Anda di halaman 1dari 3

“EUTENESIA SECARA AGAMA HINDU”

NAMA : I Wayan Rama Oasis Pramudya

NIM : 17051039

PRODI : MANAJEMEN
A. Apa itu Eutenesia

Euthanasia berasal dari bahasa Yunani, yaitu eu yang berarti indah, bagus, terhormat atau
gracefully and with dignity, dan thanatos yang berarti mati. Jadi secara etimologis, euthanasia
dapat diartikan sebagai mati dengan baik. Jadi sebenarnya secara harfiah, euthanasia tidak bisa
diartikan sebagai suatu pembunuhan atau upaya menghilangkan nyawa seseorang.

Euthanasia merupakan tindakan penghentian kehidupan manusia baik dengan cara


menyuntikkan zat tertentu atau dengan meminum pil atau dengan cara lainnya. Tindakan ini
muncul akibat terjadinya penderitaan yang berkepanjangan dari pasien. Di beberapa negara eropa
dan sebagian Amerika Serikat, tindakan euthanasia ini telah mendapat izin dan legalitas negara.
Pada umumnya mereka beranggapan bahwa menentukan hidup dan mati seseorang adalah hak
asasi yang harus dijunjung tinggi.

B. Macam-macam Eutenesia

1. Aktif

Euthanasia aktif artinya mengambil kehidupan seseorang untuk mengurangi


penderitaannya. Ada aspek kesengajaan mematikan orang tersebut, misalnya dengan
menyuntikkan zat kimia tertentu untuk mempercepat proses kematiannya.

2. Pasif

Euthanasia pasif artinya membiarkan si sakit mati secara alamiah tanpa bantuan alat
bantu seperti pemberian obat, makanan, atau alat bantu buatan. Euthanasia pasif, membiarkan
kematian. Euthanasia pasif biasanya dibedakan atas euthanasia pasif alamiah dengan bukan
alamiah. Euthanasia pasif alamiah berarti menghentikan pemberian penunjang hidup alamiah
seperti makanan, minuman dan udara. Sedangkan euthanasia pasif bukan alamiah berarti
menghentikan penggunaan alat bantu mekanik buatan misalnya mencabut respirator (alat bantu
pernapasan) atau organ-organ buatan. Euthanasia pasif alamiah sama dengan pembunuhan sebab
dengan sengaja membiarkan si sakit mati tanpa makan-minum (membunuh pelan-pelan).
Sedangkan mencabut alat bantu yang mungkin hanya berfungsi memperpanjang ‘penderitaan’
tidak sama dengan membunuh sebab memang si sakit tidak sengaja dimatikan melainkan
dibiarkan mati secara alamiah.

C. Eutenesia menurut agama Hindu

Pandangan agama Hindu terhadap Eutenesia didasarkan pada ajaran tentang karma,
moksa dan ahimsa. Kareana merupakan suatu konsekwensi murni dari semua jenis kehendak dan
maksud perbuatan yang baik maupun yang buruk, lahir dan batin dengan pikiran kata-kata atau
tindakan. Sebagai akumulasi terus menurus dari “karma” yang buruk adalah menjadi penghalang
“moksa” yaitu suatu kebebasan dari siklusrenkarnasi yang menjadi suatu tujuan utama dari
penganut ajaran Hindu. Ahimsa merupakan prinsip “anti kekerasan” atau pantang menyakiti
siapapun juga.

Bunuh diri adalah suatu perbuatan yang terlarang didalam ajaran agama Hindu dengan
pemikiran bahwa perbuatan tersebut dapat menjadi suatu faktor yang menggangu saat
reinkarnasi oleh karena menghasilkan “karma” buruk. Kehidupan manusia merupakan suatu
kesempatan yang sangat berharaga untuk meraih tingkat yang lebih baik dalam kehidupan
kembali. Berdasarkan kepercayaan umat Hindu, apabila seseorang melakukan buduh diri maka
rohnya tidak akan masuk neraka maupun surga melainkan tetap berada didunia fana sebagai roh
jahat dan berkelana tanpa tujuan hingga ia mencapai masa waktu dimana seharusnya ia
menjalani kehidupan. Misalkan umurnya waktu bunuh diri 17tahun dan seharusnya ia
ditakdirkan hidup hingga umur 60tahun maka 43tahun itulah rohnya berkelana tanpa arah tujuan,
setelah itu maka rohnya masuk ke neraka menerima hukuman lebih berat dan akhirnya ia akan
kembali ke dunia dalam kehidupan (reinkarnasi) untuk menyelesaikan “karma” nya yang
terdahulu belum selesai dijalaninya kembali lagi dari awal.

D. Kesimpulan

Dilihat dari sudut pandang Hindu Eutenesia/hak untuk mati, bunuh diri semuanya itu
tidak dapat dibenarkan menurut ajaran sastra : “berlawanan dengan ajaran Ahimsa (tidak
membunuh). Hanya tuhan (Ida Sang Hyang Widi Wasa) yang berwenang menentukan lahir,
hidup dan matinya manusia (utpti, stiti, dan praline). Menurut ajaran agama Hindu Parasara
Dharmasastra IV.2, mengenai bunuh diri, adalah sebagai berikut :

“Selama 60.000 tahun, roh yang bunuh diri akan dicampakan dalam kegelapan neraka yang
penuh dengan nanah dan darah yang berbau buruk”

Anda mungkin juga menyukai