CBR Analisis Wacana Kelompok 5
CBR Analisis Wacana Kelompok 5
ANALISIS WACANA
OLEH KELOMPOK 5
2020
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan yang Maha Kuasa, atas
Berkat dan Rahmat-Nya penulis masih bisa menyelesaikan tugas Critical Book
Report (CBR) ini tepat pada waktunya. Makalah ini berisi tentang CBR Analisis
Wacana Bahasa Indonesia. Makalah ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas
pokok mata kuliah Analisis Wacana bahasa Indonesia.
Dalam penulisan makalah ini tentunya penulis tidaklah seorang diri, namun
penulis banyak mendapat dukungan dari orang tua, dosen, dan teman-teman juga.
Maka dari itu atas bantuan dan partisipasi nya penulisan sangat mengucapkan
terima kasih yang setulus-tulusnya.
Penulis berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca dan bisa
menjadi sebuah referensi bila mana ingin membuat sebuah ringkasan dari buku
serta memberi saran dan penilaian tentang sebuah buku. Penulis menyadari bahwa
makalah ini masih jauh dari Kesempurnaan maka dari itu penulis berharap Kritik
dan saran yang dapat membangun untuk lebih baiknya makalah ini. Akhir kata
penulis ucapkan Terima kasih.
Kelompok 5
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................................. i
DAFTAR ISI............................................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................................... 1
Ringkasan Buku......................................................................................................................... 2
BAB IV PENUTUP................................................................................................................. 5
Simpulan..................................................................................................................................... 5
Rekomendasi.............................................................................................................................. 5
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................. 6
BAB I
PENDAHULUAN
Manfaat CBR
Mempermudah Pembaca Untuk Mengkritik Buku
Menambah Wawasan Pembaca Mengenai analisis wacana bahasa
Indonesia
Identitas buku
Buku I
Penulis : Eriyanto
Tebal Buku : 370 halaman termasuk index, lampiran dan data penulis
Buku II
ISBN :-
BAB II
RINGKASAN ISI BUKU
Buku I
Di era digitalisasi dan keterbukaan informasi saat ini, masyarakat harus semakin jeli
dalam memilih berita agar tidak mudah terprovokasi, tidak mengikuti agenda setting
media serta masih dapat mempertahankan “netralitas”nya sebagai pembaca. Untuk itu,
pembaca harus mencoba menelisik lebih jauh “bagaimana” dan “mengapa” berita-berita
itu dihadirkan, maka kita akan segera mengetahui bahwa terdapat motif politik dan
ideologis tertentu yang tersembunyi di balik teks-teks berita tersebut. Cara membaca
yang lebih mendalam dan jauh ini disebut dengan analisis wacana. Analisis wacana
adalah alternatif terhadap kebuntuan-kebuntuan dalam analisis media yang selama ini
lebih didominasi analisis isi konvensional dengan paradigm positivis atau
kontruktivisnya. Melalui analisis wacana, kita akan tahu bukan hanya bagaimana isi teks
berita, tetapi bagaimana dan mengapa pesan itu dihadirkan. Bahkan, kita bisa lebih jauh
membongkar penyalahgunaan kekuasaan, dominasi, dan ketidakadilan yang dijalankan
dan diproduksi secara samar melalui teks-teks berita.
Menurut Dr. Deddy N Hidayat dalam kata pengantar buku ini, analisis wacana atau
critical discourse analysis tidak saja untuk melakukan textual interrogation tetapi juga
untuk mempertautkan hasil interograsi tersebut dengan konteks makro yang
“tersembunyi” di balik teks, sehingga suatu academic exercise ataupun dalam rangka
upaya penyadaran, pemberdayaan dan transformasi sosial (halaman ix).
Analisa wacana memperhatikan dan menganalisis teks berita melalui kata, frasa,
kalimat, metafora macam apa berita disampaikan. Dengan melihat bagaimana bangunan
struktur kebahasaan tersebut, analisis wacana lebih bisa melihat makna tersembunyi
dari suatu teks. Salah satu kekuatan dari analisis wacana adalah kemampuannya untuk
melihat dan membongkar praktik ideologi dalam media.
Paling tidak ada tiga pandangan mengenai bahasa dalam analisis wacana yaitu :Pertama,
pandangan kaum positivismeempiris, dimana bahasa dilihat sebagai jembatan antara
manusia dengan obyek di luar dirinya.Menurut kelompok ini, wacana diukur dengan
mempertimbangkan kebenaran atau ketidakbenaran menurut sintaksis dan
semantik.Kedua, pandangan konstruktivisme yang banyak dipengaruhi pemikiran
fenomenologi. Menurut kelompok ini, analisis wacana dimaksudkan sebagai analisis
untuk membongkar maksud-maksud dan makna-makna tertentu.Ketiga, pandangan
kritis. Menurut pandangan ini, analisis wacana kritis melihat bahasa sebagai faktor
penting yakni bagaimana bahasa digunakan untuk melihat ketimpangan kekuasaan
dalam masyarakat terjadi.Karakteristik dari analisis wacana kritis mengandung lima
prinsip yaitu tindakan, konteks, historis, kekuasaan dan ideologi. Terkait dengan
tindakan, ada dua konsekuensi dalam memandang wacana yaitu wacana dipandang
sebagai sesuatu yang bertujuan untuk mempengaruhi, mendebat, menyangga,
membujuk, bereaksi dll dan wacana dipahami sebagai sesuatu yang diekspresikan secara
sadar atau terkontrol.Terkait dengan konteks, menurut Guy Cook dalam bukunya The
Discourse of Advertising (1994), ada tiga hal yang sentral dalam pengertian wacana :
teks, konteks dan wacana.
Teks adalah semua bentuk bahasa (kata, ekspresi komunikasi, ucapan, music, gambar,
efek suara, citra dll).Konteks memasukkan semua situasi dan hal yang berada diluar
konteks.Wacana kemudian dimaknai sebagai teks dan konteks bersama-sama. Terkait
dengan historis, analisis wacana memerlukan tinjauan mengapa wacana yang
berkembang atau dikembangkan seperti itu, mengapa bahasa yang dipakai seperti itu
dst.Terkait dengan kekuasaan, pemilik atau politisi yang kuat menentukan sumber mana
atau bagian mana yang harus diliput dan sumber dan bagian mana yang tidak perlu
diliput. Terkait dengan ideologi, analisis wacana dalam konteks berita untuk mengetahui
apakah teks yang muncul pencerminan dari ideologi seseorang, apakah dia feminis,
antifeminis, kapitalis, sosialis dll (hal 14).
Analisis wacana kritis berutang budi kepada beberapa intelektual dan pemikir seperti
Michael Faucoult yang terkenal dengan teori wacana, Antonio Gramsci, sekolah
Frankfurt dan Louis Althousser. Gramsci dikenal dengan teori hegemoninya. Althausser
dikenal dengan teori ideologinya, sedangkan orang yang berhasil menerjemahkan
dengan baik teori Gramsci di satu sisi dan teori Althusser di pihak lain dalam
hubungannya dengan media adalah Stuart Hall dan koleganya dari Center for
Contemporary Cultural Studies di Brimingham, Inggris.
Setidaknya ada beberapa pendekatan dalam analisis wacana kritis yaitu : pertama,
analisis bahasa kritis (critical linguistics) yang diperkenalkan Halliday dari Universitas
East Anglia pada tahun 1970-an.Intisari dari critical linguistics adalah melihat bagaimana
gramatika bahasa membawa posisi dan makna ideologi tertentu atau dengan kata lain
pilihan bahasa dan struktur tata bahasa yang dipakai mencerminkan ideologi
tertentu.Kedua, analisis wacana pendekatan Perancis dikembangkan Pecheux yang
banyak dipengaruhi Faucoult dan Althusser. Menurut Pecheaux, bahasa dan ideologi
bertemu pada pemakaian bahasa dan materialisasi bahasa pada ideologi.Ketiga,
pendekatan kognisi sosial yang dikembangkan Teun Van Dijk dari Universias Amsterdam,
Belanda. Menurut Van Dijk, wacana cenderung memarjinalkan kelompok minoritas
dalam pembicaraan publik. Keempat, pendekatan perubahan sosial yang memusatkan
perhatian pada bagaimana wacana dan perubahan sosial.Fairclough banyak dipengaruhi
Foucault dan pemikiran intertekstualitas Julia Kristeva dan Bakhtin. Menurutnya,
wacana melekat dalam situasi, institusi dan kelas sosial tertentu. Kelima, pendekatan
wacana sejarah yang dikembangkan di Universitas Vienna, Austria dibawah Ruth Wodak
yang banyak dipengaruhi sekolah Frankfurt, khususnya Juergen Habermas.
Buku II
Wacana itu ada berbagai jenis. Berbagai jenis wacana itu dapat
dikelompokkan menurut dasar tertentu. Dasar pengelompokan itu antara lain (i)
media yang dipakai untuk mewujudkannya, (ii) keaktifan partisipan komunikasi,
(iii) tujuan pembuatan wacana, (iv) bentuk wacana, (v) langsung tidaknya
pengungkapan wacana, (vi) genre sastra, (vii) isi wacana, dan (viii) dunia maya
(periksa Baryadi 2002). Berdasarkan media yang dipakai untuk mewujudkannya,
dapat dikemukakan dua jenis wacana, yaitu (i) wacana lisan (spoken discourse)
dan (ii) wacana tertulis (writen discourse). Wacana lisan adalah wacana yang
dihasilkan dengan diucapkan.
Wacana lisan diterima dan dipahami dengan cara mendengarkannya.
Wacana lisan sering dikaitkan dengan wacana interaktif (interactive discourse)
karena wacana lisan dihasilkan dari proses interaksi atau hubungan komunikatif
secara verbal antarpartisipan komunikasi (Tarigan 1987: 52).
Wacana tertulis adalah wacana yang diwujudkan secara tertulis. Untuk
menerima dan memahami wacana tertulis, si penerima harus membacanya.
Wacana ini sering dikaitkan dengan wacana noninterkatif (noninteractive
discourse) karena proses pemroduksian wacana ini tidak dapat langsung
ditanggapi oleh penerimanya (Baryadi 1989: 4). Contoh jenis wacana tertulis
adalah surat, pengumuman tertulis, berita di surat kabar, tajuk rencana, iklan
cetak, cerita pendek, novel, naskah drama, wacana prosedural, dan undang-
undang.
Berdasarkan keaktifan partisipan komunikasi, wacana dapat dibedakan
menjadi tiga jenis, yaitu (i) wacana monolog (monologue discourse), wacana
dialog (dialogue discourse), dan wacana polilog (polylogue discourse) atau
percakapan (conversation atau exchange). Wacana monolog adalah wacana yang
pemroduksiannya hanya melibatkan pihak pembicara. Wacana monolog dapat
dibedakan menjadi wacana monolog lisan seperti ceramah, khotbah, kampanye,
petuah dan wacana monolog tertulis seperti wacana berita, pengumuman tertulis,
wacana prosedural, dan wacana narasi tertulis. Wacana dialog adalah wacana
yang pemroduksiannya melibatkan dua pihak yang bergantian sebagai pembicara
dan pendengar. Contoh wacana dialog adalah tegur sapa, tanya jawab guru dengan
murid, dialog dokter dan pasien, tawar-menawar dalam peristiwa jual-beli, dan
interogasi polisi dengan pesakitan.
BAB IV
PENUTUP
SIMPULAN
Analisa wacana memperhatikan dan menganalisis teks berita melalui kata, frasa,
kalimat, metafora macam apa berita disampaikan. Dengan melihat bagaimana
bangunan struktur kebahasaan tersebut, analisis wacana lebih bisa melihat makna
tersembunyi dari suatu teks. Salah satu kekuatan dari analisis wacana adalah
kemampuannya untuk melihat dan membongkar praktik ideologi dalam media.
Dalam tulisan ini telah diuraian perihal pengertian wacana, jenis wacana,
analisis wacana, dan pendekatan dalam analisis wacana. Pembahasan mengenai
wacana dalam tulisan ini masih dangkal dan kurang lengkap. Pembahasan tentang
pendekatan dalam analisis wacana masih terbatas pada pendekatan formal,
analisis wacana kritis, dan fungsional, padahal masih banyak pendekatan yang
lain yang juga penting untuk didalami.
Wacana adalah satuan bahasa yang lengkap yang di dalamnya terdapat
konsep atau gagasan yang utuh. Sebagai satuan bahasa yang lengkap sebuah
wacana akan dapat dipahami isinya apabila sudah terbaca secara keseluruhan
karena jika terbaca sebagian atau bagian kecil saja kemungkinan besar akan
terjadi perbedaan pemahaman antara penulis dan pembaca.
SARAN
Buku utama sangat cocok digunakan sebagai buku pendamping dalam mata kuliah
manajemen sekolah , dimana materi yang ada lebih jelas dengan contoh-contoh
yang mudah dimengerti, buku kedua juga bisa dijadikan buku pegangan
mahasiswa terkait dengan Analisis Wacana bahasa Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA