Anda di halaman 1dari 13

DISKUSI SESI 3

 MANAJEMEN KEUANGAN
(SOAL DISKUSI)
Sebutkan disertai contoh berbagai alternative kebijakan pendanaan modal kerja.
JAWAB :

1. Kebijakan pendanaan modal kerja disebut agresif.


apabila semua aktiva lancar dimodali dengan modal jangka pendek, tetapi sebagian
aktiva lancar permanennya dimodali dengan hutang jangka pendek. Kebijakan ini
dikatakan agresif karena perusahaan bersedia mengorbankan keamanan demi peluang
laba yang lebih tinggi. Sebagai contoh pada aktiva lancar temporer apabila aset yang
dibutuhkan untuk 3 bulan maka umur pendanaan yang digunakan yang jatuh temponya
lebih pendek dari 3 bulan, misalnya 2 bulan.

2. Kebijakan pendanaan modal kerja disebut konservatif.


apabila semua kebutuhan dana baik kebutuhan yang bersifat permanen maupun yang
bersifat sementara dibiayai dengan sumber pembiayaan jangka panjang, sumber dana
jangka pendek hanya digunakan untuk keadaan darurat. Kebijakan modal kerja
konservatif dinilai mahal karena hutang jangka panjang memiliki suku bunga yang lebih
tinggi dan juga menyebabkan perusahan tetap membayar bunga selama periode pinjaman
yang berdampak pada rendahnya profit. Sebagai contoh pada aktiva lancar temporer
apabila aset yang dibutuhkan untuk 3 bulan maka umur pendanaan yang digunakan yang
jatuh temponya lebih dari 3 bulan, misalnya 4 bulan.

3. Kebijakan pendanaan modal kerja Moderat.


Kebijakan ini dimana perusahaan membiayai setiap aktiva dengan dana yang jangka
waktunya kurang lebih sama dengan jangka waktu perputaran aktiva tersebut. Sebagai
contoh pada aktiva lancar temporer apabila aset yang dibutuhkan untuk 3 bulan maka
umur pendanaan yang jatuh temponya 3 bulan.
 MANJEMEN OPERASI JASA
(SOAL DISKUSI)
Jelaskan menurut pendapat anda bagaimana cara meningkatkan produktivitas
pelayanan dilihat dari sisi kuantitas dan kualitas (lihat bagan Vuorinen ttg
Produktivitas Pelayanan)
 MANAJEMEN STRATEGIK
(SOAL DISKUSI)
Kekuatan internal perusahaan atau kompetensi yang dimiliki, dapat menjadi
sumber keunggulan kompetitif dan peningkatan kinerja yang lebih baik. Menurut
anda, bagaimana cara perusahaan menciptakan kompetensinya?
 PENGEMBANGAN SDM
(SOAL DISKUSI)
Diantara Paradigma pembelajaran dan paradigma kinerja, pendekatan yang paling
mungkin digunakan untuk mencapai peran strategik pengembangan SDM dalam
organisasi adalah ....

Jelaskan jawaban Saudara dan jangan lupa untuk menyertakan sumber rujukan
atau referensinya

JAWAB :
Paradigma pembelajaran yaitu pengembangan SDM bertanggung jawab untuk
membantu perkembangan kapasitas belajar dalam pekerjaan jangka panjang pada tingkat
individual , kelompok dan organisasional.
Teori Swanson dan Holton III ( 2001 ) tentang asumsi – asumsi mengenai Paradigma
Pembelajaran (learning paradigm), meliputi :

1. Pendidikan, pertumbuhan, pembelajaran dan pengembangan individual secara inheren


adalah baik bagi individual
2. Orang – orang harus dinilai dari sisi intrisiknya sebagai manusia bukan hanya sebagai
sumber daya untuk mencapai hasil
3. Tujuan utama pengembangan SDM adalah pengembangan individu
4. Hasil utama pengembangan SDM adlah pembelajaran dan pengembangan
5. Organisasi akan maju lebih baik dengan memiliki individual yang dikembangkan secara
penuh
6. Individual harus mengontrol proses belajarnya sendiri
7. Pengembangan individual harus holistic
8. Organisasi harus menyediakan sarana bagi orang – orang untuk mencapai potensinya
secara penuh melalui kerja yang bermakna
9. Penekanan pada manfaat organisasional atau kinerja menciptakan pandangan mekanistik
yang akan menjadi kendala bagi individu untuk mencapai potensinya secara penuh
Paradigma kinerja yaitu pengembangansdm berupaya memperbaiki kapabilitas
individual yang bekerja dalam system dan memperbaiki system pekerjaan
Swanson dan Holton III (2001) mengemukakan asumsi – asumsi teoritis mengenai
Paradigma Kinerja (Performance Paradigm ), meliputi :

1. System kinerja harus menunjukkan kinerja untuk bertahan hidup dan berhasil baik,
individu yang bekerja dalam system harus memliki kinerja apabila ingin memajukan
karier dan memelihara pekerjaannya
2. Tujuan akhir pengembangan SDM adalah memperbaiki kinerja dari sitem yang melekat
didalamnya dan menyediakan sumber daya yang mendukungnya
3. Hasil utama pengembangan SDM bukan hanya pembelajaran melainkan juga kinerja
4. Potensi manusia didalam organisasi harus dipelihara, dihargai dan dikembangkan
5. Pengembangan SDM harus meningkatkan kinerja saat ini dan membangun kapasitas
efektivitas kinerja masa akan datang untuk menciptakan kinerja tinggi berkelanjutan
6. Para ahli pengembangan SDM memiliki tanggung jawab moral dan etika untuk menjamin
pencapaian tujuan kinerja organisasional yang tidak disalahgunakan individual karyawan
7. Aktivitas pembelajaran/pelatihan tidak dapat dipisahkan dari sitem kinerja dan dikaitkan
dengan intervensi perbaikan kinerja yang lain
8. Kinerja dan system kinerja yang efektif diberikan imbalan ( reward ) pada individual dan
organisasi
9. Seluruh perbaikan system kinerja berupaya untuk meningkatkan nilai belajar dalam
rganisasi
10. Pengembangan SDM harus menjadi mitra unit kerja fungsional untuk mencapai tujuan
kinerja
11. Pengalihan dari pembelajaran kearah kinerja adalah sangat penting

. Pendekatan yang paling mungkin digunakan untuk mencapai peran strategik


pengembangan SDM dalam organisasi adalah Paradigma Kinerja, karena paradigma kinerja
merupakan hal-hal yang berhubungan dengan peningkatan kinerja dan teknologi kinerja (Human
Performance Technology). Meskipun pendekatan yang mungkin digunakan untuk mencapai
peran strategik pengebangan SDM dalam organisasi adalah paradigma pembelajaran, tetapi
kedua pendekatan tersebut pendekatan yang paling mungkin untuk mencapai peran strategik
dalam pengembangan SDM di organisasi yang diperlukan dasar hubungan yang kuat agar
mendukung strategi pengembangan SDM. Tujuan Manajemen SDM Strategis adalah keuntungan
yang diinginkan dengan mengembangkan pendekatan manajemen SDM dalam jangka panjang.
Hal ini sesuai dengan Lengnick-Hall dan Lengnick-Hall (1990) yang mendasari pemikiran
mereka bahwa dalam bisnis adalah konsep mencapai keunggulan kompetitif melalui SDM.
Duncan, Ginter, & Swayne (1998) bahkan mengusulkan pendekatan manajerial dalam mengelola
VRIO dalam mengeskplorasi kerangka stratejik secara menyeluruh di sebuah organisasi.

Sumber : EKMA4366//Pengembangan SDM //Hal. 3.4-3.6

Swanson, Robert. A. dan Elwood F. Holton III. Foundations of Human Resource


Development. San Fransisco, California: Berrett-Koehler Publishers, Inc,
2001.

Indartono, S. 2014. Manajemen SDM Stratejik. Jogja


(https://arwana007.files.wordpress.com/2008/10/modul-msdm-stratejik.pdf
 PERILAKU KONSUMEN
(SOAL DISKUSI)
Diskusikan materi berikut ini. Berikan jawaban dengan menggunakan konsep yang
ada dalam BMP. Anda dapat menambahkan bahan-bahan yang ada di internet
atau sumber lain. Tuliskan selalu sumber pustaka jika Anda mengutip pendapat
orang lain. Pastikan Anda tidak mencopy paste dari bahan yang anda temukan.
Formulasikan jawaban dengan menggunakan kalimat Anda sendiri. Jawaban yang
sama persis akan diberikan nilai 0.

Uraikan tahap-tahap pengelolaan informasi dengan menggunakan contoh berdasar


pengalaman Anda sendiri! Uraikan bagaimana persepsi Anda terbentuk pada
proses pengelolaan informasi tersebut! (50)
Mengapa pengetahuan konsumen penting dalam studi perilaku konsumen! Berikan
contoh!(50

JAWAB :

1. Tahap-tahap pengelolaan informasi


Tujuan umum dari teori pengolahan informasi adalah upaya untuk mengerti
hakikat proses pengolahan informasi dalam pengontrolan keterampilan gerak.
Menurut (Engel, Blackwell, dan Miniard. (1995) mengutip pendapat William mcguire
yang menyatakan bahwa ada lima tahap- tahap pengolahan informasi (the information
processing model), yaitu:
1) Pemaparan (Exsposure)
Pemahaman merupakan tahap pertama dari proses pengolahan informasi,
dimana pada tahap ini pemasar menyampaikan stimulus pada konsumen.
Seperti iklan, kemasan, merk atau bahkan hadiah. Selanjutnya akan timbul
sensasi yang merupakan stimulus yang dirasakan konsumen ke salah satu
inderanya dari pihak produsen.
2) Perhatian (Attention)
Tidak semua yang dipaparkan dan diterima konsumen akan memperoleh
perhatian dan berlanjut dengan pengolahan stimulus tersebut, hal ini terjadi
karena konsumen memiliki keterbatasan sumberdaya kognitif untuk
mengelolah semua informasi yang diterima. Ada dua faktor utama yang
mempengaruhi perhatian konsumen terhadap stimulus yang akan
diperhatikannya, yaitu faktor pribadi dan faktor stimulus. Faktor pribadi
adalah karakteristik konsumen yang muncul dalam diri konsumen. Faktor ini
ada diluar control pemasar, berbeda dengan faktor pribadi, faktor stimulus
adalah faktor yang dapat dikontrol dan dapat dimanipulasi oleh pemasar dan
pengiklan yang bertujuan untuk menarik minat konsumen, faktor-faktor
stimulus meliputi:
a) Ukuran (size) : Semakin besar ukuran stimulus maka akan semakin
besar perhatian.
b) Warna (colour) : Warna-warni dari satu stimulus akan menarik
perhatian yang lebih besar dibandingkan stimulus yang hitam putih.
c) Intensitas (Intensity) : Frekuensi yang lebih sering akan memperbesar
stimulus sehingga menimbulkan perhatian yang lebih besar.
d) Kontras (Contras) : Stimulus yang ditampilkan sangat kontras dengan
latar belakangnya seringkali menarik perhatian yang lebih baik.
e) Posisi (Position) : Suatu stimulus mungkin lebih diperhatikan oleh
konsumen karena letaknya yang strategis di suatu lokasi.
f) Petunjuk (Directionality): Mata konsumen sering kali tertuju kepada
stimulus yang diarahkan oleh suatu petunjuk.
g) Gerakan (Movement): Stimulus yang bergerak akan menarik perhatian
konsumen dibandingkan yang diam.
h) Kebauran (Novelty) : Stimulus yang ditampilkan dengan tehnik
kebauran biasanya menimbulkan penasaran dan rasa keingintahuan.
i) Isolasi (Isolation) : Teknik meletakan suatu stimulus pada suatu ruang
dimana ruang yang digunakan oleh stimulus ini hanya sedikit sekali,
sedangkan sisah ruangan yang besar tidak digunakan untuk menarik
perhatian.
j) Perubahan gambar yang cepat ( Scane changes) : Penampilan banyak
gambar dalam waktu singkat akan menimbulkan aktivitas otak secara
tidak sengaja yang akan menarik perhatian konsumen.

3) Pemahaman (Comprehension)
Pemahaman adalah usaha konsumen untuk mengartikan atau
menginterpretasikan. Engel, blackwell, dan Miniard (1995) menyebut tahapan
ini merupakan tahapan ini sebagai tahap member makna kepada stimulus.
Pada tahapan ketiga ini konsumen melakukan “perceptual organization” yaitu
konsumen cenderung untuk melakukan pengelompokan stimulus sehingga
memandangnya sebagai satu kesatuan. Pemahaman di pengaruhi tiga prinsip,
yaitu:
a) Gambar dan latar belakang (figure and ground): Gambar adalah suatu
stimulus yang diletakan dalam suatu latar belakang. Konsumen
cenderung memisahkan mana obyek yang harus diperhatikan dan
mana latar belakangnya.
b) Pengelompokan (grouping) : Orang akan lebih mengingat informasi
jika disajikan dalam bentuk kelompok atau secara terpisah-pisah.
c) Closure : Konsumen akan berusaha memahami suatu objek dalam arti
yang utuh walaupun ada bagian dari obyek hilang atau tidak lengkap.
4) Penerimaan (Acceptable)
Setelah konsumen melihat, memperhatikan, dan memahami tersebut maka
sampailah kepada suatu kesimpulan mengenai atau objek tersebut. Inilah yang
disebut persepsi konsumen terhadap objek tersebut atau citra (images) produk.
Persepsi konsumen ini adalah output dari penerimaan konsumen terhadap
stimulus.
5) Retensi (Retention)
Merupakan proses memindahkan informasi ke memori jangka panjang
(Long Therm Memory). Memori terdiri atas tiga system penyimpanan
yaitu: Sensory memory yaitu tempat penyimpanan memori sementara yang
diterima oleh panca indera, Short therm memory yaitu tempat penyimpanan
informasi untuk waktu yang terbatas dan memiliki kapasitas terbatas akan
tetapi akan mempunyai waktu penyimpanan kurang dari 30 detik, dan Long
therm memory yaitu tempat penyimpanan informasi dalam jangka waktu yang
lama dan memiliki kapasitas dalam jumlah yang tidak terbatas.

Informasi yang disimpan dalam Long Therm Memory, tentu akan dipanggil
kembali untuk dipakai sebagai pertimbangan dalam mengambil keputusan (proses
retrieval).

Pengelolaan informasi dengan menggunakan contoh berdasar pengalaman


pengunaan informasi di masa Covid-19 Pemberian pemaparan tentang betapa pentinya
menjaga kebersihan dan keamanan diri terhadap efek Covid-19. Sehingga banyak mall
yang memajang alat alat kebersihan dan medis di bagian depan mall dengan berbagai
brand dan kelebihan masing-masing brandnya. Dan sesuai dengan prtokol kesehatan
wajib mengunakan masker dan astiseptik yang mampu membunuh mikroba dan biasanya
lebih dicari oleh konsumen karena menganggap antiseptic anti bakterial mempu
mencegah bahkan membunuh dari persebaran virus tersebut, selain itu aroma wewangian
juga bisa menjadikan stimulus untuk konsumen, apalagi dimasa pandemi seperti sekarang
ini, kita di haruskan untuk jaga jarak, memakai masker dan tidak lupa untuk mencuci
tangan di air mengalir dan menggunakan antiseptic untuk mencegah bahkan memutus
rantai virus yang ada di tangan kita. Sehingga di ingtan kita atau semua konsumen
sudah tertanam untuk selalu mengunkan masker dan membawa selalu antiseptic untuk
menjaga kesehatan dan untuk memutus rantai pesebaran nya.

2. Pengetahuan konsumen penting dalam studi perilaku konsumen


Pengertian perilaku konsumen yang dikemukakan oleh para ahli diantaranya
adalah menurut Mangkunegara (2002) : “Perilaku konsumen adalah tindakan-
tindakan yang dilakukan oleh individu, kelompok atau organisasi yang berhubungan
dengan proses pengambilan keputusan dalam mendapatkan, menggunakan barang-
barang atau jasa ekonomis yang dapat dipengaruhi lingkungan”. Menurut Winardi
(2003) definisi perilaku konsumen adalah : “Perilaku yang ditujukan oleh orang-
orang dalam merencanakan, membeli dan menggunakan barang-barang ekonomi dan
jasa”
Sehingga dalam studi perilaku konsumen perlunya pengetahuan terhadap
perilaku konsumen bukanlah pekerjaan yang mudah, tetapi cukup sulit dan
kompleks. Hal ini disebabkan oleh banyaknya variabel-variabel yang
mempengaruhinya dan variabel-variabel tersebut cenderung saling berinteraksi.
Meskipun demikian, apabila hal tersebut dapat dilakukan, maka suatu perusahaan
penghasil barang maupun jasa akan dapat meraih keuntungan yang jauh lebih besar
daripada perusahaan pesaingnya karena dengan memahami perilaku konsumen maka
perusahaan tersebut dapat memberikan kepuasan secara lebih baik kepada
konsumennya.
Contoh pengetahuan konsumen penting dalam studi perilaku konsumen
seperti dalam pemebelian antiseptic dan masker jika kita menjadi konsumen suatu
barang atau produk, kita harus tau dimana kita membeli produk tersebut, apa manfaat
produk tersebut, dan yang terpenting kita tau cara pemakaiannya atau cara
mengonsumsinya, contoh memebeli antiseptic yang hanya di gunakan untuk ruangan
dan hanya di gunakan tubuh, dan selain itu Bagaimana caranya supaya konsumen bisa
melirik dan membeli produk tersebut, misalnya melalui pamphlet pamlet dan promo
dan memebdakan tempat antara antiseptic ruangan dan manusia sehingga konsument
muadah dalam pemilihan. sehingga kita perlu memberi pengetahuan kekonsumen
dan penting memepelajari prilaku konsumen.

SUMBER :

BMP EKMA4567//Modul 3

Engel. James.F.Roger. D.Black Well And Paul.W.Miniard, 1995.,Perilaku


Konsumen.Jakarta.Bina Rupa Aksara.Hal. 3.
Mangkunegara, Prabu Anwar. 2002. Perilaku Konsumen. Edisi Revisi. Cetakan Kedua. PT.
Refika .Aditama Bandung
Subianti, t. 2017.Studi tentang perilaku konsumen beserta implikasinya terhadap keputusan
pembelian jurnal ekonomi modernisasi. Fakultas ekonomi-universitas kanjuruhan
malang .(http://e-journal.ukanjuruhan.ac.id)
Winardi dan Suparwarman. 2003. Perilaku Konsumen. Penerbit PT. Bumi Aksara. Jakarta.

 PERILAKU ORGANISASI
(SOAL DISKUSI)

Rina adalah seorang yang memiliki latar belakang sebagai jurnalis. Ia melamar
disebuah perusahaan, tetapi rina ditempat pada posisi yang tidak sesuai dengan
latar belakangnya. Kondisi ini membuat rina mengalami stress terhadap
pekerjaannya. Rina sangat tidak menyukai pekerjaan barunya, ia merasa muak
dan bosan, belum lagi beban pekerjaan barunya sangatlah banyak, ditambah
adanya tekanan-tekanan pada pekerjaannya yang sering kali membuat ia
menangis. Akhirnya situasi tersebut berefek pada kesehatannya.

Kadang, Jika Rina mengeluh, tidak selamanya kolega atau atasan memahami
kondisinya. Ada yang justru berpendapat, “Ah, masa baru segini saja kamu sudah
keletihan? Nanti masih lebih banyak tanggung jawab yang harus diselesaikan, lho,”
atau “Kalau kamu menyerah sekarang, bisa-bisa kamu kena damprat atau malah
gagal dapat promosi kenaikan jabatan”.

Masalah mental sering kali dilimpahkan kepada individu saja untuk diselesaikan.
Ada perusahaan-perusahaan yang lepas tangan dan tidak ingin mengevaluasi
budaya kerja di kantor setelah terdapat karyawan yang dilaporkan stres sehingga
ia tidak lagi produktif sebagaimana mulanya. Pengabaian pihak kantor terhadap
kondisi mental karyawan juga bisa mendatangkan ketidakadilan baginya.

Menurut Saudara, Strategi seperti apa yang sebaiknya dilakukan perusahaan


untuk mengatasi situasi tersebut? Jelaskan!
** Sertakan sumber referensinya
JAWAB :

Ada dua pendekatan yaitu pendekatan individu dan pendekatan organisasi:


1.  Dalam pendekatan individual seorang karyawan dapat berusaha sendiri untuk
mengurangi level stresnya. Strategi yang bersifat individual yang cukup efektif yaitu:
pengelolaan waktu, latihan fisik, latihan relaksasi dan dukungan sosial. Dengan
pengelolaan waktu yang baik maka seorang karyawan dapat menyelesaikan tugas dengan
baik, tanpa adanya tuntutan kerja yang tergesa-gesa. Dengan latihan fisik dapat
meningkatkan kondisi tubuh agar lebih prima sehingga mampu menghadapi tuntutan
tugas yang berat. Selain itu untuk mengurangi stres yang dihadapi pekerja perlu
dilakukan kegiatan-kegiatan santai. Dan sebagai strategi terakhir untuk mengurangi stres
adalah dengan mengumpulkan sahabat, kolega, keluarga yang akan dapat memberikan
dukungan dan saran-saran bagi dirinya.

2. Dari pendekatan organisasional dapat dilihat bahwa beberapa penyebab stres adalah
tuntutan dari tugas dan peran serta struktur organisasi yang semuanya dikendalikan oleh
manajemen, sehingga faktor-faktor itu dapat diubah. Oleh karena itu strategi-strategi
yang mungkin digunakan oleh manajemen untuk mengatasi stres karyawannya adalah
melalui seleksi dan penempatan, penetapan tujuan, redesain pekerjaan, pengambilan
keputusan partisipatif, komunikasi organisasional dan program kesejahteraan. Melalui
strategi tersebut akan menyebabkan karyawan memperoleh pekerjaan sesuai dengan
kemampuannya dan mereka bekerja untuk tujuan yang mereka inginkan serta adanya
hbungan interpersonal yang sehat serta perawatan terhadap kondisi fisik dan mental.

(Sumber: https://brainly.co.id/tugas/28318450)

Anda mungkin juga menyukai