Oleh
NPM : 1917021013
Kelompok : II (Dua)
Putri Oktariana
NPM. 1817021004
I. PENDAHULUAN
Identifikasi suatu parasit bergantung pada persiapan bahan yang baik, untuk
pemeriksaan baik dalam keadaan hidup maupun sediaan yang telah di pulas. Bahan
yang akan di periksa tergantung dari jenis parasitnya, untuk cacing atau protozoa usus
maka bahan yang akan di periksa adalah tinja atau feses, sedangkan parasit darah dan
jaringan dengan cara biopsi, kerokan kulit maupun imunologis.
Parasitologi adalah ilmu yang mempelajari tentang parasit, inangnya dan hubungan di
antara keduanya. Sebagai salah satu bidang studi biologi, cakupan parasitologi
ditentukan oleh organisme dan lingkungan terkait. Oleh karena itu ilmu parasitology
tidak dapat dipisahkan dengan cabang ilmu biologi lainnya seperti biologi sel,
bioinformatika, biokimia, biologi molekuler, imunologi, genetika, evolusi dan
ekologi.
Protozoa berasal dari kata protos yang berarti pertama dan zoo berarti hewan
sehingga disebut sebagai hewan pertama. Merupakan filum hewan bersel satu yang
dapat melakukan reproduksi seksual (generative) maupun aseksual (vegetative).
Hewan protozoa ini mempunyai struktur yang lebih majemuk dari sel tunggal hewan
multiseluler dan walupun hanya terdiri dari satu sel, namun protozoa merupakan
organisme sempurna. Karena sifat struktur yang demikian itu maka berbagai
ahli dalam zoology menakaman protozoa itu aseluler tetapi keseluruhan organisme
dibungkus oleh satu plasma membrane. Habitat hidupnya adalah tempat yang basah
atau berair. Jika kondisi lingkungan tempat hidupnya tidak menguntungkan maka
protozoa akan membentuk membrane tebal dan kuat yang disebut kista. Protozoa
berukuran sangat kecil, berukuran kurang dari 10 mikron dan walaupun jarang ada
yang mencapai 6 milimeter, contohnya: ciliate spirostomum sp (3 mm) dan sporozoa
porospora gigantean (6 mm). Protozoa hidup di dalam air tawar, dalam air laut, tanah
yang lembab atau dalam tubuh hewan air (Hadioetomo, 1993).
Parasit berasal dari kata parasites yang berarti jasad yang mengambil makanan.
Parasit dapat didefinisikan sebagai hewan atau tumbuhan yang hidup di atas atau di
dalam tubuh makhluk hidup lain dan hidupnya tergantung pada makhluk hidup
tersebut serta memperoleh keuntungan darinya. Berdasarkan istilah, parasite
merupakan organisme yang hidup untuksementara ataupun tetap di dalam atau pada
permukaan organisme lain untuk mengambil makanan sebagian atau seluruhnya dari
organisme tersebut (Sandjaja, 2007).
Dari 7 spesies yang tergolong sebagai protozoa amuba yang hidup dalam saluran
pencernaan yaitu Entamoeba histolytica, Entamoeba coli, Entamoeba hartmanni,
Entamoeba polecki, Entamoeba gingivalis, Endolimax nana dan lodamoeba
butschilii; hanya Entamoeba histolytica yang bersifat patogen, dan juga ada yang
bersifat non patogen. Protozoa lainnya adalah non-patogen meskipun demikian
adanya kekurangtelitian dalam melakukan identifikasi di laboratorium menyebabkan
sulit membedakan antara Entamoeba histolytica dengan Entamoeba coli (Rita, 2010).
Kelompok pertama protozoa tidak tersebar begitu saja dalamlingkungan air, tetapi
setiap jenis kurang lebih mendiami tipe habitat tertentu seperti halnya hewantingkat
tinggi. beberapa jenis protozoa hidup di air tawar, di air laut dan lainnya lagi pada
dasar perairan. Kelompok protozoa ini terdapat di mana-mana di dunia di mana
terdapat air atau tempat berair atau tempat lembab.Kelompok kedua mudah
dipisahkan, karena semua parasitik dan tidak mempunyai cara untuk bergerak sendiri.
Mereka mempunyai habitat yang terbatas (Rohmimohtarto, 2007).
Infeksi protozoa usus merupakan salah satu masalah kesehatan di dunia terutama
Negara berkembang, dimana tingkat pendidikan yang rendah dan iklim tropis
merupakan faktor risiko infeksi protozoa usus. Prevalensi yang tinggi umumnya
ditemukan di lingkungan sosio-ekonomi rendah dan sanitasi yang buruk. Di Indonesia
sendiri infeksi yang disebabkan oleh protozoa usus dapat ditemukan di daerah
perkotaan ataupun daerah pedesaan (Marzain, dkk., 2018).
Spesies yang tergolong dalam protozoa usus yang mengakibatkan infeksi saluran
pencernaan pada manusia yaitu berasal dari kelas Rhizopoda adalah Entamoeba
histolytica, kelas Mastigophora adalah Giardia lamblia dan kelas Sporozoa adalah
Blastocystis hominis. Entamoeba histolytica merupakan salah satu protozoa yang
sering menjadi penyebab diare. Infeksi protozoa usus dapat terjadi karena tertelannya
makanan atau minuman yang terkontaminasi kista protozoa usus atau dengan
transmisi langsung fecal-oral. Setelah tertelan, umumnya protozoa usus hidup sebagai
patogen di usus halus dan usus besar, sehingga menimbulkan berbagai gejala seperti
rasa tidak enak di perut, diare, muntah dan demam. Tidak semua infeksi protozoa
menimbulkan gejala, beberapa orang dengan pemeriksaan feses positif protozoa usus
tidak merasakan gejala sama sekali (Marzain, dkk., 2018).
Giardia lamblia merupakan jenis protozoa yang memiliki peran paling konsisten
dalam menimbulkan malabsorbsi nutrien dibandingkan dengan protozoa lainnya.2
Walaupun dalam penelitian ini Giardia lamblia merupakan protozoa yang paling
banyak ditemukan, namun tidak ada hubungan yang signifikan antara infeksi
protozoa intestinal tersebut dengan status gizi (Julianti, dkk., 2017).
III. METODE PENELITIAN
Pada bentuk trofozoit Entamoeba coli memiliki ukuran lima belas sampai tiga
puluh mikron, berbentuk lonjong atau bulat, mempunyai satu inti sel, dengan
kariosom kasar dan biasanya letaknya eksentris, butir-butir kromatin perifer
juga kasar dan letaknya tidak merata. Ektoplasma tidak nyata, dan hanya
terlihat jika pseudopodium terbentuk. Bentuk trofozoit biasanya ditemukan
dalam tinja lembek atau cair.
Bentuk kista biasanya berukuran lima belas sampai dua puluh dua mikron,
bentuk bulat atau lonjong. Dinding kista tebal berwarna hitam. Dalam tinja
biasanya kista berinti dua atau delapan. Kista yang berinti dua mempunyai
vakuol glikogen yang besar dan benda kromatid yang halus dengan ujung
runcing seperti jarum. Kista matang berinti delapan biasanya tidak lagi
mengandung vakuol glikogen dan benda kromatoid.
G. lamblia hidup di rongga usus kecil, yaitu duodenum dan bagian proksimal
yeyenum dan kadang-kadang di saluran dan kandung empedu. Bila kista
matang tertelan oleh hospes, maka akan terjadi ekskistasi di duodenum,
kemudian sitoplasma membelah dan flagel tumbuh dari aksonema sehingga
terbentuk 2 trofozoit. Dengan pergerakan flagel yang cepat trofozoit yang
berada di antara villi usus bergerak dari satu tempat ke tempat lain.
Cara infeksi dengan menelan kista matang yang dapat terjadi secara tidak
langsung melalui air dan makanan yang terkontaminasi, atau secara langsung
melalui fecal-oral.
5. Trichomonas hominis
Trichomonas hominis tidak memiliki tahap fibrosis. Para trofozoit ukuran dari
5-15m panjang oleh 7-10m dengan lebar. Bentuknya pyriform dan memiliki
axostyle yang berlangsung dari inti di tengah-tengah tubuh dan meluas dari
ujung tubuh dan membran bergelombang yang memperpanjang seluruh
panjang tubuh dan proyek dari tubuh seperti flagella.
Adapun kesimpulan yang dapat diambil pada praktikum ini adalah sebagai berikut:
1. Tidak semua spesies protozoa usus bersifat pathogen, contohnya Trichomonas
hominis.
2. Genus Trichomonas memiliki 3 spesies yang semuanya memiliki tempat
hidup berbeda.
3. Entamoeba hitolytica bisa bersifat pathogen bisa juga bersifat apathogen.
4. Entamoeba hitolytica dan Entamoeba coli memiliki siklus hidup yang sama.
5. Penyebaran protozoa usus dapat melalui makanan, minuman, perilaku hidup
yang kurang bersih.
6. Perilaku hidup bersih, makanan dan minuman yang kita konsumsi perlu
diperhatikan lebih agar kita tidak tertular oleh penyakit yang disebabkan
protozoa.
DAFTAR PUSTAKA
Dewi, Rita: 2010. Distribusi Parasit Usus Protozoa di Kabupaten Hulu Sungai Utara
Kalimantan Selatan. Suplemen Media Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan. Vol 20. No. 1. Hal (9-18).
Marzain, M., Nofita, E., Semiarty, R. 2018. Identifikasi Protozoa Usus pada Pasien
yang Sedang Menjalani Kemoterapi di RSUP Dr M Djamil, Padang. Jurnal
Kesehatan Andalas. Vol. 7 (3): 364-369.