Anda di halaman 1dari 11

Studi Lapangan 2020

Program Studi Arsitektur Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Widya Mataram Yogyakarta

Ilmu Lingkungan, Studi Lapangan Terhadap


Penyediaan Ruang Terbuka Hijau di Lingkungan Tempat Tinggal

Ery Junita Marbun


202412007
Jurusan Teknik Arsitektur. Fakultas Sains dan Teknologi,
Universitas Widya Mataram Yogyakarta

Abstract: Paper ini merupakan hasil laporan studi lapangan untuk syarat publikasi ilmiah
Program Studi Arsitektur Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Widya Mataram Yogyakarta
dengan Judul Ilmu Lingkungan, Studi Lapangan Terhadap Penyediaan Ruang Terbuka Hijau di
Lingkungan Tempat Tinggal.
Salah satu solusi bagi pemenuhan kebutuhan perumahan yang layak huni bagi
masyarakat khususnya masyarakat menengah ke bawah adalah hunian vertikal atau rumah susun,
hal ini membuat permintaan akan ketersediaan hunian ini semakin meningkat. Dalam proses
pembangunan hunian vertikal sebaiknya tidak hanya terbatas pada penyediaan aspek fisik
bangunannya saja tetapi juga harus memperhatikan ketersediaan fasilitas ruang terbuka hijau,
dimana berdasarkan Undang-Undang RI no. 26 tahun 2007 mengenai Penataan Ruang. Penyediaan
ruang terbuka pada pemukiman merupakan bagian dari lingkungan yang sangat penting, karena
ruang terbuka hijau selain menjadi wadah untuk bersosialisasi, dapat juga berfungsi secara
ekologis yaitu sebagai daerah resapan air. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui hubungan
antara pengguna dan aktivitas yang dilakukan dalam pemanfaatan ruang terbuka hijau di
lingkungan pemukiman. Metode penelitian menggunakan metode deskriptif untuk memberikan
gambaran keterlibatan pengguna dan aktivitas yang dilakukan dalam memanfaatkan ruang terbuka
hijau. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemanfaatan ruang terbuka hijau cenderung banyak
digunakan oleh ibu rumah tangga dan anak-anak dalam kurun waktu pagi dan sore hari, dengan
aktivitas yang dilakukan adalah berinteraksi sosial, bermain, duduk–duduk dan berolah raga.

1
Studi Lapangan 2020
Program Studi Arsitektur Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Widya Mataram Yogyakarta

1. Pendahuluan
Green Open Space atau Ruang Terbuka Hijau (RTH) adalah area atau jalur dalam
kota/wilayah yang penggunaannya bersifat terbuka. Dikatakan ‘hijau’ karena RTH menjadi
tempat tumbuh tanaman baik secara alamiah ataupun yang sengaja ditanami. RTH
memiliki banyak manfaat.
Manfaat RTH memiliki fungsi ekologi yang merupakan ‘paru-paru’ kota atau
wilayah. Tumbuhan dan tanaman hijau dapat menyerap kadar karbondioksida (CO2),
menambah oksigen, menurunkan suhu dengan keteduhan dan kesejukan tanaman,
menjadi area resapan air, serta meredam kebisingan. RTH juga menjadi ruang tempat
warga yang dapat bersilaturahmi dan berekreasi. Anak-anak mendapatkan ruang untuk
bermain, sehingga tidak terlalu banyak menghabiskan waktu di depan televisi atau video
game. Masyarakat dapat berjalan kaki, berolahraga, dan melakukan aktivitas lainnya. RTH
memiliki fungsi estetis, kehadiran RTH memperindah pemukiman, komplek perumahan,
perkantoran, sekolah, mall, dan lain-lain. Dengan suasana kantor, sekolah, perumahan, dan
mall yang menghijau dapat membuat siapa saja hati dan perasaan jadi adem. Kepala pun
bisa diajak berpikir lebih jernih dan kreatif. RTH dalam tata kota memiliki fungsi planologi
RTH dapat menjadi pembatas antara satu ruang dengan ruang lainnya yang berbeda
peruntukannya. RTH memenuhi fungsi pendidikan dimana menjadi ruang tempat satwa
dan tanaman yang bisa dijadikan sarana belajar. Kalau anak-anak juga dilibatkan dalam
pengelolaan RTH, mereka juga akan mendapat pelajaran soft skill yang penting dan
mungkin tak bisa didapatkan di bangku sekolah: belajar berorganisasi dan menghayati
nilai-nilai luhur dari upaya menjaga kelestarian lingkungan. RTH juga punya fungsi
ekonomis dalam jenis-jenis tanaman tertentu punya nilai jual dan nilai konsumsi yang
lumayan. Bunga, buah-buahan serta kayu-kayuan, apabila ditata dengan baik, RTH bukan
saja menjadi lokasi wisata yang strategis, namun juga menghasilkan nilai ekonomi bagi
pengelolanya. Oleh karena itu, keberadaan RTH dapat menyejahterakan masyarakat di
sekitarnya.

2
Studi Lapangan 2020
Program Studi Arsitektur Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Widya Mataram Yogyakarta

2. Pembahasan
Daerah Yogyakarta memiliki sejumlah Ruang Terbuka Hijau juga sebagai objek wisata
masyarakat sekitar. Salah satunya yakni Embung Langensari Yogyakarta. Keunikan
dimiliki embung ini tak seperti embung-embung lainnya, berada di atas puncak gunung,
melainkan berada di pusat kota. Lokasi wisata begitu dekat area bengkel kereta api Balai
Yasa. Fungsi embung dibuat sebagai resapan air dalam kota dan sebagai taman terbuka
masyarakat.

1. EMBUNG LANGENSARI

Lokasi: Jalan Kusbini No.35, Klitren, Gondokusuman, Klitren, Kec. Gondokusuman,


Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta 55222.

Embung Langensari merupakan embung yang pertama kali dibangun di wilayah


kota Yogyakarta. Namun sebenarnya embung ini merupakan revitalisasi keberadaan danau
buatan milik PJKA (sekarang PT KAI) untuk kebutuhan air Stasiun Lempuyangan
Yogyakarta. Kemudian Embung Langensari Yogyakarta dikembangkan menjadi daerah
penampungan, daerah resapan udara, taman rekreasi, dan Ruang Terbuka Hijau (RTH).
Waktu buka setiap hari mulai pukul 07.00 WIB dan tutup kembali pada pukul 18.00 WIB.

3
Studi Lapangan 2020
Program Studi Arsitektur Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Widya Mataram Yogyakarta

Berikut fasilitas yang dimiliki serta fungsi pada Embung Langensari yaitu

Sebelum memasuki area Embung Langensari tersedianya parkiran bagi pengguna


kendaraan mobil maupun motor dengan daya tampung parkir 6 mobil dan 50 motor, biaya
parkir mobil Rp 5.000 dan motor Rp 2.000. Dalam Area Embung Langensari juga terdapat
fasilitas bagi difabel. Terlihat dari gambar pada parkiran motor terdapat jalur khusus untuk
para difabel.

4
Studi Lapangan 2020
Program Studi Arsitektur Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Widya Mataram Yogyakarta

Berikut Embung Langensari juga memiliki Gedung Edukasi yang dimana fungsi
utama didalamnya sebagai pengenalan tentang embung kepada masyarakat terutama bagi
anak-anak, pelajar dan mahasiswa. Fasilitas yang disediakan yaitu berupa perpustakaan
dan media edukasi. Kemudian memiliki area jogging, memancing dan juga Amphitheater.
Dimana Amphitheater ini sebagai public space yang menjadi icon/landmark. Biasanya
digunakan sebagai panggung dalam berbagai kegiatan, yaitu (senam pagi bersama warga
sekitar, memperingati HUT Republik Indonesia atau acara 17-an, HUT Kelurahan, Pentas
Seni dll).

5
Studi Lapangan 2020
Program Studi Arsitektur Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Widya Mataram Yogyakarta

Banyaknya berbagai jenis pepohonan serta rindang membuat Embung Langensari


ini menjadi tempat yang sejuk serta menjadi salah satu tempat RTH di tengah kota yang
banyak dikunjungi baik masyarakat yang tinggal di sekitaran embung maupun masyarakat
diluar sekitaran embung langensari.

2. Taman Semaki Ruang Terbuka Hijau – RW 07 Kelurahan Semaki

Lokasi: Semaki, Kec. Umbulharjo, Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta 55166

6
Studi Lapangan 2020
Program Studi Arsitektur Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Widya Mataram Yogyakarta

Dengan luas area 210 m2 yang terdapat di tengah2 pemukiman yang agak sempit
menjadi semua tempat Ruang Terbukan Hijau (RTH) yang sangat digemari oleh anak2.
Dimana RTH ini dibuka 24 jam sertiap harinya. Beberapa Fasilitas yang dimiliki Taman
Semaki Ruang Terbuka Hijau sbb:
Memiliki Area bermain anak aktivitas anak-anak saat bermain yaitu bermain bola
kaki, kejar-kejaran, lompat tali, prosotan, bermain dikursi putar dll. Selain itu juga terdapat
tanaman hias dan pohon langka. Nama Pohon (Ketapang kencana, Soga, Kesumba,
Nagasari, Jalawe/Jarak Ungu/jarak Wulung, Belimbing Wuluh).

7
Studi Lapangan 2020
Program Studi Arsitektur Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Widya Mataram Yogyakarta

Selain itu juga memiliki bangku dan meja taman, dimanan di sekitaran meja dan bangku
taman tersebut diletakkan batu-batu putih sebagai area reflexy.

Pendopo Balai Agung Cendana yang digunakan sebagai melestarikan Budaya dengan
mengadakan pelatihan membantik setiap tahunnya.

8
Studi Lapangan 2020
Program Studi Arsitektur Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Widya Mataram Yogyakarta

3.1. Kesimpulan
Ruang Terbuka Hijau (RTH) merupakan unsur esensial dari sebuah pemukiman Kota,
dalam menciptakan pembangunan Kota diharuskan berwawasan lingkungan. Hal tersebut
telah disampaikan dalam Deklarasi Rio 1992. Pembangunan berwawasan lingkungan
merupakan hal yang wajib, sebagai pemenuhan prinsip keberlanjutan. Sumber daya alam
yang dimiliki saat ini harus dirasakan juga oleh generasi yang akan dating. Berada di iklim
tropis membuat negara Indonesia memiliki kekayaan alam yang berlimpah. Hal tersebut
merupakan hal yang baik bagi negara Indonesia. Banyak negara-negara yang mengalami
krisis sumber daya alam (SDA), Indonesia dapat menambah devisa dengan cara berdagang
hasil SDA ke negara lain. Memiliki iklim yang baik membuat Indonesiamudah
menciptakan kawasan hijau, pembangunan kawasan hijau telah diatur dalam UU Nomor
26/2007 Tentang Penataan Ruang, berlandasan Deklarasi Rio 1992 UU Tata Ruang
tercipta.
Kawasan hijau identik dengan taman kota, akan tetapi besaran atau luasan RTH juga harus
diperhatikan agar sesuai dengan kebutuhan kawasan pemukiman dan perkotaan. Hal ini
harus diperhatikan, mengingat RTH juga sebagai ruang pertemuan dan interaksi sosial bagi
masyarakat sekitar dan sebagai titik kumpul yang sudah membudaya di Indonesia.

3.2.Saran
Dalam melakukan penulisan ini, Penulis berharap karya tulis ini dapat dijadikan motivasi
dan rujukkan bagi pembaca dalam membangun pengatahuan tentang Penyediaan Ruang
Terbuka Hijau di Lingkungan Tempat Tinggal. Pembangunan Kawasan Terbuka Hijau
dapat dilakukan dengan cara memanfaatkan ruang yang ada serta bekerjasama dengan
instansi swasta dan LSM serta Pakar Lingkungan. Dalam menciptakan pemukiman,
gedung-gedung, dan bangunan komersial dirasa perlu adanya kawasan hijau, sebagai
penyediaan ruang titik kumpul dan interaksi bagi masyarakat yang berada disekitar area
tersebut.

9
Studi Lapangan 2020
Program Studi Arsitektur Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Widya Mataram Yogyakarta

Beberapa saran untuk 2 tempat yang telah disurvei sebagai berikut:


1. Embung Langensari kurangnya tersedia kursi taman yang teduh untuk para
pengunjung,melihat hasil survei sangat panasnya area Embung Langensari karena area
pepohonan hanya berda dipinggiran area.

2. Taman Semaki sangat terganggu oleh suara yang msauk dari luar, hal ini bisa dikurangi
dengan mendesain pagar dengan tanaman rapat yang dapat meredam masuknya suara.

Contoh tanaman yang dapat meredam suara yang cocok ditanam sebagai pagar di
Taman Semaki adalah :
a. Bambu

10
Studi Lapangan 2020
Program Studi Arsitektur Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Widya Mataram Yogyakarta

b. Lilly pilly (Syzygium Smithii)

c. Cemara Leyland

d. Photinia ‘Red Robin’

11

Anda mungkin juga menyukai