Anda di halaman 1dari 20

PEMERIKSAAN PROTOZOA USUS

(Laporan Praktikum Parasitologi)

Oleh

Kiky Rizki Nirwana


1917021013

PROGRAM STUDI BIOLOGI


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS LAMPUNG
2021
LEMBAR PENGESAHAN

Judul Percobaan : Cara Menggunakan Mikroskop

Tanggal Percobaan : 30 Maret 2021

Nama : Kiky Rizki Nirwana

NPM : 1917021013

Program Studi : Biologi

Fakultas : Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Kelompok : II (Dua)

Bandar Lampung, 6 April 2021


Mengetahui
Asisten

Putri Oktariana
NPM. 1817021004
I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Ilmu tentang parasit telah lama menunjukan peran pentingnya dalam bidang
kesehatan hewan dan manusia. Namun masih banyak penyakit baik pada hewan dan
manusia yang merupakan masalah kesehatan di Indonesia. Pertumbuhan yang tidak
diimbangi sarana dan prasarana, telah menimbulkan lingkungan yang tidak sehat.
Contohnya seperti makin berkurangnya air bersih, pencemaran air dan tanah yang
menciptakan kondisi lingkungan fisik yang memungkinkan timbulnya sumber infeksi
termasuk oleh penyakit parasitik.

Identifikasi suatu parasit bergantung pada persiapan bahan yang baik, untuk
pemeriksaan baik dalam keadaan hidup maupun sediaan yang telah di pulas. Bahan
yang akan di periksa tergantung dari jenis parasitnya, untuk cacing atau protozoa usus
maka bahan yang akan di periksa adalah tinja atau feses, sedangkan parasit darah dan
jaringan dengan cara biopsi, kerokan kulit maupun imunologis.

Parasitologi adalah ilmu yang mempelajari tentang parasit, inangnya dan hubungan di
antara keduanya. Sebagai salah satu bidang studi biologi, cakupan parasitologi
ditentukan oleh organisme dan lingkungan terkait. Oleh karena itu ilmu parasitology
tidak dapat dipisahkan dengan cabang ilmu biologi lainnya seperti biologi sel,
bioinformatika, biokimia, biologi molekuler, imunologi, genetika, evolusi dan
ekologi.

Dalam menegakkan diagnosis penyakit yang disebabkan oleh parasit, seringkali


diperlukan pemeriksaan laboratorium untuk dapat menemukan parasit tersebut,
sehingga diperlukan pengetahuan tentang morfologi parasit yang dimaksud. Untuk
memperoleh hasil yang baik serta mendapatkan kepastian diagnosa suatu penyakit
parasit dari suatu bahan pemeriksaan, diperlukan pengetahuan tentang teknik - teknik
pemeriksaan parasit, karena hanya dengan teknik pemeriksaan tersebut, parasit akan
lebih mudah ditemukan serta diidentifikasi.

1.2 Tujuan Praktikum


Adapun tujuan dari praktikum ini adalah sebagai berikut:
1) Mengetahui jenis-jenis protozoa usus.
2) Mengetahui penyakit-penyakit yang disebabkan oleh protozoa usus.
3) Mengetahui cara pemeriksaan protozoa usus.
II. TINJAUAN PUSTAKA

Protozoa berasal dari kata protos yang berarti pertama dan zoo berarti hewan
sehingga disebut sebagai hewan pertama. Merupakan filum hewan bersel satu yang
dapat melakukan reproduksi seksual (generative) maupun aseksual (vegetative).
Hewan protozoa ini mempunyai struktur yang lebih majemuk dari sel tunggal hewan
multiseluler dan walupun hanya terdiri dari satu sel, namun protozoa merupakan
organisme sempurna. Karena sifat struktur yang demikian itu maka berbagai
ahli dalam zoology menakaman protozoa itu aseluler tetapi keseluruhan organisme
dibungkus oleh satu plasma membrane. Habitat hidupnya adalah tempat yang basah
atau berair. Jika kondisi lingkungan tempat hidupnya tidak menguntungkan maka
protozoa akan membentuk membrane tebal dan kuat yang disebut kista. Protozoa
berukuran sangat kecil, berukuran kurang dari 10 mikron dan walaupun jarang ada
yang mencapai 6 milimeter, contohnya: ciliate spirostomum sp (3 mm) dan sporozoa
porospora gigantean (6 mm). Protozoa hidup di dalam air tawar, dalam air laut, tanah
yang lembab atau dalam tubuh hewan air (Hadioetomo, 1993).

Parasit berasal dari kata parasites yang berarti jasad yang mengambil makanan.
Parasit dapat didefinisikan sebagai hewan atau tumbuhan yang hidup di atas atau di
dalam tubuh makhluk hidup lain dan hidupnya tergantung pada makhluk hidup
tersebut serta memperoleh keuntungan darinya. Berdasarkan istilah, parasite
merupakan organisme yang hidup untuksementara ataupun tetap di dalam atau pada
permukaan organisme lain untuk mengambil makanan sebagian atau seluruhnya dari
organisme tersebut (Sandjaja, 2007).

Dari 7 spesies yang tergolong sebagai protozoa amuba yang hidup dalam saluran
pencernaan yaitu Entamoeba histolytica, Entamoeba coli, Entamoeba hartmanni,
Entamoeba polecki, Entamoeba gingivalis, Endolimax nana dan lodamoeba
butschilii; hanya Entamoeba histolytica yang bersifat patogen, dan juga ada yang
bersifat non patogen. Protozoa lainnya adalah non-patogen meskipun demikian
adanya kekurangtelitian dalam melakukan identifikasi di laboratorium menyebabkan
sulit membedakan antara Entamoeba histolytica dengan Entamoeba coli (Rita, 2010).

Kelompok pertama protozoa tidak tersebar begitu saja dalamlingkungan air, tetapi
setiap jenis kurang lebih mendiami tipe habitat tertentu seperti halnya hewantingkat
tinggi. beberapa jenis protozoa hidup di air tawar, di air laut dan lainnya lagi pada
dasar perairan. Kelompok protozoa ini terdapat di mana-mana di dunia di mana
terdapat air atau tempat berair atau tempat lembab.Kelompok kedua mudah
dipisahkan, karena semua parasitik dan tidak mempunyai cara untuk bergerak sendiri.
Mereka mempunyai habitat yang terbatas (Rohmimohtarto, 2007).

Infeksi protozoa usus merupakan salah satu masalah kesehatan di dunia terutama
Negara berkembang, dimana tingkat pendidikan yang rendah dan iklim tropis
merupakan faktor risiko infeksi protozoa usus. Prevalensi yang tinggi umumnya
ditemukan di lingkungan sosio-ekonomi rendah dan sanitasi yang buruk. Di Indonesia
sendiri infeksi yang disebabkan oleh protozoa usus dapat ditemukan di daerah
perkotaan ataupun daerah pedesaan (Marzain, dkk., 2018).

Spesies yang tergolong dalam protozoa usus yang mengakibatkan infeksi saluran
pencernaan pada manusia yaitu berasal dari kelas Rhizopoda adalah Entamoeba
histolytica, kelas Mastigophora adalah Giardia lamblia dan kelas Sporozoa adalah
Blastocystis hominis. Entamoeba histolytica merupakan salah satu protozoa yang
sering menjadi penyebab diare. Infeksi protozoa usus dapat terjadi karena tertelannya
makanan atau minuman yang terkontaminasi kista protozoa usus atau dengan
transmisi langsung fecal-oral. Setelah tertelan, umumnya protozoa usus hidup sebagai
patogen di usus halus dan usus besar, sehingga menimbulkan berbagai gejala seperti
rasa tidak enak di perut, diare, muntah dan demam. Tidak semua infeksi protozoa
menimbulkan gejala, beberapa orang dengan pemeriksaan feses positif protozoa usus
tidak merasakan gejala sama sekali (Marzain, dkk., 2018).
Giardia lamblia merupakan jenis protozoa yang memiliki peran paling konsisten
dalam menimbulkan malabsorbsi nutrien dibandingkan dengan protozoa lainnya.2
Walaupun dalam penelitian ini Giardia lamblia merupakan protozoa yang paling
banyak ditemukan, namun tidak ada hubungan yang signifikan antara infeksi
protozoa intestinal tersebut dengan status gizi (Julianti, dkk., 2017).
III. METODE PENELITIAN

3.1 Alat dan Bahan


Adapun alat yang digunakan pada praktikum ini adalah preparat objek glass,
mikroskop.
Adapun bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah minyak imersi, tinja,
larutan eosin, lugol dan garam fisiologis, lidi tisu, protozoa usus awetan.

3.2 Cara Kerja


a) Pengamatan preparat
1. Preparat awetan diletakkan di bawah mikroskop
2. Diamati menggunakan perbesaran 10 x 100 dengan minyak imersi
b) Pemeriksaan Protozoa Usus
• Teknik 1 (garam fisiologis)
1. Letakkan setetes larutan di atas kaca benda yang bersih dan
kering.
2. Ambilah sedikit tinja dengan sebatang lidi kemudian diaduk
dengan larutan garam faal pada kaca benda. Bagian – bagian kasar
dikeluarkan.
3. Sebuah kaca tutup diletakkan di atasnya perlahan – lahan hingga
cairan merata di bawah kaca tutup dan tidak terjadi gelembung
udara.
4. Periksa di bawah mikroskop dengan pembesaran lemah (10 x 10).
Bila sudah ditemukan parasit, periksalah dengan pembesaran
besar (10 x 45).
5. Periksalah sekurang-kurangnya 4 sediaan.
• Teknik 2 (lrutan eosin 2 %)
1. Dengan pipet, teteskan larutan eosin 2 % di atas benda kaca yang
kering
2. Ambilah sedikit tinja dengan sebatang lidi lalu diaduk dengan
larutan eosin pada kaca benda. Bagian-bagian kasar dikeluarkan.
3. Sebuah kaca tutup diletakkan di atasnya perlahan-lahan hingga
cairan merata di bawah kaca tutup dan tidak terjadi gelembung
udara.
4. Periksa di bawah mikroskop dengan pembesaran lemah (10 x 10).
Bila sudah ditemukan parasit, periksalah dengan pembesaran besar
(10 x 45).
5. Periksalah sekurang-kurangnya 4 sediaan.

• Teknik 3 (Larutan lugol)


Cara pembuatan sediaan sama dengan cara kerja menggunakan larutan eosin.
Hanya sediaan tidak perlu terlalu tipis. Cara ini dipakai untuk pemeriksaan
kista. Bentuk vegetatif dalam larutan iodium ini menjadi bulat karena mati.,
sehingga pemeriksaan bentuk vegetatif menjadi sukar sekali.
IV. PEMBAHASAN

Protozoa dapat ditemukan di mana-mana karena termasuk organisme kosmopolit.


Oleh karena itu, beberapa jenis protozoa dapat mengancam kesehatan manusia karena
dapat menyebabkan penyakit. Protozoa yang merugikan manusia sebagai penyebab
penyakit antara lain:

1. Entamoeba histolytica (E. hitolytica)

Entamoeba histolytica adalah sejenis parasit golongan protozoa usus, yang


sering hidup sebagai mikroorganisme komensal (apatogen) di
jaringan usus besar manusia, namun pada kondisi tertentu dapat
berubah menjadi patogen dengan cara membentuk koloni di dinding usus dan
menembus dinding usus sehingga menimbulkan ulserasi. Kelainan yang
ditimbulkan bervariasi tergantung lokasi dan beratnya infeksi. Manifestasi
klinis yang muncul dapat berupa asimptomatik (carrier), amebiasis in
testinal ringan-berat, amebiasis ekstraintestinal (terutama di hati) dan
amebiasis lain yang lebih jarang ditemukan misalnya amebiasis kulit,
paru, otak, dan organ lainnya. Penyakit ini ditularkan secara fekal oral baik
secara langsung (melalui tangan), maupun tidak langsung (melalui makanan
dan minuman yang terkontaminasi dengan tinja).

Dalam siklus hidupnya, E. histolytica memiliki stadium yang berbentuk


trofozoit – prakista – kista – metakista. Trofozoit berdiameter 10 – 60
mikrometer, ditemukan di bagian bawah usus halus, namun lebih sering
berada di kolon dan rektum yang melekat pada bagian mukosa. Trofozoit
adalah stadium infeksi, masuk ke dalam usus dan melakukan pembelahan
aseksual kemudia masuk ke dalam mukosa usus besar. Di dalam dinding usus
besar, trofozoit terbawa aliran darah menuju ke hati, paru, otak dan organ lain.
Trofozoit dalam saluran pencernaan melakukan pemadatan dan berubah
bentuk menjadi metakista. Metakista inilah yang akan keluar bersama tinja.

Umumnya seseorang yang terinfeksi oleh E. histolytica tidak mengalami


perubahan yang signifikan dan dapat menghilangkan parasit tersebut tanpa
menimbulkan penyakit. Akan tetapi, ada juga yang dapat menimbulkan
penyakit dalam kurun waktu lebih dari satu tahun. Penyakit tersebut harus
diobati agar tidak menular kepada lingkungan sekitar.

2. Entamoeba coli (E. coli)


Entamoeba coli merupakan salah satu jenis protozoa usus yang tidak
mengakibatkan penyakit dalam tubuh manusia, namun protozoa ini menjadi
salah satu pembanding terhadap Entamoeba histolityca. Dalam beberapa
penelitian tidak ditemukan bukti yang menyatakan bahwa Entamoeba coli
dapat menyebabkan penyakit dalam tubuh seseorang. Meski sesekali parasit
tersebut juga menelan sel darah merah. Oleh sebab itu, parasit ini digolongkan
ke dalam non-patogenik parasit.

Entamoeba coli dalam lumen usus dapat menyebabkan dispepsia,


hyperacidity, gastritis, dan gangguan pencernaan. Entamoeba coli memiliki
daur hidup yang hampir sama dengan Entamoeba histolytica. Amoeba ini
hidup sebagai komensal di dalam usus besar, memiliki bentuk vegetatif dan
kista.

Pada bentuk trofozoit Entamoeba coli memiliki ukuran lima belas sampai tiga
puluh mikron, berbentuk lonjong atau bulat, mempunyai satu inti sel, dengan
kariosom kasar dan biasanya letaknya eksentris, butir-butir kromatin perifer
juga kasar dan letaknya tidak merata. Ektoplasma tidak nyata, dan hanya
terlihat jika pseudopodium terbentuk. Bentuk trofozoit biasanya ditemukan
dalam tinja lembek atau cair.

Bentuk kista biasanya berukuran lima belas sampai dua puluh dua mikron,
bentuk bulat atau lonjong. Dinding kista tebal berwarna hitam. Dalam tinja
biasanya kista berinti dua atau delapan. Kista yang berinti dua mempunyai
vakuol glikogen yang besar dan benda kromatid yang halus dengan ujung
runcing seperti jarum. Kista matang berinti delapan biasanya tidak lagi
mengandung vakuol glikogen dan benda kromatoid.

3. Balantidium coli (B. coli)


Balantidium coli adalah salah satu dari parasit protozoa yang dapat menginfeksi
manusia, non human primate (NHPs), kuda, sapi, anjing, tikus dan babi, serta
distrubusinya tersebar di seluruh dunia. Ada dua bentuk dalam siklus hidup
protozoa ini, bentuk kista dan tropozoit. Tropozoit dikelilingi oleh silia-silia
kecil, dengan panjang 30-150 μm dan lebar 25-120 μm. Kista B. coli
berbentuk bulat sedikit melonjong dengan ukuran 40-60 μm.

Penyebaran parasit B. coli melalui kontaminasi kista B. coli pada makanan


dan minum dari kotoran babi terinfeksi. Predileksi dari B. coli adalah pada
usus besar (terutama kolon). Infeksi B. coli dapat menyebabkan dua bentuk
infeksi: infeksi kronis, bersifat asimptomatis dan tanda klinis yang muncul
tidak spesifik. Infeksi akut, akan menunjukan disentri, anoreksia, penururnan
berat badan, diare berdarah.

4. Giardia lamblia (G. lamblia)


Giardia lamblia adalah protozoa parasit flagellata yang menyebabkan
Giardiasis atau Lambliasis. Parasit ini mempunyai 2 stadium yaitu stadium
trofozoit dan stadium kista. Stadium trofozoit memiliki ukuran 12-15 mikron;
berbentuk simetris bilateral yang bagian anteriornya membulat dan bagian
posteriornya meruncing. Permukaan dorsal cembung (konveks) dan pipih di
sebelah ventral dan terdapat batil isap berbentuk seperti cakram yang cekung
dan menempati setengah bagian anterior badan parasit. Ia mempunyai
sepasang inti yang letaknya di bagian anterior, bentuknya oval dengan
kariosom di tengah atau butir-butir kromatin tersebar di plasma inti. Trofozoit
ini mempunyai 4 pasang flagel yang berasal dari 4 pasang blefaroplas.
Terdapat 2 pasang yang lengkung dianggap sebagai benda parabasal, letaknya
melintang di posterior dari batil isap.

Sedangkan stadium kista memiliki bentuk oval berukuran 8-12 mikron,


mempunyai dinding yang tipis dan kuat. Sitoplasmanya berbutir halus dan
letaknya jelas terpisah dari dinding kista. Kista yang baru terbentuk
mempunyai 2 inti; yang matang mempunyai 4 inti, letaknya pada satu kutub.

G. lamblia hidup di rongga usus kecil, yaitu duodenum dan bagian proksimal
yeyenum dan kadang-kadang di saluran dan kandung empedu. Bila kista
matang tertelan oleh hospes, maka akan terjadi ekskistasi di duodenum,
kemudian sitoplasma membelah dan flagel tumbuh dari aksonema sehingga
terbentuk 2 trofozoit. Dengan pergerakan flagel yang cepat trofozoit yang
berada di antara villi usus bergerak dari satu tempat ke tempat lain.

Cara infeksi dengan menelan kista matang yang dapat terjadi secara tidak
langsung melalui air dan makanan yang terkontaminasi, atau secara langsung
melalui fecal-oral.
5. Trichomonas hominis

Menurut tempat hidupnya genus Trichomonas pada manusia memiliki 3


spesies, yaitu Trichomonas hominis pada usus, Trichomonas tenax pada
rongga mulut, dan Trichomonas vaginalis terdapat pada saluran urogenital. Di
antara ketiga spesies ini hanya Trichomonas vaginalis saja yang menimbulkan
sakit pada manusia, sedangkan dua spesies lainnya apatogen. Genus
Trichomonas hanya memiliki bentuk tropozoit dan tidak memiliki bentuk
kista. Meskipun antar Trichomonas mempunyai perbedaan-perbedaan dalam
ukuran, ciri-ciri inti dan flagel, namun pemeriksaan laboratorium sulit
memastikan diagnostik spesises atas dasar morfologi, sehingga penting
diperhatikan tempat pengambilan spesimen sebagai tempat hidup parasit
untuk mempermudah menentukan spesies Trichomonas

Trichomonas hominis berukuran antara 8 - 12 mikron x 5 - 7 mikron dan rata-


rata 15 mikron. Sitoplasma berbintik-bintik halus dan banyak vakuole maka-
nan. Nukleus berbentuk cuboid dengan kariosome yang terletak sentral
(semua Trichomonas), membran inti terdiri dari granuler kromatin yang
halus. Terdapat 3 - 5 flagela dibagian anterior, flagella yang membatasi
membran yang bergelombang berakhir pada ujung posterior dan keluar
sebagai flagella yang bebas atau Free Flagellum. Membran bergelombang
sepanjang tubuhnya, Axonema menonjol keluar dari ekor. Mempunyai habitat
pada usus besar, terutama pada caecum. Pergerakkannya lebih cepat (bergerak
dengan cepat). Penularannya melalui mulut terutama pada orang-orang
dengan higine yang rendah.

Trichomonas hominis tidak memiliki tahap fibrosis. Para trofozoit ukuran dari
5-15m panjang oleh 7-10m dengan lebar. Bentuknya pyriform dan memiliki
axostyle yang berlangsung dari inti di tengah-tengah tubuh dan meluas dari
ujung tubuh dan membran bergelombang yang memperpanjang seluruh
panjang tubuh dan proyek dari tubuh seperti flagella.

Infeksi terjadi setelah menelan trophozoites dalam tinja terkontaminasi


makanan atau air, atau pada fomites. Pentatrichomonas berada di usus besar,
di mana ia dianggap sebagai komensal dan tidak diketahui menyebabkan
penyakit.
KESIMPULAN

Adapun kesimpulan yang dapat diambil pada praktikum ini adalah sebagai berikut:
1. Tidak semua spesies protozoa usus bersifat pathogen, contohnya Trichomonas
hominis.
2. Genus Trichomonas memiliki 3 spesies yang semuanya memiliki tempat
hidup berbeda.
3. Entamoeba hitolytica bisa bersifat pathogen bisa juga bersifat apathogen.
4. Entamoeba hitolytica dan Entamoeba coli memiliki siklus hidup yang sama.
5. Penyebaran protozoa usus dapat melalui makanan, minuman, perilaku hidup
yang kurang bersih.
6. Perilaku hidup bersih, makanan dan minuman yang kita konsumsi perlu
diperhatikan lebih agar kita tidak tertular oleh penyakit yang disebabkan
protozoa.
DAFTAR PUSTAKA

Dewi, Rita: 2010. Distribusi Parasit Usus Protozoa di Kabupaten Hulu Sungai Utara
Kalimantan Selatan. Suplemen Media Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan. Vol 20. No. 1. Hal (9-18).

Hadioetomo,R. S. 1993. Mikrobiologi Dasar dalam Praktek : Teknik dan


Prosedur Dasar Laboratorium. PT Gramedia Pustaka Utama.: Jakarta.

Julianti, F., Rusdji, S. R, Abdiana. 2017. Hubungan Infeksi Protozoa Intestinal


dengan Status Gizi Murid Sekolah Dasar di Kecamatan Ulakan
TapakisKabupaten Padang Pariaman. Jurnal Kesehatan Andalas. Vol. 6 (1):
13-19.

Marzain, M., Nofita, E., Semiarty, R. 2018. Identifikasi Protozoa Usus pada Pasien
yang Sedang Menjalani Kemoterapi di RSUP Dr M Djamil, Padang. Jurnal
Kesehatan Andalas. Vol. 7 (3): 364-369.

Rohmimohtarto, Kasijan.2017. Biologi Laut Ilmu Pengetahuan tentang Biota Laut .


Djambatan : Jakarta

Sandjaja, B. 2007. Parasitologi Kedokteran Buku I: Protozoologi Kedokteran,


Prestasi Pustaka Publisher: Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai