Anda di halaman 1dari 5

A.

Pendahuluan

Penyakit varisela dalam kehamilan tentu sangat mengganggu bagi ibu hamil dan
memiliki kemungkinan risiko berbagai komplikasi, terutama karena adanya penurunan daya
tahan tubuh pada ibu hamil.Tetapi mayoritas ibu hamil yang menderita varisela sembuh dengan
baik dan janin mereka pun dalam keadaan baik. (Surani) .
Antibiotik adalah salah satu dari kelompok obat yang paling umum diresepkan pada
kehamilan. Obat ini merupakan ragam kelompok senyawa yang memiliki indikasi dan resiko
yang berbeda. Terdapat indikasi pasti untuk penggunaan antibiotik, tetapi harus diberikan
hati-hati karena beberapa obat aman dan beberapa lainnya kontraindikasi, seperti :

1. Penisilin
2. Trimetoprim-sulfametoksazol
3. Antivirus

Risiko infeksi intrauterin bervariasi dan meningkat sesuai umur kehamilan, hal ini
diperkirakan karena menurunnya fungsi barier plasenta.Risiko infeksi intrauterin untuk usia
kehamilan dibawah 28 minggu sebesar 10%, antara 28 hingga 36 minggu sebesar 25%, dan
untuk diatas 36 minggu sebesar 50%6.Infeksi ini dikenal dengan sebutan fetal varicella. (Surani)
.
Sumber : (Surani)

B. Pemberian Medikamentosa
Menurut Mawan, 2012, Pemberian antivirus pada penderita varisela telah dibuktikan
dapat menurunkan produksi virus, mempercepat penyembuhan lesi kulit, mengurangi durasi
dan keparahan penyakitnya.Untuk mendapatkan hasil yang efektif, terapi antiviral harus
sudah diberikan dalam waktu kurang dari 72 jam sejak timbulnya ruam.
Obat-obatan anti-VZV seperti asiklovir berperan pada virus-encoded timidin kinase dan
DNA polimerase1.Asiklovir adalah senyawa sintetik yang merupakan nucleoside analog
dari guanine. Ketika terfosforilasi oleh enzim yang dihasilkan oleh sel yang terinfeksi VZV,
maka ia akan menghambat enzim polimerase DNA, sehingga menghambat replikasi dari
VZV tersebut.
Asiklovir dapat melewati plasenta dan ditemukan pada jaringan janin, darah tali pusat,
juga dalam cairan amnion.Sehingga dianggap dapat menghambat replikasi virus selama
periode maternal viremia dan menghambat transportasi VZV melalui plasenta.Hingga saat ini
pencatatan prospektif yang masih terus berjalan pada ibu hamil yang diberikan asiklovir,
tidak didapatkan adanya peningkatan risiko malformasi dibandingan dengan populasi
umum.Asiklovir termasuk obat kategori B berdasarkan klasifikasi obat dalam kehamilan
menurut Food and Drug Administration (FDA).
Pengobatan varisela idealnya segera diberikan jika pasien telah didiagnosis dalam 24
jam dari timbulnya ruam atau segera sesudahnya. Terapi antivirus diberikan asiklovir oral20
mg/kg/dosis diberikan 5 dosis terbagi selama 5 - 7 hari (maksimal 800 mg diberikan per oral
5 kali per hari, selama 5 hingga 7 hari) dan diyakini dapat mengurangi jumlah lesi di kulit
dan gejala penyerta lainnya jika dimulai pada awal timbulnya ruam. Pada suatu penelitian
acak terkontrol yang dilakukan oleh Wallace dkk, didapatkan bahwa pemberian asiklovir
pada dewasa menurunkan jumlah lesi hingga 46% (p=0.04) dan secara signifikan
menurunkan durasi demam dan beratnya gejala, dibandingkan dengn pemberian plasebo.
Famsiklovir dan valasiklovir, walaupun cara pemberian lebih sederhana, namun tidak
menunjukkan keuntungan yang berarti dibandingkan dengan asiklovir. Agen antivirus
topikal tidak terbukti bermanfaat untuk terapi varisela.
Pemberian asiklovir intravena (dan rawat inap) diindikasikan untuk penderita dengan
penurunan daya tahan tubuh dan pasien dengan komplikasi yang berat seperti varisela
pneumonia dan ensefalitis. Dosis asiklovir intravena adalah 10 mg/Kg yang diberikan setiap
8 jam selama 7 hingga 10 hari. Pada pasien dengan obesitas, maka berat badan ideal harus
digunakan untuk menghitung dosis asiklovir.

C. Data Reproduksi dan Kehamilan Manusia


Menurut Chan-Tack, 2009, Studi percobaan pada reproduksi hewan belum dilakukan
dengan ME-609 dan tidak dianggap perlu. Kehamilan adalah kriteria pengecualian dalam
studi Tahap 2 dan 3, dan kehamilan juga merupakan kriteria penghentian dalam penelitian
ini. Tidak ada penelitian yang dilakukan pada wanita hamil atau menyusui. Serupa dengan
krim ZOVIRAX dan produk hidrokortison topikal 1% yang disetujui, paparan asiklovir dan
hidrokortison sistemik setelah pemberian topikal ME-609 diharapkan menjadi minimal.
1. Efek Teratogenik Pada Kehamilan
Asiklovir tidak ada efek teratogenik pada tikus, kelinci atau tikus pada eksposur yang
sangat melebihi paparan manusia. Tidak ada penelitian asiklovir sistemik yang memadai dan
terkontrol dengan baik pada wanita hamil. Pemeriksaan epidemiologis prospektif
penggunaan asiklovir selama kehamilan antara tahun 1984 dan 1999 diikuti oleh 749
kehamilan pada wanita yang terpapar asiklovir sistemik selama trimester pertama kehamilan
menghasilkan 756 hasil. Tingkat kejadian cacat lahir diperkirakan terjadi pada populasi
umum. Namun, ukuran registri tidak cukup untuk mengevaluasi risiko cacat yang kurang
umum atau untuk memungkinkan kesimpulan yang pasti mengenai keamanan asiklovir pada
wanita hamil dan janin yang sedang berkembang.
Krim Zovirax (5% asiklovir) ditetapkan sebagai Kategori Kehamilan B. Krim
hidrokortison (1%) ditetapkan sebagai Kategori Kehamilan C. Kortikosteroid kortikosteroid
topikal memiliki label kelas mengenai penunjukan kategori kehamilan. Dari catatan, krim
hidrokortison 1% diklasifikasikan sebagai kortikosteroid topikal kelas 7 (paling kuat).
Kategori Kehamilan Pemohon yang Diminta tampaknya masuk akal secara keseluruhan,
karena konsentrasi asiklovir identik dengan Zovirax (5%), dan komponen hidrokortison ME-
609 adalah salah satu kortikosteroid topikal yang paling manjur.
DAFTAR PUSTAKA

Surani, Endang dan Risnawati, Indah. THE STUDY OF MULTIVITAMIN AND MEDICINE
IN PREGNANCY. Dosen Program Studi D-3 Kebidanan FIK Unissula Semarang dan
Kebidanan STIKES Muhammadiyah Kudus.

Mawan, Pius Made. 2012. MANAJEMEN VARISELA DALAM KEHAMILAN.


BAGIAN/SMF OBSTETRI DAN GINEKOLOGI FK UNUD/RSUP SANGLAH. DENPASAR

Chan-Tack, Kirk M. dan Zhou, Susan. 2009. COMBINED CLINICAL and BIOSTATISTICS
REVIEW. NDA 22-436/N000

Anda mungkin juga menyukai