Anda di halaman 1dari 20

BAB II

KAJIAN TEORI

2.1 Model Pembelajaran Diskursus Multi Representasi

Model pembelajaran Diskursus Multi Representasi sejalan dengan

beberapa teori pembelajaran yaitu teori kognitif Bruner, teori kontruktivisme,

teori pemrosesan informasi, teori dual coding dan teori multiple intelligences.

Terdapat tiga tahap perkembangan kognitif siswa yang ditentukan oleh caranya

melihat lingkungan menurut Bruner (dalam Herman,2007) adalah sebagai berikut.

1. Tahap Enaktif

Suatu tahap pembelajaran yang dipelajari oleh siswa menggunakan benda-

benda konkret dalam pembelajaran yang bersifat abstrak. Dalam bentuk benda-

benda nyata diwujudkan atau dipresentasikan dalam topik pembelajaran.

2. Tahap Ikonik

Suatu tahap pembelajaran yang menggambarkan kegiatan nyata dengan

benda-benda konkret yang dipelajari siswa dengan menggunakan ikon, gambar

atau diagram ketika materi pembelajaran bersifat abstrak,.

3. Tahap Simbolik

Kemampuan dalam berbahasa dan logika sangat mempengaruhi siswa

sehingga mampu untuk memiliki ide-ide atau gagasan-gagasan abstrak. Anak

belajar melalui simbol-simbol bahasa, logika dan matematika dalam memahami

dunia sekitarnya. Komunikasinya dilakukan dengan menggunakan banyak simbol,

15
16

meskipun begitu tidak berarti ia tidak lagi menggunakan tahap enaktif dan ikonik.

Salah satu bukti masih diperlukannya tahap enaktif dan ikonik dalam proses

belajar adalah penggunaan media dalam kegiatan pembelajaran.

Menurut teori belajar konstruktivisme, pengetahuan siswa dibangun dalam

konteks interaksi dengan teman sebaya ataupun faktor eksternal lainnya. Dalam

teori konstruktivis adapun aspek yang diperhatikan yaitu pembelajaran berpusat

pada siswa dan memanfaatkan media pembelajaran sebaik mungkin. Teori

pemrosesan informasi menurut Atkinson & Shiffrin (dalam Solso, 2008) bahwa

sistem pemrosesan kognisi yang melibatkan fungsi memori kerja (working

memory) perilaku manusia seperti berbicara, menulis, interaksi sosial, dan

sebagainya adalah untuk disimpan dalam memori jangka panjang yang nantinya

dapat diaktifkan dalam proses menalar dan mengingat. Menurut teori dual coding

bahwa informasi yang diterima seseorang diproses melalui salah satu dari dua

channel, yaitu channel verbal seperti teks dan suara dan channel visual

(nonverbal image) seperti diagram, gambar, dan animasi (Solso, 2008). Dalam

pandangan teori multiple intelligences (kecerdasan jamak) model Diskursus Multi

Representasi berkaitan dengan beberapa kecerdasan jamak seseorang yaitu (1)

Kecerdasan verbal-linguistik yaitu kemampuan dalam berbahasa, (2) Logis-

matematis yaitu kemampuan dalam mengeksplorasi objek atau simbol, (3)

Adapun kemampuan yang berkaitan dengan bakat seni seperti kecerdasan

menggambar dalam berbagai bentuk yaitu kemampuan visual spasial, (4)

Jasmaniah-kinestik yaitu kemampuan menggunakan seluruh tubuh dalam

mengekspresikan ide, menggunakan tangan untuk menghasilkan atau

mentransformasi sesuatu, dan perasaan, (5) Interpersonal yaitu kemampuan

memahami pikiran, perilaku orang lain , dan sikap (Yaumi, 2012).


17

Diskursus merupakan pertukaran ide secara verbal melalui percakapan

dalam kelompok diskusi. Menurut Hudiono (2010) diskursus merupakan salah

satu komponen penting dalam pembelajaran matematika di samping tiga

komponen lainnya, seperti lingkungan belajar, tugas, dan analisis pembelajaran.

Model ini menggunakan berbagai representasi yang lebih konkret agar tercapainya

tujuan pembelajaran. Representasi yang digunakan dalam bentuk verbal, gambar,

diagram, tabel, grafik, persamaan matematis, video kontekstual dan alat dalam

bentuk benda konkret agar siswa dapat memahami dengan materi yang

dibelajarkan Hudiono (2010). Menurut Lestari & Yudhanegara (2012) model

pembelajaran Diskursus Multi Representasi merupakan pembelajaran yang

berorientasi pada pembentukan, penggunaan dan pemanfaatan berbagai

representasi dengan setting kelas dan kerja kelompok.. Maka dari uraian diatas

dapat disimpulkan model pembelajaran Diskursus Multi Representasi adalah suatu

pembelajaran yang lebih mengarah pada pembelajaran berkelompok saling

membantu untuk menyelesaikan suatu permasalahan dengan menggunakan

berbagai representasi. Hal ini sejalan dengan pandangan teori-teori pembelajaran

di atas. Model pembelajaran Diskursus Multi Representasi mempunyai beberapa

tahapan dalam proses pembelajarannya yaitu: persiapan, pendahuluan,

pengembangan, penerapan, dan penutup. Adapun sintaks dari model pembelajaran

Diskursus Multi Respresentasi yaitu sebagai berikut.


18

2.1.1 Sintaks

Tabel 2.1.1 Langkah-langkah Pembelajaran Model Pembelajaran Diskursus

Multi Representasi

Tahap
Aktivitas Guru Aktivitas Siswa
Pelaksanaan
3.9 Membuka pembelajaran 3.11 Menyampaikan salam dan
dengan menyampaikan salam melakukan doa bersama serta
dan melakukan doa bersama menyampaikan kehadiran
sebelum pembelajaran siswa.
dimulai serta mengecek 3.12 Membagi diri menjadi
kehadiran siswa. beberapa kelompok yang telah
Persiapan
3.10 Memecah siswa menjadi ditentukan berdasarkan
beberapa kelompok, banyak musyawarah kelas untuk
anggota dalam satu melaksanakan kegiatan diskusi
kelompok disesuaikan kelompok dalam pembelajaran
dengan banyak siswa di menurut kelompok yang telah
kelas. dibagikan oleh guru.
Menanya
 Melempar beberapa  Mengingat kembali materi
pertanyaan yang berkaitan yang telah dipelajari berkaitan
Pendahuluan dengan materi yang dengan materi yang dipelajari
diajarkan. serta menanggapi pertanyaan-
 Membagikan LKS, pertanyaan yang diajukan
representasi benda konkret. guru.
Pengembangan Mengamati
 Menampilkan materi  Memahami dan mengetahui
pembelajaran dalam bentuk materi dengan menyelesaikan
simulasi komputer maupun permasalahan yang ada pada
media untuk menyelesaikan LKS bersama kelompok.
permasalahan yang ada pada
LKS.
Mengumpulkan informasi  Menyelesaikan LKS yang
 Memfasilitasi kelompok dibagikan guru dengan
siswa yang mengalami kelompok masing-masing.
permasalahan dalam
menyelesaikan permasalahan
yang ada pada LKS.
Mengasosiasikan/Mengolah
informasi
 Memberikan arahan dan
bimbingan kepada siswa
dalam menyelesaikan LKS
dalam bentuk multi
19

Tahap
Aktivitas Guru Aktivitas Siswa
Pelaksanaan
representasi.

Mengomunikasikan
 Meminta siswa untuk  Mengomunikasikan hasil
menyiapkan laporan akhir diskusi kelompok ke depan
kelompok. kelas dan kelompok siswa lain
 Menunjuk siswa secara acak menanggapi.
untuk tampil ke depan kelas
mempresentasikan hasil
Penerapan
diskusi kelompoknya.
 Memberikan kesempatan
bagi kelompok siswa lain
untuk menanggapi presentasi
kelompok siswa penyaji.
 Memberikan penguatan atas
hasil diskusi siswa.
 Mengajak siswa untuk  Merangkum materi
merangkum materi pembelajaran secara bersama-
pembelajaran. sama dengan guru.
 Melakukan evaluasi dan  Memperoleh feedback
refleksi pembelajaran dalam terhadap penguasaan diri
Penutup
bentuk tes. terkait materi yang diajarkan
 Menutup pembelajaran dengan mengerjakan tes yang
dengan salam. diberikan oleh guru.
 Menutup pembelajaran dengan
salam.

2.1.2 Sistem pendukung

Sistem pendukung dari model pembelajaran Diskursus Multi Representasi

adalah segala bahan, sarana, alat atau suasana belajar yang diperlukan oleh siswa

untuk mendapatkan informasi yang sesuai untuk mencapai tujuan pembelajaran,

seperti Lembar Kerja Siswa (LKS), buku refrensi, Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran (RPP) dan sumber lainnya yang diperlukan untuk memfasilitasi

proses pembelajaran dalam menanamkan konsep kepada siswa.


20

2.1.3 Sistem sosial

Sistem sosial merupakan suatu norma dan suasana yang berlaku dalam

suatu pembelajaran. Model pembelajaran ini merupakan model yang berpusat

pada siswa dengan setting berkelompok, guru sebagai fasilitator bagi siswa dan

siswa saling membantu satu dengan yang lainnya untuk memahami konsep materi

yang diajarkan melalui diskusi kelompok. Interaksi yang terjadi antara siswa

dengan siswa, siswa dengan guru, siswa dengan bahan ajar. Interaksi dalam

kelompok siswa tidak hanya terjadi pada kelompok kecil melainkan terjadi pula

dalam kelompok besar (kelas). Hal ini selain berdampak pada penguasaan konsep

pada diri siswa, berdampak pula pada peningkatan rasa sosial antara siswa satu

dengan siswa yang lainnya.

2.1.4 Prinsip reaksi

Prinsip reaksi menggambarkan bagaimana seharusnya seorang guru

memandang, memperlakukan, dan merespon siswa. Pada proses pembelajaran

menggunakan model pembelajaran ini guru bertindak sebagai fasilitator dan

moderator di dalam proses pembelajaran. Guru sebagai fasilitator yaitu

mendorong atau memotivasi siswa untuk belajar, menyediakan sumber-sumber

belajar, dan memberikan bantuan kepada siswa agar siswa dapat mengkonstruksi

pengetahuannya sendiri. Guru sebagai moderator yaitu guru memimpin jalannya

diskusi yang terjadi di dalam kelas, mengatur jalannya proses pembelajaran agar

tujuan pembelajaran dapat tercapai secara maksimal.


21

2.1.5 Dampak intruksional dan pengiring

Dampak instruksional merupakan hasil belajar yang diperoleh langsung

berdasarkan tujuan yang ingin dicapai dan dampak pengiring adalah hasil belajar

di luar dari yang ingin diraih. Siswa memiliki kemampuan dalam mengkonstruksi

pengetahuan, pemahaman konsep dan penguasaan materi pembelajaran

merupakan dampak instruksional, sedangkan dampak pengiring dari model ini

adalah kemandirian dalam belajar, munculnya rasa saling bekerja sama, mampu

berkomunikasi, melatih cara berfikir siswa melalui representasi yang digunakan,

sikap positif terhadap matematika. Pada proses pembelajaran dengan model

Diskursus Multi Representasi siswa membangun pengetahuannya dengan

menggunakan representasi-representasi di bawah tuntunan guru bersama

kelompoknya untuk menanamkan konsep yang diajarkan.

2.2 Video Kontekstual

Menurut Edgar Dale, dalam dunia pendidikan, penggunaan media/bahan/

sarana belajar seringkali menggunakan prinsip Kerucut Pengalaman, yang

membutuhkan media belajar seperti buku teks, bahan belajar yang dibuat oleh

guru dan “audio-visual” (Arif, 1994).

Gambar 2.1 Kerucut Pengalaman Dale


22

Salah..satu bagian dari media audio-visual adalah video. Video yang

didalamnya terdapat permasalahan-permasalahan yang memancing siswa untuk

berpikir lebih dari biasanya ini dinamakan dengan video kontekstual. Dalam

video siswa diajak untuk masuk kedalam dunia pendidik yang dalam hal ini

bertujuan untuk mempermudah melakukan transformasi ilmu dari pendidik

kepada siswa. Pemberian hal-hal yang kontekstual kepada siswa juga

mempermudah siswa untuk mempelajari dan mengingat materi pembelajaran

yang telah diberikan oleh guru.

Berikut merupakan beberapa cuplikan gambar dari video kontekstual pada

penelitian ini.

(A) (B)

(C) (D)

Gambar 2.2 Cuplikan Gambar Video Kontekstual

Pada cuplikan gambar di atas terdapat 4 gambar yaitu A, B, C, D. Gambar

A menjelaskan mengenai jenis atau topik yang di bahas pada video tersebut.

Gambar B dan C menjelaskan isi konten pada video tersebut, pada video diatas

menjelaskan tentang proses belanja barang di sebuah warung yang mengacu pada
23

materi pembelajaran yaitu perbandingan bilangan bulat. Dan pada gambar D

menayangkan pertanyaan pada permasalahan yang di bahas pada proses belajar

selanjutnya.

2.3 Model Pembelajaran Diskursus Multi Representasi dengan Media

Video Kontekstual

Dalam pembelajaran Diskursus Multi Representasi siswa di arahkan untuk

melaksanakan diskusi serta menyelesaikan masalah dengan berbagai representasi

yang berbantuan video kontekstual pembelajaran dilaksanakan dengan bantuan

media audio visual berupa video dengan berisikan pertanyaan - pertanyaan serta

hal-hal yang memancing rasa ingin tahu dari siswa. Video kontekstual diputar

pada awal pembelajaran berlangsung dan berhenti pada sebelum memulai diskusi.

Adapun langkah pertama dalam pembelajaran Diskursus Multi Representasi

dimulai dengan guru memecah siswa menjadi beberapa kelompok. Selanjutnya

guru memberikan wacana yang kemudian wacana tersebut berupa pemutaran

video yang berisikan materi serta pertanyaan yang membantu siswa dalam

penyusunan rangkuman. Selanjutnya siswa melakukan diskusi dan berakhir

dengan diskusi kelas untuk membahas materi yang telah mereka pelajari.

2.4 Pemahaman Konsep Matematika

Terdapat dua kata dalam pemahaman konsep yaitu pemahaman

(comprehension) dan konsep. Menurut Sardiman (2007: 42) “menguasai sesuatu

dengan pikiran dapat diartikan sebagai pemahaman atau comprehension, belajar

harus mengerti secara makna mental dan filosofinya, maksud dan implikasi serta

aplikasi-aplikasinya, sehingga menyebabkan siswa memahami suatu situasi”. Arti


24

dari konsep menurut Wardhani (2008:8) adalah “ide (abstrak) yang dapat

digunakan atau memungkinkan seseorang untuk mengelompokkan atau

menggolongkan sesuatu objek”. Menurut Kilpatrick, Swafford, dan Findell

(2001:5) bahwa “Conceptual understanding-comprehension of mathematical

concepts, operations, and relations” yang artinya, pemahaman konsep adalah

kemampuan dalam memahami konsep, relasi dan operasi dalam matematika.

Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa kemampuan dalam memahami

ide-ide abstrak untuk mengklasifikasikan objek-objek atau peristiwa-peristiwa

dalam matematika dapat diartikan sebagai pemahaman konsep matematika.

Salah satu kecakapan yang harus dimiliki siswa dalam bidang matematika

merupakan pemahaman konsep karena dengan penguasaan konsep yang baik

maka siswa mampu mengerjakan persoalan yang lebih bervariasi, selain itu siswa

juga mampu menyelesaikan permasalahan yang berkaitan dengan bidang

matematika dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Siswa dikatakan

memiliki kemampuan matematika yang baik jika siswa tersebut mampu

mengonstruksi makna dari pesan-pesan yang timbul dalam pengajaran seperti

komunikasi lisan, grafik dan tertulis menurut Anderson (2001). NCTM (2000)

menyatakan bahwa dalam prinsip belajar, siswa harus belajar matematika dengan

pemahaman, aktif membangun pengetahuan baru melalui pengalaman dan

pengetahuan sebelumnya. Menurut Hiebert dan Carpenter (dalam Mustamin,

2019) lima keuntungan pengajaran yang  menekankan kepada pemahaman, yaitu:

1. Pengetahuan itu mengakibatkan terbentuknya pemahaman yang lain karena

adanya kaitan antar pengetahuan yang dimiliki siswa sehingga terbentuk

pengetahuan baru melalui keterkaitan dengan pengetahuan yang sudah


25

dimiliki siswa dimana pemahaman memberikan generatif artinya bila seorang

telah memahami suatu konsep.

2. Suatu pengetahuan yang telah dipahami dengan baik melalui pengorganisasian

skema atau pengetahuan secara lebih efisien di dalam struktur kognitif berfikir

yang diatur dan dihubungkan secara efektif dengan pengetahuan-pengetahuan

yang lain sehingga pengetahuan itu lebih mudah diingat dapat diartikan

sebagai pemahaman memacu ingatan.

3. Jalinan yang terbentuk antara pengetahuan yang satu dengan yang lain dalam

struktur kognitif siswa yang mempelajarinya dengan penuh pemahaman

merupakan jalinan yang sangat baik dapat diartikan sebagai pemahaman

mengurangi banyaknya hal yang harus diingat.

4. Pemahaman suatu konsep matematika diperoleh siswa yang aktif menemukan

keserupaan dari berbagai konsep tersebut. Hal ini membantu siswa untuk

menganalisis apakah suatu konsep tertentu dapat diterapkan untuk suatu

kondisi tertentu yang dapat diartikan pemahaman meningkatkan transfer

belajar.

5.  Siswa yang memahami matematika dengan baik mempunyai keyakinan yang

positif yang selanjutnya membantu perkembangan pengetahuan

matematikanya yang dapat diartikan pemahaman memengaruhi keyakinan

siswa.

Untuk mengukur pemahaman konsep matematika siswa yaitu

menggunakan acuan NCTM (2000) yang menjelaskan bahwa indikator siswa

memahami konsep matematika. Adapun indikator yang digunakan dalam

penelitian ini adalah siswa dapat :


26

(1) Describe concept in their own words (menyatakan konsep dengan kata-kata

sendiri).

(2) Identify or give example an non example of concepts (memberikan contoh

dan bukan contoh dari konsep).

(3) Use concept correctly in a variety of situations (menggunakan konsep

dengan benar dalam berbagai situasi).

Apabila telah memiliki ketercapaian terhadap tiga indikator di atas siswa

dapat dikatakan memiliki pemahaman konsep yang baik. Siswa mampu

menyatakan dan mendefinisikan konsep yang telah diajarkan dengan kata-kata

sendiri dan benar sesuai dengan konsep yang ada. Sesuai dengan konsep yang

telah diajarkan siswa mampu memberikan contoh dan bukan contoh dari suatu

konsep dengan benar, sehingga terbentuk pemahaman menyeluruh dan

menggunakan matematika dalam berbagai situasi atau konteks sekalipun situasi

atau konteks tersebut di luar matematika dimana siswa juga harus mampu

mengembangkan pemahaman konsep matematikanya antar berbagai ide yang

saling terkait satu dengan yang lain. NCTM (2000) juga menyatakan bahwa

pemahaman konsep yang merupakan salah satu komponen terpenting, serta

pengetahuan faktual dan kecakapan prosedur merupakan salah satu temuan yang

terkuat dalam penelitian.

Dalam penelitian ini, pemahaman konsep matematika yang diharapkan

adalah pemahaman konsep matematika sesuai indikator yang diuraikan dalam

NCTM. Pemahaman konsep matematika siswa dinilai dengan tes pemahaman

konsep matematika.
27

2.5 Pembelajaran Konvensional

Pembelajaran konvensional merupakan pembelajaran yang sudah terbiasa

atau lazim digunakan oleh guru dalam proses pembelajaran. Berdasarkan

informasi yang diperoleh dari guru matematika SMP Negeri 1 Rendang

pembelajaran konvensional yang digunakan yaitu model pembelajaran discovery

learning. Pada proses pembelajaran kooperatif guru memegang peranan penting

bagi jalannya proses pembelajaran. Adapun langkah-langkah pembelajaran yang

diterapkan di SMP Negeri 1 Rendang yaitu sebagai berikut.

Tabel 2.5.1 Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran Konvensional

Tahap Aktivitas Guru Aktivitas Siswa


Pelaksanaan
 Guru meminta siswa untuk  Siswa melakukan doa
berdoa bersama sebelum sebelum belajar (seorang
pelajaran dimulai. siswa memimpin doa)
 Guru mengecek kehadiran  Siswa mempersiapkan
siswa dan meminta siswa perlengkapan,
untuk mempersiapkan kebersihan lingkungan
perlengkapan, kebersihan kelas dan peralatan yang
lingkungan kelas dan diperlukan.
peralatan yang diperlukan.
Apersepsi
Pendahuluan
 Mengingatkan kembali  Siswa menerima
materi yang berkaitan informasi tentang
dengan materi yang pembelajaran yang
diajarkan kepada siswa. dilaksanakan dengan
materi yang memiliki
keterkaitan dengan
materi sebelumnya serta
menjawab pertanyaan-
pertanyaan guru.
Mengamati
Inti  Guru meminta siswa  Siswa mengamati
mengamati konteks atau konteks atau situasi
situasi yang berkaitan yang berkaitan dengan
dengan penggunaan materi penggunaan materi yang
yang diajarkan. diajarkan dalam
kehidupan sehari-hari.
 Guru memberikan  Memperhatikan
gambaran materi. penjelasan guru.
28

Tahap Aktivitas Guru Aktivitas Siswa


Pelaksanaan
Menanya
 Guru mengorganisasikan  Siswa membentuk
siswa menjadi beberapa kelompok.
kelompok dan
membagikan LKS pada
masing-masing kelompok.
 Guru meminta siswa untuk  Siswa termotivasi untuk
mendiskusikan dan berdiskusi dan
menyelesaikan persoalan menanyakan tentang
yang ada pada LKS. permasalahan yang
dikerjakan pada LKS
bersama kelompok.
Mengumpulkan informasi
 Guru berkeliling dan  Siswa dalam kelompok
memfasilitasi setiap membaca / menyimak
kelompok siswa apabila materi pada buku dan
ada permasalahan dalam mengumpulkan
diskusi. informasi untuk
menyelesaikan
permasalahan.

Mengasosiasikan/Mengolah
informasi
 Guru membimbing siswa  Siswa menyelesaikan
dalam diskusi kelompok dan mendiskusikan
dan melakukan permasalahan pada
pengamatan terhadap LKS bersama
aktivitas siswa. kelompoknya.
Mengomunikasikan
 Guru menunjuk beberapa  Siswa yang ditunjuk
wakil kelompok (minimal mepresentasikan hasil
satu orang) diskusi kelompoknya.
mempresentasikan secara
tertulis dan lisan hasil
pembelajaran atau apa
yang telah dipelajari pada
tingkat kelas atau tingkat
kelompok mulai dari apa
yang telah dipahami
berkaitan dengan keliling
dan luas segitiga yang
dipelajari berdasarkan
hasil diskusi dan
pengamatan.
 Guru memberikan siswa  Siswa lain menanggapi
lain untuk menanggapi hasil persentasi dari
29

Tahap Aktivitas Guru Aktivitas Siswa


Pelaksanaan
hasil presentasi meliputi kelompok siswa
tanya jawab untuk penyaji.
mengkonfirmasi,
memberikan tambahan
informasi, melengkapi
informasi ataupun
tanggapan lainnya.
 Merangkum materi yang  Merangkum materi
telah dibahas bersama yang telah dibahas
siswa. bersama guru.
 Guru memberikan arahan  Menyimak yang
untuk mencari referensi disampaikan oleh guru.
terkait materi yang telah
dipelajari baik melalui
buku-buku di
perpustakaan atau mencari
di internet untuk memberi
Penutup
penguatan materi yang
telah di pelajari.
 Melakukan evaluasi dan 
Mengerjakan tes yang
refleksi pembelajaran diberikan guru secara
dalam bentuk tes individu.
 Guru memberikan tugas.  Mencatat tugas yang
diberikan.
 Menutup pembelajaran  Menutup pembelajaran
dengan salam. dengan salam.
(Sumber: RPP Guru SMP N 1 Rendang, 2019)

2.6 Penelitian yang Relevan

Adapun hasil penelitian yang relevan dengan model pembelajaran yang

dilakukan dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut.

Penelitian oleh Huda dengan judul “Implementasi Model Diskursus Multi

Reperesentasi Untuk Meningkatkan Keterampilan Sosial Siswa Pada Mata

Pelajaran Aqidah Akhlak Di MTS Sabilul Ulum Mayong Jepara Tahun Pelajaran

2015/2016”. Dari penelitian ini, diperoleh kesimpulan bahwa konsep model DMR

dalam hal meningkatkan keterampilan sosial mampu tercapai melalui tugas

kelompok serta diskusi yang dapat mengutarakan pendapat siswa. Serta


30

implementasi model model DMR dalam hal meningkatkan keterampilan sosial

mampu tercapai melalui penyaluran pendapat siswa ketika mengerjakan tugas.

Penelitian oleh Tamin dengan judul “Penerapan Model Pembelajaran

DMR (Diskursus Multi Reperesentasi) Dengan Puzzle Kubus Dan Balok Untuk

Meningkatkan Keaktifan Dan Hasil Belajar Materi Pokok Kubus Dan Balok

Siswa Kelas VIIID SMP Muhammadiyah 8 Semarang Tahun Pelajaran

2014/2015”. Dari penelitian ini diperoleh kesimpulan bahwa adanya peningkatan

keaktifan dan hasil belajar materi pokok kubus dan balok, hal ini dibuktikan

dengan peningkatan keaktifan dan hasil belajar pada setiap siklusnya. Pada siklus

1, masih belum sesuai dengan rencana tindakan. Hal ini disebabkan siswa belum

memahami mekanisme pembelajaran model pembelajaran DMR dengan puzzle

kubus dan balok dengan rencana tindakan yang telah disusun, dan indikator yang

peneliti harapkan sudah tercapai di siklus 2. Oleh karena itu, peneliti dan guru

sebagai kolabolator peneliti memutuskan tidak perlu diadakan siklus berikutnya.

Penelitian oleh Tristiyanti dengan judul “Kemampuan Pemecahan

Masalah Matematis Siswa Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe

Diskursus Multi Representasi Dan Reciprocal Learning (Studi Penelitian di MTs.

Mathlaul Ulum Garut)”. Dari penelitian ini diperoleh kesimpulan bahwa

interpretasi peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematika yang

mendapatkan model pembelajaran kooperatif tipe DMR berdasarkan analisis data

diperoleh peningkatannya sedang.

Penelitian yang dilakukan oleh Purwasih dengan judul “Pengaruh

Diskursus Multi Representasi terhadap Peningkatan Kemampuan Komunikasi

Matematis Siswa Kelas VIII SMP Negeri 5 Bandung Semester Ganjil Tahun

Ajaran 2009/2010” penelitian ini menyimpulkan model pembelajaran Diskursus


31

Multi Representasi dapat menggali komunikasi matematis siswa yang ditunjukkan

dengan adanya interaksi baik antar siswa, antar guru dan siswa maupun pada saat

menjawab pertanyaan LKS, sedangkan hasil analisis wawancara mengungkapkan

bahwa secara umum pembelajaran melalui Diskursus Multi Representasi termasuk

suasana pembelajaran yang menyenangkan.

Penelitian yang dilakukan oleh Waldrip, dkk dengan judul Using Multi-

Modal Representations to Improve Learning in Junior Secondary Science

penelitian ini menyimpulkan bahwa dengan menggunakan multi representasi

dalam proses pembelajaran maka pemahaman yang dimiliki siswa semakin

meningkat pada bidang sains.

Penelitian yang dilakukan Abadi Pengaruh Model Pembelajaran Kuantum

Berbantuan Media Video Kontekstual Terhadap Hasil Belajar IPA Siswa Di SDN

2 Dangin Puri. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa penggunaan model

pembelajaran kuantum berbantuan media video kontekstual memberikan pengaruh

signifikan terhadap hasil belajar siswa. Relevansi dengan penelitian yang

dilakukan oleh peneliti Abadi terletak pada media pembelajaran yang sama-sama

menggunakan video kontekstual sebagai media sarana peningkatan pembelajaran

dalam meningkatkan pemahaman konsep matematika siswa. Berdasarkan paparan

hasil penelitian tersebut memberikan gambaran dan wawasan bahwa video

kontekstual merupakan salah satu media pembelajaran yang menarik dan kreatif

yang dapat digunakan untuk menjadikan pembelajaran lebih aktif dan

menyenangkan, yang pada akhirnya mampu mempengaruhi hasil pemahaman

konsep matematika siswa.

Relevansi penelitian di atas yang dilakukan Huda, Tamin, Tristiyanti,

Purwasih, dan Burce terletak pada model pembelajaran yang sama-sama


32

menggunakan model pembelajaran Diskursus Multi Representasi. Jadi, paparan

penelitian tersebut memberikan gambaran dan wawasan bahwa model Diskursus

Multi Representasi merupakan salah satu model pembeljaran inovatif yang dapat

digunakan untuk menjadikan pembelajaran lebih efektif dan efisien dalam

meningkatkan pemahaman konsep matematika siswa.

Dari hasil penelitian di atas dapat dilihat bahwa model pembelajaran

Diskursus Multi Representasi merupakan pembelajaran yang inovatif dan

memiliki pengaruh terhadap kemampuan komunikasi matematika, melalui

pendekatan diskursus dapat meningkatkan kemampuan prosedural matematika

dan melalui pendekatan multi representasi dapat meningkatkan pemahaman

konsep matematika dalam materi bilangan.

2.7 Kerangka Berpikir

Kegiatan belajar dapat dikatakan berhasil dengan baik apabila siswa

merasa aman, nyaman, dan senang dalam mengikuti kegiatan pembelajaran.

Kegiatan pembelajaran hendaknya dilaksanakan dalam situai yang

menyenangkan, memotivasi, menantang, interaktif, dan inspiratif. Akan tetapi

salah satu mata pelajaran yang sering membuat siswa menjadi bosan belajar,

malas, dan tidak menyenangkan adalah pelajaran matematika.

Dalam pembelajaran matematika terdapat beberapa kemampuan yang

harus dikuasai siswa untuk tercapainya tujuan-tujuan yang diinginkan. Salah satu

dari kemampuan yang harus dimiliki oleh siswa adalah pemahaman konsep

matematika. Pemahaman konsep merupakan hal yang mendasar dalam

pembelajaran matematika dan menjadi prasyarat untuk menguasai materi atau

konsep berikutnya. Siswa dituntut bisa menyelesaikan masalah non rutin atau
33

soal-soal yang dituntut dalam tes yang diadakan dengan menggunakan

pemahaman konsep yang telah mereka miliki. Siswa dikatakan memahami konsep

jika: 1) mampu mendefinisikan atau mengungkapkan konsep; 2) mampu memberi

contoh dan bukan contoh dari konsep; 3) mampu menggunakan konsep dengan

benar dalam berbagai situasi.

Menyadari pentingnya pemahaman konsep dalam matematika, maka

pemahaman konsep dapat ditingkatkan dengan model pembelajaran yang inovatif.

Salah satu model pembelajaran yang diduga mampu meningkatkan pemahaman

konsep matematika adalah model pembelajaran Diskursus Multi Representasi

berbantuan Video Kontekstual. Dengan video kontekstual diharapkan dapat

membantu siswa memahami kondisi secara nyata sehingga siswa dapat

memahami konsep dengan menghubungkan dengan pengalaman nyata yang

dialami melalui video.

Dalam langkah model pembelajaran Diskursus Multi Representasi

berbantuan Video Kontekstual dapat memunculkan kegiatan yang dapat

meningkatkan indikator pemahaman konsep. Dalam menggali informasi dengan

berbagai representasi teman sebaya siswa dituntut untuk dapat menggali informasi

yang dibutuhkan dan saling mengisi antar siswa sehingga nantinya dapat

terbentuk pemahaman sendiri terhadap konsep-konsep yang ada. Menyampaikan

konsep yang diperoleh dengan kata-kata sendiri berarti siswa dituntut untuk dapat

mengungkapkan pemahamannya dengan siswa lain. Dengan mencoba latihan

dalam kelompok siswa dituntut untuk dapat saling membantu agar muncul

berbagai daya representasi sehingga siswa dapat menemukan konsepnya sendiri.

Melihat dari hal tersebut terlihat bahwa masing-masing kegiatan dalam model
34

pembelajaran Diskursus Multi Representasi berbantuan video memiliki dampak

positif terhadap pemahaman konsep matematika siswa. Sehingga dengan

menggunakan model Diskursus Multi Representasi berbantuan Video Kontekstual

diduga dapat meningkatkan pemahaman konsep siswa. Berdasarkan hal inilah

peneliti tertarik untuk meneliti pengaruh model pembelajaran Diskursus Multi

Representasi berbantuan video kontekstual terhadap pemahaman konsep

matematika siswa.

2.8 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan teori dan kerangka berpikir yang telah dipaparkan di atas,

dapat dirumuskan hipotesis pada penelitian ini yaitu sebagai berikut:

“Pemahaman konsep matematika siswa yang dibelajarkan dengan model

pembelajaran Diskursus Multi Representasi berbantuan Video Kontekstual lebih

tinggi dari pada pemahaman konsep matematika siswa yang dibelajarkan dengan

pembelajaran konvensional”.

Anda mungkin juga menyukai