Anda di halaman 1dari 4

JIM FKep Volume III No.

4 2018

KEPEMIMPINAN KEPALA RUANG DALAM PELAKSANAAN


STRATEGI MANAJEMEN KONFLIK

Perawat sangat rentan menghadapi konflik selama menjalankan tugas, baik itu
konflik dengan pasien, teman sejawat maupun dengan atasan. Jika konflik tidak
diatasi maka akan mempengaruhi pemberian asuhan keperawatan kepada pasien.
Kepala ruang berperan penting dalam memfasilitasi penyelesaian konflik, agar
tidak menjadi hambatan dalam meningkatkan kinerja baik individu maupun tim.

Konflik dilatarbelakangi oleh perbedaan karateristik pada individu dalam suatu


interaksi. Perbedaan-perbedaan tersebut menyangkut pengetahuan, skill, adat
istiadat, keyakinan, dan lain sebagainya (Iresa, Utami & Prasetya, 2015).

Konsekuensi konflik harus dapat dikelola secara baik sehingga keuntungan-


keuntungan dapat dipertahankan, dan akibat negatif dapat diminimalisir. Beberapa
strategi manajemen konflik yang bisa digunakan oleh pemimpin dalam
menyelesaikan konflik menurut Marquis & Huston (2015) adalah kompromi,
kompetisi, akomodasi, smoothing (melembutkan), menghindar dan kolaborasi.

Kepemimpinan Kepala Ruang dalam Pelaksanaan Strategi Manajemen


Konflik

Kepemimpinan merupakan kegiatan untuk mempengaruhi perilaku orang lain,


atau seni mempengaruhi perilaku manusia baik perorangan maupun kelompok.
Dalam hal ini, kepemimpinan tidak harus dibatasi oleh aturan-aturan atau tata
krama birokrasi, tidak harus diikat dalam suatu organisasi tertentu, melainkan bisa
terjadi dimana saja, asalkan seseorang menunjukkan kemampuannya dalam
mempengaruhi peilaku orang lain ke arah tercapainya suatu tujuan tertentu

Penelitian yang dilakukan oleh Lumintang (2015) disimpulkan bahwa


penyelesaian konflik dalam organisasi sifatnya akan kreatif dan konstruktif dan
inilah yang diinginkan semua orang, yaitu tercapainya kesesuaian (conformity)
antar anggota dimana para anggota memperagakan sikap, perilaku dan tindakan
yang harmonis.

Pelaksanaan Strategi Kompromi Kepala Ruang


Menurut penelitian Safitri, Burhan dan Zulkarnain (2013) di dapatkan bahwa
strategi kompromi merupakan strategi yang dilakukan dengna cara mencari “jalan
tengah” dalam menyelesaikan masalah. Strategi ini hanya berfokus pada hasil
yang bersifat “setengah-setengah” sehingga keuntungan maksimum tidak dapat
dicapai. Menurut pendekatan ini, setiap pihak yang terlibat konflik harus
merelakan sebagian kepentingannya dan mempertahankan sebagian kepentingan
yang lain.

Pelaksanaan Strategi Kompetisi Kepala Ruang


Mangkunegara (2009) mengemukakan bahwa strategi kompetisi dapat digunakan
jika pihak yang terlibat konflik percaya bahwa ia memiliki lebih banyak informasi
dan keahlian yang lebih dibanding yang lainnya. Metode ini mungkin bisa
memicu konflik tetapi bisa jadi merupakan metode yang penting untuk alasan
keamanan.

Pelaksanaan Strategi Akomodasi Kepala Ruang


Menurut Mangkunegara (2009), strategi mengakomodasi dapat memberi
kesempatan pada orang lain untuk mengatur strategi pemecahan masalah,
khususnya apabila isu tersebut penting bagi orang lain. Hal ini memungkinkan
timbulnya kerjasama dengan memberi kesempatan pada mereka untuk membuat
keputusan. Perawat yang menjadi bagian dalam konflik dapat mengakomodasikan
pihak lain dengan menempatkan kebutuhan pihak lain di tempat yang pertama.

Pada umumnya strategi akomodasi dilakukan jika konflik dianggap tidak terlalu
bernilai tinggi bagi pihak yang mengakomodasi. Sehingga dalam hal ini tidak ada
pihak yang dirugikan (Marquis & Huston, 2015).

Pelaksanaan Strategi Smoothing Kepala Ruang


Strategi ini sering digunakan oleh manajer agar seseorang bekerjasama dengan
pihak lain. Melembutkan terjadi ketika satu pihak dalam konflik berupaya untuk
memuji pihak lain atau berfokus pada hal yang disetujui bersama. Walaupun
pendekatan ini tepat digunakan pada perselisihan kecil, melembutkan jarang
menghasilkan penyelesaian masalah konflik yang sebenarnya (Marquis & Huston,
2015).

Pada strategi ini, individu yang terlibat dalam konflik berupaya mencapai
kebersamaan dari pada perbedaan dengan penuh kesadaran dan intropeksi diri.
Strategi ini bisa diterapkan pada konflik yang ringan, tetapi tidak dapat digunakan
pada konflik yang besar, misalnya persaingan pelayanan atau hasil produksi
(Marquis & Huston, 2015).

Pelaksanaan Strategi Menghindar Kepala Ruang


Pada pendekatan menghindar, pihak yang terlibat menyadari adanya konflik,
tetapi memilih untuk tidak mengakuinya atau tidak berupaya menyelesaikannya.
Penghindaran diindikasikan untuk perselisihan trivial, ketika kerugian yang
diakibatkan oleh konflik melebihi menfaatnya, ketika maslaah sebaiknya
diselesaikan oleh orang selain anada, ketika satu pihak lebih berkuasa dari pada
pihak lain dan ketika masalah akan selesai degan sendirinya. Kelemahan dari
pendekatan ini adalah konflik tetap ada dan sering kali muncul kembali di lain
waktu dengan cara yang bahkan lebih besar (Marquis & Huston, 2015).

Hal ini serupa dengan yang hasil penelitian Nisa (2015) disimpulkan bahwa
tindakan menghindri konflik dilakukan jika salah satu pihak menghindar dari
situasi tersebut secra fisik ataupun psikologis. Sifat tindakan ini hanyalah
menunda konflik yang terjadi. Meghindari konflik bisa dilakukan jika masing-
masing pihak mencoba untuk mendinginkan suasana terlebih dahulu.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Fakhruddin, Darmawansyah & Razak (2014)
di Puskesmas Pesisir Kabupaten Pangkep, disimpulkan bahwa sebagian kecil
responden menggunakan manajemen konflik menghindar yaitu 5 responden
(8,8%). Hal ini berarti tenaga kesehatan di Puskesmas Bowong Cindea lebih
banyak menggunakan strategi mencari alternatif titik tengah dalam menghadapi
konflik dibandingkan harus menghindari konflik yang sedang dialaminya.
Pelaksanaan Strategi Kolaborasi Kepala Ruang
Kolaborasi adalah cara penyelesaian konflik yang asertif dan kooperatif yang
menghasilkan penyelesaian menang-menang. Dalam pendekatan ini semua pihak
mengesampingkan tujuan awal dan bekerjasama untuk menentukan tujuan umum
prioritas (Marquis & Huston, 2015).

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Nisa (2015) didapatkan bahwa strategi
kolaborasi merupakan strategi pemecahan masalah dengan hasil kedua belah
pihak menang, dimana individu yang terlibat mempunyai tujuan kerja yang sama.
Perlu adanya satu komitmen dari semua pihak yang terlibat untuk saling
mendukung dan saling memperhatikan satu sama lainnya.

Marquis, B, L., & Huston, C, J. (2015). Leadership roles and management


functions in nursing: theory and application. (Ed 8th.). USA: Lippincott Wlliams
& Wilkins.

Mangkunegara, P, A. (2009). Manajemen sumber daya manusia. Rosda Karya:


Bandung.

Fakhruddin, S., Darmawansyah., & Razak, A. (2014). Hubungan Manajemen


Konflik Dengan Kinerja Tenaga Kesehatan Di Puskesmas Pesisir Kabupaten
Pangkep. Jurnal Bagian AKK Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Hasanuddin.

Anda mungkin juga menyukai