, keyakinan (sebagai tanda misikan di antara orang-orang Joko Pinurbo, kita dapat meng-
dari seorang Kristen)’. Ada yang dalam suatu budaya. Setiap masya- endus simbol-simbol yang kerap
menyebut kata symbolum berasal rakat telah mengembangkan sistem bermain dalam ranah privat. Pinurbo
bahasa Yunani sumbolon ‘tanda, simbolnya sendiri-sendiri yang bermain simbol seperti kebersihan
token’ dari bentukan kata sun mencerminkan logika budaya ter- diri, atau keaslian diri. Selain itu,
‘matahari’ + ballein ‘membuang’. tentu dan setiap fungsi simbol itu pada puisi Tukang Cukur, ia pun
Ada pula yang memperkirakan mengomunikasikan informasi bermain simbol natural dengan
kata itu berasal dari campuran kata antar-anggota dalam banyak cara peleksikalan “di kepalaku”—yang
syn ‘bersama-sama’ + bole ‘melem- yang sama seperti bahasa konven- bermakna ‘bumi’ itu sendiri.
par sesuatu’. sional, tetapi dengan cara yang Hingga kini, simbol menjadi
Cambridge Advanced Learner’s lebih halus. bak sebuah sinonim dari “keper-
Dictionary & Thesaurus (2014) men- Sehubungan dengan definisi cayaan”. Simbol itu menjadi
definiskan simbol sebagai ‘sebu- ensiklopedis itu, simbol memang semacam “perwakilan dari sesuatu
ah tanda, bentuk, atau benda yang cenderung muncul dalam klaster yang lain”. (GH)
digunakan untuk mewakili sesuatu dan bergantung pada satu sama
yang lain’, misalnya gambar lain untuk pertambahan makna

64 P U S A T, N 0. 0 6 / 2 0 14

Anda mungkin juga menyukai