Anda di halaman 1dari 4

Fetal surveillance

Gangguan pernafasan berkepanjangan meningkatkan risiko fetal growth restriction


dikarenakan hipoksia maternal yang menyebabkan pengeluaran vasokonstriktor seperi
endothelin-1 dan hypoxia inducible factor. Proses tersebut mengakibatkan hipoperfusi plasenta
dan penurunan penyaluran oksigen ke janin. Komplikasi Intrauterine Growth Restriction (IUGR)
terjadi pada 10% kehamilan dengan COVID-19, maka diperlukan monitoring ketat janin minimal
satu pemeriksaan ultrasound untuk perkembangan janin serta recovery maternal. Penggunaan
alat ultrasound setelah pemeriskaan pasien dengan risiko tinggi COVID-19 harus segera
disinfeksi pada bagian ultrasound trasnduser sesuai petunjuk alat tersebut.

Persalinan dan menyusui


Pasien yang datang ke ruang bersalin harus segera discreening dan diklasifikasikan
menjadi risiko rendah, sedang dan tinggi terinfeksi COVID-19 serta penanganan selanjutnya
untuk kontrol pencegahan dan pengendalian infeksi untuk para tenaga kesehatan.
Metode persalinan ditentukan berdasarkan faktor obstetric serta kegawatdaruratan klinis.
Walaupun sampai saat ini belum terbukti dada tranmisi vertical, persalinan pervaginam tidak
dikontraindikasikan untuk pasien COVID-19. Pada kasus persalinan emergensi pada pasien
kritis, persalinan sectio caesaria (SC) diutamakan, atas indikasi berupa penurunan kondisi
maternal secara cepat, gangguan ventilasi mekanik akibat gravid uterus dan gangguan fetal.
Metode persalinan termasuk SC harus mengikuti protokol respiratory precaution menggunakan
alat pelindung diri (APD) lengkap di ruangan ventilasi tekanan negative.
Inhalasi gas nitrous oxide dan oksigen (Entonox) sering digunakan untuk analgesi
persalinan. Namun terdapat kemugkinan kontaminasi virus pada alat yang digunakan menjadi
sumber cross-infection. Diperlukan penerapan guideline dekontaminasi seperti pembersihan
expiratory valve pada setiap pasien serta penggunaan filter microbiologi antara mouthpiece atau
facemask (ukuran pori <0.05µm). Pada pasien suspek atau terkonfirmasi COVID-19 yang
membutuhkan suplementasi oksigen saat persalinan, masker bedah harus digunakan bersamaan
dengan pemasangan nasal kanul, sebagaimana pemberian humidifying oxygen dapat
menimbulkan transmisi aerosol dalam radius 0.4 meter serta risiko infeksi nosocomial.
Walaupun tidak ada data yang mendukung risiko tranmisi vertical, keterlambatan klem
tali pusar dan kontak skin-to-skin harus dihindari, sesuai dengan rekomendasi guideline SARS
pada kehamilan Canadian Society of Obstetricians and Gynecologist.
Pemberian ASI tidak dikontraindikasikan sesuai dengan guideline yang telah dipublikasi.
Analisis retrospektif COVID-19 pada kehamilan menunjukan tidak terdeteksinya viral load
SARS-CoV-2 pada ASI. Pemberian ASI dari ibu ke anak disarankan menggunakan masker
karena jarak kontak yang dekat serta untuk meminimalisir transmisi droplet. Terdapatnya
antibody coronavirus pada ASI tergantung pada masa gestasi dimana terjadi infeksi maternal
serta penggunaan kortikosteroid dosis tinggi yang dapat mensupresi respon antibodi maternal.

Alat Pelindung Diri


Tenaga kesehatan sebagai garda terpenting dalam pengendalian pandemik memerlukan alat
pelindung diri yang sesuai dengan biosafety level pada instansi ksesehatan tersebut. Masker
bedah tepat digunakan untuk kegiatan klinis general, sebagaimana data dari penelitian
randomisasi menunjukan bahwa masker bedah sama efektifnya dengan N95 respirator untuk
mencegah transmisi droplet influenza.

N95 Respirator pada kehamilan


Penggunaan N95 respirator (atau masker FFP2) direkomendasikan oleh CDC untuk tenaga
kesehatan dengan risiko tinggi terpapar dengan pasien suspek atau terkonfirmasi COVID-19.
Namun respirator yang berfungsi untuk filtrasi ini dikaitkan dengan hambatan pasase udara serta
meningkatkan volume static dead space yang dapat mempengaruhi fungsi kardiorespiratori dan
oksigenasi fetal jika digunakan dalam waktu berkepanjangan.
Studi klinis terkontrol pada perawat menggunakan N95 Respirator selama beraktivitas satu jam
yang sedang dalam trimester dua atau tiga kehamilan menunjukan penurunan volume tidal (23%)
dan ventilasi menit (26%) menyebabkan penurunan uptake oksigen (14%) dan peningkatan
produksi karbon dioksida (9%) akibat kesulitan bernafas. Meskipun tidak ditemukan perubahan
pada detak jantung janin, kadar laktat pada kapiler maternal atau saturasi oksigen, penggunaan
N95 respirator pada tenaga kesehatan yang tengah mengadung terutama dengan hambatan
pertumbuhan janin perlu dilakukan monitoring secara ketat atau bila perlu dibebastugaskan dari
garda terdepan wabah COVID-19. Alternatif lain berupa Powered air-purifying respirators (PAPR)
dengan filter high-efficiency particulate air (HEPA) dengan airway resistance minimal dapat menjadi pertimbangan.

KESIMPULAN
Ibu hamil menjadi salah satu kelompok yang memiliki risiko terinfeksi penyakit outbreak dikarenakan perubahan
fisiologis, rentan terhadap infeksi serta fungsi mekanik dan imunologis yang terganggu, terlebih lagi dengan
diperlukannya perlindungan terhadap janin juga menjadi suatu tantangan untuk mempertahankan kondisi maternal
dan fetal. Pertimbangan khusus diperlukan untuk meminimalisir infeksi silang saat tindakan medis oleh tenaga
kesehatan dengan kontak dalam jarak dekat dan risiko transmisi droplet yang besar, seperti contoh persalinan
pervaginam. Tindakan managemen obstetric banyak didasarkan oleh konsensus dan rekomendasi terbaik, yang
semakin maju dan berkembang terutama mengenai efektivitas klinis pemberian antiviral dan kortikosteroid.
Kesatuan upaya tersebut diharapkan dapat mewujudkan protokol pengendalian dan pencegahan infeksi yang
terstruktur dan memadai untuk pasien serta tenaga kesehatan selama pandemic COVID-19 berlangsung.

Anda mungkin juga menyukai