PENDAHULUAN
1.2 Skenario
Dalam suatu kunjungan sosial, seorang mahasiswa mengunjungi rumah seorang nenek
berumur 80 tahun. Nenek tersebut ditemani oleh seorang pengasuh. Anak, mantu, cucu,
buyut nenek itu berada di luar negeri. Biaya nenek itu selalu dikirim dari anaknya yang
berada di Amerika, melalui salah seorang saudara nenek itu. Nenek tersebut sudah sering
lupa dan pendengarannya sudah berkurang.
1
Seorang mahasiswa yang berusaha berkomunikasi dengan seorang nenek yang sering
lupa dan pendengarannya kurang baik dan hanya tinggal dengan pengasuh.
1.4 Hipotesis
Seorang mahasiswa dapat berkomunikasi baik dengan seorang nenek berusia 80 tahun
yang sering lupa dan pendengarannya kurang baik apabila menggunakan komunikasi
empati.
1. Mampu menggunakan komunikasi dan empati saat berinteraksi dengan orang lain.
2. Mampu menerapkan ilmu perilaku pada orang lain.
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Empati
Henry Bachrach (1976) mendefenisikan empati sebagai “kemampuan seseorang untuk
‘mengetahui’ apa yang sedang dialami orang lain pada suatu saat tertentu dari sudut
pandang orang lain itu, melalui kacamata orang lain itu.” Berempati adalah merasakan
sesuatu seperti orang yang mengalaminya, berada di kapal yang sama dan merasakan
perasaan yang sama dengan cara yang sama.2
Dalam berkomunikasi diperlukan beberapa hal agar komunikasi tersebut dapat berjalan
dengan baik, yaitu mendengar aktif, terampil berdialog, memahami perasaan,
mengandalikan emosi dan empati. Pada empati, pengirim pesan atau konselor harus dapat
menerima orang lain apa adanya. Dalam arti berupaya dan mampu untuk mengerti,
menghayati dan menempatkan diri seseorang di tempat orang lain sesuai dengan identitas,
pikiran, perasaan, keinginan, perilaku dari orang itu.
Pada level 0-2, seseorang mengenal sudut pandang seseorang secara implisit. Pada
komunikasi ini, seseorang belum memiliki empati karena mengenal sudut pandang orang
lain berdasarkan dari dalam diri yang berempati. Sedangkan pada level 3-5, seseorang
mengenal sudut pandang seseorang secara eksplisit. Pada komunikasi ini, seseorang telah
memiliki empati karena mengenal sudut pandang orang lain berdasarkan dari orang yang
diempati (bukan yang berempati).
Pada skenario B, kita melakukan empati kepada nenek maupun pengasuh nenek tersebut.
Mendengar secara empati dengan cara menjadi pendengar yang aktif, yaitu sungguh-sungguh
ingin mengetahui pemikiran, perasaan, keinginan dari pengasuh nenek itu.
3
2.2 Komunikasi
Komunikasi atau istilah komunikasi (dari bahasa Inggris “communication”), secara
etimologis atau menurut asal katanya adalah dari bahasa Latin communicare dan perkataan
ini bersumber pada kata communis. Kata communis memiliki makna ‘berbagi’ atau ‘menjadi
milik bersama’, yaitu suatu usaha yang memiliki tujuan untuk kebersamaan atau kesamaan
makna.1
4
Apabila motif komunikasi kita maknai sebagai tujuan komunikasi, maka dapat dinyatakan
bahwa (1) Apabila hasil yang didapatkan sama dengan tujuan yang diharapkan, dikatakan
bahwa komunikasi berlangsung efektif. (2) Apabila hasil yang didapatkan lebih besar dari
tujuan yang diharapkan, dikatakan bahwa komiunikasi berlangsung sangat efekif. Sebaliknya,
(3) apabila hasil yang didapatkan lebih kecil daripada tujuan yang diharapkan, dikatakan
bahwa komunikasi tidak atau kurang efektif. 3
5
Komunikasi terbagi menjadi dua bagian, yaitu komunikasi verbal dan nonverbal.
1. Komunikasi Verbal
Bahasa verbal adalah sarana utama untuk menyatakan pikiran, perasaan dan
maksud kita. Bahasa verbal menggunakan kata-kata yang mempresentasikan berbagai
aspek realitas individual kita. Konsekuensinya, kata-kata adalah abstraksi realitas kita
yang tidak mampu menimbulkan reaksi yang merupakan totalitas objek atau konsep
yang diwakili kata-kata itu.4
Untuk dapat memahami kata dengan baik, maka bukan hanya kita tahu kata itu,
akan tetapi kita juga harus mengetahui konsep yang terkandung dalam kata-kata
tersebut. Makna tidak melekat pada kata. Kata hanya bermakna bila telah dirujukkan
pada sejumlah referen. Manusialah yang memberi makna pada kata.2
6
5. Empati
Mampu menghayati perasaan orang lain tanpa harus larut di dalamnya.
Pada skenario, pewawancara yang bertanya kepada pengasuh nenek tersebut dapat
mendengar aktif, yaitu mendengar,memberi perhatian, tanggap pada pernyataan pengasuh
nenek tersebut dan tahu pokok permasalahan dari cerita pengasuh tersebut. Pewawancara
juga mampu memahami perasaan pengasuh dan membicarakan sesuatu secara sabar dan
sopan agar tidak menyinggung.
2. Komunikasi Nonverbal
Kode nonverbal adalah kumpulan perilaku yang digunakan untuk menyampaikan
arti. Judee Burgoon menggolongkan sistem kode nonverbal seperti halnya memiliki
beberapa struktur sifat. Pertama, kode nonverbal cenderung analog daripada digital.
Sinyal digital mempunyai ciri tersendiri, seperti huruf dan angka, sedangkan sinyal
analog berkesinambungan,membentuk sebuah tingkatan atau spektrum, seperti
volume suara dan intensitas cahaya. Oleh karena itu, sinyal nonverbal, seperti ekspresi
wajah dan intonasi suara tidak dapat dengan sederhana digolongkan menjadi kategori
yang mempunyai ciri-ciri tersebut, tetapi dilihat sebagai perbedaan.5
7
Pada skenario ini, pewawancara menggunakan komunikasi nonverbal, yaitu gerak atau
isyarat tubuh dan sikap yang berempati pada pengasuh maupun nenek tersebut. Pewawancara
juga menanyakan pertanyaannya secara ramah agar tidak menyinggung perasaan pengasuh
yang sebenarnya lelah mengurus nenek itu.
Pada tingkat hirarki di atas, skenario B menjelaskan bahwa kebutuhan nenek yang sudah tua
dan penfengarannya berkurang dalam hal kebutuhan fisiologis telah terpenuhi karena
hidupnya tercukupi akan kebutuhan dasarnya yaitu makanan, minumanan dan istirahat yang
cukup dapat ia terima melalui kehidupan yang tersedia di tempat di mana ia diasuh. Pada
kebutuhan rasa amannya, nenek itu telah merasa aman dengan situasi tempatnya diasuh.
Dalam hal kebutuhan untuk dicintai juga dirasakan oleh nenek tersebut karena ia masih
diperhatikan oleh anak cucunya yang jauh terpisah dengannya dengan cara mengirimkan
uang.
8
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Komunikasi dua arah yang efektif adalah dengan menerapkan konsep Respect,
Empathy, Audible, Clarity dan Humble.Saling menghargai dalam berkomunikasi,
ada empati dalam hal menjadi pendengar yang aktif dan melakukan pesan verbal
dan nonverbal dengan tepat tanpa menyinggung perasaan nenek maupun pengasuh
tersebut. Memiliki sikap rendah hati dan tidak bersikap interogatif juga merupakan
wawancara yang efektif. Mampu mengerti kebutuhan, peka akan perasaan dan
memperlihatkan atau menyampaikan empati pada nenek dan pengasuhnya tersebut
dilakukan sebagai upaya untuk menolong nenek tersebut dalam permasalahannya.
9
2.2 Daftar Pustaka
10
11