MAJALAH SASTRA
pendapa
PUSAT
majalah sastra
P ertanyaan besar bagi Indonesia kurang lebih adalah,
“Apa kiranya isi hati, impian, harapan, kecemasan,
dan kegirangan orang Indonesia di Ternate, Papua, Flores,
diterbitkan oleh
Pusat Bahasa Sumba, Timor, Kepulauan Riau, Kendari, Mandar, Makassar,
Gedung Dharma, Lt. 3 dan sebagainya?”. Pendeknya, “Apa kiranya isi hati dan dunia
Jalan Daksinapati Barat IV, batin orang Indonesia dari Sabang sampai Merauke, dari
Rawamangun, Jakarta 13220
Pos-el: majalahpusat@gmail.com
Sangir Talaud sampai Timor?” Nyaris mustahil membangun
Telepon: (021) 4706288, 4896558 sebuah negara dengan kuat dan dengan kewilayahan yang
Faksimile (021) 4750407 utuh menyentuh ke hati seluruh bangsa Indonesia tanpa
mengetahui impian, harapan, kecemasan, dan isi hati
Pemimpin Umum
masyarakat Indonesia.
Kepala Badan Pengembangan
dan Pembinaan Bahasa Beberapa tahun belakangan ini, seiring dengan pemilihan
langsung selepas reformasi, bertumbuhan lembaga-lembaga
Manager Eksekutif survey politik. Di berbagai wilayah yang tengah ada Pemilihan
Sekretaris Badan Bahasa
Kepala Daerah (Pilkada), secara acak maupun tak acak
Pemimpin Redaksi masyarakat disurvey kemana suara mereka akan diberikan.
Kepala Pusat Pengembangan Masyarakat Indonesia sedikit banyak diketahui “suara”-nya
dan Perlindungan tapi tidak isi hatinya. Setelah sang pemimpin daerah terpilih,
Wakil Pemimpin Redaksi
ia pun tidak kelewat tertarik untuk mengetahui isi hati dan
Mu’jizah dunia batin rakyat di daerahnya. Lembaga survey? Tentu
saja tidak tertarik dengan dunia batin, karena ia memenuhi
Konsultan pesanan bahwa rakyat = suara, dan dibaliknya tentu dana.
Agus R. Sarjono
Tapi isi hati dan dunia batin orang Indonesia? Untuk
Dewan Redaksi daerah-daerah di pulau Jawa, juga Sumatera dunia batin
Budi Darma ini sedikit banyak dapat dibaca dan diketahui lewat karya-
Hamsad Rangkuti karya sastra yang dihasilkan para sastrawan dari wilayah
Putu Wijaya
Manneke Budiman
bersangkutan, bahkan dari masa ke masa. Namun, hingga
kini masih sulit sekali mengetahui dan membaca dunia batin
Staf Redaksi masyarakat Papua, misalnya. Mengapa? Sejauh ini tidak ada
Abdul Rozak Zaidan karya sastra adekuat yang dihasilkan dari sana. Sementara
Ganjar Harimansyah
Saksono Prijanto
itu, dunia batin masyarakat dari Papua New Guinea malah
Puji Santosa dapat kita baca, karena karya sastra dari sana bukan hanya
ada, bahkan terbit pula dan beredar di dunia internasional
Sekretariat lewat terjemahan ke bahasa Inggris.
Nur Ahid Prasetyawan
Dina Amalia Susakto Indonesia adalah negeri yang besar, baik besar
Ferdinandus Moses wilayahnya maupun jumlah penduduknya. Wilayah sebesar
itu tentu memiliki potensi dan sekaligus masalah yang
Penata Artistik kompleks. Wilayah isik negara kesatuan Republik Indonesia
Efgeni
Nova Andryasah
tentu saja terutama menjadi tugas tentara untuk menjaga
keutuhannya. Namun, kesatuan wilayah secara batiniah
Keuangan membutuhkan sastra, seni, dan budaya. Perhatian yang besar
Bagja Mulya sudah sepatutnya diberikan pula pada keutuhan wilayah
Siti Sulastri
batiniah Indonesia, sebab meski secara isik boleh jadi
Sirkulasi dan Distribusi Indonesia masih utuh, jika secara batin tercerai-berai, maka
M. Nasir ancamannya bakal tidak tertanggungkan. Sudah waktunya
Lince Siagian kita saling membaca dan memahami. []
P U S A T N O . 11/20 1 5 1
DAFTAR ISI
TELAAH TAMAN
Rimba Gigantik
Cerpen Lintang Ismaya
MATA AIR
Dik Ayu nan kenyem-kenyem,
Agus R. Sarjono inboxmu
inboxm sudah saya baca
dengan
den sempurna.
Bahasa Indonesia
sebagai Bahasa Dunia 4 Jujur,
Ju saya jadi isin
sendiri, kala
semuanya
Bahasa Indonesia pernah berkalang
mencicipi sedikit posisi sebagai fatamorgana.
bahasa yang diminati meski
belum sampai berwibawa,
namun kini posisi itu boleh
dibilang nyaris musnah. Jurusan
Kajian Indonesia dan Bahasa
Indonesia di Eropa dan Amerika
makin mengecil saja, dan Puisi-Puisi Rendy Jean Satria
sebagian besar terancam tutup;
sementara Jurusan Kajian China
Sebelas Jam yang Lalu 10
dan Bahasa China kini makin Di Jalan Nyengseret 11
membesar dan menduduki SetiapKata 12
posisi penting di berbagai
kampus besar di Eropa dan Nubuat Kebahagiaan 13
Amerika Serikat. Sembahyang 14
EMBUN
Syafrizal Sahrun
81 GLOSARIUM
Lakon 86
Menumbuhkan Kembali atawa Naskah Drama
Budaya Mendongeng
Dalam awal sejarah sastra
Budaya mendongeng dalam
Indonesia modern, lakon kerap
masyarakat hampir punah. Hanya
ditulis oleh seorang sastrawan,
sebagian kecil saja orang tua yang
seperti ditunjukkan oleh Rustam
masih mendongeng untuk anaknya.
Eff endi dengan karyanya Bebasari
Selain berlatar kebiasaan, ada juga
atau Armijn Pane dengan karyanya
orang tua yang masih mendongeng
Kertajaya, Airlangga, dan terutama
karena percaya bahwa dongeng
Sandyakala Ning Majapahit. Lakon-
merupakan media pembentukan
lakon tersebut tampil pertama kali
karakter anak.
terutama sebagai bacaan ...
MALAYSIA
Cerpen S.M. Zakir
Puisi Tuah Sujana
Puisi Tseni Sastowardojo
PUMPUNAN
Abdul Rohim SINGAPURA
Samaris dalam Facebook 69 Cerpen Wan Jumaiah
Bisatera Mastera
Puisi Rafaat Haji Hamzah
Facebook sebagai salah satu Puisi Kamaria Buang
situs jejaring sosial memang
menjadi ruang baru bagi
para sastrawan tanah air
dan pemerhati untuk turut
menggunakannya sebagai media
INDONESIA
sosialisasi dan interaksi sastra. Cerita Pendek Dasril Ahmad
Akan tetetapi ....
Puisi Ayat Rohaedi
Puisi Leon Agusta
SECANGKIR TEH
Jalan Konsistensi 75
Suparto Brata
P U S A T N O . 11/20 1 5 3
MATA AIR
Bahasa Indonesia
sebagai Bahasa Dunia:
Masa Depan Bahasa dan Sastra Indonesia
di Tengah Keterbukaan dan Ekonomi Bebas Asia
Agus R. Sarjono
P
PERTANYAAN penting bagi masa depan bahasa Indonesia di tengah keter-
bukaan ekonomi global adalah: “Bisakah bahasa Indonesia menjadi baha-
sa dunia?” Tentu pertama-tama harus dirumuskan dahulu apa pengertian
menjadi bahasa dunia tersebut. Apakah ia bermakna sebuah bahasa yang
digunakan banyak orang di berbagai belahan dunia? Apakah ia merupa-
kan bahasa lingua franca dalam pergaulan dunia? Atau, sebagai bahasa
yang berwibawa dan mengundang banyak peminat di berbagai belahan
dunia untuk mempelajarinya dan bahkan menggunakannya?
Dilihat dari jumlah penggunanya —selain bahasa Inggris, bahasa Chi-
na, bahasa Spanyol, dan bahasa Arab— bahasa Indonesia/Melayu boleh
dibilang cukup besar jumlah pengguna-nya. Sebagai lingua franca dalam
pergaulan dunia, mungkin bahasa Inggris lah yang sejauh ini paling me-
nonjol, sesudah itu boleh jadi bahasa Spanyol dan Perancis.
Sementara itu, bahasa yang berwibawa jumlahnya lebih banyak. Ba-
hasa Inggris, bahasa Perancis, bahasa Jerman, untuk menyebut beberapa,
merupakan bahasa yang berwibawa karena nyaris mustahil mendapat ak-
ses pada khasanah ilsafat, sastra, dan sains tanpa mengindahkan bahasa-
bahasa tersebut. Bahasa Jepang dan China akan segera menyusul wibawa
ketiga bahasa tersebut.
Bahasa Indonesia pernah mencicipi sedikit posisi sebagai bahasa yang
diminati meski belum sampai berwibawa, namun kini posisi itu boleh dibi-
lang nyaris musnah. Jurusan Kajian Indonesia dan Bahasa Indonesia di Ero-
P U S A T N O . 11/20 1 5 5
Mata air
dan diganti cara penulisannya, atau am? Jika “geming” = “nagen” (Sun- penunjuk waktu (tenses) bentukan
bahkan maknanya. da); “bergeming” = “bernagen?” kalimat dalam bahasa Indonesia
Kata “bergeming”, misalnya, per- Ini salah satu contoh saja. Masih bisa demikian liat dan lentur. Ini
nah dimaknai sebagai “bergeser se- ada sejumlah cukup meyakinkan belum ditambah dengan hadirnya
dikit”. Maka dalam kalimat “Meski kata yang maknanya berbeda-beda imbuhan yang benar-benar menen-
mendapat berbagai ancaman, dia antara makna yang dikenal serta di- tukan makna suatu kata.
tetap tidak bergeming”, kata tidak gunakan masyarakat dengan mak- Dalam karya sastra, ambiguitas
bergeming bermakna, tidak berge- na yang ditetapkan di kamus. Kata bahasa Indonesia menguntungkan
ser sedikitpun. Kini kata bergeming “dukana”, misalnya, bagi sebagian sekaligus mencelakakan. Ketak-
memiliki makna yang sepadan den- masyarakat bermakna kata sifat saan tersebut menguntungkan jika
gan kata nagen dalam bahasa Sun- dari kata “duka”. Dalam KBBI duka- bahasa Indonesia dikuasai dengan
da, sehingga kalimat di atas akan na diartikan sebagai berikut: baik dan ketaksaan itu dimanfaat-
ditulis menjadi “Meski mendapat kan secara bijak. Namun, seringkali
berbagai ancaman, dia tetap ber- du•ka•na n kuat syahwat; ketaksaan tersebut tidak dikenali
geming”. Tidak begitu jelas, apakah nafsu berahi: menyimpan dengan baik, dan para sastrawan
“ber” di sana merupakan imbuhan wanita untuk pemuas nafsu -- —khususnya penyair— makin
bagi “geming” atau kesatuan kata termasuk dosa besar mengambiguitaskannya sedemiki-
dengan “geming” sehingga menjadi Seorang penutur asing benar- an rupa. Ini masih ditambah den-
kata utuh “bergeming”. benar sebatang kara dalam berha- gan fakta bahwa bahasa Indonesia
Dalam Kamus Besar Bahasa dapan dengan bahasa Indonesia ternyata tidak benar-benar diku-
Indonesia, terpampang informasi karena tak ada yang dapat dipegang. asai dengan memadai, baik dalam
berikut ini: Seorang penerjemah yang dengan kaidah kebahasaannya maupun da-
sungguh-sungguh menjadikan KBBI lam logika berbahasa.
ge•ming Jk, ber•ge•ming = sebagai pegangan akan menghasil- Saya kutip beberapa larik sa-
tidak bergerak sedikit juga; kan teks terjemahan yang maknanya jak dari beberapa penyair terkenal
diam saja;
jauh dari teks yang ia terjemahkan. Indonesia.
ter•ge•ming = terdiam
Jika demikian, kepada siapa ia harus
menggantungkan dirinya di medan Ia telah mendapatkan celana
Kata “geming” nyata tidak ada
bahasa Indonesia? idaman yang lama didambakan,
penjelasannya, yang ada artinya
adalah kata “bergeming”. Namun, meskipun untuk itu ia harus
kehadiran “tergeming” yang di- Ketaksaan bahasa Indonesia berkeliling kota dan masuk
artikan “terdiam” ada di sana. Kita Bahasa Indonesia ternyata ada- ke setiap toko busana.
menduga geming = diam. Jika de- lah bahasa yang taksa alias penuh
*
mikian, apakah bergeming = berdi- ambiguitas. Selain tidak adanya
Penerjemahan tersedia dalam bahasa Indonesia berbagai bidang sains dapat dihitung
Salah satu cara tercepat dalam itu sendiri. dengan jari. Karya ilsafat? Hampir
mendewasakan sebuah bahasa ada- tidak ada. Dengan semua itu, nyaris
lah dengan menerjemahkan. Dalam Penghasilan Karya Sains, tak ada alasan bagi bangsa lain un-
kerja penerjemahan yang sungguh- Sastra, dan Filsafat tuk belajar bahasa Indonesia.
sungguh, sebuah bahasa akan diuji Pada akhirnya, sebuah bahasa Upaya penting yang patut dila-
sampai batas terjauh oleh bahasa menjadi berharga atau tidak akan kukan pertama-tama adalah me-
yang diterjemahkan. Semua baha- ditentukan juga oleh apa yang diha- nguasai dengan baik dan benar
sa mengalami peningkatan signi i- silkan masyarakat pengguna baha- bahasa Indonesia dan menyelaras-
kan lewat penerjemahan. Bahasa sa dalam bahasa bersangkutan. kannya dengan kemampuan ber-
Jerman modern dihasilkan lewat ikir secara logis dan teratur. Jika
Dalam bidang sastra, bahasa
upaya Martin Luther menerjemah- bahasa Indonesia telah digunakan
Indonesia sudah menunjukkan ha-
kan Alkitab. Bahasa Arab mengala- dan mampu membuat para peng-
sil yang lumayan. Dalam usia yang
mi peningkatan saat menerjemah- gunanya mengemukakan pikiran
pendek, telah lahir karya-karya sas-
kan berbagai karya ilsafat Yunani secara teratur dan logis, maka se-
tra yang meyakinkan dari tangan
dan India; bahasa Latin mengalami buah langkah besar telah diayun-
Amir Hamzah, Sanusi Pane, Armijn
peningkatan saat digunakan mener- kan hingga memungkinkan bangsa
Pane, Chairil Anwar, Idrus, Moch-
P U S A T N O . 11/20 1 5 7
Mata air
Indonesia bertindak secara logis luang menjadi bahasa dunia. Na- buhan, tanda baca, bahkan tata ba-
pula. Dengan itu, yakni dengan mun, jika berbagai kondisi yang di- hasa, tidak dapat menununjukkan
mampu berpikir logis dan teratur kemukakan di atas tidak ditangani kebesaran dan kehebatan sebuah
serta mampu mengemukakannya dengan sungguh-sungguh, maka bahasa. Bahkan bahasa Petjoek
secara lisan —terutama secara jangankan menjadi bahasa dunia, —semacam creole campuran Belan-
tertulis— dalam bahasa Indonesia menjadi bahasa bagi orang Indone- da-Jawa-Betawi— pada mulanya
yang baik dan benar, maka perla- sia pun boleh jadi makin lama akan adalah bahasa yang ditertawakan
han-lahan bahasa Indonesia akan makin ditinggalkan. dan bahkan dilecehkan oleh orang
menjadi bahasa yang kokoh berkat Apakah pesisnya urusan-uru- Belanda karena diangap aneh dan
karya-karya tulis di bidang sains, san kecil dan urusan besar dalam menyalahi seluruh struktur dan
sastra, dan ilsafat. bahasa? kaidah bahasa Belanda. Tapi Tja-
Bahasa yang dikuasai dengan Ada baiknya kita mencoba me- lie Robinson (nama asli Jan Boon,
baik oleh masyarakat pendukung- nengok pada dunia musik. Urus- nama samaran lainnya Vincet Ma-
nya dan mampu membuat penggu- an-urusan kecil dan teknis dalam hieu) dengan menggunakan bahasa
na bahasa tersebut berpikir teratur musik adalah chord, ketukan, dan “aneh” itu berhasil menulis karya
dan logis akan menghantarkan ma- de inisi jenis-jenis musik. Urusan sastra besar, khususnya sebagai-
syarakat bahasa itu hidup secara besar adalah tradisi musik itu sen- mana ia tunjukkan dalam Piekerans
cukup logis dan cukup teratur (ten- diri. Jika sekolah musik menyibuk- van een straatslijper. Orang Belanda
tu ini penyederhanaan, namun Lao kan diri terus-menerus dengan totok tidak bisa tertawa lagi. Buku
Tse sekurang-kurangnya pernah pembelajaran chord, ketukan dan ini, sekarang menjadi salah satu
mengemukakan bahwa untuk mem- de inisi jenis-jenis musik tapi tidak khasanah penting sastra Belanda.
perbaiki suatu masyarakat, perbaiki pernah berenang dan menyelam ke Maka, membaca sastra adalah
bahasanya). samudera tradisi musik itu sendi- urusan besar bagi mereka yang stu-
Jika bangsa Indonesia dan nega- ri, maka seumur hidupnya ia tidak di bahasa Indonesia, sebagaimana
ra Indonesia menjadi negara yang akan dapat mengapresiasi musik mengapresiasi musik klasik ada-
patut dan berperan penting dalam dan sekaligus tidak dapat mengu- lah urusan besar bagi mereka yang
kehidupan dunia, baik di bidang asai urusan teknis (chords, ketukan, studi musik. Bahasa Indonesia Pu-
ekonomi, politik, budaya, sains, dan dan sebagainya). Cara terbaik da- jang-ga Baru —apalagi Balai Pusta-
teknologi, maka dengan sendirinya lam berurusan dengan musik ada- ka— misalnya, memiliki perbedaan
bahasa dari bangsa yang patut itu lah dengan langsung mengapresiasi signi ikan dengan bahasa Indonesia
akan patut menjadi bahasa dunia khasanah musik, mulai dari musik Armijn Pane dalam Belenggu, pad-
yang dipelajari dan bahkan diguna- berbagai negeri klasik hingga mu- ahal ia ditulis semasa dengan era
kan dalam pergaulan dunia. sik-musik mutrakhir sekarang ini. Pujangga Baru. Seandainya Indo-
Tentu, potensi itu ada. Negara Mereka yang dididik mengapresi- nesia tidak memiliki Chairil Anwar
Indonesia sungguh-sungguh memi- asi karya Bach dan Bethoven serta (serta Idrus, pada cerpen), bahasa
liki potensi luar biasa untuk menja- dibiasakan untuk memainkannya, Indonesia kita kurang lebih akan
di negara besar dan disegani dunia. tentu dapat merasakan (kemudian seperti bahasa Indonesia-nya Ma-
Namun, potensi tidak dengan sendi- bahkan menganalisis) perbedaan laysia (yang tidak memiliki Chairil
rinya melahirkan kenyataan. Segala keduanya. Tentu saja bagi siswa se- Anwar dan Idrus).
sesuatu dimulai dengan pikiran. macam ini, ujian mengenai chord,
Negara yang berpikir urus-an-uru- ketukan, jenis musik dsb. dapat di- Penutup
san kecil mustahil menjadi negara lalui sambil tiduran. Untuk menghadapi keterbuka-
besar. Bahasa yang sibuk dengan Hal yang sama terjadi pada an ekonomi, ada berbagai tugas
urusan-urusan kecil, juga mustahil pembelajaran bahasa. Urusan be- dan persiapan yang harus dilaku-
menjadi bahasa besar. sar bahasa adalah penggunaannya kan Negara, seperti: good and clean
Bahasa Indonesia dilihat dari pada puncak kemampuan berba- governance, transparansi internal,
jumlah pemakainya sangat berpe- hasa, yakni sastra dan ilsafat. Im- kebijakan dan keberpihakan eko-
AGUS R. SARJONO adalah penyair, esais, dan penulis lakon drama. Buku puisinya terbaru adalah Gestatten, mein
Name ist Trübsinn (Berlin, 2015) dan Surat-surat Kesunyian (2016). Dramanya terbit dalam 2 edisi: Disaster (bilin-
gual Jerman-Inggris) dan The Theatre (bilingual Inggris-Indonesia). Bersama Berthold Damshäuser menjadi editor dan
penerjemah Seri Puisi Jerman dan menerbitkan buku puisi Rilke, Brecht, Celan, Goethe, Enzensberger, Nietzsche,
Georg Trakl, dan Hermann Hesse. Mantan Ketua DKJ (2002–2006) ini menjadi penulis tamu di International Institute
for Asian Studies (IIAS), Leiden (2001); Böll-Haus, Langenbroich (2002-2003); dan Künstlerhaus Schloss Wiepersdorf,
Brandenburg (2015). Ia mendapat “Hadiah Sastra Mastera” dari Malaysia untuk buku puisinya Lumbung Perjumpaan
(2012); dan “Sunthorn Phu Award” dari Thailand untuk lifetime achievement di bidang sastra (2013). Sehari-hari be-
kerja sebagai dosen Jurusan teater di ISBI Bandung, Pemimpin Redaksi Jurnal Kritik, dan Pemimpin Umum Jurnal Sajak.
Karyanya diterjemahkan ke bahasa Inggris, Jerman, Perancis, Belanda, Finlandia, Polandia, Kurdi, Jepang, Korea, China,
India, Vietnam, Thailand, dan Arab.
P U S A T N O . 11/20 1 5 9
TAMAN
Katanya,
Semua bakal berlalu
P U S A T N O . 11/20 1 5 11
Taman
Puisi-Puisi Rendy Jean Satria
Setiap Kata
Berbatang-batang bintang
Telah kuserahkan. Beribu-ribu tahun
Yang akan tiba. Bermakmum-makmum
Kebahagiaan deret panjang antrian doa-doa
Seperti setiap kata yang keluar dari bibirmu.
Bersungai-sungai kerisauan
Mengalir menuju laut.
Bulan hanya bisa dipandang
Dari kejauhan. Seperti menunggu
Setiap kata yang keluar dari bibirmu.
Nubuat Kebahagiaan
P U S A T N O . 11/20 1 5 13
Taman
Puisi-Puisi Rendy Jean Satria
Sembayang
Rendy Jean Satria, lahir di Cimanggis, Depok 4 Januari 1989. Masa remajanya dihabiskan di Pondok Pesantren Al-
Qur’an Al-Falah 2 Nagreg. Lalu belajar ilmu seni di STSI Bandung. Pada tahun 2013 meluncurkan buku puisi perta-
manya Dari Kota Lama. Tahun 2012, diundang dalam program bidang puisi Majelis Sastera Asia Tenggara (MASTERA).
Tahun 2013, diundang dalam pertemuan penyair Jawa Barat terkini dari Disparbud Jawa Barat Tahun 2014, diundang
dalam pertemuan penyair muda di ASAS, UPI Bandung. Puisi-puisinya banyak dimuat di Jurnal Sajak, Indopos dan
Pikiran Rakyat
Sapi Sono'
Cerita Pendek Mahwi AIr Tawar
P U S A T N O . 11/20 1 5 15
Taman
Sebenarnya, malam ini Santap mukau – tentu dengan manik-ma- degan, atau mainan khusus anak-
sedang menguji kekuatan Rattin. nik, kalung, gelang kaki, dan per- cucu. Itulah yang tak dilakukan
Ia sudah mempersiapkan semua hiasan lainnya sebagaimana yang Madrusin, Martai, dan Sullam.
kebutuhan Rattin sejak jauh-jauh dikenakan pada malam ini.
hari. Bertahun-tahun ia memeli- Santap menjalankan semua ***
hara Rattin dengan sepenuh hati pesan Dulakkap dengan ketat ka- Cah, tas, cah, taskatas.
dan jiwa-raganya. Sepuluh telur rena dukun itu memang sakti. Du-
ayam kampung, jahe, dan madu Saksikanlah lenggak-lenggok
lakkap mampu membuat wajah
adalah santapan wajib Rattin Rattin dalam iringan saronen dan
sapi buruk rupa sekali pun terli-
yang tak pernah terlambat diberi- senandung kèjung . Rattin yang
hat cantik hingga dukun itu men-
kan. Santap juga tak pernah terlu- memang terlatih dan terus di-
jadi rebutan para pemilik sapi,
pa membacakan mantra-mantra latih berlenggang dalam lingka-
mulai dari Madrusin dan Martai
pengasihan dari Dulakkap. Dan ran orang-orang yang menikma-
hingga Sullam. Tetapi Santap tak
setiap malam Jumat ia melulur ti gerakannya yang gemulai tak
ingin Rattan diduakan sehingga
Rattin dengan bedak kuning dan ubahnya tarian tandak. Dentin-
ia tak keberatan memanjakan Du-
air kembang agar sapi sono’-nya gan kalung, gemerincing gelang
lakkap. Setiap kali Santap men-
tetap wangi bila tiba saat dikon- kaki, dan kilauan pernak-pernik
gunjungi Dulakkap, pastilah tidak
tes. saat diterpa cahaya serungking
dengan tangan kosong. Minimal,
membuat Rattin tampak semakin
Karena itulah Santap yakin ia akan membawakan Dulakkap
memesona.
bahwa dalam setiap kontes kecan- sekarung jagung, atau ikan pin-
tikan sapi, Rattin akan tampil me- dang, atau berpuluh-puluh buah Samlohai….
P U S A T N O . 11/20 1 5 17
Taman
Kuburan yang biasanya senyap itu istrinya agar segera menyiapkan Dulakkap, yang merasa nama
seketika hingar oleh bunyi saronen pakan Rattin, atau memanggil baiknya sebagai dukun terancam,
dan lenguhan Rattin. orang-orang untuk ikut berpes- tak mau berendah diri dan balik
Tak ada yang menyangka ta di rumahnya, atau meminta menantang, “Aku siap jadi murid-
bahwa Rattin akan menyeruduk orang-orang segera menyingkir, mu kalau kalah.”
Santap hingga pemilik sapi itu ja- atau menyuruh Labang meniup “Baik,” seru Madrusin, “uca-
tuh terpelanting. Kepala Santap saronen dan meminta Dulakkap panmu akan terbukti.”
membentur sebongkah nisan dan membacakan mantra.
Ucapan Madrusin itu terus
darah meleleh dari lukanya. Du- “Santap kesurupan,” kata Du- terngiang hingga membuat Du-
lakkap merapal mantra dengan lakkap. lakkap semakin gelisah. Berka-
terburu-buru. Labang berhenti *** li-kali ia memejamkan mata dan
meniup saronen. Santap terkapar, mencoba bertapa, tetapi bayangan
mendesis, dan mengigau: “Res- Dini hari itu Dulakkap gelisah.
Madrusin terus mengganggunya.
tu leluhur. Restu leluhur. Besok, Santap, yang sudah dibawa pulang
Dulakkap bangkit dan menengok
besok. Untung.” ke rumah Dulakkap dan dibaring-
Santap. Labang dan Marfuah, istri
kan di sebuah tempat tidur, terus-
Rattin tak menghiraukan ke- Santap, sudah lelap di dekat tem-
menerus mengigau. Mantra-mantra
kacauan di kuburan itu. Ia melang- pat tidur.
Dulakkap tak mampu mengembali-
kah gontai keluar dari kuburan. Sebuah irasat menyergap Du-
kan kesadaran pemilik sapi sono’
Dulakkap mencegah Labang dan lakkap tiba-tiba. Ia merasa harus
itu. Kesal, Dulakkap keluar dan du-
para penonton yang ingin menang- berangkat ke rumah Santap seke-
duk di teras. Dan tiba-tiba saja du-
kap sapi itu. tika itu juga. Ia tak melawan ira-
kun itu teringat Madrusin, pemilik
“Biarkan. Rattin hanya ingin sapi sono’ saingan Santap. satnya dan sebentar kemudian ia
pulang ke kandang,” kata Dulak- telah berjalan bergegas menuju
Dulakkap ingat, Madrusin per-
kap sambil merawat Santap yang rumah pemilik sapi sono’ itu. Se-
nah memintanya terlibat dalam
masih terkapar. “Silakan kalian makin dekat dengan tujuan, Du-
penyiapan sapi sono’ milik Mad-
pulang. Ritual sudah selesai.” lakkap mempercepat langkahnya.
rusin. Saat itu Dulakkap menolak.
Para penonton dan pengikut Ia tak tahu ke mana tujuan akhir
Madrusin menjadi berang, lalu be-
setia Santap tak berani memban- yang ditunjukkan irasat itu, tetapi
rani menantang, bahkan bersum-
tah perintah Dulakkap. ia terus berjalan.
pah tak akan membiarkan sapi mi-
Santap masih saja mengigau. lik Santap menang. Tak jauh dari kandang, Dulak-
Ia bicara sendiri dengan kalimat- kap mendengar suara kemerisik
“Bukan Madrusin kalau ka-
kalimat tak jelas. Ia meneriaki yang aneh dari dalam kandang.
lah!”
Tanpa ragu-ragu Dulakkap berlari
menuju kandang. Semakin dekat,
semakin jelas suara kemerisik itu,
diiringi dengus nafas seseorang
Mahwi Air Tawar, lahir di Pesisir Sumenep, Madura, 28 Oktober 1983. dan lenguhan lemah Rattin. Keti-
Penyair dan cerpenis. Alumni Majelis Sastera Asia Tenggara (Mastera).
ka Dulakkap membuka pintu kan-
dang, ia melihat seorang laki-laki
Buku kumpulan cerpen tunggalnya Mata Blater (Matapena-LKiS-2010),
Karapan Laut (KOMODO BOOKS-2014), Beberapa Karya Cerpennya per- lelaki sedang menjantani Rattin
nah dimuat di media massa Kompas dan media lainnya. diterangi lampu sumbu yang re-
dup.
“Madrusin!” bentak Dulak-
kap.***
Rimba Gigantik
Cerita PendekLintang Ismaya
R “KAKANGKU yang baik, sudilah kiranya menjawab pertanyaan saya ini, se-
perti yang sudah diketahui bersama, bahwa penemu lampu, telephone dan
mesin disel sudah bisa kita ketahui siapa pencipta kali pertamanya. Nah,
kalau pencipta sajak atau puisi, sipakah yang kali pertama menuliskan-
nya di dunia? Hanya ini inti pertanyaan dari saya dan sebagai tambahan
pertanyaan, menurut Kakang sendiri de inisi sajak itu apa? Sebab, setiap
saya membaca sajak, senantiasa bulu kuduk berdiri, seolah lemas di pucuk
ektase!”
Dik Ayu nan kenyem-kenyem, inboxmu sudah saya baca dengan sem-
purna. Jujur, saya jadi isin sendiri, kala semuanya berkalang fatamorgana.
Tak bisa saya jawab dengan tegas, tentang siapa yang kali pertama menulis
sebuah sajak di bumiNya. Bahkan, di zaman Rasul pun sudah ada, mereka
menempelkan syair-syairnya di dinding Ka’bah. Di zaman Musa as, pun
yang mampu menandingi tongkatnya menjadi ular, ada juga. Boleh dika-
ta, ahli syair dan ahli sihir, sebagai penyeimbang dari mukzizat, mengapa?
Seperti-itulah keseimbangan kosmos tercipta. Baik-buruk. Tinggi-pendek.
Putih-hitam. Siang-malam dan lainnya. Itulah, mengapa ada gambaran ka-
lam Asy-syua’raa yang dikitabkan untuk ditafakuri. Dan harus diakui oleh
semua, senyatanya bermula dari adanya kerasulan atas rahmatNyalah, kau
dan aku bisa mengenal ragam ilmu pengetahuan di bumiNya nan fana ini,
dan sebagai ilustrasi sederhananya seperti ini; adanya mengenal makna
iri, ketika kita merasa tak mampu yang dibalut cemburu. Adanya menge-
nal makna kuat, ketika sudah mengalami makna lemah. Adanya mengenal
makna memiliki, ketika kita merasa kehilangan.
P U S A T N O . 11/20 1 5 19
Taman
Dari rasa kehilangan itulah—si-
fatnya kian melebar. Sebab dengan
adanya itrah yang bernama rasa di
sebalik dada kita, yang terkadang
bisa sesak dan seolah nyeri dalam
nafas—disanalah insan jadi bisa
banyak mengenal ragam pertarun-
gan dalam memaknai hidup dan
kehidupan di ardhiNya. Hal inilah,
bagi saya menjadi sebuah perenun-
gan untuk terus meningkat ke tubir
ektase. Dari puncak bathin inilah,
sesungguhnya pendakian itu mulai
berjalan, mengapa? Sebab, sebuah
karya apa pun itu bentuknya, lahir
dan tercipta dari pecahnya konvensi
di masyarakat, dimana karya terse-
but menjadi penanda si-penulisnya
dan boleh dikata; subjektif sifatnya.
Dari rasa subjektif itulah, sajak
atau puisi mulai dituliskan. Seperti
Sutardji bilang: sebuah tulisan bisa
disebut puisi kalau diniatkan penu-
lisnya sebagai puisi. Tetapi, subjektif ping si-penyairnya boleh jadi pem- Dalam perjalanan membaca se-
yang diolah dan boleh jadi adanya bendaharaan kata yang tersimpan buah sajak, seolah kau tengah meli-
daya reka nan cukup kuat. Kemu- di keropak ingatannya terbatas. hat begitu banyak klip atau lukisan
dian, daya reka kian memanjang Boleh jadi, sulit diungkapkan. Pada yang tengah digambarkan si-penyair-
imajinasi, untuk terus dikembang- akhirnya, ego si-penyair tetap saja nya. Jadi, sajak itu seolah gambaran
kan menjadi rajutan vocal dan kon- terbawa, walau pun sifat teks itu uni- lukisan yang membentang panjang
sonan yang melahirkan ungkapan versal, ketika sudah menjadi bangu- dalam benak si-pembacanya. Ada
kias, metaphor atau bahasa igu- nan utuh sebuah sajak. Secara tanpa yang mampu menggiring si-pem-
ratif. Dan boleh jadi, sebuah sajak disadari, ada bocoran biogra inya baca ke puncak katarsis walau pun
yang sudah menjadi itu gabungan walau pun sebesar biji zarrah. hanya beberapa saat saja sifatnya,
dari kalimat yang merajut metap- Dari biji-biji rasa yang direnung- tak permanen dan boleh jadi tem-
hor. Tetapi, tidak semua sajak di- kannya, tumbuhlah hahikat pohon porer lebih dominan. Ada pula yang
tuliskan seperti itu, banyak ragam bahasa untuk kemudian ditulis- tak memberi daya kejut apa-apa. Itu
dan jenisnya, bergantung selera. tuangkan pada yang bernama kata, semua disebabkan—boleh jadi si-
Dari selera dan jenis itulah, pi- frasa, klausa, kalimat yang menja- penyair dan si-pembacanya punya
kiran kian mengembang; mengolah di utuh dalam satu-kesatuan pa- empirik nan sama dan bersebalik-
rasa pengalaman empirik—baik ragraph. Paragraph demi paragraph kan—tak sama dalam pengalaman
empirik murni, maupun emprik te- dirakit-susunkan, seolah tengah empiriknya. Dari rasa sebaliknya;
rapan. Disinilah kerja penyair itu membuat perahu yang kemudian di- maka, bisa jadi efeknya takkan bisa
mulai diribetkan, sebab tidak semua layarkan ke seberang laut pikiran si- melahirkan daya kejut dan sebuah
pengalamannya tak bisa dibaha- pembacanya. Renungan inilah yang sajak—menjadi tak ubahnya seong-
sakan. Memilah bahasa yang bisa boleh jadi melahirkan bulu-kuduk- gok sampah bagi si-pembacanya.
mewakili pengalamannya sangat mu berdiri, ketika tamat atau tengah Sejatinya hakikat sampah, ha-
sulit untuk ditindak-lanjuti. Disam- dalam perjalanan membaca. rus dibuang dan dibersihkan. Se-
P U S A T N O . 11/20 1 5 21
Taman
nya tidak perlu modal, seperti para ia bisa membuat benci menjadi Lagi dan lagi: lagi-lagi aku tu-
pengusaha. Tidak dan tak. Teta- cinta. Sebab ia bisa merangkum pi- lis sajak sebagai wakil dari rupaku
pi penyair bisa menjadi apa saja kiran dalam ragam cuaca. Sebab ia yang lain, layaknya sembilan puluh
dengan penanya: ia bisa menjadi bisa meruntuhkan sebuah rezim. sembilan namaNya, yang memuat
ekonom. Bisa menjadi aristokrat. Sebab ia bisa berdaulat dalam mak- ragam itrah dalam wujud kepri-
Bisa menjadi politisi. Bisa menjadi lumat yang santai. Kupilih sajak se- badian; tetapi, pribadiku tak bisa
doktor. Bisa menjadi bromocorah. bagai palung yang menampung se- pecah dalam doble karakter. Aku
Bisa menjadi birokrat. Bisa menjadi mua gelombang perih dan lukaku. adalah aku yang hanya mengerti
ilsuf. Bisa menjadi babu. Bisa men- Kupilih sajak sebagai jalan menuju makna paku yang bisa menempel-
jadi ulama, selayaknya aktor di atas rumahNya. Kupilih sajak sebagai te- kan dua benda menjadi satu. Selay-
panggung, jika tengah berperan. timangan rasaku. Kupilih ia, seperti aknya lem yang bisa merekat dalam
Tetapi penyair bukanlah aktor: ia kau yang memilihku. Kupilih sajak merapat hak sepatu. Ya, detakku
adalah peretas nafas zaman. dari semua jenis Teks yang terbaik. seolah sepatu yang senantiasa te-
Seperti hari-harimu yang kian Ya, hanya sajak yang mampu manimu, kemana pun kau melang-
piawai menjengkal peta tubuhku. menampung ragam riak musim kah pada banyak ruang dan peris-
Dik Ayu, sebelum rampung di nafas yang pernah singgah di bathinku: tiwa. Tetapi, aku bukanlah yang
bujur, aku pun ingin meminangmu selayaknya Inul, masih saja dengan bisa kau injak sebagaimana kau
dengan segera. Tetapi, dana dari goyang ngebornya. Seperti Ahok suka, sebab sajakku berjenis zakar.
daya sajakku untuk kali ini hanya yang tak pernah letih memamer Dan selayaknya hakikat kelahiran
mampu membeli sebungkus nasi marahnya, seolah Melinda Dee yang yang berkelamin lelaki: tetap saja
rames dan berbatang rokok. Walau merasakan nyeri di dadanya: harus pemimpin di denyut nyaring sadar-
demikian, aku tetap bakal menu- dioprasi. Ya, harus dioprasi para bi- mu.
lis sajak. Sebab sajak bagiku, nafas rokrat yang korup, biar bisa selaras Duhai Dik Ayu, sekali lagi aku
nurani. Sebab sajak bagiku, anak dalam melayani ragam kebutuhan bertanya kepadamu: yakinkah kau
batin yang suci. Sebab sebuah sajak rakyat di segala sektor. ingin jadi makmumku dengan anak
bagiku lebih besar nilainya ketim- Tapi teks sajak bukan semba- bathin sajak-sajak memoar? Sebab
bang dari penghargaannya. Dalam rang oprasi, bagi yang membacanya. penyair bukan untuk disakiti dalam
kenyataan seperti ini, masih tetap- Sebab sebuah sajak bisa membong- khianat bulan merah darah. Sebab
kah kau ingin berumah di ruang ha- kar tuntas hati kau dan aku dari tiap penyair adalah kepastian dalam
tiku—duhai Dik Ayu? kelam cahaya dengan pelan dan pas- mengolah rasa hidup dan kehidu-
Kupilih sajak untuk menulisi ti. Kini tak ada yang bisa aku sem- pan di ardhiNya! []
kenyataan, bukan gemar beternak bunyikan lagi di hadapanmu: seperti
gibah. Kupilih sajak guna melawan sepi pesakitan yang mutlak terbukti Catatan
lupa, biar ingatan mekar seluas salah, menunggu putusan hakim: 1
wajit kacang: istilah yang dibuat sendiri,
cakrawala. Kupilih sajak sebagai “Ya, penjarakanlah aku di hatimu pengganti alat kelamin wanita
2
gajah purba: istilah yang dibuat sendiri,
kendaraan jiwaku, sebab ia bisa dengan segera, biar kian nyaman
pengganti alat kelamin pria
melahirkan sebuah Negara. Sebab debur darahmu!” desakmu.
LINTANG ISMAYA, salah satu nama pena yang dipakai oleh Doni Muhamad Nur, lahir di Ta-
sikmalaya pada tanggal 01 Oktober 1979. Alumni STSI Bandung pada jurusan Teater. Sempat
kuliah kelas paska sarjana di IKJ Jakarta, program Kajian Industri Budaya dan Urban. Disam-
ping menulis puisi, menulis juga cerpen, esai, artikel, reportase, novel, naskah drama, ske-
nario film indie dan sitkom. Sesekali menyutradarai teater, videoclip, companyprofile, dan
sitkom. Kini aktif dan bergiat di DoManagemenTeater Kota Tasikmalaya yang didirikannya.
Di samping itu, bergiat juga di Sanggar Sastra Tasik (SST) Kota Tasikmalaya dan di Komunitas
Sastra Lingkar Selatan (KSLS) Bandung.
Daging kita satu arwah kita satu wacana utama? Apakah relijiusitas dunia yang menggunakan latar-la-
Walau masing jauh sudah tidak lagi dianggap sebagai tar tersebut.
Yang tertusuk padamu berdarah pencapaian yang sangat sulit dan Pada tulisan ini, saya akan lebih
padaku hanya menjadi komoditi ekono- memfokuskan pada tataran relijiu-
mi saja? Tentu saja pertanyaan- sitas sebagai bangun puisi penyair-
—Sutardji Calzoum Bachri, Satu pertanyaan tesebut hanya menjadi penyair dunia terutama penyair di
kegelisahan saya saja dan bukan Indonesia. Tema-tema religi san-
menjadi pokok pembicaraan esai gat bertautan erat dengan puisi li-
ini. Pada esai ini saya hanya akan ris. Puisi-puisi liris menampilkan
mendedah relijiusitas dalam per- pengalaman-pengalaman individu.
1. puisian dan mencoba memerikan Pengalaman-pengalaman tersebut
P U S A T N O . 11/20 1 5 23
Telaah
seakan-akan hanya dimiliki oleh kita anggap seperti itu pula, Rilke mencernakan ususku
salah satu agama saja seperti yang mampu membawa kita ke dalam Kuterjemahkan ususku ke dalam
sekarang terjadi di Indonesia. Lalu alur pengalamannya dalam kede- ususmu
apa sebenarnya relijiusitas itu? katan terkadap Sang Pencipta. Aku Kalau kelaminmu belum bilang
kelaminku
lirik dalam puisi tersebut seolah-
Aku terjemahkan kelaminku ke
olah menganggap dirinya adalah dalam kelaminmu
2. satu dengan Sang Pencipta. Kata
‘seolah-olah’ bisa diartikan seba- Daging kita satu arwah kita satu
U ntuk menjawab pertanyaan
tersebut, saya akan mengutip
beberapa puisi dari penyair dunia
gai imajinatif. Aku lirik mempunyai
tubuh satu dengan ‘mu’. Tak ada
Walau masing jauh
Yang tertusuk padamu berdarah
jarak yang membatasi antara mere- padaku
maupun Indonesia. Puisi yang perta-
ka bahkan sekalipun indera-indera
ma adalah puisi Rainer Maria Rilke. 19795
diberangus aku lirik tetap dapat
Padamkan Mataku merasakan kedekatan dengan Sang
Puisi Sutardji bertahun 1979,
Pencipta melalui darahnya. Kondisi
Meski kau padamkan baa di berjarak 80 tahun dengan puisi Rilke
tanpa jarak tesebutlah yang menja-
mataku: aku masih melihatmu, dan tentu saja berjarak kebudayaan
di catatan tersendiri. Manusia da-
Sumbatlah rapat telingaku: aku dan jarak yang terlampau jauh anta-
pat memosisiakan dirinya dengan
masih mendengarmu, ra Indonesia dengan Jerman. Hal ini
Tanpa kaki aku masih sanggup Sang Pencipta tanpa jarak, tanpa
menunjukkan bahwa latar relijiusi-
mendatangimu, ruang dan waktu yang dapat mem-
tas memang mampu menebas jarak,
Mulut tiada aku masih dapat berikan jeda atau hubungan antara
ruang, dan waktu. Latar relijiusitas
memanggilmu. Tuhan dengan hamba saja atau is-
terbukti bersifat universal.
Potonglah lenganku, aku masih tilah manusianya adalah tuan den-
sanggup memegangmu gan budak. Hal tersebut juga teda- Dalam puisi Tardji, kesatuan
Dengan jantungku yang tangan, pat dalam puisi Sutardji Calzoum dengan Sang Pencipta juga kental
Hentikan jantungku, maka
Bachri yang berjudul Satu. sekali. Daging kita satu arwah kita
otakku akan berdetak, satu/ walau masing jauh/ yang
Dan jika kau sulut otak itu, tertususk padamu berdarah pada-
Satu
Kau bakal kupanggul dalam
ku. Walaupun kondisi sebenarnya
darahku Kuterjemahkan tubuhku ke manusia dan Sang Pencipta mem-
dalam tubuhmu
18994 punyai jarak yang jauh bahkan tak
Ke dalam rambutmu
kuterjemahkan rambutku bisa dijelaskan dengan ilmu, ma-
Dalam puisi tersebut, Rilke me- Jika tanganmu tak bisa bilang nusia dan Sang Pencipta terbuk-
nulis dengan gaya liris. Hubungan tanganku ti mempunyai kesatuan yang tak
manusia dan manusia atau manu- Kuterjemahkan tanganku ke berjarak. Aku lirik dalam puisi ini
sia dengan Tuhan sangat disamar- dalam tanganmu menyatakan bahwa dirinya bisa
kan. Sejenak kita akan menangkap Jika lidahmu tak bisa mengucap menjadikan apa yang dirasakan
bahwa puisi tersebut mengung- lidahku oleh ‘mu’ juga dirasakannya. Bah-
Ku terjemahkan lidahku ke
kapkan hubungan manusia den- kan yang tertususk padamu berda-
dalam lidahmu
gan manusia dengan intrik percin-
Aku terjemahkan jemariku ke
rah padaku. Rasa yang begitu dekat
taan yang khas. Namun, jika ditilik dalam jemarimu dan menyatu padu tanpa ada jarak
secara seksama, puisi tersebut Jika jari jemarimu tak bisa sama seperti dengan puisi Rilke.
mengungkapkan religi yang kenta- memetikku
ra. Coba kita ibaratkan ‘mu’ dalam Ke dalam darahmu
puisi tersebut sebagai ‘Mu’. Tanpa kutejemahkan darahku
Kalau darahmu tak bisa 5
Sutardji Calzoum Bachri, O Amuk Ka-
mengucap darahku
4
R.M. Rilke, Padamkan Matamu, Jakarta: pak, Jakarta: Yayasan Indonesia dan Ho-
Jika ususmu belum bisa rison. 2002.
Horison. 2003.
P U S A T N O . 11/20 1 5 25
Telaah
beribadah digambarkan telah ter- Yang kita rasakan ketika mem- peduli lagi apakah berasal dari
bakar oleh kesunyian yang menye- baca sajak tersebut adalah semacam sumber jauh dalam tanah yang
babkan nyala rindu.Tentu saja hal cerita. Cerita tentang perihal keada- dulu pernah dibayangkannya ka-
ini menimbulkan suasan khusuk an kolam setiap hari. Namun, kolam dang bagai silangan garis-garis
lurus, kadang bagai kelokan tak
saat aku lirik menggambarkan su- yang hanya biasa-biasa saja mampu
beraturan, kadang bagai labirin.
rau yang begitu sepi hingga me- diramu oleh Sapardi dengan meng-
nimbulkan nyala rindu atau dengan hidupkan beberapa hal yang biasa Ia kini dunia
kata lain cahaya rindu. Pertanyaan menjadi luarbiasa. Kolam bagaikan
akan timbul, seperti apakah warna dunia yang di dalamnya banyak ter- Tanpa ibarat.9
cahaya kerinduan itu? Sunyi dan dapat makhluk yang saling bersin-
Pada proses selanjutnya, ‘ia’
perenungan tentu saja membuat ggungan. Kolam adalah kehidupan.
hanya memahami tentang ihwal di-
tataran relijiusitas menjadi intens, Tentu saja ‘ia’ menjadi hal yang ter-
rinya, ihwal penciptaannya. ‘Ia’ tak
melalui sunyi dan perenungan Acep perikan dalam puisi tersebut. ‘Ia’
lagi menanyakan, tak lagi mencari.
mampu menggambarkan cahaya menjadi subjek yang menjalankan
Pada akhirnya ia hanya memahami.
rindu yang sebenarnya kasat mata cerita. ‘Ia’ menjalani sebuah proses
Sebuah pengalaman religius: me-
melalui pengalaman religinya. panjang sebelum dibusukkan oleh
nanyakan, mencari, dan memahami.
Lain halnya dengan Acep, Sapar- ‘zat’ lain. ‘zat’ itulah yang menjadi
kunci puisi Kolam di Pekarangan Dua puisi tersebut mempunyai
di lebih memosisikan lanskap seba-
Sapardi. ‘Ia’ membayangkan ‘zat’ kesamaan pengalaman religius, na-
gai metafora yang tersembunyi tidak
yang membusukannya kelak bu- mun mempunyai perbedaan dalam
sebagai perbandingan satu sama lain.
kanlah matahari, bukanlah angin, hal cara. Jika Acep lebih memilih
Hal ini termaktub dalam puisi Kolam
tapi oleh ‘Siapa’ yang purba yang pada pengalaman indrawi dan pe-
di Pekarangan. Saya akan mengutip
tak terlekang oleh ruang dan waktu. ribadahan, Sapardi lebih intens
beberapa saja dari puisi tersebut.
Kisah ini mengingatkan saya pada dengan menanyakan, mencari, dan
[…] Ada sesuatu yang dirasakan- kisah-kisah tentang penyembahan memahami.
nya hilang di hari pertama ia ter- matahari dan angin, dan kemudian
baring di kolam itu, ada lembab disadarkan oleh sang pembawa pe-
angin yang tidak bisa dirasakan-
nya lagi di dalam kepungan air
san atau nabi untuk menyembah 4.
Sesuatu yang Purba atau Tuhan. Te-
yang berjanji akan membusu-
kannya segera setelah zat yang
dikandungnya meresap ke pori-
tapi, apakah Tuhan adalah sesuatu
yang purba? Jika menilik segala
P engalaman lain dalam ihwal
relijiusitas adalah pengalaman
harapan dan doa. Dalam beberapa
porinya. Ada gigil matahari yang penciptaan di dunia berawal dari puisi harapan dan doa menjadi se-
tidak akan bisa dihayatinya lagi Tuhan, memang benar bahwa Tu-
yang berkas-berkas sinarnya suka
macam obat kerinduan pada Sang
menyentuh-nyentukan hangatnya
han adalah ihwal yang purba. Kem- Pencipta. Ada beberapa penyair
pada ranting yang hanya berbi- bali pada pembahasan Kolam di Pe- yang mengabadikan doa dan hara-
sik jika angin lewat tanpa men- karangan, ‘Ia’ menjadikan dirinya panya atau keinginannya. Yang per-
gatakan apa-apa. Zat itu bukan ber ikir tentang ‘zat’ yang akan me- tama adalah Chairil Anwar. Chairil
matahari. Zat itu bukan cahaya leburkannya, saat ‘ia’ merasakan Anwar yang terkenal meledak-ledak
matahari. Zat itu menyebabkan- angin dan matahari bukanlah ‘zat’
nya menyerah saja pada air yang
dalam puisi-puisinya pada akhirnya
tak bisa behenti bergerak karena
tersebut dan menemukan ‘zat’ yang mengalami pengalaman yang tera-
ikan-ikan yang di kolam itu dipe- sebenarnya hal tersebut merupa- mat menekan-nekan hingga ke ulu
ringatkan entah oleh Siapa dulu kan pengalaman religius. Mencari. hatinya. Pengalaman tentang kerin-
ketika waktu masih sangat purba duannya pada Sang Pencipta. Puisi
untuk tidak pernah tidur.[…]8 […] Ia tak peduli lagi apakah be- yang menggambarkan kerinduan
rasal dari awan di langit yang ka- tersebut adalah Doa.
dang tampak bagai burung kadang
8
Sapardi Djoko Damono, Kolam, Jakarta: bagai gugus kapas kadang bagai
Editum.2009. langit-langit kelam kelabu. Tak 9
Ibid.
Doa Pada puisi tersebut, Chairil se- spritualitas aku lirik. Spiritualitas
kepada pemeluk teguh perti berada pada titik sunyi pere- yang terbangun karena sunyi, re-
nungannya. Ia mengalami keadaan nungan, dan doa.
Tuhanku parakdosial. Ia sempat merasa di-
Dalam termangu Doa menampilkan kegelisahan-
kutuk-sumpahi eros dan mengemba- kegelisahan manusia yang ingin
Aku masih menyebut namaMu
ra serupa Ahasveros. Pada akhirnya, kembali mendekatkan jarak yang
Biar susah sungguh ia mengalami titik balik pengem- sudah lama berkarat. Dibutuhkan
mengingat Kau penuh seluruh baraannya. Dan tentu saja merasa kehendak dan kesadaran kuat untuk
asing. kembali merekatkan jarak tersebut.
cayaMu panas suci
tinggal kerdip lilin di kelam Kerinduan aku lirik dalam pu- Puisi lain yang mempunyai
sunyi isi doa merupakan kerinduan yang keinginan kuat adalah puisi Sapar-
sangat intim dan berjarak. Aku lirik di, Aku Ingin. Mungkin Aku Ingin le-
Tuhanku
merasakan jarak yang kekal dan bih dikenal sebagai puisi cinta antar
aku hilang bentuk dirinya berada pada ruang terjauh. sesama manusia. Cinta yang begitu
remuk Sunyi. Perasaan sendiri, sunyi, dan sederhana dan kental. Puisi Aku In-
rindu menyebabkan aku lirik me- gin lebih tepatnya adalah puisi ten-
Tuhanku
rasakan kehadiran Tuhan meski- tang keinginan bukan tentang cinta
aku mengembara di negeri asing
pun dengan Tuhan masih ada pintu yang terlampau sederhana.
Tuhanku yang coba ia ketuk. Kerinduan akan
di pintumu aku mengetuk kehadiran Tuhan seakan-akan me- Aku Ingin
aku tidak bisa perpaling maksa aku lirik untuk bersimpuh
dengan kondisi yang payah penuh Aku ingin mencintaimu dengan
194310
compang-camping atau penuh dosa. sederhana
Aku lirik sadar dirinya berjarak dan Dengan kata yang tak sempat
ia ingin sekali menjadikan jarak diucapkan kayu
10 tersebut alpa dan menyatu dengan Kepada api yang
Chairil Anwar, Aku Binatang Jalang, Ja-
menjadinkannya abu
kata: Gramedia Pustaka Utama. 2005 Tuhan. Puisi doa juga menampilkan
P U S A T N O . 11/20 1 5 27
Telaah
Aku ingin mencintaimu dengan Puisi Chairil dan Sapardi, meng- walau huruf habislah sudah
sederhana hadirkan pengalaman religius men- ali bataku belum sebatas allah
Dengan isyarat yang tak sempat genai keinginan yang intens dan
disampaikan intim kepada Sang Pencipta. Keingi- 197912
Awan kepada hujan yang
nan tersebut membuat adanya jarak
menjadikannya tiada
atau jeda antara manusia dan Sang Dilihat sepintas pun, puisi Su-
198911 Pencipta. Namun, jarak itu pulalah tardji tersebut sudah begitu kental
yang menjadikan kedekatan antara dengan unsur-unsur relijiusitas.
Memang secara sepintas, pui- manusia dan Sang Pencipta menja- Penyebutan kata allah dan tuhan
si Aku Ingin, terlihat seperti puisi di begitu kentara dan terasa. Secara menjadikan penanda yang begitu
cinta remaja yang centil atau gom- kasat mata, Puisi Chairil memang jelas pada arah religius. Yang men-
bal. Pola ulangan pada kedua bait terlihat lebih intim hubungan anta- jadi unik adalah bait pertama dan
puisi Sapardi kali ini, memberikan ra hamba dan Sang Pencipta karena bait terakhir. Pada kedua bait te-
nilai tekanan pada klausa aku ingin penggunaan dan pilihan kata sud- sebut aku lirik pada sajak tersebut
mencintaimu dengan sederhana. ah sangat terang sekali sedangkan sudah mempunyai kerelaan dan
Kunci dalam membongkar puisi ini pada puisi Sapardi, hubungan anta- kesadaraan yang begitu kuat. Pada
ada pada frase aku ingin. Frase aku ra hamba dan Sang Pencipta lebih bait pertama disebutkan, walau
ingin merupakan simbol dari doa disamarkan sehingga terkesan tidak penyair besar/ takkan sampai se-
atau harapan. ‘mu’ dalam puisi te- begitu intim hubungan tersebut. batas allah. Hal ini menunjukkan
sebut memang sengaja disamarkan sebesar apapun setiap pencapaian
untuk lebih memberikan pemakna- seorang penyair atau katakanlah
an yang beragam dari puisi tersebut. manusia, takkan mampu mengalah-
5.
Pada puisi tesebut aku lirik memiliki kan kebesaran Sang Pencipta. Pada
keintiman yang berbeda dengan aku
lirik pada puisi Chairil, jika pada pu- P ada bagian kelima ini, pengala-
man religius yang sering dijadi-
kan bahan bagun puisi dalam penu-
bait terakhir, walau huruf habislah
sudah/ alifbataku belum sebatas al-
isi Chairil, keinginan untuk bertemu lah. Pada bait terakhir ini, metafora
dan menyatunya begitu kuat sekali, lisan puisi adalah kesadaraan dan
muncul sebagai perbandingan den-
pada puisi Sapardi, keinginan terse- kerelaan. Untuk lebih memberikan
gan bait pertama. Pada bait itu pula
but seperti hanya dalam permukaan gambaran akan kerelaan, saya akan
penegasan kerelaan dan kesadaran
saja. Tapi pada puisi Sapardi, keingi- mengutip penuh puisi Sutardji yang
lebih halus. Seorang penyair walau-
nan tersebut menjadi intens karena berjudul Walau.
pun huruf-huruf dan kata-katanya
adanya pola ulangan yang menekan- sudah mencapai titik yang puncak
kan pada keinginan tersebut. Pada Walau takkan mampu melampaui huruf
puisi Sapardi, aku lirik ingin sekali yang menyusun kata Allah. Bahkan
menyederhanakan hubungan cinta walau penyair besar
jika diibaratkan huruf-huruf yang
antara hamba kepada Sang Pencip- takkan sampai sebatas allah
dikeluarkan oleh seorang penyair
ta. Aku lirik ingin sekali melebur dulu pernah kuminta tuhan hanya sebatas alifbata. Dalam abjad
menjadi satu tubuh dengan Sang dalam diri aksara arab, alifbata hanyalah seba-
Pencipta seperti kayu kepada api sekarang tak tas tiga huruf yang pertama. Sangat
dan awan kepada hujan. Kedua hu- jauh sekali jika dibandingkan hu-
kalau mati
bungan tersebut adalah hubungan ruf-huruf yang merangkai kata allah
mungkin matiku bagai batu
saling meniadakan satu sama lain— yang mempunyai kebesaran tersen-
tamat bagai pasir tamat
yang pada akhirnya akan menjadi jiwa membumbung dalam baris diri. Kesadaran dan kerelaan terse-
abu dan tiada. sajak but merupakan kesadaran yang tim-
P U S A T N O . 11/20 1 5 29
Telaah
Joko Pinurbo, kematian seperti anak tersendiri, Tuhan yang digaung-ga- narnya yang dibunuh Tardji adalah
kecil, tanpa beban sama sekali, bah- ungkan lama-lama akan menjadi sikap yang terlalu bergantung pada
kan saat menghadap Tuhan pun kita Hantu. Dua kata yang mempunyai Tuhan.
tak perlu memakai celana apapun kesamaan yaitu wujud meta isik,
cukup dengan telanjang. Ironis bu- tak telihat. Tuhan yang terlalu diga-
kan. Dalam ironis tersebut termak- dang-gadang akan menjadi Hantu 7.
tub sifat apa adanya, tanpa tendensi bagi hati manusia, tidak mau beru-
apa-apa. Hal ini merupakan kere-
laan tersendiri sebelum menghadap
saha hanya mengandalkan oleh doa
saja. Hal tersebutlah yang menjadi
R elijiusitas pada akhirnya me-
rupakan pengalaman pribadi
yang intim dengan Sang Pencipta.
Sang Pencipta. Kedekatan Tuhan tolak kritik Remy Sylado terhadap
Bukan merupakan milik komunal
dengan hamba dalam puisi Joko Pi- situasi religius di Indonesia.
masyarakat maupun agama ter-
nurbo ibarat teman permainan saat Pada Puisi Sutardji yang lain, tentu. Dan tentu saja bukan meru-
balita, jadi pertemanan yang tidak Doa, ada semacam ritual pembu- pakan barang ekonomi yang siap
membutuhkan busana apa-apa den- nuhan Tuhan untuk melepaskan dipajang bila bulan puasa tiba dan
gan kata lain apa adanya. kegelisahan atas dogmatisnya Tu- lebaran datang. Dalam pengalaman
Pada puisi Remy Sylado, juga han. Dalam puisi tersebut Sutadji individu yang sangat intim dengan
terdapat ironi yang kental dengan berdoa: Sang Pencipta tentu saja, banyak
mbeling-nya. puisi tersebut adalah jalan memperoleh pengalaman in-
Gap (Mantra). O Bapak Kapak
tim tersebut. Di dalam puisi-puisi
Beri aku leherleher panjang
Biar kutetak dunia atau tertutama di Indonesia,
Gap (Mantra) Biar ngalir darah resah pengalaman relijiusitas tidak ter-
Ke sanggup laut gambar melalui sebuah instalasi
Ya
Tuhan Mampus! kostum saja, melainkan melalui pe-
Tuhan Tuhan renungan yang setiap orang tentu
Tuhan Tuhan Tuhan Sutardji seakan menebas Tuhan saja berbeda cara. Relijiusitas juga
Tuhan Tuhan dengan kapaknya biar keresahan bersifat universal, tidak berbeda
Tuhan dalam darah bisa dikeluarkan bisa dari tahun ke tahun, dari budaya ke
Tu mengalir ke laut sehingga keresahan budaya, barat maupun timur.
Han itu hilang satu per satu tidak lagi ber- Melalui pembacaan beberapa
Tu
diam pada darah. Membunuh Tuhan puisi dunia dan Indonesia, dapat
Han
Tu
bukan berarti tidak religius, dengan ditarik garis merah, bahwa relijiu-
Hantu mematikan Tuhan, akan dapat ter- sitas dalam perpuisisan tidak ja-
Hantu Hantu bebas dari kungkungan imajinasi tuh pada dogmatis agama tetentu,
Hantu Hantu Hantu Tuhan, sama seperti yang dilakukan relegiusitas adalah milik pribadi
Hantu Hantu oleh Niesztche dengan menyatakan masing-masing individu. Relijiusi-
Hantu Tuhan telah Mati, kitalah yang telah tas tersebut dapat meliputi aspek
Ay membunuhnya. Maksudnya ‘imaji- kesatuan antara spiritualitas, perte-
nasi Tuhan’ adalah Tuhan yang men- muan, jarak, perpisahan, kerelaan,
Puisi Remy Sylado kali ini ber- gukung tidak melakukan apa-apa, kerinduan,perenuangan, penyatuan,
bentuk mantra. Keunikan puisi tese- seperti dalam puisi Remy Sylado, dan penolakan atas Sang Pencipta.
but adalah pengulangan-pengulan- Tuhan yang menyebabkan manu- Dan tentu saja setiap orang mem-
gan kata ‘Tuhan’ pada titik tertentu sia tidak berkembang karena hanya punyai jalan masing-masing untuk
akan menjadi ‘hantu’ pada awal pu- bergantung pada Tuhan. Maka yang mencapai titik religius dengan Sang
isi tersebut juga menggunakan kata dilakukan Tardji adalah tindakan Penciptanya tanpa adanya tenden-
yang biasa digunakan pada awal doa yang religius meskipun ia menebas si dengan pihak manapun seperti
yaitu ya Tuhan. Tentu saja ini me- Tuhan dengan kapaknya, membu- pada puisi.[]
nimbulkan tanda tanya serta ironi nuh dan menghilangkan, tapi sebe-
BRUNEI DARUSSALAM
Kesal Seorang Ayah, Cerpen Haji Magon Haji Ghafar — 40
Kemarau, Puisi Norsiah H.N — 45
Sayangku Jauh Di Bulan, Puisi Disa — 46
MALAYSIA
SINGAPURA
Kerusi, Cerpen Wan Jumaiah — 57
Akhir Riwayat Cinta, Puisi Rafaat Haji Hamzah — 60
Sandalku Milikmu, Puisi Kamaria Buang — 61
INDONESIA
Rezeki
Cerita Pendek P.H. MUHAMMAD ABD AZIZ
(Brunei Darussalam)
kah ketawanya yang satu itu disud- Itu cuma andaian-andaian saja.
ahi dengan ketawa kecil. Apakah Sangkaan-sangkaan saja. Sepanjang
Tetapi sejauh yang ketawanya itu sebuah perli atau yang kutahu dari guru-guru agama
kutahu, seumur hidupku sindiran tajam? Tapi kepada siapa? yang pernah mengajarku dulu, and-
Aku atau ibu bapa adik-adikku yang aian atau sangkaan yang seperti itu
ini ayah bukanlah seorang
masih ingusan itu? disebut ‘buruk sangka’. Sebab itu
yang mudah buruk aku tak ingin memikirkan jawapan
Sampai sekarang aku belum
sangka. Aku tidak pernah menemukan jawapnnya meskipun bagi soalan itu lagi.
mendengar dia mengata aku berasa soalan itu bukan dituju- Tetapi sejauh yang kutahu, seu-
keburukan seseorang kan kepadaku atau kepada ibu atau mur hidupku ini ayah bukanlah seo-
di hadapanku, apalagi adik-adikku yang masih ingusan rang yang mudah buruk sangka. Aku
mengumpat. itu. Pernah juga aku membayang- tidak pernah mendengar dia menga-
kan jawapnnya begini:Rezeki yang ta keburukan seseorang di hadapan-
dimaksudkan itu mungkin duit- ku, apalagi mengumpat. Malah dia-
duit syilling yang dijadikan buah lah seorang pemerotes yang galak
catur dalam sesebuah sayembara. apabila aku mengatakan seuatu ke-
“APAKAH namanya rezeki yang Pencatur yang menang akan men- salahan orang lain meskipun kesala-
dicaturkan oleh manusia?” soa- dapat habuan dari duit-duit yang han orang itu betul-betul di hadapan
lan itu diluahkan oleh ayah dalam dicaturkan itu? Atau rezeki yang mata kepala kami. Aku masih ingat
keadaan yang sinis sekali. Kulihat dimaksudkan itu mungkin berupa suatu ketika dulu, pernah aku di-
air mukanya berbaur-baur. Dalam selonggok wang taruhan yang di- buyuk oleh seorang penjual kacang
senyum ada pahitnya, dalam pahit perjudikan dalam peraduan catur, goreng; harga kacang itu lima puluh
ada masamnya, dalam masam ada pencatur yang menang akan me- sen sebungkus. Aku mneyerahkan
merahnya. Tentunya yang merah raihnya? Atau mungkin juga rezeki kepadanya wang kertas seringgit.
itu amarah yang sesekali disem- itu tidak ada angkut-pautnya den- Oleh kerana dia sibuk melayan be-
bunyikan. Walau bagaimanapun ia gan permainan catur. Barangkali berapa orang pembeli, maka baki
akan tampak juga ketika menutur- rezeki itu dibahagi-bahagikan oleh wangku itu belum disungsung. Sete-
kan kata-katanya yang kerap sinis seorang hartawan kepada orang lah kesibukannya reda aku pun me-
dan mengandung berbagai erti, erti bawahannya mengkiut peringkat minta balik baki wang itu tetapi dia
yang aku kurang arif mengenainya. umur tua muda, atau mengikut se- menyangkal. Malah dia menuduhku
Dan yang paling menyeramkan di suka hatinya sahaja? Atau barang- pula cuba mempermaian-mainkan-
hujung kalimatnya yang satu itu kali rezeki itu diberikan berbeza- nya. Aku marah. Tetapi ayah dengan
disudahi dengan ketawa kecil. Apa- beza mengikut taraf kedudukan? lembut menyabarkanku. Aku yang
PH ABD. AZIZ adalah nama pena Pengiran Haji Aji bin pengiran Tahir. penerima Anugerah Pe-
nulis Asia Tenggara (S.E.A. Award) tahun 1995 ini juga pernah menggunakan nama pena Tik
Maria, Nur Arif, PH Muhammad Abdul Aziz dan Patani. Dilahirkan pada 10 Oktober 1948 ini
pernah berkhidmat sebagai Guru Pelatih pada tahun 1965 hingga 1967. Pada tahun 1987 berk-
hidmat di Dewan Bahasa dan Pustaka Brunei sebagai Pengarang. Beliau aktif dalam mengha-
silkan karya kreatif genre sajak, cerpen, novel, drama dan esei. Selain itu, karya beliau juga ada
termuat dalam antologi puisi bersama, antologi cerpen bersama, antologi puisi dan pantun
bersama, antologi haiku bersama sama ada diterbitkan dalam negara mahupun luar negara,
serta menerbitkan novel perseorangan antaranya Kenawai dari Hulu, 1998, terbitan Dewan
Bahasa dan Pustaka Brunei, dan Antologi Drama Pengiran Indera Mahkota, 1991, terbitan
Dewan Bahasa dan Pustaka Brunei. Selain penerima anugerah penulis Asia Tenggara di Bangkok, Thailand, PH. Abd.
Aziz juga banyak menerima hadiah hasil daripada mengikuti peraduan menulis yang dianjurkan oleh Dewan Bahasa
dan Pustaka dan Pusat Dakwah Islamiah. Antaranya Hadiah Pertama dalam Peraduan Menulis Sajak, 1991; Hadiah
Pertama dalam Peraduan Menulis Cerpen, 1992; dan Hadiah Perama dalam Peraduan Menuis Cerpen Sempena 10
Tahun Penubuhan Pusat Dakwah Islamiah, 1995.
LAMBAIAN PULAU
Pelumpong
HJR adalah nama pena bagi Awang Haji Jawawi bin Haji Ahmad. Selain itu, pernah menggu-
nakan nama pena Jaba dan Yushadir. Dilahirkan pada 24 Februari 1949, mula bergiat aktif
dalam bidang penulisan sejak tahun 1960. Bidang penulisan yang diceburinya adalah puisi,
kritikan sastera dan rencana umum. Hasil karyanya pernah tersiar dalam majalah Bahana, Me-
kar, Dewan Sastera, Bintang Harian, dan Radio Brunei. Pernah berkhidmat sebagai guru pada
tahun 1973 dan selepas itu sebagai Pengarang dan Pengarang Kanan di Jabatan Dewan Bahasa
dan Pustaka Brunei. Karya Haji Jawawi bin Haji Ahmad banyak dibukukan sama ada secara ber-
sama dan perseorangan antaranya Antologi Bersama Bunga Rampai Sastera Melayu Brunei,
1984, Terbitan Dewan Bahasa dan Pustaka Kuala Lumpur, Antologi Puisi Kanak-kanak bersa-
ma Merpatiku Sayang, 1985, Antologi Bersama Randau di Pulau, 1987, terbitan Jawatankuasa
Penyelenggara Dialog Borneo dan Antologi Puisi Bersama Memburu Pelangi, 1992. Manakala karya perseorangan
beliau antaranya Antologi Puisi Perseorangan Jam Meja, dan Antologi Puisi Perseorangan Lahar, 2002. Haji Jawawi Haji
Ahmad juga merupakan penerima Anugerah Penulis Asia Tenggara (S.E.A. Award) tahun 2004.
Belalong Buana.
Jika kaudatang ke sini Anjung Seri Buana, M.A. Husna, Teratak Husna dan
pasti kaudengar lagu rimba raya Jubah Hitam adalah antara nama pena yang pernah
lagunya rimba buana digunakan oleh Awang Mohammad bin Rajab. Lahir di
Kuala Belait pada 25 Jun 1961. Berkelulusan ijazah sar-
iramanya wangi raya jana sastera kepujian dalam Pengajian Melayu, Univer-
getarnya setinggi sukma ria. siti Malaya (1882-1985) dan Diploma Pendidikan, Uni-
versiti kebangsaan Malaysia (1986-1987). Sekarang
Jika kaudatang sini berkhidmat di Jabatan Sekolah-sekolah, Kementerian
datanglah datang Pendidikan sebagai Pegawai Pelajaran Kanan. Moham-
mad Rajap mula berkarya sekita tahun 1960-an dalam
datanglah dengan salam rimba
bidang puisi dan kritik sastera, kebanyakan karya be-
datanglah dengan tertib liau tersiar dalam akhbar Borneo Bulletin, Radio Brunei, Majalah Sekolah dan
datanglah dengan sopan Bahana. Karya Mohammad Rajap juga pernah diterbitkan dalam antologi puisi
datanglah dengan santun. bersama Kosovo Bilakah Langitmu kembali Biru (2000), Kembara Merdeka Dua
Dekad Meniti Usia (2004) dan Episod Tsunami:Peringatan Ilahi Sebuah Iktibar
dan Pengajaran (2005), karya perseorangan Kumpulan Puisi Gamitan Anjung
Jika kau nak turun
Sri Buana (2007), terbitan Dewan Bahasa dan Pustaka Brunei. Selain aktif ber-
turunlah turun karya, Mohammad Rajab juga merupakan seorang pendeklamator puisi yang
turunlah dengan perlahan berpotensi. Beliau pernah diundang untuk mendeklamasi puisi dalam kegiatan
turunlah dengan sopan kesusasteraan, kebudayaan, kenegaraan dan keagamaan. Di samping itu, beliau
juga sering dilantik selaku panel hakim dalam pertandingan/peraduan seper-
lalu
ti penulisan syair, sajak, pantun, pidato, bahas, nasyid, lagu-lagu dakwah koir,
kaurebahkanlah badanmu mendeklamasi puisi dan panel penilai drama tv sama ada peringkat daerah dan
ke dada lora fauna negara.
Garis Sempadan
Cerita Pendek E PIAN PRO POUL
(Malaysia)
Boon Lading Panjang pantas apa pun tak jadi,” sampuk Cau Kung
mencelah. Heng dengan nada selamba.
“Tunggu mati! Jangan
“Apa lagi aku nak kata? Ajak “Kalau kau nak lari dari orang
pindah!”. Suara keras Cau pindah semua tak mahu? Nak tunggu Melayu, Boon, ke mana kau nak per-
Boon Lading Panjang orang Melayu masuk serang kam- gi? Tanah Naro ada Melayu, Tanah
berbaur nada marah dan pung, kerat tengkuk semua orang, Tinggi ada Melayu, Tanah Rata ada
gerun. baru nak lari lintang-pukang?” tanya Melayu? Hah, nak ke mana?” Lung
Cau Boon Lading Pajang dengan Dam Pleak merenung Cau Boon La-
suara semakin lantang. ding Panjang, menunggu jawapan.
Jelas kebimbangan terpancar Cau Boon Lading Panjang terdi-
H
ujung lading panjang yang
pada wajahnya, apabila mengenang- am seketika. Dalam diam, dia men-
terselit di celah-celah kain
kan nasib yang bakal menimpa sau- gakui kata-kata Lung Dam Pleak.
pelekat lusuh di pinggang-
dara-maranya apabila dia dan ke- Tanah Lantan sama sahaja dengan
nya itu hampir-hampir mencecah
banyakan yang lain melangkah garis Tanah Naro, Tanah Tinggi atau Ta-
tanah, biarpun tubuh yang tegap itu
sempadan ke Tanah Seberang. nah Rata, orang Melayu lebih ramai
sudah cukup tinggi.
Waktu itu, semua tanah pusaka daripada orang Siam.
“Kau jangan cakap macam
Cau Boon Lading Panjang, Cau Deng “Ni... kampung kita ni.” Lung
tu Boon. Ini tanah tempat tanam
Kewek, Tok Pa Suk dan ramai lagi Dam Pleak menyambung sambil
tembuni aku! Tanah tempat tanam
sudah dijual kepada sanak sauda- menuding telunjuk kasarnya ke
tembuni kau! Tanah tempat tanam
ra yang masih berkeras tidak mahu bumi. “Kampung Padang Siam, be-
tembuni nenek moyang kita!” san-
berpindah, malah banyak juga tanah rapa puluh buah rumah saja Siam?
ggah Lung Dam Pleak, ayah Cau
pusaka itu yang sudah jatuh ke tan- Semuanya Melayu duduk sekeliling.
Muak Kong yang kelihatan marah
gan orang-orang Melayu. Semuanya Tu, yang jadi pencuri kerbau lembu
dengan kata-kata Cau Boon Lading
dijual dengan harga yang murah- tu, yang jadi perompak tu, bukan
Panjang.
murah. Yang penting, mereka da- Melayu saja, Siam pun ramai. Ka-
Tubuh Lung Dam Pleak yang pat melangkah garis sempadan ke lau nak jahat tak nanti Melayu ke
kecil dan padat itu hitam berkilat Tanah Seberang secepat mungkin. Siam!” kata Lung Dam Pleak ber-
kerana bermandi peluh. Tanah ini, bumi ini tidak ada hara- sungguh-sungguh.
“Betul kata Cau Boon tu. Aku pan cerah lagi. Sekurang-kurangnya, “Betul!” sampuk Cau Kung Heng.
setuju. Bila kami semua dah pindah itulah tanggapan mereka yang akan “Kalau nak mati di mana-mana pun
... .” lari dari tanah air sendiri. mati. Lahir tua, sakit dan mati tu
Tidak sempat Cau Deng Kewek “Mati di mana-mana pun mati. kita tak boleh lari, Boon.” Cau Kung
meneruskan kata-katanya, Cau Kalau mati ni di ikirkan sangat satu Heng cuba meyakinkan Cau Boon
Langit Meratap
MARSLI N.O atau nama sebenar Ramli Selamat, dilahirkan di Bukit Pahang, Kerteh, Terengga-
nu pada 7 Oktober 1957. Mula melibatkan diri dalam bidang penulisan secara serius pada
tahun 1975. Beliau banyak menulis dalam karya kreatif seperti cerpen, novel, puisi dan drama
pentas, di samping membuat resensi buku dan rencana yang disiarkan oleh Dewan Bahasa
dan Pustaka serta penerbitan luar. Beliau pernah mendapat beberapa anugerah sastera da-
lam genre puisi dan cerpen. Antaranya puisi “Negeri Ini, Anak” yang memenangi Hadiah Puisi
Kebangsaan Esso-Gapena pada tahun 1989, puisi “ Begitu Kata Malam” yang meraih Hadiah
Sastera Perdana Malaysia 1997/1997 serta puisi “Saling” yang memenangi Hadiah Sastera
Perdana Malaysia 2013.
Nama sebenar
ABDUL RAZAK BIN
OTHMAN. Lahir di
Abdul Razak bin Othman (Malaysia)
Kampung Tendong,
Pasir Mas, Kelantan
(Puisi ini memenangi Hadiah Sastera Perdana Malaysia 2013 Beliau juga pernah muncul naib johan
Sayembara Deklamasi Puisi sempena Bu-
Kategori Puisi Eceran)
lan Bahasa Kebangsaan (BBK) peringkat
negeri Kelantan tahun 2009. Menganggo-
tai Persatuan Penulis Kelantan (PPK) dan
dilantik sebagai Setiausaha 2. Beliau diberi
anugerah Karyawan Kelantan bagi kategori
penulis cerpen oleh kerajaan negeri Kelan-
tan tahun 2013.
Skizo Singa
Cerita Pendek HASSAN HASAA’REE ALI
(Singapura)
K
elihatan empat buah pera- tuang ke wajah baginda dan bagin-
sambung Demang Lebar Daun. da Seri Teri Buana dialihkan supaya
hu muncul di perairan Te-
masek. Sampainya di pantai Si ahli nujum menyampuk. “Jika dapat berehat. Malam itu Demang
maka turunlah Seri Teri Buana da- benar kata tuan Demang, sudah Lebar Daun dan si ahli nujum me-
ripada perahu pertama diikuti De- tuan hamba kemukakan buah iki- lawat tempat istirahat baginda.
mang Lebar Daun dan orang-orang ran kepada tuanku?” “Bagaimana keadaan tuanku?”
besar baginda daripada perahu Demang Lebar Daun memba- tanya Demang Lebar Daun.
yang lain. Baginda Seri Teri Buana las jawapan si ahli nujum dengan “Beta masih berasa letih. Na-
mula meneroka tanah yang dipang- senyuman. “Siapalah hamba untuk mun terima kasih kepada air jampi
gil Temasek, pantainya indah putih, memberi kata-kata kepada tuanku.” ahli nujum beta rasa tenaga beta
bukit-bukit dan tanahnya rata dan Bunyi riuh diikuti teriakan pulih kembali.”
penuh dengan kehijau-hijauan. Se- orang membawa mereka berdua Si ahli nujum selepas menyiap-
telah meneroka jauh baginda beris- dari muara sungai pulang ke perse- kan lagi air jampi duduk mengha-
tirahat di bawah pohon jambu, ber- kitaran pohonjambu. Kelihatan be- dap baginda Seri Teri Buana. “Bo-
sama orang-orang besar baginda, berapa orang-orang besar baginda leh tuanku beritahu patik apa yang
dan mereka berbicara untuk mem- memegang obor. Sebilangan rakyat tuanku lihat.”
buat negeri. membawa kayu dan senjata. Bagin- Pandangan Seri Teri Buana
Selepas bersurai dari bawah da Seri Teri Buana pula sedang du- beredar dari Demang Lebar Daun
pohon jambu laut, Demang Lebar duk menggeletar di bawah pohon. dan kembali kepada si ahli nujum.
Daun berdiri di muara, dibuai la- Muka baginda pucat, peluh mem- “Beta melihat seekor binatang yang
munan panjang. basahi badan dan rambut. tangkaslakunya, merah tubuhnya,
HASSAN HASAA’REE ALI mula menulis pada belasan tahun dan cerpen pertamanya diterbitkan
pada tahun 2000.
Hassan Hasaa’Ree Ali bekerjas ebagai seorang jururawat di salahsebuah hospital awam Singa-
pura. Hassan memenangi beberapa peraduan di antaranya tempat ketiga Anugerah Pena Emas
2007 kategori cerpen dalam bahasa Melayu dengan cerpen bertajuk Amnesia, tempatperta-
ma Anugerah Pena Emas 2011 dengan cerpen bertajuk Homeostasis dan tempat pertama
Sayembara Noktah Putih 2011 dengan cerpen Sci-Fi bertajuk Souvenir dari angkasa lepas.
Hassan merupakan peserta Projek Bimbingan Mentor anjuran Majlis Seni Kebangsaan (NAC)
di bawah bimbingan sasterawan Singapura Encik Anuar Othman. Hassan telah mengikuti kur-
sus penulisan di Iowa, Amerika Syarikat sempena Iowa Summer Writing Festival 2012.
Buku pertama Hassan koleksi cerpen Selamat Malam Caesar di senarai pendek bagi Hadiah Sastera Singapura 2014.
Hassan masih giat menulis hingga kini.
Memastikan keselamatan di
kawasan asing umpamanya 60 puluh rupiah gaji. terima dengan baik oleh masyara-
Jadi dia tanggungjawab. Dia puya kat setempat tersebut. Jikalau ada
Setiap kumpulan bangsawan gaji, 2 rupiah, tapi dia punya anak orang yang berniat jahat, dia akan
yang memasuki kawasan asing ha- buah menonton mesti free, 4, 5 ditentang oleh penduduk kawasan
ruslah mengikut adab-adab terten- orang itukan dia, tak ada bayar tau,
itu kerana pengaruh kuat “orang
tu sebelum membuat pementasan. itu si samseng tu punya semua tan-
ggung jawab, tapi bukan samseng handal” di kawasan itu. Sebagai ba-
Mereka harus bertemu dengan
jahat, dia cuma jaga keselamatan lasan, mereka dan keluarga mereka
ketua daerah itu dan meminta izin
wayang itu. Jangan sampai orang boleh menonton dengan percuma
daripadanya. Demi menjaga kes-
luar menceroboh tak tentu. Jadi di samping hadiah saguhati. Ini
elamatan daripada diganggu oleh
dia itu anak bininya kalau nonton semua demi menjaga keselamatan
orang berniat jahat, mereka akan freelah, jadi orang bawah-bawa- kumpulan bangsawan memasuki
mencari “orang handal” atau orang han itu, ah free juga, jadi kalau ada tempat asing yang mungkin mem-
berpengaruh dalam daerah itu un- apa-apa, dia bertanggungjawab-
punyai adat-istiadat yang berbeza.
tuk memberikan kerjasama. lah, tauke pegang sama dia, sewa
umpamanya dibayar sewaan jadi Shariff Medan menceritakan
Shariff Medan merakamkan
bila sudah berangkat habis keluar pula halnya di Singapura:
pengalaman beliau ketika di Jawa:
ada dia punya saguhati....Bukan Di Singapura itu jam ada Makcik
Ah begini kitalah biasanya bang- gangster...dia bukan gangster yang Kong orang kampung-kampung,
sawan yang besar kalau di Jawa mengawal... tapi orang yang han- Rais, Si Wahab, Wahab itu Jepun
dulu, kita masuk satu-satu negeri dal, orang yang terkemuka, jadi pun main takut samanya. Ah, itu
itu, nombor satu kita berjumpa orang kalau tengok dia ada, orang diaorang, dia bukan apa, bukan
kepada ketua yang mengerti kea- respect! gangster. Dia pun suka permai-
daan suasana pekan itu. Jadi satu
nan, jadi bila tauke jumpa dia
orang dia rekomen, umpamanya Kehadiran “orang handal” atau tanya. Anak-anak dia pun okaylah.
ada jaguh itu, katakanlah Pak Idola orang yang disegani merupakan Jadi orang kalau tengok dia pun
ke, Pak Ahmad ke. Kasilah dia satu
isyarat kepada yang lain bahawa respectlah. Penontun dulu bukan
bulan mengawal kita main di situ,
kumpulan bangsawan itu sudah di- macam sekarang. Penonton seka-
NORIDAH KAMARI adalah calon doktor falsafah di Universiti Sains Malaysia (USM) di dalam
bidang sastera Melayu. Beliau meraih ijazah sarjana sastera dalam Persuratan Melayu di Uni-
versiti Kebangsaan Malaysia (UKM) pada 2008 dan ijazah sarjana muda daripada Universi-
ti Nasional Singapura dalam Pengajian Melayu dan Pengurusan Infokom pada 2002. Karya-
karyanya pernah terakam dalam beberapa antologi termasuklah Cekal-Tekar-Mekar (2014),
Kemala: Meditasi Dampak 70 (2011), From The Window of This Epoch (2009), Antologi Puisi
Kail Panjang Sejengkal (2005), Dari Amerika ke Catatan Langit: Antologi Puisi Mastera (2005)
dan lain-lain lagi. Antara anugerah yang pernah diraihnya termasuklah Anugerah Penulis Ha-
rapan (2013) yang diberikan Majlis Bahasa Melayu Singapura.
Shasel (Singapura)
SHAFFIQ SELAMAT, juga dikenali dengan nama pena Shasel, lahir di Singapura pada tahun
1969. Beliau mula menulis pada usia 23 tahun sejak karya sulungnya sebuah cerpen berjudul
Lamunan Penulis Muda diterbitkan oleh Berita Harian pada 16 Disember 1992. Pernah ber-
tugas sebagai penerjemah di Kementerian Ehwal Luar Singapura selama 13 tahun sebelum
menjadi penerjemah dan jurubahasa bebas.
Kumpulan cerpen sulungnya Meredah Badai diterbitkan pada tahun 2005. Sajak-sajaknya per-
nah dimuatkan dalam Antologi Puisi Manik-Manik Hijau (1995), The Consuming Flame (2000),
Verses of Angels/Kalimat dari Langit (2010), dan Moving Words 2011 (2011). Karya-karyanya
juga tersiar dalam beberapa majalah seperti The Muslim Reader, Teens’ Crossroads, dan Ma-
jalah Perkahwinan.Karya-karya penulis lain yang diterjemahkannya terbit dalam antologi Tumasik: Contemporary
Writings From Singapore (2009), Dreams and Choices (2009), Man/Born/Free: Writings on the Human Spirit from
Singapore (2011), Ode to Masuri SN (2012), Under One Sky (2013), dan Suratman Markasan: Puisi-puisi Pilihan (2014).
Puisinya ‘Bicara Keemasan’ memenangi Hadiah Naib Johan dalam peraduan Moving Words 2011 sementara puisi
‘Andaikata’ memenangi hadiah Sajak Bulan Bahasa Berita Harian tahun 1993.
Nurpertunjuk (Singapura)
dua kata
nampak sama
dalam makna
jauh berbeza
ikut rasa
mudah bicara
menggambarkan bulan
penuh cahaya
walau samar
mengalis
mata
Mahukah adik,
selongkar rahsia
Memegang kuasa
berkiblat harta
membelakang agama
K E R U S I
2 Ogos 2013
Clementi, Singapura
(Bebas Melata: Menyulam Sayang, 2014)
NORHIDAYAT BIN MOHAMAD NOOR atau nama penanya Nurpertunjuk dilahirkan pada tahun
1985 di Bukit Batok, Singapura. Nurpertunjuk bekerja sebagai seorang guru Bahasa Melayu di
Sekolah Menengah Clementi Town.
Nurpertunjuk mula giat menulis pada tahun 2010 dan telah menerbitkan karya-karyanya di
ruangan ‘Sastera Muda’ dan ‘Gah’ di Berita Harian. Nurpertunjuk juga pernah menerbitkan
karya-karyanya di dalam antologi puisi dwibahasa Kalimat Dari Langit, 2010, Bebas Melata:
Melantun Kasih, 2013 dan Bebas Melata: Menyulam Sayang, 2014. Puisinya berjudul ‘Kepin-
ggantung’ juga telah dilagukan dan dimuatkan ke dalam album Bebas Melata: Sama-sama
Beradu Gagah, 2015
Nurpertunjuk pernah menyertai ‘Program Penulisan MASTERA: Puisi’ di Banten, Indonesia pada tahun 2012 dan Program
Penulisan Novel dan Buku kanak-kanak’ anjuran DBP (Wilayah Selatan) pada bulan Jun dan Disember 2013.
Hasil pengalaman yang ditimba semasa program penulisan MASTERA dan DBP, Nurpertunjuk terus gigih berusaha mela-
hirkan karya-karya yang bermutu dan dapat memberikan anjakan paradigma kepada masyarakat Melayu secara amnya.
Pisau
Cerita Pendek DASRIL AHMAD
(Indonesia)
S
“
emula Tifa berjani akan segera Akan kucoba mempersempit
meminjamkan pisau mengembalikan pisau itu sete- perbedaan itu.”
pada mulanya. lah usai acara ulang tahunnya. “
Aku akan dikutuki nenek
Tetapi kenyataannya jadi bertolak moyangku, bila pisau itu tidak ber-
Tetapi setelah ia belakang, telah enam bulan berlalu, hasil kumiliki lagi.
mengungkapkan pisau itu sedikit pun tak saya keta- “
Lemparkan saja semua kutu-
keluhan, bahwa tanpa hui nasibnya. Padahal itulah satu-sa- kan itu pada diriku,” tukasnya man-
pisau saya, niscaya tunya pisau milik saya yang orisinil, ja diiringi seulas senyum.
suasana perayaan hari warisan sejati dari nenek moyang “
Tak segampang yang kau duga,
saya dulunya. Saya merasa telah
ulang tahunnya tak Tifa.”
memiliki pisau pusaka itu semenjak
akan meriah, maka usia meningkat remaja, 13 tahun, Ia tak mempali bantahan saya
sulitlah bagi saya dan sekarang saya telah 28 tahun, tadi. Sikapnya kini persis seperti
untuk menampik berarti telah 15 tahun lamanya pis- seekor burung menyambut mentari
pagi; ceria dan berkicau terus.
permintaannya itu. au itu saya miliki dan pusakai.
DASRIL AHMAD, lahir di Padang pada tanggal 25 Desember 1957. Menamatkan pendidikan di
Fakultas Sastra Universitas Bung Hatta, Padang. Menulis sejak tahun 1976 di berbagai media
cetak terbitan Padang dan Jakarta. Tulisan-tulisannya berupa esei, kritik, cerpen, cerita anak-
anak, wawancara, dan artikel kebudayaan antara lain dimuat di Harian Haluan, Singgalang,
Semangat, dan Padang Ekspres (terbitan Padang), dan Pelita, Berita Buana, Terbit, Swadesi,
Merdeka, Suara Karya, Tempo, Mingguan Mutiara dan majalah sastra Horison (Jakarta).
Aktif mengikuti berbagai diskusi dan seminar sastra-budaya yang diadakan di Indonesia, anta-
ra lain: “Temu Sastrawan dan Kritikus 1984” di TIM Jakarta; “Forum Puisi Indonesia 1987” di
TIM Jakarta; “Pertemuan Bahasa dan Sastra Wilayah Barat” di Pekanbaru (1986), dan berbagai
seminar bahasa, sastra dan budaya di Sumatera Barat.
Menyajikan makalah pada forum “Temu Kritikus Muda Sumbar-Riau 1986”, “Temu Kritikus Sastra se-Sumatera 1989”,
dan seminar “Perkembangan Kritik Sastra Indonesia di Sumbar” (1988), semuanya di Padang. Dua kumpulan cerpennya
yaitu; Debu (1986) dan Ngilu (1988) diterbitkan oleh Himpunan Mahasiswa Sastra Sumatera Barat (HMSSB) di Padang.
Menjabat Sekretaris Umum HMSSB (1985-1990), redaktur tamu pada rubrik sajak di ruangan budaya harian Haluan
(1991-1992). Selain menulis, ia juga pernah menjadi dosen luar biasa di Fakultas Adab IAIN Imam Bonjol Padang
(1998) dan Fakultas Sastra Universitas Bung Hatta (1998-1999). Ia juga kerap menjadi juri untuk lomba baca dan me-
nulis puisi yang diadakan oleh berbagai lembaga di Sumatera Barat. Kini, kakek satu orang cucu ini, aktif menulis esei
dan kritik sastra di berbagai media cetak dan online yang ada.
Pahlawan
Pahlawan ialah mereka yang berjuang Pahlawan ialah prajurit di garis depan
di setiap medan pertempuran memuntahkan peluru senapan
tanpa mengharap balas jasa, kepada musuh di muka.
lantaran sadar Jika mereka pulang,
bahwa semuanya pulanglah pemenang dari medan perang
adalah tugas yang dibebankan semua mengucapkan selamat datang.
ke pundaknya Jika sampai mereka gugur
untuk kemerdekaan tanah air, bumi pun bertabur bunga
kesejahteraan warga bangsa mengiringinya kembali
berdasarkan keadilan dan kebenaran kepada maha panglima,
atas nama Tuhan. sedang semangat serta jiwanya
adalah warisan yang tak terpadamkan
di dada tiap warga bangsa
yang mereka tinggalkan.
10 November 1965
Pertanyaan Sialan
Meskipun kamu berenang di lautan air mata sendiri
Namun kamu terus bercanda dengan gelombang
Pergantian cuaca terasa perih, angin bertiup letih
Guguan pulau, koral di pantai dan karang jadi saksi
1995
LEON AGUSTA lahir di Sigiran, Maninjau, Sumatera Barat pada tanggal 5 Agustus 1938. Dalam perjala-
nan karirnya yang panjang, ia pernah menjadi guru SGB (Sekolah Guru B) di Bengkalis (1959), pemimpin
Bengkel Teater Padang (1972), dan pernah menjadi anggota serta Ketua Dewan Kesenian Jakarta.
Selain menulis di beberapa media massa di Indonesia dan di luar negeri sejak tahun 50-an hingga kini,
ia telah menerbitkan kumpulan sajak “Monumen Safari “ tahun 1966, kumpulan sajak “Catatan Putih”
tahun 1975, novel Di Bawah Bayangan Sang Kekasih tahun 1978, kumpulan sajak “Hukla” tahun 1979,
“Berkemah dengan Putri Bangau” tahun 1981, dan kumpulan cerpen “Hedona dan Masochi” tahun 1984.
Karya-karyanya telah diterjemahkan ke dalam beberapa bahasa di Eropa, Asia, maupun Amerika.
21 Januari sampai 20 Juli 1970 menjalani hukuman di penjara Tanah Merah Pekanbaru setelah per-
mohonan grasinya dinyatakan ditolak. Pengadilan berlangsung 11 tahun sebelumnya, 14 Oktober
1959 di Bengkalis. Sejumlah sajaknya yang ditulis selama menjalani hukuman dimuat dimajalah sastra HORISON edisi Desem-
ber 1970. Tahun 1974, sewaktu terjadi peristiwa Malari, ia sempat ditahan, 16 Januari sampai 16 Februari di Padang.
Ia merasa ada yang kurang benar bila ada orang menyebutnya penyair. Suatu ketika dalam sebuah perbincangan yang bagai
tak sengaja seorang wartawan menyebutnya penyair, ia langsung mengelak. “Bukan. Saya bukan seorang penyair. Saya hanya-
lah utusan kata-kata”. Alasan kenapa ia merasa ada yang kurang benar bila disebut penyair karena ia merasa hanya berperan
sebagai penyair; itu pun dalam sebagian kecil saja dari kehidupannya. Selebihnya, yang jauh lebih menyibukkan adalah peran
sebagai manusia biasa, kepala keluarga dan warga masyarakat biasa. Namun demikian justru di sanalah embrio puisi bermu-
kim. Apakah dalam peran sebagai penyair itu ia berhasil atau tidak, sejarah jualah yang menentukan.
Leon sedikit menjelaskan, menulis puisi baginya seringkali merupakan pertemuan dalam kenangan dan kerinduan pada
orang-orang yang tak mungkin terlupakan. Corak pengalaman dan nuansanya pun beragam. Ini membuat ia seperti me-
napaki kembali jejak pengembaraan yang sudah lewat, mengemasi remah-remah kehidupan untuk disimpan dalam ka-
ta-kata. Pertemuan berlangsung dalam dunia dengan suasana yang mungkin sangat berbeda yaitu dunia penciptaan; se-
buah dunia imaginasi yang bergantung pada arah pengembaraan kata, kekuatan estetik, inti intensitas dan kejujuran.
Samaris
dalam Facebook Bisatera Mastera
Abdul Rohim
P U S A T N O . 11/20 1 5 69
Pumpunan
Di antara para penulis muda gantung kepada kemampuan intuisi atau yang populer dengan nama
yang sangat getol memosting karya dan intelektual si penulis itu sendi- Apsas, dan yang paling serius salah
sastra di Indonesia adalah perkum- ri, dan dapat diterima atau tidaknya satunya adalah media sastra online
pulan alumni Program Penulisan syair itu di kalangan pembacanya. seperti sibersastra.com yang dibuat
MASTERA dalam group BISATERA pada 2000. Para pegiat sastra di du-
(Bilik Sastra Asia Tenggara). Karya nia maya tersebut memiliki cita-cita
Greget Sastra Siber
sastra yang mereka unggah ke face- untuk menjadikan internet sebagai
book lebih difokuskan kepada sajak
di Indonesia wadah menciptakan bentuk karya
lima baris (Samaris) dalam format Endaswarsa (2008:183) me- sastra yang berbeda dari yang su-
silabel 6 dan 9. Silabel 6 dan 9 me- ngatakan bahwa sastra siber me- dah pernah ada sebelumnya.
lambangkan kebersamaan bangsa nyangkut akti itas sastra yang me-
Layanan penyedia blog gratis
anggota MASTERA (Majelis Sastera manfaatkan komputer atau inter-
seperti blogspot, wordpress dan
Asia Tenggara) untuk memajukan net. Kata sastra siber berasal dari
multiply semakin menyemarakkan
sastra serumpun ke pentas dunia bahasa Inggris, cyber literature.
kegiatan sastra di dunia maya dan
yang berwibawa. Sejauh mana face- Istilah siber (cyber) memang tidak
menyebabkan mengalami perlu-
book berperan dalam menggairah- berdiri sendiri, akan tetetapi sering
asan pembaca dan penulis seiring
kan penulisan sastra dan seperti terjalin dengan kata lain seperti
dengan makin terbukanya medan
apa karya sastra yang ada di BISA- cyberspace, cybernate, dan cyberne-
sosial akibat globalisasi. Demokra-
TERA? Penulis mencoba merumus- tics. Cyberspace berarti ruang (ber-
tisasi hadir melalui tawaran tekno-
kan dan menjawab dua masalah ini komputer) yang saling terjalin dan
logi informasi berupa jalur komuni-
melalui pendekatan teori prosidi membentuk budaya di antara me-
kasi yang mudah, cepat, dan massal.
C. Hooykas dari sumber data karya reka. Sibernate diartikan sebagai
Semua orang boleh nimbrung dan
puisi/sajak para penulis dalam pengendalian proses menggunakan
berkomentar tentang dunia sastra.
group facebook BISATERA sehing- komputer. Sementara itu siberne-
Slogan Komunitas Bunga Matahari
ga diharapkan mampu menjawab tics mengacu kepada system ken-
yang berbunyi “Semua Orang Bisa
segelintir dari banyaknya persoa- dali otomatis, baik dalam sistem
Berpuisi”, seolah turut mengamin-
lan seputar karya sastra yang bere- komputer (elektronik) maupun
kan hal ini. Selain itu munculnya si-
dar di dunia maya. Walaupun data jaringan syaraf. Sastra siber juga
tus jejaring sosial seperti friendster,
penulisan ini tidak mewakili popu- sering di sebut dengan istilah e-li-
Hi5, MySpace, plurk, fupei, menam-
lasi sastra siber Indonesia, tetapi terature.
bah ruang bagi masyarakat untuk
hasilnya semoga bermanfaat bagi Greget sastra siber di Indone- eksis di kegiatan tulis menulis di
perkembangan sastra siber di Nu- sia baru terasa pada sekitar tahun dunia maya, selain fungsi utamanya
santara. 1997. Saat itu mulai bermunculan untuk mencari jejaring dan perte-
Tulisan ini adalah kajian des- situs-situs pribadi yang mencoba manan.
kriptif menggunakan pijakan teori mengangkat sastra ke dunia maya.
Tidak heran bila hari ini, jika
sastra lama C. Hooykas tentang pro- Sebut saja afrizalmalna.bigfoot.com
Anda rajin berselancar di dunia
sidi sebagai salah satu bagian puiti- (dibuat pada tahun 1998); tau ik.is-
maya, Anda akan menemukan beta-
ka yang membahas tentang matra, mail.com (dibuat pada tahun 1999);
pa bergairahnya kegiatan sastra di
rima, irama, larik, dan bait dalam titiknol.com (dibuat pada 2001); sri-
internet. Apalagi semenjak adanya
sajak atau syair (Sham,1995:212). ti.com, dan ekakurniawan.com (di-
situs jejaring sosial yang sangat fe-
C. Hooykas menyebutkan bahwa buat pada 2001). Selain itu muncul
nomenal, facebook. Situs jejaring
baris-baris syair yang baik seku- pula milis atau tempat diskusi di
sosial yang telah beranggotakan
rang-kurangnya terdiri dari dela- dunia maya seperti MS—Penyair
kurang lebih dari 200 juta jiwa ini
pan sampai sebelas atau dua belas (1999), Gedong Puisi (1999), Puisi
turut memberikan kesempatan
sukukata yang biasanya terdiri atas Kita (1999), Komunitas Bunga Ma-
bagi siapa saja terutama mereka
empat perkataan. Baik atau tidak- tahari (dibuat tahun 2000), Bumi
yang akrab dengan internet secara
nya sebuah syair, tentu sangat ber- Manusia (2001), Apresiasi Sastra,
bebas memanfaatkan berbagai fa-
P U S A T N O . 11/20 1 5 71
Pumpunan
jika dibolak -balik tata peletakannya. 6 dan 9, maka bisa bereksperimen karakter samarisnya. Dalam sa-
Angka 9 dan 6 boleh dikatakan sau- dengan angka-angka lainnya tapi maris yang berbait-bait bisa teguh
dara kembar. Maka dari itu SAMA- diusahakan memakai hastag #SN42 pada satu format dan boleh juga
RIS mempunyai format penulisan - #SN97 - #SN88 - SN101 dan sete- gabungan dari berbagai format. Sa-
yang tidak bisa meninggalkan angka rusnya tetapi masih dalam 5 baris. maris didedikasikan untuk semua
9 atau 6. SAMARIS bisa berformasi Dan jika karyanya lebih dari 5 ba- kalangan pencinta dan penikmat
9999+ dengan hastag #S99, forma- ris berusahalah dengan memakai seni sastra. Marilah kita sama-sama
si 6666+ (#S66), formasi 6969+ hastag #SB99 - #SB66 dan seterus- bersamaris dengan berbagai tema
atau 6699+ atau 6996+, ketiganya nya. Sekarang marilah kita berpijak serta pesan.
ditandai dengan hastag #S69. For- pada 6 dan 9. Demikianlah cara BISATERA
masi 9696+ atau 9966+ atau 9669+ Mengapa arah mata angin men- berinteraksi dengan penikmat me-
menggunakan hastag #S96. Jika se- jadi patokan pada seni samaris? lalui puisi samarisnya. BISA-TERA
buah samaris mempunyai jumlah Memang kita bukan angin, tetapi Secara lugas dan terbuka berbagi
suku kata yang sama pada kelima kita tetap mempunyai arah dalam dengan para facebooker lainnya
barisnya, maka itu disebut samaris hidup. Kita menggali/mendapat se- mengenai puisi-puisi yang dicip-
murni dan sebaiknya memakai tan- suatu dari ke 8 penjuru arah mata takan, bagaiman proses kreatifnya
da #S99M untuk format 9999 dan angin dan kita pun memberikan se- bermula. Dari percakapan yang
#S66M bagi yang berformat 66666. suatu pada ke 8 penjuru arah mata terjalin melalui facebook, penulis
Jika samaris anda mengandung un- angin. Kita saling memberikan dan berhasil mewawancarai admin/
sur humor atau jenaka sebaiknya saling mendapatkan. Kedelapan narasumber secara tidak langsung
ditambahkan huruf L diujung hastag arah itu adalah saudara kita seperti mengenai proses kreatifnya terse-
seperti #SL99 #SL66 #SL96 #SL69 angka 6 dan 9 beda tetapi pada su- but. Ia mengaku walau diksi yang
#SL99M #SL66M dan seterusnya. dut lain bisa sama. ada dalam puisinya terlintas begitu
Mari kita lekatkan jiwa kita dan Samaris bisa menggunakan ju- saja ketika ia mulai menulis. Ia ber-
berusaha akrab dulu dengan sama- dul dan boleh juga tanpa judul. Sa- prinsip, tulis saja!
ris 6 dan 9. Jika suatu saat ada yang maris bisa dibuat lebih dari 1 bait
merasa jenuh dengan keberadaan tetapi jangan sampai kehilangan Kelebihan dan Kekurangan
Sastra Facebook
Sastra siber di dunia maya, juga
termasuk yang ada di facebook me-
mang mampu memangkas birokra-
si sastra. Sebuah karya tidak perlu
melewarti dewan redaksi khusus
yang akan memilah mana karya
yang layak dan mana karya yang
tidak layak untuk dipublikasikan.
Semua diserahkan kepada sidang
pembaca untuk menilai, memilih
karya yang mereka sukai
Fasilitas’ tag’ yang disediakan
oleh facebook memungkinkan seti-
ap anggotanya untuk men’tag’ atau
mengirimkan puisi yang dia buat
kepada orang lain untuk dikomen-
tari. Orang-orang tersebut biasanya
berasal dari pengamat sastra yang
P U S A T N O . 11/20 1 5 73
Pumpunan
tu bersamaan, seorang facebooker ingin menggeluti sastra secara seri- takan. Dalam kaitannya dengan hal
akan ‘diserbu’ banyaknya informasi. us, bentuk protes sosial, empati hu- ini, semakin luas pengalaman, pen-
Serbuan puluhan bahkan ratusan manisme, atau sekadar keisengan getahuan, dan wawasan pengarang,
informasi ini menimbulkan kek- dan uneg-uneg yang menggunakan tentu saja akan semakin luas dan
hawatiran tersendiri bagi penulis rangkaian kata-kata indah? kompleks pula persoalan yang ia
karena bisa jadi, facebook meren- tampilkan melalui karyanya. Karya
ggut kemampuan penggunanya un- yang dibuat secara asal akan ditin-
Penutup
tuk melakukan re leksi. Komentar ggalkan oleh pembaca, dalam hal
Hadirnya facebook adalah ke-
yang ditujukan pada sebuah karya ini facebooker.
sempatan yang bagus bagi para
yang dipublikasikan oleh faceboo- Sejauh ini memang belum dite-
penulis alumni Program Penulisan
ker lainnya misalnya, bisa jadi lahir mukan bentuk khas dari sastra siber.
MASTERA untuk mengantarkan
dan ditulis tanpa melalui pertim- Dunia maya masih menjadi sebatas
sastra Nusantara ke ranah sastra
bangan yang matang, dan penghaya- wadah atau media untuk memubli-
dunia. Sebuah harapan yang besar
tan karya yang mendalam. Hal ini kasikan karya sastra, transformasi
memang. Akan tetapi bila harapan
disebabkan oleh adanya stimulus bentuk cetak ke internet. Akan te-
itu disertai dengan keseriusan dan
yang maha besar dan harus mem- tapi bila ditekuni, ini semestinya
niat yang tulus untuk memajukan
berikan respon dengan maha cepat menjadi jalan yang terbuka bagi
sastra Nusantara, harapan tersebut
pada saat itu juga karena banyaknya kita untuk lebih mengenalkan sas-
bukanlah suatu hal yang mustahil.
informasi yang ia terima dan ingin tra Indoenesia pada khlayak dunia
Selama kebebasan mencipta dan de-
dia tanggapi dalam waktu yang ber- pada umumnya. Dengan hanya se-
mokratisasi dijungjung tinggi, sastra
samaan. Bayangkan saja bila setiap kali ‘klik’, karya yang diposting oleh
Nusantara di facebook akan mene-
saat facebooker menerima informasi seseorang bisa dinikmati oleh ra-
mukan jati dirinya suatu hari kelak.
baik melalui beranda halaman face- tusan orang di belahan bumi mana
Hal ini tentu saja menuntut perha-
booknya, melalui dinding atau ‘wall’ pun yang terkoneksi internet.
tian dari banyak pihak yang tetarik
nya atau pun “wall” orang lain, juga
pada sastra Nusantara mem-bentuk
status yang baru saja dimuktakhir-
kan oleh teman-teman facebooker-
sastra tahan banting yang mampu Daftar Pustaka
memberikan penilaian objektif. Endaswara, Suwardi. 2008. Meto-
nya. Itu belum termasuk surat/info
yang masuk melalui “kotak pesan BISATERA (Bilik Sastra Asia do-logi Penelitian Sastra. Edisi
yang biasanya dikirim dari grup- Tenggara) yang dipelopori nega- Revi-si: Epistemologi, Model,
grup/komunitas yang mereka ikuti ra Brunei Darussalam, Indonesia, Teori, dan Aplikasi. Jakarta: Me-
di facebook. Banyaknya informasi Singapura, dan Malaysia hakikat- dia Pressindo.
yang datang pada waktu bersamaan nya merupakan ruang sajak lima Khoiri, Ilham dan Suwarna, Budi.
membuat penggunanya tidak punya baris (SAMARIS) bagi masyarakat 2009. “Sastra Pun Berdiaspora”,
cukup waktu untuk mencerna infor- pencinta sastra Asia Tenggara baik Kompas, Edisi Minggu 11 Janua-
masi tersebut lalu memberikan res- yang sudah matang maupun pe- ri 2009, halaman 17.
pon yang tepat. Serangan informasi mula yang sedang belajar menulis
Mahayana, Maman S. 2005. 9 Jawa-
yang bertubi-tubi itu tidak membe- karya sastra. Dalam Forum BISA-
ban Sastra Indonesia: Sebuah
ri bagi penggunanya untuk ber i- TERA para anggota bebas men-
Orientasi Kritik. Jakarta: Bening
kir secara jernih, berempati secara gekspresikan kreativitas sajak lima
Publishing.
tulus, dan bertindak tepat untuk barisnya dan diposkan di wall uta-
Sham, Abu Hassan. 1995. Syair-
menyikapinya. ma. Walau produk utamanya sajak
Syair Melayu Riau. Kuala Lum-
lima baris, anggota bisa juga mem-
Satu hal lagi, adalah aspek pur: Perpustakaan Negara Ma-
poskan karya sastra lainnya.
keseriusan yang masih menjadi laysia.
pertanyaan bagi kalangan pen- Intelektualitas pengarang atau-
gamat sastra. Apakah karya yang pun penulis sastra di facebook akan
dipublikasikan itu murni karena terbaca dari mutu karya yang ia cip-
M
elindap entah ke mana si
dianggap sebagai angin lalu saja, iseng, dan penulis itu. Lantas, di ma-
bahkan sekadar mengisi waktu luang. Tidak hanya nakah konsistensi konk-
itu, aktifitas menulis bahkan dianggap sekadar ret bagi seorang penulis?
P U S A T N O . 11/20 1 5 75
Secangkir teh
Sementara kakaknya yang seper- hun 1958 ia memenangi sayembara Suara Rakjat, Trompet Masyarakat,
ti biasa mena kahi diri dan ibunya menulis cerita sambung berbahasa Jawa Pos, Sinar Harapan, Indonesia
mesti kembali ke sekolah tempatnya Jawa di majalah Panjebar Seman- Raya, Kompas, Suara Karya, dan Re-
bekerja di Eindhoven (Belanda). Se- gat; Mekar Sari, Jaya Baya, Djaka publika.
jak itu, Suparto tidak mendapat tan- Lodang, Jawa Anyar, dan Dharma Salah satu karya menarik dari
ggungan lagi. Hal itu memaksanya Nyata. Sejak itulah karangannya Suparto di antaranya adalah novel
berjuang dalam pahitnya hidup, Su- dalam bahasa Jawa terbit bertubi- “Saksi Mata” (2002). Sastrawan
parto harus mencari na kah sendiri. tubi. Hingga pada 2007, dari 125 ju- lintas tiga zaman ini cukup detail
Pada saat itulah ia mencoba menulis dul karya Suparto, 45 judul di anta- dan subtil meliriskan berbagai la-
karangan, tetapi karyanya pun sela- ranya berbahasa Jawa. Dari menulis tar dengan bagus dan tajam. Tidak
lu dikembalikan oleh redaksi pener- dan menerbitkan karya dalam ba- hanya itu, berbagai tempat/dae-
bitan karena tak layak dimuat. “Saya hasa Jawa itulah ia mendapat Ha- rah pendukung latar cerita pada
telah mengarang sejak tahun 1950. diah Rancage 3 (tiga) kali. karyanya itu juga masih bisa dite-
Ketika itu lantaran terpaksa mesti Begawan sastra Jawa ini pun ta- lusuri keberadaannya. Sebuah riset
mencari na kah untuk hidup, dan jam memaparkan proses menulis- yang menarik. Sebuah kajian ber-
mengarang sebagai pilihan saya,” nya. Ia mengakui bahwa proses sejak bungkus cerita tak main-main dari
katanya dalam sambutan peneri- 1950-an itu terasa kian membuka ja- seorang Suparto Brata.
maan S.E.A. Award, 2007. lan konsistensinya sejak 1952, tatka-
Dalam proses menulis, Supar- la karangannya berhasil diterbitkan ***
to memang tidak patah semangat, di sebuah surat kabar. Betapa riang
Suparto Brata sadar, dunia me-
berguru pada pengalaman selalu karyanya terpublikasi. Syahdan, mes-
nulis yang ia jalani akan selalu untuk
dilakukannya. Ia terus mencoba dan ki bersanding dengan rutinitasnya
belajar dan berproses. Karena meski
melaju. Hingga pada 1952, ketika terhadap pekerjaan lain, mengarang
telah menghasilkan seratusan lebih
bekerja di Kantor Telegrap, baru- baginya memang tak dapat dilepas-
karya, dari kesemuanya itu tak satu
lah karangan-karangannya dimuat kan dalam derap kehidupannya. Hal
pun pernah dicetak ulang maupun
di Surat kabar. Ia menulis apa saja, itu juga yang sejak dulu membuat tu-
diterjemahkan ke bahasa asing. Dari
bebas-merdeka tak terikat instansi lisannya kerap bermunculan di Maja-
situ, dengan tenang ia pun menga-
atau penerbit tertentu, tak bergan- lah Siasat, Mimbar Indonesia, Kisah,
takan, “Itu membuktikan bahwa
tung jenis tulisan atau tema apa Seni, Buku Kita, Sastra, Aneka, Vis-
karangan saya mutunya kacangan.
pun. Ia menulis berita, artikel, dan ta, Sarinah, Kartini, Putri Indonesia.
Barangkali, karena itulah sampai
iksi berupa cerita pendek, novel, Sampai hari ini, sastrawan tiga deka-
sedemikian usia saya. Bahkan saya
drama, naskah sinetron, serta buku de masih kerap menulis untuk surat
uzur. Bahkan saya pun belum per-
sejarah. Hasilnya pun bergeliat, ta- kabar Surabaya Post, Harian Umuum,
nah mendapat hadiah utama tingkat
nasional (Indonesia) dalam bidang
tulis-menulis,” katanya merendah.
Meski demikian, ia selalu me-
maklumi kenyataan itu. Hal itu
dibuktikan lantaran sampai seka-
rang, dari “tangan emasnya” Supar-
to masih bersetia menghabiskan
hari tuanya untuk menulis buku;
menulis yang baginya sebagai pe-
kerjaan sarat akan ibadah, amanah,
dan berkah. Semuanya mengalir
dengan sebuah kesetian dan kese-
riusan, tentunya. []
1 Kaum Republik pemenang pertama baya, 1972) diterjemahkan ke dalam judul Tanahku, Darahku (1981). Bagian
Sayembara cerita sambung Panjebar bahasa Indonesia dengan judul sama kedua dimuat di Majalah Sarinah ber-
Semangat (1959). Judul diganti oleh dan dapat Inpres untuk bacaan SMA sambung dengan judul: Dalam Irama
Redaksi Jiwa Republik menjadi Lara 24 Surabaya Tumpah Darahku (CV. Bina Musim (Desember 1985)
Lapane Kaum Republik (CV. Ariyati, Ilmu Surabaya, 1978) 43 Memperebutkan Pusaka Jenggala (PT.
1965) Bina Ilmu, 1982)
25 Sisa-Sisa Kemarin (Pemenang Harapan
2 Tanpa Tlacak (CV. Setia Kawan Sura- I, sayembara menulis novel DKJ 1974) 44 Sugriwo Subali (Tga A Solo, 1983)
baya, 1962)
26 Harimau Mati Meninggalkan Belang 45 November Merah (PT. Bina Ilmu, 1984)
3 Katresnan Kang Angker (Setia Kawan (CV. Bina Ilmu Surabaya, 1978) diterjemahkan ke dalam bahasa Indo-
Surabaya, 1962), menggunakan nama nesia dari judul aslinya November
27 Oh, Surabaya (CV. Bina Ilmu Surabaya,
samaran Peni Abang
1975) dapat Inpres untuk bacaan SD
4 Pethite Nyai Blorong (CV. Ariyati Sura- 46 Pahlawan November (PT. Bina Ilmu,
28 Damarwulan (PT. Gramedia Jakarta,
baya, 1965), menggunakan nama 1985) pemenang I Lomba Naskah
1976) dapat Inpres untuk bacaan SD
samaran Peni. Dibukukan ulang oleh Buku Anak-Anak Penerbit IK Bandung
Yayasan Penerbitan Djojobojo Sura- 29 Mata-Mata (Pustaka Jaya, 1976) di-
indonesiakan dari Dom Sumuruping 47 Pertempuran 10 November 1945.
baya, 1996.
Banyu Buku sejarah karya bersama diter-
5 Emprit Abuntut Bedhug (CV. Ariyati bitkan oleh Panitia Pelestarian Nilai-
Surabaya, 1966) 30 Sayembara Di Mamenang (PT. Dunia
Pustaka Jaya, 1977). Digubah ulang 25 nilai Kepahlawanan 10 November
6 Kadurakan Ing Kidul Dringu (CV. Ariyati 1945 di Surabaya (1985)
Mei 2004 dan ditawarkan ke PT. Gras-
Surabaya, 1965) 48 Sejarah Pers Jawa Timur. Karya ber-
indo
7 Tretes Tintrim (CV. Ariyati Surabaya, sama Panitia SPS Jawa Timur (1988)
31 Ali Baba (PT. Gramedia Jakarta, 1977)
1965) 49 Sejarah Panglima-Panglima Brawijaya
32 Hisaplah Maduku, Lalu Campakkan,
8 Asmarani (PT. Bina Ilmu Surabaya, (sampai Majen Sugeng Subroto). Karya
diindonesiakan dari Dlemok-Dlemok
1983), menggunakan nama samaran bersama Panita LIPI Jakarta dan Seksi
Ireng dan diterbitkan sebagai booklet
Peni Sejarah Kodam V Brawijaya (1988)
VISTA 1979
9 Pawestri Telu (PT. Bina Ilmu Surabaya, 50 Saputangan Gambar Naga (PT. Gras-
33 Terjerat Buih Pantai Selatan (CV. Surya
1983), menggunakan nama samaran indo Jakarta, Desember 2003)
Raya Surabaya, 1978) diterjemahkan
Peni 51 Mencari Sarang Angin (Grasindo Ja-
ke dalam bahasa Indonesia dari judul
10 Sanja Sangu Trebela (CV. Ariyati Sura- Kepelet karta, Desember 2004)
baya, 1967), menggunakan nama sa- 52 Terjebak di Monitor pemenang Hara-
34 Hancurkanlah Pasukan Tartar Itu (CV.
maran Peni. Diterbitkan ulang oleh pan II Sayembara menulis novel Ma-
Surya Raya, 1978)
Yayasan Penerbit Djojobojo Surabaya, jalah Kartini 1991. Dimuat bersam-
Juli 1996 35 Rembulan Kasmaran (PT. Cita Band-
ung, 1980) bung di Majalah Kartini, Oktober 1992.
11 Patriot-Patriot Kasmaran (CV. Gema Digubah kembali di komputer tahun
Solo, 1966) 36 Generasi Yang Hilang (Kartini Group,
1980) menjadi pemenang II sayem- 2004 dan ditawarkan ke PT. Grasindo
12 Lintang Panjer Sore (CV. Gema Solo, Jakarta, dengan nama samaran Eliza-
bara menulis novel Kartini, 1979
1966) beth Tan
37 Panji Gandrung Anggraei (PT. Bina Ilmu
13 Dinamit (CV. Gema Solo, 1966) 53 Aurora, Sang Pengantin (PT. Gransindo
Surabaya, 1981)
14 Pendekar Banjaragam (CV. Gema Solo, Jakarta, April 2003)
38 Donyane Wong Culika (Narasi Yo-
1966-1967, 6 jilid) 54 Trem, antologi cerita cekak 1960-1993
gya, 2004) mendapat hadiah Rancage
15 Gempar Djojocoroko (CV. Gema Solo, 2005 (Pustaka Pelajar Yogyakarta Novem-
1967) ber 2000). Mendapat hadiah Rancage
39 Jatuh Bangun Bersama Sastra Jawa
16 Boyolali Ricuh (CV. Gema Solo, 1978) 2001
(Departemen Pendidikan dan Ke-
17 Asmara Jahanam (CV. Gema Solo, budayaan Jakarta, 1982) pemenang 55 Kremil (Pustaka Pelajar Yogyakarta, Juli
1967) Harapan I naskah bacaan mahasiswa 2002)
18 Clurit Bataputih (CV. Gema Solo, Departemen Pendidikan dan Kebu- 56 Saksi Mata (penerbit buku Kompas,
1967) dayaan 1980 Januari 2002)
19 Nyawa 28 (dimuat bersambung Jaya 40 Kunanti di Selat Bali (Kartini Group, 57 Lelakone Si Lan Man (Narasi Yogya,
Bay, 1967) menggunakan nama sa- 1981) pemenang I Novel Majalah Pu- Februari 2005)
maran Eling Jatmiko tri Indonesia, 1981. Disadur oleh Prof. 58 Interogasi (Dewan Kesenian Jawa
20 Gempur-Gempuran Di Lereng Lawu Madya Ju San Yuan dan diterbitkan da- Timur Surabaya, Agustus 2001)
(CV. Gema Solo, 1968) lam bahasa Cina di RRC, 1989 (berita 59 Gadis Tangsi, Versi Baru (penerbit buku
21 Bidadari Cemarasewu (CV. Gema Solo, Tempo, 11 Agustus 1990) Kompas, Februari 2004)
1968) 41 Pacarku di Bis Kota (PT. Bina Ilmu, 60 Kerajaan Raminem, sambungan Gadis
22 Kucing Item Tergencet (CV. Gema Solo, 1995) Tangsi (penerbit buku Kompas, Januari
1968) 42 Kekenesan Partiyem terdiri atas dua 2006)
23 Jaring Kalamangga (CV. Bina Ilmu Sura- bagian. Bagian pertama dimuat di
Majalah Kartini bersambung dengan
P U S A T N O . 11/20 1 5 77
CUBITAN
Bertahta Budi
Bermahkota Bahasa
Abdul Malik
K
KALAU HATI diibaratkan kerajaan, maka budi menjadi tahtanya dan ba-
hasa menjadi mahkotanya. Hati yang terpelihara akan memancarkan budi
yang patut dikenang untuk selanjutnya melahirkan bahasa yang menawan.
Sebatian hati, budi, dan bahasa yang terbela membuat jasad—siapa pun
yang empunya—rela tertawan tanpa perlawanan. Itulah keperkasaan
orang perseorangan, yang semestinya dipupuk dan dibina di dalam diri
supaya dapat tampil sebagai sosok seorang bangsawan. Itulah kekuatan
magis sebuah bangsa, yang seyogianya diolah sedemikian rupa untuk
menjadi perekat persatuan dan kesatuan. Itulah yang sesungguhnya bagi
kita menjadi “pakaian” yang paling padu, patut, dan padan—yang kalau
ada kenyakinan yang kuat untuk membelanya—dapat menjadi pakaian
yang pokta (terelok dan terindah) sehingga menjadi bangsa yang terala
(paling mulia).
Raja Ali Haji (RAH) dalam Gurindam Dua Belas (GDB), Pasal yang Ke-
lima menghadiahi kita dengan kepoktaan dan keteralaan budi bahasa. Pa-
sal yang masih bertutur tentang akhlak dan disepadusepadankan dengan
muamalah ini pada bait 1 langsung menyirami sukma, “Jika hendak men-
genal orang berbangsa, lihatlah kepada budi dan bahasa.”
Bangsa yang dimaksudkan RAH di sini taklah semata-mata sebatian
orang-orang seasal keturunan, seadat-sebudaya, dan sepengalaman seja-
rah. Jelaslah bangsa itu juga mencakupi konsep keturunan atau kedudu-
kan yang mulia. Perihal budi pula jelaslah tiada lain dari unsur batiniah
yang berupa sebatian akal dan nurani untuk menjelmakan pikiran, sikap,
sifat, dan perilaku yang baik.
P U S A T N O . 11/20 1 5 79
Cubitan
tiba-tiba sederetan gelar akademik tempat terakhir bagi makhluk Al- jikan, tetapi juga harus menunaikan
berjejer di depan dan di belakang lah. Manusia dan segala makhluk kewajiban dengan penuh ketaatan
namanya. Salangkan orang yang ciptaan Tuhan sedang berjalan atau hanya mengharapkan ridha Allah.
memang belajar belum tentu beril- berlayar menuju alam yang menja- Di manakah kita mengetahui
mu, yang tak belajar apatah lagi? di tujuan sesungguhnya, sedangkan bahwa seseorang berperilaku baik?
Pedoman untuk itu diberikan dunia hanyalah tempat persingga- Atau, bagaimanakah caranya kita
oleh GDB Pasal V, bait 4, han sementara sahaja. mengetahui seseorang berkelakuan
Dalam perjalanan menuju alam baik? GDB Pasal V, bait 6 (terakhir)
“Jika hendak mengenal orang yang kekal itu manusia seyogianya menunjukkan caranya,
berilmu, bertanya dan belajar memiliki bekal. Bekal itu harus
tiadalah jemu.” dikumpulkan sebanyak-banyak- “Jika hendak mengenal orang
nya di dunia ini untuk kehidupan baik perangai, lihatlah ketika
Rupanya, tanda orang berilmu yang abadi kelak. Itulah gunanya bercampur dengan orang ra-
itu ialah sepanjang hidupnya dia te- dunia ini, terutama bagi manusia: mai.”
rus dan terus bertanya tentang fe- sebagai tempat mengambil bekal.
nomena kehidupan ini. Selebihnya, Untuk itu, diperlukan kecerdasan Di situlah rupanya tempatnya.
dia pun terus tanpa henti belajar dengan menggunakan akal. Ten- Baik-buruk perilaku, tabiat, atau
sepanjang hayat. tulah tak sebarang kecerdasan da- perangai manusia dapat diketahui
Orang yang berilmu, begitu ki- pat digunakan, tetapi kecerdasan ketika dia bergaul di dalam masya-
ra-kira yang ditegaskan RAH, ada- religius (ketuhanan) yang mampu rakat (bercampur dengan orang
lah orang yang mencintai ilmu pen- memancarkan cahaya keyakinan ramai). Orang yang baik perangai
getahuan, baik ilmu dunia maupun yang bertimbal keimanan bahwa senantiasa bersikap santun, meng-
ilmu agama. Dia mendasarkan piki- memang ada kehidupan setelah hindari perbuatan tercela, dan se-
ran, perkataan, dan perbuatannya alam dunia. Manusia yang berusa- lalu berusaha menjadi orang yang
dari ilmu yang dimilikinya. ha mengumpulkan bekal sebanyak- bermanfaat di lingkungan masya-
banyaknya itulah yang nyata-nyata rakat tempat dia berada. Alangkah
“Jika hendak mengenal orang memanfaatkan dengan baik akal ruginya diri jika hidup tak berbudi
yang berakal, di dalam dunia yang dianugerahkan kepadanya. sehingga banyak orang yang mem-
mengambil bekal.” Bekal yang dimaksudkan tentulah benci.
amal salih sesuai dengan tuntunan Jadi, jika hendak dibilangkan
Inilah GDB Pasal V, bait 5. Me- agama. Menggunakan akal secara nama, baikkanlah perangai sehing-
lalui bait ini jelaslah RAH hendak benar dan baik taklah memadai ga disukai oleh orang ramai.[]
perpesan bahwa dunia bukanlah hanya dengan melaksanakan keba-
DR. H. ABDUL MALIK, M.PD. lahir di Lubukpuding, Kepulauan Riau, 9 April 1958. Lulusan S 1 FKIP Universitas Riau (UR),
Pekanbaru, dan S 2 Fakultas Pascasarjana IKIP Malang —keduanya dengan predikat cumlaude— ini meraih Doktor Filsafat
(Ph.D.) dari Fakultas Bahasa dan Komunikasi, Universiti Pendidikan Sultan Idris (UPSI), Malaysia. Mantan Kepala Dinas Pen-
didikan dan Kebudayaan, Provinsi Kepulauan Riau (2004—2005); Staf Ahli Gubernur Kepri (2006—2007), Presiden Rusydiah
Kelab Perhimpunan Agung Kesultanan Riau-Lingga ini adalah Dekan FKIP, UMRAH, Tanjungpinang, Kepri. Bukunya antara
lain: Morfosintaksis Bahasa Melayu Riau (1990), Tuan Guru Syekh Abdurrahman Siddiq: Kemilau Gemilang Indragiri (2002);
Corak dan Ragi Tenun Melayu Riau (2003); Kepulauan Riau: Cagar Budaya Melayu (2003); Kemahiran Menulis (2003), Me-
melihara Warisan yang Agung (2009), Dermaga Sastra Indonesia (2010); Menjemput Tuah Menjunjung Marwah (2012), Se-
jarah Kejuangan dan Kepahlawanan Sultan Mahmud Riayat Syah: Yang Dipertuan Besar Kerajaan Riau-Lingga-Johor-Pahang
1761—1812 (2012); Mewujudkan Prasasti Bahasa Melayu Kepulauan Riau Sebagai Asal Bahasa Indonesia (2013) dan Bahasa
Melayu Kepulauan Riau: Tumpah Darah Bahasa Indonesia (2013). Ia menerima Anugerah Darjah Utama Bakti Budaya dan
mendapat gelar Datuk dari Lembaga Adat Melayu Kepulauan Riau, Kabupaten Karimun (2011).
Menumbuhkan Kembali
Budaya Mendongeng
Syafrizal Sahrun
B
BUDAYA mendongeng dalam masyarakat hampir punah. Hanya sebagian
kecil saja orang tua yang masih mendongeng untuk anaknya. Selain berla-
tar kebiasaan, ada juga orang tua yang masih mendongeng karena percaya
bahwa dongeng merupakan media pembentukan karakter anak.
Banyak hal yang membuat orang tua jaman kini tidak mendongeng
lagi untuk anaknya. Pertama, karena menganggap dongeng sebagai cerita
yang imajiner saja, tidak benar-benar terjadi. Karena alasan itu sehingga
orang tua tidak mau membodoh-bodohi anaknya terus dengan dongeng.
Anggapan pada poin pertama ini mungkin saja dilatari oleh pengala-
man orang tua. Orang tua yang semasa kecil pernah didongengkan orang
tuannya, setelah dewasa mencari pembuktian dongeng itu dalam pandan-
gan indrawi, tapi tidak menemukan kenyataan dari dongeng itu.
Satu contoh, tentang dongeng Malin Kundang. Mungkin saja setelah
dewasa orang tua – sebagai seorang manusia – tadi pernah melakukakan
atau melihat langsung prilaku durhaka kepada orang tua. Ternyata efek
dari pendurhakaan itu meski diiring sumpah serapah dari orang yang di-
durhakai, ya, tidak menjadi apa-apa. Tidak menjadi batu, tidak menjadi
monyet, tidak menjadi apa-apa.
Akhirnya dari pandangan yang berlandaskan indrawi itu membuat
orang-orang tua jaman kini tidak mau lagi mendongeng. Tidak mau mem-
bodohi anaknya dengan dongeng. Tidak mau menjadikan anaknya sebagai
penghayal. Lalu menyimpulkan bahwa dongeng hanyalah cara masyara-
kat kuno mendidik anak.
Pandangan ini satu sisi dapat dibenarkan. Dalam berbagai sisi yang
lain tentu saja menjadi cara pandang yang salah. Dongeng, dengan fakta
cerita di dalamnya diharapkan dapat memberikan sugesti kepada anak
agar melakukan hal-hal baik di alamnya yang labil. Bila dorongan durha-
P U S A T N O . 11/20 1 5 81
Embun
ka pada anak muncul maka bukan pi tidak punya waktu lagi untuk anak menjadi berkualitas. Tetapi
kayu, bukan tangan yang bermain mendongeng karena waktu yang dengan kenakalan yang dimiliki
untuk memukulnya, tetapi efek dimiliki kedua orang tua habis un- anak-anak itu menjadikan dirinya
dari dongeng itu yang bermain. Si tuk mencari na kah. Alhasil pem- tidak menghiraukan apa yang di-
anak akan membayangkan dirinya bentukan karakter anak diserah- sampaikan pengasuh atau gurunya.
menjadi batu (dalam cerita Malin kan kepada pengasuh atau lemba- Di tambah pula cara mendidik yang
Kundang) dengan segala cirinya. ga pendidikan (TK, PAUD, SD, dan dilakukan tidak menarik minat si
Bila sudah menjadi batu, bagai- SMP). Orang tua menyerahkan anak untuk pencapaian pendidikan
mana anak menuntaskan hasrat- bulat-bulat pembentukan karak- yang maksimal sebagaimana yang
nya bermain, makan, minum, atau ter anak dan mengharapkan hasil diinginkan orang tua.
mengikut orang tua kemana pergi? yang maksimal. Apalagi orang tua Masa anak-anaklah masa pem-
Tentu saja itu akan membebaninya sudah mengeluarkan uang untuk bentukan karakter. Ketika dewasa,
sebagai anak-anak. pengasuh atau lembaga pendidi- anak-anak yang dibentuk karakter-
Setelah si anak penerima don- kan itu. Akhirnya dalam kasus ini, nya itu tinggal menjalankan saja.
geng telah dewasa, hendaknya tidak pengasuh atau lembaga pendidikan Bukankah pembentukan karakter
memandang kefaktaan dalam don- dituntut untuk menjadikan anak- anak kini menjadi program peme-
geng dari sudut pandang anak-anak anak itu menjadi pribadi yang ber- rintah? Ya, pendidikan karakter.
lagi. Dia harus beralih ke sudut pan- kualitas dengan durasi pembinaan
dang orang dewasa untuk memaha- yang sekian jam saja dalam seha-
minya. Bila cara itu dilakukan maka rian. Sementara ketika si anak di
Pembinaan guru
dia akan melihat bagaimana memba- rumah dengan durasi waktu yang Dongeng adalah teknik yang
tu yang dimaksud adalah macetnya lebih panjang tidak mendapat per- arif dalam membentuk karakter
usaha mencari penghasilan hidup, hatian lagi untuk pembentukan pri- anak. Melalui dongeng si anak di-
karir yang membatu, dan lainnya. badinya. kenalkan dengan karakter-karak-
Bukankah membatu yang demikian ter manusia yang diformat dalam
Bukan berarti hal mustahil den-
pernah kita saksikan atau rasakan? bentuk cerita. Tokoh-tokoh cerita
gan mempercayakan sepenuhnya
dikemas juga dengan menarik. Da-
Poin kedua, Orang tua paham pembentukan tadi kepada penga-
lam cerita dijelaskan bagaimana to-
arti pentingnya dongeng, teta- suh atau lembaga pendidikan si
P U S A T N O . 11/20 1 5 83
CAKRAWALA
Proses Pengarang
Penerbit
: Imas Sobariah, dkk.
: Pustaka LaBRAK
P U S A T N O . 11/20 1 5 85
GLOSARIUM
LAKON
atawa Naskah Drama
..........
L
AKON atau lengkapnya nas- Effendi dengan karyanya Beba- Hadi, maupun para teaterawan
kah lakon –Kadang disebut sari atau Armijn Pane dengan belakangan ini.
naskah drama—adalah sa- karyanya Kertajaya, Airlangga, Lakon yang ditulis oleh para
lah satu bentuk sastra yang ditulis dan terutama Sandyakala Ning teaterawan seringkali ditulis per-
selain sebagai karya sastra juga Majapahit. Lakon-lakon tersebut tama kali sebagai naskah pertun-
untuk kepentingan pertunjukkan tampil pertama kali terutama se- jukkan yang beredar di antara
drama atau teater. Seorang penulis bagai bacaan dan —jika mungkin anggota teaternya dalam bentuk
lakon (dramatist) dapat menulis — kemudian dipentaskan sebagai stensil atau fotocopy. Belakangan
lakon sebagai sebuah karya sastra sebuah pertunjukkan teater. —jika mungkin— lakon tersebut
untuk dibaca, untuk kepentingan Namun, sejak tahun 1970-an- diterbitkan dalam bentuk buku,
pertunjukkan, atau bisa juga lakon-lakon lebih banyak ditulis seperti ditunjukkan oleh lakon-
Dalam awal sejarah sastra oleh para teaterawan, baik aktor lakon Panembahan Reso Rendra,
Indonesia modern, lakon kerap maupun terutama sutradara, se- Kapai-kapai Ari in C. Noer, atau
ditulis oleh seorang sastrawan, perti Rendra, Ari in C. Noer, Putu Opera Kecoa N. Riantiarno.
seperti ditunjukkan oleh Rustam Wijaya, N. Riantiarno, Wisran Itulah sebabnya Rendra, Ari-
in C. Noer, Putu Wijaya, dan N.
Riantiarno, misalnya, menulis le-
bih banyak lakon dibanding yang
sudah diterbitkan sebagai buku.
Sekalipun demikian, lakonpun
menggoda sejumlah sastrawan
yang bukan sutradara maupun
aktor untuk menulisnya, seperti
misalnya ditunjukkan oleh Saini
KM, penyair yang menulis lakon
dalam jumlah yang cukup banyak
dan sebagian besarnya sudah di-
pentaskan berkali-kali.
Lakon yang ditulis lebih untuk
dibaca dan bukan dipentaskan di-
P U S A T N O . 11/20 1 5 87
GLosarium
Konvensi di Amerika, Broadway
misalnya, cenderung menggunakan
lagu-lagu dalam 32 bar. Phantom of
the Opera merupakan contoh lakon
musikal semacam itu. Ketika ilm
makin berkembang, lakon musikal
pun memasuki dunia ilm dan men-
jadi ilm musikal seperti The Sound
of Music yang panen Oscar dan su-
dah menjadi klasik itu.
Di Indonesia pun, lakon teater
musikal cukup dikenal, terutama di
masyarakat Jawa dan Sunda. Dalam
masyarkat sunda, drama musikal
disebut gending karesmen, dimana
Dari dasar komedi tersebut ke- gis. Beberapa tragedi merupakan doalog-dialognya dinyanyikan be-
mudian muncul sejumlah varian se- situasi manusia yang dicengkram rupa dangding atau kawih. Dalam
perti farce, satire, dan sebagainya. nasib atau takdir yang tidak dapat perteateran modern Indonesia, la-
Farce merupakan komedi yang dia hindari. Beberapa menjadikan kon musikal jarang ditulis. Salah
unsur dan takaran kelucuannya di- pertentangan sisi gelap manusia satu sebabnya mungkin kebanya-
buat berlebihan sehingga kadang dengan sisi gelap nasib dan takdir kan sutradara atau penulis lakon ti-
kasar dan tidak jarang juga dang- manusia. Contoh lakon tragedi yang dak menguasai musik dengan baik
kal. Tidak aneh jika farce sering terkenal adalah trilogi Oedyphus sementara para komposer cende-
berisikan slapstick humour. Srimu- karya Sophocles yang sangat terke- rung kurang mengenal dunia sastra
lat, misalnya, sering menggunakan nal, juga karya-karya Shakespeare dan teater dengan baik. Kerjasama
gaya ini dan diikuti oleh berbagai seperti Hamlet, Othello, dan Romeo keduanya pun cukup jarang dilaku-
grup lewak di Indonesia. and Juliet, yang tidak kalah terkenal kan. Mungkin N. Riantiarno dengan
Sementara itu, satire adalah ko- dengan tragedi Oedypus. lakon Ma- Teater Koma-nya lah yang paling
medi yang takaran “keseriusannya“ lam Jahanam karya Motinggo Busye sering mementaskan drama musi-
ditingkatkan. Ia justru kebalikan atau Bila Malam Bertambah Malam kal atau setidaknya semi musikal.
dari farce yang merupakan komedia karya Putu Wijaya, misalnya, kuat Opera Kecoa dan Opera Julini adalah
dengan takaran kelucuan yang di- berunsurkan tragedi. contoh lakon musikal N. Riantiar-
tingkatkan. Satire sering menjadikan *** no. Dalam pementasannya ia kerap
tema-tema besar —seringkali kritik bekerjasama dengan pemusik dan
sosial— sebagai tema utamanya. Lakon musikal merupakan lakon komposer yang juga sangat men-
Lysistrata karya Aristophanes, me- berisikan cerita yang disajikan dalam genal dunia sastra dan teater, yaitu
rupakan salah satu contoh dari kha- musik dan nyanyian. Opera, misal- Harry Roesli. Harry Roesli sendiri
sanah Yunani klasik. Di Indonesia, nya, salah satu bentuk lakon musikal pernah menulis lakon musikal dan
lakon-lakon Ari in C. Noer, juga Putu yang terkenal di Eropah, khususnya mementaskan sendiri drama mu-
Wijaya, seringkali berupa satire. di Italia dan Jerman. Di Amerika Se- sikalnya dengan judul Ken A-rock.
rikat jenis-jenis teater musikal cukup Kisah Ken Arok Den Dedes digarap
*** berkembang, misalnya di Broadway. Harry Roesli dengan score-score
Lakon Tragedi adalah lawan Dalam lakon musikal, seorang kom- mutakhir saat itu berupa gabungan
dari komedi. Suasananya pun ber- poser menempati tempat penting musik rock, pop, dan sedikit jazz.
tolak belakang, lebih gelap dan dan memiliki hak untuk menempat- Pementasan Ken A-Rock tersebut
muram dengan tema-tema seperti kan dan menggu-bah setiap lagu da- meraih sukses besar dan dipadati
kematian, bencana, dan hal-hal tra- lam lakon musikal tersebut. penonton saat itu.[]