Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

Pandangan Islam : Potensi Penggunaan Daging Katak (Rana temporaria)


Sebagai Alternatif Penurunan Kolesterol Pada Penderita
Hiperkolesterlemia

Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah :


Pengobatan Islam

Dosen Pengampu :
Prof. Dr. apt. Nurfina Aznam, SU.

Disusun Oleh :
Anastia Rahmatan Nisa (2008047011)

PROGRAM PASCASARJANA FARMASI


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN
YOGYAKARTA
2021
ABSTRAK

Pandangan Islam : Potensi Penggunaan Daging Katak (Rana temporaria) Sebagai


Alternatif Penurunan Kolesterol Pada Penderita Hiperkolesterlemia
Anastia Rahmatan Nisa
2008047011

Hiperkolesterolemia adalah kondisi dimana kadar kolesterol dalam darah meningkat


di atas batas normal, dimana tingginya kadar LDL (Low density lipoprotein) menjadi salah
satu aspek terjadinya hiperkolesterolemia. Sehingga dibutuhkan upaya dan alternatif dalam
menurunkan kadar kolesterol. Salah satunya adalah konsumsi daging katak. Daging katak
adalah jenis daging yang sangat mudah dicerna dengan kualitas kandungan gizi dengan
keseimbangan asam amino dan rendah lemak. Kandungan lemak tak jenuh pada daging katak
sebesar 0,070 gram lebih banyak dibandingakan lemak jenuh sebesar 0,34 gram, serta daging
katak termasuk daging rendah kalori (33 Kcal) dan kaya protein (7,38 gram). Sehingga sangat
berkhasiat sebagai alternatif penurunan kolesterol bagi penderita hiperkolesterolemia.
Namun, katak termasuk dalam hewan amfibi yang dapat hidup di dua tempat.
Sehingga hukum membunuh dan konsumsi katak diantara halal dan haram, halal karena
bangkainya bisa dimakan (hidup di air) dan haram karena katak tidak bisa disembelih (hidup
di darat. Menurut Imam Al-Ghazali, katak masuk ke dalam hewan yang khabais, yaitu segala
sesuatu yang dianggap kotor atau menjijikan oleh perasaan manusia secara umum, walaupun
beberapa prinsip mungkin menganggap tidak kotor.
Beberapa pendapat yang dikemukakan antara baik buruknya membunuh serta
konsumsi daging katak. Maka MUI (Majelis Ulama’ Indonesia) memutuskan bahwa hukum
membunuh dan konsumsi katak adalah haram. Hal ini telah dibenarkan dan dikuatkan oleh
jumhur ulama’.

Kata kunci : Hiperkolesterolemia; daging katak; hukum konsumsi katak

i
DAFTAR ISI

ABSTRAK ................................................................................................................................. i
DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii
BAB I ......................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN .................................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ................................................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................................ 3
1.3 Tujuan Pembuatan Makalah ............................................................................................. 3
BAB II ....................................................................................................................................... 4
PEMBAHASAN ....................................................................................................................... 4
2.1 Potensi Daging Katak dalam Penurunan Kolesterol pada Penderita
Hiperkolesterolemia ............................................................................................................... 4
2.2 Pandangan Islam Terkait Konsumsi Daging Katak ......................................................... 5
BAB III...................................................................................................................................... 8
KESIMPULAN ........................................................................................................................ 8
3.1 Kesimpulan....................................................................................................................... 8
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................... 9

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Saat ini masalah kesehatan telah bergeser dari penyakit infeksi ke penyakit
degeneratif. Penyebabnya diduga akibat perubahan gaya hidup, pola makan, faktor
lingkungan, kurangnya aktivitas fisik dan faktor stres. Gaya hidup kurang aktivitas,
terlalu banyak mengonsumsi makanan mengandung lemak dan kolesterol serta
kurangnya asupan serat dapat memicu penyakit degeneratif. Penyakit degeneratif yang
cukup banyak memengaruhi angka kesakitan dan kematian adalah penyakit
kardiovaskular yaitu jantung dan pembuluh darah (Yani, 2015). Berdasarkan World Health
Orgnization (WHO), angka kematian di Indonesia yang diakibatkan oleh penyakit
kardiovaskular ini semakin meningkat setiap tahunnya yaitu pada tahun 2002 sebesar 28%,
tahun 2008 sebesar 30% hingga di tahun 2015 telah mencapai 45 %.
Pemicu utama dari penyakit kardiovaskular ini adalah hiperkolesterolemia, yaitu
kondisi dimana kadar kolesterol dalam darah meningkat di atas batas normal. Hal ini
ditunjukan pada penelitian yang dilakukan di Semarang pada tahun 2007-2008, kadar
kolesterol dalamdarah >200 mg/dl meningkatkan risiko terjadinya penyakit jantung
dan pembuluh darah sebesar 1,8 kali lebih besar dibandingkan dengan kolesterol darah
<200 mg/dl (Yani, 2015). Hiperkolesterol dapat meningkatkan risiko terkena aterosklerosis,
penyakit jantung koroner, pankreatitis (peradangan pada organ pankreas),diabetes melitus,
gangguan tiroid, penyakit hepar & penyakit ginjal. Peningkatan kadar kolesterol total dapat
dipengaruhi oleh asupan zat gizi, yaitu dari makanan yang merupakan sumber lemak
(Yani, 2015).
Pelaksanaan diet khusus dalam menurunkan kadar kolesterol sangan disarankan
dalam membantu kontrol life style yang berupa pola makan, olahraga dan kebiasaan sehari-
hari dalam menjaga kesehatan dan kebugaran jasmani maupun rohani. Salah satu inovasi baru
yang berasal dari rumah sakit Rio de Jeneiro, Brazil terkait diet khusus penurunan kolesterol
adalah penggunaan daging katak bagi penderita hiperkolesterolemia atau penyakit-penyakit
degeneratif (Oliveira, Filho, Pereira, & Mello, 2017).
Kodok atau katak (Rana temporaria) adalah binatang amfibi pemakan serangga yang
bisa hidup di air tawar atau di daratan, berkulit licin, berwarna hijau atau merah kecoklat-
coklatan, kaki belakang lebih panjang dari kaki depannya, pandai melompat dan berenang
(Wahyuni, 2019). Menurut (Paixãu, 2009) daging katak adalah jenis daging yang sangat
mudah dicerna dengan kualitas kandungan gizi dengan keseimbangan asam amino dan
rendah lemak. Wawancara juga telah dilakukan pada profesional medis yang terdiri dari
dokter, ahli gizi dan farmasi di rumah sakit Rio de Jeneiro, Brazil pada tahun 2017. Hasil
wawancara disimpulkan bahwa 53 % dari profesional medis di rumah sakit Rio de Jeneiro,
Brazil pada tahun 2017 telah mengkonsumsi dan merekomendasikan daging kodok sebagai
salah satu alternatif bagi pasien hiperkolesterolemia.
Beberapa telaah medis membuktikan bahwa daging katak sangat berkhasiat sebagai
alternatif penurunan kolesterol bagi penderita hiperkolesterolemia. Namun perlu diingat

1
bahwa keamanan pangan (food safety) ini secara implisit dinyatakan dalam QS. Al-Baqarah
ayat 168 yang berbunyi :

َ ‫يطٍ ِإََّّ نَ ُكى‬


ٍ‫عذ ٌُّو ُّي ِبي‬ ِ ‫ش‬ َّ ‫ت ان‬ ُ ‫ط ِيّبًب َوالَ جَح َّ ِبعُىا ُخ‬
ِ َ ‫طىا‬ ِ َ ‫س ُكهُىا ِي ًَّب فِى األ‬
َ ً‫سض َحهال‬ ُ َُّ‫يآيُّهب َ ان‬
“Wahai manusia, makanlah dari (makanan) yang halal dan baik yang terdapat di bumi, dan
janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan, karena sesungguhnya syaitan adalah
musuh yang nyata bagimu.” (QS. Al-Baqarah (2) : 168).
Menurut (Wahyuni, 2019) dalam karya tulisnya dibahas bahwasannya Islam
memberikan batasan terhadap suatu produk yang halal dikonsumsi dan yang digunakan oleh
manusia. Prinsip utamanya adalah segala sesuatu dan manfaatnya yang diciptakan Allah
adalah halal dan tidak ada yang haram, kecuali apa yang disebutkan oleh nash (dalil) yang
shahih dan sharih. Hal ini sesuai dengan kaidah Ushul yang berbunyi :

‫فى األَشيب َ ِء ا ِألبب َ َحةُ َححَّى يؤجِيهب َ انحَّحشي ُى‬


ِ ‫األَص ُم‬
“Asal segala sesuatu itu boleh, selama tidak adanya dalil apapun yang mempersoalkannya.
Itulah prinsip dasar dalam persoalan makanan”
Konsumsi daging katak sebagai salah satu alternatif pengobatan dalam penurunan
kolesterol pada penderita hiperkolesterolemia masih menjadi hal yang diperdebatkan
kejelasan kehalalannya. Katak adalah hewan yang masuk dalam kategori amfibi yang dapat
hidup di air dan di darat. Akan tetapi perihal konsumsi daging katak ini terjadi ihktilaf
fuqaha antara boleh memakannya atau tidak. Beberapa hadist telah diriwayatkan ada yang
menyatakan kehalalannya dalam konsumsi katak dan juga ada yang mengharamkannya.
Menurut imam Malik berpendapat dalam kitab Al Muwaththa’ bahwa boleh memakan
barma’ i (hewan yang mampu hidup didua alam) atau nama ilmiahnya adalah amfibi, seperti
katak. Berbeda halnya dengan Imam Malik yang mengharamkan tentang hukum memakan
daging katak, dimana Imam Ahmad bin Hanbal mengharamkan hukumnya memakan daging
katak dalam kitab Al Mughni salah satunya adalah HR. Abu Daud : 3871

ٍ ‫عبٍ أبي رئ‬,ٍ‫ أخبشَبسف‬,‫َحذّ ثَُب َ ُي َح ًّذُ بٍ َكثيش‬


ٍ‫ ع‬,‫و عٍ سعيذ بٍ انًس ِيّب‬,‫ ع سعيذ بٍ خبنذ‬,‫ب‬
,ٍ‫أٌ طبيبب ً سؤل انُبي صهى هللا عهيّ و سبو عٍ ضفذعٍ يجعههب فى دواع‬
َّ : ٌ‫انشحًٍ بٍ عثًب‬ َّ ‫عبذ‬
‫فُهبِ انُبي صهى هللا عهيّ و سهى عٍ قحههب‬
“Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Kaśῗr, telah mengabarkan kepada kami
Sufyan dari Ibn Abi Żi’bi, dari Said bin Khalid, dari Said bin Musayyib, dari Abdurrahman
bin Usman ra berkata: Seorang dokter bertanya kepada Rasulullah SAW tentang katak yang
dijadikan obat, maka Rasulullah SAW melarang membunuhnya”
Dilihat dari beberapa perdebatan di atas, mengenai konsumsi daging katak dan juga
larangan membunuh katak, maka dari itu penulis tertarik untuk menelaah lebih mendalam
mengenai pandangan Islam terhadap penggunaan daging katak sebagai pengobatan alternatif
dalam penurunan kolesterol pada penderita hiperkolesterolemia.

2
1.2 Rumusan Masalah
1. Apakah daging katak berpotensi dalam penurunan kolesterol pada penderita
hiperkolesterolemia ?
2. Bagaimanakah pandangan Islam terkait penggunaan daging katak dalam penurunan
kolesterol pada penderita hiperkolesterolemia ?

1.3 Tujuan Pembuatan Makalah


1. Untuk mengetahui potensi daging katak dalam penggunaannya dalam penurunan
kolesterol pada penderita hiperkolesterolemia
2. Untuk mengetahui pandangan Islam terkait penggunaan daging katak dalam
penurunan kolesterol pada penderita hiperkolesterolemia

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Potensi Daging Katak dalam Penurunan Kolesterol pada Penderita


Hiperkolesterolemia
Hiperkolesterolemia adalah kondisi dimana kadar kolesterol dalam darah meningkat
di atas batas normal. Kolesterol dalam darah terbagi menjadi 3 jenis, yaitu high density
lipoprotein (HDL), low density lipoprotein (LDL), dan trigliserida. HDL (high density
lipoprotein) merupakan kolesterol baik yang dapat mencegah terjadinya penyumbatan
pembuluh darah, sedangkan LDL (low density lipoprotein) dan trigliserida yang tinggi dapat
menyebabkan sumbatan pembuluh darah. Peningkatan LDL ini dapat memicu potensi
hiperkolesterolemia. Lemak jenis LDL ini dapat dipicu oleh konsumsi makan yang memiliki
kadar lemak jenuh tinggi seperti pada produk-produk hewani (daging, telur, susu,dll) serta
kurangnya olahraga dan pola hidup yang buruk (Yani M. , 2015).
Salah satu alternatif bagi penderita hiperkolesterolemia dalam menjaga kestabilan
kolesterol adalah konsumsi daging katak. Kodok atau katak (bahasa Inggris: frog) adalah
binatang amfibi pemakan serangga yang bisa hidup di air tawar atau di daratan, berkulit licin,
berwarna hijau atau merah kecoklat-coklatan, kaki belakang lebih panjang dari kaki
depannya, pandai melompat dan berenang. Secara ilmiah katak diklasifikasikan sebagai
berikut :
Tabel 1. Klasifikasi Katak (Rana temporaria)
Kingdom Animalia
Filum Chordata
Sub Filum Vertebrata
Kelas Amphibia(Sarcopterygii)
Sub Kelas Lissamphibia
Ordo Anura
Famili Ranidae
Genus Rana
Species Rana temporaria

Gambar 1. Katak (Rana temporaria) (Oliveira, Filho, Pereira, & Mello, 2017).

Menurut (Ozogul, Olgunoglu, & Boga, 2008) dalam penelitiannya bahwa daging
katak adalah jenis daging yang mudah dicerna serta memiliki rasa dan tekstur hampir mirip
dengan daging ayam. Hal ini didasarkan pada nilai aktivitas bau, ada 3 senyawa pada daging
katak yang menyerupai daging ayam, yaitu (E,E) -2,4-decadienal; (E,Z) -2,4-decadienal dan

4
(E,Z) -2,6-nonadienal. Menurut (Oliveira, Filho, Pereira, & Mello, 2017) daging katak
khususnya pada bagian paha memiliki banyak sekali kandungan gizi (1 paha katak 45 gram)
sebagai berikut :

Tabel 2. Kandungan Gizi Daging Katak (Rana temporaria) (Oliveira, Filho, Pereira, & Mello, 2017).
Kandungan Jumlah
Air 36,86 gram
Kalori 33 Kcal
Protein 7,38 gram
Fosfor 66 mg
Vit B2 0,113 mg
Vit B1 0,63 mg
Vit B6 0,054 mg
Vit B12 0,18 µg
Cu 0,113 mg
Fe 0,68 mg
Choline 29,2 mg
Lemak jenuh 0,034 gram
Lemak tak jenuh 0,024 gram
Lemak tak jenuh jamak 0,046 gram

Tabel nilai gizi daging Katak menunjukkan bahwa kadar lemak jenuh atau yang
mengakibatkan kenaikan LDL lebih sedikit dibandingkan dengan lemak tak jenuh. Kadar
protein yang tinggi dengan kalori yang rendah membuat daging katak digunakan sebagai
alternatif dalam penurunan kolesterol bagi penderita hiperkolesterolemia.

2.2 Pandangan Islam Terkait Konsumsi Daging Katak


Konsumsi daging katak sebagai salah satu alternatif pengobatan dalam penurunan
kolesterol pada penderita hiperkolesterolemia masih menjadi hal yang diperdebatkan
kejelasan kehalalannya. Katak adalah hewan yang masuk dalam kategori amfibi yang dapat
hidup di air dan di darat. Beberapa hadist telah diriwayatkan yang menyatakan keharaman
konsumsi katak (binatang amfibi), salah satunya adalah HR. Abu Daud : 3871

ٍ ‫عبٍ أبي رئ‬,ٍ‫ أخبشَبسف‬,‫َحذّ ثَُب َ ُي َح ًّذُ بٍ َكثيش‬


ٍ‫ ع‬,‫و عٍ سعيذ بٍ انًس ِيّب‬,‫ ع سعيذ بٍ خبنذ‬,‫ب‬
,ٍ‫أٌ طبيبب ً سؤل انُبي صهى هللا عهيّ و سبو عٍ ضفذعٍ يجعههب فى دواع‬
َّ : ٌ‫انشحًٍ بٍ عثًب‬ َّ ‫عبذ‬
‫فُهبِ انُبي صهى هللا عهيّ و سهى عٍ قحههب‬
“Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Kaśῗr, telah mengabarkan kepada kami
Sufyan dari Ibn Abi Żi’bi, dari Said bin Khalid, dari Said bin Musayyib, dari Abdurrahman
bin Usman ra berkata: Seorang dokter bertanya kepada Rasulullah SAW tentang katak yang
dijadikan obat, maka Rasulullah SAW melarang membunuhnya”
Dikutip oleh (Rasjid, 2013) bahwa landasan yang mendasari diharamkannya segala
sesuatu adalah sebagai berikut :

5
1. Nash dari Al-Qur’an dan Hadist
2. Diperintahkan untuk membunuhnya
3. Dilarang untuk membunuhnya
4. Najis (kotor)
5. Memberi mudhorot
Katak merupakan jenis vertebrata pertama yang berevolusi untuk kehidupan di darat.
Amfibi juga dikatakan sebagai nenek moyang reptile. Hampir semua amfibi memiliki kulit
yang tipis dan halus. Hewan amfibi berdarah dingin, kulitnya lembab, dan biasanya hidup
didaerah lembab. Kebanyakan hewan mudanya sangat menyukai air dan mempunyai insang.
Ketika dewasa mereka bernafas dengan paru-paru (Deric, 2012).
Katak adalah hewan yang hidup di dua alam, yakni yang mampu hidup di darat dan di
laut. Dalam hal ini pendapat ulama berbeda dalam hukum membunuh atau memakan daging
katak. Menurut Al-Khattabi dalam hadis yang diriwayatkan oleh An-Nasa’i mengatakan
bahwa katak itu haram untuk dimakan dan itu tidak dalam batas yang diperbolehkan dari
hewan air, dan siapapun yang melarang membunuhnya dari binatang itu, maka itu untuk satu
dari dua hal, baik untuk haram dalam dirinya sendiri atau adanya larangan dari dagingnya
yang khabais yaitu segala sesuatu yang dianggap kotor atau menjijikan oleh perasaan
manusia secara umum, walaupun beberapa prinsip mungkin menganggap tidak kotor.
Menurut Al-Khattabi obat dari sesuatu yang menjijikan adalah haram (Haqq, 2009). Segala
sesuatu yang kotor adalah haram, hal ini telah dijelaskan dalam Al-Qur’an telah terkait
kaidah umum untuk barang yang diharamkan (QS. Al-‘Araf: 157). Hal ini seperti firman
Allah SWT
َ ِ‫عهَيهب َ انخَببَئ‬
‫ث‬ َ ‫ويحش ُو‬
ِّ
“Dan (Allah) mengharamkan bagi mereka segala yang buruk “
Menurut Imam Al-Ghazali hendaknya segala sesuatu yang masuk ke dalam tubuh
kita adalah yang berasal dari at-Thayyibaat yaitu semua yang dapat dinikmati oleh manusia
atau segala sesuatu yang baik-baik, tanpa adanya nash pengharaman.Ulama Syafi’iyah
berpendapat “Semua bangkai yang berada di air adalah halal kecuali katak”. Ulama
Hanbaliah berpendapat “Semua yang bisa hidup di darat dan di air tidak halal jika tanpa
disembelih, seperti katak tidak boleh di makan karena hadist Rasul SAW yang melarang
membunuhnya” (Fauzan, 1988).
Jadi dari pendapat berbeda-beda ulama diatas maka MUI mengambil kesimpulan dari
hukum memakan katak. Ni’am mengatakan binatang yang hidup di dua alam haram di
konsumsi sekalipun binatang itu suci dan bisa di kembangbiakkan. Para ulama beda
pendapat. Tapi jumhur (mayoritas ulama) menyatakan itu terlarang, dan MUI juga mengakui
bahwa ada madzhab yang menyatakan daging katak tidak boleh dikonsumsi. Semua ulama’
sepakat tentang keharaman membunuh katak karena berdasarkan nash hadist Rasulullah
SAW yang diriwayatkan diriwayatkan dari Abdurrahman bin Utsman :
‫ فُهى‬,ّ‫ وركش انضفذع يجعم في‬,‫ركش طبيب عُذ سسىل هللا صهى هللا عهيّ و سهى دواء‬
‫سسىل هللا صهى هللا عهيّ و سهى عٍ قحم ضفذع‬

6
“Suatu ketika ada seorang tabib yang berada di dekat Rasulullah menyebutkan tentang obat-
obatan. Di antaranya di sebutkan bahwa katak digunakan untuk obat. Lalu rasul melarang
membunuh katak” (HR. Ahmad : 15757).
Hukum membunuh serta konsumsi katak termasuk dalam hukum separuh-separuh
yaitu separuh halal dan separuh haram. Halal karena bangkainya bisa dimakan dan haram
karena katak tidak bisa disembelih (hewan darat). Dari hasil yang telah disepakati oleh
Majelis Ulama Indonesia memutuskan, bahwa membenarkan adanya pendapat Madzhab
Syafi’i/Jumhur Ulama tentang tidak halalnya memakan daging katak.

7
BAB III
KESIMPULAN

3.1 Kesimpulan
Setelah membaca, memahami, menelaah mengenai manfaat daging katak dalam
menurunkan kolesterol bagi penderita hiperkolesterolemia yang jika ditinjau dari prespektif
Islam, dapat disimpulkan bahwa :
1. Katak termasuk hewan amfibi yang hidup di dua tempat (air dan darat), sehingga
hukum Hukum membunuh serta konsumsi katak termasuk dalam hukum separuh-
separuh yaitu separuh halal dan separuh haram. Halal karena bangkainya bisa
dimakan dan haram karena katak tidak bisa disembelih (hewan darat).
2. Katak termasuk dalam hewan yang khabais (kotor, jorok dan menjijikkan) sehingga
diharamkan untuk membunuh dan mengkonsumsi.
3. Majelis Ulama Indonesia memutuskan, bahwa membenarkan adanya pendapat
Madzhab Syafi’i/Jumhur Ulama tentang tidak halalnya memakan daging katak.

8
DAFTAR PUSTAKA

Deric. (2012). Memilih dan Memelihara 35 Jenis Reptil dan Amfibi. Jakarta Selatan: PT.
Agromedia Pustaka.

Fauzan, S. (1988). ّ‫األطئًث و أحكبو انصيذ ان َّزبي‬. ‫سيبض‬: ‫يكحبة انًعبسف‬.

Ghazali, I. (2002). Benang Tipis Antara Halal dan Haram. Surabaya: Putra Pelajar.

Haqq, S. (2009). 'Aunul Ma'bud, jilid 10. Lebanon: Darul Kitab Ulmiyyah.

Kursini, M. (2007). Konservasi Amfibi di Indonesia : Masalah Global dan Tantangan. Jurnal
Konversi Sumber Daya Hutan dan Ekowisata, Vol. XII, No. 2.

Oliveira, L., Filho, S., Pereira, M., & Mello, S. (2017). Frog Meat in Special Diets : Potential
For Use as a Functional Food. Bol. Inst. Pesca, São Paulo : 44, 99-106.

Ozogul, F., Olgunoglu, A., & Boga, E. (2008). Comparison of Fatty Acid, Mineral and
Proximate Composition of Body and Legs of Edible Frog (Rana esculenta).
International Journal of Food Sciences and Nutrition, 59 (7-8), 558-565.

Paixãu. (2009). Aplicação Terapêutica da Carne de Rã. Nutrição em Pauta : 94, 21-25.

Rasjid, S. (2013). Fiqh Islam. Bandung: Sinar Baru Algensindo.

Wahyuni, E. (2019). Kedudukan Hadist Tentang Hewan Amfibi. SKRIPSI.

Yani, M. (2015). Mengendalikan Kadar Kolesterol Pada Hiperkolesterolemia. Jurnal


Olahraga Prestasi Vol. 11 No. 2, 1-7.

Yani, M. (2015). Mengendalikan Kolesterol Pada Hiperkolesterolemia. Jurnal Olahraga


Prestasi, Vol 11. No 2, 1-7.

Anda mungkin juga menyukai