Anda di halaman 1dari 89

PUSAT

MAJALAH SASTRA
pendapa

PUSAT
majalah sastra
P ertanyaan besar bagi Indonesia kurang lebih adalah,
“Apa kiranya isi hati, impian, harapan, kecemasan,
dan kegirangan orang Indonesia di Ternate, Papua, Flores,
diterbitkan oleh
Pusat Bahasa Sumba, Timor, Kepulauan Riau, Kendari, Mandar, Makassar,
Gedung Dharma, Lt. 3 dan sebagainya?”. Pendeknya, “Apa kiranya isi hati dan dunia
Jalan Daksinapati Barat IV, batin orang Indonesia dari Sabang sampai Merauke, dari
Rawamangun, Jakarta 13220
Pos-el: majalahpusat@gmail.com
Sangir Talaud sampai Timor?” Nyaris mustahil membangun
Telepon: (021) 4706288, 4896558 sebuah negara dengan kuat dan dengan kewilayahan yang
Faksimile (021) 4750407 utuh menyentuh ke hati seluruh bangsa Indonesia tanpa
mengetahui impian, harapan, kecemasan, dan isi hati
Pemimpin Umum
masyarakat Indonesia.
Kepala Badan Pengembangan
dan Pembinaan Bahasa Beberapa tahun belakangan ini, seiring dengan pemilihan
langsung selepas reformasi, bertumbuhan lembaga-lembaga
Manager Eksekutif survey politik. Di berbagai wilayah yang tengah ada Pemilihan
Sekretaris Badan Bahasa
Kepala Daerah (Pilkada), secara acak maupun tak acak
Pemimpin Redaksi masyarakat disurvey kemana suara mereka akan diberikan.
Kepala Pusat Pengembangan Masyarakat Indonesia sedikit banyak diketahui “suara”-nya
dan Perlindungan tapi tidak isi hatinya. Setelah sang pemimpin daerah terpilih,
Wakil Pemimpin Redaksi
ia pun tidak kelewat tertarik untuk mengetahui isi hati dan
Mu’jizah dunia batin rakyat di daerahnya. Lembaga survey? Tentu
saja tidak tertarik dengan dunia batin, karena ia memenuhi
Konsultan pesanan bahwa rakyat = suara, dan dibaliknya tentu dana.
Agus R. Sarjono
Tapi isi hati dan dunia batin orang Indonesia? Untuk
Dewan Redaksi daerah-daerah di pulau Jawa, juga Sumatera dunia batin
Budi Darma ini sedikit banyak dapat dibaca dan diketahui lewat karya-
Hamsad Rangkuti karya sastra yang dihasilkan para sastrawan dari wilayah
Putu Wijaya
Manneke Budiman
bersangkutan, bahkan dari masa ke masa. Namun, hingga
kini masih sulit sekali mengetahui dan membaca dunia batin
Staf Redaksi masyarakat Papua, misalnya. Mengapa? Sejauh ini tidak ada
Abdul Rozak Zaidan karya sastra adekuat yang dihasilkan dari sana. Sementara
Ganjar Harimansyah
Saksono Prijanto
itu, dunia batin masyarakat dari Papua New Guinea malah
Puji Santosa dapat kita baca, karena karya sastra dari sana bukan hanya
ada, bahkan terbit pula dan beredar di dunia internasional
Sekretariat lewat terjemahan ke bahasa Inggris.
Nur Ahid Prasetyawan
Dina Amalia Susakto Indonesia adalah negeri yang besar, baik besar
Ferdinandus Moses wilayahnya maupun jumlah penduduknya. Wilayah sebesar
itu tentu memiliki potensi dan sekaligus masalah yang
Penata Artistik kompleks. Wilayah isik negara kesatuan Republik Indonesia
Efgeni
Nova Andryasah
tentu saja terutama menjadi tugas tentara untuk menjaga
keutuhannya. Namun, kesatuan wilayah secara batiniah
Keuangan membutuhkan sastra, seni, dan budaya. Perhatian yang besar
Bagja Mulya sudah sepatutnya diberikan pula pada keutuhan wilayah
Siti Sulastri
batiniah Indonesia, sebab meski secara isik boleh jadi
Sirkulasi dan Distribusi Indonesia masih utuh, jika secara batin tercerai-berai, maka
M. Nasir ancamannya bakal tidak tertanggungkan. Sudah waktunya
Lince Siagian kita saling membaca dan memahami. []

P U S A T N O . 11/20 1 5 1
DAFTAR ISI

TELAAH TAMAN

Agung Dwi Ertato


Puisi dan Relijiusitas 23 Sapi Sono’
Cerpen Mahwi Air Tawar 15
Saya mengawali esai ini dengan Santap tak pernah lupa membaca
kutipan puisi Sutardji Calzoum mantra-mantra pengasihan dari
Bachri yang berjudul “Satu”. Dulakkap. Dan setiap malam Jumat
Kutipan tersebut saya maksudkan ia melulur Rattin dengan bedak
sebagai pengantar untuk kuning dan air kembang agar sapi
mengawali atau setidaknya sono’-nya tetap wangi bila tiba saat
menjadi pembukaan perbincangan dikontes.
mengenai “Puisi dan Religiousitas”.

Rimba Gigantik
Cerpen Lintang Ismaya
MATA AIR
Dik Ayu nan kenyem-kenyem,
Agus R. Sarjono inboxmu
inboxm sudah saya baca
dengan
den sempurna.
Bahasa Indonesia
sebagai Bahasa Dunia 4 Jujur,
Ju saya jadi isin
sendiri, kala
semuanya
Bahasa Indonesia pernah berkalang
mencicipi sedikit posisi sebagai fatamorgana.
bahasa yang diminati meski
belum sampai berwibawa,
namun kini posisi itu boleh
dibilang nyaris musnah. Jurusan
Kajian Indonesia dan Bahasa
Indonesia di Eropa dan Amerika
makin mengecil saja, dan Puisi-Puisi Rendy Jean Satria
sebagian besar terancam tutup;
sementara Jurusan Kajian China
Sebelas Jam yang Lalu 10
dan Bahasa China kini makin Di Jalan Nyengseret 11
membesar dan menduduki SetiapKata 12
posisi penting di berbagai
kampus besar di Eropa dan Nubuat Kebahagiaan 13
Amerika Serikat. Sembahyang 14

EMBUN
Syafrizal Sahrun
81 GLOSARIUM
Lakon 86
Menumbuhkan Kembali atawa Naskah Drama
Budaya Mendongeng
Dalam awal sejarah sastra
Budaya mendongeng dalam
Indonesia modern, lakon kerap
masyarakat hampir punah. Hanya
ditulis oleh seorang sastrawan,
sebagian kecil saja orang tua yang
seperti ditunjukkan oleh Rustam
masih mendongeng untuk anaknya.
Eff endi dengan karyanya Bebasari
Selain berlatar kebiasaan, ada juga
atau Armijn Pane dengan karyanya
orang tua yang masih mendongeng
Kertajaya, Airlangga, dan terutama
karena percaya bahwa dongeng
Sandyakala Ning Majapahit. Lakon-
merupakan media pembentukan
lakon tersebut tampil pertama kali
karakter anak.
terutama sebagai bacaan ...

2 P U SAT NO. 11/2015


CUBITAN
Abdul Malik LEMBARAN
Bertahta Budi
Bermahkota Bahasa
78
Kalau hati diibaratkan kerajaan,
maka budi menjadi tahtanya dan
bahasa menjadi mahkotanya.
MASTERA
MAJELIS SASTRA ASIA TENGGARA
Hati yang terpelihara akan
memancarkan budi yang patut
dikenang untuk selanjutnya
melahirkan bahasa yang BRUNEI DARUSSALAM
menawan. Cerpen Haji Magon Haji Ghafar
Puisi Norsiah H.N
Puisi Disa

MALAYSIA
Cerpen S.M. Zakir
Puisi Tuah Sujana
Puisi Tseni Sastowardojo

PUMPUNAN
Abdul Rohim SINGAPURA
Samaris dalam Facebook 69 Cerpen Wan Jumaiah
Bisatera Mastera
Puisi Rafaat Haji Hamzah
Facebook sebagai salah satu Puisi Kamaria Buang
situs jejaring sosial memang
menjadi ruang baru bagi
para sastrawan tanah air
dan pemerhati untuk turut
menggunakannya sebagai media
INDONESIA
sosialisasi dan interaksi sastra. Cerita Pendek Dasril Ahmad
Akan tetetapi ....
Puisi Ayat Rohaedi
Puisi Leon Agusta

SECANGKIR TEH
Jalan Konsistensi 75
Suparto Brata

Suparto Brata sadar, dunia menulis yang


ia jalani akan selalu untuk belajar dan
berproses. Karena meski telah menghasilkan
seratusan lebih karya, dari kesemuanya itu
tak satu pun pernah dicetak ulang maupun
diterjemahkan ke bahasa asing. Dari
situ, dengan tenang ia pun mengatakan,
“Itu membuktikan bahwa karangan saya
mutunya kacangan barangkali, ...

P U S A T N O . 11/20 1 5 3
MATA AIR

Bahasa Indonesia
sebagai Bahasa Dunia:
Masa Depan Bahasa dan Sastra Indonesia
di Tengah Keterbukaan dan Ekonomi Bebas Asia

Agus R. Sarjono

P
PERTANYAAN penting bagi masa depan bahasa Indonesia di tengah keter-
bukaan ekonomi global adalah: “Bisakah bahasa Indonesia menjadi baha-
sa dunia?” Tentu pertama-tama harus dirumuskan dahulu apa pengertian
menjadi bahasa dunia tersebut. Apakah ia bermakna sebuah bahasa yang
digunakan banyak orang di berbagai belahan dunia? Apakah ia merupa-
kan bahasa lingua franca dalam pergaulan dunia? Atau, sebagai bahasa
yang berwibawa dan mengundang banyak peminat di berbagai belahan
dunia untuk mempelajarinya dan bahkan menggunakannya?
Dilihat dari jumlah penggunanya —selain bahasa Inggris, bahasa Chi-
na, bahasa Spanyol, dan bahasa Arab— bahasa Indonesia/Melayu boleh
dibilang cukup besar jumlah pengguna-nya. Sebagai lingua franca dalam
pergaulan dunia, mungkin bahasa Inggris lah yang sejauh ini paling me-
nonjol, sesudah itu boleh jadi bahasa Spanyol dan Perancis.
Sementara itu, bahasa yang berwibawa jumlahnya lebih banyak. Ba-
hasa Inggris, bahasa Perancis, bahasa Jerman, untuk menyebut beberapa,
merupakan bahasa yang berwibawa karena nyaris mustahil mendapat ak-
ses pada khasanah ilsafat, sastra, dan sains tanpa mengindahkan bahasa-
bahasa tersebut. Bahasa Jepang dan China akan segera menyusul wibawa
ketiga bahasa tersebut.
Bahasa Indonesia pernah mencicipi sedikit posisi sebagai bahasa yang
diminati meski belum sampai berwibawa, namun kini posisi itu boleh dibi-
lang nyaris musnah. Jurusan Kajian Indonesia dan Bahasa Indonesia di Ero-

4 P U SAT NO. 11/2015


Mata air
pa dan Amerika makin mengecil saja, Tentu adalah kenyataan bahwa dikan khasanah sastra dan pemiki-
dan sebagian besar terancam tutup; ada perbedaan besar antara Juru- ran mereka yang gemilang di masa
sementara Jurusan Kajian China dan san Kajian Indonesia di berbagai silam sebagai sesuatu yang hidup
Bahasa China kini makin membe- universitas di Eropa dan Amerika dan mereka hidupi untuk mengha-
sar dan menduduki posisi penting Serikat dengan Jurusan Kajian Ame- silkan sumbangan baru bagi khasa-
di berbagai kampus besar di Eropa rika atau Kajian Eropa di Indonesia. nah pemikiran dunia.
dan Amerika Serikat. Lebih dari itu, Nyaris semua kajian Indonesia me- Semua itu adalah hal-hal di
beberapa Jurusan Kajian Indonesia rupakan tempat para ilmuwan me- luar bahasa. Sedang jika ditilik dari
dan bahasa Indonesia yang makin lakukan kajian kritis atas kawasan kondisi internal bahasa itu sendiri,
mengecil itu bahkan telah “didudu- yang dikajinya; sementara di Indo- bahasa Indonesia memiliki cukup
ki” oleh “bahasa Malaysia”. nesia yang terjadi adalah sebalik- banyak masalah untuk menjadi ba-
Ada berbagai sebab untuk kon- nya: kajian kawasan (Amerika atau hasa dunia. Pertama-tama tentulah
disi ini. Sebab terbesar adalah posisi Eropa) memandang kawasan yang Kamus Bahasa Indonesia. Kamus
Indonesia di dunia makin mengecil dikajinya sebagai idola dan mem- bahasa Indonesia bukan hanya ti-
dan makin tidak penting. Pasca kri- posisikan diri mereka sebagai grou- pis melainkan juga labil. Ketipisan
sis ekonomi yang disusul krisis po- pies. Saya, tidak akan membahas kamus bahasa Indonesia menun-
litik dan lahirnya apa yang disebut urusan ini lebih jauh, karena bukan jukkan miskinnya kosa-kata dalam
sebagai reformasi, posisi Indonesia tema utama yang kita bicarakan. bahasa Indonesia. Celakanya, ka-
makin terpuruk baik secara ekono- Selepas reformasi, sikap ini mus yang tipis dan miskin itu labil
mi maupun politik. Ramalan bahwa tidak pernah diubah. Belum ada pula. Kamus yang tipis mungkin
Indonesia akan menjadi macan asia upaya signi ikan untuk mamban- masih bisa dimaa kan, namun ka-
pada kenyataannya sekedar menja- gun hubungan yang lebih harmonis mus yang labil hampir tak termaaf-
di macan kertas. Bukan hanya pe- dengan lembaga-lembaga pengkaji kan dan membuat frustasi bangsa
ran Indonesia di dunia makin tidak Indonesia di berbagai manca ne- Asing yang ingin menguasai bahasa
berarti, peran Indonesia di lingkun- gara. Sementara Malaysia, dengan Indonesia.
gan Asean saja sudah tidak begitu murah hati mengirimkan buku-bu- Sebuah kamus diharapkan men-
diindahkan. Singapura dan Malay- ku terbitan mereka untuk meleng- jadi dermaga yang kokoh bagi kapal
sia menduduki peran yang lebih kapi perpustakaan-perpustakaan bahasa, atau landasan yang kokoh
besar dan terus-menerus mencoba kampus yang memiliki kajian Indo- bagi pesawat bahasa. Ada kecende-
meyakinkan dunia bahwa mereka nesia. rungan dalam perkamusan bahasa
berperan besar, lepas dari dunia Bahasa dari suatu bangsa yang Indonesia untuk justru mengacak-
mengakuinya atau tidak. posisinya di dunia tidak meyakin- acak dan mengodal-adil (kata ini ti-
Penyebab lain adalah sikap kan baik secara ekonomi, politik, dak ada dalam kamus yang tipis itu)
pemerintah Indonesia terhadap dan kebudayaan, tentu tidak akan kosa kata yang hidup dan ada dima-
lembaga-lembaga akademis peng- menarik perhatian orang untuk syarakat, bukannya memperkaya
kaji Indonesia. Ada suatu masa di mempelajarinya. Bahasa Yunani dan memantapkan kamus yang ada.
mana para Indonesianis menga- pernah menduduki posisi penting Sebagian besar kosa kata Indonesia,
lami pencekalan untuk datang ke karena ketinggian khasanah ilsa- ejaan dan bentukan katanya banyak
Indonesia. Ben Anderson, misalnya, fat dan sastranya. Namun, setelah dipengaruhi oleh bahasa Arab dan
dengan getun terpaksa mengalih- nyaris semua khasanah pemikiran Belanda. Kini, ada kecenderungan
kan arah kajiannya ke Filipina dan Yunani diterjemahkan, tak banyak untuk menerapkan kaidah bahasa
Thailand karena nyaris mustahil yang memandang perlu untuk Inggris. Maka, perubahan demi pe-
bagi seorang ilmuwan serius untuk mempelajari lagi bahasa ini. Apala- rubahan cenderung dilakukan da-
dapat terus-menerus menyegarkan gi masyarakat Yunani sendiri yang lam rangka “menginggriskan” baha-
bidang kajiannya jika dilarang da- kini menjadi bangsa termiskin di sa Indonesia. Suatu kata, yang sebe-
tang ke negeri yang dikajinya. Eropa itu, nampaknya tidak menja- lumnya ada di kamus diperbaharui

P U S A T N O . 11/20 1 5 5
Mata air
dan diganti cara penulisannya, atau am? Jika “geming” = “nagen” (Sun- penunjuk waktu (tenses) bentukan
bahkan maknanya. da); “bergeming” = “bernagen?” kalimat dalam bahasa Indonesia
Kata “bergeming”, misalnya, per- Ini salah satu contoh saja. Masih bisa demikian liat dan lentur. Ini
nah dimaknai sebagai “bergeser se- ada sejumlah cukup meyakinkan belum ditambah dengan hadirnya
dikit”. Maka dalam kalimat “Meski kata yang maknanya berbeda-beda imbuhan yang benar-benar menen-
mendapat berbagai ancaman, dia antara makna yang dikenal serta di- tukan makna suatu kata.
tetap tidak bergeming”, kata tidak gunakan masyarakat dengan mak- Dalam karya sastra, ambiguitas
bergeming bermakna, tidak berge- na yang ditetapkan di kamus. Kata bahasa Indonesia menguntungkan
ser sedikitpun. Kini kata bergeming “dukana”, misalnya, bagi sebagian sekaligus mencelakakan. Ketak-
memiliki makna yang sepadan den- masyarakat bermakna kata sifat saan tersebut menguntungkan jika
gan kata nagen dalam bahasa Sun- dari kata “duka”. Dalam KBBI duka- bahasa Indonesia dikuasai dengan
da, sehingga kalimat di atas akan na diartikan sebagai berikut: baik dan ketaksaan itu dimanfaat-
ditulis menjadi “Meski mendapat kan secara bijak. Namun, seringkali
berbagai ancaman, dia tetap ber- du•ka•na n kuat syahwat; ketaksaan tersebut tidak dikenali
geming”. Tidak begitu jelas, apakah nafsu berahi: menyimpan dengan baik, dan para sastrawan
“ber” di sana merupakan imbuhan wanita untuk pemuas nafsu -- —khususnya penyair— makin
bagi “geming” atau kesatuan kata termasuk dosa besar mengambiguitaskannya sedemiki-

dengan “geming” sehingga menjadi Seorang penutur asing benar- an rupa. Ini masih ditambah den-
kata utuh “bergeming”. benar sebatang kara dalam berha- gan fakta bahwa bahasa Indonesia
Dalam Kamus Besar Bahasa dapan dengan bahasa Indonesia ternyata tidak benar-benar diku-
Indonesia, terpampang informasi karena tak ada yang dapat dipegang. asai dengan memadai, baik dalam
berikut ini: Seorang penerjemah yang dengan kaidah kebahasaannya maupun da-
sungguh-sungguh menjadikan KBBI lam logika berbahasa.
ge•ming Jk, ber•ge•ming = sebagai pegangan akan menghasil- Saya kutip beberapa larik sa-
tidak bergerak sedikit juga; kan teks terjemahan yang maknanya jak dari beberapa penyair terkenal
diam saja;
jauh dari teks yang ia terjemahkan. Indonesia.
ter•ge•ming = terdiam
Jika demikian, kepada siapa ia harus
menggantungkan dirinya di medan Ia telah mendapatkan celana
Kata “geming” nyata tidak ada
bahasa Indonesia? idaman yang lama didambakan,
penjelasannya, yang ada artinya
adalah kata “bergeming”. Namun, meskipun untuk itu ia harus
kehadiran “tergeming” yang di- Ketaksaan bahasa Indonesia berkeliling kota dan masuk
artikan “terdiam” ada di sana. Kita Bahasa Indonesia ternyata ada- ke setiap toko busana.
menduga geming = diam. Jika de- lah bahasa yang taksa alias penuh
*
mikian, apakah bergeming = berdi- ambiguitas. Selain tidak adanya

6 P U SAT NO. 11/2015


Mata air
Kelak bila kuputuskan tali yang jemahkan karya ilsafat Yunani dari tar Lubis, Pramoedya Ananta Toer,
telah mengikat tubuh dan bahasa Arab (selain karya Sains dan Rendra, Umar Kayam, Tau iq Is-
usiaku. ilsafat para pemikir Arab); demiki- mail, Goenawan Mohamad, Sutard-
an seterusnya. ji Calzoum Bachri, Ahmad Tohari,
*
Upaya penerjemahan yang ter- dan lain-lain. Sejauh ini belum ada
Ubun-ubunku di tancapkan
program baik dan sungguh-sung- penerjemahan yang meyakinkan
mantra. Kepalaku ditaburi dari karya-karya sastra terkemuka
guh dari berbagai karya besar
beragam bunga. … Indonesia ke dalam bahasa asing,
dalam peradaban dunia ke dalam
Tubuhku dililitkan kain-kain apalagi karya-karya klasik Indone-
bahasa Indonesia tidak pernah di-
kuno
lakukan semasif dan seterencana sia mulai dari Hamzah Fansuri, Raja
Jepang pada saat restorasi Meiji. Ali Haji, Haji Hasan Mustapa, Ki
Jika penyair yang medianya Saat menerjemahkan karya-karya Ronggowarsito, Aisyah Sulaiman,
adalah bahasa saja sudah sedemi- ilsafat dan sains, ketaksaan baha- dan lain-lain.
kian rupa penguasaan bahasanya sa Indonesia akan diuji dan diter- Hasil sastra tersebut, ternyata
maka dapat dibayangkan bagaima- tibkan. Bahkan, bahasa Indonesia tidak diimbangi dengan karya-karya
na yang bukan penyair. akan didorong serta ditingkatkan ilsafat dan sains. Buku-buku yang
dayanya melintasi batas-batas yang ditulis oleh ilmuwan Indonesia di

Penerjemahan tersedia dalam bahasa Indonesia berbagai bidang sains dapat dihitung
Salah satu cara tercepat dalam itu sendiri. dengan jari. Karya ilsafat? Hampir
mendewasakan sebuah bahasa ada- tidak ada. Dengan semua itu, nyaris
lah dengan menerjemahkan. Dalam Penghasilan Karya Sains, tak ada alasan bagi bangsa lain un-
kerja penerjemahan yang sungguh- Sastra, dan Filsafat tuk belajar bahasa Indonesia.
sungguh, sebuah bahasa akan diuji Pada akhirnya, sebuah bahasa Upaya penting yang patut dila-
sampai batas terjauh oleh bahasa menjadi berharga atau tidak akan kukan pertama-tama adalah me-
yang diterjemahkan. Semua baha- ditentukan juga oleh apa yang diha- nguasai dengan baik dan benar
sa mengalami peningkatan signi i- silkan masyarakat pengguna baha- bahasa Indonesia dan menyelaras-
kan lewat penerjemahan. Bahasa sa dalam bahasa bersangkutan. kannya dengan kemampuan ber-
Jerman modern dihasilkan lewat ikir secara logis dan teratur. Jika
Dalam bidang sastra, bahasa
upaya Martin Luther menerjemah- bahasa Indonesia telah digunakan
Indonesia sudah menunjukkan ha-
kan Alkitab. Bahasa Arab mengala- dan mampu membuat para peng-
sil yang lumayan. Dalam usia yang
mi peningkatan saat menerjemah- gunanya mengemukakan pikiran
pendek, telah lahir karya-karya sas-
kan berbagai karya ilsafat Yunani secara teratur dan logis, maka se-
tra yang meyakinkan dari tangan
dan India; bahasa Latin mengalami buah langkah besar telah diayun-
Amir Hamzah, Sanusi Pane, Armijn
peningkatan saat digunakan mener- kan hingga memungkinkan bangsa
Pane, Chairil Anwar, Idrus, Moch-

P U S A T N O . 11/20 1 5 7
Mata air
Indonesia bertindak secara logis luang menjadi bahasa dunia. Na- buhan, tanda baca, bahkan tata ba-
pula. Dengan itu, yakni dengan mun, jika berbagai kondisi yang di- hasa, tidak dapat menununjukkan
mampu berpikir logis dan teratur kemukakan di atas tidak ditangani kebesaran dan kehebatan sebuah
serta mampu mengemukakannya dengan sungguh-sungguh, maka bahasa. Bahkan bahasa Petjoek
secara lisan —terutama secara jangankan menjadi bahasa dunia, —semacam creole campuran Belan-
tertulis— dalam bahasa Indonesia menjadi bahasa bagi orang Indone- da-Jawa-Betawi— pada mulanya
yang baik dan benar, maka perla- sia pun boleh jadi makin lama akan adalah bahasa yang ditertawakan
han-lahan bahasa Indonesia akan makin ditinggalkan. dan bahkan dilecehkan oleh orang
menjadi bahasa yang kokoh berkat Apakah pesisnya urusan-uru- Belanda karena diangap aneh dan
karya-karya tulis di bidang sains, san kecil dan urusan besar dalam menyalahi seluruh struktur dan
sastra, dan ilsafat. bahasa? kaidah bahasa Belanda. Tapi Tja-
Bahasa yang dikuasai dengan Ada baiknya kita mencoba me- lie Robinson (nama asli Jan Boon,
baik oleh masyarakat pendukung- nengok pada dunia musik. Urus- nama samaran lainnya Vincet Ma-
nya dan mampu membuat penggu- an-urusan kecil dan teknis dalam hieu) dengan menggunakan bahasa
na bahasa tersebut berpikir teratur musik adalah chord, ketukan, dan “aneh” itu berhasil menulis karya
dan logis akan menghantarkan ma- de inisi jenis-jenis musik. Urusan sastra besar, khususnya sebagai-
syarakat bahasa itu hidup secara besar adalah tradisi musik itu sen- mana ia tunjukkan dalam Piekerans
cukup logis dan cukup teratur (ten- diri. Jika sekolah musik menyibuk- van een straatslijper. Orang Belanda
tu ini penyederhanaan, namun Lao kan diri terus-menerus dengan totok tidak bisa tertawa lagi. Buku
Tse sekurang-kurangnya pernah pembelajaran chord, ketukan dan ini, sekarang menjadi salah satu
mengemukakan bahwa untuk mem- de inisi jenis-jenis musik tapi tidak khasanah penting sastra Belanda.
perbaiki suatu masyarakat, perbaiki pernah berenang dan menyelam ke Maka, membaca sastra adalah
bahasanya). samudera tradisi musik itu sendi- urusan besar bagi mereka yang stu-
Jika bangsa Indonesia dan nega- ri, maka seumur hidupnya ia tidak di bahasa Indonesia, sebagaimana
ra Indonesia menjadi negara yang akan dapat mengapresiasi musik mengapresiasi musik klasik ada-
patut dan berperan penting dalam dan sekaligus tidak dapat mengu- lah urusan besar bagi mereka yang
kehidupan dunia, baik di bidang asai urusan teknis (chords, ketukan, studi musik. Bahasa Indonesia Pu-
ekonomi, politik, budaya, sains, dan dan sebagainya). Cara terbaik da- jang-ga Baru —apalagi Balai Pusta-
teknologi, maka dengan sendirinya lam berurusan dengan musik ada- ka— misalnya, memiliki perbedaan
bahasa dari bangsa yang patut itu lah dengan langsung mengapresiasi signi ikan dengan bahasa Indonesia
akan patut menjadi bahasa dunia khasanah musik, mulai dari musik Armijn Pane dalam Belenggu, pad-
yang dipelajari dan bahkan diguna- berbagai negeri klasik hingga mu- ahal ia ditulis semasa dengan era
kan dalam pergaulan dunia. sik-musik mutrakhir sekarang ini. Pujangga Baru. Seandainya Indo-
Tentu, potensi itu ada. Negara Mereka yang dididik mengapresi- nesia tidak memiliki Chairil Anwar
Indonesia sungguh-sungguh memi- asi karya Bach dan Bethoven serta (serta Idrus, pada cerpen), bahasa
liki potensi luar biasa untuk menja- dibiasakan untuk memainkannya, Indonesia kita kurang lebih akan
di negara besar dan disegani dunia. tentu dapat merasakan (kemudian seperti bahasa Indonesia-nya Ma-
Namun, potensi tidak dengan sendi- bahkan menganalisis) perbedaan laysia (yang tidak memiliki Chairil
rinya melahirkan kenyataan. Segala keduanya. Tentu saja bagi siswa se- Anwar dan Idrus).
sesuatu dimulai dengan pikiran. macam ini, ujian mengenai chord,
Negara yang berpikir urus-an-uru- ketukan, jenis musik dsb. dapat di- Penutup
san kecil mustahil menjadi negara lalui sambil tiduran. Untuk menghadapi keterbuka-
besar. Bahasa yang sibuk dengan Hal yang sama terjadi pada an ekonomi, ada berbagai tugas
urusan-urusan kecil, juga mustahil pembelajaran bahasa. Urusan be- dan persiapan yang harus dilaku-
menjadi bahasa besar. sar bahasa adalah penggunaannya kan Negara, seperti: good and clean
Bahasa Indonesia dilihat dari pada puncak kemampuan berba- governance, transparansi internal,
jumlah pemakainya sangat berpe- hasa, yakni sastra dan ilsafat. Im- kebijakan dan keberpihakan eko-

8 P U SAT NO. 11/2015


Mata air
nomi yang jelas dan konsisten, serta yang akan sudi membeli pesawat merajai pasaran. Tentu hal ini didu-
berbagai hal lain yang bukan tugas buatan Si-ngapura, Zimbabwe, Ne- kung oleh inovasi Korea Selatan di
saya untuk memerikannya. Namun, pal, bahkan Saudi Arabia. Menga- bidang teknologi tersebut. Namun,
di bidang bahasa dan sastra, tugas- pa? Karena negara-negara itu tidak jika semata urusan teknologi, Fin-
nya sangatlah jelas, yakni memasok dikenal memiliki tradisi sastra (dan landia, Jepang, Jerman, pun sama
kewibawaan, harga diri, dan bona- ilsafat) yang meyakinkan. Sebalik- sekali tidak kalah. Ketiga Negara ini
iditas Budaya Negara Kesatuan Re- nya, kapan saja China atau India kalah dalam memperebutkan posi-
publik Indonesia. Dilihat dari segi berhasil membuat pesawat, dengan si berwibawa dalam pergaulan pop.
khasanah sastra yang kita miliki, mudah orang akan percaya untuk Mobil Korea Selatan di Indonesia
tugas itu sudah relatif dijalankan. membelinya, karena kedua negara belum mampu menyaingi bona idi-
Yang belum dijalankan adalah mem- tersebut memiliki agunan meya- tas mobil Jepang. Jika, Korea Sela-
perkenalkan sumber-sumber kewi- kinkan di bidang budaya berupa tan dapat meyakinkan publik Indo-
bawaan budaya Indonesia itu ke khasanah sastra yang meyakinkan. nesia bahwa mobil adalah bagian
mancanegara. Jika sastra Indonesia Jepang, misalnya, sudah membuk- dari kehidupan pop, bukan tidak
diperkenalkan secara sungguh-sun- tikannya. mungkin mobil Korea Selatan pun
gguh ke mancanegara, maka dunia Korea Selatan tidak memiliki akan menggeser mobil Jepang.
internasional akan perlahan-lahan khasanah sastra (dan ilsafat) yang Memperkenalkan negara Indo-
mengenal serta mengakui bahwa meyakinkan. Namun, karena ne- nesia yang memiliki S.T. Alisyahba-
Indonesia adalah sebuah negara gara ini menyadari pentingnya wi- na, HAMKA, Armijn Pane, Mochtar
modern dengan tradisi tulis yang bawa sebuah negara dalam perda- Lubis, Pramoedya Ananta Toer,
meyakinkan. Negara dengan tradi- gangan bebas, maka secara massif, Rendra, Ahmad Tohari, dan seba-
si tulis yang meyakinkan tersebut sistemik, dan terpadu, Korea Sela- gainya ke dunia luas niscaya akan
akan menjadi negara yang patut di- tan menjadikan negerinya sebuah membuat Indonesia menjadi nege-
dengar dan diindahkan dalam per- brand besar. Brand tersebut dicoba ri yang berwibawa. Namun, hal itu
gaulan bangsa-bangsa. Lebih jauh direbut dan diraih lewat K-pop dan sulit dilakukan jika orang Indonesia
lagi, berbagai produk Indonesia, industri ilm sinetron yang dise- sendiri, khususnya dosen dan ma-
khususnya produk berbasis tekno- barkan ke mancanegara. Ekspor hasiswa Jurusan Bahasa Indonesia,
logi tinggi —jika kita punya— da- budaya pop itu berhasil menjadi- tidak membaca, mengapresiasi, me-
pat diserap dunia internasional, ka- kan Korea Selatan sebagai negara nikmati, dan mencintainya. Hanya
rena hanya negara dengan budaya berwibawa di dunia pop. Dengan mereka yang penuh cinta dan beker-
sastra (dan ilsafat) yang meyakin- memposisikan gadget —hand pho- ja keras bagi cintanya yang punya
kan yang dapat dipercaya mampu ne, tablet, komputer— sebagai ba- peluang meyakinkan dunia bahwa
menghasilkan teknologi tinggi. Ti- gian utama dari budaya pop, maka apa yang dia cinta itu benar-benar
dak ada satu negara pun di dunia dengan mudah gadget buatan Korea berharga dan patut dicintai. []

AGUS R. SARJONO adalah penyair, esais, dan penulis lakon drama. Buku puisinya terbaru adalah Gestatten, mein
Name ist Trübsinn (Berlin, 2015) dan Surat-surat Kesunyian (2016). Dramanya terbit dalam 2 edisi: Disaster (bilin-
gual Jerman-Inggris) dan The Theatre (bilingual Inggris-Indonesia). Bersama Berthold Damshäuser menjadi editor dan
penerjemah Seri Puisi Jerman dan menerbitkan buku puisi Rilke, Brecht, Celan, Goethe, Enzensberger, Nietzsche,
Georg Trakl, dan Hermann Hesse. Mantan Ketua DKJ (2002–2006) ini menjadi penulis tamu di International Institute
for Asian Studies (IIAS), Leiden (2001); Böll-Haus, Langenbroich (2002-2003); dan Künstlerhaus Schloss Wiepersdorf,
Brandenburg (2015). Ia mendapat “Hadiah Sastra Mastera” dari Malaysia untuk buku puisinya Lumbung Perjumpaan
(2012); dan “Sunthorn Phu Award” dari Thailand untuk lifetime achievement di bidang sastra (2013). Sehari-hari be-
kerja sebagai dosen Jurusan teater di ISBI Bandung, Pemimpin Redaksi Jurnal Kritik, dan Pemimpin Umum Jurnal Sajak.
Karyanya diterjemahkan ke bahasa Inggris, Jerman, Perancis, Belanda, Finlandia, Polandia, Kurdi, Jepang, Korea, China,
India, Vietnam, Thailand, dan Arab.

P U S A T N O . 11/20 1 5 9
TAMAN

Puisi-Puisi Rendy Jean Satria

Sebelas Jam yang Lalu

Sebelas jam yang lalu


Ia datang, membawa sisa
Gerimis di kantong bajunya

Lengan yang dingin


Seperti sebuah isyarat
Tentang rasa dan putus asa
Paling akhir

Mungkin saja, ia akan


Menarik selimut tebal
Dan mendekap erat-erat
Kenangan-kenangan
Di jalan becek tadi

Tentu tak lupa, ia


Menutup segala suara
Yang datang padanya

Tak ada rindu hari ini


Mungkin juga lusa
Mungkin tak ada sama sekali

Sehelai rambut pacar


Yang terselip di buku puisinya
ia letakan pelan-pelan
di sampingnya

Katanya,
Semua bakal berlalu

10 P U SAT NO. 11/2015


Taman

Puisi-Puisi Rendy Jean Satria

Di Jalan Nyengseret, Bandung

Perlahan kudatangi lagi jalan penuh lubang


Mengitari kata, membikin hidup tak bimbang
Angin malam tersungkur di antara gang-gang
Kecil penuh coretan tangan, lorong berlumut
Warna-warna perasaan, kuurai dalam lamun
Dan kita ada di dalamnya

Dengan apa lagi aku harus datang? Kalau


Bukan lewat puisi dan sujud yang dingin ini
Bahwa setiap sentuhan kita adalah kehendaknya
Bahkan mendung yang berkedip dari matamu
Mampu mematahkan ranting-ranting keresahan
Dalam dadaku

Dulu kesedihan jangka panjangku, sulit


Kuhancurkan, hari-hari sunyi merampas
Waktuku dengan ganas dan dalam kesendirian
Kuhirup wangi asmara di sini, menyelinap
Di seluruh darahku

P U S A T N O . 11/20 1 5 11
Taman
Puisi-Puisi Rendy Jean Satria

Setiap Kata

Di jagat raya yang tak terhingga


Berkilo-kilo beban sejarah, berkali-kali pena
habis, tetumbuhan mati dan hidup
Bertahun-tahun, kuhabiskan
Hanya dengan menghitung
Setiap kata yang keluar dari bibirmu.

Berbatang-batang bintang
Telah kuserahkan. Beribu-ribu tahun
Yang akan tiba. Bermakmum-makmum
Kebahagiaan deret panjang antrian doa-doa
Seperti setiap kata yang keluar dari bibirmu.

Bersungai-sungai kerisauan
Mengalir menuju laut.
Bulan hanya bisa dipandang
Dari kejauhan. Seperti menunggu
Setiap kata yang keluar dari bibirmu.

12 P U SAT NO. 11/2015


Taman
Puisi-Puisi Rendy Jean Satria

Nubuat Kebahagiaan

Daun-daun telah dimatangkan waktu


Di antara kubah masjid, jalan bebatuan, pohon tua
Barisan kata-kataku seperti makmum kepadamu
Ketika setiap perumpamaan berubah menjadi petunjuk
Yang tak bisa kupahami sebagai peta atau panggilan
Di mataku terbentanglah mega-mega yang berlayar
Lagi-lagi aku merasa ruang bukan lagi ruang

Wajahku telah lama dialiri sungai airmata


Yang lebih asin dari kemegahan lautan dan terlihat
Sebagai fatamorgana yang melepaskan kefanaan
Dari kejauhan, Sa’di, Anwari, Firdausi memanggil-
Manggil gerhana keheningan, ketika Syams Tabriz
Telah mendirikan kemahnya di ujung timur
Dan Khaqani telah menguraikan rahasia-rahasia
Cahaya batin dengan sekuntum diwan
Laut zamzam telah diminum habis
Dan gunung-gunung telah ditundukan Al-Bushiri

Aku menerima rerentuhan bintang- bintang


Dari nubuat-nubuat para kekasih masa lalu
Yang kujadikan sajadah pertaubatan yang sunyi
Sampai jarak langit dan bumi, terlalu dekat dari
Pandanganku, sampai sujudku tak lagi bisa dibilang
Sebagai penghilang rasa haus bertahun-tahun

Puisi adalah jembatan terakhir


Bagiku untuk menemuimu secara diam-diam
Melemparkan kerinduan, juga kasih sayang
Karena kau adalah permulaan dari kebahagiaan
Selagi bulan dan matahari
Masih bisa dijadikan rumah doa-doaku

P U S A T N O . 11/20 1 5 13
Taman
Puisi-Puisi Rendy Jean Satria

Sembayang

Macapat-macapat telah berubah menjadi gema


Dan sepasang tebing di hadapanku meleleh
Kupersembahkan segala mawar-mawar kesunyian
Sebelum aku mengenal angin dan waktu
Kelahiran demi kelahiran menetes dari langit
Arca-arca kulebur menjadi abu, patung-patung
Telah dijilati air liur gaib, kaligra i-kaligra i telah
Kucoret dengan sebongkah arang. Sujud-sujud
Atau rukuk- rukuk sama saja. Sembayangku
Hanya sampai pada pertengahan
Sedangkan pertempuran terus berlangsung

Aku telah lama jatuh hati pada lekuk barat


Tikungan angan-angan dan di situ pusat
Seperti payudara matahari. Bianglala maut
Semakin lama, semakin kemari, seperti
Pemabuk yang teler di gang-gang sempit
Kamar-kamar sutra bertembokan pelangi
Ruang-ruang menjadi sempit karena airmata
Samar-samar masih kudalami kitab suci
Hatiku ditumbuhi bintang-bintang asing
Sajadahku tertutupi duri dan debu

Rendy Jean Satria, lahir di Cimanggis, Depok 4 Januari 1989. Masa remajanya dihabiskan di Pondok Pesantren Al-
Qur’an Al-Falah 2 Nagreg. Lalu belajar ilmu seni di STSI Bandung. Pada tahun 2013 meluncurkan buku puisi perta-
manya Dari Kota Lama. Tahun 2012, diundang dalam program bidang puisi Majelis Sastera Asia Tenggara (MASTERA).
Tahun 2013, diundang dalam pertemuan penyair Jawa Barat terkini dari Disparbud Jawa Barat Tahun 2014, diundang
dalam pertemuan penyair muda di ASAS, UPI Bandung. Puisi-puisinya banyak dimuat di Jurnal Sajak, Indopos dan
Pikiran Rakyat

14 P U SAT NO. 11/2015


Taman

Sapi Sono'
Cerita Pendek Mahwi AIr Tawar

K KALUNG kuningan di leher Rattin berdenting-denting. Gelang di keem-


pat kaki sapi sono’ itu terus menggemerincing. Hewan itu berlenggang
mengikuti irama saronen diterangi sinar serungking , menambah elok
badannya yang berlumur bedak kuning.
Bau kemenyan dan bunga terus menyeruak dari samping langgar. Di
sana, Dulakkap khusyuk merapal mantra. Ketika ia menaburkan beras
kuning pada sabut kelapa, pertil-pertil cahaya kemerahan berhambu-
ran dari sela-sela sabut kelapa seiring lenguhan dan lenggang Rattin.
Rattin terlihat sudah lelah dan kesakitan, tetapi ia harus menga-
lah demi kepuasan Santap, orang yang memilikinya. Mengenakan kaos
loreng dan celana hitam komprang, Santap menyambar-nyambarkan
pecut rotan pada badan Rattin. Para penonton tertawa dan bertepuk
tangan. Semakin lama Santap semakin kalap, dan Rattin hanya bisa me-
lenguh panjang untuk mengadukan rasa sakitnya.
Sekali waktu Rattin tak kuat lagi dan ambruk ke tanah. Tetapi San-
tap tak peduli. Ia bahkan membentak Labang, peniup saronen, ketika
suara musik itu padam. Rattin tak diberi kesempatan untuk melemas-
kan otot-otot yang kejang dan badannya yang kesakitan.
“Tiup saronen, Labang!” seru Santap.
Rattin berdiri tetapi kembali terhuyung dan jatuh. Ia hanya sanggup
mendekam di atas tanah yang basah oleh air kembang. Para penonton
mulai berbisik-bisik.

P U S A T N O . 11/20 1 5 15
Taman

Sebenarnya, malam ini Santap mukau – tentu dengan manik-ma- degan, atau mainan khusus anak-
sedang menguji kekuatan Rattin. nik, kalung, gelang kaki, dan per- cucu. Itulah yang tak dilakukan
Ia sudah mempersiapkan semua hiasan lainnya sebagaimana yang Madrusin, Martai, dan Sullam.
kebutuhan Rattin sejak jauh-jauh dikenakan pada malam ini.
hari. Bertahun-tahun ia memeli- Santap menjalankan semua ***
hara Rattin dengan sepenuh hati pesan Dulakkap dengan ketat ka- Cah, tas, cah, taskatas.
dan jiwa-raganya. Sepuluh telur rena dukun itu memang sakti. Du-
ayam kampung, jahe, dan madu Saksikanlah lenggak-lenggok
lakkap mampu membuat wajah
adalah santapan wajib Rattin Rattin dalam iringan saronen dan
sapi buruk rupa sekali pun terli-
yang tak pernah terlambat diberi- senandung kèjung . Rattin yang
hat cantik hingga dukun itu men-
kan. Santap juga tak pernah terlu- memang terlatih dan terus di-
jadi rebutan para pemilik sapi,
pa membacakan mantra-mantra latih berlenggang dalam lingka-
mulai dari Madrusin dan Martai
pengasihan dari Dulakkap. Dan ran orang-orang yang menikma-
hingga Sullam. Tetapi Santap tak
setiap malam Jumat ia melulur ti gerakannya yang gemulai tak
ingin Rattan diduakan sehingga
Rattin dengan bedak kuning dan ubahnya tarian tandak. Dentin-
ia tak keberatan memanjakan Du-
air kembang agar sapi sono’-nya gan kalung, gemerincing gelang
lakkap. Setiap kali Santap men-
tetap wangi bila tiba saat dikon- kaki, dan kilauan pernak-pernik
gunjungi Dulakkap, pastilah tidak
tes. saat diterpa cahaya serungking
dengan tangan kosong. Minimal,
membuat Rattin tampak semakin
Karena itulah Santap yakin ia akan membawakan Dulakkap
memesona.
bahwa dalam setiap kontes kecan- sekarung jagung, atau ikan pin-
tikan sapi, Rattin akan tampil me- dang, atau berpuluh-puluh buah Samlohai….

16 P U SAT NO. 11/2015


Taman
Atanèya cao jâi, namèn temmo “Sudahlah. Lakukan saja,” buran,” bisik Dulakkap.
banna nangka. Asarèya tao bâi, mè’ jawab Dulakkap. Rattin menatap Dulakkanp
ta’ nemmo cara dhika. Santap mendekati Rattin. Sapi dengan sayu seraya melenguh pilu.
Sorak-sorai dan puji-pujian itu masih tak berdaya dan mende- Dulakkap menyuruh Santap
terus terdengar. Tepuk tangan kam dalam lingkaran penonton. mengambil telur ayam kampung,
penonton tak putus-putus. Tetapi Sesekali hewan itu menjilati busa jahe, dan madu.
Rattin memandang mereka den- yang meleleh bersama liurnya. Se-
gan sayu, seakan ingin berkata, telah Santap mengusap mulut Rat- ***
“Pulanglah…, pulang kalian agar tin dengan selendang merah, sapi
Kuburan yang biasanya gelap
aku dapat istirahat.” sono’ itu tiba-tiba saja pulih tena-
itu kini tampak remang. Dulakkap
Dan Rattin memang tak kuat ganya: ia memberontak dan men-
membawa beberapa sabut yang
lagi. Sekali lagi ia ambruk. Saronen gibaskan ekornya kepada Santap.
membara dan meletakkannya
padam. Para penonton yang tadi “Tiup saronen!” seru Dulakkap di antara beberapa nisan. Rattin
memuji Rattin dan kesaktian Du- sambil tertawa puas. sudah dibawa masuk ke area ku-
lakkap kini bungkam. Santap me- Rattin terus memberontak hin- buran. Sapi itu seperti mengerti
natap Rattin berang dan menen- gga tali-tali di lehernya terlepas. kesunyian kuburan yang menakut-
dangi pantat sapi sono’ itu. Sapi sono’ itu akhirnya melepaskan kan. Hewan itu mendengus-den-
“Santap kesurupan,” seorang semua tali yang melilitnya dan ber- gus dan melenguh keras.
penonton berkomentar. lari menerjang lingkaran. Penonton Dulakkap memerintahkan La-
“Pasti.” panik dan segera mengejarnya. Di bang meniup saronen agar genap
simpang jalan, Rattin berbalik dan ritual persembahan bagi leluhur
“Mana Dulakkap?” tanya pe-
memandangi para pengejar yang itu. Di antara bunyi saronen, Du-
nonton yang lain.
segera membentuk lingkaran da- lakkap terus berkomat-kamit:
Rattin merebahkan kepalanya lam posisi siap untuk menangkap. “Bantulah anak putu -mu.” Lalu du-
di atas tanah dan memandangi
*** kun itu mengangsurkan kembang
para penonton. Lenguhannya kini
ke dalam mulut Rattin. Santap ter-
serak dan parau. Ia seakan berka-
Ketika saronen berhenti, Du- senyum ketika sapi itu membuka
ta, “Kalian tak ingin tidur? Kenapa
lakkap mengusap-usap cincin mulut, mengunyah kembang, dan
kalian memandangiku begitu? Aku
akiknya. Lalu ia menghampiri Rat- melenguh panjang dengan kepala
ingin istirahat.”
tin dan mengusapkan air kembang mendongak.
Melihat Rattin tak berdaya, dan asap kemenyan di badan sapi “Leluhur memberi restu,” kata
Santap mendekati Dulakkap yang itu. Beras kuning yang dikunyah- Dulakkap.
sudah duduk di atas langgar. Du- nya sedari tadi kini diberikan ke-
lakkap menyuruhnya diam. Du- Labang berhenti meniup sa-
pada Rattin: itu adalah bagian dari
kun itu kemudian menaburkan ronen sebagai tanda bahwa ritual
syarat yang tak boleh dilupakan
kemenyan di atas sabut kelapa sudah selesai. Santap tertawa. Ia
agar wajah sapi itu tetap tampak
hingga bau sengak kemenyan yang beranjak mendekati dan baru saja
elok, tidak kisut, dan bedaknya tak
bercampur dengan bau tak sedap akan mengusap punggung Rat-
luntur sebelum kontes digelar.
celatong meruap di udara. tin ketika sapi itu tiba-tiba men-
“Boleh aku istirahat?” seakan- ggoyangkan kepala dan melenguh
“Usaplah mulut Rattin dengan akan Rattin bertanya. keras sekali. Dulakkap menggera-
ini!” kata Dulakkap sambil mem-
Dulakkap membasahi wajah gap dan cepat-cepat meminta air
berikan sehelai selendang merah
Rattin dengan air kembang. kembang dan kemenyan sementa-
menyala pada Santap.
“Istirahat setelah kontes se- ra Labang kembali meniup saronen
“Untuk apa?” Santap bertanya.
lesai. Malam ini kita masih ke ku- dengan panik tanpa diperintahkan.

P U S A T N O . 11/20 1 5 17
Taman
Kuburan yang biasanya senyap itu istrinya agar segera menyiapkan Dulakkap, yang merasa nama
seketika hingar oleh bunyi saronen pakan Rattin, atau memanggil baiknya sebagai dukun terancam,
dan lenguhan Rattin. orang-orang untuk ikut berpes- tak mau berendah diri dan balik
Tak ada yang menyangka ta di rumahnya, atau meminta menantang, “Aku siap jadi murid-
bahwa Rattin akan menyeruduk orang-orang segera menyingkir, mu kalau kalah.”
Santap hingga pemilik sapi itu ja- atau menyuruh Labang meniup “Baik,” seru Madrusin, “uca-
tuh terpelanting. Kepala Santap saronen dan meminta Dulakkap panmu akan terbukti.”
membentur sebongkah nisan dan membacakan mantra.
Ucapan Madrusin itu terus
darah meleleh dari lukanya. Du- “Santap kesurupan,” kata Du- terngiang hingga membuat Du-
lakkap merapal mantra dengan lakkap. lakkap semakin gelisah. Berka-
terburu-buru. Labang berhenti *** li-kali ia memejamkan mata dan
meniup saronen. Santap terkapar, mencoba bertapa, tetapi bayangan
mendesis, dan mengigau: “Res- Dini hari itu Dulakkap gelisah.
Madrusin terus mengganggunya.
tu leluhur. Restu leluhur. Besok, Santap, yang sudah dibawa pulang
Dulakkap bangkit dan menengok
besok. Untung.” ke rumah Dulakkap dan dibaring-
Santap. Labang dan Marfuah, istri
kan di sebuah tempat tidur, terus-
Rattin tak menghiraukan ke- Santap, sudah lelap di dekat tem-
menerus mengigau. Mantra-mantra
kacauan di kuburan itu. Ia melang- pat tidur.
Dulakkap tak mampu mengembali-
kah gontai keluar dari kuburan. Sebuah irasat menyergap Du-
kan kesadaran pemilik sapi sono’
Dulakkap mencegah Labang dan lakkap tiba-tiba. Ia merasa harus
itu. Kesal, Dulakkap keluar dan du-
para penonton yang ingin menang- berangkat ke rumah Santap seke-
duk di teras. Dan tiba-tiba saja du-
kap sapi itu. tika itu juga. Ia tak melawan ira-
kun itu teringat Madrusin, pemilik
“Biarkan. Rattin hanya ingin sapi sono’ saingan Santap. satnya dan sebentar kemudian ia
pulang ke kandang,” kata Dulak- telah berjalan bergegas menuju
Dulakkap ingat, Madrusin per-
kap sambil merawat Santap yang rumah pemilik sapi sono’ itu. Se-
nah memintanya terlibat dalam
masih terkapar. “Silakan kalian makin dekat dengan tujuan, Du-
penyiapan sapi sono’ milik Mad-
pulang. Ritual sudah selesai.” lakkap mempercepat langkahnya.
rusin. Saat itu Dulakkap menolak.
Para penonton dan pengikut Ia tak tahu ke mana tujuan akhir
Madrusin menjadi berang, lalu be-
setia Santap tak berani memban- yang ditunjukkan irasat itu, tetapi
rani menantang, bahkan bersum-
tah perintah Dulakkap. ia terus berjalan.
pah tak akan membiarkan sapi mi-
Santap masih saja mengigau. lik Santap menang. Tak jauh dari kandang, Dulak-
Ia bicara sendiri dengan kalimat- kap mendengar suara kemerisik
“Bukan Madrusin kalau ka-
kalimat tak jelas. Ia meneriaki yang aneh dari dalam kandang.
lah!”
Tanpa ragu-ragu Dulakkap berlari
menuju kandang. Semakin dekat,
semakin jelas suara kemerisik itu,
diiringi dengus nafas seseorang
Mahwi Air Tawar, lahir di Pesisir Sumenep, Madura, 28 Oktober 1983. dan lenguhan lemah Rattin. Keti-
Penyair dan cerpenis. Alumni Majelis Sastera Asia Tenggara (Mastera).
ka Dulakkap membuka pintu kan-
dang, ia melihat seorang laki-laki
Buku kumpulan cerpen tunggalnya Mata Blater (Matapena-LKiS-2010),
Karapan Laut (KOMODO BOOKS-2014), Beberapa Karya Cerpennya per- lelaki sedang menjantani Rattin
nah dimuat di media massa Kompas dan media lainnya. diterangi lampu sumbu yang re-
dup.
“Madrusin!” bentak Dulak-
kap.***

18 P U SAT NO. 11/2015


Taman

Rimba Gigantik
Cerita PendekLintang Ismaya

R “KAKANGKU yang baik, sudilah kiranya menjawab pertanyaan saya ini, se-
perti yang sudah diketahui bersama, bahwa penemu lampu, telephone dan
mesin disel sudah bisa kita ketahui siapa pencipta kali pertamanya. Nah,
kalau pencipta sajak atau puisi, sipakah yang kali pertama menuliskan-
nya di dunia? Hanya ini inti pertanyaan dari saya dan sebagai tambahan
pertanyaan, menurut Kakang sendiri de inisi sajak itu apa? Sebab, setiap
saya membaca sajak, senantiasa bulu kuduk berdiri, seolah lemas di pucuk
ektase!”
Dik Ayu nan kenyem-kenyem, inboxmu sudah saya baca dengan sem-
purna. Jujur, saya jadi isin sendiri, kala semuanya berkalang fatamorgana.
Tak bisa saya jawab dengan tegas, tentang siapa yang kali pertama menulis
sebuah sajak di bumiNya. Bahkan, di zaman Rasul pun sudah ada, mereka
menempelkan syair-syairnya di dinding Ka’bah. Di zaman Musa as, pun
yang mampu menandingi tongkatnya menjadi ular, ada juga. Boleh dika-
ta, ahli syair dan ahli sihir, sebagai penyeimbang dari mukzizat, mengapa?
Seperti-itulah keseimbangan kosmos tercipta. Baik-buruk. Tinggi-pendek.
Putih-hitam. Siang-malam dan lainnya. Itulah, mengapa ada gambaran ka-
lam Asy-syua’raa yang dikitabkan untuk ditafakuri. Dan harus diakui oleh
semua, senyatanya bermula dari adanya kerasulan atas rahmatNyalah, kau
dan aku bisa mengenal ragam ilmu pengetahuan di bumiNya nan fana ini,
dan sebagai ilustrasi sederhananya seperti ini; adanya mengenal makna
iri, ketika kita merasa tak mampu yang dibalut cemburu. Adanya menge-
nal makna kuat, ketika sudah mengalami makna lemah. Adanya mengenal
makna memiliki, ketika kita merasa kehilangan.

P U S A T N O . 11/20 1 5 19
Taman
Dari rasa kehilangan itulah—si-
fatnya kian melebar. Sebab dengan
adanya itrah yang bernama rasa di
sebalik dada kita, yang terkadang
bisa sesak dan seolah nyeri dalam
nafas—disanalah insan jadi bisa
banyak mengenal ragam pertarun-
gan dalam memaknai hidup dan
kehidupan di ardhiNya. Hal inilah,
bagi saya menjadi sebuah perenun-
gan untuk terus meningkat ke tubir
ektase. Dari puncak bathin inilah,
sesungguhnya pendakian itu mulai
berjalan, mengapa? Sebab, sebuah
karya apa pun itu bentuknya, lahir
dan tercipta dari pecahnya konvensi
di masyarakat, dimana karya terse-
but menjadi penanda si-penulisnya
dan boleh dikata; subjektif sifatnya.
Dari rasa subjektif itulah, sajak
atau puisi mulai dituliskan. Seperti
Sutardji bilang: sebuah tulisan bisa
disebut puisi kalau diniatkan penu-
lisnya sebagai puisi. Tetapi, subjektif ping si-penyairnya boleh jadi pem- Dalam perjalanan membaca se-
yang diolah dan boleh jadi adanya bendaharaan kata yang tersimpan buah sajak, seolah kau tengah meli-
daya reka nan cukup kuat. Kemu- di keropak ingatannya terbatas. hat begitu banyak klip atau lukisan
dian, daya reka kian memanjang Boleh jadi, sulit diungkapkan. Pada yang tengah digambarkan si-penyair-
imajinasi, untuk terus dikembang- akhirnya, ego si-penyair tetap saja nya. Jadi, sajak itu seolah gambaran
kan menjadi rajutan vocal dan kon- terbawa, walau pun sifat teks itu uni- lukisan yang membentang panjang
sonan yang melahirkan ungkapan versal, ketika sudah menjadi bangu- dalam benak si-pembacanya. Ada
kias, metaphor atau bahasa igu- nan utuh sebuah sajak. Secara tanpa yang mampu menggiring si-pem-
ratif. Dan boleh jadi, sebuah sajak disadari, ada bocoran biogra inya baca ke puncak katarsis walau pun
yang sudah menjadi itu gabungan walau pun sebesar biji zarrah. hanya beberapa saat saja sifatnya,
dari kalimat yang merajut metap- Dari biji-biji rasa yang direnung- tak permanen dan boleh jadi tem-
hor. Tetapi, tidak semua sajak di- kannya, tumbuhlah hahikat pohon porer lebih dominan. Ada pula yang
tuliskan seperti itu, banyak ragam bahasa untuk kemudian ditulis- tak memberi daya kejut apa-apa. Itu
dan jenisnya, bergantung selera. tuangkan pada yang bernama kata, semua disebabkan—boleh jadi si-
Dari selera dan jenis itulah, pi- frasa, klausa, kalimat yang menja- penyair dan si-pembacanya punya
kiran kian mengembang; mengolah di utuh dalam satu-kesatuan pa- empirik nan sama dan bersebalik-
rasa pengalaman empirik—baik ragraph. Paragraph demi paragraph kan—tak sama dalam pengalaman
empirik murni, maupun emprik te- dirakit-susunkan, seolah tengah empiriknya. Dari rasa sebaliknya;
rapan. Disinilah kerja penyair itu membuat perahu yang kemudian di- maka, bisa jadi efeknya takkan bisa
mulai diribetkan, sebab tidak semua layarkan ke seberang laut pikiran si- melahirkan daya kejut dan sebuah
pengalamannya tak bisa dibaha- pembacanya. Renungan inilah yang sajak—menjadi tak ubahnya seong-
sakan. Memilah bahasa yang bisa boleh jadi melahirkan bulu-kuduk- gok sampah bagi si-pembacanya.
mewakili pengalamannya sangat mu berdiri, ketika tamat atau tengah Sejatinya hakikat sampah, ha-
sulit untuk ditindak-lanjuti. Disam- dalam perjalanan membaca. rus dibuang dan dibersihkan. Se-

20 P U SAT NO. 11/2015


Taman
perti itulah, ketika si-penyairnya mengapa kau pilih Merangkai syair bukanlah patokan
tengah menuliskan sebuah sajak, penyair sebagai calon penentu menjadi seorang penyair,
bagi saya; ia tengah mengeluarkan sebab penyair hanya bisa lahir dari
imammu? Ya, meski
sampah yang mampat di arus piki- panggilan rahim zamannya dan tak
kau bilang nyaman bisa diciptakan setiap saat: sekedar
rannya. Sajak, bisa menjadi sebuah
relaksasi. Sajak, bisa mengandung
bersamaku, tetapi tebar pesona, bak baligo para BA-
sebuah narasi. Sajak, bisa mengan- tetap saja—aku harus LON dewan. Sebab penyair bukanlah
dung biogra i. Sajak, bisa mengan- menandaimu kongkrit, pujangga yang haus wajit kacang1
dung memoar. Sajak, bisa mengan- sebab sajakku bukan dan gajah purba.2 Sebab penyair tak
dung orasi. Sajak, bisa mengandung sampah kata yang pernah menjilat pantat penguasa
dan menjadi boneka demonya.
obituary. Sajak, bisa mengandung sanggup meladenmu di
esai. Sajak, bisa mengandung diary. Apa yang aku tulis dalam sajak,
bulan biru saja. Sebab
Sajak, bisa mengandung pastoral. semuanya sederhana: selayaknya
sajakku adalah diriku
Sajak, bisa mengandung ilsafat. Sa- jika benakku teringat adamu yang
jak, bisa mengandung apa saja. Lay-
yang melawan sepi, yang begitu saja hadir di sisi. Dan pada
aknya hakikat kehamilan, seorang mengerti ruku ilalang semua yang kuingat di jejak rekam
ibu yang tengah mengandung benih dan dzikir semesta ingatan. Ya, sajakku sesekali bisa
kasihnya; menginginkan yang bakal terbuka. membuatku sumringah—jika ber-
lahir lelaki, tetapi suaminya men- hasil melewati pintu nalar redak-
ginginkan perempuan. Dua keingi- tur. Dengan honor yang kutabung,
nan yang bertabrakkan yang me- “Kakangku yang baik, sungguh di suatu hari; aku berharap bisa
lahirkan asumsi subjektif, sifatnya. aku cinta akan engkau. Aku tidak meminangmu di pelaminan melati.
Seperti itulah, mengapa saya berani menyesal memilihmu sebagai calon Tapi Bank yang kutitipi asin kerin-
berkata; bahwa sebuah tulisan, apa imamku. Aku ingin senantiasa be- gatku: lebih gesit memotong alir-
pun itu bentuknya menjadi penan- rada di pelukkamu, karena bersa- nya. Dalam hal ini aku tak menya-
da pribadi, bagi si-penulisnya. Tak mamu, aku menjadi diriku. Tetapi, lahkan sajakku yang sering gagal
terkecuali dengan sajak itu sendiri. bolehkan aku mengajukan beberapa menjebol gawang eksekutor.
Jadi, boleh dikata; sebuah sajak pertanyaan lagi? Mengapa Kakang Tetapi cintaku padamu tak-
adalah ruang itu sendiri—ruang memilih profesi sebagai penyair? kan pernah bisa molor, walau kian
yang diciptakan yang semula untuk Bilamana kita menikah, dengan ho- kurasakan betapa sulitnya untuk
menampung gundahnya si-penyair nor dari puisi apakah Kakang bisa meminangmu. Barangkali inilah
yang lamat-laun sampailah kepada menghidupiku? Kapan Kakang akan kenyataannya: mengapa kau pilih
si-pembacanya, hingga meruang. Na- meminangku di pelaminan melati? penyair sebagai calon imammu?
mun, dalam menciptakan ruang ter- Maa kan, lancang pertanyaan ini, Ya, meski kau bilang nyaman bersa-
bukan untuk melemahkan detak na- maku, tetapi tetap saja—aku harus
sebut, bisa menimbulkan kesan asing
fasmu, Kakang. Sekali lagi, sebab aku menandaimu kongkrit, sebab sajak-
dan aneh, tidak biasa, hingga sebuah
cinta akan engkau—kulayangkan ini ku bukan sampah kata yang sang-
sajak bisa dikata sebagai meta-kos-
semua pertanyaan kepadamu!” gup meladenmu di bulan biru saja.
mik, atau ruang rimba itu sendiri.
Tetapi, penyair; tidak mencipta sajak Dik Ayu nan kenyem-kenyem, in- Sebab sajakku adalah diriku yang
dari ketiadaan, dari mimpi-mimpi boxmu sudah saya baca lagi dengan melawan sepi, yang mengerti ruku
kosong; ia pendaki puncak bathin, sempurna. Jujur harus saya kata, dan ilalang dan dzikir semesta terbuka.
desah nafasnya adalah nyanyian ke- seterusnya kau boleh menafsir-ta- Dengan intens menulis sajak,
hidupan yang menjelma puisi—le- rik-simpulkan bahwa jawabanku ini seperti kau yang sudah memilih-
bih kekal dari batang usianya yang sebuah apologia atas pertanyaanmu ku; aku pun punya segudang mim-
rapuh dipangkas waktu! untukku, itu pun jika kau tidak puas pi dalam merampungkan sisa usia.
mengunyah jawabannya, ok? Dik Dan mimpiku sederhana: kupilih
** Ayu, benarkah penyair itu profesi? karierku di detak penyair, bukan-

P U S A T N O . 11/20 1 5 21
Taman
nya tidak perlu modal, seperti para ia bisa membuat benci menjadi Lagi dan lagi: lagi-lagi aku tu-
pengusaha. Tidak dan tak. Teta- cinta. Sebab ia bisa merangkum pi- lis sajak sebagai wakil dari rupaku
pi penyair bisa menjadi apa saja kiran dalam ragam cuaca. Sebab ia yang lain, layaknya sembilan puluh
dengan penanya: ia bisa menjadi bisa meruntuhkan sebuah rezim. sembilan namaNya, yang memuat
ekonom. Bisa menjadi aristokrat. Sebab ia bisa berdaulat dalam mak- ragam itrah dalam wujud kepri-
Bisa menjadi politisi. Bisa menjadi lumat yang santai. Kupilih sajak se- badian; tetapi, pribadiku tak bisa
doktor. Bisa menjadi bromocorah. bagai palung yang menampung se- pecah dalam doble karakter. Aku
Bisa menjadi birokrat. Bisa menjadi mua gelombang perih dan lukaku. adalah aku yang hanya mengerti
ilsuf. Bisa menjadi babu. Bisa men- Kupilih sajak sebagai jalan menuju makna paku yang bisa menempel-
jadi ulama, selayaknya aktor di atas rumahNya. Kupilih sajak sebagai te- kan dua benda menjadi satu. Selay-
panggung, jika tengah berperan. timangan rasaku. Kupilih ia, seperti aknya lem yang bisa merekat dalam
Tetapi penyair bukanlah aktor: ia kau yang memilihku. Kupilih sajak merapat hak sepatu. Ya, detakku
adalah peretas nafas zaman. dari semua jenis Teks yang terbaik. seolah sepatu yang senantiasa te-
Seperti hari-harimu yang kian Ya, hanya sajak yang mampu manimu, kemana pun kau melang-
piawai menjengkal peta tubuhku. menampung ragam riak musim kah pada banyak ruang dan peris-
Dik Ayu, sebelum rampung di nafas yang pernah singgah di bathinku: tiwa. Tetapi, aku bukanlah yang
bujur, aku pun ingin meminangmu selayaknya Inul, masih saja dengan bisa kau injak sebagaimana kau
dengan segera. Tetapi, dana dari goyang ngebornya. Seperti Ahok suka, sebab sajakku berjenis zakar.
daya sajakku untuk kali ini hanya yang tak pernah letih memamer Dan selayaknya hakikat kelahiran
mampu membeli sebungkus nasi marahnya, seolah Melinda Dee yang yang berkelamin lelaki: tetap saja
rames dan berbatang rokok. Walau merasakan nyeri di dadanya: harus pemimpin di denyut nyaring sadar-
demikian, aku tetap bakal menu- dioprasi. Ya, harus dioprasi para bi- mu.
lis sajak. Sebab sajak bagiku, nafas rokrat yang korup, biar bisa selaras Duhai Dik Ayu, sekali lagi aku
nurani. Sebab sajak bagiku, anak dalam melayani ragam kebutuhan bertanya kepadamu: yakinkah kau
batin yang suci. Sebab sebuah sajak rakyat di segala sektor. ingin jadi makmumku dengan anak
bagiku lebih besar nilainya ketim- Tapi teks sajak bukan semba- bathin sajak-sajak memoar? Sebab
bang dari penghargaannya. Dalam rang oprasi, bagi yang membacanya. penyair bukan untuk disakiti dalam
kenyataan seperti ini, masih tetap- Sebab sebuah sajak bisa membong- khianat bulan merah darah. Sebab
kah kau ingin berumah di ruang ha- kar tuntas hati kau dan aku dari tiap penyair adalah kepastian dalam
tiku—duhai Dik Ayu? kelam cahaya dengan pelan dan pas- mengolah rasa hidup dan kehidu-
Kupilih sajak untuk menulisi ti. Kini tak ada yang bisa aku sem- pan di ardhiNya! []
kenyataan, bukan gemar beternak bunyikan lagi di hadapanmu: seperti
gibah. Kupilih sajak guna melawan sepi pesakitan yang mutlak terbukti Catatan
lupa, biar ingatan mekar seluas salah, menunggu putusan hakim: 1
wajit kacang: istilah yang dibuat sendiri,
cakrawala. Kupilih sajak sebagai “Ya, penjarakanlah aku di hatimu pengganti alat kelamin wanita
2
gajah purba: istilah yang dibuat sendiri,
kendaraan jiwaku, sebab ia bisa dengan segera, biar kian nyaman
pengganti alat kelamin pria
melahirkan sebuah Negara. Sebab debur darahmu!” desakmu.

LINTANG ISMAYA, salah satu nama pena yang dipakai oleh Doni Muhamad Nur, lahir di Ta-
sikmalaya pada tanggal 01 Oktober 1979. Alumni STSI Bandung pada jurusan Teater. Sempat
kuliah kelas paska sarjana di IKJ Jakarta, program Kajian Industri Budaya dan Urban. Disam-
ping menulis puisi, menulis juga cerpen, esai, artikel, reportase, novel, naskah drama, ske-
nario film indie dan sitkom. Sesekali menyutradarai teater, videoclip, companyprofile, dan
sitkom. Kini aktif dan bergiat di DoManagemenTeater Kota Tasikmalaya yang didirikannya.
Di samping itu, bergiat juga di Sanggar Sastra Tasik (SST) Kota Tasikmalaya dan di Komunitas
Sastra Lingkar Selatan (KSLS) Bandung.

22 P U SAT NO. 11/2015


TELAAH

Puisi dan Relijiusitas:


Pertemuan, Penjarakan, Perpisahan, dan Penyatuan1

Agung Dwi Ertato2

Daging kita satu arwah kita satu wacana utama? Apakah relijiusitas dunia yang menggunakan latar-la-
Walau masing jauh sudah tidak lagi dianggap sebagai tar tersebut.
Yang tertusuk padamu berdarah pencapaian yang sangat sulit dan Pada tulisan ini, saya akan lebih
padaku hanya menjadi komoditi ekono- memfokuskan pada tataran relijiu-
mi saja? Tentu saja pertanyaan- sitas sebagai bangun puisi penyair-
—Sutardji Calzoum Bachri, Satu pertanyaan tesebut hanya menjadi penyair dunia terutama penyair di
kegelisahan saya saja dan bukan Indonesia. Tema-tema religi san-
menjadi pokok pembicaraan esai gat bertautan erat dengan puisi li-
ini. Pada esai ini saya hanya akan ris. Puisi-puisi liris menampilkan
mendedah relijiusitas dalam per- pengalaman-pengalaman individu.
1. puisian dan mencoba memerikan Pengalaman-pengalaman tersebut

P ada bulan puasa atau sangat di-


kenal dengan bulan Ramadan,
wacana relijiusitas sangat gencar
apa itu relijiusitas sebenarnya.
Saya mengawali esai ini den-
kemudian diungkapkan ke dalam
bahasa sebagai media citraan. Kata
gan kutipan puisi Sutardji Calzoum ‘religi’ mempunyai makna leksikal
didengung-dengungkan. Mulai dari Bachri yang berjudul “Satu”. Kuti- yaitu kepercaaan akan adanya Tu-
sinetron hingga penciptaan lagu, pan tersebut saya maksudkan se- han dan kata ‘religius’ bermakna
kuis hingga tausiah keagamaan. bagai pengantar untuk mengawali taat pada agama; saleh.3 Jika hanya
Lalu yang menimbulkan pertanyaan atau setidaknya menjadi pembu- melihat makna leksikal saja, yang
saya, apakah hanya bulan tersebut kaan perbincangan mengenai “Pu- kita dapatkan hanyalah makna da-
saja, wacana relijiusitas menjadi isi dan Religiousitas”. Tentu saja sar, bukan sebagai pemaknaan yang
banyak pengalaman estetis yang utuh dari dua kata tersebut. Dua
melatari penyair dalam penulisan kata tesebut setidaknya menjadi
1 puisi. Pengalaman-pengalaman cin- bagian yang sangat intim dan ber-
Tulisan ini sebagai bahan diskusi dalam
Anggoroan MarkasSastra pada tanggal ta dan religi menjadi pengalaman kaitan dengan pengalaman masing-
19 Agustus 2010 dan bertepatan hari ke- yang sangat konvensional. Banyak masing manusia, dan tentu saja
sembilan bulan puasa tahun 1431 H. penyair di dunia bahkan di Indone- bukan pemaknaan tunggal yang
2
Mahasiswa Sastra Indonesia 2008, sia menjadikan tema-tema tersebut
menyukai sastra, penggiat komunitas
sastra “MarkasSastra”, salah satu pendiri sebagai latar atau bahan estetiknya.
buletin “KataMini” yang akan terbit bu- Rilke, Tagore, Elliot, dan Basho ada- 3
Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2008,
lan Agustus 2010 dan 28w Artlab. lah sebagian nama-nama penyair hal 1046

P U S A T N O . 11/20 1 5 23
Telaah
seakan-akan hanya dimiliki oleh kita anggap seperti itu pula, Rilke mencernakan ususku
salah satu agama saja seperti yang mampu membawa kita ke dalam Kuterjemahkan ususku ke dalam
sekarang terjadi di Indonesia. Lalu alur pengalamannya dalam kede- ususmu
apa sebenarnya relijiusitas itu? katan terkadap Sang Pencipta. Aku Kalau kelaminmu belum bilang
kelaminku
lirik dalam puisi tersebut seolah-
Aku terjemahkan kelaminku ke
olah menganggap dirinya adalah dalam kelaminmu
2. satu dengan Sang Pencipta. Kata
‘seolah-olah’ bisa diartikan seba- Daging kita satu arwah kita satu
U ntuk menjawab pertanyaan
tersebut, saya akan mengutip
beberapa puisi dari penyair dunia
gai imajinatif. Aku lirik mempunyai
tubuh satu dengan ‘mu’. Tak ada
Walau masing jauh
Yang tertusuk padamu berdarah
jarak yang membatasi antara mere- padaku
maupun Indonesia. Puisi yang perta-
ka bahkan sekalipun indera-indera
ma adalah puisi Rainer Maria Rilke. 19795
diberangus aku lirik tetap dapat
Padamkan Mataku merasakan kedekatan dengan Sang
Puisi Sutardji bertahun 1979,
Pencipta melalui darahnya. Kondisi
Meski kau padamkan baa di berjarak 80 tahun dengan puisi Rilke
tanpa jarak tesebutlah yang menja-
mataku: aku masih melihatmu, dan tentu saja berjarak kebudayaan
di catatan tersendiri. Manusia da-
Sumbatlah rapat telingaku: aku dan jarak yang terlampau jauh anta-
pat memosisiakan dirinya dengan
masih mendengarmu, ra Indonesia dengan Jerman. Hal ini
Tanpa kaki aku masih sanggup Sang Pencipta tanpa jarak, tanpa
menunjukkan bahwa latar relijiusi-
mendatangimu, ruang dan waktu yang dapat mem-
tas memang mampu menebas jarak,
Mulut tiada aku masih dapat berikan jeda atau hubungan antara
ruang, dan waktu. Latar relijiusitas
memanggilmu. Tuhan dengan hamba saja atau is-
terbukti bersifat universal.
Potonglah lenganku, aku masih tilah manusianya adalah tuan den-
sanggup memegangmu gan budak. Hal tersebut juga teda- Dalam puisi Tardji, kesatuan
Dengan jantungku yang tangan, pat dalam puisi Sutardji Calzoum dengan Sang Pencipta juga kental
Hentikan jantungku, maka
Bachri yang berjudul Satu. sekali. Daging kita satu arwah kita
otakku akan berdetak, satu/ walau masing jauh/ yang
Dan jika kau sulut otak itu, tertususk padamu berdarah pada-
Satu
Kau bakal kupanggul dalam
ku. Walaupun kondisi sebenarnya
darahku Kuterjemahkan tubuhku ke manusia dan Sang Pencipta mem-
dalam tubuhmu
18994 punyai jarak yang jauh bahkan tak
Ke dalam rambutmu
kuterjemahkan rambutku bisa dijelaskan dengan ilmu, ma-
Dalam puisi tersebut, Rilke me- Jika tanganmu tak bisa bilang nusia dan Sang Pencipta terbuk-
nulis dengan gaya liris. Hubungan tanganku ti mempunyai kesatuan yang tak
manusia dan manusia atau manu- Kuterjemahkan tanganku ke berjarak. Aku lirik dalam puisi ini
sia dengan Tuhan sangat disamar- dalam tanganmu menyatakan bahwa dirinya bisa
kan. Sejenak kita akan menangkap Jika lidahmu tak bisa mengucap menjadikan apa yang dirasakan
bahwa puisi tersebut mengung- lidahku oleh ‘mu’ juga dirasakannya. Bah-
Ku terjemahkan lidahku ke
kapkan hubungan manusia den- kan yang tertususk padamu berda-
dalam lidahmu
gan manusia dengan intrik percin-
Aku terjemahkan jemariku ke
rah padaku. Rasa yang begitu dekat
taan yang khas. Namun, jika ditilik dalam jemarimu dan menyatu padu tanpa ada jarak
secara seksama, puisi tersebut Jika jari jemarimu tak bisa sama seperti dengan puisi Rilke.
mengungkapkan religi yang kenta- memetikku
ra. Coba kita ibaratkan ‘mu’ dalam Ke dalam darahmu
puisi tersebut sebagai ‘Mu’. Tanpa kutejemahkan darahku
Kalau darahmu tak bisa 5
Sutardji Calzoum Bachri, O Amuk Ka-
mengucap darahku
4
R.M. Rilke, Padamkan Matamu, Jakarta: pak, Jakarta: Yayasan Indonesia dan Ho-
Jika ususmu belum bisa rison. 2002.
Horison. 2003.

24 P U SAT NO. 11/2015


Telaah
Jauh sebelum kedua nama ter- dirinya dengan Sang Pencipta dan membuahkan pahala segar
sebut, dunia juga sudah mengenal mengabdi sepenuhnya. Tanpa Jarak. Bagi pagar-pagar bumbu yang
Rumi. Berikut ini adalah kutipan Tanpa Ruang. Tanpa waktu. Yang dibangun keimananku
Mendekatlah padaku dan
puisi Rumi yang diterjemakan oleh kita dapatkan dari ketiga puisi ter-
dengarkan kasidah ikan-ikan
Sapardi Djoko Damono. sebut adalah relijiusitas sangat erat Kini hatiku kolam yang
kaitannya dengan nafas su isme. menyimpan kemurnianmu
Sesaat Setelah Mengalami Namun, tentu saja relijiusitas tidak
hanya su isme saja. Atau sederha- Hari esok adalah perjalananku
Sesaat setelah mengalami kisah sebagai petani
cinta nanya su isme sudah pasti religius,
Membuka lading-ladang amal
pertamaku tapi religius belum tentu su i. dalam belantara yang pekat
Aku pun mencarimu Pahamilah jalan ketiadaan yang
tanpa tahu semakin ada ini
Bahwa itu tak perlu Dunia telah lama kutimbang dan
3.
berulang kuhancukan
Sepasang kekasih tidak perlu
bertemu
Di tempat tertentu
P ada alenia sebelumnya, saya
menyebutkan bahwa su isme
adalah bahagian dari relijiusitas,
Tanpa ketam masih ingin
kupanen kesabaranmu yang lain
Atas sajadah lumpur aku
Sebab yang satu ada di dalam tersungkur dan berkubur7
namun relijiusitas bukan hanya itu
yang lain
saja. Relijiusitas bisa berupa penga-
Sepanjang waktu6
laman lain tidak serta merta harus Pada puisi Acep tersebut, gam-
Rumi mengibaratkan hubungan menjadi satu. Salah satu pengala- baran tentang lanskap sangat ter-
manusia dengan Sang Pencipta bu- man lainnya adalah pengalaman lihat jelas. Gambaran-gambaran
kan sebatas seperti apa yang telah terhadap lanskap. Penglaman ind- tesebut membentuk citraan. Acep
saya ungkapkan di atas yaitu Tu- rawi, tentang apa yang dirasakan, mampu membahasakan relijiusitas
han dan hamba melainkan seperti apa yang dilihat oleh subjek manu- melalui citraan alam pertanian. Cit-
sepasang kekasih. Cinta yang di- sia. Beberapa penyair yang meng- raan-citraan tesebut kemudian di-
rasakan aku lirik menyatu dengan gunakan pengalaman tesebut ada- sandingkan dengan kata-kata yang
yang dicintainya. Aku lirik tidak lah Sapardi Djoko Damon dan Acep sangat menggambakan dengan
lagi menjadi subjek yang melaku- Zam zam Noor keagaaman seperti, iman, sajadah,
kan perbuatan melainkan menjadi pahala, surau, dan kasidah. Kedua
Cipasung hal tersebut tersebut dipadukan
cinta itu sendiri. Aku lirik melebur
menyatu dengan objek yang dike- Di lengkung alis matamu sawah-
dan mengungkapkan pengalaman
nai dan berada dalam kesatuan se- sawah menguning keagamaan bagi aku lirik. Acep
panjang waktu. Seperti rambutku padi-padi juga mampu menyandingkan pen-
semakin merundukkan diri galaman dengan lanskap pertanian
Jika kita menarik garis me-
Dengan ketam kupanen terus dengan pengalaman batinnya men-
rah dari ketiga puisi tersebut, ada kesabaran hatimu genai Tuhan begitu intens.
kesamaan latar relijiusitas yaitu Cangkulku iman dan sajadahku
Acep menggambarkan proses
meleburnya jarak antara manusia lumpur yang kental
beribadah adalah laiknya bertani.
dan Sang Pencipta dan bersatunya Langit yang menguji ibadahku
meneteskan cahaya redup Pengalaman batin aku lirik tergam-
kedua hal tersebut. Nafas su isme
Dan surauku terbakar kesunyian bar begitu jelas melalui citraan-cit-
sangat kental sekali di dalam ke-
yang menyalakan rindu raan alam pertanian. Cangkul untuk
tiga puisi tesebut. Aku lirik dalam
mengolah lahan adalah iman dan
ketiga sajak tersebut menyatukan Aku semakin mendekat pada sajadah untuk beribadah adalah
kepunahhan yang disimpan
lumpur. Surau yang sebagai tempat
6 bumi
Jalaludin Rumi, “Sesaat Setelah Men-
galami” dalam Love Poems terj. Sapardi Pada lahan-lahan kepedihan
Djoko Damono. Magelang: Indonesia masih kutanam bijian hari 7
Acep Zam zam Noor, Di Luar Kata.
Tera. 2007. Segala tumbuhan dan pohonan 1996.

P U S A T N O . 11/20 1 5 25
Telaah
beribadah digambarkan telah ter- Yang kita rasakan ketika mem- peduli lagi apakah berasal dari
bakar oleh kesunyian yang menye- baca sajak tersebut adalah semacam sumber jauh dalam tanah yang
babkan nyala rindu.Tentu saja hal cerita. Cerita tentang perihal keada- dulu pernah dibayangkannya ka-
ini menimbulkan suasan khusuk an kolam setiap hari. Namun, kolam dang bagai silangan garis-garis
lurus, kadang bagai kelokan tak
saat aku lirik menggambarkan su- yang hanya biasa-biasa saja mampu
beraturan, kadang bagai labirin.
rau yang begitu sepi hingga me- diramu oleh Sapardi dengan meng-
nimbulkan nyala rindu atau dengan hidupkan beberapa hal yang biasa Ia kini dunia
kata lain cahaya rindu. Pertanyaan menjadi luarbiasa. Kolam bagaikan
akan timbul, seperti apakah warna dunia yang di dalamnya banyak ter- Tanpa ibarat.9
cahaya kerinduan itu? Sunyi dan dapat makhluk yang saling bersin-
Pada proses selanjutnya, ‘ia’
perenungan tentu saja membuat ggungan. Kolam adalah kehidupan.
hanya memahami tentang ihwal di-
tataran relijiusitas menjadi intens, Tentu saja ‘ia’ menjadi hal yang ter-
rinya, ihwal penciptaannya. ‘Ia’ tak
melalui sunyi dan perenungan Acep perikan dalam puisi tersebut. ‘Ia’
lagi menanyakan, tak lagi mencari.
mampu menggambarkan cahaya menjadi subjek yang menjalankan
Pada akhirnya ia hanya memahami.
rindu yang sebenarnya kasat mata cerita. ‘Ia’ menjalani sebuah proses
Sebuah pengalaman religius: me-
melalui pengalaman religinya. panjang sebelum dibusukkan oleh
nanyakan, mencari, dan memahami.
Lain halnya dengan Acep, Sapar- ‘zat’ lain. ‘zat’ itulah yang menjadi
kunci puisi Kolam di Pekarangan Dua puisi tersebut mempunyai
di lebih memosisikan lanskap seba-
Sapardi. ‘Ia’ membayangkan ‘zat’ kesamaan pengalaman religius, na-
gai metafora yang tersembunyi tidak
yang membusukannya kelak bu- mun mempunyai perbedaan dalam
sebagai perbandingan satu sama lain.
kanlah matahari, bukanlah angin, hal cara. Jika Acep lebih memilih
Hal ini termaktub dalam puisi Kolam
tapi oleh ‘Siapa’ yang purba yang pada pengalaman indrawi dan pe-
di Pekarangan. Saya akan mengutip
tak terlekang oleh ruang dan waktu. ribadahan, Sapardi lebih intens
beberapa saja dari puisi tersebut.
Kisah ini mengingatkan saya pada dengan menanyakan, mencari, dan
[…] Ada sesuatu yang dirasakan- kisah-kisah tentang penyembahan memahami.
nya hilang di hari pertama ia ter- matahari dan angin, dan kemudian
baring di kolam itu, ada lembab disadarkan oleh sang pembawa pe-
angin yang tidak bisa dirasakan-
nya lagi di dalam kepungan air
san atau nabi untuk menyembah 4.
Sesuatu yang Purba atau Tuhan. Te-
yang berjanji akan membusu-
kannya segera setelah zat yang
dikandungnya meresap ke pori-
tapi, apakah Tuhan adalah sesuatu
yang purba? Jika menilik segala
P engalaman lain dalam ihwal
relijiusitas adalah pengalaman
harapan dan doa. Dalam beberapa
porinya. Ada gigil matahari yang penciptaan di dunia berawal dari puisi harapan dan doa menjadi se-
tidak akan bisa dihayatinya lagi Tuhan, memang benar bahwa Tu-
yang berkas-berkas sinarnya suka
macam obat kerinduan pada Sang
menyentuh-nyentukan hangatnya
han adalah ihwal yang purba. Kem- Pencipta. Ada beberapa penyair
pada ranting yang hanya berbi- bali pada pembahasan Kolam di Pe- yang mengabadikan doa dan hara-
sik jika angin lewat tanpa men- karangan, ‘Ia’ menjadikan dirinya panya atau keinginannya. Yang per-
gatakan apa-apa. Zat itu bukan ber ikir tentang ‘zat’ yang akan me- tama adalah Chairil Anwar. Chairil
matahari. Zat itu bukan cahaya leburkannya, saat ‘ia’ merasakan Anwar yang terkenal meledak-ledak
matahari. Zat itu menyebabkan- angin dan matahari bukanlah ‘zat’
nya menyerah saja pada air yang
dalam puisi-puisinya pada akhirnya
tak bisa behenti bergerak karena
tersebut dan menemukan ‘zat’ yang mengalami pengalaman yang tera-
ikan-ikan yang di kolam itu dipe- sebenarnya hal tersebut merupa- mat menekan-nekan hingga ke ulu
ringatkan entah oleh Siapa dulu kan pengalaman religius. Mencari. hatinya. Pengalaman tentang kerin-
ketika waktu masih sangat purba duannya pada Sang Pencipta. Puisi
untuk tidak pernah tidur.[…]8 […] Ia tak peduli lagi apakah be- yang menggambarkan kerinduan
rasal dari awan di langit yang ka- tersebut adalah Doa.
dang tampak bagai burung kadang
8
Sapardi Djoko Damono, Kolam, Jakarta: bagai gugus kapas kadang bagai
Editum.2009. langit-langit kelam kelabu. Tak 9
Ibid.

26 P U SAT NO. 11/2015


Telaah

Doa Pada puisi tersebut, Chairil se- spritualitas aku lirik. Spiritualitas
kepada pemeluk teguh perti berada pada titik sunyi pere- yang terbangun karena sunyi, re-
nungannya. Ia mengalami keadaan nungan, dan doa.
Tuhanku parakdosial. Ia sempat merasa di-
Dalam termangu Doa menampilkan kegelisahan-
kutuk-sumpahi eros dan mengemba- kegelisahan manusia yang ingin
Aku masih menyebut namaMu
ra serupa Ahasveros. Pada akhirnya, kembali mendekatkan jarak yang
Biar susah sungguh ia mengalami titik balik pengem- sudah lama berkarat. Dibutuhkan
mengingat Kau penuh seluruh baraannya. Dan tentu saja merasa kehendak dan kesadaran kuat untuk
asing. kembali merekatkan jarak tersebut.
cayaMu panas suci
tinggal kerdip lilin di kelam Kerinduan aku lirik dalam pu- Puisi lain yang mempunyai
sunyi isi doa merupakan kerinduan yang keinginan kuat adalah puisi Sapar-
sangat intim dan berjarak. Aku lirik di, Aku Ingin. Mungkin Aku Ingin le-
Tuhanku
merasakan jarak yang kekal dan bih dikenal sebagai puisi cinta antar
aku hilang bentuk dirinya berada pada ruang terjauh. sesama manusia. Cinta yang begitu
remuk Sunyi. Perasaan sendiri, sunyi, dan sederhana dan kental. Puisi Aku In-
rindu menyebabkan aku lirik me- gin lebih tepatnya adalah puisi ten-
Tuhanku
rasakan kehadiran Tuhan meski- tang keinginan bukan tentang cinta
aku mengembara di negeri asing
pun dengan Tuhan masih ada pintu yang terlampau sederhana.
Tuhanku yang coba ia ketuk. Kerinduan akan
di pintumu aku mengetuk kehadiran Tuhan seakan-akan me- Aku Ingin
aku tidak bisa perpaling maksa aku lirik untuk bersimpuh
dengan kondisi yang payah penuh Aku ingin mencintaimu dengan
194310
compang-camping atau penuh dosa. sederhana
Aku lirik sadar dirinya berjarak dan Dengan kata yang tak sempat
ia ingin sekali menjadikan jarak diucapkan kayu
10 tersebut alpa dan menyatu dengan Kepada api yang
Chairil Anwar, Aku Binatang Jalang, Ja-
menjadinkannya abu
kata: Gramedia Pustaka Utama. 2005 Tuhan. Puisi doa juga menampilkan

P U S A T N O . 11/20 1 5 27
Telaah
Aku ingin mencintaimu dengan Puisi Chairil dan Sapardi, meng- walau huruf habislah sudah
sederhana hadirkan pengalaman religius men- ali bataku belum sebatas allah
Dengan isyarat yang tak sempat genai keinginan yang intens dan
disampaikan intim kepada Sang Pencipta. Keingi- 197912
Awan kepada hujan yang
nan tersebut membuat adanya jarak
menjadikannya tiada
atau jeda antara manusia dan Sang Dilihat sepintas pun, puisi Su-
198911 Pencipta. Namun, jarak itu pulalah tardji tersebut sudah begitu kental
yang menjadikan kedekatan antara dengan unsur-unsur relijiusitas.
Memang secara sepintas, pui- manusia dan Sang Pencipta menja- Penyebutan kata allah dan tuhan
si Aku Ingin, terlihat seperti puisi di begitu kentara dan terasa. Secara menjadikan penanda yang begitu
cinta remaja yang centil atau gom- kasat mata, Puisi Chairil memang jelas pada arah religius. Yang men-
bal. Pola ulangan pada kedua bait terlihat lebih intim hubungan anta- jadi unik adalah bait pertama dan
puisi Sapardi kali ini, memberikan ra hamba dan Sang Pencipta karena bait terakhir. Pada kedua bait te-
nilai tekanan pada klausa aku ingin penggunaan dan pilihan kata sud- sebut aku lirik pada sajak tersebut
mencintaimu dengan sederhana. ah sangat terang sekali sedangkan sudah mempunyai kerelaan dan
Kunci dalam membongkar puisi ini pada puisi Sapardi, hubungan anta- kesadaraan yang begitu kuat. Pada
ada pada frase aku ingin. Frase aku ra hamba dan Sang Pencipta lebih bait pertama disebutkan, walau
ingin merupakan simbol dari doa disamarkan sehingga terkesan tidak penyair besar/ takkan sampai se-
atau harapan. ‘mu’ dalam puisi te- begitu intim hubungan tersebut. batas allah. Hal ini menunjukkan
sebut memang sengaja disamarkan sebesar apapun setiap pencapaian
untuk lebih memberikan pemakna- seorang penyair atau katakanlah
an yang beragam dari puisi tersebut. manusia, takkan mampu mengalah-
5.
Pada puisi tesebut aku lirik memiliki kan kebesaran Sang Pencipta. Pada
keintiman yang berbeda dengan aku
lirik pada puisi Chairil, jika pada pu- P ada bagian kelima ini, pengala-
man religius yang sering dijadi-
kan bahan bagun puisi dalam penu-
bait terakhir, walau huruf habislah
sudah/ alifbataku belum sebatas al-
isi Chairil, keinginan untuk bertemu lah. Pada bait terakhir ini, metafora
dan menyatunya begitu kuat sekali, lisan puisi adalah kesadaraan dan
muncul sebagai perbandingan den-
pada puisi Sapardi, keinginan terse- kerelaan. Untuk lebih memberikan
gan bait pertama. Pada bait itu pula
but seperti hanya dalam permukaan gambaran akan kerelaan, saya akan
penegasan kerelaan dan kesadaran
saja. Tapi pada puisi Sapardi, keingi- mengutip penuh puisi Sutardji yang
lebih halus. Seorang penyair walau-
nan tersebut menjadi intens karena berjudul Walau.
pun huruf-huruf dan kata-katanya
adanya pola ulangan yang menekan- sudah mencapai titik yang puncak
kan pada keinginan tersebut. Pada Walau takkan mampu melampaui huruf
puisi Sapardi, aku lirik ingin sekali yang menyusun kata Allah. Bahkan
menyederhanakan hubungan cinta walau penyair besar
jika diibaratkan huruf-huruf yang
antara hamba kepada Sang Pencip- takkan sampai sebatas allah
dikeluarkan oleh seorang penyair
ta. Aku lirik ingin sekali melebur dulu pernah kuminta tuhan hanya sebatas alifbata. Dalam abjad
menjadi satu tubuh dengan Sang dalam diri aksara arab, alifbata hanyalah seba-
Pencipta seperti kayu kepada api sekarang tak tas tiga huruf yang pertama. Sangat
dan awan kepada hujan. Kedua hu- jauh sekali jika dibandingkan hu-
kalau mati
bungan tersebut adalah hubungan ruf-huruf yang merangkai kata allah
mungkin matiku bagai batu
saling meniadakan satu sama lain— yang mempunyai kebesaran tersen-
tamat bagai pasir tamat
yang pada akhirnya akan menjadi jiwa membumbung dalam baris diri. Kesadaran dan kerelaan terse-
abu dan tiada. sajak but merupakan kesadaran yang tim-

tujuh puncak membilang-bilang


11
Sapardi Djoko Damono, Hujan Bulan nyeri hari mengucap-ucap 12
Juni, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Sutardji Calzoum Bachri, O Amuk Ka-
di buti pasir kutulis rindu-rindu pak, Jakarta: Horison. 2002.
1994.

28 P U SAT NO. 11/2015


Telaah
bul setelah proses pencarian yang tak seperti pada awal kepenyairan- sih/Sang Pencipta. Penyangkalan-
lama dan kuat sekali. Dan kemu- nya, melainkan menyerahkan saja penyangkalan tersebut bukannya
dian ia sadar bahwa dirinya takkan pada Sang Pencipta. menjadikan jauh melainkan sema-
bisa melampaui Sang Pencipta dan kin menguatkan hubungan keinti-
hanya ingin menyerahkankan diri man antara aku lirik dengan Sang
saja. Tanpa menggugat. 6. Pencipta. Jarak memberikan ruang
Mari kita bandingkan penca- luas untuk berpikir atau setidak-
paian kerelaan dan kesadaran yang
telah dicapai oleh Tardji dan Chai-
P ada tahap yang lebih ekstrim,
relijiusitas dalam perpuisian
dapat pula dicapai melalui perpi-
nya memikirkan kembali tentang
cintanya tehadap Sang Kekasih, jika
ril. Puisi Chairil yang mempunyai diibaratkan pasangan kekasih yang
sahan atau bahkan sampai penola-
tingkatan kerelaan yang kuat ada- berjarak ribuan kilo jika sekali ber-
kan, penertawaan, bahkan sampai
lah puisi Derai-derai Cemara. temu akan menimbulkan keintiman
pembunuhan tehadap Sang Pencip-
yang sangat luar biasa.
ta. Pada ihwal penolakan terdapat
… Relijiusitas pun dapat dicapai
pada puisi Emha Ainun Nadjib, Sud-
Hidup hanya mendunda dengan cara menertawakan Tuhan.
kekalahan ah Kubuang-buang.
Hal ini tedapat dalam puisi Joko Pi-
Tambah terasing dari cinta
sekolah rendah
Sudah kubuang-buang tuhan nurbo, Celana 1.
Agar sampai ke yang tak
Dan tahu ada yang tetap tidak
terucapkan “Kalian tidak tahu ya,
diucapkan
Namun tak sekali ia tak sedia Aku sedang mencari celana
Sebelum pada akhirnya kita
hadir Yang paling pas dan pantas
menyerah13
Terus mengada mengada bagai Buat nampang di kuburan.”
darah mengalir
Pada sajak tesebut, Chairil … Lalu ia ngacir
mencapai titik perhitungan yang Sudah kubuang-buang Tanpa celana
matang akan kehidupan. Baginya Sudah kubuang-buang Dan berkelana
Ia makin saja Tuhan Mencari kubur ibunya
hidup hanya menunda kekalahan.
Makin saja Tuhan Hanya untuk menanyakan
Pada awal kepenyairannya Chairil “Ibu, kausimpan di mana celana
ingin sekali hidup seribu tahun na- lucu
mun pada akhir kepenyairannya ia Penolakan terhadap Sang Yang kupakai waktu bai dulu?”
telah melakukan perhitungan yang Pencipta tidak menyebabkan aku
matang, pada akhirnya ia memilih lirik jauh dari Sang Pencipta, bah- Dari gaya bahasa saja, puisi
untuk menyerah pada kehidupan. kan penolakan tersebut membuat Joko Pinurbo telah membuat kita
Tingkat kematangan spiritual Chai- hubungan antara hamba dan Sang tertawa dan tersentak. Tidak ada,
ril Anwar mencapai puncaknya. Pencipta lebih akrab dan merupa- wacana estetika yang terlalu mera-
Terlihat pada bentuk puisi Chairil kan bahagian yang tak bisa dipisah- mu kata-kata hingga menjadi kata
yang kembali pada pakem syair a- kan oleh Sang Pencipta. Hal serupa yang puistis. Bahkan kata-kata yang
b-a-b. Tentu saja dengan isi yang le- juga tejadi dalam puisi Acep Zam dibangun oleh Joko Pinurbo cende-
bih mementingkan kesadaran dan zam Noor, Tentang Jarak. rung lebih menertawakan puisinya
kerelaan yang mendalam pada ke- sendiri. Akan tetapi, di balik bahasa
hidupan. Keputusan untuk menye- Kekasihku, menyingkirlah
yang menyentil tersebut terdapat
sejenak
rah itulah yang memosisikan puisi relijiusitas terutama yang berkai-
agar bisa kuhayati jarak
tersebut memiliki nilai relijiusitas Atau mendekatlah tan dengan kematian dan kubur.
tentang kerelaan. Chairil sadar dan Untuk kukucup lukamu Kematian adalah awal pertemuan
rela tentang akhir dari kehidupan, dan kubur adalah simbol akhir du-
tidak mencoba untuk memberon- Aku lirik dalam puisi Acep nia. Jika digambarkan manusia akan
melakukan penyangkalan atau mengalami kematian yang maut dan
13
Chairil Andwar, “Derai-derai Cemara”. memberikan jarak tehadap Keka- menakutkan namun dalam bahasa

P U S A T N O . 11/20 1 5 29
Telaah
Joko Pinurbo, kematian seperti anak tersendiri, Tuhan yang digaung-ga- narnya yang dibunuh Tardji adalah
kecil, tanpa beban sama sekali, bah- ungkan lama-lama akan menjadi sikap yang terlalu bergantung pada
kan saat menghadap Tuhan pun kita Hantu. Dua kata yang mempunyai Tuhan.
tak perlu memakai celana apapun kesamaan yaitu wujud meta isik,
cukup dengan telanjang. Ironis bu- tak telihat. Tuhan yang terlalu diga-
kan. Dalam ironis tersebut termak- dang-gadang akan menjadi Hantu 7.
tub sifat apa adanya, tanpa tendensi bagi hati manusia, tidak mau beru-
apa-apa. Hal ini merupakan kere-
laan tersendiri sebelum menghadap
saha hanya mengandalkan oleh doa
saja. Hal tersebutlah yang menjadi
R elijiusitas pada akhirnya me-
rupakan pengalaman pribadi
yang intim dengan Sang Pencipta.
Sang Pencipta. Kedekatan Tuhan tolak kritik Remy Sylado terhadap
Bukan merupakan milik komunal
dengan hamba dalam puisi Joko Pi- situasi religius di Indonesia.
masyarakat maupun agama ter-
nurbo ibarat teman permainan saat Pada Puisi Sutardji yang lain, tentu. Dan tentu saja bukan meru-
balita, jadi pertemanan yang tidak Doa, ada semacam ritual pembu- pakan barang ekonomi yang siap
membutuhkan busana apa-apa den- nuhan Tuhan untuk melepaskan dipajang bila bulan puasa tiba dan
gan kata lain apa adanya. kegelisahan atas dogmatisnya Tu- lebaran datang. Dalam pengalaman
Pada puisi Remy Sylado, juga han. Dalam puisi tersebut Sutadji individu yang sangat intim dengan
terdapat ironi yang kental dengan berdoa: Sang Pencipta tentu saja, banyak
mbeling-nya. puisi tersebut adalah jalan memperoleh pengalaman in-
Gap (Mantra). O Bapak Kapak
tim tersebut. Di dalam puisi-puisi
Beri aku leherleher panjang
Biar kutetak dunia atau tertutama di Indonesia,
Gap (Mantra) Biar ngalir darah resah pengalaman relijiusitas tidak ter-
Ke sanggup laut gambar melalui sebuah instalasi
Ya
Tuhan Mampus! kostum saja, melainkan melalui pe-
Tuhan Tuhan renungan yang setiap orang tentu
Tuhan Tuhan Tuhan Sutardji seakan menebas Tuhan saja berbeda cara. Relijiusitas juga
Tuhan Tuhan dengan kapaknya biar keresahan bersifat universal, tidak berbeda
Tuhan dalam darah bisa dikeluarkan bisa dari tahun ke tahun, dari budaya ke
Tu mengalir ke laut sehingga keresahan budaya, barat maupun timur.
Han itu hilang satu per satu tidak lagi ber- Melalui pembacaan beberapa
Tu
diam pada darah. Membunuh Tuhan puisi dunia dan Indonesia, dapat
Han
Tu
bukan berarti tidak religius, dengan ditarik garis merah, bahwa relijiu-
Hantu mematikan Tuhan, akan dapat ter- sitas dalam perpuisisan tidak ja-
Hantu Hantu bebas dari kungkungan imajinasi tuh pada dogmatis agama tetentu,
Hantu Hantu Hantu Tuhan, sama seperti yang dilakukan relegiusitas adalah milik pribadi
Hantu Hantu oleh Niesztche dengan menyatakan masing-masing individu. Relijiusi-
Hantu Tuhan telah Mati, kitalah yang telah tas tersebut dapat meliputi aspek
Ay membunuhnya. Maksudnya ‘imaji- kesatuan antara spiritualitas, perte-
nasi Tuhan’ adalah Tuhan yang men- muan, jarak, perpisahan, kerelaan,
Puisi Remy Sylado kali ini ber- gukung tidak melakukan apa-apa, kerinduan,perenuangan, penyatuan,
bentuk mantra. Keunikan puisi tese- seperti dalam puisi Remy Sylado, dan penolakan atas Sang Pencipta.
but adalah pengulangan-pengulan- Tuhan yang menyebabkan manu- Dan tentu saja setiap orang mem-
gan kata ‘Tuhan’ pada titik tertentu sia tidak berkembang karena hanya punyai jalan masing-masing untuk
akan menjadi ‘hantu’ pada awal pu- bergantung pada Tuhan. Maka yang mencapai titik religius dengan Sang
isi tersebut juga menggunakan kata dilakukan Tardji adalah tindakan Penciptanya tanpa adanya tenden-
yang biasa digunakan pada awal doa yang religius meskipun ia menebas si dengan pihak manapun seperti
yaitu ya Tuhan. Tentu saja ini me- Tuhan dengan kapaknya, membu- pada puisi.[]
nimbulkan tanda tanya serta ironi nuh dan menghilangkan, tapi sebe-

30 P U SAT NO. 11/2015


LEMBARAN
MASTERA

MASTERA MAJELIS SASTRA ASIA TENGGARA

BRUNEI DARUSSALAM
Kesal Seorang Ayah, Cerpen Haji Magon Haji Ghafar — 40
Kemarau, Puisi Norsiah H.N — 45
Sayangku Jauh Di Bulan, Puisi Disa — 46

MALAYSIA

20 Cerita Tentang Tuhan, Cerpen S.M. Zakir — 47


Anggur Asmara, Puisi Tuah Sujana — 55
Songket Teluk Berantai, Puisi Tseni Sastowardojo — 56

SINGAPURA
Kerusi, Cerpen Wan Jumaiah — 57
Akhir Riwayat Cinta, Puisi Rafaat Haji Hamzah — 60
Sandalku Milikmu, Puisi Kamaria Buang — 61

INDONESIA

Pisau Cerita Pendek Dasril Ahmad — 63


Pahlawan, Puisi Ayat Rohaedi — 65
Pertanyaan Sialan, Puisi Leon Agusta — 67

Lem baran M aste r a 31


MASTERA

Rezeki
Cerita Pendek P.H. MUHAMMAD ABD AZIZ
(Brunei Darussalam)

kah ketawanya yang satu itu disud- Itu cuma andaian-andaian saja.
ahi dengan ketawa kecil. Apakah Sangkaan-sangkaan saja. Sepanjang
Tetapi sejauh yang ketawanya itu sebuah perli atau yang kutahu dari guru-guru agama
kutahu, seumur hidupku sindiran tajam? Tapi kepada siapa? yang pernah mengajarku dulu, and-
Aku atau ibu bapa adik-adikku yang aian atau sangkaan yang seperti itu
ini ayah bukanlah seorang
masih ingusan itu? disebut ‘buruk sangka’. Sebab itu
yang mudah buruk aku tak ingin memikirkan jawapan
Sampai sekarang aku belum
sangka. Aku tidak pernah menemukan jawapnnya meskipun bagi soalan itu lagi.
mendengar dia mengata aku berasa soalan itu bukan dituju- Tetapi sejauh yang kutahu, seu-
keburukan seseorang kan kepadaku atau kepada ibu atau mur hidupku ini ayah bukanlah seo-
di hadapanku, apalagi adik-adikku yang masih ingusan rang yang mudah buruk sangka. Aku
mengumpat. itu. Pernah juga aku membayang- tidak pernah mendengar dia menga-
kan jawapnnya begini:Rezeki yang ta keburukan seseorang di hadapan-
dimaksudkan itu mungkin duit- ku, apalagi mengumpat. Malah dia-
duit syilling yang dijadikan buah lah seorang pemerotes yang galak
catur dalam sesebuah sayembara. apabila aku mengatakan seuatu ke-
“APAKAH namanya rezeki yang Pencatur yang menang akan men- salahan orang lain meskipun kesala-
dicaturkan oleh manusia?” soa- dapat habuan dari duit-duit yang han orang itu betul-betul di hadapan
lan itu diluahkan oleh ayah dalam dicaturkan itu? Atau rezeki yang mata kepala kami. Aku masih ingat
keadaan yang sinis sekali. Kulihat dimaksudkan itu mungkin berupa suatu ketika dulu, pernah aku di-
air mukanya berbaur-baur. Dalam selonggok wang taruhan yang di- buyuk oleh seorang penjual kacang
senyum ada pahitnya, dalam pahit perjudikan dalam peraduan catur, goreng; harga kacang itu lima puluh
ada masamnya, dalam masam ada pencatur yang menang akan me- sen sebungkus. Aku mneyerahkan
merahnya. Tentunya yang merah raihnya? Atau mungkin juga rezeki kepadanya wang kertas seringgit.
itu amarah yang sesekali disem- itu tidak ada angkut-pautnya den- Oleh kerana dia sibuk melayan be-
bunyikan. Walau bagaimanapun ia gan permainan catur. Barangkali berapa orang pembeli, maka baki
akan tampak juga ketika menutur- rezeki itu dibahagi-bahagikan oleh wangku itu belum disungsung. Sete-
kan kata-katanya yang kerap sinis seorang hartawan kepada orang lah kesibukannya reda aku pun me-
dan mengandung berbagai erti, erti bawahannya mengkiut peringkat minta balik baki wang itu tetapi dia
yang aku kurang arif mengenainya. umur tua muda, atau mengikut se- menyangkal. Malah dia menuduhku
Dan yang paling menyeramkan di suka hatinya sahaja? Atau barang- pula cuba mempermaian-mainkan-
hujung kalimatnya yang satu itu kali rezeki itu diberikan berbeza- nya. Aku marah. Tetapi ayah dengan
disudahi dengan ketawa kecil. Apa- beza mengikut taraf kedudukan? lembut menyabarkanku. Aku yang

32 P U SAT NO. 11/2015


MASTERA
sudah naik angin itu langsung saja kan kedua golongan yang nyaris- Aku tahu ayah menyayanginya lebih
mengatakan dia sebagai ‘pembuyuk’. nyaris menumpahkan darah itu dari sekala yang berharga di rumah
Mendengar cercaku itu ayah tiba-ti- Nabi Allah Musa telah memohon ini.
ba saja jadi marah kepadaku. Ketika petunjuk dari Allah Subhanahu Wa- “Kau jangan disamakan den-
itu mahu saja dia memukul dengan taala. Permohonan Nabi Musa itu gan sijil-sijil yang ayah raih dahu-
tangannya kerana kelancanganku telah dikabulkan oleh Allah dengan lu. Orang sekarang lebih banyak
itu. Tetapi kemarahan orang tua itu memerintahkan Nabi Musa menca- berpandu kepada teori-teori Barat,
segera reda apabila aku mahu men- ri seekor sapi betina untuk dijadi- teori-teori bangsa Yahudi, teori-
galah. kan korban. teori bangsa Nasrani malah teori-
“Kau jangan mengata orang Allah Subhanahu Wataaka teori golongan ateis seperti Darwin
begitu. Tab baiik. Kau belum tentu cuma memerintahkan mencari see- pun dijadikan panduan. tetapi pada
lebih baik daripadanya. Mungkin ia kor sapi betina. Sesungguhnya Al- zaman ayah, kami mencari teori
lebih baik daripadamu!” kata-ka- lah telah memberikan jalan mudah dari pengalaman dan pengamatan
ta ayah serupa itu menjadikan aku kepada kaum itu. Allah tidak men- yang tajam. Teori itu disepadukan
lebih berhati-hati membuka mulut ganiaya mereka. Tetapi kaum yang dengan didikan moral yang serasi
apabila memperkatakan sesuatu sudah terkenal dengan kedegi- dengan budaya bangsa dan aga-
mengenai diri orang lain baik di lan dan banyak menaruh kerenah ma. Kami lebih menitikberatkan
hadapannya, sekalipun di hadpaan dan andaian-andaian itu telah pembentukan ‘ideologi’ “Jelama
orang lain. Dan sekarang aku sudah mengemukakan pertanyaan demi Brunei’, ujar ayah bertali-tali, aku
cuba memutihkan hatiku dari pra- pertanyaan, kesangsian demi ke- cuma mendengar di antara faham
sangka-prasangka demikian baik sangsian, wasangka demi wasangka dengan tidak. Tetapi denmi meng-
pada mulut mahupun pada hati. yang akhirnya api yang dimaksud- hormatinya aku mengangguk saja
‘Prasangka-prasangka di dalam kan itu bukan lagi seekor sapi biasa mengiakan. Menurutnya lagi, ma-
hati itu lebih buruk sifatnya kerana tetapi telahh bertukar menjadi api lah golongan mereka telah mend-
lambat laun ia akan mencetuskan betina luar biasa yang harganya ahului konsep Islam Melayu Beraja
prasangka-prasangka lidah yang emas seberat sapi tersebut. baru-baru ini diperkenalkan. Nilai
berleluasa.’ Demikian suatu ketika Dengan izin Allah lelaki itu pun sijil usang itu adalah hasil terbaik
dulu Ustaz Fazil memberi perin- hidup seketika apabila salah satu usahanya dalam praktikal men-
gatan sebelum dia meyampaikan dari bahagian sapi yang dikorban- gajar di sekolah. Praktikal yang
pelajaran Tauhid. Memang dia se- kan itu dipukulkan kepadanya. Le- dimaksudkan itu berupa gagasan
lalu memberikan sesuatu kepada laki itu pun dipukulkan kepadanya. dan wawasan yang diperlukan oleh
kami sebelum memulakan pelaja- Lelaki itu pun menyatakan yang dia negara. “Sijil itu bukan cuma tanda
ran. Semoga Allah akan memberi- telah dibunuh oleh anaknya sendiri. lulus di bilik kuliah. Tapi tanda ber-
kan dia ganjaran pahala uang ber- setelah pengadilan itu langsai, dan jaya memenuhi hasrat negara dan
lipat ganda. Amin. dalangnya dihukum setimpal den- bangsa. Hem...” ujar ayah sedikit
Andaian-andaian serupa ini ba- gan kelaziman, kaum yang banyak bangga. Dan apa yang menjadikan
rangkali ada juga hubung kaitnya menaruh andaian dan sangkaan- aku tertarik dengan ujarnya yang
dengan sebuah cerita yang pernah sangkaan ini tidak pula menyembah menyinggul-nyinggul rasa bangga
kudengar; cerita itu berlaku di za- Allah sebaliknya mereka menyem- itu ialah ketika dia berkata bahawa
man Nabi Musa alaihi alam. Satu bah sapi! Nauzubillahi Minzalik. sijil itu kenangan abadi baginya ke-
ketika Nabi Musa didatangi oleh rana itulah tanda kejayaan golongan
Sekeping sijil yang sudah ke-
dua golongan yang bertelingkah mereka, golongan orang lama yang
kuning-kuningan, disarungi plastik
disebabkan kematian seorang kaya banyak melahirkan cendiakawan
yang juga sudah kekuning-kunin-
yang diletakkan di antara dua buah yang tahu diri. Perkataan ‘tahu diri’
gan, dua keping lagi sijil yang sewar-
kampung mereka. Dua golongan itu itu sampai sekarang masih menjadi
na tapi tidak serupa dengan sijil itu
saling tuduh-menuduh membunuh tanda tanya dalam diriku. Apabila
juga disaluti plastik tipis, sudah dua
orang kaya itu. Untuk menyelamat- aku mennayakan pengertiannya,
bulan terbiar, tergelatak di langgar.

Lem baran M aste r a 33


MASTERA
ayah cuma ketawa kecil. “Nanti, kau rasa padaku pilu sinisnya. Ternya- lagi dihujungi keluhan. “Semakin
akan tahu juga.” ta kata-kata itu mengandung ke- hari perbenjaan semakin besar...
Tetapi bagai sebuah ledakan, kecewaan yang dalam. Aku sudah mana lagi belanja buku teks anak-
kabanggaan ayah itu tiba-tiba saja dapat mengagak memang dia gagal anak, mana lagi belanja tambng,
bertukar rupa. Seingatku sejak dalam temuduga itu lagi. Kasihan lauk-pauk dan segala keperluan
ayah menghadiri temuduga tiga dia. Sesuatu yang diharap, sesuatu lain. Yang penting sekali perbelan-
bulan lepas barang itu tidak disen- yang ditunggu hadirnya selama ini jaan perubatanmu...”
tuh. Kalau tidak silap saya sejak kini terlepas ke tangan orang lain. Sampai di situ ayah sudah
ayah menghadiri temuduga untuk “Aku tidak tahu di mana kelema- bungkam. Ibu memberi isyarat ke-
mengisi kekosongan jawatan Guru hanku... perkhidmatan sudah lebih padaku untuk membimbingnya ke
Kanan di sekolahnya. Aku tidak dari cukup. Prestasiku cemerlang, pembaringan. Dekup terompahnya
berani menyentuh barang kesayan- sudah empat tahun gajiku di tangga mengheret lantai dan jalnnya ber-
gan ayah itu kerana akhir-akhir ini gaji penamat... di mana slaahnya ?” geratan, senget ke sebelah kanan
barang itu sering saja ditenungnya “Barangkali kelulusan abanag itu terasa kepadaku dia membawa
apabila ada masa lengang, terutama itu mudah tertindih!” ujar ibu agak beban derita yang semakin ber-
selepas selesai mengerjakan sem- jelas meskipun bergetar. Aku tahu tambah. Jika sekiranya Allah mahu
bahyang sunat Witir di jauh ma- dia memaksa suaranya keluar dari membahagikan derita yang ditang-
lam. Ada juga timbul rasa di dalam getaran bibirnya, suara itu sebe- gungnya itu separuh kepadaku, aku
hatiku hendak menyimpan barang narnya tidak mudah keluar kalau rela. Tapi itu sudah takdir yang tak
bernilai itu di dalam almari tetapi tidak ditekan, dan itu sidah tentu mungkin dielak lagi.
aku serba salah apabila mendapati memayahkannya. Kaki tangannya Sijil itu, bila dilihat begitu-be-
ayah sering bertemankan benda itu akan bergetaran dan jalannya sud- gitu saja, nyatalah tidak dapat me-
di waktu sunyinya. ah senget terpaksa bertilatai. nanding sebuah ijazah, atau barang-
Ketiga-tiga kertas bersalut plas- “Sabarlah Kamariah. Barangkali kali lebih ke bawah dari itu sebuah
tik tipis yang kekuning-kuningan itu itu bukan rezeki kita.” diploma. Tapi menurut ayah sijil
tulisannya jelas tertera; SIJUL PER- “Empat tahun lepas... alasannya itu terlalu besar ertinya dalam hi-
GURUAN MELAYU BRUNEI dengan orang gajinya yang di hujung tan- dupnya. Sijil itu diperolehi dengan
sebuah logo di atasnya. Kedua sijil gga gaji diutamakan. Pretasi juga pengorbanan yang bukan sedikit.
yang lain masing-masing bertulis diutamakan. Itu kita terima. Tapi Dengan perjuangan semangat dan
SIJIL PELAJARAN MALAYSIA, juga sekarang gaji abang sudah di peng- kegigihan. Pengorbanan, masa, te-
ada sebuah logo di sebelah bawah hujung tangga gaji. Prestasi abang naga, moral dan material. Kadang-
tajuk itu dan yang sebuah lagi ber- sudah cemerlang, kenapa tidak kadang aku hairan juga. Jika sijil ‘O’
tulis SIJIL TINGGI PERSEKOLAHAN naik-naik juga?” levelku yang masih mentah itu lebih
dengan logonya juga terletak di dipandang dari SPM ayah? Aneh,
“Aku tahu, abang sudah ada
bawah tajuk itu. Ketiga-tiga sijil itu sijil-sijil SPM dan STP yang dipero-
kelebihan dalam perkara itu tapi
memakai bahasa ibunda, bahasa lehinya cuma dengan bergurukan
abang terkebawah kerana kelu-
yang sudah sebati dalam hidupnya. buku dan semangat gigih itu dile-
lusan abang ini...” ujar ayah se-
Seingatku ayah selalu menye- takkan di bawah? Sedang kelulusan
macam menahan sebak di dadanya.
but sijil-sijil itu dengan panggilan yang kuperolehi tanpa melalui liku-
Ketiga sijil yang bersalut plastik
MPMB, SPM dan STP. Benda usang liku yang dinamakan perjuangan
itu dicampakkannya betul-betul
itu, kalau ia sejenis alat perkakas ia kental, ia tidak lebih dari dorongan
di hadapan ibu. Semacam ia sudah
sudah boleh dikatakan antik. yang disuapkan ke mulut?
diperdayakan oleh sijil yang selama
“Aku tidak sangka seali... rupa- ini menjadi kebanggaannya. “Seka-
***
rupanya sijil-sijil itu sudah tidak rang abang sudah tidak ada apa-
dipandang lagi...” Demikian ujar apa lagi peluang untuk menambah Hari Jumaai itu aku cuba men-
ayah dalam nada perlahan dan te- pendapatak kita. Ah...” tambah ayah gadu nasib. Pendapat kawanku

34 P U SAT NO. 11/2015


MASTERA
orang lalu. Orang yang ditadahi itu
kadang-kadang ada yang semacam
terpaksa mengeluarkan duit dari
sakunya dan yang setengahnya pula
langsung pergi tanpa mengendah-
kan perayu yang berbadan sintal
dan berurat tegang itu.
Selesai menunaikan fardhu
Jumaat, si kawan yang berbadan
sintal dan berurat tegang itu sege-
ra menarik tanganku ke depan di
mana beberapa orang pemuda yang
sebayaku mengerumuni seorang
wakil penderma (yang aku pasti
wakil penderma itu akan memba-
hagi-bahagikan sedekah). Sekum-
pulan lagi yang menyusup-nyusup
masuk dari luar masjid melalui pin-
ti belakang turut berebut, pemuda-
pemuda itu di antaranya ada yang
yang seorang itu barangkali boleh tahu duduk di depan itu pahalanya memakai anting-anting di sebelah
diterima. Jika nasib baik dapat juga lebih di atas daripada orang yang telinganya dan ada pula anak-anak
menambah pendapatan ayah, atau duduk di belakang itu. Tapi aku ti- yang masih di bawah umur sepuluh
sekurang-kurangnya boleh juga dak ambil kisah. Yang penting aku tahun. Menurut cerita yang pernah
dijadikan wang bekal adik-adikku memperolehi sesuatu manfaat dari- kudengar, lelaki yang beranting-an-
yang masih ingusan itu ke sekolah. padanya. Mana tahu selepas menu- ting di sebelah telinganya itu kalau
“Jalan pintas untuk mendapat naikan sembahyang fardhu Jumaat di Eropah adalah tanda kumpulan
reeki halal,” ujarnya memintas ka- ini ada sebarang kerja? homoseks. Tapi kalau di negara
limatku sepintas akalnya. Aku yang Jemaah semakin ramai melin- bertuah ini apa pula nama kumpu-
‘kebaruan’ langsung saja mengikut- tasi pintu itu untuk mengambil lannya? Entahlah. Apakah itu benar
nya pertgi tanpa banyak cakap. Aku tempat di depan. Sebahagian ber- atau tidak, aku tidak pasti.
ikir memang aku akan diagihkan henti dan menghulurkan ssesuatu Keadaan bertamabah gawat;
sebarang pekerjaan sampingan ke tanganku, juga ke tangan orang- berebut, berhimpit dan ada yang
seperti yang dijanjikannya. Tetapi rang yang sederet denganku di se- bertolak-tolakan menjadikan su-
yang anehnya aku disuruh memakai belah belakang ini. sekarang baru asana hingar bingar. Wakil pen-
pakaian usang saja dengan sebuah aku menyedari, rupa-rupanya aku derma yang tidak dapat mengawal
songkok di kepala. Kalau boleh bi- berada di barisan mereka yang ku- keadaan langsung saja mengham-
arlah baju yang kupakai itu koyak rang bernasib baik. Ya Tuhan, ru- burkan wang-wang kertas di tan-
rabak atau songkokku itu biarlah panya aku sudah ditempatkan di gannya ke atas. Perebutan yang
yang hapak dan usang. Tapi aku barisan peminta sedekah? Nyatalah berleluasa pun tidak dapat dielak
bukanlah golongan keluarga yang sudah yang dihulurkan ke tangan- lagi yang tentunya telah menganggu
termiskin sehingga tidak punya pa- ku ini sedekah, dia antaranya ada jemaah yang sedang menunaikan
kaian yang bagus. wang syilling dan juga wang kertas Ba’diah Jumaat. Si kawan yang me-
Aku tidak disuruh duduk di de- seringgit-seringgit. Dan kawan- lihat aku bengang itu langsung saja
pan sebaliknya aku disuruh duduk ku yang seorang itu tanpa mena- meninggalkanku untuk menyertai
di belakang, betul-betul diambang ruh perasaan malu sedikit jua pun geromolan itu. Dadaku sebak me-
pintu. Aku akur juga meskipun aku menadahkan tangannya ke setiap nahan bengang, aku tak menyedari

Lem baran M aste r a 35


MASTERA
runtuknya mataku melihat rezeki seuatu dengan lembutnya sehingga Tapi dalam kelembutan itu dia te-
yang ditaburkan itu seakan mena- tak kusedari ia berlalu menunda lah melemparkan kepadaku sebuah
bur padi untuk ayam-ayam ternak? langkah pergo seakan-akan mem- sindiran yang tajam hingga me-
Sedang mereka yang berada di bawa sebuah kesalan di wajahnya. nusuk ke sanubariku, menggugah
barisan belakang, barisan manusia Saat itu baru aku menyedari apa kewibawaanku, dan sekali gus me-
yang kurang bernasib baik itu cuma yang dimaksudkannya mengenai libatkan maruah ayah yang sudah
mampu melihat perebutan itu den- diriku. kering basah oleh keringat. “Tangan
gan pandangan kosong. Siapakah “Ustaz Fazil!!!” ini boleh menebar jala empat depa.
sebenarnya yang meminta sede- Tangan ini boleh mengetam tiga re-
Tapi sudah terlambat. Ketika itu
kah? Siapa pula yang sebenarnya lung padi sekali turun!”
mahu saja kau mengutuk diri sendi-
yang wajar disedekahi? Apakah ini Tidak. Aku bkan orang seperti
ri oleh kekebalanku. Mengapa aku
namanya rezeki yang dicatur ma- itu. Bukan!
tidak cepat bertindak menyatakan
nusia? Atau manusia yang dicatur
perkara yang sebenarnya? Apakah
oleh rezeki? ***
aku harus menerima sindiran yang
Tiba-tiba bahuku diupuk mes- halus sutera itu disampirkan pada
Besoknya awal-awal pagi lagi
ra oleh seseorang. aku menoleh ke bahuku? Aku bukanlah orang yang
aku turun ke tanah. Di depanku ter-
samping. Orang itu rasa-rasanya layak menerima. Bukan!
bentang kehijauan, tapak di mana
pernah kukenal, tapi di mana?
“Rezeki itu halal. Kau tidak aku berdiri ini adalah tilam yang
“Anakku, masihkah kau ingat akan berdosa makan rezeki halal menurut kata ayah menjanjikan
pesanku dulu...? “ujarnya dalam walau sekenyang perutmu.” Kawan anugerah dari jasa bakti tangan
senyum lembut. “Tangan yang di yang berbadan sintal dan berurat yang mengambilnya. Ketika itu aku
atas itu lebih baik dari tangan yang tegang itu cuba mengusir rasa bin- semacam terhidu bau wangi daun-
di bawah.” Kemudian dengan lem- gungku, tapi bingungku, bengangku daun subur. Barangkali inilah rezeki
but pula dia meraba pergelanganku semakin galak apabila terasa-rasa yang tak mungkin dipercatur oleh
hingga ke bahu dengan jemarinya. padaku rabaan jemari lembut Us- manusia kerana ia adalah anugerah
“Tulang yang bersalut daging yang taz Fazil di atas pergelangan tangan Yang Maha Berkuasa yang tak me-
kental ini lebih beerti jika diman- hingga ke bahuku. “Pergelangakn milih sesiapa.
faatkan pada jalan yang sewajar- yang perkasa... tulang yang kukuh...
“Bismillahi Rahmannir Ra-
nya.” Aku masih bengang, namun pastinya memiliki semangat waja.”
him...”
orang itu masih mengatakan se- Ujarnya itu lembut dan memikat.

PH ABD. AZIZ adalah nama pena Pengiran Haji Aji bin pengiran Tahir. penerima Anugerah Pe-
nulis Asia Tenggara (S.E.A. Award) tahun 1995 ini juga pernah menggunakan nama pena Tik
Maria, Nur Arif, PH Muhammad Abdul Aziz dan Patani. Dilahirkan pada 10 Oktober 1948 ini
pernah berkhidmat sebagai Guru Pelatih pada tahun 1965 hingga 1967. Pada tahun 1987 berk-
hidmat di Dewan Bahasa dan Pustaka Brunei sebagai Pengarang. Beliau aktif dalam mengha-
silkan karya kreatif genre sajak, cerpen, novel, drama dan esei. Selain itu, karya beliau juga ada
termuat dalam antologi puisi bersama, antologi cerpen bersama, antologi puisi dan pantun
bersama, antologi haiku bersama sama ada diterbitkan dalam negara mahupun luar negara,
serta menerbitkan novel perseorangan antaranya Kenawai dari Hulu, 1998, terbitan Dewan
Bahasa dan Pustaka Brunei, dan Antologi Drama Pengiran Indera Mahkota, 1991, terbitan
Dewan Bahasa dan Pustaka Brunei. Selain penerima anugerah penulis Asia Tenggara di Bangkok, Thailand, PH. Abd.
Aziz juga banyak menerima hadiah hasil daripada mengikuti peraduan menulis yang dianjurkan oleh Dewan Bahasa
dan Pustaka dan Pusat Dakwah Islamiah. Antaranya Hadiah Pertama dalam Peraduan Menulis Sajak, 1991; Hadiah
Pertama dalam Peraduan Menulis Cerpen, 1992; dan Hadiah Perama dalam Peraduan Menuis Cerpen Sempena 10
Tahun Penubuhan Pusat Dakwah Islamiah, 1995.

36 P U SAT NO. 11/2015


MASTERA

HJR (Brunei Darussalam)

LAMBAIAN PULAU

Di hujung Tanjong Pelumpong


Kupandang sebuah pulau
Dulu di atasnya anak-anakku bermain
Menyuluh ketam mencari lukan
Memukat merambat melabuh kail
Telanjang mengayuh jumping.

Di balik keangkuhan ombak


Terasa lambaian di balik kabus
Tangan anak-anak kerinduan
Sedang usianya hamper pupus
Memikirkan milik sejarah dirampas
Penajjaahan idealism yang lembut.

Pelumpong

(Sajak ini menerima Hadiah Kreatif Bahana (Kategori


Sajak) tahun 1989)

HJR adalah nama pena bagi Awang Haji Jawawi bin Haji Ahmad. Selain itu, pernah menggu-
nakan nama pena Jaba dan Yushadir. Dilahirkan pada 24 Februari 1949, mula bergiat aktif
dalam bidang penulisan sejak tahun 1960. Bidang penulisan yang diceburinya adalah puisi,
kritikan sastera dan rencana umum. Hasil karyanya pernah tersiar dalam majalah Bahana, Me-
kar, Dewan Sastera, Bintang Harian, dan Radio Brunei. Pernah berkhidmat sebagai guru pada
tahun 1973 dan selepas itu sebagai Pengarang dan Pengarang Kanan di Jabatan Dewan Bahasa
dan Pustaka Brunei. Karya Haji Jawawi bin Haji Ahmad banyak dibukukan sama ada secara ber-
sama dan perseorangan antaranya Antologi Bersama Bunga Rampai Sastera Melayu Brunei,
1984, Terbitan Dewan Bahasa dan Pustaka Kuala Lumpur, Antologi Puisi Kanak-kanak bersa-
ma Merpatiku Sayang, 1985, Antologi Bersama Randau di Pulau, 1987, terbitan Jawatankuasa
Penyelenggara Dialog Borneo dan Antologi Puisi Bersama Memburu Pelangi, 1992. Manakala karya perseorangan
beliau antaranya Antologi Puisi Perseorangan Jam Meja, dan Antologi Puisi Perseorangan Lahar, 2002. Haji Jawawi Haji
Ahmad juga merupakan penerima Anugerah Penulis Asia Tenggara (S.E.A. Award) tahun 2004.

Lem baran M aste r a 37


MASTERA

Mohamad Rajab (Brunei Darussalam)

Salam Rimba di jantungku ada cinta rimba menganga


di hatiku ada wangi rimba menyala
Belalong Buana di mataku ada buah rimba menyirna
di kakiku ada pasak rimba gagah perkasa.

Jika kau nak pulang


pulanglah pulang
Jika kaudatang ke sini
pulanglah dengan salam rimba
pasti tercium wangi rimba
setanggi dupa lora fauna.
hutan Tropika Belalong Buana.
Hutan Tropika Belalong Buana
Jika kaudatang ke sini
menyimpan sejuta rahsia rimba raya
pasti badanmu berbau rimba
ciptaan Tuhan Maha Kuasa.
nafasmu sungai rimba
rambutmu akar rimba Belalong ... Belalong oh ... Belalong
matamu buah rimba Kuala Belalong Belalong Buana.
kakimu pasak rimba
tanganmu dahan rimba 16-18 November 1995
Pondok Lesong Kuala Belalong Field Studies Centre
jarimu ranting rimba
hatimu wangi rimba Sajak ini terpilih menerima Hadiah Kreatif Bahana 1996

Belalong Buana.

Jika kaudatang ke sini Anjung Seri Buana, M.A. Husna, Teratak Husna dan
pasti kaudengar lagu rimba raya Jubah Hitam adalah antara nama pena yang pernah
lagunya rimba buana digunakan oleh Awang Mohammad bin Rajab. Lahir di
Kuala Belait pada 25 Jun 1961. Berkelulusan ijazah sar-
iramanya wangi raya jana sastera kepujian dalam Pengajian Melayu, Univer-
getarnya setinggi sukma ria. siti Malaya (1882-1985) dan Diploma Pendidikan, Uni-
versiti kebangsaan Malaysia (1986-1987). Sekarang
Jika kaudatang sini berkhidmat di Jabatan Sekolah-sekolah, Kementerian
datanglah datang Pendidikan sebagai Pegawai Pelajaran Kanan. Moham-
mad Rajap mula berkarya sekita tahun 1960-an dalam
datanglah dengan salam rimba
bidang puisi dan kritik sastera, kebanyakan karya be-
datanglah dengan tertib liau tersiar dalam akhbar Borneo Bulletin, Radio Brunei, Majalah Sekolah dan
datanglah dengan sopan Bahana. Karya Mohammad Rajap juga pernah diterbitkan dalam antologi puisi
datanglah dengan santun. bersama Kosovo Bilakah Langitmu kembali Biru (2000), Kembara Merdeka Dua
Dekad Meniti Usia (2004) dan Episod Tsunami:Peringatan Ilahi Sebuah Iktibar
dan Pengajaran (2005), karya perseorangan Kumpulan Puisi Gamitan Anjung
Jika kau nak turun
Sri Buana (2007), terbitan Dewan Bahasa dan Pustaka Brunei. Selain aktif ber-
turunlah turun karya, Mohammad Rajab juga merupakan seorang pendeklamator puisi yang
turunlah dengan perlahan berpotensi. Beliau pernah diundang untuk mendeklamasi puisi dalam kegiatan
turunlah dengan sopan kesusasteraan, kebudayaan, kenegaraan dan keagamaan. Di samping itu, beliau
juga sering dilantik selaku panel hakim dalam pertandingan/peraduan seper-
lalu
ti penulisan syair, sajak, pantun, pidato, bahas, nasyid, lagu-lagu dakwah koir,
kaurebahkanlah badanmu mendeklamasi puisi dan panel penilai drama tv sama ada peringkat daerah dan
ke dada lora fauna negara.

38 P U SAT NO. 11/2015


MASTERA

Garis Sempadan
Cerita Pendek E PIAN PRO POUL
(Malaysia)

Boon Lading Panjang pantas apa pun tak jadi,” sampuk Cau Kung
mencelah. Heng dengan nada selamba.
“Tunggu mati! Jangan
“Apa lagi aku nak kata? Ajak “Kalau kau nak lari dari orang
pindah!”. Suara keras Cau pindah semua tak mahu? Nak tunggu Melayu, Boon, ke mana kau nak per-
Boon Lading Panjang orang Melayu masuk serang kam- gi? Tanah Naro ada Melayu, Tanah
berbaur nada marah dan pung, kerat tengkuk semua orang, Tinggi ada Melayu, Tanah Rata ada
gerun. baru nak lari lintang-pukang?” tanya Melayu? Hah, nak ke mana?” Lung
Cau Boon Lading Pajang dengan Dam Pleak merenung Cau Boon La-
suara semakin lantang. ding Panjang, menunggu jawapan.
Jelas kebimbangan terpancar Cau Boon Lading Panjang terdi-

H
ujung lading panjang yang
pada wajahnya, apabila mengenang- am seketika. Dalam diam, dia men-
terselit di celah-celah kain
kan nasib yang bakal menimpa sau- gakui kata-kata Lung Dam Pleak.
pelekat lusuh di pinggang-
dara-maranya apabila dia dan ke- Tanah Lantan sama sahaja dengan
nya itu hampir-hampir mencecah
banyakan yang lain melangkah garis Tanah Naro, Tanah Tinggi atau Ta-
tanah, biarpun tubuh yang tegap itu
sempadan ke Tanah Seberang. nah Rata, orang Melayu lebih ramai
sudah cukup tinggi.
Waktu itu, semua tanah pusaka daripada orang Siam.
“Kau jangan cakap macam
Cau Boon Lading Panjang, Cau Deng “Ni... kampung kita ni.” Lung
tu Boon. Ini tanah tempat tanam
Kewek, Tok Pa Suk dan ramai lagi Dam Pleak menyambung sambil
tembuni aku! Tanah tempat tanam
sudah dijual kepada sanak sauda- menuding telunjuk kasarnya ke
tembuni kau! Tanah tempat tanam
ra yang masih berkeras tidak mahu bumi. “Kampung Padang Siam, be-
tembuni nenek moyang kita!” san-
berpindah, malah banyak juga tanah rapa puluh buah rumah saja Siam?
ggah Lung Dam Pleak, ayah Cau
pusaka itu yang sudah jatuh ke tan- Semuanya Melayu duduk sekeliling.
Muak Kong yang kelihatan marah
gan orang-orang Melayu. Semuanya Tu, yang jadi pencuri kerbau lembu
dengan kata-kata Cau Boon Lading
dijual dengan harga yang murah- tu, yang jadi perompak tu, bukan
Panjang.
murah. Yang penting, mereka da- Melayu saja, Siam pun ramai. Ka-
Tubuh Lung Dam Pleak yang pat melangkah garis sempadan ke lau nak jahat tak nanti Melayu ke
kecil dan padat itu hitam berkilat Tanah Seberang secepat mungkin. Siam!” kata Lung Dam Pleak ber-
kerana bermandi peluh. Tanah ini, bumi ini tidak ada hara- sungguh-sungguh.
“Betul kata Cau Boon tu. Aku pan cerah lagi. Sekurang-kurangnya, “Betul!” sampuk Cau Kung Heng.
setuju. Bila kami semua dah pindah itulah tanggapan mereka yang akan “Kalau nak mati di mana-mana pun
... .” lari dari tanah air sendiri. mati. Lahir tua, sakit dan mati tu
Tidak sempat Cau Deng Kewek “Mati di mana-mana pun mati. kita tak boleh lari, Boon.” Cau Kung
meneruskan kata-katanya, Cau Kalau mati ni di ikirkan sangat satu Heng cuba meyakinkan Cau Boon

Lem baran M aste r a 39


MASTERA
Lading Panjang. Lung Dam Pleak penuh berseman- ah ke Tanah Seberang, beramai-ra-
“Yalah, tapi sana orang kita pe- gat. “Kalau mati kerana pertahan- mai meninggalkan beberapa orang
rintah. Sini orang lain perintah. Kita kan hak sendiri, itu mati jantan na- sahaja lagi yang masih berdegil dan
ni orang apa?” Cau Boon Lading manya. Kalau mati kerana lari dari terus menetap di Padang Siam. Ta-
Panjang, seakan-akan mendapat tanah air sendiri, itu dipanggil mati nah yang dahulunya dipugar, dite-
hujahnya kembali selepas terdiam dayus!” bang dan ditebas hutan oleh nenek
beberapa ketika. “Sayangkan tanah sekangkang moyang ditinggalkan begitu sahaja.
kera itu?” tanya Cau Boon Lading Dijual, dengan harga yang murah.
“Kalau nak ikir fasal bang-
Panjang masih tidak berpuas hati. Rumah-rumah orang Siam yang
sa sendiri perintah baru kita nak
dahulunya memanjang dari arah
duduk, susahlah juga. Phra Phutt- “Aku sayang semua. Aku sayang-
matahari naik hingga arah mataha-
hacau tu orang apa? Orang India. kan tanah pusaka aku, tak apalah
ri jatuh dan melebar dari arah hulu
Tapi, kenapa kita ikut dhamma dia? kau kata sekangkang kera pun. Aku
hingga ke hilir kampung, kira-kira
Kita Siam, dia India. Tak bolehlah sayangkan negeri ini, tak apalah ka-
60 buah rumah semuanya sudah
kita ikut! Tapi kau buat phra juga lau kau kata orang Melayu perintah
banyak yang tidak berpenghuni lagi.
macam orang lain!” kata Lung Dam pun. Sebab di sinilah nenek moyang
Pleak mematahkan hujah Cau Boon aku lahir, bukan negeri Tanah Sebe- Yang tinggal hanya beberapa
Lading Panjang. rang,” kata Lung Dam Pleak penuh belas buah rumah sahaja, terma-
yakin. suklah rumah Lung Dam Pleak dan
“Itu lain,” jawab Cau Boon La-
Cau Kung Heng. Sebab itu, kebim-
ding Panjang. Cau Boon Lading Panjang meng-
bangan Cau Boon Lading Panjang
“Apa lainnya? Orang Melayu, geleng melihat kedegilan Lung Dam
memang ada alasannya. Memang
orang Islam pun sama. Kalau ikir Pleak.
munasabah. Daripada 60 buah ru-
fasal bangsa sendiri, orang bangsa “Sana bukan tak ada tanah. Kita
mah menjadi berbelas-belas sahaja,
sendiri perintah baru kita nak du- akan diberi tanah oleh kerajaan. Ka-
tentulah orangnya pun sedikit san-
duk, payahlah. Ajaran Islam tu siapa lau ada duit boleh beli, tambah lagi.
gat yang tinggal. Tambah-tambah
yang bawa? Nabi Muhammad. Nabi Jual tanah sini, beli tanah sana,” je-
orang gedeber macam Cau Boon
Muhammad tu orang apa? Melayu? las Cau Deng Kewek.
Lading Panjang sudah tidak ada lagi
Tak. Orang Arab! Jadi tak boleh ikut- “Aku tahu,” jawab Lung Dam di dalam kampung. Kung Dam Ple-
lah, sebab bukan sebangsa dengan Plea Pendek. ak hanya mendapat phawana. Kita
Melayu? Itu kalau ikut ikiran kau
“Jadi?” tanya Cau Boon Lading baik dengan orang, orang akan baik
tadi,” hujah Lung Dam Pleak sambil
Panjang. dengan kita. Tidak kira Melayu atau
merendahkan nada suaranya.
“Aku dah buat keputusan. Mati Cina. Tidak kira Siam atau India.
“Betul kata Lung Dam Pleak. Di ‘Pohon daripada baka yang baik
hidup aku di sini.”
mana bumi dipijak, di situ langit di- akan menghasilkan buah yang baik,
“Kau, Kung?” Cau Boon Lading
junjung!” sampuk Cau Kung Heng. begitulah kebiasaannya,’ ikir Lung
Panjang berpaling kepada Cau Kung
“Susah bercakap dengan orang Dam Pleak mencari keyakinan diri.
Heng.
belajar banyak ni,” dengus Cau Sebagai bomoh, Lung Dam Ple-
“Aku pun sama,” jawab Cau
Boon Lading Panjang, seakan- akan ak sudah banyak menolong orang
Kung Heng.
kehabisan hujah. yang berada dalam kesusahan.
Cau Boon Lading Panjang men-
“Bukan macam tu, kau nak Itulah pohon yang ditanam oleh
ggeleng lagi. Dia sudah tidak dapat
pindah ke Tanah Seberang pindah- Lung Dam Pleak. Pohon yang di-
berbuat apa-apa untuk meyakin-
lah. Tak payah nak takut-takutkan harapkannya akan membuahkan
kan Lung Dam Pleak dan Cau Kung
orang lain. Nanti orang Melayu se- hasil yang baik. Kalau tidak semasa
Heng.
rang kampunglah, orang Melayu hayatnya pun, akan berbuah ketika
sembelihlah. Tak payah. Aku sendiri Mulai dari hari itu, Cau Boon La- hayat anak cucunya. Dalam ingatan
nekad, mati hidup aku di tanah ne- ding Panjang, Cau Deng Kewek, Tok Lung Dam Pleak, orang tidak per-
nek moyang aku nilah!” Kata-kata Pa Suk dan ramai lagi telah berpind- nah kacau keluarganya, sama ada

40 P U SAT NO. 11/2015


MASTERA
mencuri lembu kerbau atau yang pondok menjaga padi dan tanaman nya. Cau Kung Heng pun bukan mati
paling teruk, kena curi igu atau na- serta kerbau dan lembu menjadi dipenggal tengkuk oleh orang Me-
ggar yang digunakan untuk men- semakin besar, menjadi rumah dan layu seperti kata Cau Boon Lading
ggala tanah bendang. kemudian menjadi kampung. Kam- Panjang. Cau Kung Heng meninggal
Cau Boon Lading Panjang sudah pung seperti yang kau semua lihat kerana sakit tua juga. Usia Cau Kung
pindah ke Nikhom. Cau Deng Kewek seperti hari ini. Jagalah baik-baik ta- Heng 86 tahun ketika menghembus-
sudah pindah ke Pilen. Tok Pa Suk nah ini. Jagalah-baik-baik kampung kan nafas terakhirnya.
sudah pindah ke Bomalea. Cau Choi ini. Jagalah baik-baik negeri ini. Se- Lung Dam Pleak dan Cau Kung
sudah pindah ke Khlong Khau. Tok mua ini harta pusaka nenek moyang Heng bukan mati dibunuh ketika
Pa Dee sudah pindah ke Plak Kedo. kau!” Itulah pesan Lung Dam Pleak orang Melayu menyerang kampung.
Semuanya dalam wilayah Tanah kepada anak-anaknya. Lung Dam Pleak dan Cau Kung Heng
Naro. Cau Ben pula sudah pindah ke Lung Dam Plak sudah mening- mati kerana sudah lanjut usia.
Bothong dalam wilayah Tanah Tin- gal dunia. Cau Kung Heng juga sud- Tanah Lantan sudah merdeka.
ggi dan Tok Pa Kung, sudah pindah ah mati. Lung Dam Pleak bukan mati Tanah Melayu sudah mereka.
ke Tanah Rata. Itulah antara sauda- dipenggal tengkuk oleh orang Me- Cau Muak Kong masih terus tin-
ra-mara Lung Dam Pleak yang telah layu seperti kata Cau Boon Lading ggal di kampung yang sama. Kema-
berpindah dari Tanah Lantan ke Ta- Panjang. Lung Dam Pleak meninggal hiran berbomoh Lung Dam Pleak
nah Seberang. kerana sakit tua. Umur Lung Dam dengan sendirinya turun kepada
Lung Dam Pleak memberitahu Pleak 98 tahun ketika meninggalkan Cau Muak Kong. Tradisi menolong
anak-anaknya yang seramai empat Cau Muak Kong dan adik-beradik- orang dalam kesusahan diteruskan
orang itu, Cau Muak, Cau Thok, Ke oleh Cau Muak Kong. Orang yang
Bok dan Ke Cet. “Saudara-mara kita datang minta bantuan dengannya,
di Tanah Seberang itu bukan berasal Teringat tentang lembu tidak kira Siam, tidak kira Melayu,
dari sana, tapi berasal dari Tanah dan kerbau, Cau Muak tidak kira Cina, tidak kira India. Bagi
Lantan. Mereka pindah ke sana se- Kong terkenangkan kata- Cau Muak Kong, semua itu sama sa-
jak zaman Orang Putih perintah kita haja. Semuanya manusia. Dia akan
lagi. Kita yang duduk di Tanah Lan-
kata Cau Boon Lading
bantu setakat yang dia terdaya. ‘Se-
tan sekarang ini bukan berpindah Panjang kepada ayahnya dangkan lembu dan kerbau lagikan
dari Tanah Seberang, tapi duduk di Lung Dam Pleak. Semua orang bela, inikan pula manusia
sini sejak nenek moyang kita lagi. yang dibayangkan yang perlukan bantuan,’ ikir Cau
Garis sempadan yang menjadi pemi- oleh cau Boon Lading Muak Kong.
sah antara Tanah Lantan dengan Ta-
Panjang itu tidak menjadi Teringat tentang lembu dan ker-
nah Seberang itu dibuat kemudian. bau, Cau Muak Kong terkenangkan
Itu kena jelaskan kepada cucu-cucit
kenyataan.
kata-kata Cau Boon Lading Panjang
aku,” pesan Lung Dam Pleak. kepada ayahnya Lung Dam Pleak.
“Biar cucu-cicit aku tu pula be- Semua yang dibayangkan oleh cau
ritahu anak-anak mereka, cucu me- Boon Lading Panjang itu tidak men-
reka yang kita ni bukan pendatang jadi kenyataan.
dari Tanah Seberang. Keturunan Lembunya tidak ada yang ku-
kita dari tanah besar China. Turun rang, malah semakin bertambah.
ke mari tak tahu sejak bila. Nenak Dua ekor lembu jantan kasinya si-
moyang aku yang memugar tanah hat, bulat-bulat belaka. Memang
ini, mula-mula dijadikan tempat me- terliur dilihat pencuri. Kerbaunya
nugal padi dan bercucuk tanam. Ke- juga tidak ada yang kurang, malah
mudian apabila tanah semakin luas makin bertambah apabila beranak
dijadikan tanha ini tempat memeli- pinak. Boleh dikatakan sarat juga-
hara lembu dan kerbau. Lama-lama lah kandang besar itu apabila tiap-

Lem baran M aste r a 41


MASTERA
tiap malam dikurung bersama-sa- akan digerakkan bergilir-gilir tiap- “Comel benar,” kata Tuk Nebe
ma kerbau Cau Thok Ke Bok dan Ke tiap malam. Awe.
Cet, adik-adiknya. Semuanya ada, “Arahan Tuk Gawo, kita kena “Selesai hal pondok. Lepas
tidak berkurang atau kehabisan ke- ikut,” kata Lung Dam Pleak berpe- ni kita panggil semua orang, kita
rana dicuri. san kepada Cau Muak Kong, suatu pecah-pecah ikut kumpulan,” kata
Harta bendanya masih ada, ti- ketika dahulu. “Sebab dia orang Tuk Gawo Nik Der sambil ter-
dak ada yang dirompak atau disa- besar di mukim kita.” Begitulah ki- senyum bangga melihat kerjasama
mun. ra-kira pesanan Lung Dam Pleak anak-anak mukimnya.
Orang-orang Siam Kampung Pa- kepada Cau Muak Kong, seingat-in- Membentuk pasukan menjaga
dang Siam segar-bugar belaka. Ti- gatnya. kampung bukan perkara baharu
dak ada yang kena penggal kepala. “Kita tak boleh leka,” kata Tuk bagi Cau Muak Kong dan yang lain-
Tidak ada orang-orang Melayu yang Gawo Nik Der ketika memanggil lain. Kerjasama ini diamalkan sejak
masuk serang kampung, seperti kata mesyuarat tuk-tuk nebe dan ketua- dahulu lagi. Namun begitu, bukan
Cau Boon Lading Panjang itu. Tidak ketua kampung. “Sungai Sempadan tiap-tiap masa pasukan ini akan
ada perbalahan antara-orang-orang tu sempit. Perompak dari sebelah bergerak menjaga kampung. Hal ini
Melayu dengan orang-orang Siam sana boleh sampai bila-bila masa berdasarkan keperluan sahaja. Bia-
selepas Cau Boon Lading Panjang ke kampung-kampung kita,” sam- sanya, apabila semakin kerap berla-
dan yang lain-lain pergi meninggal- bung Tuk Gawo Nik Der. Memang ku kecurian atau rompakan, pasu-
kan kampung sendiri. semua orang tahu harta benda yang kan jaga kampung akan digerakkan
Itu semua bukan kerana apa- dirompak atau lembu dan kerbau semula.
apa, kerana muafakat. Muafakat yang dicuri, sering kali dibawa lari Mereka akan mengerahkan
antara orang-orang Melayu dari ke Tanah Seberang terlebih dahulu anak-anak kampung masing-masing
Kampung Kole. Muafakat antara sebelum disembelih atau dibawa ke untuk membuat pondok jaga dan
orang-orang Melayu dari Kampung tempat lain. membentuk kumpulan-kumpulan
Kalo. Muafakat antara orang-orang “Kalau macam tu, kita kena buat untuk berjaga pada waktu malam.
Melayu dari Kampung Khok Nai In. balik pondok di setiap hujung kam- Biasanya, satu kumpulan terdiri
Muafakat antara orang-orang Me- pung kita. Pondok-pondok lama tu daripada lima hingga enam orang,
layu dari Kampung Banggol Mas, dah lama tak guna. Sudah banyak bercampur-campur antara Melayu
dan muafakat antara orang-orang yang rosak, tiris hujan,” cadang Tuk dengan Siam. Setiap orang akan
Melayu dari semua kampung seki- Nebe Leh. membawa senjata masing-masing
tar dengan kampung orang-orang ketika berjaga, sama ada parang,
“Molek. Tapi buluh dengan
Siam, Kampung Padang Siam. Kam- lading, kapak, tongkat atau apa-apa
atapnya?” sampuk Tuk Nebe Awe.
pung-kampung itu semuanya dile- sahaja yang boleh digunakan se-
takkan di bawah satu mukim, Mu- Tuk Gawo Nik Der yang ber- bagai senjata luar. Tidak dilupakan
kim Kole. Tuk Gawo Nik Der ialah badan sasa dan berkulit putih me- juga badik, keris, pisau jam, buku
Tuk gawo bagi seluruh kampung mandang Cau Muak Kong. “Macam lima atau anak kapak binjai manis
di bawah Mukim Kole itu. Di bawah mana Cau Muak?” tanya Tuk Gawo yang pastinya terselit di pinggang
Tuk Gawo Nik Der, ada pula tuk-tuk Nik Der sambil tersenyum. atau tersimpan dalam poket seluar.
nebe dan ketua kampung. “Buluh dengan atap susah apa? Dalam satu-satu kumpulan pula
Cau Muak Kong memang ber- Buluh ambo ada. Pakat-pakat per- akan ada seorang yang membawa
kawan baik dengan Tuk Gawo Nik gi tebang buluh, pakat-pakat jahit tetuang yang diperbuat daripada
Der. Apabila Tuk Gawo Nik Der kata, atap sagu. Lepas tu kita pakat-pa- tanduk kerbau. Apabila berlaku sa-
kita kena jaga kampung, maka Cau kat buat pondok,” cadang Cau Muak haja kecemasan, tetuang akan diti-
Muak Kong akan kerah puak-puak Kong yang bertubuh sedikit bong- up. Selepas itu kertuk-kertuk yang
Siam kampungnya untuk bersama- kok, berambut lurus dan berkulit ada di semua pondok akan dipalu
sama dengan orang-orang Melayu sedikit cerah berbanding Lung Dam bertalu-talu. Orang-orang kampung
berjaga. Giliran menjaga kampung Pleak, ayahnya. akan segera bertindak balas apa-

42 P U SAT NO. 11/2015


MASTERA
bila mendengar tetuang atau ker- syuarat suatu ketika dahulu. Itulah “Ya. Tahun 70-an.”
tuk. Kerjasama ini menyebabkan yang dipegang oleh anak-anak mu- Bunyi enjin motobot yang ber-
sesiapa sahaja yang berniat jahat kim Tuk Gawo Nik Der, termasuk gerak perlahan membelah dada
akan ber ikir dua tiga kali. Cau Muak Kong. Sungai Sempadan disulami bunyi
Cau Muak kong tahu. Tuk Gawo “Tanah Naro bergolak lagi,” ke- kocakan air yang dirempuh dada
Nik Der tahu. Tuk Nebe Leh tahu. luh isteriku ketika aku sedang me- motobot yang sasa itu mengisi su-
Tuk Nebe Awe pun tahu. Pencu- mandu kereta. Kami dalam perjala- asana bening pagi. Di buritan moto-
ri dari Tanah Seberang datang nan pulang dari tempat kerja. bot, kelihatan air membelah mem-
mencuri kerbau lembu di Tanah “Hem... khabarnya dah ramai bentuk sayap di kedua-dua belah
Lantan kerana ada tali barutnya di mati. Sekolah dibakar lagi,” tambah- kiri dan kanan dinding motobot
kampung-kampung di Tanah Lan- ku sambil memandang ke hadapan. yang sudah lusuh catnya itu. Mo-
tan sendiri. Kalau tidak, masakan tobot sesekali melepasi kiri kanan
Jalan raya di ibu kota masih ti-
orang dari Tanah Seberang tahu tebing yang ditumbuhi pohon-po-
dak ketandusan kenderaan, biarpun
selok-belok dalam kampung orang hon nipah dan pohon-pohon jitung.
jam pada waktu itu sudah menjang-
lain? Masakan pencuri atau perom- Banyak juga rumah-rumah kam-
kau pukul 11.00 malam. Neon-neon
pak itu mengetahui lembu siapa pung yang bercerakan di kedua-dua
yang mula mengambil alih tugas
besar, kerbau siapa besar, siapa ada belah tebing sungai. Perahu-perahu
matahari seawal pukul 7.00 malam
lembu kasi, siapa ada kerbau kasi kecil yang ditambat di pangkalan-
memancarkan cahaya terang-ben-
atau rumah siapa ada harta, rumah pangkalan di gigi air sungai berde-
derangnya, menghidupkan suasana
siapa tidak ada harta. katan rumah-rumah itu, teroleng-
ibu kota yang tidak pernah lena.
“Duri dalam daging memang oleng ketika motobot yang kami
“Apa salah sekolah?” tanya iste-
ada di mana-mana. Inilah yang per- naiki membenihkan ombak-ombak
riku kesal.
lu kita waspada,” kata Tuk Gawo kecil, lalu membedal dinding pera-
“Bakar sekolah bukan perkara hu-perahu itu.
Nik Der kepada Cau Muak Kong.
baharu.”
Cau Muak Kong juga tahu. Tuk Bau asap motobot daripada en-
“Bukankah sekolah tempat jin minyak diesel berbaur dengan
Gawo Nik Der tahu. Tuk Nebe Leh
memberi ilmu kepada anak-anak?” bau masam daun-daun reput di
tahu. Tuk Nebe Awe pun tahu. Tali
Suaranya mengandung rasa tidak tepi tebing sungai menyapa hidung.
barut dalam kampung mereka
puas hati. Motobot yang aku dan bapa naiki
ada yang Melayu, ada yang Siam.
Melayu pun ada yang jahat dan “Tanah Naro ibarat bom jangka. sarat dengan penumpang. Sesekali
ada yang baik. Siam juga begitu, Sekolah akan jadi mangsa, bila ada apabila berselisih dengan motobot
ada yang jahat dan ada yang baik. kekacauan. Ingat zaman kita seko- ekor panjang atau motobot galah,
Pokok pangkalnya, semua manusia. lah di Tanah Lantan dulu?” tanyaku, air sungai yang keruh kekuningan
Melayu pun ada curi lembu, curi menguji ingatannya. itu memecik masuk ke dalam mo-
kerbau. Siam pun ada curi lembu, tobot yang kami naiki. Keadaan ini
curi kerbau. Kejahatan tidak memi- membuatkan aku seram sejuk, ge-
lih bangsa. Itu Cau Muak Kong dan
Motobot yang aku dan run memikirkan kisah-kisah yang
yang lain-lain tahu juga. bapa naiki sarat dengan pernah dituturkan oleh orang-
“Tugas menjaga kampung hala- penumpang. Sesekali orang tua tentang buaya-buaya be-
apabila berselisih dengan sar yang dikatakan merajai Sungai
man mesti digerakkan bersama-sa-
Sempadan dan sungai-sungai yang
ma, tidak kira keturunan apa, bang- motobot ekor panjang atau
bersambungan dengannya itu.
sa apa sekalipun. Tanah ini tanah motobot galah, air sungai
kita. Kampung ini kampung kita. Ketakutan dan kegerunan ini
yang keruh kekuningan itu bertambah-tambah lagi apabila wak-
Kitalah yang kena jaga.” Tuk Gawo
Nik Der pernah memberitahu anak- memecik masuk ke dalam tu menjelang lewat petang. Motobot
anak mukimnya dalam satu me- motobot yang kami naiki. yang kami naiki terpaksa melalui
Muka Kuala Air Pecah. Muka Kuala

Lem baran M aste r a 43


MASTERA
Air Pecah ialah tempat pertembun- “Jadi, apa pandangan kau?” moyangku, Cau Dam Pleak. Kata-
gan empat muara sungai besar da- tanya bapaku ketika melahirkan kata itu menjadi nyata beberapa
lam wilayah Tanah Naro. Motobot hasratnya untuk membeli tanah di hari selepas kami kembali ke Tanah
yang kami naiki terasa amat kerdil dusun di Pilen. Lantan.
apabila memasuki muara Muka Ku- “Apa?” Cau Keaw Jau meminta Peristiwa itu membatalkan te-
ala Air Pecah yang luas itu. Air dari kepastian apabila bapaku mengubah rus niat bapaku untuk memiliki
empat batang sungai tu berbeza tajuk perbualan secara tiba-tiba. tanah dusun yang dikatakan subur
warna; kekuningan, jernih, jernih itu. Rentetan daripada itu, pembu-
“Tanah,” jawab bapaku.
kehitaman dan keperang-perangan nuhan dan pembakaran sekolah
“Aku ni bukan tak nak bagi kau
berpusar-pusar lalu berbaur men- pun menjadi-jadi di segenap ceruk
datang beli tanah dusun di sini,”
jadi satu sebelum mengalir terus ke Tanah Naro, bukan sahaja di Pilen
kata Cau Keaw Jau.
laut luas, Laut China Selatan. tempat Cau Keaw Jau, tetapi di ma-
“Kenapa? Dah ramai orang kita
Itulah perjalanan sulung dan na-mana.
dari Tanah Lantan datang beli,”
terakhirku menaiki motobot ke Pi- Yang mendalanginya boleh jadi
jawab bapaku hairan.
len dalam Tanah Naro. Perjalanan sesiapa sahaja, boleh jadi ahli politik
yang cukup menyedihkan. Sedih “Betul. Ramai yang dah datang
yang mempunyai agenda, boleh jadi
bukan kerana motobot yang kami tebas hutan dan sudah bercucuk
para pemisah yang mahu membelah
naiki tenggelam di Muka Kuala Air tanam,” kata Cau Keaw Jau kebim-
negara, boleh jadi pengedar dadah
Pecah. Sedih bukan kerana kami bangan.
yang kecewa lalu menimbulkan hu-
disambar buaya besar di dada Sun- “Jadi, tanah tak ada lagi?” soal ru-hara atau barangkali juga pen-
gai Sempadan atau Muka Kuala bapaku ingin mendapatkan kepas- dendam yang menemui jalan untuk
Air Pecah, tetapi sedih kerana Cau tian. meleraikan sengketa mereka.
Keaw Jau yang berada di Pilen, yang “Tanah ada. Tapi bahaya.” Kini motobot, pohon jitung dan
telah kami jumpa sewaktu kun-
Bapaku merenung Cau Keaw Muka Kuala Air Pecah hanya men-
jungan pertama itu mati dibunuh.
Jau, inginkan penjelasan lanjut. jadi saksi kenangan silam zaman
Mayatnya dijumpai di dalam sungai
“Kebun getah aku sendiri sudah kanak-kanakku.
berdekatan, dengan beberapa ke-
dua kali orang tutup,” sambung Cau “Mujur sekolah kita dulu di Ta-
san tembakan di dada. Khabarnya,
Keaw Jau. “Masuk kali ketiga ba- nah Lantan, tidak di Tanah Naro.
dia ditembak sewaktu melangkah
rangkali, aku yang kena tutup!” Kalau tidak mungkin turut tinggal
naik dari motobot dalam suasana
Itulah kata-kata bayangan maut rangka,” keluh isteriku.
kelam petang, setibanya daripada
membuat urusan di pekan Tanah daripada Cau Keaw Jau, anak ke- “Ya. Terima kasih kepada nenek
Naro, dan orang yang melakukan- pada Cau Deng Kewek yang berhi- moyang kita.” []
nya, tidak diketahui siapa. jrah dari Tanah Lantan pada zaman
“Macam mana keadaan di sini,
sekarang?” tanya bapaku dalam
E PIAN PRO POUL seorang penulis berketurunan Siam
kunjungan pertama kami itu.
yang berasal dari Pasir Mas, Kelantan. Berkelulusan
“Tenang. Tapi kau tahulah, te- Ijazah Sarjana Muda Sastera dari Universiti Malaya
nang api dalam sekam,” kata Cau dan kini bertugas di Dewan Bahasa dan Pustaka Kuala
Keaw Jau, seakan-akan menyem- Lumpur. Beliau mula melibatkan diri dalam bidang pe-
bunyikan sesuatu. nulisan pada tahun 1984. Cerpen beliau, “Garis Sem-
“Maksud kau, baranya masih padan” memenangi Hadiah Sastera Perdana Malaysia
2010/2011. Selain itu, beliau juga pernah memenangi
ada?”
Hadiah Sastera Kumpulan Utusan ExxonMobil 2013
“Ya. Tidak berasap bukan be- dan Hadiah Cerpen Maybank/DBP III. Beliau terlibat
rerti tak ada api. Bila-bila masa bo- secara aktif dalam pelbagai Persatuan dan kini merupakan Setiausaha Agung
leh menyala.” Persatuan Siam Kelantan.

44 P U SAT NO. 11/2015


MASTERA

Marsli N.O (Malaysia)

Langit Meratap

Asap yang terapung memenuhi udara menyebarkan kepedihan nurani


manusia yang mendesak-desak di trotoar, dataran dan jalanan. Mereka
yang datang dari segenap pelosok negeri dan kota hanya meminta
dengan suara marhaennya
Meminta segala janji segera di kota dan bukan hanya dengan sandiwara
kata-kata yang memberikan mereka mimpi indah bernama ketuanan.
Tetapi di depan mata sejengkal demi sehektar tanah negerinya menjadi
cagar dan gadai.

Dan langit meratap. Ketika asap mengepung dan mencekik kerongkong.


Melelehkan tangisnya tanpa suara. Menyatu dengan raung dan pekik
marhaen di trotoar, dataran dan jalanan.

Di mata si pelahap dan bajet politik, mereka berubah menjadi haiwan.


Dihambat dan dilontar cerca, hanya kerana pinta marhaennya.

(Puisi ini memenangi Hadiah Sastera Perdana Malaysia 2013


Kategori Puisi Eceran)

MARSLI N.O atau nama sebenar Ramli Selamat, dilahirkan di Bukit Pahang, Kerteh, Terengga-
nu pada 7 Oktober 1957. Mula melibatkan diri dalam bidang penulisan secara serius pada
tahun 1975. Beliau banyak menulis dalam karya kreatif seperti cerpen, novel, puisi dan drama
pentas, di samping membuat resensi buku dan rencana yang disiarkan oleh Dewan Bahasa
dan Pustaka serta penerbitan luar. Beliau pernah mendapat beberapa anugerah sastera da-
lam genre puisi dan cerpen. Antaranya puisi “Negeri Ini, Anak” yang memenangi Hadiah Puisi
Kebangsaan Esso-Gapena pada tahun 1989, puisi “ Begitu Kata Malam” yang meraih Hadiah
Sastera Perdana Malaysia 1997/1997 serta puisi “Saling” yang memenangi Hadiah Sastera
Perdana Malaysia 2013.

Lem baran M aste r a 45


MASTERA

Nama sebenar
ABDUL RAZAK BIN
OTHMAN. Lahir di
Abdul Razak bin Othman (Malaysia)
Kampung Tendong,
Pasir Mas, Kelantan

Saling pada 18 Disember


1964. Berkenalan
dengan sastera
ketika berusia 33
tahun dan mulai
berkarya dua tahun kemudian. Menulis da-
lam genre puisi dan cerpen.
Rimba pernah menggurui kita erti saling dalam kehidupan
Pendidikan rendah dan menengah di kam-
pohon besarnya berdiri gah dahan menjulang ke perut awan pung asal sebelum mengikuti kursus Pen-
meneduhi pepohon kerdil; menggugurkan daun renta didikan Seni Visual di Maktab Perguruan
yang direntap oleh geser angin lalu mendap ke kulit tanah Ilmu Khas, Kuala Lumpur 1983 – 1985.
dilumatkan cacing menjadi nutrien subur dan menggembur. Daripada Seni Visual beliau beralih ke bi-
dang Kesusasteraan Melayu apabila men-
Pepohon renek berakar rambut saling pada membuhul tanah
gikuti Diploma Perguruan Khas di Maktab
memeterai lurah pada pacakan bukit; gagah melindung cerun Perguruan Raja Melawar tahun 1997 sete-
dari punah diterjah seranah hujan pun sesekali serakah bah. rusnya ke Universiti Pendidikan Sultan Idris
Banir pepohon besar dan kecil saling menadah jirus hujan (UPSI) tahun 1998 – 2000.
yang diapungkan mendung basahnya meresap ke tubuh Sehingga kini telah menghasilkan 3 kum-
dan dikumuhkan menjadi peluh mengalir di rusuk liku pulan sajak dan 2 buah kumpulan cerpen.
dan kaki-kaki bukit yang melenggok sungai-sungai anak Judul buku-buku tersebut Melukut Menu-
kik Sekam, (2008), Pesan Seorang Luqman,
melewati jeram teluk dan lubuk jernihnya menyuluh
(ITBM 2013) dan Sajak Untuk Permata,
rumpun batu dan banir pasir di dasar; santun menghilir (2014). Manakala kumpulan cerpen pula
sebahagian disesar ke awan dan alirnya tak pernah mungkir Latah (2013) dan Aura Haji Mahar (ITBM,
akur akan telunjuk tebing yang mengarah ke mulut laut. 2015).
Demikian plot hidup rimba purba; terdandan watak para murba Abd. Razak pernah memenangi Hadiah
mulia melingkari makna saling dan berputar pada rantai itrah Sastera Kumpulan Utusan (HSKU) tahun
2001 dan tahun 2008. Sajak beliau berju-
masing-masing berkitar di landskap sunah, indah dan bermaruah.
dul “Pada Glaukoma ke Ahmar” menjadi
Rimbaku, sudikah kembali setelah kau kucincang lumat? teks Kesusasteraan Melayu Tingkatan 4
Sungaiku, pulanglah ke jernih – beningmu kurindu amat & 5, antologi Kubentangkan Sehelai Peta
Alamku, kami ingin bersaing dengan salingmu. (DBP, 2014). Selain itu turut memenangi
Hadiah Sastera Perdana Malaysia 2013,
kategori puisi eceran.

(Puisi ini memenangi Hadiah Sastera Perdana Malaysia 2013 Beliau juga pernah muncul naib johan
Sayembara Deklamasi Puisi sempena Bu-
Kategori Puisi Eceran)
lan Bahasa Kebangsaan (BBK) peringkat
negeri Kelantan tahun 2009. Menganggo-
tai Persatuan Penulis Kelantan (PPK) dan
dilantik sebagai Setiausaha 2. Beliau diberi
anugerah Karyawan Kelantan bagi kategori
penulis cerpen oleh kerajaan negeri Kelan-
tan tahun 2013.

46 P U SAT NO. 11/2015


MASTERA

Skizo Singa
Cerita Pendek HASSAN HASAA’REE ALI
(Singapura)

“Apa yang merunsingkan iki- “Tuanku,” si ahli nujum berlari


ran Demang?” ke sebelah Seri Teri Buana.
Maka tersebutlah kisah Si Demang mengalihkan pan- Suara baginda tergantung kaku.
setelah dibuang mahkota dangan kepada suara di belakang. Hanya tangan menggeletar menun-
“Oh ahli nujum. Fikiran hamba juk kearah semak di pinggir padang.
ke dalam laut, ribut
runsing kerana pembicaraan untuk Demang Lebar Daun mencapai
dengan ombak besar membuat negeri. Jika dibuat negeri obor dan senjata lalu diperiksanya
mulai tenang. apa pula kata mereka di Bintan?” semak.
“Hamba juga mempertimbang- Kosong.
kan kuasaserantau, Ayuthayadi Demang Lebar Daun perhatikan
utaradan Majapahitdi selatan. Kes- si ahli nujum mengambil air dan di-
elamatan negeri ini akan terjejas,”

K
elihatan empat buah pera- tuang ke wajah baginda dan bagin-
sambung Demang Lebar Daun. da Seri Teri Buana dialihkan supaya
hu muncul di perairan Te-
masek. Sampainya di pantai Si ahli nujum menyampuk. “Jika dapat berehat. Malam itu Demang
maka turunlah Seri Teri Buana da- benar kata tuan Demang, sudah Lebar Daun dan si ahli nujum me-
ripada perahu pertama diikuti De- tuan hamba kemukakan buah iki- lawat tempat istirahat baginda.
mang Lebar Daun dan orang-orang ran kepada tuanku?” “Bagaimana keadaan tuanku?”
besar baginda daripada perahu Demang Lebar Daun memba- tanya Demang Lebar Daun.
yang lain. Baginda Seri Teri Buana las jawapan si ahli nujum dengan “Beta masih berasa letih. Na-
mula meneroka tanah yang dipang- senyuman. “Siapalah hamba untuk mun terima kasih kepada air jampi
gil Temasek, pantainya indah putih, memberi kata-kata kepada tuanku.” ahli nujum beta rasa tenaga beta
bukit-bukit dan tanahnya rata dan Bunyi riuh diikuti teriakan pulih kembali.”
penuh dengan kehijau-hijauan. Se- orang membawa mereka berdua Si ahli nujum selepas menyiap-
telah meneroka jauh baginda beris- dari muara sungai pulang ke perse- kan lagi air jampi duduk mengha-
tirahat di bawah pohon jambu, ber- kitaran pohonjambu. Kelihatan be- dap baginda Seri Teri Buana. “Bo-
sama orang-orang besar baginda, berapa orang-orang besar baginda leh tuanku beritahu patik apa yang
dan mereka berbicara untuk mem- memegang obor. Sebilangan rakyat tuanku lihat.”
buat negeri. membawa kayu dan senjata. Bagin- Pandangan Seri Teri Buana
Selepas bersurai dari bawah da Seri Teri Buana pula sedang du- beredar dari Demang Lebar Daun
pohon jambu laut, Demang Lebar duk menggeletar di bawah pohon. dan kembali kepada si ahli nujum.
Daun berdiri di muara, dibuai la- Muka baginda pucat, peluh mem- “Beta melihat seekor binatang yang
munan panjang. basahi badan dan rambut. tangkaslakunya, merah tubuhnya,

Lem baran M aste r a 47


MASTERA
kehitam-hitaman kepalanya dan “Sepanjang pengembaraan pa- Demang Lebar Daun meman-
putih dadanya. Setelah ia melihat tik, tidak pernah patik dengar atau dang jauh ke tebing sungai namun
ramai rakyat jelata ia melompat melihat tentang binatang yang di- tidak kelihatan binatang bertubuh
lalu ghaib.” sebut tuanku. Apa penjelasan yang merah, kehitam-hitaman kepala
“Binatang apakah serupa itu?” harus kita beri?” dan putih dadanya. Dijemputnya si
tanya Seri Teri Buana. Demang Lebar Daun hanya ahli nujum untuk memeriksa per-
mampu menggeleng kepala. “Ha- sekitaran tebing sungai.
Tidak seorang pun menyahut. Si
ahli nujum merenung Demang Le- rap-harap tuanku lupa akan peris- “Hamba risau akan keadaan
bar Daun. Namun Si Demang hanya tiwa siang hari.” tuanku. Beliau meracau-racau me-
mengangguk kepalanya mendengar lihat benda yang tiada pada mata,”
*** mula Demang Lebar Daun bila me-
kata-kata dari baginda.
reka berada jauh daripada rombon-
Hatta ditanya semua rakyat jika
Maka dikatakan baginda Seri gan diraja.
mereka lihat apa yang dikatakan
Teri Buana masuk ke dalam Temasek
baginda namun tidak seorangpun “Kemungkinan ikiran tuanku
untuk memburu diiring orang-orang
melihat binatang yang disebutkan. terjejas? Dia melihat-lihat benda
besar serta Demang Lebar Daun dan
yang tiada pada mata” jawab si ahli
“Pernah tuan Demang dengar si ahli nujum.Pasukan gajah Seri Teri
nujum.
penerangan sedemikian?” Buana melalui sungai lalu ia berhen-
Wajah Demang Lebar Daun be-
Demang Lebar Daunberkata. ti, kelihatan pandangan baginda liar
rubah bila kata-kata sedemikian
“Apa bila patik memeriksa semak, beredar dari suatu penjuru hingga
keluar daripada mulut ahli nujum.
tidak kelihatan apa-apa tanda ter- ke penjuru yang lain.
“Jika ikiran tuanku terjejas dan ti-
dapat binatang yang melompat Demang Lebar Daun menghadap
dak waras. Kita mempunyai banyak
atau berlalu di situ. Tuan ahli nu- baginda Seri Teri Buana. “Tuanku?”
musuh yang akan mengambil pe-
jum pula bagaimana? Pernah tuan
“Tuan Demang lihat di tebing luang. Walhal mereka di Bintan akan
hamba mendengar tentang bina-
sungai. Binatang yang patik berita- mengambil kesempatan jika khabar
tang sedemikian?”
hu berada di tebing!” tentang pemikiran baginda terjejas
hinggap ke telinga mereka.”
“Jika demikian apa langkah tuan
Demang?”
Demang Lebar Daun meman-
dang ke arah Gajah yang ditunggang
baginda Seri Teri Buana semakin
hampir. “Hamba ada cadangan…”
“Tuan Demang! Tuan Demang!
Tuan Demang lihat binatang yang
patik kata?”
Demang Lebar Daun bersama si
ahli nujum berdiri menghadap Seri
Teri Buana. “Ampun tuanku beribu-
ribu ampun. Patik serta ahli nujum
hanya melihat imbasan binatang
yang dikatakan tuanku. Ia lari ke da-
lam hutan bila kami berdua tiba.”
“Binatang apakah itu?” tanya
Seri Teri Buana.

48 P U SAT NO. 11/2015


MASTERA
“Tuanku melihat binatang yang Lebar Daun bila dia bertemu si ahli Demang Lebar Daunmenjawab
dipanggil Singa. Binatang ini pernah nujum di muara sungai kota Singa. pertanyaan si ahli nujum. “Jika apa
hamba lihat semasa pengembaraan “Tuan suruh patik pilih haiwan yang tuan hamba katakan benar,
hamba tuanku. Seekor binatang yang gagah. Singa terlintas pada i- bahawasanya binatang Singa ini ga-
menakjubkan dan gagah perkasa.” kiran,” kata si ahli nujum. gah perkasa. Kota ini bakal menjadi
jawab si ahli nujum. Dia mencapai Demang Lebar Daun tersenyum kota yang gagah perkasa walaupun
kayu lalu melukis gambar seekor mendengar kata-kata si ahli nujum. kecil dan tidak seberapa.”
binatang yang lebat rambutnya Fikirannya terusik, apa akan jadi ***
pada leher dan kepala, besar tubuh- jika si ahli nujum pilih binatang lain. Kajian menunjukkan bahawa
nya dan berkaki empat.
“Baginda menitahkan Aria Bu- singa tidak pernah tinggal di Asia
“Singa…” kata Seri Teri Buana. pala ke Bintan bagi membawa kha- Tenggara dan binatang yang dilihat
“Ampun Tuanku. Pada penda- bar tentang Singapura. Hamba pula oleh Seri Teri Buana (Sang Nila Uta-
pat patik mungkin apa yang tuan- telah mengutus beberapa orang ke ma) itu mungkin seekor harimau.
ku lihat merupakan makhluk yang Ayuthayadan Majapahit, bagi mem- Bagaimanapun, harimau adalah
menyerupai seekor Singa,” sampuk bawa khabar dan sedikit hadiah se- binatang yang biasa di kawasan
Demang Lebar Daun. bagai pemberian hormat daripada Asia Tenggara. Sang Nila Utama dan
Baginda Seri Teri Buana gembi- baginda,” kata Demang Lebar Daun. orang-orangnya mampu membeza-
ra mendengar kata-kata yang kelu- Ahli Nujum mencapai utusan kan harimau jika mereka melihat-
ar. Mempercayai ini sebagai satu pe- surat dari Demang Lebar Daun se- nya.
tanda yang baik maka titah Bagin- belum menaiki perahu yang akan Skizofrenia adalahpenyakit
da. “Patik akan membuat negeri di membawanya ke kapal di perairan mental di mana seseorang pesakit
sini kerana terdapat binatang yang kota Singapura. jika tidak dirawat biasanya menun-
gagah di dalamnya. Kepada semua “Tugas tuan adalah untuk jukkan pemikiran yang tidak tera-
yang ada disini, sebutlah Temasek menghadap Dinasti Yuan di negara tur, dan mungkin mengalamidelusi
ini sebagai kota Singa, Singapura.” China. Kerajaan baru ini harus be- atau halusinasi.[]
“Daulat tuanku!” mula Demang rusaha untuk mewujudkan hubun-
Lebar Daun dan diikuti oleh si ahli gan diplomatik dengan mereka. Ini
nujum serta sekalian rakyat yang adalah penting untuk pengiktirafan
hadir di dalam rombongan. dan keselamatan Singapura,” perin- Berita Minggu Singapura
tah Demang Lebar Daun. 5 Mei 2013
***
“Tuan ikir kota ini akan maju?”
“Singapura. Hamba suka den- tanya si ahli nujum sebelum be-
gan nada bunyinya,” kata Demang rangkat.

HASSAN HASAA’REE ALI mula menulis pada belasan tahun dan cerpen pertamanya diterbitkan
pada tahun 2000.
Hassan Hasaa’Ree Ali bekerjas ebagai seorang jururawat di salahsebuah hospital awam Singa-
pura. Hassan memenangi beberapa peraduan di antaranya tempat ketiga Anugerah Pena Emas
2007 kategori cerpen dalam bahasa Melayu dengan cerpen bertajuk Amnesia, tempatperta-
ma Anugerah Pena Emas 2011 dengan cerpen bertajuk Homeostasis dan tempat pertama
Sayembara Noktah Putih 2011 dengan cerpen Sci-Fi bertajuk Souvenir dari angkasa lepas.
Hassan merupakan peserta Projek Bimbingan Mentor anjuran Majlis Seni Kebangsaan (NAC)
di bawah bimbingan sasterawan Singapura Encik Anuar Othman. Hassan telah mengikuti kur-
sus penulisan di Iowa, Amerika Syarikat sempena Iowa Summer Writing Festival 2012.
Buku pertama Hassan koleksi cerpen Selamat Malam Caesar di senarai pendek bagi Hadiah Sastera Singapura 2014.
Hassan masih giat menulis hingga kini.

Lem baran M aste r a 49


MASTERA

Pengkelanaan Kumpulan Bangsawan


Berdasarkan Pengalaman
Shariff Ismail Medan:
Satu Penelitian Ringkas.

Esai NORIDAH KAMARI


(Singapura)

ABSTRAK bangsawan sebelum Perang Dunia


Berdasarkan temuramah Arkib Negara Singapura dengan bintang Kedua berdasarkan temuramah
bangsawan – Shariff Ismail Medan – kajian ini akan meneliti proses peng- Arkib Negara Singapura dengan
kelanaan kumpulan-kumpulan bangsawan sebelum Perang Dunia Kedua. Shariff Medan1 (19102-1997). Te-
Pertalian sejarah, budaya dan seni Sumatera-Semenanjung telah menco- muramah yang diadakan dari 18
rak ruang bagi pengkelanaan kumpulan bangsawan yang berhijrah dari Ogos 1987 hingga 14 September
satu tempat ke tempat yang lain untuk membuat pementasan. Masyarakat 1987 ini menjangkau lebih 6 jam
serantau dilihat sebagai serumpun dan interaksi seni dan budaya dijalin- dan menyentuh pelbagai aspek
kan secara bebas dan terbuka. Hasil pengalaman pelakon bangsawan ini kehidupan Shariff Medan dari su-
akan mendedahkan cara hidup orang bangsawan pada awal abad ke-20 sur-galurnya, pergolakan keluarga,
sehingga penghijrahan akhirnya ke Singapura. kerja awalnya sebagai aprentis besi
sehinggalah zaman kegemilangan-
nya di pentas bangsawan dan layar
perak. Bagi tujuan makalah ini, fo-
kus akan diberikan kepada zaman
Pengenalan ke tempat yang lain untuk mem- beliau aktif sebagai pelakon bang-
buat pementasan. Sebagai wadah sawan pentas yang membawa ke-
Pertalian sejarah, budaya dan
seni yang popular, bangsawan me- pada penghijrahannya dari Medan
seni Sumatera-Semenanjung mem-
niti zaman kegemilangannya pada ke Singapura.
bentuk daerah yang subur bagi
pertumbuhan dan perkembangan dekad 1930-an dengan penubuhan
bangsawan dari Pulau Pinang ke pelbagai kumpulan bangsawan, so-
serata Nusantara. Corak politik kongan masyarakat yang ampuh
1
serta kelahiran seangkatan seni- Shariff Ismail Medan, Oral history: Auto-
Kepulauan Melayu pada awal abad biography, National Archives of Singapore,
ke-20 membenarkan penghijrahan man yang berwibawa. Salah seo- Singapore, 1987.
bebas antara penduduk rantau dan rang daripada mereka ialah Shariff 2
Tarikh kelahiran Shariff Ismail Medan se-
ring dibubuhkan pada tahun 1919. Namun,
ini memberi ruang dan peluang Ismail Medan. tahun 1910 ini diletakkan di sini berdasar-
bagi kumpulan-kumpulan bang- Kertas kerja ini akan meneli- kan kepada kata-kata beliau sendiri dalam
temuramah bersama Arkib Negara Singapu-
sawan berkelana dari satu tempat ti proses pengkelanaan kumpulan ra.

50 P U SAT NO. 11/2015


MASTERA
Dari Penang ke seluruh Hindustani10. Apabila kumpulan bahkan status bangsawan daripada
Nusantara wayang Parsi ini dibubarkan, seo- sebuah komoditi komersil kepada
Bangsawan mempunyai aneka rang Jawi Peranakan bernama Mo- bahan seni yang penuh dengan bu-
intepretasi dan gelaran. Ianya dike- hamed Pusi or Mamak Pusi membe- daya, sejarah dan sastera.
nali sebagai jatra banggali di India3; li semua peralatan mereka dan me- Pada tahun 1903, beberapa
likay di Thailand; ketoprak, lenong nubuhkan Pushi Indera Bangsawan kumpulan bangsawan Cina berna-
atau ludruk di Indonesia; cai luong pada tahun 1885. Mamak Pusi ma Yap Chow Tong Opera dan Yap
di Kambodia; dan zarzuela di Filipi- bertindak sebagai tauke sementa- Chow Chong Opera ditubuhkan
na4. Teater Stanbul juga merupakan ra anak menantunya, Bai Kassim, oleh Kapitan Bachik dan berpusat
istilah umum yang digunakan untuk dilantik sebagai pengarah11. Pushi di Kuala Lumpur. Mereka meru-
bangsawan5 Antara elemen penting Indera Bangsawan merantau dari pakan kumpulan bangsawan per-
dalam bangsawan, sebagaimana Penang ke Alor Setar, Singapura, tama yang menggunakan istilah
yang digariskan secara kasar oleh Borneo (Kalimantan), Sumatera opera13. Sejak itu, kumpulan-kum-
James Brandon6, ialah ianya perlu and Betawi (Jakarta) dan menda- pulan yang lain turut menamakan
mempunyai struktur yang episodik, pat sambutan luarbiasa ke mana kumpulan mereka dengan jolokan
tiada skrip dan bergantung kepada sahaja mereka pergi. Disebabkan opera. Antaranya termasuklah Ma-
improvisasi, latar set yang fantas- oleh kemasyuhran mereka, Indera lay Opera of Malacca (1915), Malay
tikal, gaya lakonan berlebihan dan Bangsawan dipendekkan menjadi Opera of Selangor (1916), Inter-
intonasi tertentu, watak-watak kodi Bangsawan dan melahirkan satu national Opera of Singapore, Star
dan selingan lagu serta tarian yang bentuk teater yang baru. Opera (1919), Nahar Bangsawan
dikenali sebagai extra turn. Bangsawan mendapat suntikan (1930), Malay Opera (1922), Inde-
Sarjana umumnya bersetuju kemelayuan apabila seorang guru ra Bongsa of Penang (1922), Nahar
bahawa bangsawan telah tiba di bahasa bernama Nor Muhammad Opera, Star Opera, Peninsula Opera,
rantau ini dalam bentuk wayang Ali Munsyi menubuhkan Malay Art Sri Permata opera, Malayan Opera,
Parsi atau Mendu dibawa oleh se- Dramatic Association Bangsawan Royal Kinta Opera, Mada Opera,
kumpulan pedagang India7 seba- (MADA)12. Beliau menggali semula Dean Union Opera, Dean Tijah Ope-
gai bahan hiburan. Mereka tiba di cerita dan teks hikayat lama untuk ra dan Sri Neran Opera14.
Pulang Pinang sekitar tahun 1870 mementaskannya dalam bentuk Singapura menjadi kota persin-
dan mementaskan cerita tentang bangsawan. Selain daripada meng- ggahan untuk kumpulan-kumpulan
dewa-dewi dan anak raja8 dari Ti- kaji gaya pertuturan dengan raja bangsawan yang merantau dari Se-
mur Tengah, India serta kisah-kisah mengikut tradisi Melayu, cara pa- menanjung ke Indonesia. Maka, ti-
klasik Shakespeare9 dalam bahasa kaian diraja yang betul, mengenal- dak hairanlah bahawa banyak kum-
kan penggunaan tanjak, keris dan pulan dan pentas bangsawan yang
samping dalam bangsawan, beliau tertubuh di kota itu. Zaman kege-
3
Mana Sikana, Drama Melayu Tradisional, juga merintis penggunaan periba- milangan bangsawan pada tahun-
Moden dan Pascamoden, Dewan Bahasa
dan Pustaka, Kuala Lumpur, 2006, p.8. hasa dan simpulan bahasa Melayu tahun 1903 hingga 193515 menyak-
4
Kamaluddin Abd Rahman, Teater Melayu dalam dialog bangsawan. Antara
Suatu Risalah Pemikiran Melayu, Dewan Ba- cerita-cerita yang beliau pentaskan
hasa dan Pustaka, Kuala Lumpur, 2007, p. 19.
5
Hanapiah Sudin, Perkembangan Bangsawan &
termasuklah Sultan Mahmud Mang- 13
Mana Sikana, p. 11.
Kemalapannya, Berita Harian, 13 Dec 1981. kat Dijulang, Keris Sempena Riau 14
Hanapiah Sudin, Perkembangan Bangsawan
& Kemalapannya.
6
James Brandon, Theatre in Southeast Asia, and Megat Alang Di Laut. Ini meru- 15
Harvard University Press, London, 1967. Sabri Buang, Re-defining Bangsawan, www.
7 kampungnet.com.sg, 11 Dec. 1998, m/s.1-7.
Kamaluddin Abd Rahman, Teater Melayu
Sabri Buang menggariskan empat tahap
Suatu Risalah Pemikiran Melayu, m/s. 20.
10
Rahmah Bujang, Seni Persembahan Bang- pembangunan bangsawan di Singapura, iaitu
8
Fairy is a loose translation of dewa. Dewa pembentukan bangsawan oleh Pushi Indera
or Deva comes from the Sanskrit word Dev sawan, Dewan Bahasa dan Pustaka, Kuala
Lumpur, 1989, p. 5. Bangsawan (1885-1902); zaman kegemi-
which means ray. The dewa in bangsawan langan (1903-35); kejatuhan popularitinya
11
refers to higher beings that live in an alter- Kamaluddin Abd Rahman, p. 21. dan permulaan arah yang baru (1936-77),
nate universe than normal human beings. 12
Hamid Ahmad, Oral history: Vanishing Tra- dan pembangunan semula bangsawan pada
9
James Brandon, p. 195. des. 1978.

Lem baran M aste r a 51


MASTERA
sikan pementasan bangsawan di Cerita awal Shariff Ismail berkelana kerana tidak ada tempat
teater-teater terkemuka di serata Medan tinggal. Antara lain, bapanya harus
Singapura, seperti Happy World Shariff Ismail Medan dilahirkan menguruskan hal-hal logistik seper-
di Geylang Road, New World di Ja- di Langsar Kampong Melayu Dua di ti memastikan tempahan kerusi un-
lan Besar, Great World di Kim Seng Sumatera Utara, Aceh atau dikena- tuk penonton dan meninjau tempat
Road, Teater Alhambra (sekarang li sebagai Tanah Rencong pada ta- baru untuk membuat pementasan.
Shaw Towers), Teater Diamond dan hun 1910. Keluarga bapanya, Mohd Shariff yang masih di peringkat awal
Teater Royal. Di Singapura, ada yang Ismail Bin Hashim, merantau ke remaja ketika itu diajar bersyair dan
kekal bermain bangsawan di situ Pulau Pinang dan apabila bapanya dihiasi persis kanak-kanak perem-
dan ada juga yang berkelana terus merajuk, beliau membawa diri ke puan untuk memainkan peranan
ke Semenanjung atau Indonesia. Aceh. Di sana, beliau berkahwin kecil di pentas.
Ketika Perang Dunia Kedua dengan anak seorang drebar enjin Sepanjang tahun-tahun 1920
(1942-1945), banyak teater bang- keretapi yang berasal daripada Be- hingga 1928, ayahnya bertukar-tu-
sawan yang musnah dibom oleh tawi (Jakarta). Mereka dikurniakan kar kumpulan bangsawan terma-
tentera Jepun. Namun, populariti tiga cahayamata dan Shariff meru- suk kumpulan milik Tungku Kan-
bangsawan membuatkan Jepun pakan anak sulung. Apabila ibu dan tan dari Medan, Apollo Opera di Mi-
melihat seni ini sebagai wadah bapanya bercerai, bapanya pergi ke nangkabau, Dean-Tijah Bangsawan
menyalurkan propaganda mereka. Langsa dan Shariff tinggal bersama dan Dali Opera. Shariff mula me-
ibunya di Sigli, Aceh. Apabila ibunya napak sebagai pemain bangsawan
Kumpulan-kumpulan bangsawan
berkahwin semula dengan seorang dan bakatnya boleh diiktiraf ramai.
dibenarkan berkelana untuk mem-
berbangsa Jerman, Shariff yang di- Kemudian, Shariff membawa diri
buat persembahan, namun sambu-
suruh ibunya pergi tinggal dengan mencari haluannya sendiri berla-
tan tidak semeriah dahulu kerana
bapanya di Langsa pada usia beliau kon dengan Miss Intan Opera dan
rakyat rata-ratanya sedang meniti
kira-kira 12 tahun. Apabila tiba di Moria Opera Kaki Tiga. Ketika itu,
detik-detik getir dalam peperan-
stesen keretapi Langsa, Shariff du- beliau mendapat tawaran bermain
gan. Oleh yang demikian, ada di
duk di stesen yang kosong itu dalam dengan kumpulan di Tambang Mas
antara mereka yang mementaskan
keadaan buntu. Tiba-tiba datang di Rejang Lebong, Bengkulu. Kum-
cerita berdasarkan propaganda Je-
sebuah keretapi dan drebarnya tu- pulan milik warga Amerika ini di-
pun. Sebagai balasan, mereka men-
run untuk mencuci enjin keretapi, katakan lebih profesional dan di
dapat makanan dan perlindungan
kebetulan itulah bapanya. situlah, Shariff diajar bernyanyi la-
daripada Jepun.
Bagi mencari sara hidup, Sha- gu-lagu Inggeris. Selepas setahun
Selepas Jepun menyerah kalah, di situ, Shariff mengikut pula City
riff bekerja sebagai pengutip ulat
angin perubahan melanda Tanah tembakau dan kemudian sebagai Opera dan merantau di Minangka-
Melayu. Sebahagian besar rakyat aprentis besi di bengkel Braatt di bau. Selain itu, beliau turut bertu-
Nusantara sudah tidak mahu di- Pulau Berayan sementara bapannya kar-tukar kumpulan bangsawan se-
dodoikan dengan cerita-cerita pula bekerja sebagai kontraktor di perti Paramount Opera, Unir Opera,
mambang, pari-pari dan raja-raja. Berayan. Seorang saudara mereka Hamed Opera dan Aladdin Opera.
Mereka inginkan gambaran reali- merupakan ejen wayang bangsawan Beliau tiba di Singapura pada 5
ti dan pilih wadah sandiwara yang kepunyaan Sultan Serdang Simpang September 1931.
berbentuk realistik. Ramai juga Tiga Perbaungan bernama Komedi
pelakon bangsawan yang dilamar India Ratu. Kumpulan bangsawan
masuk ke industri ilem yang sema- Berkelana dengan bangsawan
ini didirikan pada tahun 1902. Ba-
kin mendapat tempat di kalangan panya ditawarkan bertugas seba- Shariff Medan ditawarkan be-
penonton. Kumpulan bangsawan gai penolong pengurus. Ketika itu, kerja sebagai penyanyi untuk Bor-
menghadapi kesukaran membuat bapanya sudah pun bercerai den- neo Star Opera yang berpangkal di
pementasan kerana sambutan ma- gan ibu tirinya dan Shariff terpaksa Great World, Singapura. Sekitar ta-
syarakat tidak semeriah dahulu. mengikut kumpulan bangsawan itu hun 1932, beliau bertemu dengan

52 P U SAT NO. 11/2015


MASTERA
Mat Rahman Mat (sic) yang menga- berbesar hati dan kembali semula hun 1946, beliau kembali mengan-
jak beliau dan Ibrahim Jaafar atau ke pangkuan Nooran Opera. Pada ggotai Nooran Opera dan membuat
Yem ikut sebuah bangsawan yang pertengahan 1930-an juga, Nooran pementasan sempena pembukaan
baru ditubuhkannya di Melaka ber- Opera berpecah menjadi dua. Ibra- City Park di Kuala Lumpur. Nooran
nama Nooran Opera. Yem diangkat him Jaafar membentuk kumpulan Opera kembali mendapat jemputan
sebagai orang muda sementara Sha- bangsawan baru yang diberi nama bermain di merata Semenanjung.
riff menjadi orang muda kedua. Noo- Grand Nooran Opera. Secara otoma- Pada tahun 1952, Shariff Medan
ran Opera membuat persembahan tis, Shariff Medan diangkat menjadi mengikuti rombongan nyanyian
di City Park Melaka sekitar setahun. orang muda bagi Nooran Opera. Se- dan tarian yang digelar Puspawar-
Pada tahun 1933, Nooran Opera ke- masa Perang Dunia Kedua, Nooran na bersama S. Roomai Noor dan
luar ke Muar dan mulalah menjelaja- Opera terus beroperasi membuat Siput Sarawak keluar Malaya. Me-
hi Semenanjung Melayu sampai ke pementasan yang cenderung ke reka menjelajahi Borneo, termasuk
Perak, Seremban dan Penang. Akibat arah propaganda Jepun. Adakalanya Sarawak, Brunei, Sabah, Saratok,
perselisihan faham yang berlaku da- mereka disediakan jalan cerita dan Sarikei, Bau, Sibu dan sebagainya.
lam kumpulan itu pada tahun 1937, peralatan oleh kempetai Jepun un- Mereka menaiki motobot kecil
Shariff meninggalkan Nooran Opera tuk mementaskan tentang kewi- membawa perkakas dan merantau
dan mengikuti Jubilee Opera milik bawaan dan kebaikan askar Jepun di seluruh Borneo. Semasa di pe-
Runme Shaw. Beliau bagaimanapun membebaskan Tanah Melayu dari- rantauan itu, Shariff Medan men-
dipujuk kembali oleh Nooran Opera pada cengkaman penjajahan. Oleh dapat telegram daripada Rajhans,
atas permintaan raja Perak, Sultan kerana kesukaran mencari makan, bekas pengarah ilem Shaw Brot-
Alang Iskandar. ramai yang membuat pementasan hers yang sudah bergabung dengan
Menurut beliau: mengikut kehendak Jepun demi pe- Cathay Keris. Beliau ditawarkan
Jadi bila Encik Rahman ni minta nakatan harian, sebagaimana yang berlakon sebagai hero dalam ilem
apply nak masuk sana main, hari dinyatakan Shariff Medan: Buloh Perindu. Lamaran yang sukar
keramaian itu, jadi dia mengadap Kebebasan itu memang ada ke- ditolak itu, diterima sebulat hati
sama tuanku, Sultan Perak Alang pada kita. Pertunjukan sendiri itu dan Shariff pun pulang semula ke
Iskandar itu jam. Jadi dia bilang, memang bebas. Dan pertunjukan Singapura dan menggilap namanya
aku boleh kasi. Bukan aku tak kasi tentera ini, dia terkawal. Terhad.
di persada layar perak pula.
peluang sama kau Rahman, kalau Jadi begini. Dalam masa Jepun,
kau nak masuk di Kuala Kangsar kalau diperbandingkan persem-
main hari keramaian ni... Jadi kata bahan yang semacam itu, maka Rantau tanpa sempadan
Tuanku, Sultan Perak, “Tapi Sha- kalau kita melebihi pertunjukan
Ramai anak muda yang masuk
riff Medan ada tak?” Itu macam awam, kosong. Kita tidak dapat
dia punya suka dengan saya. “Sha- apa-apa. Tapi kalau kita member- bangsawan kerana ingin meran-
riff Medan ada tidak sama kau?” ikan pertunjukan bermuka dua, tau dan mencari pengalaman. Sifat
Dia bilang, “Shariff Medan tak ada terhadap militari Jepun, maka di nomadic bangsawan yang kerap
Tuanku.” “Aku tak mahu.” “Kalau sana kita akan disanjung. Sudah berkelana membolehkan mereka
aku mahu, orang mudanya Shariff kita disanjung, kemewahan kita mendapat pemandangan dan udara
Medan dan heroinenya..Fatimah dapat. Beras kita dapat. Apa yang baru. Setiap persembahan di satu-
Jasman atau Erra...Aku mahu ini rakyat tidak dapat, kita dapat itu satu tempat akan dilangsungkan
orang mesti a da. Lawak dia Aman semua. Jadi secara langsung, pan-
dari 2 minggu sampai sebulan. Ke-
Belon. Ini orang mesti ada. Ka- dai mesti pandai bermuka dua.
lau ini orang tak ada, aku tak nak mudian, mereka akan berhijrah lagi
ambik kau.” Jadi dia (Rahman) Semasa Jepun menyerah kalah ke tempat lain, sebagaimana yang
pergi cari... Jumpa. “Shariff, aku pada tahun 1945, Shariff Medan se- dinyatakan oleh Shariff Medan:
nak amek kau balik main di sana. dang bersama Wayang Cenderawa- Orang-orang muda ini kadang-ka-
Tuanku nakkan kau. dang suka merantau kan. Jadi seba-
sih di Kelang16, Selangor. Pada ta-
hagian daripada tempat merantau
Permintaan diraja yang sukar yang boleh membawa diorang itu,
ditolak itu membuatkan Shariff 16
Kini dipanggil Klang. bangsawan lah. Sebab bangsawan

Lem baran M aste r a 53


MASTERA
itu dari satu tempat ke satu tempat seni secara tradisional yang perlu bangsawan, kerja bangsawan sa-
adakala main 2 minggu, ada main berhijrah dari satu tempat ke tem- hajalah. Kerana itu jam, di waktu
kadang-kadang, main sampai satu pat yang lain. Semasa beliau ingin itu masyhur nama Singapura sun-
bulan. Jadi perantauwan tu me- ke Singapura yang disifatkan “satu gguh masyhur. Sampai di Tanah
mang suka lah main bangsawan. Jawa sana pun nama Singapura
negeri yang indah macam syurga”
Dia dapatkan alam baru, tempat pun sangat harum. Bilang Singa-
dan udara baru, dapat pemandan- kerana barang, makan, pakaian dan pura sahaja, semua orang gembira,
gan baru, jadi bangsawan inilah segala-galanya murah, beliau hanya mahu pergi ke Singapura. Jadi da-
salah satu titi untuk merantau di perlu mencari kapal untuk berlayar lam pelayaran tidak ada apa-apa-
zaman itulah. Maksudnya tidak ke sana. Menurut Shariff Medan: lah ceritanya, biasa sahaja orang
merantau jauh. Kalau pun di Sin- berlayar. Adakala pening, adakala
gapura ini pergi ke Melaka, Melaka Imigresen tak ada itu jam. Paspot- mabuk dan sebagainyalah.
pergi ke Seremban, Seremban Ku- paspot pun tak ada itu jam. Kita
ala Lumpur, Kuala Lumpur Ipoh, sangat bebaslah itu jam. Keluar Perjalanan di atas kapal ini
Ipoh sampailah Kedah sampai Pa- masuk daripada satu negeri ke mengambil masa kira-kira sehari
dang Besar, Guar Musang. satu negeri pun tak ada pasal san- semalaman. Mereka tidak turun di
gat. Tak ada check lah. Tak apa. Itu
pelabuhan tetapi melalui inner road
Pengkelanaan kumpulan bang- jam turun dekat Pasar Besi. Itu
jam masih laut lagi itu. kemudian harus menaiki tongkang
sawan ini berlegar di sekitar Nu-
Cina untuk ke Pasar Besi (kini Be-
santara dan setiap pengembaraan
Konsep kerakyataan ketika itu ach Road). Orang Filipina, Tanah
tidaklah terlalu jauh, contohnya
tidak diukur mengikut batas ne- Melayu dan Sumatera dilihat seba-
Singapura-Melaka, Melaka-Serem-
geri. Soal imigresen dan paspot gai warga rantau yang mempunyai
ban, Seremban-Kuala Lumpur, Ku-
tidak diambil kira kerana semua kebebasan keluar masuk dari Pe-
ala Lumpur-Ipoh dan Ipoh-Kedah.
penduduk rantau dilihat sebagai kanbaru ke Singapura tanpa seba-
Namun, apabila sudah bertahun-
satu rumpun. Walaupun kuasa rang sekatan, pemeriksaan atau
tahun berkelana, sesebuah kumpu-
penjajahan yang berbeza, iaitu Bri- cap diri. Hal ini membolehkan per-
lan bangsawan mampu menjelajahi
tish menguasai Tanah Melayu dan tumbuhan bangsawan dengan ce-
jarak yang jauh dan luas meliputi
Belanda menguasai Betawi, namun pat di rantau ini kerana semuanya
seluruh Semenanjung, Sumatera
semua warga rantau dapat keluar bebas bergerak menyebarkan seni
atau Borneo. Proses pengkelanaan
masuk antara kawasan-kawasan dan pengaruh bangsawan.
ini pastinya mengambil masa yang
lama dengan menaik kapal untuk yang berbeza kuasa penjajahannya
merentas lautan ataupun motor- secara bebas. Pengalaman berlayar Konsep orang luar
bot kecil untuk kawasan-kawasan dari Pekanbaru ke Singapura dice-
Jika warga rantau bebas ber-
pedalaman. Namun, dengan keter- ritakan oleh Shariff Medan:
gerak dan dapat berhijrah secara
batasan teknologi media ketika itu, Saya bertolak ke Singapura dari percuma, warga luar pula dikena-
Pekanbaru. Bersama dengan saya
hal ini tetap dilakukan dan mereka kan permit, sebagimana yang dika-
punya rakanlah. Terdiri daripada
diraih dengan girang kerana terba- takan oleh Shariff Medan:
orang Filipino, orang Tanah Me-
tas wadah hiburan yang gah seperti layu pun ada waktu itulah dan juga Kita sangat bebaslah. Kita kalau
bangsawan ketika itu. orang-orang Sumatera pun ada. orang-orang Indonesia masuk Sin-
Kumpulan bangsawan dapat Ada lebih kurang 15 orang. Dari- gapura, bebas. Terkecuali bangsa
pada Pekanbaru, naik kapal. Jadi di Tionghua, itu jam Cina lah maksud.
berkelana secara bebas tanpa ada
kapal sana yelah maklumlah kapal Dikenakan apa itu, landing permit
sekatan. Sepertimana yang dapat
kita bukan pun kelas mahal punya, RM5. begitu lebih kurang lah. Jadi
dilihat melalui pengalaman pen- banyaklah yang datang bersama
kelas murah. Kapal murah punya
gembaraan Shariff Medan melalui jadi kita duduk atas dek. Jadi di dengan orang-orang yang faham,
Nooran Opera, beliau dapat berkela- dalam pelayaran, tidak ada apa- yang tahu berlakon bangsawan.
na menjelajahi Sumatera, Semenan- apalah cuma tekad itu satu ma-
jung dan Borneo. Ini memberikan sing-masing semua di sana apabila Beliau bagaimanapun tidak
saluran yang sihat bagi penyebaran sampai Singapura mahu mencari menjelaskan dalam temuramah

54 P U SAT NO. 11/2015


MASTERA
ini sama ada bangsa asing selain
Cina, seperti India, Arab, British
dan Belanda turut dikenakan per-
mit yang sama. Besar kemungkinan
bangsa penjajah mempunyai pen-
gangkutan mereka sendiri dan tidak
menaiki kapal seperti beliau. Berda-
sarkan pengalaman ini, agak jelas
konsep orang luar dikenakan kepa-
da bangsa pendatang di luar daripa-
da rantau ini, khususnya orang Cina.
Landing permit sebanyak RM 5 di-
kenakan bagi setiap seorang orang
luar, namun warga rantau dapat
menaiki kapal dengan percuma. Hal
ini menunjukkan bahawa pelayaran
itu ada sekatannya, namun warga
rantau ini mempunyai rumpun yang
sama seakan datang daripada satu
negeri dan satu bangsa.

Memastikan keselamatan di
kawasan asing umpamanya 60 puluh rupiah gaji. terima dengan baik oleh masyara-
Jadi dia tanggungjawab. Dia puya kat setempat tersebut. Jikalau ada
Setiap kumpulan bangsawan gaji, 2 rupiah, tapi dia punya anak orang yang berniat jahat, dia akan
yang memasuki kawasan asing ha- buah menonton mesti free, 4, 5 ditentang oleh penduduk kawasan
ruslah mengikut adab-adab terten- orang itukan dia, tak ada bayar tau,
itu kerana pengaruh kuat “orang
tu sebelum membuat pementasan. itu si samseng tu punya semua tan-
ggung jawab, tapi bukan samseng handal” di kawasan itu. Sebagai ba-
Mereka harus bertemu dengan
jahat, dia cuma jaga keselamatan lasan, mereka dan keluarga mereka
ketua daerah itu dan meminta izin
wayang itu. Jangan sampai orang boleh menonton dengan percuma
daripadanya. Demi menjaga kes-
luar menceroboh tak tentu. Jadi di samping hadiah saguhati. Ini
elamatan daripada diganggu oleh
dia itu anak bininya kalau nonton semua demi menjaga keselamatan
orang berniat jahat, mereka akan freelah, jadi orang bawah-bawa- kumpulan bangsawan memasuki
mencari “orang handal” atau orang han itu, ah free juga, jadi kalau ada tempat asing yang mungkin mem-
berpengaruh dalam daerah itu un- apa-apa, dia bertanggungjawab-
punyai adat-istiadat yang berbeza.
tuk memberikan kerjasama. lah, tauke pegang sama dia, sewa
umpamanya dibayar sewaan jadi Shariff Medan menceritakan
Shariff Medan merakamkan
bila sudah berangkat habis keluar pula halnya di Singapura:
pengalaman beliau ketika di Jawa:
ada dia punya saguhati....Bukan Di Singapura itu jam ada Makcik
Ah begini kitalah biasanya bang- gangster...dia bukan gangster yang Kong orang kampung-kampung,
sawan yang besar kalau di Jawa mengawal... tapi orang yang han- Rais, Si Wahab, Wahab itu Jepun
dulu, kita masuk satu-satu negeri dal, orang yang terkemuka, jadi pun main takut samanya. Ah, itu
itu, nombor satu kita berjumpa orang kalau tengok dia ada, orang diaorang, dia bukan apa, bukan
kepada ketua yang mengerti kea- respect! gangster. Dia pun suka permai-
daan suasana pekan itu. Jadi satu
nan, jadi bila tauke jumpa dia
orang dia rekomen, umpamanya Kehadiran “orang handal” atau tanya. Anak-anak dia pun okaylah.
ada jaguh itu, katakanlah Pak Idola orang yang disegani merupakan Jadi orang kalau tengok dia pun
ke, Pak Ahmad ke. Kasilah dia satu
isyarat kepada yang lain bahawa respectlah. Penontun dulu bukan
bulan mengawal kita main di situ,
kumpulan bangsawan itu sudah di- macam sekarang. Penonton seka-

Lem baran M aste r a 55


MASTERA
rang mempunyai disiplin. Keluar ini adakan, sudah jagan buat pa- Namun, pilihan untuk tidur di
cakap encore, bagus tak bagus pun sal, Makcik Kong ada, penonton rumah orang atau panggung pen-
encore. Zaman dulu kalau pertun- betul-betul teratur. tas terpulang kepada keadaan dan
jukan bangsawan diaorang tu tak tempatnya. Ada tempat-tempat
bagus, menyanyi, acting, “MASUK, Kehadiran mereka sahaja sud-
ah cukup untuk menakutkan orang tertentu seperti Penang yang lebih
MASUK, MASUK” suruh dia ma-
suk, ramai-ramai! Habis hentak daripada membuat jahat. Masalah moden dan disiapkan panggung
kaki ge-re-bang, ge-re-bang, ge-re- disiplin di kalangan penonton keti- dan rumah kongsi kerana banyak
bong, ge-re-bang, ge- re-bung. Jadi ka itu diselesaikan melalui jalinan kumpulan bangsawan yang singgah
ini sebab, hendakkan seorang yang persahabatan dengan orang-orang di situ. Kalau ada yang pilih untuk
direspect oleh diaorang, yang dise- tidur di panggung, mereka mela-
berpengaruh ini. Melalui kerjasama
gani oleh diaorang. Kerana diao- kukan demikian kerana terpaksa
ini, pementasan dapat diteruskan
rang ada, diaorang tak berani. Se- menjaga perkakas.
karang tak kisah, sekarang punya dengan lancar sehinggalah terla-
penonton teratur, disiplin, apa pun buhnya tirai babak terakhir. Menurut Shariff Medan:
encore, bagus. Dulu kalau tak ba- Kita menengok keadaan sekarang.
gus, jahanam, habis, hancur! Kalau umpamanya kita pindah tak
Cara hidup anak bangsawan di
usah lah jauh, kata kan dari Mela-
Reaksi spontan penonton yang rantauan
ka itu jam, saya pindah pergi ke Pe-
adakalanya memberi respon nega- Keadaan hidup berpindah-rand- nang ya. Kata kan lah ini zaman ini
tif terhadap sesuatu persembahan ah kumpulan bangsawan bermakna sudah tamadun, moden. Tinggal
harus dikawal. Rasa tidak puas hati mereka tidak mempunyai tempat di Penang, di sana ada panggung,
dengan persembahan boleh menye- tinggal yang tetap untuk jangka masa ada rumah kongsi dan ada jugak
babkan penonton secara beramai- yang panjang, adakalanya sampai rumah-rumah kongsi yang kosong.
bertahun-tahun. Apabila tiba di se- Jadi itu pilih mana yang masing-
ramai menjerit supaya pelakon
masing. Ada yang mahu tinggal
masuk semula ke belakang pentas sebuah kawasan asing, sebuah kum-
di panggung atau tinggal rumah
sambil menghentak-hentak kaki pulan bangsawan yang mempunyai kongsi tapi kebanyakannya jarang
dengan kuat. Keadaan huru-hara berpuluhan anggota harus mencari tinggal di panggung. Jadi bicarakan
ini pastinya boleh memberhentikan rumah sewa. Mereka tidak mem- dulu, tahun dua puluhan, kebanya-
pementasan separuh jalan sehing- punyai kelengkapan yang cukup na- kan rumah kongsi lah. Kalau ada
ga tidak dapat diselesaikan. Demi mun dalam keadaan kekurangan itu, pun yang di panggung, ada yang
mengelakkan reaksi yang tidak ter- mereka tetap senang dengan cara berkenaan ada orang-orang yang
hidup yang dipilih. punya tugas yang tertentu untuk
kawal, kumpulan bangsawan harus
menjaga perkakas maka dia bo-
menjalinkan hubungan baik dengan Ini disampaikan oleh Shariff leh lah tinggal di panggung. Tapi
ketua atau orang berpengaruh di Medan: kalau yang lain tu, tinggal di ru-
kawasan itu. Di Singapura, orang- Sebab kita sebagai family besar, mah kongsi. Macam rumah sebuah
orangnya adalah Makcik Kong, Rais jadi nak cari rumah memang su- yang disewa oleh tauke, kita diami
dan Wahab. Pengaruh mereka be- sah. Satu-satu rombongan tu men- lah sama.
gitu kuat sehinggakan askar Jepun gandungi lima puluh, enam puluh
turut takut dengan mereka. pekerja, pelakon dan macam- Kalau pekan-pekan besar, ru-
Mereka akan hadir semasa macam lagilah yang berkenaan mah kongsi itu diperbuat daripada
dengan bangsawan. Jadi soal itu, batu sementara kawasan pedala-
bangsawan dipentaskan, seperti
kemudahan, keindahan itu tidak man atau kampung-kampung se-
kata Shariff Medan: ada. Tapi sungguh pun begitu ya, ringkali menyediakan bangsal atap
Dia ada, dia ada, dia bukan apa tau, hati itu semua senang. Semua
dia cuma round round di luar tu
yang berlantai. Mereka terpaksa ti-
senang hati. Semua senang hati.
saja, nanti jadi bila budak-budak dur, makan dan lakukan apa sahaja
Tidaklah keadaannya sekarang
ini maklum ya, semua itu budak- boleh bersungut mengatakan itu beramai-ramai, sepertimana yang
budak itu kadang-kadang yang tidak bagus, ini tidak bagus, tak beliau katakan:
nakal-nakal itu yang bikin bising. ada. Sungutan pada pelakon itu Tidur beramai-ramai. Makan, ma-
Jadi bila dia orang tengok orang tidak ada. Tak timbul. sak sendiri-sendiri lah. Macam

56 P U SAT NO. 11/2015


MASTERA
tidur pakai kepung. Macam ini Haji (Shariff ) ambil itu syair Inde- mereka harus bijak membaca isya-
boleh jadi juga. Macam orang per- ra Bangsawan pakcik baca, baca rat pelakon lain, seperti kata Shariff
gi Haji. Macam orang Haji pergi daripada A sampai Z, sudah OK. Medan:
Mekka begitulah. Begitu ramai- Sudah tahu dia punya selok-belok-
ramaikan. Bila sampai sana ada
Dia tengok masing masing
kan, kita masuk dalam ikiran kita, punya cue lah, on the spot punya
yang duduk sana, ada yang duduk
sini. Pagi-pagi, masak-masak ma- masukkan dalam otak, kita sudah cue, dalam pada begitu itu tak per-
sing-masing lah. tahu tak ada script, script tak ada, nah bercanggah di pentas, namun
Setiap kumpulan bangsawan ber- tak ada, tidak ada itu jam script, nak berebut-rebut cakap tak timbul
gerak persis sebuah keluarga yang tak ada mampu sebab dia orang tu, tak pernah masing-masing sud-
besar. Mereka tidur, makan dan hi- tak tahu keadaan kan, jadi macam ah ada cue.
dup bersama. Ada yang membawa cerita bangsawan itu sudah masuk Cerita yang baru mungkin me-
anak, isteri atau suami bersama OK. Besok kita panggil pre-test le- merlukan improvisasi yang lebih
dan setiap seorang akan mencari bih kuranglah, pasal ini cerita baru,
kerja untuk membantu pergera-
pada bahagian awal. Apabila pe-
katakan lah begitu ya, jadi panggil mentasan kedua dan seterusnya,
kan bangsawan itu. Anak-anak
pukul 1 nanti datanglah semua, semua pelakon seudah tahu jalan
kecil, seperti Shariff Medan keti-
ka mengikuti ayahnya berkelana lepas makan semua datang lepas cerita dan tidak perlu isyarat dari-
pada awal tahun-tahun 1920an, sembahyang lebih kurang 40 orang, pada pengarah lagi. Menurut Sha-
akan diajar menyanyi dan menari Ah, aku, kau pakai ni, kau pakai riff Medan:
oleh orang-orang tua yang men- ni, pakai ini, ya malam ini malam
Sekarang kalau umpamanya ce-
gikuti rombongan itu. Jika ada minggu, kau pakai raja, kau pakai
di antara mereka yang berbakat, rita tu cerita baru ye, yang pertun-
menteri, kau pakai ini, ahh kau raja,
mereka akan ditolak untuk babak jukan pertama sudah kita kasi idea,
kau memerintahkan sebuah negeri,
extra turn atau peranan-peranan maksud-maksudnya dia punya point
kau ada mempunyai anak, begitu,
kecil dalam pementasan. cerita tu kan, dia orang sudah sim-
begini, begini sifat kau adil begitu,
pan, dia orang mengerti cuma kita
begini... nangis dia sudah tahu, dia
jaga dari celah side wings saja, mak-
Cara spontan pementasan sudah catch itu idea, jadi dialog tak
sud side wings tu, kepak kiri kanan
bangsawan penting sebenarnya... kau pakai hu-
tu side wings bangsawan dari situ
Anggota-anggota kumpulan lubalang kau mesti gagah begitu,
kita perhati saja.. Masuk yang kedua,
bangsawan yang berkelana sering- begini, begini, jadi masing-masing
main lain-lain negeri ini cerita juga,
kali sudah berpengalaman dalam sudah tahu character, dialog dia
dia sudah ringan, dia sudah unders-
pementasan. Mereka tidak menggu- orang sendiri bikin.
tand sikit, kita jangan tidak bantu
nakan sebarang skrip tetapi mencip- Setelah memahami jalan cerita, sikit-sikit, masuk ke lain negeri, ini
ta dialog sendiri secara spontan atau mereka akan berkumpul pada hari cerita juga, jadi cerita ini seterusnya,
melalui beberapa jam latihan yang pementasan dan membahagi-baha- dari satu negeri ke satu negeri, main,
diberikan sebelum malam persem- gikan watak. Pelakon sendiri yang main ,main, ya ini umpama besi tum-
bahan. Pementasan selalunya ber- akan memilih pakaian dan makeup pul kalau selalu diasah diasah, dia
langsung dari jam 9 malam sehingga sesuai dengan watak yang diberi- akan tajam. Jadi cara tak langsung
12 tengah malam. Tugas pengarah kan. Pengarah akan memberitahu kerana sudah biasa dengan cerita
ialah menentukan plot cerita dan aturan cerita dan perwatakan yang itu, sudah tak payah lagi, dia orang
aturan adegan-adegannya. perlu mereka gambarkan. Oleh ke- boleh jalan sendiri, director dah tak
Shariff Medan merakamkan rana sudah biasa berlakon di pen- pasal lagi, cuma director jaga light,
keadaan mementaskan cerita baru tas, dialognya akan diolah sendiri nanti dia order bukan dia jaga, dia
yang belum pernah dipentaskan mengikut gerak cerita. Pengarah order light terang gelap tirai turun
oleh sesebuah kumpulan: sekadar memberikan pembukaan naik itu saja.
Katakan besok malam apa apa dialog dalam 2-3 perkataan untuk Alah bisa, tegal biasa. Setiap pe-
nak buka cerita hikayat (baru), ka- mencetuskan imaginasi dan kreati- mentasan merupakan latihan ter-
takan cerita Indera Bangsawan, Pak viti pelakon. Semasa berlakon pula, sendiri bagi pelakon untuk menga-

Lem baran M aste r a 57


MASTERA
sah bakat. Apabila kumpulan itu ber- persefahaman yang luarbiasa tat- Dewan Bahasa dan Pustaka.
hijrah ke negeri yang lain membawa kala di pentas. Mana Sikana. 2006. Drama Melayu
cerita yang sama, cerita itu mungkin Pengalaman Shariff Medan Tradisional, Moden dan Pasca-
baru bagi penonton tetapi telah pun menjelajahi Nusantara dengan moden. Kuala Lumpur: Dewan
melalui latihan yang banyak oleh kumpulan-kumpulan bangsawan Bahasa dan Pustaka.
pelakon. Selain daripada itu, teknik yang beliau anggotai mencerminkan Rahmah Bujang. 1975. Sejarah Per-
tarik-hambat juga digunakan dalam kebebasan berkelana yang dinik- kembangan Drama Bangsawan
improvisasi dialog bangsawan. Jika mati oleh penduduk rantau. Orang di Tanah Melayu Singapura. Ku-
babak itu mendapat respon yang Filipina, Tanah Melayu, Sumatera ala Lumpur: Dewan Bahasa &
baik dari penonton, pengarah yang dan Borneo semua dilihat seba- Pustaka.
berada di tepi pentas akan mem- gai warga rantau yang mempunyai
Rahmah Bujang. 1989. Seni Persem-
beri isyarat untuk “tarik” iaitu pe- rumpun dan akar yang sama. Jali-
bahan Bangsawan. Kuala Lum-
lakon harus panjangkan adegan itu nan seni dan sejarah Sumatera-Se-
pur: Dewan Bahasa & Pustaka.
melalui nyanyian, tarian atau dia- menanjung dan seluruh Nusantara
log. Seandainya penonton tampak Sabri Buang. 1998. Re-de ining
yang rancak sememangnya mampu
bosan dan gelisah, isyarat “hambat” Bangsawan. Working Paper.
memupuk daerah subur mengang-
pula akan diberikan dan pelakon kat bahasa, seni dan budaya ke per- Sabri Buang. Di mana letaknya ketu-
harus memberhentikan adegannya sada yang lebih tinggi sebagaimana lenan bangsawan di Singapura
secepat mungkin. Teknik-teknik ini bangsawan mampu disebarluaskan hari ini? Berita Minggu. 3 Jan
membantu dalam menyesuaikan se- pada zaman kegemilangannya. 1988.
sebuah pementasan mengikut cita- Sabri Buang. Bangsawan alami pen-
rasa khalyak yang menonton. garuh modenisasi. Berita Min-
Rujukan
ggu. 10 Jan 1988.
Brandon, James. 1993. The Camb-
Penutup Shariff Ismail Medan. Oral history:
ridge guide to Asian Theatre.
Persis pencerita silam pada za- “Autobiography.” National Arc-
Great Britain: Cambridge Uni-
man tradisional yang bergerak dari hives of Singapore, August 18,
versity Press.
satu tempat ke tempat yang lain 1987.
Hamid Ahmad. Oral history: “Vanis-
menjaja ceritanya, kumpulan bang- Sharif Medan. Oct 1991. Kehidupan
hing Trades.” National Archives
sawan juga berkelana menjaja seni Anak-anak Bangsawan. Dewan
of Singapore, October 8, 1987.
mereka. Mereka tidak mempunyai Budaya. Malaysia.
skrip dan semuanya dipentaskan Hanapiah Sudin. Perkembangan
Tan, Sooi Beng. 1993. Bangsawan:
berdasarkan ingatan, kreativiti dan bangsawan & kemalapannya.
A Social and Stylistic History of
improvisasi. Keadaan hidup yang Berita Harian. 13 Dec 1981.
Popular Malay Opera. Singapo-
berpindah-randah juga memberi Kamaluddin Abd Rahman. 2007.
re: Oxford University Press.
pengalaman bersama di kalangan Teater Melayu Suatu Risalah Pe-
anggota kumpulan dan membina mikiran Melayu. Kuala Lumpur:

NORIDAH KAMARI adalah calon doktor falsafah di Universiti Sains Malaysia (USM) di dalam
bidang sastera Melayu. Beliau meraih ijazah sarjana sastera dalam Persuratan Melayu di Uni-
versiti Kebangsaan Malaysia (UKM) pada 2008 dan ijazah sarjana muda daripada Universi-
ti Nasional Singapura dalam Pengajian Melayu dan Pengurusan Infokom pada 2002. Karya-
karyanya pernah terakam dalam beberapa antologi termasuklah Cekal-Tekar-Mekar (2014),
Kemala: Meditasi Dampak 70 (2011), From The Window of This Epoch (2009), Antologi Puisi
Kail Panjang Sejengkal (2005), Dari Amerika ke Catatan Langit: Antologi Puisi Mastera (2005)
dan lain-lain lagi. Antara anugerah yang pernah diraihnya termasuklah Anugerah Penulis Ha-
rapan (2013) yang diberikan Majlis Bahasa Melayu Singapura.

58 P U SAT NO. 11/2015


MASTERA

Shasel (Singapura)

Aku & Pokok Limau


Sepohon pokok limau yang aku jagai
mulanya mekar subur dan ceria sekali
hinggalah diserangi sekawan ulat bulu
sampai daunnya rosak seribu Sebenarnya, pokok limauku
kemudian ia beransur nazak laksana amalan dan ibadahku
dan tiada lagi berdiri tegak. yang kukawal dengan sukarnya
serangga yang menyerangnya
Yang bersalah diriku juga adalah dosa yang menyinggah
sebab terlalu member muka yang zahirnya kelihatan indah.
kepada ulat-ulat bulu hijau
bahana belas lagi bergalau Dzatfarasyahitu, biarpun Nampak cantik
risau melihatnya kebulur adalah sifat keji yang tidak harus berputik
biar pernah menjadi seteru. awasilah ia dari meracuni pokok amalmu
kerana citra indah yang mengaburi matamu
Kini aku amat mengerti bisa menghancurkan segala budi luhurmu
tolak ansurku tiada bererti justru, waspadalah dalam setiap gerak mu.
serangga perosak mesti dihalau
ditentang habisan dan dipulau
andai ingin pokok kukasihi
hidup sihat dan mewangi.

SHAFFIQ SELAMAT, juga dikenali dengan nama pena Shasel, lahir di Singapura pada tahun
1969. Beliau mula menulis pada usia 23 tahun sejak karya sulungnya sebuah cerpen berjudul
Lamunan Penulis Muda diterbitkan oleh Berita Harian pada 16 Disember 1992. Pernah ber-
tugas sebagai penerjemah di Kementerian Ehwal Luar Singapura selama 13 tahun sebelum
menjadi penerjemah dan jurubahasa bebas.
Kumpulan cerpen sulungnya Meredah Badai diterbitkan pada tahun 2005. Sajak-sajaknya per-
nah dimuatkan dalam Antologi Puisi Manik-Manik Hijau (1995), The Consuming Flame (2000),
Verses of Angels/Kalimat dari Langit (2010), dan Moving Words 2011 (2011). Karya-karyanya
juga tersiar dalam beberapa majalah seperti The Muslim Reader, Teens’ Crossroads, dan Ma-
jalah Perkahwinan.Karya-karya penulis lain yang diterjemahkannya terbit dalam antologi Tumasik: Contemporary
Writings From Singapore (2009), Dreams and Choices (2009), Man/Born/Free: Writings on the Human Spirit from
Singapore (2011), Ode to Masuri SN (2012), Under One Sky (2013), dan Suratman Markasan: Puisi-puisi Pilihan (2014).
Puisinya ‘Bicara Keemasan’ memenangi Hadiah Naib Johan dalam peraduan Moving Words 2011 sementara puisi
‘Andaikata’ memenangi hadiah Sajak Bulan Bahasa Berita Harian tahun 1993.

Lem baran M aste r a 59


MASTERA

Nurpertunjuk (Singapura)

Kenapa Kursi Jadi Kerusi Tambah ‘E’


Tahukah adik,

kenapa kursi jadi kerusi tambah ‘E’

dua kata

nampak sama

dalam makna

jauh berbeza

ikut rasa

mudah bicara

menggambarkan bulan

penuh cahaya

walau samar

mengalis

mata

Mahukah adik,

selongkar rahsia

kursi jadi kerusi apa puncanya

Terbentang langit tujuh lapisan

Bumi terdampar tujuh lipatan

Menjadi bukti keagungan Tuhan

KursiNya memancar ilmu

Memegang kuasa

Mencorak alam penuh pesona

60 P U SAT NO. 11/2015


MASTERA
Kepada manusia diberi percaya

Menjadi khalifah mentadbir buana

Di atas kerusi menyandang tahta

Memikul harap segenap murba

Samudera luas dijelajah

Wilayah bebas diperintah

Cakerawala pentas falsafah

Namun ingatlah adik,

Kerusi tanpa kursi jadinya apa

Manusia memerintah ikut rasa

tanpa budi bicara

berkiblat harta

membelakang agama

Justeru itu adik,

Kursi jadi kerusi ditambah ‘E’

Membeza yang Esa dan makhluknya

Diri yang lemah dituntun jaya

Empat kaki tegak berdiri

K E R U S I

Dalam E memberi Erti

Kerana E membawa Enga

Daripada E membentuk Etos

Dengan E mendiri Egah

Lem baran M aste r a 61


MASTERA
fah sejati meembina Emp
Bersamanya Khalifa payar

Masyaraakat terpuji menyembaah yang Esa..

2 Ogos 2013
Clementi, Singapura
(Bebas Melata: Menyulam Sayang, 2014)

NORHIDAYAT BIN MOHAMAD NOOR atau nama penanya Nurpertunjuk dilahirkan pada tahun
1985 di Bukit Batok, Singapura. Nurpertunjuk bekerja sebagai seorang guru Bahasa Melayu di
Sekolah Menengah Clementi Town.
Nurpertunjuk mula giat menulis pada tahun 2010 dan telah menerbitkan karya-karyanya di
ruangan ‘Sastera Muda’ dan ‘Gah’ di Berita Harian. Nurpertunjuk juga pernah menerbitkan
karya-karyanya di dalam antologi puisi dwibahasa Kalimat Dari Langit, 2010, Bebas Melata:
Melantun Kasih, 2013 dan Bebas Melata: Menyulam Sayang, 2014. Puisinya berjudul ‘Kepin-
ggantung’ juga telah dilagukan dan dimuatkan ke dalam album Bebas Melata: Sama-sama
Beradu Gagah, 2015
Nurpertunjuk pernah menyertai ‘Program Penulisan MASTERA: Puisi’ di Banten, Indonesia pada tahun 2012 dan Program
Penulisan Novel dan Buku kanak-kanak’ anjuran DBP (Wilayah Selatan) pada bulan Jun dan Disember 2013.
Hasil pengalaman yang ditimba semasa program penulisan MASTERA dan DBP, Nurpertunjuk terus gigih berusaha mela-
hirkan karya-karya yang bermutu dan dapat memberikan anjakan paradigma kepada masyarakat Melayu secara amnya.

62 P U SAT NO. 11/2015


MASTERA

Pisau
Cerita Pendek DASRIL AHMAD
(Indonesia)

Nampaknya sekarang telah tipis


harapan saya untuk bisa mempero-
lehnya kembali dari Tifa. Karena
setiap saya berusaha memintanya,
ia selalu mengelak, memberikan
alasan yang bermacam-macam.
Sangatlah tidak masuk “
Buanglah kecemasanam, kare-
akal kalau gadis secantik na pisau itu selalu kusimpan dan
Tifa, anak direktur rawat baik-baik”
yang kaya raya, tidak “
Tapi itu pisau pusaka nenek
mempunyai sebilah moyangku, Tifa!”
pisau yang bagus

Justru itulah yang kukehendaki
sebenarnya.”
untuk memotong kue

Jangan, Tifa! Kau belum berhak
ulang tahunnya yang
memilikinya. Usiamu masih hijau.
ke-18, dan ia mesti Dan lagi, kita berada dalam status
meminjamnya kepada sosial yang jauh berbeda, juga kul-
saya. Inilah salah satu tur dan agama yang tidak sama,”
alasan kenapa saya sanggah saya.
merasa keberatan

S

emula Tifa berjani akan segera Akan kucoba mempersempit
meminjamkan pisau mengembalikan pisau itu sete- perbedaan itu.”
pada mulanya. lah usai acara ulang tahunnya. “
Aku akan dikutuki nenek
Tetapi kenyataannya jadi bertolak moyangku, bila pisau itu tidak ber-
Tetapi setelah ia belakang, telah enam bulan berlalu, hasil kumiliki lagi.
mengungkapkan pisau itu sedikit pun tak saya keta- “
Lemparkan saja semua kutu-
keluhan, bahwa tanpa hui nasibnya. Padahal itulah satu-sa- kan itu pada diriku,” tukasnya man-
pisau saya, niscaya tunya pisau milik saya yang orisinil, ja diiringi seulas senyum.
suasana perayaan hari warisan sejati dari nenek moyang “
Tak segampang yang kau duga,
saya dulunya. Saya merasa telah
ulang tahunnya tak Tifa.”
memiliki pisau pusaka itu semenjak
akan meriah, maka usia meningkat remaja, 13 tahun, Ia tak mempali bantahan saya
sulitlah bagi saya dan sekarang saya telah 28 tahun, tadi. Sikapnya kini persis seperti
untuk menampik berarti telah 15 tahun lamanya pis- seekor burung menyambut mentari
pagi; ceria dan berkicau terus.
permintaannya itu. au itu saya miliki dan pusakai.

Lem baran M aste r a 63


MASTERA
Saya tidak tergoda dengan kece- gut dengan caraku sendiri.” ah, digenangi oleh air yang jernih
riaan dan kekenesannya itu. Saya “
Tindakanmu sangat ceroboh! dan beriak kecil. Sehingga tiada-
tetap pada pendirian semula bahwa Bila pisau itu kau renggut dengan lah menyulitkan pandangan untuk
pisau itu mesti dapat kembali lagi kasar, maka ia akan melukai hati mengetahui segala isinya. Saya terus
pada saya. Di ujung kesabaran saya dan mengoyak dinding-dinding tu- menyelam ke dasarnya. Di situ saya
melunakinya, maka tibalah giliran buhku. Dengan demikian, secara tak temui benda-benda yang mahal
untuk mengerasinya. langsung kau ingin membunuhku.” harganya; intan, berlian dan mutia-

Aku akan merampas pisau itu, “ ra, yang semuanya memancarkan
Semua itu adalah akibat dari
di mana pun kau surukkan.” sinar berkilauan. Ketika saya me-
perbuatanmu juga.”
“ lihat pisau yang saya cari tergolek
Kau ingin merenggutkannya “
Bila demikian kuat tekadmu,
di salah satu sudutt bergegas saya
dengan kasar?” lakukanlah! Aku juga rela mati di

menghampirinya dengan girang.
Tak ada jalan lain!” tanganmu, demi hasrat memiliki
Tetapi, pas ketika jemari saya ingin

Berpikirlah dua kali, sebelum pisaumu itu.”
memungutnya, tiba-tiba mata pisau
tindakan itu kau lakukan.” Saya telah diberi kesempatan itu menantang dan siap hendak me-
Tiba-tiba Tifa menekur. wajah- untuk merenggut pisau itu dari nembus perut saya.
nya spontan berubah, murung! Ter- tempat persembunyiannya. Untuk “
Jangan sentuh aku. Biarkan aku
pancar jelas di situ, betapa besar itu lekas saya mengambil ancang-
berlabuh disini. Tempat ini sun-
keinginannya memiliki pisau saya ancang untuk menyelam; bersikap
gguh nyaman buat persembunyian
itu, dan tak ingin untuk lepas dari- sebagai seorang penyelam yang
terakhirku!” pisau itu bersuara.
padanya. akan menyelami sebuah “lubuk”
Dengan menggigil dan tanpa
“ yang belum saya ketahui berapa
Percayayalah, pisau itu tak keberhasilan, saya bergerak kem-
dalamnya; di mana di situ disem-
mungkin kau peroleh lagi. Ia telah bali ke permukaan lubuk. Memang,
bunyikan pisau pusaka nenek
bersembunyi jauh di lubuk hatiku tiada alternatif lain, kecuali membi-
moyang saya.
yang paling dalam,” ujarnya meme- arkan pisau pusaka itu berlabuh di
las. Dengan cekatan dan gerakan
lubuk hati Tifa.[]
“ terlatih, saya berhasil masuk ke
Aku tak mungkin pula meralat
dalamnya. Lubuk itu sungguh ind- Padang, Desember 1985
tekad. Mau tak mau ia akan kureng-

DASRIL AHMAD, lahir di Padang pada tanggal 25 Desember 1957. Menamatkan pendidikan di
Fakultas Sastra Universitas Bung Hatta, Padang. Menulis sejak tahun 1976 di berbagai media
cetak terbitan Padang dan Jakarta. Tulisan-tulisannya berupa esei, kritik, cerpen, cerita anak-
anak, wawancara, dan artikel kebudayaan antara lain dimuat di Harian Haluan, Singgalang,
Semangat, dan Padang Ekspres (terbitan Padang), dan Pelita, Berita Buana, Terbit, Swadesi,
Merdeka, Suara Karya, Tempo, Mingguan Mutiara dan majalah sastra Horison (Jakarta).
Aktif mengikuti berbagai diskusi dan seminar sastra-budaya yang diadakan di Indonesia, anta-
ra lain: “Temu Sastrawan dan Kritikus 1984” di TIM Jakarta; “Forum Puisi Indonesia 1987” di
TIM Jakarta; “Pertemuan Bahasa dan Sastra Wilayah Barat” di Pekanbaru (1986), dan berbagai
seminar bahasa, sastra dan budaya di Sumatera Barat.
Menyajikan makalah pada forum “Temu Kritikus Muda Sumbar-Riau 1986”, “Temu Kritikus Sastra se-Sumatera 1989”,
dan seminar “Perkembangan Kritik Sastra Indonesia di Sumbar” (1988), semuanya di Padang. Dua kumpulan cerpennya
yaitu; Debu (1986) dan Ngilu (1988) diterbitkan oleh Himpunan Mahasiswa Sastra Sumatera Barat (HMSSB) di Padang.
Menjabat Sekretaris Umum HMSSB (1985-1990), redaktur tamu pada rubrik sajak di ruangan budaya harian Haluan
(1991-1992). Selain menulis, ia juga pernah menjadi dosen luar biasa di Fakultas Adab IAIN Imam Bonjol Padang
(1998) dan Fakultas Sastra Universitas Bung Hatta (1998-1999). Ia juga kerap menjadi juri untuk lomba baca dan me-
nulis puisi yang diadakan oleh berbagai lembaga di Sumatera Barat. Kini, kakek satu orang cucu ini, aktif menulis esei
dan kritik sastra di berbagai media cetak dan online yang ada.

64 P U SAT NO. 11/2015


MASTERA

Ayat Rohaedi (Indonesia)

Pahlawan

Pahlawan ialah mereka yang berjuang Pahlawan ialah prajurit di garis depan
di setiap medan pertempuran memuntahkan peluru senapan
tanpa mengharap balas jasa, kepada musuh di muka.
lantaran sadar Jika mereka pulang,
bahwa semuanya pulanglah pemenang dari medan perang
adalah tugas yang dibebankan semua mengucapkan selamat datang.
ke pundaknya Jika sampai mereka gugur
untuk kemerdekaan tanah air, bumi pun bertabur bunga
kesejahteraan warga bangsa mengiringinya kembali
berdasarkan keadilan dan kebenaran kepada maha panglima,
atas nama Tuhan. sedang semangat serta jiwanya
adalah warisan yang tak terpadamkan
di dada tiap warga bangsa
yang mereka tinggalkan.

Pahlawan ialah petani


di sawah dan ladang
mengayun cangkul, membalik tanah
dengan bajak dalam-dalam.
Jika panen tiba
bumi pun bergetar saking gembira.
Jika diserang hama
hati yang pasrah
mengucapkan kerelaan
atas segala cobaan Tuhan.
Atau seorang purbakalawan
keluar masuk hutan
mendekul di atas runtuhan
sisa-sisa kebudayaan
yang diwariskan para pemula
kepada angkatan sesudahnya

Lem baran M aste r a 65


MASTERA
Atau nelayan di lautan,
mahasiswa di garba ilmiah,
penarik beca
bersenandung di jalanan,
pemetik teh di perkebunan,
dan segenap warga bangsa
yang berjuang
untuk kemerdekaan tanah air,
kesejahteraan warga bangsa,
berdasarkan keadilan dan kebenaran
atasnama Tuhan.

Adalah semuanya pahlawan


di setiap medan pertempuran

10 November 1965

AYATROHAEDI lahir di Jatiwangi, Majalengka, Jawa Barat, 5 Desember 1939. menyelesaikan


pendidikannya di Jurusan Arkeologi Fakultas Sastra UI (1964), kemudian memperdalam pen-
getahuan linguistik dan filologi di Universitas Leiden, Belanda (1971-1973), memperdalam
ilmu dialektologi di Universitas Grenoble III, Paris, Prancis. (1975-1976), terakhir meraih gelar
Doktor dari Universitas Indonesia (1978) dengan disertasi berjudul Bahasa Sunda di Daerah
Cirebon : Sebuah Kajian Lokabasa.
Mulai menulis puisi dan cerpen saat di SMA. Adik kandung sastrawan Ajip Rosidi ini dikenal
sebagai penyair yang berdaya humor tinggi. Namun demikian, humor-humor yang dilontar-
kannya itu tidak tercermin dalam puisi-puisi yang ditulisnya, melainkan tercermin dalam ob-
rolannya atau tulisan-tulisannya mengenai bahasa Indonesia.
Karya-karyanya antara lain, Yang Terpilih (cerpen, 1965), Warisan (cerpen, 1965), Panji Segala Raja (cerita anak, 1974),
Pabila dan di Mana (kumpulan sajak, 1977), dan Bahasa Sunda di Daerah Cirebon: Sebuah Kajian Lokabasa (disertasi
1978, diterbitkan 1985). Ia juga menulis karyanya dalam bahasa Sunda antara lain, Hujan Manggaran (kumpulan cer-
pen, 1960), Kabogoh Tere (novel, 1967), Pamapag (kumpulan sajak, 1972).
Selain menulis puisi, cerita pendek, dan roman. Ia juga menterjemahkan karya penulis lain, diantaranya : Puisi Negro
(bunga rampai, 1970), Senandung Ombak (novel, Yukio Mishima, 1976), Tata Bahasa dan Ungkapan Bahasa Sunda
(karya J. Kats dan R. Soeriadiraja, 1980) dan Tata Bahasa Sunda (karya D. K. Ardiwinata, 1985). Selain itu ia juga menjadi
editor buku Kepribadian Budaya Bangsa (kumpulan esai, 1986).
Dalam kumpulan puisi Pabila dan di Mana (1976), Ayatrohaedi menuangkan rasa kecintaannya yang dalam terhadap
lingkungan hidup. Kumpulan puisi yang diterbitkan oleh Pustaka Jaya ini memuat 59 puisi, yang dibagi ke dalam tiga
sub judul. Dalam Waktu Terjadi Gerhana memuat 30 puisi, Tanah Sunda Senja Hari memuat 20 puisi, dan Surat Akhir
Tahun memuat 9 puisi.
Pernah bekerja di Lembaga Purbakala dan Peninggalan Nasional di Mojokerto (1965-1966), menjadi pengajar di Fakul-
tas Sastra Universitas Padjadjara (1966-1967). Ditahun 1972, menjadi dosen Fakultas Sastra UI dan kemudian diangkat
menjadi Ketua Jurusan Arkeologi 1983-1987). Menjadi Pembantu Rektor Institut Kesenian Jakarta selama lima tahun
(1989-1994) serta menjadi Pembantu Dekan Bidang Akademik (1999-2000) di IKJ. Selain itu ia juga banyak terlibat
dalam kegiatan di bidang kebahasaan, kesusastraan, kesejarahan, kebudayaan dan kepurbakalaan.
Budayawan, sastrawan, linguis, sekaligus arkeolog Indonesia, Ayatrohaedi, wafat pada tanggal 18 Februari 2006, di
Sukabumi, Jawa Barat karena sakit.

66 P U SAT NO. 11/2015


MASTERA

Leon Agusta (Indonesia)

Pertanyaan Sialan
Meskipun kamu berenang di lautan air mata sendiri
Namun kamu terus bercanda dengan gelombang
Pergantian cuaca terasa perih, angin bertiup letih
Guguan pulau, koral di pantai dan karang jadi saksi

Dengan laut air mata kami menjaga terapungnya kapal-kapal


Bagi putra raja-raja dan para pelaut perkasa
Bagi yang berbulan madu, berlayar di bawah purnama
Bagi kapal sarat muatan menuju negeri-negeri yang jauh
Dan yang dating dengan aneka bendera megah berkibaran
Sesekali mereka menghadiahkan nyanyian menghibur kami:

“laut maha sakti, air mata jadi mutiara.”


“Sukmamu pengorbanan, khusuk lagi mulia.”
Nyanyian itu membius kami hingga lupa penyebab nestapa
Sampai di suatu ketika
Dalam sebuah selat antara tikungan beranjau karang
Di gugusan pulau menuju hamparan laut bebas terbuka
Seseorang di antara kami bertanya:
“Bagaimana kalau kita berhenti menangis?”
Suaranya lantang

Kami terkesip. Saling pandang memperdalam senyap


Hingga kemudian pelahan terdengar seseorang menyanyikan
Seuntai canto tentang doa dalam air mata yang membeku
Nyanyian it bergaung menjelmakan panduan suara jemaah
Lantunannya bersautan sebait demi sebait
Maka air mata pun reda, dan laut raib perlahan-lahan
Puncak karang bermunculan membentuk watas baru

Di atas kapal yang kandas terdengar amarah yang riuh


“Ada apa?” “Mereka berhenti menangis.”
Juru mudi, awak kapal dan penumpang saling teriak
“Kenapa?” “Jangan biarkan mereka berhenti menangis.”
“Bikin mereka takut.” Bikin mereka melolong.”
“Kuliti merka dengan cambuk.” “Gas air mata, cepat”

Lem baran M aste r a 67


MASTERA
Maka orang-orang di atas kapal itu pun mengayunkan cambuk
Menyemprotkan gas air mata dengan semangat para algojo
Tapi angin telah jadi badai dan badai telah jadi topan
Cambuk, gas air mata menggasing gila dalam cuaca
Tombak yang meeka lemparkan, pedang yang mereka ayunkan
Hanya mengoyak udara atau melukai sesama mereka
Awak kapal jadi belingsatan menyaksikan kapal yang kandas
Haluannya tertancap di puncak karang yang tajam
“Ini bermula dari sebuah pertanyaan,” kata si juru mudi
“Ya, pertanyaan sialan itu.”
“Ya, aku juga sempat mendengarnya. Dan nyanyian itu.”
Mereka sangat gundah, percakapan terdengar seperti desah
Mereka tak mengerti nyanyian canto yang mereka dengar
Mereka tak mengerti bagaimana pertanyaan sialan itu muncul
Dan selalu disambut dengan paduan suara jemaah

Masa pun berganti. Kami masih milik waktu


Orang-orang di atas kapal itu segera berganti topeng
Sesekali mereka muncul dalam kisah-kisah sebagai tokoh
Yang bersaksi tentang lautan airmata dan prahara

1995

LEON AGUSTA lahir di Sigiran, Maninjau, Sumatera Barat pada tanggal 5 Agustus 1938. Dalam perjala-
nan karirnya yang panjang, ia pernah menjadi guru SGB (Sekolah Guru B) di Bengkalis (1959), pemimpin
Bengkel Teater Padang (1972), dan pernah menjadi anggota serta Ketua Dewan Kesenian Jakarta.
Selain menulis di beberapa media massa di Indonesia dan di luar negeri sejak tahun 50-an hingga kini,
ia telah menerbitkan kumpulan sajak “Monumen Safari “ tahun 1966, kumpulan sajak “Catatan Putih”
tahun 1975, novel Di Bawah Bayangan Sang Kekasih tahun 1978, kumpulan sajak “Hukla” tahun 1979,
“Berkemah dengan Putri Bangau” tahun 1981, dan kumpulan cerpen “Hedona dan Masochi” tahun 1984.
Karya-karyanya telah diterjemahkan ke dalam beberapa bahasa di Eropa, Asia, maupun Amerika.
21 Januari sampai 20 Juli 1970 menjalani hukuman di penjara Tanah Merah Pekanbaru setelah per-
mohonan grasinya dinyatakan ditolak. Pengadilan berlangsung 11 tahun sebelumnya, 14 Oktober
1959 di Bengkalis. Sejumlah sajaknya yang ditulis selama menjalani hukuman dimuat dimajalah sastra HORISON edisi Desem-
ber 1970. Tahun 1974, sewaktu terjadi peristiwa Malari, ia sempat ditahan, 16 Januari sampai 16 Februari di Padang.
Ia merasa ada yang kurang benar bila ada orang menyebutnya penyair. Suatu ketika dalam sebuah perbincangan yang bagai
tak sengaja seorang wartawan menyebutnya penyair, ia langsung mengelak. “Bukan. Saya bukan seorang penyair. Saya hanya-
lah utusan kata-kata”. Alasan kenapa ia merasa ada yang kurang benar bila disebut penyair karena ia merasa hanya berperan
sebagai penyair; itu pun dalam sebagian kecil saja dari kehidupannya. Selebihnya, yang jauh lebih menyibukkan adalah peran
sebagai manusia biasa, kepala keluarga dan warga masyarakat biasa. Namun demikian justru di sanalah embrio puisi bermu-
kim. Apakah dalam peran sebagai penyair itu ia berhasil atau tidak, sejarah jualah yang menentukan.
Leon sedikit menjelaskan, menulis puisi baginya seringkali merupakan pertemuan dalam kenangan dan kerinduan pada
orang-orang yang tak mungkin terlupakan. Corak pengalaman dan nuansanya pun beragam. Ini membuat ia seperti me-
napaki kembali jejak pengembaraan yang sudah lewat, mengemasi remah-remah kehidupan untuk disimpan dalam ka-
ta-kata. Pertemuan berlangsung dalam dunia dengan suasana yang mungkin sangat berbeda yaitu dunia penciptaan; se-
buah dunia imaginasi yang bergantung pada arah pengembaraan kata, kekuatan estetik, inti intensitas dan kejujuran.

68 P U SAT NO. 11/2015


PUMPUNAN

Samaris
dalam Facebook Bisatera Mastera
Abdul Rohim

J JEJARING SOSIAL, seperti facebook merupakan sarana pilihan yang baik—


walaupun bukan sarana vital—untuk menggauli karya sastra secara sun-
gguh-sungguh sehingga dapat menghasilkan daya kreatif baru sebagai ha-
sil dari proses memahami dan menyerap makna yang terkandung dalam
sebuah karya sastra. Mudahnya mengakses facebook membuat banyak
kalangan, termasuk sastrawan tertarik untuk bergabung, karenanya tidak
mengherankan kemudian bermunculan penulis pemula yang turut mera-
maikan situs facebook dengan memublikasikan karya-karyanya. Semar-
aknya publikasi karya di facebook memungkinkan terjadinya komunikasi
timbal balik antara penulis dengan pembaca yang dapat membangkitkan
semangat untuk terus berkarya.
Facebook sebagai salah satu situs jejaring sosial memang menjadi ruang
baru bagi para sastrawan tanah air dan pemerhati untuk turut menggu-
nakannya sebagai media sosialisasi dan interaksi sastra. Akan tetetapi
polemik mengenai mutu karya sastra yang ada di facebook masih terus
berkembang. Telah banyak tulisan dan diskusi yang mengupas masalah
ini. Tulisan ini mencoba melihat satu sisi positif yang ditimbulkan oleh
facebook, yaitu gairah kepenulisan masyarakat yang meningkat tajam. Hal
ini dibuktikan oleh ratusan puisi dan cerpen yang diunggah tiap harinya
oleh para penulis pemula, melengkapi karya-karya pengarang dan penyair
kawakan tanah air.

P U S A T N O . 11/20 1 5 69
Pumpunan
Di antara para penulis muda gantung kepada kemampuan intuisi atau yang populer dengan nama
yang sangat getol memosting karya dan intelektual si penulis itu sendi- Apsas, dan yang paling serius salah
sastra di Indonesia adalah perkum- ri, dan dapat diterima atau tidaknya satunya adalah media sastra online
pulan alumni Program Penulisan syair itu di kalangan pembacanya. seperti sibersastra.com yang dibuat
MASTERA dalam group BISATERA pada 2000. Para pegiat sastra di du-
(Bilik Sastra Asia Tenggara). Karya nia maya tersebut memiliki cita-cita
Greget Sastra Siber
sastra yang mereka unggah ke face- untuk menjadikan internet sebagai
book lebih difokuskan kepada sajak
di Indonesia wadah menciptakan bentuk karya
lima baris (Samaris) dalam format Endaswarsa (2008:183) me- sastra yang berbeda dari yang su-
silabel 6 dan 9. Silabel 6 dan 9 me- ngatakan bahwa sastra siber me- dah pernah ada sebelumnya.
lambangkan kebersamaan bangsa nyangkut akti itas sastra yang me-
Layanan penyedia blog gratis
anggota MASTERA (Majelis Sastera manfaatkan komputer atau inter-
seperti blogspot, wordpress dan
Asia Tenggara) untuk memajukan net. Kata sastra siber berasal dari
multiply semakin menyemarakkan
sastra serumpun ke pentas dunia bahasa Inggris, cyber literature.
kegiatan sastra di dunia maya dan
yang berwibawa. Sejauh mana face- Istilah siber (cyber) memang tidak
menyebabkan mengalami perlu-
book berperan dalam menggairah- berdiri sendiri, akan tetetapi sering
asan pembaca dan penulis seiring
kan penulisan sastra dan seperti terjalin dengan kata lain seperti
dengan makin terbukanya medan
apa karya sastra yang ada di BISA- cyberspace, cybernate, dan cyberne-
sosial akibat globalisasi. Demokra-
TERA? Penulis mencoba merumus- tics. Cyberspace berarti ruang (ber-
tisasi hadir melalui tawaran tekno-
kan dan menjawab dua masalah ini komputer) yang saling terjalin dan
logi informasi berupa jalur komuni-
melalui pendekatan teori prosidi membentuk budaya di antara me-
kasi yang mudah, cepat, dan massal.
C. Hooykas dari sumber data karya reka. Sibernate diartikan sebagai
Semua orang boleh nimbrung dan
puisi/sajak para penulis dalam pengendalian proses menggunakan
berkomentar tentang dunia sastra.
group facebook BISATERA sehing- komputer. Sementara itu siberne-
Slogan Komunitas Bunga Matahari
ga diharapkan mampu menjawab tics mengacu kepada system ken-
yang berbunyi “Semua Orang Bisa
segelintir dari banyaknya persoa- dali otomatis, baik dalam sistem
Berpuisi”, seolah turut mengamin-
lan seputar karya sastra yang bere- komputer (elektronik) maupun
kan hal ini. Selain itu munculnya si-
dar di dunia maya. Walaupun data jaringan syaraf. Sastra siber juga
tus jejaring sosial seperti friendster,
penulisan ini tidak mewakili popu- sering di sebut dengan istilah e-li-
Hi5, MySpace, plurk, fupei, menam-
lasi sastra siber Indonesia, tetapi terature.
bah ruang bagi masyarakat untuk
hasilnya semoga bermanfaat bagi Greget sastra siber di Indone- eksis di kegiatan tulis menulis di
perkembangan sastra siber di Nu- sia baru terasa pada sekitar tahun dunia maya, selain fungsi utamanya
santara. 1997. Saat itu mulai bermunculan untuk mencari jejaring dan perte-
Tulisan ini adalah kajian des- situs-situs pribadi yang mencoba manan.
kriptif menggunakan pijakan teori mengangkat sastra ke dunia maya.
Tidak heran bila hari ini, jika
sastra lama C. Hooykas tentang pro- Sebut saja afrizalmalna.bigfoot.com
Anda rajin berselancar di dunia
sidi sebagai salah satu bagian puiti- (dibuat pada tahun 1998); tau ik.is-
maya, Anda akan menemukan beta-
ka yang membahas tentang matra, mail.com (dibuat pada tahun 1999);
pa bergairahnya kegiatan sastra di
rima, irama, larik, dan bait dalam titiknol.com (dibuat pada 2001); sri-
internet. Apalagi semenjak adanya
sajak atau syair (Sham,1995:212). ti.com, dan ekakurniawan.com (di-
situs jejaring sosial yang sangat fe-
C. Hooykas menyebutkan bahwa buat pada 2001). Selain itu muncul
nomenal, facebook. Situs jejaring
baris-baris syair yang baik seku- pula milis atau tempat diskusi di
sosial yang telah beranggotakan
rang-kurangnya terdiri dari dela- dunia maya seperti MS—Penyair
kurang lebih dari 200 juta jiwa ini
pan sampai sebelas atau dua belas (1999), Gedong Puisi (1999), Puisi
turut memberikan kesempatan
sukukata yang biasanya terdiri atas Kita (1999), Komunitas Bunga Ma-
bagi siapa saja terutama mereka
empat perkataan. Baik atau tidak- tahari (dibuat tahun 2000), Bumi
yang akrab dengan internet secara
nya sebuah syair, tentu sangat ber- Manusia (2001), Apresiasi Sastra,
bebas memanfaatkan berbagai fa-

70 P U SAT NO. 11/2015


Pumpunan
silitas dan aplikasi yang tersedia di Kristoling itu batu akik pelopori oleh Brunei Darussalam,
sana, termasuk berbincang seputar Warnanya indah dan Indonesia, Singapura dan Malay-
sastra secara interaktif tanpa berte- mengkristal sia. Dalam Forum BISATERA para
mu muka. kan membawa kewibawaan anggota bebas mengekspresikan
Bagi setiap yang pemakai kreativitasnya dalam bentuk sajak/
Kristoling: kristal, botol, beling puisi yang diposkan di wall uta-
Sastra Facebook:
ma. Anggota bisa juga memposkan
Bentuk dan Kualitas karya sastra lainnya seperti iksi
#‎s99
Awalnya kehadiran cerpen dan mini, cerpen, novel, drama, mono
Dibalik bola mata indah
puisi di internet diyakini oleh be- drama (monolog), tetapi harus
ada noda yang lama timbul
berapa kalangan hanya sebagai ke- dalam kolom ile yang tertera di
menjadikanmu Cleopatra
ranjang sampah. Karya sastra yang tertawa di atas derita atas. Anggota tidak bisa begitu saja
dimuat di internet diklaim sebagai insan tertindas memposkan sajaknya secara bebas
kumpulan dari karya yang tidak melainkan harus melewati tahap
lolos di meja editor koran karena pembuatan SAMARIS (Sajak Lima
mutu karya yang rendah. Ada pula #‎S69 Baris) yang banyak. Setelah mem-
yang beranggapan bahwa sastra di Pagi hingga malam buat SAMARIS minimal 100 buah,
dunia maya tidak lebih dari hanya deru motor memecah kota barulah anggota boleh memposkan
sekadar meng-online-kan karya mencari muatan bentuk sajak apa saja asalkan karya
sastra, sekadar memindahkan me- tuk hidupi keluarganya
sendiri.
dia konvensional, yaitu dari koran ojeg oh ojeg
ataupun buku ke media baru, yaitu
Seni Samaris
internet. Masalah mutu dan kualitas
#‎S66 Pada mula penciptaan SAMARIS
karya memang menjadi pertanyan
Di atas sajadah
besar. Persolan seputar mutu dan (sajak lima baris) setiap baris ber-
sujudku membasah
kualitas karya sastra yang ada di jumlah 9 suku kata kecuali baris ke
saat jiwa pasrah
internet kemudian memunculkan 5 yang membebaskan penulisnya
di kuasa Allah
berbagai polemik berkepanjangan menggali berkah untuk membuat jumlah suku kata
di antara para pengamat sastra. yang diinginkan asalkan masih tetap
dalam satu baris. Alam mempunyai
Lalu bagaimana karya sastra
#‎S99 8 penjuru arah mata angin yaitu ba-
yang ada di facebook? Sebelum
Kutuliskan samaris cinta rat, timur, utara, selatan, barat daya,
berbicara lebih jauh mengenai
untuk kamu wahai jelita barat laut dan tenggara, jika ditam-
karya sastra seperti apa yang ada di
pesonamu tiada dua bah dengan porosnya atau tanah
dalam facebook, saya ingin sedikit
lebih elok dari rembulan tempat berpijak, jumlahnya menjadi
menampilkan cuplikan karya di si- matahari pun lewat 9. Itulah mengapa angka 9 sangat
tus pertemanan BISATERA berikut
ditekankan dalam samaris. Dari 8
untuk diperhatikan. #‎ywm2015
penjuru arah mata angin ada 4 arah
Untuk: Estee Fuziana
mata angin yang utama yakni: Barat,
#‎S99
Timur, Utara, Selatan. Ditambah den-
sapa teman kantorku pedas
gan titik sentral (poros) tempat kaki
sajak BISATERA tak pantas BISATERA (Bilik Sastra Asia
jawabku ringan dengan berpijak jumlahnya menjadi 5 titik.
Tenggara) Dari situlah awal kelahiran SAMA-
tangkas
samaris bukan sajak bebas BISATERA adalah ruang sajak RIS [Sajak Lima Baris]. Dari angka 9
berpola pada teori hooykas bagi masyarakat pencinta sastra datanglah angka 6 yang merupakan
Asia Tenggara baik yang sudah ma- saudara yang datang dari arah yang
#‎SL99 tang maupun pemula yang sedang berlawanan namun berasal dari satu
KRISTOLING belajar menulis karya sastra. Di- bentuk yang akan tampak berbeda

P U S A T N O . 11/20 1 5 71
Pumpunan
jika dibolak -balik tata peletakannya. 6 dan 9, maka bisa bereksperimen karakter samarisnya. Dalam sa-
Angka 9 dan 6 boleh dikatakan sau- dengan angka-angka lainnya tapi maris yang berbait-bait bisa teguh
dara kembar. Maka dari itu SAMA- diusahakan memakai hastag #‎SN42 pada satu format dan boleh juga
RIS mempunyai format penulisan - #‎SN97 - #‎SN88 - SN101 dan sete- gabungan dari berbagai format. Sa-
yang tidak bisa meninggalkan angka rusnya tetapi masih dalam 5 baris. maris didedikasikan untuk semua
9 atau 6. SAMARIS bisa berformasi Dan jika karyanya lebih dari 5 ba- kalangan pencinta dan penikmat
9999+ dengan hastag #‎S99, forma- ris berusahalah dengan memakai seni sastra. Marilah kita sama-sama
si 6666+ (#‎S66), formasi 6969+ hastag #‎SB99 - #‎SB66 dan seterus- bersamaris dengan berbagai tema
atau 6699+ atau 6996+, ketiganya nya. Sekarang marilah kita berpijak serta pesan.
ditandai dengan hastag #‎S69. For- pada 6 dan 9. Demikianlah cara BISATERA
masi 9696+ atau 9966+ atau 9669+ Mengapa arah mata angin men- berinteraksi dengan penikmat me-
menggunakan hastag #‎S96. Jika se- jadi patokan pada seni samaris? lalui puisi samarisnya. BISA-TERA
buah samaris mempunyai jumlah Memang kita bukan angin, tetapi Secara lugas dan terbuka berbagi
suku kata yang sama pada kelima kita tetap mempunyai arah dalam dengan para facebooker lainnya
barisnya, maka itu disebut samaris hidup. Kita menggali/mendapat se- mengenai puisi-puisi yang dicip-
murni dan sebaiknya memakai tan- suatu dari ke 8 penjuru arah mata takan, bagaiman proses kreatifnya
da #‎S99M untuk format 9999 dan angin dan kita pun memberikan se- bermula. Dari percakapan yang
#‎S66M bagi yang berformat 66666. suatu pada ke 8 penjuru arah mata terjalin melalui facebook, penulis
Jika samaris anda mengandung un- angin. Kita saling memberikan dan berhasil mewawancarai admin/
sur humor atau jenaka sebaiknya saling mendapatkan. Kedelapan narasumber secara tidak langsung
ditambahkan huruf L diujung hastag arah itu adalah saudara kita seperti mengenai proses kreatifnya terse-
seperti #‎SL99 #‎SL66 #‎SL96 #‎SL69 angka 6 dan 9 beda tetapi pada su- but. Ia mengaku walau diksi yang
#‎SL99M #‎SL66M dan seterusnya. dut lain bisa sama. ada dalam puisinya terlintas begitu
Mari kita lekatkan jiwa kita dan Samaris bisa menggunakan ju- saja ketika ia mulai menulis. Ia ber-
berusaha akrab dulu dengan sama- dul dan boleh juga tanpa judul. Sa- prinsip, tulis saja!
ris 6 dan 9. Jika suatu saat ada yang maris bisa dibuat lebih dari 1 bait
merasa jenuh dengan keberadaan tetapi jangan sampai kehilangan Kelebihan dan Kekurangan
Sastra Facebook
Sastra siber di dunia maya, juga
termasuk yang ada di facebook me-
mang mampu memangkas birokra-
si sastra. Sebuah karya tidak perlu
melewarti dewan redaksi khusus
yang akan memilah mana karya
yang layak dan mana karya yang
tidak layak untuk dipublikasikan.
Semua diserahkan kepada sidang
pembaca untuk menilai, memilih
karya yang mereka sukai
Fasilitas’ tag’ yang disediakan
oleh facebook memungkinkan seti-
ap anggotanya untuk men’tag’ atau
mengirimkan puisi yang dia buat
kepada orang lain untuk dikomen-
tari. Orang-orang tersebut biasanya
berasal dari pengamat sastra yang

72 P U SAT NO. 11/2015


Pumpunan
pengarang kenal atau mereka yang baku yang mengukur sejauh mana yang diberi komentar. Bukankah
dianggap lebih berpengalaman sebuah karya sastra bermutu atau hal ini merupakan bentuk interak-
dalam dunia tulis menulis sastra. tidak. Suatu bentuk demokratisasi tivitas yang luar biasa? Keinterak-
Orang yang di’tag’ kemudian akan yang luar biasa yang tidak dimili- tifan ini kurang bisa dipenuhi oleh
punya semacam tanggung jawab ki oleh media penerbitan cetak di situs multiply, wordpress, juga blo-
moril untuk mengometari puisi mana pun. Kebebasan yang dibe- gspot karena untuk mengaksesnya
tersebut. Terjadilah komunikasi rikannya kepada siapa saja untuk di-perlukan ponsel pintar khusus
timbal balik dan integrasi antara menulis sastra tanpa memperma- dengan kapasitas memori ponsel
pengarang dan pembaca. Tahap salahkan “jam terbang” karier ke- yang juga besar karena situs-situs
ini disebut sebagai sentuh estetik penulisan mereka. tersebut memerlukan perangkat
ilmiah (Mahayana, 2005: 37) Ta- Selain itu facebook dapat men- dengan kapasitas bandwith yang
hap di mana pembaca memasuki jadi gerbang sastra Indonesia me- besar, yang biasanya hanya dimiliki
proses penghayatan dan seoolah- nuju ke dunia internasional, men- oleh komputer. Bagi mereka yang
olah berinteraksi dengan teks. Jika jadi warga sastra dunia. Dengan tidak memiliki komputer pribadi
teks sastra tersebut adalah puisi hanya sekali’ klik’, karya yang di- yang terkoneksi langsung dengan
maka pembca berintegrasi dengan posting oleh seseorang bisa dinik- internet, tentu saja hal ini cukup
citraan, dan jika novel atau drama, mati oleh ratusan orang facebooker merepotkan karena menuntun yang
maka pembaca akan berintegrasi lainnya di belahan bumi mana pun bersangkutan untuk menyediakan
dengan tokoh dalam serangkaian yang terkoneksi internet. Dengan waktu khusus guna menyambang
peristiwa. Pembaca sebagai penik- satu syarat tentunya, yaitu adanya internet sekadar melihat komentar
mat bisa saja merasa terhibur dan tahap translasi ke bahasa asing ter- atas karya yang ia posting di blog
senang setelah membaca karya lebih dahulu. Hal ini perlu menda- pribadinya.
tersebut, tersentuh nuraninya, bah- pat perhatian khusus lebih jauh. Terlepas dari berbagai kele-
kan mengambil pelajaran. Bentuk bihan yang dimiliki facebook, ter-
Satu kelebihan lain yang dimi-
apreasiasi yang cepat dan lang- dapat pula kelemahan yang masih
liki facebook adalah situs ini bisa
sung inilah yang membuat banyak menjadi pertimbangan dari banyak
diakses tidak hanya dari seperang-
penulis memilih facebook untuk pihak, terutama mereka yang mem-
kat komputer yang terko-neksi
memperkenalkan karyanya ke kha- pertimbangkan aspek inansial.
dengan jaringan internet semata,
layak pengguna facebook. Berbeda Dalam facebook belum disediakan
tetapi juga dapat diakses melalui
halnya ketika karya tersebut di- space untuk iklan yang memung-
ponsel penggunanya, ka-pan pun
muat di media cetak seperti buku, kinkan pihak pengiklan memajang
dan di manapun. Ponsel yang mam-
kumpulan puisi ataupun koran. produknya di halaman faceboo-
pu menyediakan layanan facebook
Pengarang tidak hanya mesti me- ker, berbeda dengan wordpress,
pun tidak perlu canggih seperti
nunggu berminggu-minggu sampai blogspot, dan multiply. Selain itu
ponsel Iphone 3G keluaran Telkom-
karyanya dimuat (apabila dianggap facebook hanya bisa diakses oleh
sel, Nokia E Series, Samsung Expe-
layak oleh editor) tetapi dia juga ti- kalangan netter dan mereka yang
ria atau ponsel semutakhir Black-
dak tahu bagaiman rekasi pembaca memilik akses informasi yang tidak
berry. Cukup melalui ponsel yang
terhadap karyanya itu. terbatas. Penikmat sastra di dae-
ditunjang oleh layanan berba-sis
Pada facebook, sifat sastra du- web dan GPRS, masyarakat sudah rah terpencil tentunya tidak bisa
nia maya juga berlaku, yaitu kecepa- bisa mengakses situs per-temanan menikmati facebook bila jaringan
tan (speed), kekinian (immediacy), ini. Pengarang setiap saat bisa me- internet belum memasuki wilayah
bersifat langsung, tanpa jeda, ada meriksa komentar pembaca menge- tempat ia bermukim.
link yang memungkinkan setiap nai puisinya melalui noti ikasi yang Kekurangan facebook lainnya
hal bertaut, dan hal yang paling masuk ke halaman beranda face- adalah karya-karya yang ada di
utama adalah interakti itas yang book yang ia miliki. Dengan hanya sana merupakan bentuk dari feno-
mampu melibatkan publik secara sekali klik, si pemberi komentar mena kesekilasan dan serba instant.
intens. Selain itu, tidak ada aturan langsung bisa mengetahui reaksi Bagaimana tidak, dalam satu wak-

P U S A T N O . 11/20 1 5 73
Pumpunan
tu bersamaan, seorang facebooker ingin menggeluti sastra secara seri- takan. Dalam kaitannya dengan hal
akan ‘diserbu’ banyaknya informasi. us, bentuk protes sosial, empati hu- ini, semakin luas pengalaman, pen-
Serbuan puluhan bahkan ratusan manisme, atau sekadar keisengan getahuan, dan wawasan pengarang,
informasi ini menimbulkan kek- dan uneg-uneg yang menggunakan tentu saja akan semakin luas dan
hawatiran tersendiri bagi penulis rangkaian kata-kata indah? kompleks pula persoalan yang ia
karena bisa jadi, facebook meren- tampilkan melalui karyanya. Karya
ggut kemampuan penggunanya un- yang dibuat secara asal akan ditin-
Penutup
tuk melakukan re leksi. Komentar ggalkan oleh pembaca, dalam hal
Hadirnya facebook adalah ke-
yang ditujukan pada sebuah karya ini facebooker.
sempatan yang bagus bagi para
yang dipublikasikan oleh faceboo- Sejauh ini memang belum dite-
penulis alumni Program Penulisan
ker lainnya misalnya, bisa jadi lahir mukan bentuk khas dari sastra siber.
MASTERA untuk mengantarkan
dan ditulis tanpa melalui pertim- Dunia maya masih menjadi sebatas
sastra Nusantara ke ranah sastra
bangan yang matang, dan penghaya- wadah atau media untuk memubli-
dunia. Sebuah harapan yang besar
tan karya yang mendalam. Hal ini kasikan karya sastra, transformasi
memang. Akan tetapi bila harapan
disebabkan oleh adanya stimulus bentuk cetak ke internet. Akan te-
itu disertai dengan keseriusan dan
yang maha besar dan harus mem- tapi bila ditekuni, ini semestinya
niat yang tulus untuk memajukan
berikan respon dengan maha cepat menjadi jalan yang terbuka bagi
sastra Nusantara, harapan tersebut
pada saat itu juga karena banyaknya kita untuk lebih mengenalkan sas-
bukanlah suatu hal yang mustahil.
informasi yang ia terima dan ingin tra Indoenesia pada khlayak dunia
Selama kebebasan mencipta dan de-
dia tanggapi dalam waktu yang ber- pada umumnya. Dengan hanya se-
mokratisasi dijungjung tinggi, sastra
samaan. Bayangkan saja bila setiap kali ‘klik’, karya yang diposting oleh
Nusantara di facebook akan mene-
saat facebooker menerima informasi seseorang bisa dinikmati oleh ra-
mukan jati dirinya suatu hari kelak.
baik melalui beranda halaman face- tusan orang di belahan bumi mana
Hal ini tentu saja menuntut perha-
booknya, melalui dinding atau ‘wall’ pun yang terkoneksi internet.
tian dari banyak pihak yang tetarik
nya atau pun “wall” orang lain, juga
pada sastra Nusantara mem-bentuk
status yang baru saja dimuktakhir-
kan oleh teman-teman facebooker-
sastra tahan banting yang mampu Daftar Pustaka
memberikan penilaian objektif. Endaswara, Suwardi. 2008. Meto-
nya. Itu belum termasuk surat/info
yang masuk melalui “kotak pesan BISATERA (Bilik Sastra Asia do-logi Penelitian Sastra. Edisi
yang biasanya dikirim dari grup- Tenggara) yang dipelopori nega- Revi-si: Epistemologi, Model,
grup/komunitas yang mereka ikuti ra Brunei Darussalam, Indonesia, Teori, dan Aplikasi. Jakarta: Me-
di facebook. Banyaknya informasi Singapura, dan Malaysia hakikat- dia Pressindo.
yang datang pada waktu bersamaan nya merupakan ruang sajak lima Khoiri, Ilham dan Suwarna, Budi.
membuat penggunanya tidak punya baris (SAMARIS) bagi masyarakat 2009. “Sastra Pun Berdiaspora”,
cukup waktu untuk mencerna infor- pencinta sastra Asia Tenggara baik Kompas, Edisi Minggu 11 Janua-
masi tersebut lalu memberikan res- yang sudah matang maupun pe- ri 2009, halaman 17.
pon yang tepat. Serangan informasi mula yang sedang belajar menulis
Mahayana, Maman S. 2005. 9 Jawa-
yang bertubi-tubi itu tidak membe- karya sastra. Dalam Forum BISA-
ban Sastra Indonesia: Sebuah
ri bagi penggunanya untuk ber i- TERA para anggota bebas men-
Orientasi Kritik. Jakarta: Bening
kir secara jernih, berempati secara gekspresikan kreativitas sajak lima
Publishing.
tulus, dan bertindak tepat untuk barisnya dan diposkan di wall uta-
Sham, Abu Hassan. 1995. Syair-
menyikapinya. ma. Walau produk utamanya sajak
Syair Melayu Riau. Kuala Lum-
lima baris, anggota bisa juga mem-
Satu hal lagi, adalah aspek pur: Perpustakaan Negara Ma-
poskan karya sastra lainnya.
keseriusan yang masih menjadi laysia.
pertanyaan bagi kalangan pen- Intelektualitas pengarang atau-
gamat sastra. Apakah karya yang pun penulis sastra di facebook akan
dipublikasikan itu murni karena terbaca dari mutu karya yang ia cip-

74 P U SAT NO. 11/2015


SECANGKIR TEH

Jalan Konsistensi Suparto Brata


F. Moses

Kadang (mungkin) oleh sebagian orang, menulis

M
elindap entah ke mana si
dianggap sebagai angin lalu saja, iseng, dan penulis itu. Lantas, di ma-
bahkan sekadar mengisi waktu luang. Tidak hanya nakah konsistensi konk-
itu, aktifitas menulis bahkan dianggap sekadar ret bagi seorang penulis?

eksistensi belaka. Maksudnya, setelah seorang Menyoal di atas, rasa-rasanya,


baiklah kalau kita mengingat kem-
menulis lalu dimuat pada sebuah media atau
bali pencapaian seorang sastrawan
sudah dianggap cukup baginya menjadi sebuah bernama Suparto Brata, kelahiran
buku, setelah itu selesai. Surabaya, 27 Februari 1932, dari
pasangan berdarah Surakarta Ha-
diningrat. Konsistensinya sebagai
penulis, suatu ketika pernah dika-
takan Suparto, “Bukan bagaimana
caranya berhasil setiap kita berpro-
ses kreatif dalam menulis, melain-
kan bagaimana caranya kita berse-
tia. Tentunya dengan tekun, terus
mau belajar, dan terus berpikir.”
Fokus dan terus berjalan di du-
nia sastra, lelaki yang pada 2012
lalu genap 80 tahun, karier kepenu-
lisannya kian matang. Seperti buah
dari ranum pohon silam berakar
getir-pahit menanggung beban hi-
dup. Getir lantaran Suparto semasa
sekolah sempat tersendat kala Pro-
bolinggo diserbu tentara Belanda,
membuatnya mesti berpindah ke
Surabaya untuk menempati rumah
kosong milik keluarga yang diting-
gal mengungsi.

P U S A T N O . 11/20 1 5 75
Secangkir teh
Sementara kakaknya yang seper- hun 1958 ia memenangi sayembara Suara Rakjat, Trompet Masyarakat,
ti biasa mena kahi diri dan ibunya menulis cerita sambung berbahasa Jawa Pos, Sinar Harapan, Indonesia
mesti kembali ke sekolah tempatnya Jawa di majalah Panjebar Seman- Raya, Kompas, Suara Karya, dan Re-
bekerja di Eindhoven (Belanda). Se- gat; Mekar Sari, Jaya Baya, Djaka publika.
jak itu, Suparto tidak mendapat tan- Lodang, Jawa Anyar, dan Dharma Salah satu karya menarik dari
ggungan lagi. Hal itu memaksanya Nyata. Sejak itulah karangannya Suparto di antaranya adalah novel
berjuang dalam pahitnya hidup, Su- dalam bahasa Jawa terbit bertubi- “Saksi Mata” (2002). Sastrawan
parto harus mencari na kah sendiri. tubi. Hingga pada 2007, dari 125 ju- lintas tiga zaman ini cukup detail
Pada saat itulah ia mencoba menulis dul karya Suparto, 45 judul di anta- dan subtil meliriskan berbagai la-
karangan, tetapi karyanya pun sela- ranya berbahasa Jawa. Dari menulis tar dengan bagus dan tajam. Tidak
lu dikembalikan oleh redaksi pener- dan menerbitkan karya dalam ba- hanya itu, berbagai tempat/dae-
bitan karena tak layak dimuat. “Saya hasa Jawa itulah ia mendapat Ha- rah pendukung latar cerita pada
telah mengarang sejak tahun 1950. diah Rancage 3 (tiga) kali. karyanya itu juga masih bisa dite-
Ketika itu lantaran terpaksa mesti Begawan sastra Jawa ini pun ta- lusuri keberadaannya. Sebuah riset
mencari na kah untuk hidup, dan jam memaparkan proses menulis- yang menarik. Sebuah kajian ber-
mengarang sebagai pilihan saya,” nya. Ia mengakui bahwa proses sejak bungkus cerita tak main-main dari
katanya dalam sambutan peneri- 1950-an itu terasa kian membuka ja- seorang Suparto Brata.
maan S.E.A. Award, 2007. lan konsistensinya sejak 1952, tatka-
Dalam proses menulis, Supar- la karangannya berhasil diterbitkan ***
to memang tidak patah semangat, di sebuah surat kabar. Betapa riang
Suparto Brata sadar, dunia me-
berguru pada pengalaman selalu karyanya terpublikasi. Syahdan, mes-
nulis yang ia jalani akan selalu untuk
dilakukannya. Ia terus mencoba dan ki bersanding dengan rutinitasnya
belajar dan berproses. Karena meski
melaju. Hingga pada 1952, ketika terhadap pekerjaan lain, mengarang
telah menghasilkan seratusan lebih
bekerja di Kantor Telegrap, baru- baginya memang tak dapat dilepas-
karya, dari kesemuanya itu tak satu
lah karangan-karangannya dimuat kan dalam derap kehidupannya. Hal
pun pernah dicetak ulang maupun
di Surat kabar. Ia menulis apa saja, itu juga yang sejak dulu membuat tu-
diterjemahkan ke bahasa asing. Dari
bebas-merdeka tak terikat instansi lisannya kerap bermunculan di Maja-
situ, dengan tenang ia pun menga-
atau penerbit tertentu, tak bergan- lah Siasat, Mimbar Indonesia, Kisah,
takan, “Itu membuktikan bahwa
tung jenis tulisan atau tema apa Seni, Buku Kita, Sastra, Aneka, Vis-
karangan saya mutunya kacangan.
pun. Ia menulis berita, artikel, dan ta, Sarinah, Kartini, Putri Indonesia.
Barangkali, karena itulah sampai
iksi berupa cerita pendek, novel, Sampai hari ini, sastrawan tiga deka-
sedemikian usia saya. Bahkan saya
drama, naskah sinetron, serta buku de masih kerap menulis untuk surat
uzur. Bahkan saya pun belum per-
sejarah. Hasilnya pun bergeliat, ta- kabar Surabaya Post, Harian Umuum,
nah mendapat hadiah utama tingkat
nasional (Indonesia) dalam bidang
tulis-menulis,” katanya merendah.
Meski demikian, ia selalu me-
maklumi kenyataan itu. Hal itu
dibuktikan lantaran sampai seka-
rang, dari “tangan emasnya” Supar-
to masih bersetia menghabiskan
hari tuanya untuk menulis buku;
menulis yang baginya sebagai pe-
kerjaan sarat akan ibadah, amanah,
dan berkah. Semuanya mengalir
dengan sebuah kesetian dan kese-
riusan, tentunya. []

76 P U SAT NO. 11/2015


Secangkir teh
Karya Suparto Brata

1 Kaum Republik pemenang pertama baya, 1972) diterjemahkan ke dalam judul Tanahku, Darahku (1981). Bagian
Sayembara cerita sambung Panjebar bahasa Indonesia dengan judul sama kedua dimuat di Majalah Sarinah ber-
Semangat (1959). Judul diganti oleh dan dapat Inpres untuk bacaan SMA sambung dengan judul: Dalam Irama
Redaksi Jiwa Republik menjadi Lara 24 Surabaya Tumpah Darahku (CV. Bina Musim (Desember 1985)
Lapane Kaum Republik (CV. Ariyati, Ilmu Surabaya, 1978) 43 Memperebutkan Pusaka Jenggala (PT.
1965) Bina Ilmu, 1982)
25 Sisa-Sisa Kemarin (Pemenang Harapan
2 Tanpa Tlacak (CV. Setia Kawan Sura- I, sayembara menulis novel DKJ 1974) 44 Sugriwo Subali (Tga A Solo, 1983)
baya, 1962)
26 Harimau Mati Meninggalkan Belang 45 November Merah (PT. Bina Ilmu, 1984)
3 Katresnan Kang Angker (Setia Kawan (CV. Bina Ilmu Surabaya, 1978) diterjemahkan ke dalam bahasa Indo-
Surabaya, 1962), menggunakan nama nesia dari judul aslinya November
27 Oh, Surabaya (CV. Bina Ilmu Surabaya,
samaran Peni Abang
1975) dapat Inpres untuk bacaan SD
4 Pethite Nyai Blorong (CV. Ariyati Sura- 46 Pahlawan November (PT. Bina Ilmu,
28 Damarwulan (PT. Gramedia Jakarta,
baya, 1965), menggunakan nama 1985) pemenang I Lomba Naskah
1976) dapat Inpres untuk bacaan SD
samaran Peni. Dibukukan ulang oleh Buku Anak-Anak Penerbit IK Bandung
Yayasan Penerbitan Djojobojo Sura- 29 Mata-Mata (Pustaka Jaya, 1976) di-
indonesiakan dari Dom Sumuruping 47 Pertempuran 10 November 1945.
baya, 1996.
Banyu Buku sejarah karya bersama diter-
5 Emprit Abuntut Bedhug (CV. Ariyati bitkan oleh Panitia Pelestarian Nilai-
Surabaya, 1966) 30 Sayembara Di Mamenang (PT. Dunia
Pustaka Jaya, 1977). Digubah ulang 25 nilai Kepahlawanan 10 November
6 Kadurakan Ing Kidul Dringu (CV. Ariyati 1945 di Surabaya (1985)
Mei 2004 dan ditawarkan ke PT. Gras-
Surabaya, 1965) 48 Sejarah Pers Jawa Timur. Karya ber-
indo
7 Tretes Tintrim (CV. Ariyati Surabaya, sama Panitia SPS Jawa Timur (1988)
31 Ali Baba (PT. Gramedia Jakarta, 1977)
1965) 49 Sejarah Panglima-Panglima Brawijaya
32 Hisaplah Maduku, Lalu Campakkan,
8 Asmarani (PT. Bina Ilmu Surabaya, (sampai Majen Sugeng Subroto). Karya
diindonesiakan dari Dlemok-Dlemok
1983), menggunakan nama samaran bersama Panita LIPI Jakarta dan Seksi
Ireng dan diterbitkan sebagai booklet
Peni Sejarah Kodam V Brawijaya (1988)
VISTA 1979
9 Pawestri Telu (PT. Bina Ilmu Surabaya, 50 Saputangan Gambar Naga (PT. Gras-
33 Terjerat Buih Pantai Selatan (CV. Surya
1983), menggunakan nama samaran indo Jakarta, Desember 2003)
Raya Surabaya, 1978) diterjemahkan
Peni 51 Mencari Sarang Angin (Grasindo Ja-
ke dalam bahasa Indonesia dari judul
10 Sanja Sangu Trebela (CV. Ariyati Sura- Kepelet karta, Desember 2004)
baya, 1967), menggunakan nama sa- 52 Terjebak di Monitor pemenang Hara-
34 Hancurkanlah Pasukan Tartar Itu (CV.
maran Peni. Diterbitkan ulang oleh pan II Sayembara menulis novel Ma-
Surya Raya, 1978)
Yayasan Penerbit Djojobojo Surabaya, jalah Kartini 1991. Dimuat bersam-
Juli 1996 35 Rembulan Kasmaran (PT. Cita Band-
ung, 1980) bung di Majalah Kartini, Oktober 1992.
11 Patriot-Patriot Kasmaran (CV. Gema Digubah kembali di komputer tahun
Solo, 1966) 36 Generasi Yang Hilang (Kartini Group,
1980) menjadi pemenang II sayem- 2004 dan ditawarkan ke PT. Grasindo
12 Lintang Panjer Sore (CV. Gema Solo, Jakarta, dengan nama samaran Eliza-
bara menulis novel Kartini, 1979
1966) beth Tan
37 Panji Gandrung Anggraei (PT. Bina Ilmu
13 Dinamit (CV. Gema Solo, 1966) 53 Aurora, Sang Pengantin (PT. Gransindo
Surabaya, 1981)
14 Pendekar Banjaragam (CV. Gema Solo, Jakarta, April 2003)
38 Donyane Wong Culika (Narasi Yo-
1966-1967, 6 jilid) 54 Trem, antologi cerita cekak 1960-1993
gya, 2004) mendapat hadiah Rancage
15 Gempar Djojocoroko (CV. Gema Solo, 2005 (Pustaka Pelajar Yogyakarta Novem-
1967) ber 2000). Mendapat hadiah Rancage
39 Jatuh Bangun Bersama Sastra Jawa
16 Boyolali Ricuh (CV. Gema Solo, 1978) 2001
(Departemen Pendidikan dan Ke-
17 Asmara Jahanam (CV. Gema Solo, budayaan Jakarta, 1982) pemenang 55 Kremil (Pustaka Pelajar Yogyakarta, Juli
1967) Harapan I naskah bacaan mahasiswa 2002)
18 Clurit Bataputih (CV. Gema Solo, Departemen Pendidikan dan Kebu- 56 Saksi Mata (penerbit buku Kompas,
1967) dayaan 1980 Januari 2002)
19 Nyawa 28 (dimuat bersambung Jaya 40 Kunanti di Selat Bali (Kartini Group, 57 Lelakone Si Lan Man (Narasi Yogya,
Bay, 1967) menggunakan nama sa- 1981) pemenang I Novel Majalah Pu- Februari 2005)
maran Eling Jatmiko tri Indonesia, 1981. Disadur oleh Prof. 58 Interogasi (Dewan Kesenian Jawa
20 Gempur-Gempuran Di Lereng Lawu Madya Ju San Yuan dan diterbitkan da- Timur Surabaya, Agustus 2001)
(CV. Gema Solo, 1968) lam bahasa Cina di RRC, 1989 (berita 59 Gadis Tangsi, Versi Baru (penerbit buku
21 Bidadari Cemarasewu (CV. Gema Solo, Tempo, 11 Agustus 1990) Kompas, Februari 2004)
1968) 41 Pacarku di Bis Kota (PT. Bina Ilmu, 60 Kerajaan Raminem, sambungan Gadis
22 Kucing Item Tergencet (CV. Gema Solo, 1995) Tangsi (penerbit buku Kompas, Januari
1968) 42 Kekenesan Partiyem terdiri atas dua 2006)
23 Jaring Kalamangga (CV. Bina Ilmu Sura- bagian. Bagian pertama dimuat di
Majalah Kartini bersambung dengan

P U S A T N O . 11/20 1 5 77
CUBITAN

Bertahta Budi
Bermahkota Bahasa

Abdul Malik

K
KALAU HATI diibaratkan kerajaan, maka budi menjadi tahtanya dan ba-
hasa menjadi mahkotanya. Hati yang terpelihara akan memancarkan budi
yang patut dikenang untuk selanjutnya melahirkan bahasa yang menawan.
Sebatian hati, budi, dan bahasa yang terbela membuat jasad—siapa pun
yang empunya—rela tertawan tanpa perlawanan. Itulah keperkasaan
orang perseorangan, yang semestinya dipupuk dan dibina di dalam diri
supaya dapat tampil sebagai sosok seorang bangsawan. Itulah kekuatan
magis sebuah bangsa, yang seyogianya diolah sedemikian rupa untuk
menjadi perekat persatuan dan kesatuan. Itulah yang sesungguhnya bagi
kita menjadi “pakaian” yang paling padu, patut, dan padan—yang kalau
ada kenyakinan yang kuat untuk membelanya—dapat menjadi pakaian
yang pokta (terelok dan terindah) sehingga menjadi bangsa yang terala
(paling mulia).
Raja Ali Haji (RAH) dalam Gurindam Dua Belas (GDB), Pasal yang Ke-
lima menghadiahi kita dengan kepoktaan dan keteralaan budi bahasa. Pa-
sal yang masih bertutur tentang akhlak dan disepadusepadankan dengan
muamalah ini pada bait 1 langsung menyirami sukma, “Jika hendak men-
genal orang berbangsa, lihatlah kepada budi dan bahasa.”
Bangsa yang dimaksudkan RAH di sini taklah semata-mata sebatian
orang-orang seasal keturunan, seadat-sebudaya, dan sepengalaman seja-
rah. Jelaslah bangsa itu juga mencakupi konsep keturunan atau kedudu-
kan yang mulia. Perihal budi pula jelaslah tiada lain dari unsur batiniah
yang berupa sebatian akal dan nurani untuk menjelmakan pikiran, sikap,
sifat, dan perilaku yang baik.

78 P U SAT NO. 11/2015


Cubitan
Dari situlah teserlahnya baha- “Jika hendak mengenal orang sar membuat gusar, contohnya, tak
sa yang memesona, yang tak hanya mulia, lihatlah kepada kelakuan perlu dijadikan pujaan atau idaman
bernas kandungan isinya, elok cara dia.” karena tak mencerminkan kelas
penuturannya, tetapi juga indah kemuliaan. Orang yang berkelaku-
budi bicaranya. Dalam bahasa yang Kelakuanlah yang menentu- an baiklah yang memperoleh anu-
populer, RAH hendak mengatakan kan kemuliaan seseorang, suatu gerah manusia mulia. Kebiasaan
bahwa bangsa yang besar adalah puak, suatu kaum, suatu kelompok, memelihara kelakuan yang baik
bangsa yang memelihara budi ba- bahkan suatu bangsa. Perbuatan, menjadi tanda bagi kemuliaan diri
hasanya. Lebih dari itu, suatu bang- perangai, atau tingkah laku itulah manusia.
sa akan mampu menjadi besar dan yang menjadi indikator mulia atau Gelar akademikkah yang menja-
mulia jika bangsa itu menjadikan hinanya manusia. Hidup berpunya, di penentu bahwa pemiliknya orang
budi bahasa warisan terala (luhur)- tetapi perangai bakhil, misalnya, berilmu? Ternyata, bukan. Pasal?
nya sebagai kekuatan jati diri bang- tak mencerminkan kemuliaan. Gelar akademik boleh didapatkan
sanya. Nah, jika hendak dibilangkan Pangkat tinggi dan jabatan bagus, dengan pelbagai cara, sama ada sah
nama, peliharalah budi bahasa. tetapi tak mau membedakan yang ataupun haram. Secara sah, berar-
Apakah kunci kebahagiaan? halal dan yang haram, umpamanya, ti pemiliknya memang tamat dari
GDB Pasal V, bait 2 memberikan bukan contoh yang representatif menuntut ilmu sehingga dia berhak
pedoman, “Jika hendak mengenal bagi orang mulia. Paras elok dan atas gelar itu. Sebaliknya secara ha-
orang yang berbahagia, sangat me- potongan ada, tetapi perilaku ka- ram, sekolah tidak, belajar apalagi,
meliharakan yang sia-sia.” Untuk
memahami bait ini, tentulah kita
tak boleh bersandar pada ungka-
pan yang har iahnya. Pasal apa? Jika
kandungan har iahnya yang diikuti,
tentulah seolah-olah orang akan
berbahagia jika dia melakukan ker-
ja (memelihara) yang sia-sia yaitu
sesuatu yang tak berguna, tak ber-
manfaat. Jelaslah yang dimaksud-
kan oleh bait ini justeru sebaliknya,
orang akan berbahagia jika dia me-
melihara dirinya dari berbuat yang
sia-sia atau melakukan pekerjaan
yang tak bermanfaat. Dengan per-
kataan lain, jika kita ingin berba-
hagia, janganlah lakukan pekerjaan
yang tak berfaedah.
Perilaku yang ditunjukkan
membuat orang lain dapat menilai
derajat seseorang. Itu berarti, bu-
kan pangkat, jabatan, harta, atau
hal-hal yang berkaitan dengan un-
sur materiil yang lain yang menen-
tukan derajat manusia. GDB Pasal V,
bait 3 menegaskan,

P U S A T N O . 11/20 1 5 79
Cubitan
tiba-tiba sederetan gelar akademik tempat terakhir bagi makhluk Al- jikan, tetapi juga harus menunaikan
berjejer di depan dan di belakang lah. Manusia dan segala makhluk kewajiban dengan penuh ketaatan
namanya. Salangkan orang yang ciptaan Tuhan sedang berjalan atau hanya mengharapkan ridha Allah.
memang belajar belum tentu beril- berlayar menuju alam yang menja- Di manakah kita mengetahui
mu, yang tak belajar apatah lagi? di tujuan sesungguhnya, sedangkan bahwa seseorang berperilaku baik?
Pedoman untuk itu diberikan dunia hanyalah tempat persingga- Atau, bagaimanakah caranya kita
oleh GDB Pasal V, bait 4, han sementara sahaja. mengetahui seseorang berkelakuan
Dalam perjalanan menuju alam baik? GDB Pasal V, bait 6 (terakhir)
“Jika hendak mengenal orang yang kekal itu manusia seyogianya menunjukkan caranya,
berilmu, bertanya dan belajar memiliki bekal. Bekal itu harus
tiadalah jemu.” dikumpulkan sebanyak-banyak- “Jika hendak mengenal orang
nya di dunia ini untuk kehidupan baik perangai, lihatlah ketika
Rupanya, tanda orang berilmu yang abadi kelak. Itulah gunanya bercampur dengan orang ra-
itu ialah sepanjang hidupnya dia te- dunia ini, terutama bagi manusia: mai.”
rus dan terus bertanya tentang fe- sebagai tempat mengambil bekal.
nomena kehidupan ini. Selebihnya, Untuk itu, diperlukan kecerdasan Di situlah rupanya tempatnya.
dia pun terus tanpa henti belajar dengan menggunakan akal. Ten- Baik-buruk perilaku, tabiat, atau
sepanjang hayat. tulah tak sebarang kecerdasan da- perangai manusia dapat diketahui
Orang yang berilmu, begitu ki- pat digunakan, tetapi kecerdasan ketika dia bergaul di dalam masya-
ra-kira yang ditegaskan RAH, ada- religius (ketuhanan) yang mampu rakat (bercampur dengan orang
lah orang yang mencintai ilmu pen- memancarkan cahaya keyakinan ramai). Orang yang baik perangai
getahuan, baik ilmu dunia maupun yang bertimbal keimanan bahwa senantiasa bersikap santun, meng-
ilmu agama. Dia mendasarkan piki- memang ada kehidupan setelah hindari perbuatan tercela, dan se-
ran, perkataan, dan perbuatannya alam dunia. Manusia yang berusa- lalu berusaha menjadi orang yang
dari ilmu yang dimilikinya. ha mengumpulkan bekal sebanyak- bermanfaat di lingkungan masya-
banyaknya itulah yang nyata-nyata rakat tempat dia berada. Alangkah
“Jika hendak mengenal orang memanfaatkan dengan baik akal ruginya diri jika hidup tak berbudi
yang berakal, di dalam dunia yang dianugerahkan kepadanya. sehingga banyak orang yang mem-
mengambil bekal.” Bekal yang dimaksudkan tentulah benci.
amal salih sesuai dengan tuntunan Jadi, jika hendak dibilangkan
Inilah GDB Pasal V, bait 5. Me- agama. Menggunakan akal secara nama, baikkanlah perangai sehing-
lalui bait ini jelaslah RAH hendak benar dan baik taklah memadai ga disukai oleh orang ramai.[]
perpesan bahwa dunia bukanlah hanya dengan melaksanakan keba-

DR. H. ABDUL MALIK, M.PD. lahir di Lubukpuding, Kepulauan Riau, 9 April 1958. Lulusan S 1 FKIP Universitas Riau (UR),
Pekanbaru, dan S 2 Fakultas Pascasarjana IKIP Malang —keduanya dengan predikat cumlaude— ini meraih Doktor Filsafat
(Ph.D.) dari Fakultas Bahasa dan Komunikasi, Universiti Pendidikan Sultan Idris (UPSI), Malaysia. Mantan Kepala Dinas Pen-
didikan dan Kebudayaan, Provinsi Kepulauan Riau (2004—2005); Staf Ahli Gubernur Kepri (2006—2007), Presiden Rusydiah
Kelab Perhimpunan Agung Kesultanan Riau-Lingga ini adalah Dekan FKIP, UMRAH, Tanjungpinang, Kepri. Bukunya antara
lain: Morfosintaksis Bahasa Melayu Riau (1990), Tuan Guru Syekh Abdurrahman Siddiq: Kemilau Gemilang Indragiri (2002);
Corak dan Ragi Tenun Melayu Riau (2003); Kepulauan Riau: Cagar Budaya Melayu (2003); Kemahiran Menulis (2003), Me-
melihara Warisan yang Agung (2009), Dermaga Sastra Indonesia (2010); Menjemput Tuah Menjunjung Marwah (2012), Se-
jarah Kejuangan dan Kepahlawanan Sultan Mahmud Riayat Syah: Yang Dipertuan Besar Kerajaan Riau-Lingga-Johor-Pahang
1761—1812 (2012); Mewujudkan Prasasti Bahasa Melayu Kepulauan Riau Sebagai Asal Bahasa Indonesia (2013) dan Bahasa
Melayu Kepulauan Riau: Tumpah Darah Bahasa Indonesia (2013). Ia menerima Anugerah Darjah Utama Bakti Budaya dan
mendapat gelar Datuk dari Lembaga Adat Melayu Kepulauan Riau, Kabupaten Karimun (2011).

80 P U SAT NO. 11/2015


EMBUN

Menumbuhkan Kembali
Budaya Mendongeng
Syafrizal Sahrun

B
BUDAYA mendongeng dalam masyarakat hampir punah. Hanya sebagian
kecil saja orang tua yang masih mendongeng untuk anaknya. Selain berla-
tar kebiasaan, ada juga orang tua yang masih mendongeng karena percaya
bahwa dongeng merupakan media pembentukan karakter anak.
Banyak hal yang membuat orang tua jaman kini tidak mendongeng
lagi untuk anaknya. Pertama, karena menganggap dongeng sebagai cerita
yang imajiner saja, tidak benar-benar terjadi. Karena alasan itu sehingga
orang tua tidak mau membodoh-bodohi anaknya terus dengan dongeng.
Anggapan pada poin pertama ini mungkin saja dilatari oleh pengala-
man orang tua. Orang tua yang semasa kecil pernah didongengkan orang
tuannya, setelah dewasa mencari pembuktian dongeng itu dalam pandan-
gan indrawi, tapi tidak menemukan kenyataan dari dongeng itu.
Satu contoh, tentang dongeng Malin Kundang. Mungkin saja setelah
dewasa orang tua – sebagai seorang manusia – tadi pernah melakukakan
atau melihat langsung prilaku durhaka kepada orang tua. Ternyata efek
dari pendurhakaan itu meski diiring sumpah serapah dari orang yang di-
durhakai, ya, tidak menjadi apa-apa. Tidak menjadi batu, tidak menjadi
monyet, tidak menjadi apa-apa.
Akhirnya dari pandangan yang berlandaskan indrawi itu membuat
orang-orang tua jaman kini tidak mau lagi mendongeng. Tidak mau mem-
bodohi anaknya dengan dongeng. Tidak mau menjadikan anaknya sebagai
penghayal. Lalu menyimpulkan bahwa dongeng hanyalah cara masyara-
kat kuno mendidik anak.
Pandangan ini satu sisi dapat dibenarkan. Dalam berbagai sisi yang
lain tentu saja menjadi cara pandang yang salah. Dongeng, dengan fakta
cerita di dalamnya diharapkan dapat memberikan sugesti kepada anak
agar melakukan hal-hal baik di alamnya yang labil. Bila dorongan durha-

P U S A T N O . 11/20 1 5 81
Embun

ka pada anak muncul maka bukan pi tidak punya waktu lagi untuk anak menjadi berkualitas. Tetapi
kayu, bukan tangan yang bermain mendongeng karena waktu yang dengan kenakalan yang dimiliki
untuk memukulnya, tetapi efek dimiliki kedua orang tua habis un- anak-anak itu menjadikan dirinya
dari dongeng itu yang bermain. Si tuk mencari na kah. Alhasil pem- tidak menghiraukan apa yang di-
anak akan membayangkan dirinya bentukan karakter anak diserah- sampaikan pengasuh atau gurunya.
menjadi batu (dalam cerita Malin kan kepada pengasuh atau lemba- Di tambah pula cara mendidik yang
Kundang) dengan segala cirinya. ga pendidikan (TK, PAUD, SD, dan dilakukan tidak menarik minat si
Bila sudah menjadi batu, bagai- SMP). Orang tua menyerahkan anak untuk pencapaian pendidikan
mana anak menuntaskan hasrat- bulat-bulat pembentukan karak- yang maksimal sebagaimana yang
nya bermain, makan, minum, atau ter anak dan mengharapkan hasil diinginkan orang tua.
mengikut orang tua kemana pergi? yang maksimal. Apalagi orang tua Masa anak-anaklah masa pem-
Tentu saja itu akan membebaninya sudah mengeluarkan uang untuk bentukan karakter. Ketika dewasa,
sebagai anak-anak. pengasuh atau lembaga pendidi- anak-anak yang dibentuk karakter-
Setelah si anak penerima don- kan itu. Akhirnya dalam kasus ini, nya itu tinggal menjalankan saja.
geng telah dewasa, hendaknya tidak pengasuh atau lembaga pendidikan Bukankah pembentukan karakter
memandang kefaktaan dalam don- dituntut untuk menjadikan anak- anak kini menjadi program peme-
geng dari sudut pandang anak-anak anak itu menjadi pribadi yang ber- rintah? Ya, pendidikan karakter.
lagi. Dia harus beralih ke sudut pan- kualitas dengan durasi pembinaan
dang orang dewasa untuk memaha- yang sekian jam saja dalam seha-
minya. Bila cara itu dilakukan maka rian. Sementara ketika si anak di
Pembinaan guru
dia akan melihat bagaimana memba- rumah dengan durasi waktu yang Dongeng adalah teknik yang
tu yang dimaksud adalah macetnya lebih panjang tidak mendapat per- arif dalam membentuk karakter
usaha mencari penghasilan hidup, hatian lagi untuk pembentukan pri- anak. Melalui dongeng si anak di-
karir yang membatu, dan lainnya. badinya. kenalkan dengan karakter-karak-
Bukankah membatu yang demikian ter manusia yang diformat dalam
Bukan berarti hal mustahil den-
pernah kita saksikan atau rasakan? bentuk cerita. Tokoh-tokoh cerita
gan mempercayakan sepenuhnya
dikemas juga dengan menarik. Da-
Poin kedua, Orang tua paham pembentukan tadi kepada penga-
lam cerita dijelaskan bagaimana to-
arti pentingnya dongeng, teta- suh atau lembaga pendidikan si

82 P U SAT NO. 11/2015


Embun
koh jahat akan melarat dan dijauhi 14 Nopember 2015 di Hotel Garuda lesai dari sana lalu menjadi pema-
teman. Bagaimana tokoh baik akan Plaza, Medan. Program yang dikhu- teri di Bengkel Cerita Rakyat yang
disenangi dan memperoleh kebe- suskan bagi guru PAUD, TK, SD dan diadakan Balai Bahasa Sumatera
runtungan. Akhirnya si anak dapat SMP se-Kota Medan. utara.
menentukan sendiri karakter mana Dalam dua hari itu guru-guru Di tengah peserta pelatihan,
yang harus menjadi panduannya. dilatih beberapa hal. Pertama, ke- Iman Soleh diminta untuk mem-
Untuk mencapai sesuatu yang baik mampuan memilih satu cerita dari baca sebuah puisi yang begitu ak-
maka si anak akan melakukan pola beribu-ribu cerita rakyat yang ada rab dengan dirinya. Puisi itu berju-
hidup yang dikabarkan lewat tokoh di Indonesia, bahkan dunia untuk dul Jante Arkidam karya Ajib Rosi-
baik tadi. disajikan kepada anak. Kedua, gu- di. Dalam pembacaan puisi itu Iman
Sebagai pendidik yang berdiam ru-guru didorong untuk melahir- berhasil, menjerat peserta dari apa
di lembaga pendidikan, guru ditun- kan cerita dari benda-benda yang yang dilihat, didengar dan dirasa.
tut untuk bisa mendidik dengan dekat dengannya, sehingga ke de- “Guru dalam mengajar siswa
cara-cara yang menarik sehingga si pan si guru mampu menghidupkan juga sedang dalam pertunjukkan.
anak tertarik. Terkhusus bagi guru cerita dari benda-benda yang ada Dengan demikian tampilah menarik
yang mendidik di TK, PAUD, SD, dilingkungannya. Ketiga, guru-gu- agar siswa tertarik,” begitu yang ia
maupun SMP. Bukan berarti men- ru itu diajarkan cara mendongeng sampaikan kepada saya dalam dis-
genyampingkan SMA. Siswa SMA hingga mempraktekkannya. kusi meneruskan apa yang disam-
dianggap sebagai anak-anak yang paikan Anies Baswedan (Menteri
sudah bisa menggunakan akal se- Pendidikan dan Kebudayaan RI)
Pemateri
hatnya untuk menentukan baik dan kepadanya ketika menteri itu ber-
Pemateri dalam program ter-
buruk. kunjung ke rumahnya. “Kebetulan
sebut adalah Suyadi San, Hasan Al
Dengan memandang dongeng sebelum jadi menteri, Anis sering
Banna (Medan) dan Iman Soleh
sebagai media pembentuk karakter main ke rumah,” tambahnya.
(Bandung). Ketiga pemateri memiliki
anak, dan tangung jawab yang dibe- Jadi, bila mengajar merupakan
daya pikatnya masing-masing dalam
bankan orang tua kepada pengasuh pertunjukkan, berarti guru ditun-
mengelola kelas pelatihan. Bila Suya-
atau lembaga pendidikan, maka tut mampu berakting. Kemampuan
di San dan Hasan Al Banna sudah
guru yang berhubungan dianggap berakting itu akan membuat siswa
diketahui kiprahnya dalam menye-
harus bisa mendongeng. Bisa me- menjadi tertarik menerima pelaja-
marakkan sastra Sumut, bagaimana
narik minat anak untuk belajar ran yang disampaikannya. Begitu
dengan Iman Soleh? Siapa dia?
dengan cara tersebut. Karena ke- juga dalam pembentukan karakter
Iman Soleh adalah dosen STSI
biasaan mendongeng itu hampir siswa. Karena guru mampu me-
Bandung. Dia juga penggagas ber-
punah dalam kehidupan bermasya- manfaatkan dongeng sebagai me-
dirinya komunitas seni Center of
rakat akhirnya tidak banyak guru dia mendidik maka pendidikan ka-
Cultur Ledeng (CCL) Bandung. Pria
yang bisa melakukannya. Padahal rekter bangsa akan terwujud seca-
berkumis, berambut gondrong dan
dongeng diyakini sebagai cara bi- ra maksimal.
berikat kepala ini lahir di Bandung,
jak yang dilakoni orang-orang ja-
5 Maret 1965. Karirnya dalam ke- Dengan demikian dengan
man dahulu dalam membentuk
senian, terkhusus berteater, tak adanya program Bengkel Cerita
karakter manusia sehingga terwu-
diragukan lagi. Selain pementasan, Rakyat ini, mendongeng sebagai
judlah penciptaan karakter bangsa
dia juga sering diundang diberba- budaya bangsa bisa tetap dilestari-
sebagaimana yang diprogramkan
gai perhelatan seni, baik di bebe- kan sehingga proses pembentukan
pemerintah.
rapa daerah di Indonesia maupun karakter bangsa dapat terwujud.[]
Menyikapi hal tersebut, Balai
luar negeri.
Bahasa Sumatera Utara melaksa-
Sehari sebelum sampai ke Me- Penulis, tinggal di Kampung
nakan program yang diberi nama
dan, ia menjadi pemateri dalam Percut. Aktivis OOS Sumut dan ber-
“Bengkel Cerita Rakyat”. Program
pelatihan teater di Singapura. Se- giat di Komunitas Home Poetry.
ini dilaksanakan pada tanggal 13-

P U S A T N O . 11/20 1 5 83
CAKRAWALA

Kedalaman Judul Buku : Di Balik Terang Cahaya


‘Catatan Proses Aktor Teater Satu’

Proses Pengarang
Penerbit
: Imas Sobariah, dkk.
: Pustaka LaBRAK

dari Sebuah Tahun Terbit


Tebal Buku
: 2016
: 329 halaman

Teater Resensi : F. Moses

T EATER tak sekadar pertunju-


kan belaka bagi kepuasan aktor
dan penonton di dalamnya. Lebih
jalanan dari setiap aktor menu-
liskannya, seperti Budi Laksana ‘Aku
Berteater Maka Aku Ada’; Hendri
perjalanan kehidupan teater dengan
segala pergumulannya, melainkan
ada capaian hendak ditunai, yakni
dari itu, pelbagai catatan menyoal Rosevelt ‘Aktor, Bukan Pesohor’; usaha “mentransformasikan energi”
seni berteater berpotensi memberi Andriyan Dwi Prawersthi ‘Teater yang tak terlihat dari balik panggung
ragam dampak bagi lingkungannya; dan Sebuah Nada yang Lirih’; Ruth menjadi bacaan menarik.
baik masyarakat pemerhati maupun Marini ‘Sebuah Peran yang Menjel-
pengrajin seni—bahkan masyara- ma’; Hamidah Sherpa ‘Melampaui
Transformasi
kat “gagap seni” sekalipun (semata Taterubuh, Menjelmakan Ruh’; Ra-
menonton pertunjukan) terhadap rae Masae Soca Wening Ati ‘Sebuah Buku Di Balik Terang Cahaya
sebuah teater. Maka catatan dirasa Dunia yang Penuh Imajinasi’; Ner- bukan petunjuk apalagi kiat atau
sudah tak lagi cukup dari “riuh te- salya Renata ‘Aku Belum Berakhir’; bagaimana benar-salah dari sebuah
pun tangan” dan apresiasi, karena Deri Efwanto ‘Seribu Kali Kalah Un- teater dengan segenap wilayah di
ada lebih mesti dipahami: menyoal tuk Satu Kebenaran’; Sugianto Jayen dalamnya, tapi usaha capaian pen-
kedalaman dari sebuah proses tea- ‘Segelas Kopi, Sebatang Rokok, dan gisahan yang, kalau boleh dibilang
ter terjadi. Hal terpenting juga, Tea- Ingatan-Ingatan Tentang Panggung’; mampu, sarat keberbagian transfor-
ter Satu yang didirikan oleh Iswadi Erika Bunga ‘Berteater Karena Ma- masi beragam dampak; seperti dari
Pratama dan Imas Sobariah pada suk Akal’; Baysa Deni ‘Dari Pelosok yang merasa semakin eksis lantaran
1996 di Lampung, dalam perjala- Lampung Menjelajah Panggung’; berteater, keberhasilan relatif ke-
nan kreativitas seni pertunjukan Vita Oktaviana ‘Jalan Sunyi Seorang hidupan yang mesti tetap ditopang
sekaligus laboratorium penelitian Aktor’; Desi Susanti ‘Bangun! Dan dengan kerendahan hati, kehidupan
dan penerbitan, dianggap perlu Remukan Dirimu, Seribu Kali’; Raras yang dirasa lebih imajinatif, kese-
untuk berbagi kedalaman proses Shinta ‘Tetaplah Jadi Pemula’; Gan- nantiasaan kesabaran dari pelik-
bagi “masyarakatnya”. Buku Di Ba- di Maulana ‘Panggung dan Sebuah nya kehidupan, usaha untuk terus
lik Terang Cahaya pun mesti diakui, Obscuritas’; Dwi Novita ‘Transfor- menampilkan sesuatu lebih berbe-
bahwa catatan atas proses mereka masi yang Belum Selesai’; Imam da dari perjalanan kehidupan, dan
selama ini memang cara terbaik Setia Hagi ‘365 Hari Tanpa Pemen- transformasi lain menyoal kehidu-
untuk disosialisasikan. Semoga kita tasan’; Ema Luth iani ‘Kesaksian pan dengan penyampaian lugas dan
semua memahami. dalam Nada Lirih’; dan Ahmad Jus- apa adanya dari para aktor. Meski
tak semua aktor yang pernah ber-
Buku Di Balik Terang Cahaya mar ‘Cahaya, Tanpa Puisi Kata-Kata’.
Mereka bukan sekadar melaporkan proses di Teater Satu sejak berdiri
jelas dan praktis membahas per-
pada 1996 menuliskan catatan pro-

84 P U SAT NO. 11/2015


Cakrawala
ses kreatif, tapi setidaknya sampai itu ialah catatan Andriyan atas pen- Kedalaman Proses
2016 ini adalah performa konkret gakuannya, “Kami berlatih cukup Catatan dari proses para aktor
mereka—bahwa proses dunia tea- keras, terkadang ada bentakan dan Teater Satu masih beragam untuk
ter yang di dalamnya pernah terjadi kritikan yang tajam dari mulut Iswa- disimak satu per satu. Setiap aktor
sikap “datang dan pergi” dari sekian di Pratama, tapi tidak ada di antara memiliki kekhasan pesona “derita
aktor yang pernah proses, mampu kami yang sakit hati dan urung lati- dan bahagia”nya masing-masing.
menampilkan puncak kesetiaan dari han. Pernah juga saat musim hujan Akan tetapi, kedalaman proses juga
para aktor hingga mereka menulis datang dan kami tidak mendapat- merupakan tindakan relatif bagi
untuk berbagi transformasi bagi kan tempat untuk latihan, tapi kami pembacanya. Maksudnya, kerawa-
pembaca melalui buku ini. tetap berlatih di tengah derasnya nan pembaca memilah di antara ma-
Sebagaimana catatan Imas So- hujan.” Kemudian Rarai yang mesti sing-masing kedalaman dari apresi-
bariah dalam pengantarnya, ma- membawa pekerjaan sekolah (PR) asi para aktor terhadap dunia teater
najemen dan divisi penerbitan dari ke tempat latihan mengakui, “Ter- yang digelutinya akan membuat
Teater Satu Lampung, ini bahwa ga- kadang membawa PR ke tempat la- kajian perbandingan tersendiri. Ter-
gasan membukukan Di Balik Terang tihan, sebab sepulang sekolah Rarai lebih bagi pembaca yang juga berpo-
Cahaya adalah catatan proses krea- biasa langsung menuju Taman Bu- sisi sama dari sekian banyak aktor
tif para aktor merupakan keinginan daya, tempat Teater Satu menjalan- teater di negeri ini—menimbulkan
sejak 2010 dan baru sempat diwu- kan latihan.”—teater membuat Rarai terbukanya ruang ambivalensi ter-
judkan pada 2016, karena mereka menjadi pribadi yang penuh percaya hadap kedalaman berproses.
juga harus mengurusi pekerjaan diri, selain diskusi-diskusi yang dii- Tapi kedalaman Di Balik Terang
yang berkaitan dengan organisisa- kutinya sejak kecil membuatnya le- Cahaya sudah melakukan “kejuju-
si dan manajemen, selain rutinitas bih dewasa secara psikologis, tegas ran” bahkan kesungguhan bertea-
latihan, latihan untuk pertunjukan Ema Luth iani dalam catatannya. ternya tersendiri. Maksudnya, selain
(rehearsal) yang mesti dilakukan Tak sekadar pengakuan di atas, keterbukaannya menampilkan seti-
setiap hari kecuali Minggu, dan seorang Deri Efwanto dalam cata- ap gagasan di atas panggung, mere-
kewajiban personal lain sebagai tannya, menyoal Seribu Kali Salah ka seperti paham akan pentingnya
mahasiswa, guru, karyawan swas- Untuk Satu Kebenaran, ia seperti “kesenian dalam kehidupan”—bu-
ta, pegawai negeri. Maka tak pelak hendak membenturkan pelbagai kan “kehidupan dalam kesenian”.
selalu kehabisan waktu senggang cara manusia dalam berkehidupan Karena mereka secara tak langsung,
bagi mereka untuk memulai penu- tanpa sepatah pun mengajari apala- selain memanusiakan manusia me-
lisan pada buku ini—tatangan bagi gi menggurui. Mulai dari ketakpaha- lalui wilayah panggung, juga mem-
mereka untuk merapikan dan me- mannya tentang teater hingga sede- pertanggungjawabkannya pada se-
rekonstruksi ulang seluruh proses mikian dahyatnya mempertaruhkan buah teks yang telah dibukukan.
kreatifnya masing-masing. masa depannya—sebuah kebim- Kedalaman proses merupakan
Pemikiran para aktor terse- bangan pada masa ia mesti memilih tantangan menggairahkan bagi
but sudah menjadi buku. Sebuah jalan kehidupan antara dunia kerja Teater Satu. Kesadaran akan ke-
transformasi para aktor ke hada- sebagaimana biasa dan teater. Hal dalaman hari ini semoga sekaligus
pan penonton yang ini kali mau tak tersebut ia rekam pada suatu dialog mampu mengeksistensikan daya
mau mesti dibaca. Seperti catatan bersama Iswadi Pratama. konsistensi para aktornya; bahwa
Ema Luth iani terhadap pemikiran akan selalu ada kedalaman di da-
Saya : Apa kabar, Kak Is?
Budi Laksana yang bermuara dari lam kedalaman untuk terus mereka
Kak Is : Alhamdullilah, baik, ba-
Direktur Utama Teater Satu, Iswa- gali dan kembangkan.
gaimana kabarmu?
di Pratama, “Bahwa memang bakat Maka, kerawanan terhadap “ke-
Saya : Di sini Deri jadi mesin
juga diperlukan, namun sebenarnya dalaman pengakuan proses aktor”
Kak Is : Duniamu ada di panggung
teater bukan cuma soal, melainkan bukanlah hal “menakutkan”, melain-
Saya : Apa yang mesti Deri laku-
kerja keras. Serta daya tahan dan kan sikap ketulusan teks yang tak
kan, Kak Is?
kesabaran melakoni proses krea- perlu disangsikan lagi—karena Di
Kak Is : Dengarkan musik di da-
tif terus-menerus itulah yang akan lam dirimu, dengarkan dan ikuti, Balik Terang Cahaya, mereka berke-
mematangkan seorang aktor.” Selain jangan kau biarkan dia hilang. nan melampaui batas pengakuan.[]

P U S A T N O . 11/20 1 5 85
GLOSARIUM

LAKON
atawa Naskah Drama
..........

L
AKON atau lengkapnya nas- Effendi dengan karyanya Beba- Hadi, maupun para teaterawan
kah lakon –Kadang disebut sari atau Armijn Pane dengan belakangan ini.
naskah drama—adalah sa- karyanya Kertajaya, Airlangga, Lakon yang ditulis oleh para
lah satu bentuk sastra yang ditulis dan terutama Sandyakala Ning teaterawan seringkali ditulis per-
selain sebagai karya sastra juga Majapahit. Lakon-lakon tersebut tama kali sebagai naskah pertun-
untuk kepentingan pertunjukkan tampil pertama kali terutama se- jukkan yang beredar di antara
drama atau teater. Seorang penulis bagai bacaan dan —jika mungkin anggota teaternya dalam bentuk
lakon (dramatist) dapat menulis — kemudian dipentaskan sebagai stensil atau fotocopy. Belakangan
lakon sebagai sebuah karya sastra sebuah pertunjukkan teater. —jika mungkin— lakon tersebut
untuk dibaca, untuk kepentingan Namun, sejak tahun 1970-an- diterbitkan dalam bentuk buku,
pertunjukkan, atau bisa juga lakon-lakon lebih banyak ditulis seperti ditunjukkan oleh lakon-
Dalam awal sejarah sastra oleh para teaterawan, baik aktor lakon Panembahan Reso Rendra,
Indonesia modern, lakon kerap maupun terutama sutradara, se- Kapai-kapai Ari in C. Noer, atau
ditulis oleh seorang sastrawan, perti Rendra, Ari in C. Noer, Putu Opera Kecoa N. Riantiarno.
seperti ditunjukkan oleh Rustam Wijaya, N. Riantiarno, Wisran Itulah sebabnya Rendra, Ari-
in C. Noer, Putu Wijaya, dan N.
Riantiarno, misalnya, menulis le-
bih banyak lakon dibanding yang
sudah diterbitkan sebagai buku.
Sekalipun demikian, lakonpun
menggoda sejumlah sastrawan
yang bukan sutradara maupun
aktor untuk menulisnya, seperti
misalnya ditunjukkan oleh Saini
KM, penyair yang menulis lakon
dalam jumlah yang cukup banyak
dan sebagian besarnya sudah di-
pentaskan berkali-kali.
Lakon yang ditulis lebih untuk
dibaca dan bukan dipentaskan di-

86 P U SAT NO. 11/2015


GLosarium
sebut sebagai lakon closet. Salah pengaruhi perkembangan lakon dan disambut sebagai inspektur
satu contohnya adalah lakon karan- dan atau sebaliknya, naskah lakon jenderal itu ternyata bukan inspek-
gan Rustandi Kartakusumah yang lah yang mempengaruhi pertun- tur jenderal. Maka, bukan inspek-
berjudul Prabu dan Putri atau Me- jukkan teater, muncul lakon-lakon tur jenderal yang disambut penuh
rah Semua, Putih Semua. seperti babad, lakon absurd, lakon kehormatan —juga dari para penji-
Lakon adalah suatu karangan, epic, dan sebagainya. lat— padahal dia orang biasa itulah
biasanya dalam bentuk prosa, disu- Komedi merupakan bentuk la- yang membuat situasi berkembang
sun buat pertunjukan dan dimak- kon yang utamanya berisikan hu- menjadi lucu dan komis alias kome-
sudkan untuk memotret kehidupan mor. Lakon teater komedi lazimnya di. Serangkaian peristiwa aneh dan
atau tokoh, atau mengisahkan sua- berisikan permainan dan ketang- lucu pun berkembang sepanjang ce-
tu cerita dengan gerak dan tinda- kasan berlogika, tokoh-tokoh yang rita baik pada lakon karya Moliere
kan. Kisah dalam lakon disusun da- tak biasa alias aneh, dan tidak ja- maupun Nikolai Gogol.
lam bentuk dialog yang kadang-ka- rang juga situasi atau latar yang Di berbagai wilayah Nusanta-
dang disertai juga dengan keteran- aneh atau luar biasa dalam kaitan ra kerap pula ditemui cerita-ceri-
gan-keterangan untuk kepentingan dengan tokoh-tokohnya yang bia- ta bergaya dan bermotif demiki-
pertunjukkan, seperti “ke samping” sa, atau tokoh-tokohnya tidak biasa an, misalnya saja Karnadi Anemer
yang artinya dialog dikemukakan dalam suatu situasi yang biasa. Bisa Bangkong yang sangat populer di
sebagai ungkapan isi hati atau ung- juga komedi berupa tokoh-tokoh kalangan masyarakat Sunda. Kar-
kapan batin yang dikemukakan aneh dalam latar dan situasi yang nadi adalah seorang pencari kodok
dengan suara yang terdengar oleh aneh. Dalam lakon Tabib Tetiron dan bergaya serta diperlakukan se-
publik/penonton tapi seolah-olah karya dramawan Perancis Moliere, bagai seorang anemer (semacam
lawan bicaranya di panggung tidak misalnya, yang menjadi tokoh utama insinyur sipil —kadang merangkap
mendengarnya. adalah seorang “gelandangan” yang developer— versi rakyat).
Unsur utama lakon adalah tidak aneh di kalangan gelandangan, Tokoh-tokoh yang tidak biasa
dialog dan tindakan dengan tidak Ia menjadi “aneh” karena disambut dalam situasi yang biasa atau situ-
menyertakan unsur narator. Jika- dan diperlakukan sebagai seorang asi-situasi tidak biasa dengan to-
pun narator itu dihadirkan, maka tabib terkenal. Demikian pula den- koh yang biasa, maupun campuran
akan dimunculkan tokoh narator gan lakon Inspektur Jendral karya keduanya —tokoh tidak biasa di
yang bertindak untuk menyampai- Nikolay Gogol. Inspektur Jenderal tengah situasi tidak biasa— meru-
kan dialog yang dinaratorkan. disambut oleh walikota dan tokoh- pakan salah satu ciri penting nas-
Lakon sejati, yakni lakon yang di- tokoh masyarakat adalah hal biasa. kah lakon komedi.
pentaskan membutuhkan kehadiran Yang tidak biasa adalah yang datang
penonton. Oleh sebab itu, penulis
lakon harus selalu membayangkan
sekelompok penonton dalam mata
hatinya sewaktu ia menulis.
Lakon dipertunjukkan dalam
berbagai bentuk dan tempat, mulai
dari gedung pertunjukkan sampai la-
pangan. Istilah lakon itu sendiri da-
pat membawa dua pengertian: nas-
kah lakon teater dan pertunjukkan
teater. Lakon memiliki beberapa
genre, yang sangat terkenal adalah
komedi, tragedi, teater musikal.
Dilihat dari perkembangan tea-
ter yang dengan sendirinya mem-

P U S A T N O . 11/20 1 5 87
GLosarium
Konvensi di Amerika, Broadway
misalnya, cenderung menggunakan
lagu-lagu dalam 32 bar. Phantom of
the Opera merupakan contoh lakon
musikal semacam itu. Ketika ilm
makin berkembang, lakon musikal
pun memasuki dunia ilm dan men-
jadi ilm musikal seperti The Sound
of Music yang panen Oscar dan su-
dah menjadi klasik itu.
Di Indonesia pun, lakon teater
musikal cukup dikenal, terutama di
masyarakat Jawa dan Sunda. Dalam
masyarkat sunda, drama musikal
disebut gending karesmen, dimana
Dari dasar komedi tersebut ke- gis. Beberapa tragedi merupakan doalog-dialognya dinyanyikan be-
mudian muncul sejumlah varian se- situasi manusia yang dicengkram rupa dangding atau kawih. Dalam
perti farce, satire, dan sebagainya. nasib atau takdir yang tidak dapat perteateran modern Indonesia, la-
Farce merupakan komedi yang dia hindari. Beberapa menjadikan kon musikal jarang ditulis. Salah
unsur dan takaran kelucuannya di- pertentangan sisi gelap manusia satu sebabnya mungkin kebanya-
buat berlebihan sehingga kadang dengan sisi gelap nasib dan takdir kan sutradara atau penulis lakon ti-
kasar dan tidak jarang juga dang- manusia. Contoh lakon tragedi yang dak menguasai musik dengan baik
kal. Tidak aneh jika farce sering terkenal adalah trilogi Oedyphus sementara para komposer cende-
berisikan slapstick humour. Srimu- karya Sophocles yang sangat terke- rung kurang mengenal dunia sastra
lat, misalnya, sering menggunakan nal, juga karya-karya Shakespeare dan teater dengan baik. Kerjasama
gaya ini dan diikuti oleh berbagai seperti Hamlet, Othello, dan Romeo keduanya pun cukup jarang dilaku-
grup lewak di Indonesia. and Juliet, yang tidak kalah terkenal kan. Mungkin N. Riantiarno dengan
Sementara itu, satire adalah ko- dengan tragedi Oedypus. lakon Ma- Teater Koma-nya lah yang paling
medi yang takaran “keseriusannya“ lam Jahanam karya Motinggo Busye sering mementaskan drama musi-
ditingkatkan. Ia justru kebalikan atau Bila Malam Bertambah Malam kal atau setidaknya semi musikal.
dari farce yang merupakan komedia karya Putu Wijaya, misalnya, kuat Opera Kecoa dan Opera Julini adalah
dengan takaran kelucuan yang di- berunsurkan tragedi. contoh lakon musikal N. Riantiar-
tingkatkan. Satire sering menjadikan *** no. Dalam pementasannya ia kerap
tema-tema besar —seringkali kritik bekerjasama dengan pemusik dan
sosial— sebagai tema utamanya. Lakon musikal merupakan lakon komposer yang juga sangat men-
Lysistrata karya Aristophanes, me- berisikan cerita yang disajikan dalam genal dunia sastra dan teater, yaitu
rupakan salah satu contoh dari kha- musik dan nyanyian. Opera, misal- Harry Roesli. Harry Roesli sendiri
sanah Yunani klasik. Di Indonesia, nya, salah satu bentuk lakon musikal pernah menulis lakon musikal dan
lakon-lakon Ari in C. Noer, juga Putu yang terkenal di Eropah, khususnya mementaskan sendiri drama mu-
Wijaya, seringkali berupa satire. di Italia dan Jerman. Di Amerika Se- sikalnya dengan judul Ken A-rock.
rikat jenis-jenis teater musikal cukup Kisah Ken Arok Den Dedes digarap
*** berkembang, misalnya di Broadway. Harry Roesli dengan score-score
Lakon Tragedi adalah lawan Dalam lakon musikal, seorang kom- mutakhir saat itu berupa gabungan
dari komedi. Suasananya pun ber- poser menempati tempat penting musik rock, pop, dan sedikit jazz.
tolak belakang, lebih gelap dan dan memiliki hak untuk menempat- Pementasan Ken A-Rock tersebut
muram dengan tema-tema seperti kan dan menggu-bah setiap lagu da- meraih sukses besar dan dipadati
kematian, bencana, dan hal-hal tra- lam lakon musikal tersebut. penonton saat itu.[]

88 P U SAT NO. 11/2015

Anda mungkin juga menyukai