Anda di halaman 1dari 14

Abstrak

• Nekrosis Epidermal : sindrom reaksi mukokutan akut yang ditandai


dengan nekrosis ekstensif & pengelupasan epidermal

• Penyebab SJS & TEN beragam  infeksi, vaksinasi, obat, penyakit


sistemik & makanan

• Patofisiologi belum jelas  gangguan metabolism obat & teori


kerentanan genetic

• Diperlukan diagnosis yang cepat, penangguhan obat yang dicurigai


sesegera mungkin dan tatalaksana yang tepat
Latar
Belakang
• Klasifikasi
• SJS  area lesi <10%
• SJS – TEN  lesi 10-30%
• TEN  lesi >30%

• Angka kejadian
• Eropa & Amerika  1-6 kasus/1 juta pasien / tahun
• Indonesia  masih belum diketahui

• Nekrosis Epidermal  mengancam jiwa, butuh perawatan cepat & tepat


Etiologi
Obat- Keganasa
Infeksi
• obatan
Reaksi terjadi antara 4-30 hari post eksposur awal n
• Penyebab tertinggi : karbamazepin, fenitoin, fenobarbital,
allupurinol  pada 2 bulan pertama konsumsi

Idiopatik Imunisasi Makanan


Patofisiologi

Apoptosis Gangguan
Penanda awal EN
Metabolisme Obat
Mengakibatkan peningkatan produksi
Terjadi akibat peran sel T sitotoksik melawan keratinosit metabolit reaktif yang beracun / dapat memicu
melalui perforin granzim, Fas-FasL atau granulysin kekebalan sekunder tanggapan
Peran Sel T Sitotoksik terhadap
Keratinosit
Perforin-Granzim
GrB & perforin  protein sitolitik, dilepaskan oleh sel T sitotoksik

Perforin  produksi pori-pori dalam sel  GrB masuk & induksi apoptosis  aktifkan caspase
cascade
Interaksi Ligan Fas-Fas
(Fas-FasL)
Bagian dari sitokin TNF

Apoptosis  FasL mengikat kognitif Fas reseptor


 sinyal apoptosis dikirim ke sel  disintegrasi
sel & kematian sel

EN  keratinosis apoptosis terjadi berlebihan 


nekrosis

Apoptosis dapat dicegah oleh antibody


monoclonal  hambat Fas-Interaksi FasL
Granulysin

Tingkat Granulysin 15-kDa lebih tinggi dari perforin, GrB, & FasL

Pada efek sitotoksik, granulysin berfungsi  sebagai chemoattractant untuk limfosit T, NK sel,
monosit & peradangan lainnya
Kapasitas N-
Asetilasi
• Kapasitas N-Asetilasi yang rendah  predisposisi terjadinya
EN, terutama pada pasien yang membutuhkan obat yang
mengandung N-asetilasi

• Ada 2 fenotipe : asetilator cepat & asetilator lambat


• Asetilator cepat  butuh dosis INH yang lebih tinggi untuk
pertahankan tingkat serum obat yang memadai
• Asetilator lambat  cenderung merugikan reaksi obat yang
membutuhkan asetilator
Faktor
Genetik
Farmakogenomik dimediasi oleh imun

1. Hapten
• Obat bertindak sebagai sebuah hapten & bentuk ikatan kovalen
dengan peptida sel inang  disajikan oleh HLA ke reseptor sel T

2. Interaksi farmakologis langsung (PI)


• Obat memulai reaksi kekebalan dan langsung interaksi dengan
reseptor sel T & HLA yang mengandung peptide tanpa kebutuhan
untuk metabolism obat sebelumnya
• Ex : SJS diinduksi karbamazepin  HLA-B mengandung peptide
endogen  mengikat secara langsung tanpa keterlibatan obat
intraseluler metabolisme

3. Altered self-repertoire Farmakogenomik dimediasi oleh non-imun


• Ikatan obat dengan HLA meningkatkan spesifisitas celah ikatan
antigenic  reseptor baru peptida endogen untuk mengikat &
hasilkan respon CD8 + sel T aloreaktif Faktor lain seperti perbedaan individu dalam metabolism
obat dapat berkontribusi sebagai terjadi nya pemulihan
dan prognosis dari EN
Tatalaksana – Terapi
Khusus
Kortikosteroid Plasmaferesis / Hemodialisis
• Mekanisme kerja pada EN  hambat • Sebagai terapi adjuvant yang efektif untuk
epidermal apoptosis pasien SJS yang tidak responsive
• Diberikan dalam 72 jam post onset pertama kortikosteroid sistemik & IVIG
 dapat mencegah perpanjangan penyakit
Deksametason (IV) 1,5 mg/kg/hari selama 3 hari
Siklosporin
• Penelitian lain  tidak direkomendasikan • Menghambat aktivasi sel T
 peningkatan mortalitas & efek samping • Cegah produksi sitokin pada EN
(sepsis) • Study Mohanty  siklosporin 5 mg/kg/hari
selama 10 hari  menurunkan risiko
Immunoglobulin intravena (IVIG) kematian & mempercepat penyembuhan
• Menghambat ikatan Fas-L lesi
• Dosis tinggi  dapat meningkatkan angka
harapan hidup
Tatalaksana – Terapi
Suportif
Mirip tatalaksana pasien luka bakar Hidrasi
 menghindari komplikasi • Suhu kamar 29-30oC
• Daerah wajah, hemoragic/serosa, kerak 
dibersihkan tiap hari (natrium klorida steril
Perawatan luka harian isotonic)
• Meminimalisir gerakan pasien  bisa
memicu pelepasan e[pidermis
Dukungan Nutrisi
• NGT  mempercepat penyembuhan &
me<< risiko bakteri translokasi dari saluran
pencernaan
SJS dan TEN berdampak besar pada kesehatan masyarakat karena
tingginya angka kematian. Penelitian sudah dilakukan dan
difokuskan pada patofisiologi SJS-TEN, seperti penemuan penanda
genetic, klarifikasi interaksi HLA, reseptor sel T, dan identifikasi
granulysin sebagai mediator utama dalam NE. Terapi utama SJS-
TEN melibatkan penghentian obat yang dicurigai. Perawatan lain
yang bisa diberikan, seperti kortikosteroid, IVIG, plasmaferesis, dan
siklosporin masih ada kontroversial. Pemahaman tentang
patofisiologi dan manajemen SJS-TEN saat ini diharapkan dapat
membantu pencegahan penyakit dan diagnosis dini dapat
memberikan lebih banyak terapi yang efektif untuk pengobatan
SJS-TEN
Than
CREDITS: This presentation template was
created by Slidesgo, including icons by
Flaticon, and infographics & images by

ks
Freepik

Anda mungkin juga menyukai