Seorang laki-laki 41 tahun datang untuk melakukan pemeriksaan cek up mata. Dokter
melakukan pemeriksaan lengkap dan menuliskan status ophthalmologi pasien meliputi,
visus jauh kedua mata 6/6, palpebra dan segmen anterior tenang, media refrakta jernih,
diameter pupil 3mm, reflek pupil langsung dan tidak langsung positif normal, retina,
makula dan papil nervus optikus dalam batas normal, tekanan bola mata normal, posisi
bola mata ortoforia, gerak bola mata bebas ke segala arah, tidak buta warna dan lapang
pandang normal. Namun pasien mengeluh mata terasa lelah untuk melihat dekat, sejak
lebih kurang 1 tahun terakhir. Dokter kemudian memeriksa visus dekat pasien, dan
memberikan koreksi kacamata baca. Dokter menjelaskan bahwa anatomi dan fungsi
penglihatan pasien baik, visus jauh emetropia, namun pasien telah mengalami gangguan
akomodasi sehingga perlu menggunakan kacamata sferis positif untuk melihat dekat.
Dokter meminta pasien untuk kontrol kembali jika kacamata sudah tidak nyaman dan
berpesan supaya menjaga mata sebaik-baiknya dan mengkonsumsi makanan yang
banyak
mengandung vitamin A.
STEP 7
1. Bagaimana anatomi, fisiologi dan histologi dari organ penglihatan?
Rongga orbita adalah rongga yang berisi bola mata dan terdapat 7 tulang yang
membentuk dinding orbita :
Os. Lakrimal
Os. Ethmoid
Os. Sphenoid
Os. Frontal
Os. Maxilla
Os. Palatinum
Os. Zygomaticum
Berbentuk piramid, terletak pada kedua sisi rongga hidung. Dinding lateral orbita
membentuk sudut 45o dengan dinding medial
Dinding orbita terdiri atas tulang :
Atap atau superior : os. Frontal
Lateral : os. Frontal, os. Zygomatikum, ala magna os. Sfenoid
Inferior : os. Zygomatikum, os. Maksila, os. Palatina
Nasal : os. Maksila, os. Lakrimal, os ethmoid
kornea
tunika
fibrosa
sklera
choroidea
tunika corpus
selubung
vaskulosa cilliaris
iris
stratum
bulbus oculi pigmenti
tunika
oculus nervosa
retina
n. opticus humor
aquosus
organon
musculi oculi lensa
visuum isi
crystalina
palpebra corpus
organo oculi vitreum
acessorius
conjunctiva
glandula
lacrimalis
Cornea ini jernih, transparans dan avasculer. Selain terdiri dari lima lapisan, juga
masih diliputi oleh tear film. Disini terdapat receptor taktil dan rasa sakit. Nutrisi
didapat dan humor aquosus dan vasa sekeliling limbus.
Sclera merupakan dinding yang paling tebal dan kuat. Ditembus N.II pada lamina
cribrosa. Pada tempaL perlekatari otot extrinsik bola mata, ketebalannya
berkurang.
Tunica choroidea merupakan lapisan yang kaya dengan pembuluh darah
sehingga dapat memberikan nutrisi pada bangunan sekitarnya. Iris berfungsi
sebagai pengatur sinar yang masuk mata, sedangkan pada corpus vitreum terdapat
m.ciliaris yang berperan untuk akomodasi lensa. Juga processus ciliarenya
berperan dalam memproduksi humor aquasus.
Humor aquosus selain berperan untuk menentukan tekanan intra oculi juga
memberikan nutrisi pada cornea dan lensa.
• Lensa berfungsi memfokuskan cahaya ke retina, karena itu dapat berakomodasi.
Juga sangat jernih. Akan tetapi pada orang tua dapat berubah menjadi keruh
sehingga mengganggu penglihatan.
• Corpus vitreum selain berguna untuk mempertahankan bentuk bola mata masih
perlu diteliti lebih lanjut mengenai fungsi lainnya.
• Retina merupakan receptor cahaya. Bangunan yang penting disini ialah : macula
lutea, papilla N.II. vasa centralis retina dan percabangannya serta struktur retina
sendiri. Bangunan-bangunan tersebut dapat dilihat dengan cara pemeriksaan
funduscopi.
JARAS PENGLIHATAN
HISTOLOGI
Palpebra (kelopak mata)
Palpebra terdiri dari bagian superior dan inferior yang berfungsi menutupi
permukaan anterior mata saat tidur dan dari cahaya yang berlebihan serta
membantu menyebarkan cairan lubrikasi ke permukaan bola mata saat berkedip.
Dari superfisial ke inferior, palpebra memiliki lapisan berturut-turut: epidermis,
dermis, jaringan subkutan, m. Orbicularis oculi, lamina propria konjungtiva
palpebra yang sangat kaya akan serat kolagen dan fibrosa, disebut tarsus, dan
konjungtiva palpebra. Pada bagian tarsus ini, terdapat kelenjar sebasea
termodifikasi yang disebut glandula meibom. Terdapat 25 buah glandula
meibom yang berfungsi menyekresi cairan berminyak yang mencegah adhesi
kedua palpebra ketika menutup. Chalazion adalah suatu keadaan terinfeksinya
tarsus.
Terdapat juga kelenjar Zeis dan Moll di palpebra, dimana kelenjar Zeis
merupakan kelenjar sebacea unilobar yang bermuara di cilia (bulu mata) dan Moll
merupakan kelenjar keringat apokrin.
TUNICA FIBROSA
Secara histologis, sklera terdiri dari jaringan ikat padat kolagen yang diselingi
serabut elastik, substansi dasar, dan sedikit fibroblas. Kumpulan melanosit
terletak pada lapisan terdalam sklera. Struktur terluar sklera yang disebut
episklera dihubungkan dengan selapis jaringan ikat padat yang disebut kapsula
tenon oleh serabut kolagen tipis. Terdapat celah di antara sklera dan kapsula
tenon atau yang biasa disebut ruang tenon. Celah ini memungkinkan bola mata
melakukan gerakan rotasi dengan bebas.
Pada daerah pertemuan kornea dengan sklera (limbus), mempunyai
mikrovaskular beserta humor aquosa pada bilik anterior, menyediakan
metabolitnya untuk sel kornea melalui difusi.
Stroma yang membentuk “badan kornea”, tersusun dari banyak serat kolagen
paralel yang membentuk lamela tipis dan lapisan-lapisan fibroblas gepeng dan
bercabang, yaitu keratosit, di antara serat kolagen.
TUNICA VASKULOSA
Choroid tersusun atas 4 lapisan: lamina suprachoroid yang terletak tepat
bersebelahan dengan sklera, lapisan vaskuler yang berisi banyak pembuluh
darah berukuran sedang dan besar, lapisan koriokapiler yang bertanggungjawab
atas vaskularisasi pada retina sehingga kerusakannya berakibat pula pada
kerusakan retina, dan membran limitans transparan atau membran vitrea
(membrana Bruch) yang terletak tepat bersebelahan dengan melanosit milik
retina dan memisahkan koroid dengan retina.
corpus ciliaris, memisahkan ora serrata dengan iris. Corpus ciliaris bersisi
menghadap vitreous humour, sklera dan ruang posterior. Secara histologi, corpus
ciliaris berisi jaringan ikat longgar yang mengandung serat elastik, pembuluh
darah, dan melanosit yang menyelimuti m. ciliaris. M. ciliaris berjalan dalam tiga
arah, yaitu sirkular, radier dan longitudinal. Kontraksi dan relaksasi dari m.
ciliaris ini berperan terhadap daya akomodasi penglihatan.
Corpus ciliaris mempunyai tonjolan-tonjolan yang tersusun atas jaringan ikat
longgar dan kapiler berfenestra di dalamnya (proceccus ciliaris). Proceccus
ciliaris ini mengarah ke ruang posterior mata dan di bagian inilah lapisan tidak
berpigmen (non-pigmented) menghasilkan cairan yang mirip plasma darah tetapi
rendah protein yang disebut aquous humour.
Epitel iris merupakan lanjutan dari epitel corpus ciliaris. Bagian iris yang ber-
epitel hanya bagian posterior saja. Lapisan posterior terluar yang berhubungan
dengan aquoeus humour adalah epitel yang berpigmen dan lapisan sebelah
dalamnya adalah lapisan yang sebagian berpigmen (half-pigmented) dan tumpang
tindih dengan sel-sel miofilamen membentuk muskulus dilator pupil (untuk
melebarkan pupil). Lapisan anterior iris merupakan tonjolan-tonjolan tidak rata
dari melanosit dan fibroblast. Kandungan pigmen pada iris menentukan warna
mata pada seseorang: cokelat dan hitam bila sangat tinggi, hijau bila sedang, dan
biru bila sangat rendah.
Didalam stroma iris, terdapat banyak kapiler-kapiler dan muskulus konstriktor
pupil (untuk menyempitkan pupil). Dua jenis otot pupil tersebut mengatur
banyaknya cahaya yang masuk ke dalam mata dengan cara mengatur diameter
pupil.
2. Mengapa pasien mengeluh mata terasa Lelah sejak 1 tahun yang lalu?
Kelelahan mata adalah ketegangan pada mata dan disebabkan oleh penggunaan
indera penglihatan dalam bekerja yang memerlukan kemampuan untuk melihat
dalam jangka yg lama yang biasanya disertai dg kondisi pandangan yg tdk
nyaman.
Gejala
Gejala – gejala seorang pekerja mengalami kelelahan mata adalah sebagai
berikut (Pheasant, 1991):
- Nyeri atau terasa berdenyut di sekitar mata dan di belakang bola mata.
- Pandangan kabur, pandangan ganda dan susah dalam memfokuskan penglihatan
- Pada mata dan pelupuk mata terasa perih, kemerahan, sakit dan mata berair
yang merupakan ciri khas terjadinya peradangan pada mata.
- Sakit kepala (bagian frontal/depan), kadang - kadang disertai dengan pusing dan
mual serta terasa pegal - pegal atau terasa capek dan mudah emosi.
Penyebab utama
Gejala - gejala kelelahan mata tersebut penyebab utamanya adalah penggunaan
otot - otot di sekitar mata yang berlebihan. Kelelahan mata dapat dikurangi
dengan memberikan tingkat pencahayaan yang baik di tempat kerja
Sumber : http://www.digilib.ui.ac.id/file?file=digital/125958-S-5700-Analisis
%20faktor-Literatur.pdf
Pemeriksaan Akomodasi
Pemeriksaan akomodasi dilakukan untuk menilai kemampuan akomodasi mata
seseorang. Pemeriksaan ini termasuk pemeriksaan mata rutin dan pemeriksaan
amplitudo akomodasi dapat diperiksa monokular dan binokular. Pemeriksaan
akomodasi dilakukan untuk menilai range dan amplitudo akomodasi.
Pada keadaan normal cahaya berasal dari jarak yang tidak berhingga atau jauh
akan terfokus pada retina,demikian pula bila benda jauh tersebut di dekatkan,
hal ini terjadi akibat adanya daya akomudasi lensa yang dapat memfokuskan
bayangan pada retina atau makula lutea. Dengan berakomodasi, maka benda
pada jarak yang berbeda-beda terfokus pada retina. Akomodasi adalah
kemampuan lensa di dalam mata untuk mencembungkan yang terjadi akibat
kontraksi otot siliar. Akibat akomodasi,daya pembiasan lensa yang
mencembung akan lebih kuat. Kekuatan akomodasi akan meningkat sesuai
dengan kebutuhan, makin dekat benda makin kuat mata harus berakomodasi
( lensa mencembung). Kekuatan akomodasi diatur oleh refleks akomodasi.
Refleks akomodasi akan bangkit bila mata melihat kabur dan pada waktu
konvergensi atau melihat dekat.*
Dengan bertambahnya usia maka akan berkurang pula daya akomodasi, hal ini
diakibatkan berkurangnya elastisitas lensa sehingga lensa sukar mencumbung.
Keadaan berkurangnya daya akomodasi pada usia lanjut di sebut presbiopia.
Daya akomodasi diukur dengan satuan dioptri. Bila benda terletak jauh
bayangan akan terletak pada bintik kuning. Bila benda tersebut didekatkan maka
bayangan akan bergeser ke belakang retina. Akibat benda ini didekatkan
pengelihatan menjadi kabur maka mata akan berakomodasi dengan
mencembungkan lensa di bagian sentralnya. Pada lensa yang makin cembung di
tengah semakin kuat daya biasnya maka semakin dekat bayangan benda yang
terjadi pada mata terhadap retina yang sebelumnya terletak dibelakang retina.*
Pada akomodasi terjadi kontraksi otot akomodasi atau muskulus siliar. Hal
akomodasi juga dapat terjadi sebaliknya. Pada benda yang dijauhkan maka otot
akomodasi melemah sehingga lensa menjadi pipih kembali dan benda kembali
terletak pada retina. Untuk melihat jauh m.siliar istirahat/ relaksasi dan lensa
kembali pada bentuknya yang lebih pipih.
Dibawah ini akan dijelaskan beberapa teori akomodasi :
- Teori Helmholtz
Bertambahnya kecembungan lensa mata diakibatkan kendornya zonula Zinn,
yang menghilangkan pengaruh penarikan lensa sehingga memungkinkan lensa
yang elastis menjadi cembung.
- Teori Schoen
Akibat kontraksi otot siliar pada bola karet yang dipegang dengan kedua tangan
dengan jari akan mengakibatkan pencembungan bola di bagian tengah.
- Teori Tscherning
Akibat kontraksi bagian depan kedua serabut radiasi dan sirkular otot siliar
akan terdoronng ke belakang dan keluar; dan mendorong lensa , dimana tekanan
bagian depan otot mengakibatkan lensa menjadi lebih cembung.
Media Refrakta
Media refrakta adalah media yang membiaskan sinar.
1. Cornea
Fungsi :
o Sebagai membran pelindung
Cornea menutup bola mata di sebelah depan
o Sebagai media refrakta.
Pembiasan cahaya di cornea terutama dilakukan pada permukaan anterior.
Pembiasan sinar terkuat dilakukan oleh kornea dimana 40 dioptri dari 50
dioptri.
Cornea merupakan organ yang paling banyak memiliki serabut nyeri
terutama di bagian central, sehingga sentuhan sedikit pada kornea akan
dirasakan sangat sakit.
Bila kornea disinari suatu sumber cahaya yang konsentris pada kornea maka
akan bersifat konsentris juga gambar dapat dipantulkan pada kornea karena
kornea bersifat cermin cembung.
2. Cairan humor aquos
Cairan humor aquos diproduksi oleh proc. Ciliaris corpus ciliare.
Selain menghasilkan humor aquos, corpus ciliare juga mengontrol
kemudahan pembuangannya serta berperan dalam proses akomodasi.
Hasil produksi yang berupa cairan dan elektrolit diangkut melalui
epitel ke dalam camera occuli posterior. Pengangkutan ini tergantung dari
tekanan darah dalam corpus ciliare dan permeabilitas kapilernya.
Apabila tekanan intra ocular meningkat maka aliran darah di dalam
corpus ciliare berkurang. Selanjutnya humor aquos akan mengalir dari
camera oculi posterior ke camera occuli anterior melalui pupil karena
terdapat perbedaan tekanan diantara kedua ruangan tersebut. Apabila tekanan
di camera occuli posterior meningkat, maka tekanan itu akan diteruskan ke
semua arah termasuk lensa dan corpus vitreum dengan akibat lensa dan iris
akan terdorong ke depan.
Tekanan intra oculi normal 15-18 mmHg. Tekanan normal tertinggi
pada waktu bangun tidur pagi hari dan terendah pada malam hari.
Fungsi :
o Sebagai media refrakta
o Untuk nutrisi lensa dan kornea
o Untuk mengatur tekanan bola mata
3. Lensa crystalina
Berbentuk lempeng cakram bikonveks, avaskular, tidak berwarna dan
transparan. Permukaan belakangnya lebih cembung daripada permukaan
depan. Terletak di belakang iris, di depan corpus vitreum. Digantung oleh
zonula zinii atau lig. Suspensorium lentis.
Fungsi :
o Memfokuskan sinar dengan cara akomodasi untuk melihat dekat.
Otos ciliaris berkontraksi sehingga tegangan zonula berkurang, kapsul lensa
yang elastik kemudian mempengaruhi lensa menjadi lebih sferis diiringi
peningkatan daya biasnya. Seiring dengan pertambahan usia, kemampuan
refraksi lensa perlahan-lahan berkurang.
4. Corpus vitreum
Merupakan gel transparan yang terdiri atas air ( lebih dari 99% ),
kolagen dan glikosaminoglikan yang berhidrasi berat, yang unsur utamanya
ialah asam hialuronat. Corpus vitreum menempati ruangan mata dibelakang
lensa.
Interpretasi:
visus jauh kedua mata 6/6 (emetropia): DIATAS
palpebra dan segmen anterior tenang
media refrakta jernih
diameter pupil 3mm
reflek pupil langsung dan tidak langung positif normal
retina, makula dan papil nervus optikus dalam batas normal
tekanan bola mata normal
Pemeriksaan fisik mata adalah untuk menilai fungsi maupun anatomi kedua mata.
Fungsi disini mencakup fungsi penglihatan dan bukan penglihatan, seperti gerak
mata dan kesejajaran.
PEMERIKSAAN LUAR
Pemeriksaan secara umum pada adneksa mata (palpebra : ptosis atau retraksi
palpebra dan periokuler). Lesi kulit, pertumbuhan dan tanda-tanda radang seperti
pembengkakan, eritema, pamas, dan nyeri tekan diecaluasi melalui inspeksi dan
palpasi sepintas.
PENGLIHATAN
setiap pemeriksaan mata harus mencakup penilaian ketajaman penglihatan,
walaupun ketajaman penglihatan tidak disebut sebagai bagian dari keluhan utama.
Refraksi : mata emetrop secara alami memiliki fokus yang optimal untuk
penglihatan jauh. Mata ametrop (miopia, hiperopia, atau astigmat) memerlukan
lensa koreksi agar terfokus dengan baik untuk melihat jauh.
Uji penglihatan sentral : ketajaman penglihatan sentral diukur dengan
memperlihatkan objek dalam berbagai ukuran yang diletakkan pada jarak standar
dari mata. Misalnya kartu Snellen. Ketajaman penglihatan yang belum dikoreksi
diukur tanpa kacamata atau lensa kontak. Ketajaman terkoreksi berarti
menggunakan alat bantu.
Mata yang tidak bisa membaca satu hurufpun diuji dengan hitung jari.
Jika tidak bisa mengitung jari, diuji dengan mendeteksi tangan yang digerakkan
secara vertikal atau horizontal (penglihatan HM / hand movement)
Tingkat penglihatan yang lebih rendah lagi adalah kesanggupan mempersepsi
cahaya (LP/ Light perception). Mata yang tidak dapat mempersepsi cahaya
dianggap buta total (NLP/ No light perception)
Uji Pinhole : Penglihatan kabur akibat kelainan refraksi disebabkan oleh
banyaknya berkas sinar tak terfokus yang masuk ke pupil dan mencapai retina
sehingga terbrntuk bayangan yang fokusnya tidak tajam. Melihat kartu snellen
melalui pinhole mencegah sebagian besar berkas tak terfokus yang memasuki mata
sehingga bayangan yang dihasilkan menjadi lebih tajam.
Uji penglihatan perifer : penglihatan lapang pandang perifer dapat dilakukan
dengan uji konfrontasi.
PUPIL
Pemeriksaan dasar : pupil harus tampak simetris dan masing-masing harus
diamati ukuran, bentuk (bulat atau tidak teratur), dan reaksi terhadap cahaya. Pada
saat pupil disinari, ada dua respon yang dapat dilihat, yaitu respon langsung dan
respon konsensual.
MOTILITAS MATA
Uji kesejajaran : pasien normal memiliki penglihatan binokuler. Hal ini dicapai
dengan meminta menempatkan masing-masing mata sedemikian rupa sehingga
kedua fovea terfiksasi secara serentak pada objek yang dilihat. Uji kesejajaran
sederhana dapat dilakukan dengan meminta pasien melihat ke senter yang berjarak
beberapa feet. Sebuah pantulan akan tampak pada setiap kornea dan seharusnya
terletak di pusat masing-masing pupil jika kedua mata berpadu lurus.
Uji menutup (cover test) : pasien diminta membuka kedua matanya dan menatap
objek yang jauh. Jika kedua mata terfiksasi bersama pada objek, menutup satu
mata tidak akan mempengaruhi posisi atau kelanjutan fiksasi mata yang satunya.
Jika mata kedua tidak berpadu identik (berputar abnormal ke luar atau ke dalam),
mata ini tidak terfiksasi bersamaan pada objek.
Menguji gerak ekstraokuler : kedua mata pasien diminta mengikuti objek saat
objek digerakkan ke salaha satu daeri empat arah pandangan utama. Pemeriksa
memperhatikan kecepatan, kelancaran, dan simetri gerakan serta mencatat adanya
ketidakstabilan fiksasi. Gangguan gerakan mata bisa disebabkan oleh gangguan
neurologik (mis, kelumpuhan saraf kranial), kelemahan otot ekstraokuler, atau
kendala mekanik di dalam orbita yang membatasai rotasi bola mata (mis, fraktur
lantai orbit dengan m rectus inferior terjepit).
1. Bila visus 6/6 maka berarti ia dapat melihat huruf pada jarak 6 meter, yang oleh
orang normal huruf tersebut dapat dilihat pada jarak 6 meter.
2. Bila pasien hanya dapat membaca pada huruf baris yang menunjukkan angka 30,
berarti tajam penglihatan pasien adalah 6/30.
3. Bila pasien hanya dapat membaca huruf pada baris yang menunjukkan angka 50,
berarti tajam penglihatan pasien adalah 6/50.
4. Bila visus adalah 6/60 berarti ia hanya dapat terlihat pada jarak 6 meter yang
oleh orang normal huruf tersebut dapat dilihat pada jarak 60 meter.
5. Bila pasien tidak dapat mengenal huruf terbesar pada kartu Snellen maka
dilakukan uji hitung jari. Jari dapat dilihat terpisah oleh orang normal pada jarak 60
meter.
6. Bila pasien hanya dapat melihat atau menentukan jumlah jari yang diperlihatkan
pada jarak 3 meter, maka dinyatakan tajam 3/60. Dengan pengujian ini tajam
penglihatan hanya dapat dinilai sampai 1/60, yang berarti hanya dapat menghitung
jari pada jarak 1 meter.
7. Dengan uji lambaian tangan, maka dapat dinyatakan visus pasien yang lebih
buruk daripada 1/60. Orang normal dapat melihat gerakan atau lambaian tangan
pada jarak 1 meter, berarti visus adalah 1/300.
8. Kadang-kadang mata hanya dapat mengenal adanya sinar saja dan tidak dapat
melihat lambaian tangan. Keadaan ini disebut sebagai tajam penglihatan 1/~. Orang
normal dapat melihat adanya sinar pada jarak tidak berhingga.
9. Bila penglihatan sama sekali tidak mengenal adanya sinar maka dikatakan
penglihatannya adalah 0 (nol) atau buta total