ABSTRAK
Reformasi pendidikan kedokteran telah menyebar seperti epidemi di seluruh dunia, termasuk Indonesia. Gambaran
umum dari proses reformasi ini adalah berkurangnya pengaruh langsung departemen terhadap apa, kapan dan
bagaimana materi diajarkan. Hal ini menyebabkan beberapa disiplin, terutama ilmu-ilmu dasar, harus
mempertimbangkan kembali posisinya di dalam kurikulum pendidikan dokter. Dalam waktu dekat Kurikulum Inti
Pendidikan Dokter Indonesia II (KIPDI II) akan diganti dengan KIPDI III. Berbeda dengan KIPDI I dan II yang disusun
berdasarkan cabang ilmu, KIPDI III disusun berdasarkan kompetensi apa yang harus dimiliki oleh lulusan pendidikan
dokter. Pada KIPDI III, kurikulum inti untuk tiap cabang ilmu tidak didefinisikan, sebaliknya didorong adanya variasi
kurikula dengan membebaskan tiap institusi untuk mendefinisikan sistem inti serta memilih modul-modul
pembelajarannya sendiri. Mengingat adalah tanggung jawab ahli anatomi bahwa dokter yang diluluskan oleh
fakultas/program studi kedokteran mempunyai pengetahuan anatomi yang memadai untuk menjalankan tugasnya
sehari-hari, di dalam makalah ini akan dibahas mengapa anatomi perlu diajarkan kepada mahasiswa kedokteran,
apa batasan kurikulum inti anatomi, kapan diberikan, bagaimana caranya dan siapa pengajarnya?
Kata kunci : kurikulum pendidikan dokter, kurikulum anatomi, problem based learning
* Disampaikan pada Simposium Pendidikan Anatomi di Kongres Nasional XI dan Pertemuan Ilmiah Nasional
PAAI di Yogyakarta 29-30 Juli 2005
47
Djoko Prakosa: Menggagas pembelajaran anatomi pada kurikulum berbasis kompetensi
48
Jurnal Anatomi Indonesia, Vol. 1, No. 2 Desember 2006
generasi baru ahli bedah.1 Hal ini didasarkan terinspirasi oleh AACA. Berbeda dengan konsep
pada laporan bahwa antara tahun 1995 dan 2000 AACA, subyek bahasan di appendix 1 General Plan
ada peningkatan tujuh kali lipat tuntutan hukum Anatomy dimulai dengan bab “Anatomi Terapan”
yang berhubungan dengan kesalahan anatomis untuk menunjukkan bahwa bab berikutnya “Anatomi
yang ditujukan pada Medical Defence Union di Sistematik” menyajikan kondisi yang diperlukan
Inggris. Juga di Amerika Serikat diungkapkan untuk membuat anatomi praktis pada basis kausal.
oleh Cahill et al. (2000)1 bahwa dari 80.000 Anatomi terapan dibagi menjadi dua paragraf:
kematian yang dapat dicegah per tahun, setidak- “Anatomi Fungsional” dengan contoh proses dan
tidaknya sebagian dapat digolongkan karena situasi yang membutuhkan pemahaman anatomi
ketidak-kompetenan anatomis. yang kuat, dan “Anatomi Radiologis” yang menyaji-
kan contoh citra kondisi normal dan abnormal dimana
Dengan demikian, nyata bahwa anatomi akan pengetahuan anatomi wajib diketahui.
tetap menjadi prasarat untuk pendidikan dokter pada Isi appendix 1 General Plan Anatomi mirip
abad ini. Disiplin anatomi tetap penting untuk dengan Clinical Anatomynya AACA tetapi sudah
mengetahui bagaimana mendekati pasien untuk disesuaikan dengan kondisi setempat di Belanda.
diagnostik maupun terapeutik, walaupun cara Menurut mereka General Plan Anatomy lebih sedikit
pembelajarannya akan berubah. daripada Clinical Anatomynya AACA dalam hal
struktur yang dibahas.12
KURIKULUM INTIANATOMI
Monkhouse (1992) 4 berpendapat bahwa
pembelajaran anatomi di tingkat undergraduate
seharusnya ditujukan untuk disiplin yang pendidikan Anatomi
postgraduatenya tidak menyertakan pembelajaran klinis
anatomi di dalamya – misalnya dokter umum.
Setelah lulus menjadi dokter mereka secara formal
tidak akan belajar anatomi lagi. Untuk mereka itulah Living Anatomi
Anatomy pencitraan
basis yang diberikan di kurikulum anatomi under-
graduate harus relevan dan terjamin. Oleh karena
Anatomi fungsional
itu, para pengajar anatomi harus mengidentifikasi
kurikulum inti anatomi yang seharusnya diketahui
oleh mahasiswa kedokteran. Anatomi Variasi
AACA (American Association of Clinical Anato- 3 dimensi anatomi
mists) telah membuat dokumen kurikulum yang
menjamin tercapainya dasar anatomis yang kuat Terminologi anatomi
untuk praktek kedokteran saat ini dan di masa
mendatang.11 AACA mengajukan konsep anatomis
Gambar 1. Konsep anatomi yang mengikat subyek di
dan subyek bahasan kurikulum anatomi klinis guna dalam kurikulum makroanatomi menjadi suatu
mempersiapkan mahasiswa untuk kelak menjadi bentuk yang dapat diterapkan secara klinis
dokter yang tidak saja paham rasional dan keter- digambarkan di dalam bentuk hirarki piramidal11 .
batasan dari prosedur klinik berdasar anatomi, tetapi
yang lebih penting lagi paham akan prosedur klinik NAA telah melangkah lebih jauh lagi dengan
yang dapat dibangun di atas landasan tersebut mengadakan simposium Teaching of Anatomy/Em-
(Gambar 1). Dokumen tersebut menekankan bryology untuk implementasi General Plan Anatomy.
pentingnya terminologi anatomi, variasi normal, Perhatian khusus ditujukan untuk menjaring
hubungan-hubungan tiga dimensi, anatomi fungsio- pendapat para klinisi mengenai kegunaan praktis
nal dan living anatomy, dan teknologi pencitraan yang dokumen tersebut.2 Van Engelshoven dan Wilmink
digunakan untuk pelayanan pasien. (2001)13, keduanya klinisi, memandang bahwa di
Netherlands Association of Anatomists (NAA) dalam General Plan Anatomy pengurangan materi
pada tahun 1999 mempublikasikan General Plan tidak terealisasi. Mereka berpendapat bahwa daftar
Anatomy: Objectives of the teaching of anatomy/ obyektif terkait disiplin sangat komprehensif. Mereka
embryology in medical curricula in the Netherlands. paham bahwa akan sangat sulit bagi para ahli
12
Appendix 1 dari General Plan Anatomi berisi Dis- anatomi untuk mengurangi bahan ajar mereka
cipline-related objectives Anatomy yang sangat sendiri. Menurut mereka diskusi dengan klinisi
49
Djoko Prakosa: Menggagas pembelajaran anatomi pada kurikulum berbasis kompetensi
diperlukan untuk mendefinisikan apa yang relevan pencitraan. Proses fiksasi secara bermakna juga
secara klinik, karena relevansi ini akan sangat merubah warna dan tekstur jaringan manusia, yang
berbeda bagi seorang dokter umum dibanding tentu sangat berbeda keadaannya dengan apa yang
dengan ahli bedah ortopedi, ahli tumor, atau radiolog. terlihat pada pembedahan.
Dyball et al. (2003)14 melalui The Anatomical Terlepas dari pro dan kontra penggunaan ca-
Society of Great Britain and Ireland (ASGBI) daver, berbagai penelitian telah dilakukan terhadap
mempublikasikan: Setting a benchmark for anatomi- kegunaan diseksi dalam pembelajaran anatomi.
cal knowledge and its assessment (A core Ternyata waktu yang dihabiskan di meja diseksi
corriculum for teaching anatomy to medical stu- bukan merupakan cara paling efisien untuk belajar.
dents). Dokumen tersebut meskipun lebih pendek Penggunaan proseksi dan berbagai media bantu lain
dibandingkan dengan General Plan Anatomy , untuk mengajar memberi hasil yang sama bagusnya
mencakup landasan yang sama. di dalam pembelajaran pengetahuan anatomi.
Merespon berlakunya KIPDI III, dengan belajar Diseksi mempunyai keterbatasan. Diseksi tidak baik
dari perhimpunan-perhimpunan anatomi di berbagai untuk pembelajaran beberapa area penting misalnya
negara, maka seharusnya PAAI (Perhimpunan Ahli osteologi, sistem saraf (terutama saraf yang kecil-
Anatomi Indonesia), dengan bekerja sama dengan kecil), anatomi permukaan, anatomi organ kecil atau
para klinisi, mulai memikirkan untuk membuat yang tidak jelas batasnya (misalnya glandula
dokumen kurikulum inti anatomi pendidikan dokter parathyroidea, suprarenal, epiphyse, atau pancreas,
di Indonesia sistem limfe dan lain-lain). Untuk itu dibutuhkan
media alternatif, misalnya skeleton yang sudah
BAGAIMANAANATOMI DIAJARKAN? lepas/model skeleton, film radiologis, proseksi, model
Isu pokok mengenai bagaimana dan kapan plastinasi, simulasi komputer dan lain-lainnya.6
anatomi diajarkan berkisar pada keuntungan dan Di Inggris pada tahun 2002 didirikan fakultas
kerugian penggunaan cadaver dan teknologi kom- kedokteran yang tidak menggunakan cadaver untuk
puter15 , serta apakah anatomi diberikan secara pembelajaran anatominya.18 Sebagai ganti cadaver
terintegrasi atau non-integrasi.16 Keuntungan pemakai- mereka menggunakan kombinasi antara living
an cadaver antara lain adalah1,6: Proses diseksi mem- anatomy, model plastik, contoh-contoh pencintraan
berikan kepada mahasiswa pandangan 3 dimensi medis dilengkapi dengan portable ultrasound scan-
anatomi manusia; diseksi memperkuat dan meng- ners, pencitraan tiga-dimensi dan animasi, serta
elaborasi pengetahuan yang diperoleh pada waktu penggunaan simulator.17 General Medical Council
mengikuti kuliah dan tutorial; integrasi anatomi pada (GMC), yang bertanggung jawab menyusun stan-
organisme secara keseluruhan juga dianggap ke- dard untuk pendidikan undergraduate mengatakan
unggulan dari pembelajaran secara tradisional; studi bahwa perhatian utama mereka pada outcome,
pada cadaver memberikan kesempatan untuk meng- bukan pada proses. Namun demikian, personel GMC
apresiasi rentang variabilitas yang terdapat pada akan memvisitasi fakultas kedokteran tersebut
material manusia yang sesungguhnya dibandingkan apakah standardnya dijaga.18
dengan apa yang diuraikan dalam textbook dan pada Bagaimanapun juga, perbandingan hasil pem-
peraga plastik; belajar di ruang diseksi merupakan belajaran anatomi antara yang didapat melalui
pengenalan terhadap self-directed learning dan diseksi cadaver dan yang didapat melalui media ajar
teamworking; penggunaan cadaver dapat dipakai yang lain sampai saat ini belum bisa dilakukan.
sebagai media untuk pembelajaran terhadap isue- Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa
isue moral dan etikal. Sedangkan kerugiannya diseksi anatomi nampaknya akan tetap ada, tetapi
dikemukakan oleh McLachlan et al. (2004) sebagai tidak untuk undergraduate. Diseksi hanya untuk
berikut.17 Sehari-hari seorang dokter umum postgraduate, misalnya untuk mendidik calon ahli
berhadapan dengan anatomi melalui dua modalitas: bedah.6 Sebaliknya penggantian cadaver seluruhnya
living anatomy dan pencitraan medis. Diseksi dan dengan media ajar lain membutuhkan teknologi
proseksi mungkin bukan merupakan penggambaran tinggi dan biaya yang tidak sedikit.15
yang baik untuk living anatomy. Berhubung Metode pengajaran anatomi dapat dibedakan
keadaannya, cadaver tidak responsif terhadap gerak menjadi integratif dan non-integratif. Pembelajaran
dan investigasi interaktif misalnya palpasi dan anatomi secara non-integrasi dilakukan pada pen-
perkusi. Informasi yang didapat dari diseksi tidak didikan tradisional, dan umumnya diberikan pada
siap untuk diterjemahkan ke dalam gambaran cross- tahun pertama, dilanjutkan pada tahun kedua, sete-
sectional yang dihasilkan melalui berbagai lah itu anatomi tidak diberikan lagi. Sedangkan yang
50
Jurnal Anatomi Indonesia, Vol. 1, No. 2 Desember 2006
terintegrasi antara lain terdapat pada institusi-institusi melakukan riset menyebabkan perubahan-per-
pendidikan dokter yang menggunakan sistem Prob- ubahan di sebagian besar departemen anatomi di
lem-based learning (PBL). Di sini anatomi diberikan Amerika Serikat dan program-program graduate
baik bersama-sama dengan ilmu-ilmu dasar lain mereka. Nama departemen diubah untuk menunjuk-
(integrasi horisontal) maupun dengan ilmu-ilmu klinik kan perluasan aktivitas riset mereka serta untuk
(integrasi vertikal). Berbeda dengan cara yang non- menarik mahasiswa graduate.7
integratif, pembelajaran anatomi secara terintegrasi Di Amerika Serikat dan Kanada pemotongan
diberikan mulai dari awal sampai akhir pendidikan kurikulum menyebabkan mahasiswa kedokteran
dokter. yang mengambil kursus-kursus anatomi berkurang.
Prince et al.(2003) melakukan survey terhadap Demikian pula mahasiswa kedokteran yang memilih
mahasiswa tahun ke empat dari berbagai fakultas karir akademik di bidang anatomi berkurang.
kedokteran di Belanda.16 Hasilnya menunjukkan Akibatnya, pos-pos di departemen anatomi banyak
bahwa pengetahuan anatomi mahasiswa dengan diisi oleh mereka yang non-dokter bahkan yang
sistem PBL tidak lebih rendah dari pengetahuan pendidikan undergraduatenya jauh dari anatomi.
anatomi dari mahasiswa yang berasal dari fakultas Karena kekurangan personel kadang-kadang
yang melakukan pendekatan pendidikan yang lebih mahasiswa graduate yang berlatar belakang non-
tradisional. Namun McKeown et al. (2003) melapor- anatomi di departemen anatomi, di latih anatomi
kan hasil yang berbeda.19 Mereka melaporkan bahwa sekedarnya kemudian diberi tugas mengajar atau
kurikulum anatomi terintegrasi mempunyai dampak sebagai demonstrator.5
negatif terhadap pengetahuan mahasiswa mengenai Apabila hal ini tidak dicegah, McCuskey et al.
anatomi permukaan. (2005)7 mengkhawatirkan timbulnya risiko untuk
mencetak generasi para profesional kesehatan – ahli
SIAPAYANG MENGAJAR? bedah, radiologis, internis, ners, dokter gigi, ahli reha-
bilitasi, ahli farmasi dan lain-lain – yang pengetahuan
Dokumen kurikulum inti anatomi, baik yang mengenai struktur dan fungsi tubuh terutama datang
dikemukakan oleh AACA (1996)11 , NAA (1999)12 dari para instruktur yang belajar anatomi sejenak
maupun ASGBI (2003)14 , mengisyaratkan bahwa sebelum mereka mengajar hari itu.
pengajar anatomi adalah orang yang memahami Solusi-solusi yang diajukan untuk mengatasi
masalah-masalah kedokteran. Dengan demikian, kelangkaan pengajar adalah sebagai berikut.5,7 Di
idealnya seorang ahli anatomi juga seorang dokter. tingkat institusi adalah memberikan kepada mereka
Beberapa isu pokok tentang pengajar anatomi yang menunjukkan kompetensi pada disiplin ilmu
yang ada perlu dikemukakan yaitu kecenderungan ini, kompensasi yang sebanding dengan waktu yang
untuk semakin turunnya jumlah dan kualitas pengajar digunakannya untuk memperoleh pengetahuan yang
anatomi serta kecenderungan semakin populernya menyeluruh mengenai anatomi dan kemudian
PBL didalam sistem pendidikan dokter, yang mengajarkannya secara efektif kepada mahasiswa.
mengisyaratkan bahwa tugas utama pengajar adalah Di tingkat nasional, masalah ini bisa diatasi dengan
sebagai fasilitator sehingga penguasaan ilmu pada pemberian dana-dana pelatihan termasuk pelatihan
disiplin tertentu tidak perlu dikuasai.5,7,9 untuk pengajaran anatomi.
Ada berbagai penyebab berkurangnya ahli Meskipun belum ada survei, dari pembicaraan-
anatomi. Survey di Amerika Serikat dan Kanada pembicaraan dengan sejawat dari bagian anatomi dari
menunjukkan bahwa peran dan kebutuhan akan ahli berbagai fakultas kedokteran kelangkaan tenaga
anatomi yang terlatih dalam pendidikan dokter pengajar anatomi juga terjadi di Indonesia. Terlebih-
menurun sejalan dengan reformasi kurikulum ke lebih bagi yang akan menganut PBL, rekrutmen
arah yang lebih student-centered. Menurunnya ahli mahasiswa pembantu, yang sangat penting perannya
anatomi yang terlatih juga menggambarkan praktek sebagai demonstrator dalam pendidikan anatomi,
umum bahwa kemampuan anatomi lebih di hargai kemungkinan akan menjadi lebih sulit. Oleh karena
oleh karena riset yang dilakukannya dibandingkan itu solusi-solusi seperti yang dikemukakan oleh Collins
dengan waktu yang dihabiskannya untuk mengajar. et al. (1994)5 dan McCuskey et al. (2005)7 tersebut di
Situasi ini ironisnya mengarah kepada pengertian atas juga relevan untuk dikemukakan di sini.
bahwa ahli anatomi akan bisa meningkat karirnya Sementara itu dengan bagian-bagian klinik yang
dengan cepat hanya apabila mereka mereka membutuhkan dasar anatomi yang kuat diadakan
meminimalkan keterlibatan mereka pada disiplin pembicaraan-pembicaraan untuk memasukkan
akademik yang tradisional.1,5,8 Tekanan untuk dapat kewajiban sebagai demonstrator anatomi dalam
51
Djoko Prakosa: Menggagas pembelajaran anatomi pada kurikulum berbasis kompetensi
kurikulum mereka, atau untuk memprioritaskan calon 6. Parker LM. Anatomical dissection: Why are we
yang pernah bekerja di anatomi sebagai input. cutting it out? Dissection in undergraduate teach-
ing. ANZ J Surg, 2002; 72: 910 – 912
7. McCuskey RS, Carmichael SW & Kirch DG. The
KESIMPULAN importance of anatomy in health professions edu-
Dari uraian di atas dapat ditarik simpulan sebagai cation and the shortage of qualified educators.
berikut: Anatomi akan tetap menjadi prasarat untuk Academic Medicine, 2005; 80:349-351
pendidikan kedokteran pada abad ini, meskipun 8. Scott, TM: How to teach anatomy efficiently and
demikian cara pembelajarannya akan berubah.Anatomi effectively. 1993. Medical Teacher 15(1): 67-75
9. Haase P. The challenge of teaching an old subject
akan diajarkan secara terintegrasi baik secara
in a new world. A personal perspective. Clin Invest
horisontal maupun vertikal. Penggunaan cadaver untuk Med, 2000; 3(1): 81 – 3
anatomi cenderung akan dibatasi hanya untuk 10. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen
pendidikan postgraduate. Sebagai gantinya akan Pendidikan Nasional. Kurikulum Berbasis Kompe-
dipakai kombinasi antara proseksi, alat peraga dan tensi untuk Pendidikan Kedokteran Dasar. Febru-
teknologi informasi yang lainnya. Merespon berlakunya ari 2005
KIPDI III seharusnya PAAI (PerhimpunanAhliAnatomi 11. Educational committee, American Assiciation of
Indonesia), dengan bekerja sama dengan para klinisi, Clinical Anatomists. A Clinical anatomy curriculum
mulai memikirkan untuk membuat dokumen kurikulum for the medical student of the 21st century: Gross
Anatomy. Clinical Anatomy, 1996; 9: 71 – 99.
inti anatomi pendidikan dokter di Indonesia. Kurikulum
12. Netherlands Association of Anatomists. General
ini ditujukan untuk dokter umum yang setelah Plan Anatomy: Objectives of the teaching of
pendidikannya selesai secara formal tidak akan anatomy/embryology in medical curricula in the
mendapat pelajaran lagi tentang anatomi. Pembuat netherlands. Eur J Morphol, 1999; 37(4-5): 288 -
kebijakan di tingkat fakultas atau universitas harus 325
ikut memikirkan cara-cara untuk menutup kekurangan 13. van Engelshoven JMA & Wilmink JT. Teaching
pengajar yang berkualifikasi pengajar anatomi dengan anatomy; a clinicians view. Eur J Morphol, 2001;
cara memberikan peluang untuk pelatihan pengajar 39 (4): 235-36
anatomi dan memberikan kompensasi yang sebanding 14. Dyball R, Davies DC, McHanwell S, Morris JF,
Parkin IG, Whiten S and Wilton J. 2003. Setting a
bagi mereka yang memilih untuk meluangkan
benchmark for anatomical knowledge and its
waktunya yang terbesar untuk mendidik mahasiswa assessment (A core curriculum for the teaching of
ketimbang melakukan riset. Akhirnya, untuk men- anatomy to medical students). http://www.anatsoc.
cegah kelangkaan pengajar anatomi perlu kebijakan- org.uk
kebijakan yang dikeluarkan baik di tingkat institusio- 15. Jones DG. Reassessing the importance of dis-
nal maupun nasional. section: A critique and elaboration. Clinical Ana-
tomy, 1997; 10: 123-27
KEPUSTAKAAN 16. Prince KJAH, van Mameren H, Hylkema N, Drukker
1. Older, J. Anatomy: A must for teaching the next J, Scherpbier AJJA, & van der Vleuten CPM. Does
generation. J R Coll Surg Edinb 2004; 2(2): 79-90 problem-based learning lead to deficiencies in
2. Drukker J. Introduction to the symposium. Teaching basic science knowledge? An empirical case on
of anatomy/embryology. Eur J Morphol, 2001; 39(4): anatomy. Medical Education, 2003; 37:15-21
17. McLachlan JC, Bligh J, Bradley P & Searle J.
225 - 26
3. Heylings DJA. Anatomy 1999 – 2000: the curri- Teaching anatomy without cadavers Medical Edu-
culum, who teaches it and how? Medical Edu- cation, 2004; 38: 418-24
cation, 2002; 36: 702 – 10. 18. Kerr C . New medical school offers cadaver-free
4. Monkhouse WS. Anatomy and the medical school anatomy lessons. CMAJ, 2002; 167(11): 1279
19. McKeown PP, Heylings DJA, Stevenson M, Mc
curriculum. Lancet, 1992; 340 (8823):834 - 35
5. Collins TJ, Randall LG, Hulsebosch CE & Miller Kelvey KJ, Nixon JR & McKluskey DR. The impact
BT. Status of Gross anatomy in the US and Canada: of curricular change on medical student’s know-
Dilemma for 21st century. Clinical anatomy, 1994; ledge of anatomy. Medical Education, 2003; 37:
7: 71-99. 954-961
52