A. Dawabith Fiqh
Dhabith al-fiqiyah memiliki ruang lingkup dan cakupan lebih sempit dari
pada al-qawa’id al-fiqiyah, dhabith ini ruang lingkupnya hanya berlaku dibidang
fiqih jinayah, dan hanya berlaku bagi anak-anak yang belum dewasa, maksudnya
apabila anak yang belum dewasa melakukan kejahatan dengan sengaja, maka
hukumanya tidak sama dengan hukuman yang diancam kepada orang dewasa,
kalau diberikan hukuman maka hukumannya hanya bersifat pendidikan. Sebab
kejahatan yang dia lakukan dengan sengaja, harus dianggap suatu kesalahan oleh
hakim bukan suatu kesengajaan.
Menurut Abdurrahman bin Jadilah al- Bannany (w.1198 H), kaidah tidak
khusus untuk satu bab (masalah) fikih saja, berbeda halnya dengan dlabith.
Tajuddin al-Subky (w. 771 H ) menjelaskan perbedaan antara qawa’id fiqhiyah
dan dhawabith fiqhiyah ia menyatakan bahwa diantara kaidah ada yang tidak
khusus untuk satu bab (masalah) seperti kaidah :
Tetapi, ada juga yang khusus untuk satu bab (masalah) seperti kaidah;
Kaidah yang khusus untuk satu bab (masalah) dan tujuannya menghimpun
bentuk-bentuk yang serupa disebut dlabith. Menurut Ibnu Nujaim (w. 970), asal
(kaidah) menetapkan bahwa perbedaan antara kaidah dengan dhabith yaitu kalau
kaidah menghimpun masalah-masalah cabang (furu’) dari berbagai bab (masalah)
yang berbeda-beda, sedangkan dhabith hanya menyimpun masalah-masalah
cabang (furu’) dari satu bab (masalah).
Kaidah dan dhabith fiqih keduanya sama-sama merupakan rumusan hukum yang
di dalamnya mencakup banyak masalah. Perbedaan keduanya terletak pada
cakupannya; kalau kaidah mencakup permasalahan dari banyak bab sedangkan
dhabith hanya mencakup permasalahan dari satu bab fiqih saja. Ulama
mutaqaddimin – misalnya al-Subky (w. 771 H) dalam kitabnya al-Asybah wa al-
Nadhair – sering menggunakan kata al-Qawaid al-Khashshah (kaidah-kaidah
khusus) untuk menunjukkan makna al-Dhawabith al-Fiqhiyyah. Istilah al-Dhabith
baru banyak digunakan oleh ulama mutaakhkhirin dan para akademisi (lihat
misalnya Ali an-Nadwiy dalam bukunya al-Qawaid al-Fiqhiyyah).
Dari uraian diatas dapat disimpulkan, bahwa qawa’id fiqhiyah lebih umum dari
dhawabih fiqhiyah, karena qawa’id fiqhiyah tidak terbatas pada masalah dalam
satu bab fikih, tetapi kesemua masalah yang terdapat pada semua bab fikih.
Sedang dhawabith fiqhiyah ruang lingkupnya terbatas pada satu masalah dalam
satu bab fikih. Karena itu qaidah fiqhiyah disebut qa’idah ‘ammah, atau kulliyah
dan dhabith fiqh disebut qa’idah khashshah.
Contoh :
Kaidah
Sedangkan kaidah
2). Qaidah fiqhiyah tidak mengandung rukun dan syarat, lain halnya dengan
nadhariyah fiqhiyah yang pasti lekat dengan rukun dan syarat.
Di bawah ini contoh2 qawaid fiqhiyah –yang berbeda furu’ (cabang), juz (bagian)
dan juga atsar (pengaruhnya)………- …..:
1. العادة محاكمة
3. على المصلحة او العرف) بتغير الزما نQال ينكر تغير االحكام (المبنية