Anda di halaman 1dari 10

IniResume bab 9

Stres dalam komunikasi organisasi

1Pengertian stres

Stres adalah reaksi seseorang baik secara fisik maupun emosional


(mental/psikis) apabila ada perubahan dari lingkungan yang
mengharuskan seseorang menyesuaikan diri. Stres adalah bagian alami
dan penting dari kehidupan, tetapi apabila berat dan berlangsung lama
dapat merusak kesehatan kita.

Pengertian stresenurut ahli


Gunarsa (2008) berpendapat bahwa istilah stres tidak dapat dipisahkan dari

distress dan depresi, karena satu sama lainnya saling terkait. Stres merupakan

reaksi fisik terhadap permasalahan kehidupan yang dialaminya dan apabila

fungsi organ tubuh sampai terganggu dinamakan distress. Sedangkan depresi

Ini merupakan reaksi kejiwaan terhadap stressor yang dialaminya. Dalam banyak

hal manusia akan cukup cepat untuk pulih kembali dari pengaruh-pengaruh

pengalaman stres. Manusia mempunyai suplai yang baik dan energi

penyesuaian diri untuk dipakai dan diisi kembali bilamana perlu. Stres adalah

tekanan internal maupun eksternal serta kondisi bermasalah lainnya dalam

kehidupan (an internal and eksternal pressure and other troublesome condition

in life). (Weiner, 2003) mendefinisikan stress merupakan suatu keadaan

tertekan baik itu secara fisik maupun psikologis.

2.Potensi penyebab terjadinya stres

Menurut Caves (2014) ada tiga klasifikasi penyebab stres, antara lain,

organizational stressors yang secara langsung terkait dengan lingkungan kerja

dan fungsi secara langsung dengan pekerjaan. Kedua, life events yang tidak

dipengaruhi oleh aspek organisasi tetapi lebih didominasi dari peristiwa

kehidupan individu. Ketiga, individual stressors terkait dengan karakteristik

yang dimiliki masing-masing individu dalam memandang lingkungannya.

3.strategi dalam menghadapi stress

1. Meminimalkan efek konsekuensi jasmani melalui kelegaan


sementara.

Misalnya seperti:

• Pelarian

Menjauhkan diri atau lari dari peristiwa yang dianggap

menimbulkan stress.

• Penenangan Instan

Misalnya ketika serangan stress datang, mulai menenangkan diri

lalu tarik nafas panjang, kemudian mulai tersenyum, berdiri

tegak, dan melemaskan semua otot.

• Gerakan badan untuk kesenangan.

Melakukan latihan jasmani, seperti olahraga, loncat, push-up.

2. Memperkuat kemampuan orang untuk mengatasi konsekuensi

jasmani berdasarkan basis jangka panjang, misalnya seperti:

• Pemeriksaan kesehatan

Jika kita sudah tahu awal penyakit efeknya dapat langsung

mengambil tindakan untuk mengobati jadi tidak kelewat parah.

• Nutrisi yang baik

Kurangi makan karbohidrat yang telah dihaluskan terutama gula

putih.

• Kurangi mengkonsumsi lemak, termasuk kolesterol.

Strategi Komunikasi Organisasi Dalam Mengatasi Stres

1. Strategi Komunikatif I: PERKUAT HARAPAN


Unsur paling mendasar dari suatu kedamaian, prestasi dan
keberhasilan adalah suatu perasaan yang kita sebut harapan. Harapan
adalah melihat, mempersepsikan, dan menginterpretasikan kondisi
hidup sedemikian rupa sehingga anda percaya bahwa apa yang anda miliki adalah
mungkin untuk anda pegang, miliki, atau capai.
2. Strategi Komunikatif II: KETERHUBUNGAN
Keterhubungan adalah pengaruh yang memelihara dan secara sosial mendukung keluarga,
kawan-kawan, tetangga, organisasi komunitas, identifikasi nasional dan ikatan dunia.
Dukungan sosial adalah salah satu sumber terbesar untuk melepaskan stress. Semakin
banyak penelitian menunjukan bahwa dukungan sosial dalam bentuk interpersonal di
tempat kerja merupakan pengaruh yang kuat dalam pengurangan stress yang
dikarenakan anggota-anggotanya memahami stress yang halus di
suatu tempat kerja tertentu dan memberikan cara-cara untuk
mengurangi stress dalam konteks interpretative yang sama
3. Strategi Komunikatif III: KEHATI-HATIAN (mindfulness)

Kehati-hatian adalah seni menerima kehidupan ketika kehidupan itu datang dan menikmatinya

dari saat ke saat. Kehati-hatian mendorong kita untuk hidup seolah-

olah setiap saat itu penting, yang berarti bahwa setiap saat harus

diperhatikan, dijaga, diterima, dan dihargai.

4. Strategi Komunikatif IV: DAYA TAHAN

Aamodt, (2015) menunjukkan bahwa stres mungkin bisa diatasi melalui efek penyangga suatu
kualitas kepribadian yang disebut “daya tahan” (hardiness).

3 point penting dalam memperkuat daya tahan adalah

a.komitment

B.kontrol

C.tantangan

Manajemen Stress dalam Kinerja Organisasi

Manajemen harus mengambil langkah-langkah untuk menghilangkan atau mengurangi jumlah dan
intensitas stres dalam rangka peningkatan efektivitas organisasi.

Strategi menghadapi stres dapat diklasifikasikan dalam pendekatan individual dan organisasional.
Pendekatan individual dengan manajemen waktu, olahraga teratur, pelatihan rileks dan
memperluas jaringan dukungan sosial. Sedangkan pendekatan organisasional dengan
menggunakan kendali manajemen dalam bentuk perbaikan proses seleksi dan penempatan,
penggunaan prinsip-prinsip penentuan tujuan secara realistik, rancang bangun ulang pekerjaan,
pengambilan keputusan yang partisipatif, proses komunikasi, dan olah kebugaran (Daya et al.,
2013)

Rangkuman Bab 10

Manajemen Konflik

1.Pengertian

Manajemen Konflik adalah sebuah proses mengelola konflik dengan menyusun sejumlah


strategi yang dilakukan oleh pihak-pihak berkonflik sehingga mendapatkan resolusi yang
diinginkan. Dalam sudut pandang demokrasi, manajemen konflik akan berbicara perihal
bagaimana konflik ditangani secara konstruktif, membawa pihak yang berkonflik ke dalam
suatu proses yang kooperatif, serta merancang sistem kooperatif yang praktis untuk
mengelola perbedaan secara konstruktif. Melalui manajemen konflik, konflik akan dikelola
sehingga dapat membatasi aspek negatif dan meningkatkan aspek positif dari konflik yang
terjadi.

2. Strategi Manajemen Konflik


Eisenhardt et al. dalam Robbins dan Hunsaker (1996) dan De Dreu dan

Weingart (2003) berpendapat bahwa untuk menjaga kinerja individu seseorang dan kelompok
kerjanya pada sebuah organisasi dibutuhkan suatu strategi manajemen konflik melalui lima
aktivitas seperti menghindari, mengakomodasi, mengkompromikan, mengompetisikan dan
berkolaborasi. (Wartini, 2015).

Berikut adalah penjelasan lima strategi manajemen konflik:

1. Menghindari (Avoiding)

Menghindar adalah cara yang tepat untuk pencegahan suatu konflik. Ada kecenderungan
seseorang untuk tidak terlibat dalam suatu konflik, mereka memilih untuk menghindarinya.
Cara menghindar dari konflik adalah tidak ikut berpihak pada salah satu anggota yang sedang
terlibat konflik, menciptakan suasana yang positif, toleransi terhadap berbagai perbedaan,
menghargai pendapat orang lain, dan komunikasi yang baik.

2.Akomodasi (Accomodating)

Akomodasi memiliki makna upaya yang dilakukan untuk mengatasi

pertentangan atau permasalahan tanpa menjatuhkan pihak lawan.

Langkah akomodasi ini berfokus pada mengumpulkan seluruh

pendapat, kebutuhan, dan juga kepentingan dari pihak yang berselisih untuk dicari jalan
keluarnya dengan mengutamakan kepentingan dan tujuan bersama diatas kepentingan
pribadi para anggota organisasi. Masukan dari berbagai pendapat yang diperoleh dijadikan
sebagai dasar dari pengambilan keputusan untuk menyelesaikan konflik.

3. Kompromi (Compromising)

Kompromi merupakan usaha untuk mencapai kesepakatan antara

pihak yang berselisih melalui proses komunikasi. Kesepakatan yang

dicapai melalui kompromi diharapkan dapat menjadi jalan tengah

untuk menyelesaikan perbedaan pendapat dan keinginan sebagai

jalan tengah dari konflik yang terjadi. Melalui jalur kompromi, konflik dapat diselesaikan
dengan mempertimbangkan keinginan

serta pendapat dari pihak-pihak yang terlibat konflik sehingga

hasilnya dapat diterima oleh semua pihak. Solusi yang dihasilkan

melalui kompromi adalah hasil yang saling memuaskan antar pihak

yang berselisih.

4. Kompetisi (Competing)

Kompetisi merupakan jalan keluar konflik yang adil. Melalui kompetisi pihak yang berselisih
ditantang untuk bersaing secara sehat demi memenangkan hal yang dipertahankannya.
Kompetisi berfokus pada kemenangan. Masing-masing pihak akan berusaha sekuattenaga
untuk memenangkan persaingan. Kompetisi ini berfungsi untuk seleksi sosial. Dalam suatu
konflik, kompetisi berperan sebagai alat penentu kebenaran dan kemenangan dari pihak-
pihak yang terlibat konflik. Kompetisi harus dilakukan secara bersih, jika terjadi kekerasan,
ancaman, dan kecurangan dalam kompetisi maka hanya akan menambah panjang konflik
tersebut. Penyelesaian konflik melalui kompetisi terkait dengan istilah win-lose orientation.
Hanya kompetisi secara sehat yang dapat dijadikan jalan keluar dari sebuah konflik.

5. Kolaborasi (Collaborating)

Kolaborasi adalah bentuk interaksi sosial yang dilakukan dengan

bekerja sama demi mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dengan

kolaborasi para pihak yang saling bertentangan harus bekerja sama

secara sinergis untuk menyelesaikan konflik mereka. Tujuan dari

kolaborasi adalah mencapai tujuan bersama. Kolaborasi dilakukan dengan pembagian tugas
yang jelas antara pihak yang terkait dengan saling membantu antara pihak satu dengan pihak
lainnya demi mencapai tujuan bersama.

Proses dari management konflik

1.diagnosis

Diagnosis merupakan pengamalan dari masalah yang ada. Proses diagnosis menelaah tentang
penyebab terjadinya konflik dan juga efek yang akan ditimbulkannya. Untuk melakukan
diagnosis dibutuhkan informasi mendalam terkait dengan terjadinya konflik, seperti:
penyebab konflik, kronologis terjadinya konflik, dan para pihak yang terlibat.

2. Intervensi

Intervensi merupakan keikutsertaan seluruh warga organisasi dalam merencanakan proses


pengembangan serta perbaikan organisasi berdasarkan hasil dari diagnosis masalah. Dalam
praktik intervensi dibutuhkan peran dari pihak ketiga, baik dari unsur birokrat pemerintahan
maupun dari unsur swasta atau konsultan. Tanpa adanya campur tangan dari pihak ketiga
maka intervensi tidak dapat terjadi. Fungsi dari intervensi adalah penataan Kembali tugas dan
fungsi dari sebuah organisasi agar tetap berjalan sesuai dengan perencanaan untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan.

3.Konflik

Konflik dapat diklasifikasikan ke dalam empat tipe,

yaitu: (1) konflik interpersonal, yaitu konflik yang mengacu pada konflik antara dua individu,

(2) konflik intrapersonal, yaitu konflik yang terjadi dalam

diri seseorang,

(3) konflik intragroup, yaitu konflik yang terjadi diantara individu dalam satu tim,

(4) konflik intergroup, yaitu konflik yang terjadi Ketika kesalahpahaman muncul di antara tim
yang berbeda dalam suatu organisasi. (Kristanto, 2020).

4.Pembelajaran dan Efektivitas

Pembelajaran dan efektivitas merupakan hasil dari manajemen


konflik. Pembelajaran merupakan proses interaksi dalam

menciptakan kegiatan belajar antara pendidik dan peserta didik.

Dalam manajemen konflik, pembelajaran selalu dilakukan sebagai

proses meningkatkan kinerja, terutama setelah terjadinya konflik.

Pembelajaran dapat dilakukan mulai dari individu, kelompok, dan

seluruh organisasi. Hasil akhir dari manajemen konflik adalah

terjadinya proses pembelajaran untuk meningkatkan efektivitas

organisasi.

Manfaat management konflik

1.Mengevaluasi Sistem

2.Mengembangkan Kompetensi

3.Meningkatkan Produktivitas

4. Melatih Kemampuan Mengelola Konflik

5. Mengelola Resiko

Resume bab 11

Inovasi dan Teknologi Informasi dalam Organisasi

Perubahan perlu dilakukan dikarenakan perkembangan teknologi yang sangat cepat, beragam
aplikasi/moda yang bermunculan, online class dan webinar yang semakin marak dan generasi
sekarang berinteraksi menggunakan media sosial atau semacamnya. Dengan mengamati dan
memahami gelombang inovasi teknologi informasi, maka semakin tidak dapat
dielakan/disanggah bahwasanya teknologi informasi sangat baik untuk diterapkan dalam
suatu organisasi. Organisasi yang dimaksud adalah dalam ruang lingkup yang luas, bisa
organisasi politik, organisasi teknis, organisasi sosial, organisasi bisnis, bahkan organisasi
pendidikan.

Organisasi yang tidak melakukan perubahan akan berimpact ditinggalkan oleh


pelanggan/konsumen karena tidak bisa memberikan layanan yang diharapkan (Berbasis
teknologi, cepat, mudah, murah, fleksibel, bernilai dan berkualitas).Beberapa hal utama yang
harus ditransformasikan untuk menghadapi persaingan di era sekarang ini adalah perubahan
mindset, perubahan manusia, perubahan budaya, perubahan proses, dan perubahan
teknologi. Mulailah dengan pola pikir yang benar. (Digital mindset berbeda dengan digitalisasi,
otomatisasi, dan komputerisasi). “Digital isn’t software, it’s a mindset”(Dignan, 1984). Lakukan
oleh Teknologi, jangan lagi dikerjakan secara manual. Lakukan digitalisasi terhadap produk,
proses, layanan, atau sumber daya. Semua aktivitas berbasis pada data. Berorientasi pada
customer (Indrajit, 2020).

RUANG LINGKUP INOVASI


Menurut Udin Syaefudin (2010), inovasi merupakan suatu ide, barang, kejadian, metode, yang
dirasakan atau diamati sebagai suatu hal yang baru bagi seseorang atau sekelompok orang,
baik itu berupa hasil invention maupun diskoveri. Invention adalah penemuan sesuatu yang
benar-benar baru sedangkan diskoveri adalah penemuan sesuatu yang sesungguhnya sudah
ada, tetapi belum diketahui orang.

Dari pengertian tersebut penulis memandang inovasi diperlukan agar seseorang atau
sekelompok orang/organisasi dapat mengikuti perubahan zaman dan tetap dapat
berkompetisi/bersaing. Organisasi perlu membuat dan menciptakan suatu ide yang inovatif
yang dapat diimplementasikan dalam sebuah produk atau jasa. Hal ini dilakukan agar
organisasi dapat bersaing bahkan dapat keluar sebagai pemenang dalam persaingan tersebut.

Teknologi Komunikasi dalam Organisasi

G.R. Terry (2009) menyatakan 5 (lima) peranan mendasar teknologi informasi di dalam suatu
organisasi, yaitu sebagai berikut.

1.Fungsi Operasional

Dalam fungsi operasional, struktur organisasi akan menjadi lebih sederhana. Unit yang terkait
dengan manajemen teknologi informasi berfungsi sebagai supporting agency, yakni saat teknologi
informasi menjadi firm infrastructure. Hal ini disebabkan sifat penggunaannya yang menyebar di
seluruh fungsi organisasi.

2. Fungsi Planning and Decision

Fungsi ini berperan untuk membawa informasi pada tataran yang lebih strategis karena fungsi ini
berperan sebagai enabler dari rencana bisnis perusahaan. Selain itu, fungsi ini juga berperan
sebagai generator bagi para pimpinan perusahaan yang dihadapkan pada realitas untuk
mengambil keputusan-keputusan penting.

3. Fungsi Monitoring and Control

Teknologi informasi dan komunikasi bisa memudahkan pengawasan gerak-gerik yang dilakukan
dalam sebuah organisasi.

4. Fungsi Communication

Secara prinsip, fungsi ini termasuk ke dalam firm infrastructure dalam era organisasi modern,
yakni menempatkan teknologi informasi sebagai media individu perusahaan dalam
berkomunikasi, berkolaborasi, bekerja sama, dan berinteraksi.

5. Fungsi Interorganisational

Fungsi ini dipicu oleh semangat globalisasi, sehingga memiliki peranan yang cukup unik. Fungsi ini
mendorong perusahaan untuk melakukan kolaborasi dan bermitra dengan sejumlah perusahaan
lain.

Dampak Teknologi Komunikasi Bagi Organisasi

Teknologi Informasi semakin berkembang pada masa sekarang ini, hal ini disebabkan manusia
yang menuntut kecepatan untuk memenuhi segala kebutuhannya. Demikian pula halnya
dengan organisasi yang sengat membutuhkan kecepatan untuk mendukung seluruh
aktivitasnya dapat dilaksanakan secara cepat dan tentu saja dengan hasil yang baik, efektif, dan
efisien. Inilah penyebab mengapa teknologi sangat diperlukan dan semakin diperbarui.
Contoh positif dalam penerapan teknologi ini seperti:

1. Sebagai media untuk mengawasi kinerja organisasi.


2. Sebagai media untuk meningkatkan kualitas informasi.
3. Sebagai media untuk menganalisa daya saing organisasi.
4. Penghematan biaya, waktu, dan peningkatan produktivitas.
5. Untuk membantu aktivitas manajemen sumber daya manusia.
Selain pengaruh positif terdapat juga pengaruh negatif dalam penerapan teknologi, seperti:

1. Kemungkinan penyalahgunaan teknologi.


2. Tingginya kemungkinan masalah penolakan penggunaan teknologi.
3. Mengurangi sifat sosial.
Penerapan teknologi informasi pada organisasi sesungguhnya sangat diperlukan dan penting,
karena dapat membantu jalannya organisasi menjadi lebih baik. Namun, penerapannya perlu di
kendalikan dengan baik pula agar dampak negatif dapat diminimalisir.

Bab 12

Etika dalam Komunikasi Organisasi

Pengertian etika

Secara etimologi (bahasa) etika berasal dari kata bahasa Yunani ethos. Dalam bentuk tunggal,
ethos berarti tempat tinggal yang biasa, padang rumput, kandang, kebiasaan, adat, akhlak,
perasaan, cara berpikir. Dalam bentuk jamak, ta etha berarti adat kebiasaan. Dalam istilah filsafat,
etika berarti ilmu t entang apa yang biasa dilakukan atau ilmu tentang adat kebiasaan. Dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia, etika adalah ilmu pengetahuan tentang asas-asas akhlak. Etika
dibedakan dalam tiga pengertian pokok, yaitu ilmu tentang apa yang baik dan kewajiban moral,
kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak, dan nilai mengenai benar dan salah yang
dianut suatu golongan atau masyarakat. Dalam pembahasan kali ini, maka etika dapat diartikan
sebagai nilai-nilai atau norma yang menjadi pegangan bagi seseorang atau kelompok dalam
mengatur tingkah lakunya.Etika sering disebut filsafat moral.

Pada pengertian yang paling dasar, etika adalah sistem nilai pribadi yang digunakan memutuskan
apa yang benar, atau apa yang paling tepat, dalam suatu situasi tertentu; memutuskan apa yang
konsisten dengan sistem nilai yang ada dalam organisasi dan diri pribadi. Dalam membahas etika
dalam organisasi, sejumlah pakar membedakannya:

1. Etika perorangan (personal ethics) yakni etika yang menentukan baik buruknya perilaku
individu seseorang dalam hubungannya dengan orang lain pada sebuah organisasi.
2. Etika organisasi (organizational ethics), yakni etika yang menetapkan parameter dan
merinci kewajiban-kewajiban (obligations) organisasi, serta menggariskan konteks tempat
keputusan-keputusan etika perorangan itu dibentuk (Vasu, Stewart dan Garson, 2017).

Komunikasi Organisasi

komunikasi adalah suatu proses penyampaian pesan oleh seseorang atau kelompok kepada
penerima pesan baik itu secara verbal agar dapat dimengerti oleh kedua belah pihak dan juga
komunikasi dapat dilakukan dengan non verbal atau dengan gerak-gerik tubuh misalnya
tersenyum, menggelengkan kepala, yang bertujuan untuk memengaruhi sikap atau perilaku orang
lain. Menurut Schein (1983) bahwasanya organisasi adalah suatu hal mengatur dengan hal adanya
kegiatan dalam tujuan utama melalui penggolongan pekerjaan serta fungsi dan harus bertanggung
jawab. Organisasi juga mempunyai karakter yaitu tujuan,struktur, yang saling berkaitan satu
bagian dengan bagian lain serta tergantung kepada komunikasi untuk mengatur aktivitas
organisasi dimaksud.Komunikasi organisasi merupakan sebuah proses pertukaran informasi di
antara orang-orang dalam suatu organisasi, yang di dalamnya terdapat tahapan komunikasi
meliputi: atensi/perhatian (attention), komprehensif(comprehension), kebenaran/fakta
(acceptance as true), dan retensi (retention) (Panuju, 2001).

Dalam komunikasi organisasi terdapat tiga aliran komunikasi. Aliran komunikasi kebawah adalah
komunikasi yang mengalir dari satu tingkat dalam kelompok atau organisasi ke tingkat yang lebih
bawah. Pola ini digunakan oleh kelompok untuk menetapkan sasaran, memberikan instruksi
pekerjaan, menginformasikan kebijakan dan prosedur bawahan, menunjukkan masalah yang
memerlukan perhatian dan mengemukakan umpan balik tentang kinerja.

Aliran komunikasi ke atas, sebuah proses komunikasi yang mengalir setingkat yang lebih tinggi
dalam kelompok atau organisasi. Komunikasi ini digunakan untuk memberikan umpan balik ke
atasan, menginformasikan mengenai kemajuan ke sasaran dalam menyampaikan masalah-
masalah yang dihadapi.

Aliran komunikasi yang ketiga adalah komunikasi horizontal. Aliran ini terjadi ketika komunikasi
terjadi di antara anggota kelompok kerja yang sama, di antara anggota kelompok kerja pada
tingkat yang sama, atau di antara manajer pada tingkat yang sama, atau di antara setiap personel
yang secara horizontal disebut komunikasi horizontal.

Etika dalam Komunikasi Organisasi

Kurangnya pemahaman antar sesama dapat memunculkan miss comunication atau bahkan
menimbulkan suatu permasalahan dalam organisasi dan berujung timbulnya berbagai macam
prasangka dan salah paham. Dalam berbagai perbedaan tersebut, kita harus mampu beradaptasi
dengan cepat. Nilai-nilai yang membentuk etika harus kita pahami dengan benar karena
sebenarnyatidak ada komunikasi yang tidak menggunakan nilai-nilai etika di dalamnya, setiap
bentuk komunikasi selalu menggunakan etika walaupun dalan kadarnya masing-masing sesuai
konteks, tujuan dan situasi yang ada. Maka dari itu etika komunikasi itu sangatlah penting dalam
suatu organisasi harus ada nilai-nilai atau norma mengenai benar atau salah yang dianut suatu
golongan dan menjadi pegangan seseorang atau kelompok untuk menghargai lawan bicara serta
mengatur tingkah lakunya tanpa menyakiti hati orang lain.

Etika komunikasi mencoba untuk mengelaborasi dan menelaah suatu etika komunikasi yang
digunakan oleh komunikator dan komunikan melalui perspektif, di antaranya (Mufid, 2012):

1. Perspektif Politik
2. Perspektif Sifat Manusia
3. Perspektif Situasional
4. Perspektif Dialogis
5. Perspektif Religius
6. Perspektif Utilitarian
untuk mengevaluasi cara dan tujuan komunikasi dapat dilihat dari adanya kegunaan,
kesenangan, dan kegembiraan.
7.Perspektif Legal
Perilaku komunikasi yang legal, sangat disesuaikan dengan peraturan yang berlaku dan
dianggap sebagai perilaku yang etis.

Dimensi etika dalam berkomunikasi organisasi selalu dihadapkan dengan berbagai masalah, yaitu
antara kebebasan berekspresi dan tanggung jawab terhadap pelayanan publik itu

Pada dasarnya etika komunikasi kelompok tidak berbeda begitu banyak dengan etika komunikasi
antarpribadi ataupun organisasi, aturan-aturan etika seperti kejujuran dan kehati-hatian serta
tidak kecurangan yang disengaja, merupakan hal krusial dalam etika komunikasi kelompok. Hanya
dalam etika komunikasi kelompok harus diperhatikan partisipan yang disampaikan pesan.
Diperlukan sikap adil dan saling mendengarkan di antara anggota partisipan agar komunikasi yang
terjadi bisa berjalan dengan baik dan sehat.

Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai