Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN
PASIEN DENGAN TRAUMA EKSTREMITAS & PELVIS

Tanggal 08 November- 14 November 2020

KELOMPOK 2
Aditya Dwi Saputra, S. Kep 2030913310014
Muhammad Busyairi, S. Kep 2030913310020
Mustika Rahmadanti, S. Kep 2030913320010
Nopita Putri, S. Kep 2030913320005
Tazkia Rahman, S. Kep 2030913320017
Yulia Octaviani, S. Kep 2030913320003

PROGRAM PROFESI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARBARU
2020
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN
PASIEN DENGAN TRAUMA EKSTREMITAS & PELVIS

Tanggal 08- 14 November 2020

Oleh:
KELOMPOK 2

Banjarmasin, November 2020


Mengetahui,
Pembimbing Akademik

Abdurahman Wahid, S.Kep.,Ns, M.Kep


NIP. 19831111 200812 1 00
TRAUMA EKSTREMITAS

Pengertian: Klasifikasi: Tanda dan gejala:


Trauma ekstremitas adalah trauma 1. Tulang: fraktur 1. Nyeri
yang mengakibatkan cedera pada - Fraktur tertutup: fraktur tanpa cedera jaringan lunak terbuka seperti Nyeri yang dirasakan terus-
ekstremitas berupa sistem compression impacted, green stick, oblique, spiral, transversal, menerus dan bertambah
muskuloskeletal yang dapat - Fraktur terbuka: fraktur dengan cedera jaringan lunak terbuka ketika bergerak
menyebabkan disfungsi struktur di - Fraktur ekstremitas bawah seperti fraktur pelvic, fraktur femoral, 2. Deformitas
sekitarnya dan struktur yang fraktur lutut, fraktur tibia dan fibula 3. Pemendekan tulang
dilindungi atau disangganya serta - Fraktur ekstremitas atas: fraktur scapula, fraktur clavicula, fraktur 4. Krepitasi
kerusakan pada otot, pembuluh darah humerus, fraktur radius dan ulna 5. Pembengkakkan
dan saraf. Trauma pada otot dan 2. Sendi: subluksasi, dislokasi, fraktur-dislokasi, fraktur intra-artikular,
tulang dapat terjadi tanpa atau sprain dan instabilitas sendi
disertai trauma system lain. Pemeriksaan:
3. Jaringan lunak (kulit, otot, tendon dan ligament): rupture komplit, blister, a. Anamnesa : primer dan
strain, avulsion
sekunder
b. Pemeriksaan fisik
Etiologi: Penatalaksanaan: c. X-Ray: mendeteksi
1. Cedera langsung berarti pukulan 1. Recognition perubahan struktur tulang
langsung terhadap tulang Pada trauma ekstremitas perlu diketahui kelainan yang terjadi sebagai (fraktur), perubahan struktur
sehingga tulang patah secara akibat cedera tersebut, baik jaringan lunak atau tulangnya. garis (perdarahan), fragmen
spontan. Pemukulan biasanya 2. Reduction atau reposisi tulang
menyebabkan fraktur melintang Reposisi adalah tindakan untuk mengembalikan jaringan atau fragmen d. Pemeriksaan laboratorium
dan kerusakan pada kulit tulang pada posisi semula.
diatasnya. 3. Retaining
2. Cedera tidak langsung berarti Retaining adalah tindakan imobilisasi atau fiksasi untuk mempertahankan Komplikasi:
pukulan langsung berada jauh dari hasil reposisi dan memberi istirahat pada spasme otot pada bagian yang 1. Malunion
lokasi  benturan, misalnya jatuh sakit agar mencapai penyembuhan dengan baik. 2. Delayed union
dengan tangan berjulur dan 4. Rehabilitasi 3. Nonunion
menyebabkan fraktur klavikula. Rehabilitasi berarti mengembalikan kemampuan anggota gerak yang 4. Compartment syndroma
cedera untuk dapat berfungsi kembali. 5. Shock
6. Fat embolism syndroma
7. Tromboembolic
Kegawatdaruratan pada trauma ekstremitas : complicastion
1. Pendarahan Arteri Besar : trauma tajam maupun tumpul yang merusak sendi atau tulang di dekat arteri mampu 8. Infeksi
menghasilkan trauma arteri. 9. Avascular necrosis
2. Crush Syndrome atau Rhabdomyolysis adalah keadaan klinis yang disebabkan oleh kerusakan otot, yang jika tidak 10. Refleks symphathethic
ditangani akan menyebabkan kegagalan ginjal akut. Kondisi ini terjadi akibat crush injury pada massa sejumlah otot, dysthropy
yang tersering adalah paha dan betis. Keadaan ini disebabkan oleh gangguan perfusi otot, iskemia, dan pelepasan
myoglobin
3. Sindroma kompartemen dapat ditemukan pada tempat di mana otot dibatasi oleh rongga fasia yang tertutup. Perlu
diketahui bahwa kulit juga berfungsi sebagai lapisan penahan. Daerah yang sering terkena adalah tungkai bawah,
lengan bawah, kaki, tangan, region glutea, dan paha.
Pathway Etiologi:
Trauma (langsung atau tidak langsung)

Trauma sendi Kerusakan pada tulang, sendi


Trauma jaringan lunak
dan jaringan lunak

Abduksi, ekstensi, rotasi


eksterna traumatik yang Kerusakan tulang Kerusakan intergitas kulit
berlebihan pada
ekstremitas Fraktur terbuka ujung
Kehilangan Perubahan
integritas tulang fragmen tulang tulang menembus Terbukanya port de entre
otot dan kulit
Terjadi gerakan pada
bagian cedera (sengaja Risiko infeksi
Ketidakstabilan Perdarahan lokal
aatau tidak disengaja Menyebabkan
posisi fraktur perdarahan pada
Hematoma arteri besar
Hambatan mobilitas fisik Fragmen fraktur
Nyeri akut menusuk jaringan Perdarahan masif
Aliran darah ke
disekitarnya daerah distal
terhambat
Risiko syok
Nyeri akut
Warna jaringan
pucat, nadi
lemah,sianosis,
kesemutan

Kerusakan
neuromuskular

Hambatan
mobilitas fisik
TRAUMA PELVIS

Pengertian: Manifestasi klinis:


Etiologi 1. Jejas pada pelvis
Trauma pelvis adalah trauma pada
1. Trauma langsung 2. Nyeri tekan pada pelvis
area pelvis yang dpat terjadi dari 2. Trauma tidak langsung
ringan hingga yang mengancam 3. Trauma tumpul 3. Ketidakstabilan pada perabaan
kehidupan. Hal ini termasuk 4. Trauma tajam 4. perbedaan panjang kedua tungkai
fraktur ring pelvis, fraktur 5. Degenerasi 5. Rectal examination & darah pada mue
acetabulun, serta injury pada 6. Spontan 6. Hipotensi dan tachycardia
jaringan yang ada di area pelvis. 7. Proses penyakit kanker
8. Compresion force

Pemeriksaan: Penatalaksanaan: Komplikasi:


1. Anamnesa 1. Recognition 1. Trombosis vena ilio-femoral
2. Pemeriksaan fisik Pada trauma perlu diketahui kelainan yang terjadi sebagai akibat 2. Robekan kandung kemih
3. X-Ray: mendeteksi cedera tersebut, baik jaringan lunak atau tulangnya. 3. Robekan uretra
perubahan struktur tulang 2. Reduction atau reposisi 4. Trauma rectum dan vagina
(fraktur), perubahan Reposisi adalah tindakan untuk mengembalikan jaringan atau fragmen 5. Lesi pleksus lumbosakralis
struktur garis tulang pada posisi semula. 6. Pembentukan tulang
(perdarahan), fragmen 3. Retaining heterotrofik biasanya terjadi
tulang Retaining adalah tindakan imobilisasi atau fiksasi untuk
4. Pemeriksaan laboratorium setelah trauma jaringan lunak
mempertahankan hasil reposisi dan memberi istirahat pada spasme
5. Rontgen yang hebat atau setelah
otot pada bagian yang sakit agar mencapai penyembuhan dengan baik.
diseksi operasi
4. Rehabilitasi
7. Nekrosis avaskular Terjadi
Rehabilitasi berarti mengembalikan kemampuan anggota gerak yang
pada kaput femur pasca-
cedera untuk dapat berfungsi kembali.
trauma.
8. Gangguan pergerakan sendi
dan osteoarthritis sekunder.
ASUHAN KEPERAWATAN

DIAGNOSIS KEPERAWATAN
PENGKAJIAN Nyeri akut
1. Identitas Hambatan mobilitas fisik
Kerusakan integritas kulit
2. Riwayat Kesehatan Risiko Infeksi
3. Pemeriksaan Fisik Defisit volume cairan
Gangguan perfusi jaringan perifer
Risiko syok
Nyeri Akut Berhubungan Dengan Agen Cedera
Fisik
Risiko Syok Dengan Factor Risiko Hypovolemia
NOC
Kontrol Nyeri NOC
Setelah di lakukan tindakan keperawatan selama 3 x Keparahan Syok: Hipovolemik
60 menit, pasien tidak mengalami nyeri, dengan Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam
kriteria hasil: diharapkan tingkat syok menurun dengan kriteria hasil
Mengenali serangan nyeri Tekanan darah dalam batas normal
Menggunakan tindakan pencegahan nyeri Frekuensi dan kekuatan nadi normal
Melaporkan nyeri berkurang
NIC
NIC Pencegahan Syok
Manajemen Nyeri Monitor status kardiopulmonal
Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif Monitor status oksigenasi
termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, Monitor status cairan
kualitas dan faktor presipitasi Monitor tingkat kesadaran dan respon pupil
Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan Berikan oksigen untuk mempertahankan saturasi
Kurangi faktor presipitasi nyeri oksigen >94%
Ajarkan tentang teknik nonfarmakologi Persiapan intubasi dan ventilasi mekanik, jika perlu
Evaluasi keefektifan kontrol nyeri Pasang jalur IV, jika perlu
Tingkatkan istirahat Pasang kateter urine untuk menilai produksi urine
Berikan informasi tentang nyeri seperti penyebab Jelaskan penyebab/faktor risiko syok
nyeri, berapa lama nyeri akan berkurang dan Jelaskan tanda dan gejala awal syok
antisipasi ketidaknyamanan dari prosedur Anjurkan melapor jika menemukan/merasakan
Kolaborasikan dengan dokter jika ada keluhan dan tanda dan gejala syok
tindakan nyeri tidak berhasil Anjurkan memperbanyak asupan cairan oral
Kolaborasi pemberian IV, jika perlu
Kolaborasi pemberian transfusi darah, jika perlu
Administrasi Analgetik
Tentukan lokasi, karakteristik, kualitas, dan derajat
nyeri sebelum pemberian obat
Cek instruksi dokter tentang jenis obat, dosis, dan
frekuensi
Memonitor vital sign sebelum dan sesudah pemberian
analgesic pertama kali
Evaluasi efektivitas analgesic, tanda dan gejala
Hambatan Mobilitas Fisik Berhubungan Dengan Risiko Infeksi Dengan Faktor Resiko
Penurunan Ketahanan Dan Kekuatan Otot, Gangguan Integritas Kulit
Trauma Neuromuskular
NOC: Infection control
NOC :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3
Mobility Level
x 24 jam pasien tidak mengalami infeksi dengan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24
kriteria hasil:
jam hambatan mobilitas fisik teratasi dengan kriteria
hasil:
1. Suhu dan TTV normal
1. Klien meningkat dalam aktivitas fisik (4) 2. Hasil lab: leukosit dalam batas normal
2. Mengerti tujuan dari peningkatan mobilitas (4)
NIC:
Kontrol Infeksi
NIC 1. Tingkatkan cuci tangan yang baik ; oleh
Exercise Therapy: Ambulation pemberi perawatan dan pasien
1. Monitor TTV sebelum dan Sesudah latihan dan 2. Pertahankan teknik aseptic ketat pada
lihat respon prosedur/perawatan luka
2. Bantu klien untuk menggunakan alat bantu
3. Berikan perawatan kulit, perianal dan oral
(setelah TJR)
dengan cermat
3. Kaji kemampuan pasien dalam mobilisasi
4. Latih pasien dalam pemenuhan ADLs secara
4. Motivasi perubahan posisi/ambulasi yang
mandiri sering, latihan batuk dan napas dalam
Bed Rest Care 5. Tingkatkan masukkan cairan adekuat
1. Jelaskan pasien mengapa perlu bed rest. 6. Pantau/batasi pengunjung. Berikan isolasi bila
2. Posisikan tubuh sesuai dengan posisi tubuh yang memungkinkan
baik. 7. Pantau suhu tubuh. Catat adanya menggigil dan
3. Letakkan pada bed yang tepat. takikardia dengan atau tanpa demam
4. Hindari penggunaan kasur yang tekstur nya kasar. 8. Amati eritema/cairan luka
5. Jaga linen kasur tetap bersih, kering dan bebas dari
9. Ambil specimen untuk kultur/sensitivitas sesuai
kerutan.
indikasi
6. Monitor kondisi kulit pasien.
7. Ajarkan latihan pada tempat tidur yang sesuai.
10. Berikan antiseptic topical ; antibiotic sistemik
8. Lakukan pasif range of motion
9. Tempatkan meja disamping tempat tidur pasien
masih dalam jangkauannya.
Kerusakan Integritas Kulit Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer
NOC :
Integritas Jaringan: Kulit dan Membran Mukosa NOC:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24
Perfusi Jaringan: Perifer
jam, pasien menunjukan perbaikan integritas kulit
dengan kriteria hasil : Setelah dilakukan tindaka keperawata selama
1. Perfusi jaringan normal 3x24 jam diharapkan pasien mampu
2. Tidak ada tanda infeksi mempertahan kan fungsi jaringan, dengan kriteria
3. Tekstur jaringan normal
hasil:
4. Proses penyembuhan luka
5. Jaringan kulit kering 1. Tekanan darah sistole dalam rentang normal
NIC : Perawatan Luka (80-100 mmHg)
2. Kaji luka 2. Tekanan darah diastole dalam rentang normal
3. Bersihkan dengan normala salin area luka
(60-80 mmHg)
4. Lakukan perawatan luka
5. Gunakan balutan sesuai dengan luka 3. Akral teraba hangat
6. Monitoring tanda-tanda infeksi NIC
Perawatan Sirkulasi
1. Lakukan pengkajian komprehensif terhadap
sirkulasi perifer
2. Pantau tingkat ketidaknyamanan atau nyeri
Defisit volume cairan saat melakukan latihan fisik
NOC : 3. Pantau status cairan termasuk asupan dan
Keseimbangan Cairan haluaran
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 4. Pantau perbedaan ketajaman atau
jam, volume cairan teratasi dengan kriteria hasil :
ketumpulan, panas atau dingin
1. TTV dalam rentang normal
2. Tidak ada tanda dehidrasi, elastisitas turgor kulit
5. Pantau parestesia, kebas, kesemutan,
baik, membrane mukosa lembab, tidak ada rasa hiperestesia dan hipoestesia
haus berlebih 6. Pantau tromboflebitis dan thrombosis vena
3. Intake oral dan intavena adekuat

NIC : Manajemen Cairan


1. Monitor status hidrasi
2. Monitor vital sign
3. Monitor intake output
4. Anjurkan keluarga untuk memberikan masukan
nutrisi dan cairan
5. Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian
cairan intravena
1. Monitor status cairan, respon pasien terhadap cairan
NIC :Resusitasi cairan
1. Pertahankan saluran IV yang besar
2. Kelola cairan IV, sesuai resep
3. Pantau respon hemodinamik pasien
4. Monitor status oksigen
DAFTAR PUSTAKA

Bulechek G.M., Howard K.B., Joanne M.D. (Eds.). 2008. Nursing Intervention Classification
(NIC), Fifth Edition. St. Louis Missouri: Mosby Inc.

Herdman, T.H. Kamitsuru, S. (Eds.). 2014. NANDA International Nursing Diagnoses:


Definitions and Classification 2015-2017. Oxford: Wiley Blackwell.

Moorhead Sue, Marion Johnson, Meridean L.M., et al. (Eds.). 2008. Nursing Outcomes
Classification (NOC), Fifth Edition. St. Louis Missouri: Mosby Inc.

Appley. A. Graham, 2000. Buku Ajar Orthopedi dan Fraktur. Alih bahasa Edi Nugroho: edisi
7.Jakarta. Widya Medika.

Prince, Sylvia Anderson, 2006. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Edisi 4.


Jakarta: EGC.

Smeltzer, Suzanne C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal-bedah. Edisi 8. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai