Anda di halaman 1dari 32

REFERAT

Kontrasepsi pada Wanita dengan Gangguan Medis

PENDAHULUAN

Keluarga berencana merupakan salah satu upaya pelayanan kesehatan preventif yang
paling dasar dan utama. Pencegahan kematian dan kesakitan ibu merupakan alasan utama
diperlukannya pelayanan keluarga berencana. Perwujudan nyata dalam partisipasi program
Keluarga Berencana adalah dengan menggunakan kontrasepsi. Tetapi dilain pihak terdapat
kendala berupa banyaknya jenis kontrasepsi yang beredar dipasaran dan masyarakat hanya
mampu menyebut jenis alat atau obat kontrasepsi tersebut sedangkan informasi-infomasi
mengenai keuntungan, kekurangan, kontraindikasi maupun efek samping dari kontrasepsi
tersebut tidak mereka dapatkan, belum lagi adanya pandangan-pandangan atau norma budaya
lingkungan dan orang tua yang dapat membuat pengguna (akseptor) menjadi ragu-ragu dalam
menggunakan kontrasepsi tersebut. Untuk itu diperlukan suatu layanan konseling agar dapat
menjelaskan secara benar setiap kontrasepsi dengan jelas mengenai keuntungan, kerugian, efek
samping maupun kontraindikasinya.

1
Pengambilan keputusan mengenai kontrasepsi untuk wanita dengan masalah medis
mungkin agak rumit. Dalam beberapa kasus, obat yang diambil untuk kondisi kronis tertentu
dapat mengubah efektivitas kontrasepsi hormonal dan kehamilan, dalam kasus ini dapat
menimbulkan risiko substansial kepada ibu serta janinnya. Selain itu, perbedaan dalam konten
dan metode penyampaian kontrasepsi hormonal dapat mempengaruhi pasien dengan kondisi
tertentu yang berbeda. Ketika memilih salah satu dari banyak metode kontrasepsi yang efektif
yang tersedia, penyedia layanan kesehatan dan wanita perlu mempertimbangkan setiap risiko
atau manfaat metode profil relatif terhadap penyakit yang mendasari tertentu. Meskipun banyak
penelitian telah membahas keamanan dan efektivitas penggunaan kontrasepsi hormonal pada
wanita sehat, data yang jauh kurang lengkap untuk wanita dengan gangguan medis yang
mendasari atau keadaan khusus lainnya. Semua metode kontrasepsi yang saat ini tersedia di
Amerika Serikat umumnya aman untuk digunakan oleh wanita yang sehat, non-merokok dan
hanya menimbulkan risiko kesehatan minimal secara keseluruhan. Pada saat yang sama, kondisi
yang sudah ada sendiri kemungkinan akan meningkatkan risiko komplikasi ibu dan janin,
morbiditas, dan kematian yang muncul dalam kehamilan. Risiko kehamilan pada wanita dengan
kondisi medis tertentu umumnya lebih besar daripada risiko yang terkait dengan penggunaan
kontrasepsi.1

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.0 Kontrasepsi

Kontrasepsi ialah usaha-usaha untuk mencegah terjadinya kehamilan. Usaha –usaha itu
dapat bersifat sementara, dapat juga bersifat permanen. Yang bersifat permanen pada wanita
disebut tubektomi dan pada pria disebut vasektomi. Sampai sekarang cara kontrasepsi yang ideal
belum ada. Kontrasepsi ideal itu harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut: 1) dapat
dipercayaiI, 2) tidak menimbukan efek yang mengganggu kesehatan, 3) daya kerjanya diatur
menurut kebutuhan, 4) tidak menimbulkan gangguan sewaktu melakukan koitus, 5) tidak
memerlukan motivasi terus-menerus, 6) mudah pelaksanaannya, 7) murah harganya sehingga
dapat dijangkau oleh seluruh lapisan masyarakat, 8) dapat diterima penggunaanya oleh pasangan
yang bersangkutan.1
2
2.1 Metode Kontrasepsi

Metode-metode dengan efektivitas bervariasi yang saat ini digunakan adalah:

 Kontrasepsi tanpa menggunakan alat-alat/obat-obatan


 Kontrasepsi secara mekanis baik untuk pria maupun wanita
 Kontrasepsi dengan obat-obat spermatisida
 Kontrasepsi Hormonal (oral, suntik, implant)
 Kontrasepsi dengan AKDR
 Kontrasepsi Mantap (tubektomi dan vasektomi)

2.1.1 Kontrasepsi Tanpa Menggunakan Alat-Alat/ Obat-Obatan

 Senggama terputus (coitus interuptus)

Cara ini mungkin merupakan cara kontrasepsi yang tertua yang dikenal oleh manusia, dan
mungkin masih merupakan cara yang banyak dilakukan sampai sekarang. Senggama terputus
ialah penarikan penis dari vagina sebelum terjadi ejakulasi. Hal ini berdasarkan kenyataan,
bahwa akan terjadinya ejakulasi disadari sebelumnya oleh sebagian besar pria, dan setelah itu
masih ada waktu kira-kira 1 detik sebelum ejakulasi terjadi. Waktu yang singkat ini dapat
digunakan untuk menarik keluar penis dari vagina. Keuntungannya, cara ini tidak membutuhkan
biaya, alat-alat maupun persiapan, akan tetapi kekurangannya bahwa untuk mensukseskan cara
ini dibutuhkan pengendalian diri yang besar dari pihak pria dan bisa mengurangi
kenikmatan/kepuasan dalam berhubungan seksual. Selanjutnya penggunaan cara ini dapat
menimbulkan neurasteni.1

Efektivitas bergantung pada kesediaan pasangan untuk melakukan senggama terputus setiap
melaksanakannya. Bila dilakukan secara benar, resiko kehamilan adalah 4-18 kehamilan per 100
perempuan per tahun. Dan efektivitasnya akan jauh menurun jika sperma dalam 24 jam sejak
ejakulasi masih melekat pada penis. Kegagalan dengan cara ini dapat disebabkan oleh adanya
pengeluaran air mani sebelum ejakulasi (praejeculatory fluid) yang dapat mengandung sperma,
apalagi pada koitus yang berulang (repeated coitus), terlambatnya pengeluaran penis dari vagina
dan pengeluaran semen dekat pada vulva dapat menyebabkan kehamilan. Resiko dan efek
samping bagi kesehatan tidak ada.1

3
 Perpanjangan masa menyusui anak (Prolonged lactation)/ Metode Amenorea
Laktasi (MAL)

Kontrasepsi MAL mengandalkan pemberian Air Susu Ibu (ASI) secara eksklusif untuk
menekan ovulasi merupakan suatu metode kontrasepsi sementara yang cukup efektif, selama ibu
belum mendapat haid, dan waktunya kurang dari 6 bulan pascapersalinan. Efektivitasnya dapat
mencapai 98 % dengan resiko kehamilan kurang dari 1 di antara 100 ibu dalam 6 bulan setelah
persalinan. Hal ini dapat efektif bila ibu menyusui lebih dari 8 kali sehari dan bayi mendapat
cukup asupan per laktasi; ibu belum mendapat haid, dan atau dalam 6 bulan pasca persalinan.
Laktasi dikaitkan dengan adanya prolaktinemia dan prolaktin menekan adanya ovulasi. Tetapi
ovulasi pada suatu saat akan terjadi dan dapat mendahului haid pertama sehingga apabila hanya
mengandalkan pemberian ASI saja dapat memberikan resiko kehamilan untuk itu dapat
dipertimbangan pemakaian kontrasepsi lain. Keuntungan khusus bagi kesehatan dengan
mendorong pola menyusui yang benar, sehingga membawa manfat bagi ibu dan bayi. Resiko
kehamilan tinggi bila ibu tidak menyusui bayinya secra benar.1

 Kalender

Metode kalender adalah metode alamiah dengan menghindari senggama pada masa subur.
Bila dilakukan secara benar, risiko kehamilan berkisar antara 1 hingga 9 di antara 100 ibu dalam
1 tahun. Metode ini tidak menimbulkan efek samping, tidak perlu biaya dan prosedur khusus,
membantu ibu mengerti tubuhnya dan sesuai bagi pasangan orang menganut agama atau
kepercayaan tertentu. Namun, metode ini memerlukan perhitungan yang cermat, kadang sulit
diterapkan pada ibu yang siklus haidnya tidak teratur.2

2.1.2 Kontrasepsi Secara Mekanis

 Kondom

Pada waktu sekarang kondom telah dipergunakan secara luas di seluruh dunia dalam program
keluarga berencana. Prinsip kerja kondom ialah sebagai perisai dari penis sewaktu melakukan
koitus, dan mencegah tumpahnya sperma dalam vagina. Bentuk kondom adalah silindris dengan
pinggir yang tebal pada ujung yang terbuka, sedang ujung yang buntu berfungsi sebagai
penampung sperma. Diameternya biasanya kira-kira 31-36,5 mm dan panjang lebih kurang 19
mm. Kondom dilapisi dengan pelicin yang mempunyai sifat spermatisid.1,2

4
Keuntungan kondom, selain untuk tujuan kontrasepsi juga dapat memberi perlindungan
terhadap penyakit kelamin. Kekurangannya ialah ada kalanya pasangan yang
mempergunakannya merasakan selaput karet tersebut sebagai penghalang dalam kenikmatan
sewaktu melakukan koitus. Sebab-sebab kegagalan memakai kondom ialah bocor atau koyaknya
alat itu atau tumpahnya sperma yang disebabkan oleh tidak dikeluarkannya penis segera setelah
terjadi ejakulasi. Efek sampingan kondom tidak ada, kecuali jika ada alergi terhadap bahan untuk
membuat karet.1

Efektivitas kondom ini tergantung dari mutu kondom dan dari ketelitian dalam penggunaannya.
Bila digunakan dengan benar, risiko kehamilan adalah 2 di antara 100 ibu dalam 1 tahun.
Mengenai pemakaian kondom perlu diperhatikan hal-hal berikut:3

 Jangan melakukan koitus sebelum kondom terpasang dengan baik.


 Pasanglah kondom sepanjang penis yang sedang dalam ereksi. Pada pria yang tidak
bersunat, prepusium harus ditarik terlebih dahulu.
 Tinggalkan sebagian kecil dari ujung kondom untuk menampung sperma. Pada kondom
yang mempunyai kantong kecil di ujungnya, keluarkanlah udara terlebih dahulu sebelum
kondom dipasang.
 Pergunakanlah bahan pelicin secukupnya pada permukaan kondom untuk mencegah
terjadinya robekan.
 Keluarkanlah penis dari vagina sewaktu masih dalam keadaan ereksi dan tahanlah
kondom pada tempatnya ketika penis dikeluarkan dari vagina, supaya sperma tidak
tumpah.
 Diafragma

Dewasa ini diafragma vaginal terdiri atas kantong karet yang berbentuk mangkuk dengan per
elastis pada pinggirnya. Per ini ada yang terbuat dari logam tipis yang tidak dapat berkarat, ada
pula yang dari kawat halus yang tergulung sebagai spiral dan mempunyai sifat seperti per.
Diafragma dimasukkan ke dalam vagina sebelum koitus untuk menjaga jangan sampai sperma
masuk ke dalam uterus. Untuk memperkuat khasiat diafragma, obat spermatisida dimasukkan ke
dalam mangkuk dan dioleskan pada pinggirnya. Diafragma vaginal sering dianjurkan
pemakaiannya dalam hal-hal seperti keadaan dimana tidak tersedia cara yang lebih baik, jika
frekuensi koitus tidak seberapa tinggi, sehingga tidak dibutuhkan perlindungan yang terus-

5
menerus dan jika pemakaian pil, AKDR, atau cara lain harus dihentikan untuk sementara waktu
oleh karena sesuatu sebab.1

Diafragma paling cocok untuk dipakai pada wanita dengan dasar panggul yang tidak longgar
dan dengan tonus dinding vagina yang baik. Pada keadaan-keadaan tertentu pemakaian
diafragma tidak dapat dibenarkan, misalnya pada sistokel yang berat, prolapsus uteri, fistula
vagina dan hiperantefleksio atau hiperretrofleksio uterus. Umumnya diafragma vaginal tidak
menimbulkan banyak efek sampingan. Efek sampingan mungkin disebabkan oleh reaksi alergi
terhadap obat-obat spermatisida yang dipergunakan, atau oleh karena terjadi perkembangbiakan
bakteri yang berlebihan dalam vagina jika diafragma dibiarkan terlalu lama terpasang di situ.3

Efektivitas nya sedang (bila digunakan dengan spermasida angka kegagalan 6-18 kehamilan
per 100 perempuan per tahun pertama). Kekurangan khasiat diafragma vaginal ialah: 1)
diperlukan motivasi yang cukup kuat; 2) umumnya hanya cocok untuk wanita yang terpelajar
dan tidak untuk dipergunakan secara massal; 3) pemakaian yang tidak teratur dapat
menimbulkan kegagalan; 4) tingkat kegagalan lebih tinggi daripada pil atau AKDR.1

Keuntungan cara ini ialah : 1) hampir tidak ada efek sampingan; 2) dengan motivasi yang
baik dan pemakaian yang betul, hasilnya cukup memuaskan; 3) dapat dipakai sebagai pengganti
pil atau AKDR pada wanita-wanita yang tidak boleh mempergunakan pil atau AKDR oleh
karena suatu sebab.

2.1.3 Kontrasepsi dengan Obat-Obat Spermatisida

Obat spermatisida yang dipakai untuk kontrasepsi terdiri atas 2 komponen, yaitu zat
kimiawi yang mampu mematikan spermatosoon, dan vehikulum yang nonaktif dan yang
dipergunakan untuk membuat tablet atau cream/jelly. Makin erat hubungan antara zat kimia dan
sperma, makin tinggi efektivitas obat. Oleh sebab itu, obat yang paling baik ialah yang dapat
membuat busa setelah dimasukkan ke dalam vagina, sehingga kelak busanya dapat mengelilingi
serviks uteri dan menutup ostium uteri eksternum. Cara kontrasepsi dengan obat spermatisida
umumnya digunakan bersama-sama dengan cara lain (diafragma vaginal), atau apabila ada
kontraindikasi terhadap cara lain. Efek sampingan jarang terjadi dan umumnya berupa reaksi
alergi.4
Kini di pasaran terdapat banyak obat-obat spermatisida, antara lain dalam bentuk :

6
1. Suppositorium : Lorofin suppositoria, Rendel pessaries. Suppositorium dimasukkan
sejauh mungkin ke dalam vagina sebelum koitus. Obat ini baru mulai aktif setelah 5
menit. Lama kerjanya kurang lebih 20 menit sampai 1 jam.
2. Jelly atau cream. 1) Perseptin vaginal jelly, Orthogynol vaginal jelly, 2) Delfen vaginal
cream. Jelly lebih encer daripada cream. Obat ini disemprotkan ke dalam vagina dengan
menggunakan suatu alat. Lama kerjanya kurang lebih 20 menit sampai 1 jam.
3. Tablet busa : Sampoon, Volpar, Syn-A-Gen. Sebelum digunakan, tablet terlebih dahulu
dicelupkan ke dalam air, kemudian dimasukkan ke dalam vagina sejauh mungkin. Lama
kerjanya 30-60 menit.
C-film, yang merupakan benda yang tipis, dapat dilipat, dan larut dalam air. Dalam vagina obat
ini merupakan gel dengan tingkat dispersi yang tinggi dan menyebar pada porsio uteri dan
vagina. Obat mulai efektif setelah 30 menit.
Efektivitas KB spermatisid ini kurang (3 – 21 kehamilan per 100 perempuan per tahun pertama)1.

2.1.4 Kontrasepsi Hormonal

Kontrasepsi ini tersedia dalam berbagai bentuk, oral, injeksi, dan implant. Kontrasepsi
oral adalah kombinasi estrogen dan progestin atau hanya progestin-mini pil. Kontrasepsi injeksi
atau implant hanya mengandung progestin atau kombinasi estrogen dan progestin.1

2.1.4.1 Kontrasepsi Estrogen Plus Progestin (Kombinasi)


Kontrasepsi kombinasi estrogen-progesteron dapat diberikan per oral, suntikan IM, atau
dalam bentuk koyo. Kontrasepsi oral paling sering digunakan dan sering terdiri dari kombinasi
suatu zat estrogen dan bahan prosgestasional yang diminum tiap hari selama 3 minggu dan
berhenti selama 1 minggu, agar terjadi perdarahan lucut (withdrawal bleeding) dari uterus.
Efektivitasnya tinggi (hampir menyerupai efektivitas tubektomi), bila digunakan setiap hari (1
kehamilan per 1000 perempuan dalam tahun pertama penggunaan)1.
Mekanisme kerja
Efek kontraseptif obat-obat yang mengandung steroid bersifat multiple, tetapi efek yang
terpenting adalah mencegah terjadinya ovulasi dengan menekan gonadotropin releasing factors
dari hipotalamus. Yang mana hal ini dapat menghambat sekresi follicle stimulating hormone dan
lutenizing hormone dari hipofisis. Estrogen saja dalam dosis yang memadai akan menghambat

7
ovulasi dengan menekan gonadotropin. Estrogen ini juga mungkin akan menghambat implantasi
dengan mengubah pematangan endometrium. Estrogen mempercepat transportasi ovum; namun,
progestin menyebabkan perlambatan. Karena itu, peran keduanya dalam mengubah motilitas
tuba dan uterus masih belum jelas.4
Progestin menyebabkan terbentuknya mucus servik yang kental, sedikit, selular, dan
menghambat jalannya sperma. Kapasitasi sperma juga mungkin terhambat. Seperti estrogen,
progestin menyebabkan endometrium menjadi kurang memungkinkan untuk implantasi
blastokista. Akhirnya progestin juga dapat menghambat ovulasi dengan menekan gonadotropin.
Efek gabungan dari estrogen dan progestin dalam kaitannya dengan kontrasepsi adalah supresi
ovulasi yang sangat efektif, blockade penetrasi sperma oleh mucus serviks, dan penghambatan
implantasi di endometrium apabila dua mekanisme pertama gagal. Kontrasepsi oral kombonasi
estrogen plus progestin, apabila diminum setiap hari selama 3 dari 4 minggu, menghasilkan
proteksi terhadap kehamilan yang hampir absolut.4
Interaksi obat
Kontrasepsi oral dapat mengganggu kerja beberapa obat (tabel 1 dan 2). Sebaliknya,
sebagian obat menurunkan efektifitas kontrasepsi oral kombinasi antara lain: barbiturat,
karbamazepin, felbamat, griseofulvin, ketokonazol/itrakonazol, fenitoin, primidon, rifampisin,
topiramat, sehingga untuk itu dapat dipakai kontrasepsi tambahan atau dosisnya lebih
ditingkatkan.
Tabel 1. Obat yang efektivitasnya menurun oleh kontrasepsi oral kombonasi3
Obat yang berinteraksi Efek merugikan
Asetaminofen dan aspirin Mungkin mengurangi efek analgetik
Obat penenang golongan benzodiazepin Mungkin menurunkan atau meningkatkan
efektivitas obat penenang dan fungsi
psikomotor
Metildopa Menurunkan efek hipotensif
Antikoagulan oral Menurunkan efek antikoagulan
Hipoglikemik oral Mungkin mengurangi efek hipoglikemik

Tabel 2 Obat yang efektivitasnya ditingkatkan oleh kontrasepsi oral 3


Obat yang berinteraksi Efek yang merugikan
Alkohol Efek mungkin meningkat
Aminlfilin Efek meningkat
Antidepresan Efek mungkin meningkat
Benzodiazepine Efektifitas zat penenang dan fungsi

8
psikomotor mungkin meningkat atau
menurun
Beta bloker Efek penghambat mungkin meningkat
Kafein Efek meningkat
Kortikosteroid Toksisitas mungkin meningkat
Teofilin Efek meningkat

Keamanan
Secara umum, kontrasepsi oral yang jika dipantau pemberianya dengan benar terbukti
relatif aman bagi sebagian besar wanita. Kemungkinan efek samping dari pil KB yang selama ini
terlalu banyak dan terlalu lama mendapat perhatian efek merugikan pada para pemakai mungkin
hanya terjadi akibat rasa cemas karena publisitas yang terus menerus. Sayangnya, dokter serta
masyarakat awam sering kebingungan karena laporan yang banyak dan sering bertentangan
tersebut.1
Efek yang Menguntungkan
Pil kombinasi estrogen plus progestin adalah bentuk kontrasepsi reversibel paling efektif
yang tersedia. Mengurangi risiko kanker endometrium, kanker ovarium, penyakit radang
simptomatik. Dapat mengurangi risiko kista ovarium, dan anemia defisiensi besi. Mengurangi
nyeri haid, masalah perdarahan haid, nyeri saat ovulasi, kelebihan rambut pada wajah dan tubuh,
gejala sindrom ovarium polikistik, dan gejala endometriosis.1

Kemungkinan efek yang merugikan


Efek metabolik
 Lipoprotein dan lemak
Kontrasepsi oral kombinasi meningkatkan kadar trigliserida dan kolesterol total.
Estrogen menurunkan konsentrasi kolesterol LDL dan meningkatkan HDL, sedangkan
sebagian progestin menyebabkan hal yang sebaliknya. Hal ini penting untuk mengetahui
pada proses pembentukan penyakit pembuluh arteri.1
 Metabolisme karbohidrat
Kontrasepsi oral dapat menurunkan toleransi glukosa pada sejumlah pemakai
dengan persentase yang signifikan. Hal ini tampaknya terjadi sebagai akibat langsung
dosis estrogen yang digunakan. Progestin biasanya meningkatkan sekresi insulin dan
menciptakan resistensi insulin. Karena efek ini, steroid kontrasepsi dapat

9
mengintensifkan diabetes yang sudah ada atau mungkin ternyata cukup diabetogenik
sehingga mampu memicu munculnya diabetes secara klinis pada wanita yang rentan.
Tapi efek ini seperti pada kehamilan, efek diabetogeniknya sering reversibel apabila
kontrasepsi oralnya dihentikan.1
 Metabolisme protein
Estrogen akan meningkatkan pembentukan berbagai globulin oleh hati.
Meningkatnya pembentukan angiotensinogen tampaknya berkaitan dengan dosis, dan
konversinya oleh renin menjadi angiotensin I dicurigai menimbulkan hipertensi.
Fibrinogen dan mungkin faktor II, VII, IX, X, XII, XIII, akan meningkat sejalan dengan
dosis estrogen, dan insiden kedua bentuk trombosis ini berkaitan dengan dosis estrogen.1
Penyakit hati
Kolestasis dan ikterus kolestatik merupakan penyulit yang jarang terjadi pada pemakai
kontrasepsi oral; gejala dan tanda akan hilang apabila obat dihentikan. Tampaknya kontrasepsi
oral mempercepat terjadinya penyakit kandung empedu pada wanita yang rentan, tapi secara
keseluruhan tidak terjadi peningkatan resiko jangka panjang. Dan tidak ada alasan untuk
menghentikan kontrasepsi oral pada wanita yang telah pulih dari hepatitis virus.1
Neoplasia
Kemungkinan kontrasepsi hormonal sebagai penyebab kanker tampaknya kecil. Sebenarnya,
pada penelitian-penelitian justru diperlihatkan adanya efek protektif terhadap kanker ovarium
dan endometrium.1
 Hiperplasia dan kanker hati
Pemakaian kontrasepsi estrogen plus progestin dilaporkan secara tidak langsung
dikaitkan dengan kejadian hiperplasia nodularis fokal hepatika dan pembentukan tumor
yang jinak, tetapi tidak selalu. Keterkaitan ini dijumpai pada wanita yang menggunakan
formulasi berisi estrogen dosis tinggi (biasanya mestranol) untuk jangka panjang.
Pemakaian kontrasepsi oral kombinasi dosis rendah yang lebih baru tampaknya dapat
mengurangi insiden terjadinya kelainan yang tidak lazim ini.1
 Adenoma hipofisis
 Serviks

10
Terdapat korelasi antara resiko kanker serviks prainvasif dengan pemakaian
kontrasepsi oral, dan resiko kanker invasif meningkat setelah pemakaian 5 tahun. Tapi
masih belum jelas apakah keterkaitan ini memiliki hubungan sebab akibat.1
 Kanker payudara
Masih belum jelas apakah kontrasepsi oral berperanan dalam ternbentuknya
kanker payudara.1
Gizi
Penyimpangan kadar beberapa zat gizi, yang serupa dengan yang dijumpai pada kehamilan
normal, dilaporkan terjadi pada wanita yang menggunakan kontrasepsi oral.1
 Defisiensi piridoksin
Perubahan-perubahan biokimiawi yang menunjukkan defisiensi vitamin B6
(piridoksin) yang mana hal ini juga terjadi saat kehamilan normal. Hal ini terjadi karena
estrogen memicu enzim-enzim dihati sehingga menyebabkan meningkatnya metabolisme
triptofan yang menggambarkan terjadinya defisiensi piridoksin.
Efek kardiovaskular
Terdapat sejumlah resiko kardiovaskular yang jarang tetapi bermakna pad pemakaian
kontrasepsi hormonal.
 Tromboembolisme
Resiko tromboembolisme vena diperkirakan meningkat 3-4 kali lipat pada wanita
yang menggunakan kontrasepsi oral. Sekitar 1 per 10000 wanita-tahun, sehingga insiden
pada pemakai kontrasepsi oral yang sebesar 1,0 sampai 3,0 per 10000 wanita- tahun
adalah kecil. Faktor-faktor klinis yang meningkatkan resiko trombosis dan emboli vena
adalah hipertensi, kegemukan, diabetes, merokok, dan gaya hidup yang tidak banyak
aktivitas fisik.1,5
 Stroke dan Trombosis arteri
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pemakaian kontrasepsi oral
tersebut pada wanita yang sehat yang tidak merokok tidak menyebabkan peningkatan
resiko stroke trombotik atau hemorhagik. Yang utama, wanita dengan hipertensi, yang
merokok, atau memiliki nyeri kepala migren mengalami peningkatan resiko stroke
hemorhagik atau trombotik.1,5
 Hipertensi

11
Ini timbul sebagai respons terhadap estrogen, terbukti meningkat kadar
angiotensinogen (substrat renin) plasma sampai mendekati kadar pada kehamilan normal.
Tekanan darah akan normal kembali saat kontrasepsi dihentikan. Terjadinya hipertensi
pada kehamilan bukan merupakan halangan bagi pemakaian kontrasepsi oral setelahnya.4
 Infark miokardium
Infark miokardium terjadi pada wanita yang menggunakan kontrasepsi oral dan
juga merokok, karena merokok merupakan faktor resiko independen. Ad 2 patokan
penting dalam kaitannya dengan merokok dan kontrasepsi oral adalah lebih dari 15
batang rokok per hari bagi orang berusia lebih dari 35 tahun yang sedang atau pernah
merokok.4
 Nyeri kepala migren
Frekuensi dan intensitas serangan nyeri kepala migren mungkin berkurang atau
meningkat. Tapi lebih baik menghindari pemakaian kontrasepsi ini pada wanita yang
memiliki migren, karena mungkin saja akan bertambah parah atau merupakan ancaman
stroke atau stroke ringan.4
Efek pada reproduksi
 Amenorea pasca pil
Setelah kontrasepsi kombinasi dihentikan 3 bulan biasanya ovualasi akan segera pulih
dan kembali seperti semula5.
 Laktasi
Pemakaian hormon kontrasepsi oral pada ibu menyusui akan mengurangi jumlah ASI.
Hanya sedikit hormon yang diekskresikan ke dalam ASI. Karena hampir tidak
memberikan efek pada laktasi dan merupakan kontrasepsi yang baik.
Efek lain
 Mukorea
 Kloasma
 Mioma uteri; kemungkinan besar tidak bertambah besar pada pemakaian kontrasepsi oral
 Pertambahan berat badan; tidak semua wanita yang menggunakan ini akan mengalami
peningkatan berat badan. Hal ini terjadi oleh karena adanya retensi cairan, tetapi
umumnya akibat pola makan yang berubah sebab ibu merasa tenang dan tidak takut
hamil lagi setelah menggunakan alat kontrasepsi5 .

12
 Depresi; karena kontrasepsi oralyang mengandung estrogen 50 μg atau lebih

2.1.4.2 Kontrasepsi Progestasional


 Pil Progestin
Disebut juga mini pil adalah pil yang hanya mengandung progestin 350 μg atau kurang yang
diminum setiap hari. Pil ini tidak terlalu populer oleh karena insiden perdarahan ireguler dan
angka kehamilannya jauh lebih tinggi. Pilihan yang baik bagi ibu yang menyusui, mulai
diminum pada minggu ke 6 setelah melahirkan1,5. Minipil menekan sekresi gonadotropin dan
sintesis streroid seks di ovarium, endometrium mengalami transformasi lebih awal sehingga
implantasi lebih sulit, mengentalkan lendir serviks sehingga menghambat penestrasi sperma,
mengubah motilitas tuba sehingga transportasi sperma terganggu. Pil diminum setiap hari.
Efektivitasnya bila digunakan secara benar, risiko kehamilan kurang dari 1 di antara 100 ibu
dalam 1 tahun.4
Kegagalan kontrasepsi dan meningkatnya insiden kehamilan ektopik apabila kontrasepsi
gagal, perdarahan uterus yang tidak jelas, kista ovarium fungsional menjadi sering, dan pil ini
harus diminum paa waktu yang sama atau hampir sama tiap harinya, yang jika terlambat
sekalipun hanya 3 jam untuk 2 hari berikutnya harus digunakan kontrasepsi lain sebagai
tambahan.
Kontraindikasi terutama pada wanita berumur, dengan perdarahan uterus yang tidak jelas,
riwayat kehamilan ektopik atau kista ovarium fungsional. Efek sampingnya adalah perubahan
pola haid (menunda haid lebih lama pada ibu menyusui, haid tidak teratur, haid memanjang atau
sering, haid jarang, atau tidak haid), sakit kepala, pusing, perubahan suasana perasaan, nyeri
payudara, nyeri perut, dan mual.4

 Kontrasepsi Progestin Suntik


Keunggulan suntikan progestin adalah efektivitas kontrasepsi yang setara dengan atau
lebih baik daripada kontrasepsi oral kombinasi, efek bertahan lama dengan hanya 4 – 6 kali
penyuntikan setahun, dan gangguan laktasi yang minimal. Suntikan progestin mencegah ovulasi,
mengentalkan lendir serviks sehingga penetrasi sperma terganggu, menjadikan selaput rahim
tipis dan atrofi, dan menghambat transportasi gamet oleh tuba. Suntikan diberikan 3 bulan sekali.
Depo medroksiprogesteron asetat (DMPA) dan Noretindron etantat (Norgest) telah banyak

13
dipakai secara luas diseluruh dunia. Efektivitasnya bila digunakan dengan benar, risiko
kehamilan kurang dari 1 di antara 100 ibu dalam 1 tahun. Kesuburan tidak langsung kembali
setelah berhenti, biasanya dalam waktu beberapa bulan.4
Kelebihan dan kekurangannya serupa dengan progestin oral. Efek samping yang timbul
adalah perubahan pola haid (haid tidak teratur atau memanjang dalam 3 bulan pertama, haid
jarang, tidak teratur atay tidak haid dalam 1 tahun), kepala sakit, pusing, kenaikan berat badan,
perut kembung atau tidak nyaman, perubahan suasana perasaan dan penurunan hasrat seksual.1
Pada pemakaian Depo medroksiprogesteron jangka panjang terdapat kemungkinan
penurunan kepadatan mineral tulang, namun akan pulih setelah terapi dihentikan. Depo
medroksiprogesteron disuntikan dalam-dalam di kuadran luar atas bokong tanpa dipijat untuk
memastikan agar obat dilepaskan secara perlahan-lahan. Dosis lazim adalah 150 mg setiap 90
hari3. Noetindron etantat disuntikan dengan cara yang sama dalam dosis 200mg, tetapi
penyuntikan obat ini harus diulang setiap 60 hari.1

 Implan Progestin
Kontrasepsi implant menekan ovulasi, mengentalkan lender serviks, menjadikan selaput
rahim tipis dan atrofi, dan mengurangi transportasi sperma. Implan dimasukkan di bawah kulit
dan dapat bertahan hingga 3-7 tahun, tergantung jenisnya. Pada umumnya risiko kehamilan
berkurang dari 1 di antara 100 ibu dalam 1 tahun. Keuntungan kusus bagi kesehatan dapat
mengurangi risiko penyakit radang panggul simptomatik. Dapat mengurangi risiko anemia
defisiensi besi. Efek samping yang muncul adalah perubahan pola haid (pada beberapa bulan
pertama: haid sedikit dan singkat, haid tidak teartu lebih dari 8 hari, haid jarang, atau tidak haid;
setelah setahun: haid sedikit dan singkat, haid tidak teratur, dan haid jarang,) sakit kepala,
pusing, perubahan suasana perasaan, perubahan berat badan, jarawat (dapat membaik atau
memburuk), nyeri payudara, nyeri perut dan mual.4

2.1.5 Metode Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)

Memasukkan benda-benda atau alat ke dalam uterus untuk tujuan mencegah kehamilan,
yang telah dikenal sejak zaman dahulu kala. Awalnya penggembala-penggembala unta bangsa
Arab dan Turki berabad lamanya melakukan cara ini dengan memasukkan batu kecil yang bulat

14
dan licin kedalam alat genital unta mereka, dengan tujuan untuk mencegah terjadinya kehamilan
dalam perjalanan jauh.2
Mekanisme Kerja
Mekanisme kerja dari AKDR sampai saat ini belum diketahui dengan pasti, tetapi
pendapat yang terbanyak mengatakan bahwa dengan adanya AKDR dalam kavum uteri
menimbulkan reaksi peradangan endometrium yang disertai dengan sebukan leukosit yang dapat
menghancurkan blastokista dan sperma. AKDR menghambat kemampuan sperma untuk masuk
tuba fallopi, mempengaruhi tuba fallopi, mempengaruh fertilisasi sebelum ovum mencapai
kavum uteri, mencegah sperma dan ovum bertemu, mencegah implantasi telur dalam uterus.Pada
pemeriksaan cairan uterus pada pemakai AKDR sering kali dijumpai sel-sel makrofag (fagosit)
yang mengandung spermatozoa. Disamping itu ditemukan juga sering timbulnya kontraksi uterus
pada pemakai AKDR, yang dapat menghalangi nidasi. Diduga ini disebabkan karena
meningkatnya prostaglandin dalam uterus pada wanita tersebut.6
Pada AKDR bioaktif selain kerjanya menimbulkan peradangan, juga oleh karena ion
logam atau bahan lain yang melarut dari AKDR mempunyai pengaruh terhadap sperma. Menurut
penyelidikan, ion logam yang paling efektif ialah ion logam tembaga (Cu)2,3; pengaruh AKDR
bioaktif dengan berkurangnya konsentrasi logam makin lama makin berkurang. Efektifitasnya
tinggi dapat mencapai 0.6 – 0.8 kehamilan/100 perempuan dalam 1 tahun pertama (1 kegagalan
dalam 125 – 170 kehamilan).1
Jenis-jenis AKDR
Sampai sekarang telah banyak ditemukan jenis-jenis AKDR, tapi yang paling banyak
digunakan dalam program KB di Indonesia ialah AKDR jenis copper T dan spiral (Lippes loop).
Bentuk yang beredar dipasaran adalah spiral (Lippes loop), huruf T (Tcu380A, Tcu200C, dan
NovaT), tulang ikan (MLCu350 dan 375), dan batang (Gynefix). Unsur tambahan adalah
tembaga (cuprum), atau hormon (Levonorgestrel).1

Keuntungan-keuntungan AKDR
AKDR mempunyai keunggulan terhadap cara kontrasepsi yang lain karena:1
1. Umumnya hanya memerlukan satu kali pemasangan dan dengan demikian satu kali
motivasi
2. Tidak menimbulkan efek sistemik

15
3. Alat itu ekonomis dan cocok untuk penggunaan secara massal
4. Efektivitas cukup tinggi bertahan lama hingga 12 tahun.
5. Reversibel
6. Tidak ada pengaruh terhadap ASI

Efek samping AKDR


 Perdarahan
 Masa haid dapat menjadi lebih panjang dan banyak, terutama pada bulan-bulan pertama
pemakaian
 Rasa nyeri dan kejang di perut
 Gangguan pada suami
 Ekspulsi (pengeluaran sendiri)
Komplikasi AKDR
 Infeksi
AKDR itu sendiri, atau benangnya yang berada dalam vagina, umumnya tidak
menyebabkan terjadinya infeksi jika alat-alat yang digunakan disucihamakan. Jika terjadi
infeksi, hal ini mungkin disebabkan oleh sudah adanya infeksi yang subakut atau
menahun pada traktus genitalis sebelum pemasangan AKDR.1
 Perforasi
Umumnya perforasi terjadi sewaktu pemasangan AKDR walaupun bisa terjadi pula
kemudian. Jika perforasi terjadi dengan AKDR yang tertutup, harus segera dikeluarkan
segera karena ditakutkan akan terjadinya ileus, begitu pula dengan yang mengandung
logam. Pengeluaran dapat dilakukan dengan laparotomi jika dengan laparoskopi gagal,
atau setelah terjadi ileus. Jika AKDR yang menyebabkan perforasi itu jenis terbuka dan
linear, dan tidak mengandung logam AKDR tidak perlu dikeluarkan dengan segera.1
 Kehamilan
Jika terjadi kehamilan dengan AKDR in situ, tidak akan timbul cacat pada bayi oleh
karena AKDR terletak antara selaput ketuban dan dinding rahim. Angka keguguran
dengan AKDR in situ tinggi. Jadi jika ditemukan kehamilan dengan AKDR in situ sedang
benangnya masih kelihatan, sebaiknya dikeluarkan oleh karena kemungkinan terjadinya

16
abortus setelah dikeluarkan lebih rendah dari pada dibiarkan terus. Tetapi jka benangnya
tidak kelihatan, sebaiknya dibiarkan saja berada dalam uterus.1

Kontraindikasi Pemasangan AKDR


Kontraindikasi pemasangan AKDR dibagi atas 2 golongan, yaitu kontraindikasi yang
relatif dan kontraindikasi mutlak.
Yang termasuk kontraindikasi relatif ialah:
1. Mioma uteri dengan adanya perubahan bentuk rongga uterus
2. Insufisiensi serviks uteri
3. Uterus dengan parut pada dindingnya, seperti pada bekas SC, enukleasi mioma, dsb.
4. Kelainan jinak serviks uteri, seperti erosio porsiones uteri
Yang termasuk kontraindikasi mutlak ialah :
1. Kehamilan
2. Adanya infeksi yang aktif pada traktus genitalis (Penyakit Menular Seksual)3
3. Adanya tumor ganas pada traktus genitalis
4. Adanya metrorhagia yang belum disembuhkan
5. Pasangan yang tidak lestari/harmonis

Pemasangan AKDR
AKDR dapat dipasang dalam keadaan berikut :
 Sewaktu haid sedang berlangsung
Pemasangan dapat dilakukan pada hari pertama atau pada hari terakhir haid.
Keuntungannya : pemasangan lebih mudah karena serviks saat itu sedang terbuka dan
lembek, rasa nyeri tidak seberapa keras, perdarahan yang timbul akibat pemasangan tidak
seberapa dirasakan, kemungkinan pemasangan pada uterus yang sedang hamil tidak ada.
 Sewaktu postpartum
Pemasangan AKDR setelah melahirkan dapat dilakukan:1
1. Secara dini(immediate insertion); dipasang pada wanita yang melahirkan sebelum
dipulangkan dari rumah sakit.
2. Secara langsung (direct insertion); dipasang dalam masa tiga bulan setelah partus
atau abortus.

17
3. Secara tidak langsung (indirect insertion); dipasang sesudah masa tiga bulan
setelah partus atau abortus; atau pada saat tidak ada hubungan sama sekali dengan
partus atau abortus.

Bila pemasangan AKDR tidak dilakukan dalam waktu seminggu setelah bersalin,
menurut beberapa sarjana, sebaiknya AKDR ditangguhkan sampai 6-8 minggu
postpartum oleh karena jika pemasangan AKDR dilakukan antara minggu kedua dan
minggu keenam setelah partus, bahaya perforasi atau ekspulsi lebih besar.
 Sewaktu postabortum
Sebaiknya AKDR dipasang segera setelah abortus oleh karena dari segi fisiologi dan
psikologi waktu itu adalah paling ideal. Tetapi, septic abortion merupakan kontraindikasi
 Beberapa hari setelah haid terakhir
Dalam hal ini wanita yang bersangkutan dilarang untuk bersenggama sebelum AKDR
dipasang.
Sebelum dipasang, sebaiknya diperlihatkan ke akseptor bentuk AKDR yang dipasang dan
bagaimana letaknya setelah terpasang. Dan dijelaskan pula kemugkinan efek samping yang dapat
terjadi seperti perdarahan, rasa sakit , AKDR yang keluar sendiri.

gambar 1. Tehnik pemasangan AKDR5


Tehnik pemasangan AKDR
18
Pada umumnya tehnik pemasangan adalah sama pada setiap jenis AKDR, tapi disini
diterangkan mengenai cara pemasangan jenis lippes loop karena yang paling banyak digunakan
di Indonesia.
Tehniknya berupa (gambar 1):
 Setelah kandung kencing dikosongkan, akseptor dibaringkan diatas meja ginekologi
dalam posisi litotomi.
 Bersihkan daerah vulva dan vagina secara a dan antisepsis dengan betadine
 Lakukan pemeriksaan bimanual untuk mengetahui letak, bentuk, dan besar uterus
 Spekulum dimasukkan ke dalam vagina, dan serviks uteri dibersihkan dengan larutan
antiseptik. Lalu dengan tenakulum dijepit bibir depan porsio uteri, dan dimasukkan sonde
ke dalam uterus untuk menentukan arah dan panjangnya kanalis servikalis serta kavum
uteri.
 AKDR dimasukkan ke dalam uterus dengan tehnik tanpa sentuh, lalu dorong ke dalam
kavum uteri hingga mencapai uterus.
 Tahan pendorong (plunger) dan tarik selubung (inserter) ke bawah sehingga AKDR
bebas.
 Setelah selubung keluar dari uterus, pendorong juga dikeluarkan, dan tenakulum juga
dilepaskan, benang AKDR digunting sehingga 2½ - 3 cm keluar dari ostium uteri, dan
akhirnya spekulum diangkat.
Pemeriksaan setelah pemasangan AKDR dilakukan 1 minggu sesudahnya; pemeriksaan
kedua 3 bulan kemudian, dan selanjutnya tiap 6 bulan. Cooper T-380A perlu dilepas setelah 10
tahun pemasangan, tetapi dapat dilepaskan lebih awal apabila diinginkan.1,5
Cara mengeluarkan AKDR2
Mengeluarkan AKDR biasanya dilakukan dengan cara menarik benang AKDR yang
keluar dari ostium uteri eksternum dengan dua jari, dengan pinset, atau dengan cunam. Kadang-
kadang benang tidak tampak dari ostium uteri eksternum.
Tidak terlihatnya benang oleh karena :
 Akseptor menjadi hamil
 Perforasi usus
 Ekspulsi yang tidak disadari oleh akseptor

19
 Perubahan letak AKDR sehingga benang tertarik ke dalam rongga uterus, seperti adanya
mioma uterus.
2.1.6 Metode Kontrasepsi Mantap (Tubektomi dan Vasektomi)
Tubektomi ialah tindakan yang dilakukan pada kedua tuba falopii wanita sedangkan
vasektomi ialah pada kedua vas deferens pria,yang mengakibatkan yang bersangkutan tidak
dapat hamil atau tidak menyebabkan kehamilan lagi. 1 Metoda dengan cara operasi tersebut diatas
telah dikenal sejak zaman dahulu. Hippocrates menyebut bahwa tindakan itu dilakukan terhadap
orang dengan penyakit jiwa. Dahulu vasektomi dilakukan sebagai hukuman misalnya pada
mereka yang melakukan perkosaan. Sekarang tindakan tubektomi dan vasektomi dilakukan
secara sukarela dalam rangka keluarga berencana.6
2.1.6.1 Tubektomi
Tubektomi adalah suatu tindakan oklusi/ pengambilan sebagian saluran telur wanita
untuk mencegah proses fertilisasi.3 Tindakan tersebut dapat dilakukan setelah persalinan atau
pada masa interval. Setelah dilakukan tubektomi, fertilitas dari pasangan tersebut akan terhenti
secara permanen. Waktu yang terbaik untuk melakukan tubektomi pascapersalinan ialah tidak
lebih dari 48 jam sesudah melahirkan karena posisi tuba mudah dicapai dari subumbilikus dan
rendahnya resiko infeksi. Bila masa 48 jam pascapersalinan telah terlampaui maka pilihan untuk
tetap memilih tubektomi, dilakukan 6-8 minggu persalinan atau pada masa interval.
Keuntungan tubektomi ialah:
 Motivasi hanya satu kali saja, tidak diperlukan motivasi yang berulang-ulang
 Efektivitas hampir 100%
 Tidak mempengaruhi libido seksualis
 Kegagalan dari pihak pasien tidak ada
Kerugiannya ialah bahwa tindakan ini dapat dianggap tidak reversibel, walaupun ada
kemungkinan untuk membuka tuba kembali pada mereka yang masih menginginkan anak lagi
dengan operasi rekanalisasi.1
Indikasi dilakukannya tubektomi :
 Penghentian fertilitas atas indikasi medik
 Kontrasepsi permanen
Syarat-syarat tubektomi :
 Syarat sukarela

20
 Syarat bahagia
 Syarat medik
Tindakan yang dilakukan sebagai tindakan pendahuluan untuk mencapai tuba falopii terdiri
atas : pembedahan transabdominal seperti laparotomi, mini laparotomi, laparoskopi; pembedahan
transvaginal seperti kolpotomi posterior, kuldoskopi; dan pembedahan transservikal (transuterin)
seperti penutupan lumen tuba histeroskopik. Untuk menutup lumen dalam tuba, dapat dilakukan
pemotongan tuba dengan berbagai macam tindakan operatif, seperti cara Pomeroy, cara Irving,
cara Uchida, cara Kroener, cara Aldridge. Pada cara Madlener tuba tidak dipotong. Disamping
cara-cara tersebut, penutupan tuba dapat pula dilakukan dengan jalan kauterisasi tuba, penutupan
tuba dengan clips, Falope ring, Yoon ring, dll.1

Cara penutupan tuba :


 Cara Madlener
Bagian tengah tuba diangkat dengan cunam pean, sehingga terbentuk suatu lipatan
terbuka. Kemudian, dasar dari lipatan tersebut dijepit dengan cunam kuat-kuat dan
selanjutnya dasar itu diikat dengan benang yang tidak diserap. Tidak dilakukan
pemotongan tuba.1
 Cara Pomeroy
Cara ini paling banyak dilakukan. Dilakukan dengan mengangkat bagian tengah dari
tuba sehingga membentuk suatu lipatan terbuka, kemudian dasarnya diikat dengan
benang yang dapat diserap, tuba diatas dasar itu dipotong. Setelah benang pengikat
diserap, maka ujung- ujung tuba akhirnya terpisah satu dengan yang lain.1

21
gambar 2. Cara Pomeroy5
 Cara Irving
Pada cara ini tuba dipotong antara dua ikatan benang yang dapat diserap, ujung
proksimal dari tuba ditanamkan kedalam miometrium, sedangkan ujung distal
ditanamkan ke dalam ligamentum latum.1
 Cara Aldridge
Peritoneum dari ligamentum latum dibuka dan kemudian tuba bagian distal bersama-
sama dengan fimbria ditanam ke dalam ligamentum latum.1
 Cara Uchida
Tuba ditarik ke luar abdomen melalui suatu insisi kecil (mini laparotomi) di atas
simfisis pubis. Kemudian di daerah ampula tuba dilakukan suntikan dengan larutan
Adrenalin dalam air garam dibawah serosa tuba. Akibatnya, mesosalping di daerah
tersebut menggembung.lalu dibuat sayatan kecil di daerah yang kembung tersebut.
Serosa dibebaskan dari tuba sepanjang kira-kira 4-5 cm; tuba dicari dan setelah
ditemukan dijepit, diikat, lalu digunting. Ujung tuba yang proksimal akan tertanam
dengan sendirinya dibawah serosa, sedangkan ujung tuba yang distal dibiarkan berada

22
diluar serosa. Luka sayatan dijahit dengan kantong tembakau. Angka kegagalan cara ini
adalah 0.1
 Cara Kroener
Bagian fimbria dari tuba dikeluarkan dari lubang operasi. Suatu ikatan dengan
benang sutera dibuat melalui bagian mesosalping dibawah fimbria. Jahitan ini diikat 2x,
satu mengelilingi tuba dan yang lain mengelilingi tuba sebelah proksimal dari jahitan
sebelumnya. Seluruh fimbria dipotong. Tehnik ini banyak digunakan. Keuntungan cara
ini antara lain sangat kecil kemungkinan kesalahan mengikat ligamentum rotundum.
Angka kegagalan 0,19%.1

2.1.6.2 Vasektomi
Mekanisme vasektomi adalah untuk menghentikan kapasitas reproduksi pria dengan jalan
melakukan oklusi vasa deferens sehingga alur transportasi sperma terhambat dan proses fertilisai
tidak terjadi. Indikasi vasektomi ialah bahwa pasangan suami isteri tidak menghendaki
kehamilan lagi dan pihak suami bersedia bahwa tindakan kontrasepsi dilakukan pada
dirinya.Kontraindikasi, sebenarnya tidak ada, kecuali bila ada kelainan lokal yang dapat
mengganggu sembuhnya luka operasi, jadi sebaiknya harus disembuhkan dahulu. Efektivitas bila
pria dapat memeriksakan semennya segera setelah vasektomi, risiko kehamilan kurang dari 1 di
antara 100 dalam 1 tahun.
Keuntungan vasektomi5:
 Tidak menimbulkan kelainan fisik maupun mental
 Tidak mengganggu libido seksualitas
 Operasinya hanya berlangsung sebentar sekitar 10 - 15 menit
Tehnik vasektomi
Adapun tehniknya berupa:
 Mula-mula kulit skrotum di daerah operasi dilakukan a dan antiseptik, kemudian
dilakukan anestesi lokal dengan xilokain. Anestesi dilakukan di kulit skrotum dan
jaringan sekitarnya di bagian atas, dan pada jaringan disekitar vas deferens.
 Vas dicari dan setelah ditentukan lokasinya, dipegang sedekat mungkin dibawah kulit
skrotum.

23
 Dilakukan sayatan pada kulit skrotum sepanjang 0,5-1 cm di diekat tempat vas deferens.
Setelah terlihat, dijepit dan dikeluarkan dari sayatan (harus yakin itu benar vas deferens),
vas dipotong sepanjang 1-2 cm dan kedua ujungnya diikat
 Setelah kulit dijahit, tindakan diulang pada bagian sebelahnya.

Gambar 3. Vasektomi4
Sehabis operasi, peserta vasektomi baru boleh melakukan hubungan intim dengan
pasangannya setelah enam hari. Itupun harus wajib menggunakan kondom selama 12 kali
hubungan demi pengamanan5.
Komplikasi vasektomi : infeksi pada sayatan, rasa nyeri/sakit, terjadinya hematom oleh karena
perdarahan kapiler, epididimitis, terbentuknya granuloma.
Kegagalan dapat terjadi karena: terjadi rekanalisasi spontan, gagal mengenal dan memotong vas
deferens, tidak diketahi adanya anomali vas deferens, koitus dilakukan sebelum kantong
seminalnya betul-betul kosong.

Kontrasepsi yang Aman dalam Berbagai Kondisi Medis


 Diabetes
Steroid dalam kombinasi kontrasepsi oral dapat mengganggu metabolisme karbohidrat dan
mempercepat terjadinya penyakit vaskular pada wanita dengan diabetes. Namun, kombinasi saat
ini kontrasepsi oral tampaknya tidak memiliki efek ini. Pada wanita baik dangan diabetes tipe 1
atau tipe 2 tanpa penyakit vaskular, penggunaan kombinasi kontrasepsi hormonal tidak
mempengaruhi kontrol metabolik, menyebabkan penyakit vaskular atau meningkatkan risiko

24
penyakit kardiovaskular (CVD). Penggunaan kombinasi metode kontrasepsi hormonal tidak
meningkatkan risiko diabetes tipe 2 pada wanita dengan diabetes kehamilan sebelumnya. Pada
wanita dengan diabetes dengan keterlibatan vaskular, penggunaan metode kontrasepsi hormonal
kombinasi merupakan kontraindikasi. Berdasarkan masalah teoritis, American College of
Obstcians and ginekolog (ACOG) merekomendasikan bahwa penggunaan kontrasepsi hormonal
kombinasi pada wanita dengan diabetes harus dibatasi untuk non-merokok, jika tidak sehat
perempuan yang lebih muda dari 35 dan tidak memiliki bukti hipertensi, nefropati, atau
retinopati. Untuk wanita dengan diabetes, dengan atau tanpa penyakit vaskular atau hipertensi
penggunaan perangkat kontrasepsi intrauterin (IUDs) atau metode kontrasepsi progestin atau
metode penghalang tidak kontraindikasi.7
 Hipertensi
Penggunaan kontrasepsi oral dapat meningkatkan tekanan darah, bahkan dengan persiapan
kontrasepsi oral kontemporer. Sebuah Tinjauan sistemik dari 22 artikel yang diterbitkan melalui
Februari 2005 menggambarkan 13 penelitian kombinasi penggunaan kontrasepsi oral dan risiko
CVD menemukan bahwa, secara keseluruhan, hipertensi dalam pengguna kontrasepsi oral
kombinasi yang ditemukan berada pada risiko yang lebih tinggi dari miokard infark (MI) dan
stroke daripada hipertensi dalam pengguna kontrasepsi oral non-kombinasi, tetapi wanita yang
memiliki tekanan darah mereka diukur sebelum memulai kontrasepsi oral kombinasi berada pada
risiko lebih rendah untuk mendapat stroke iskemik dan MI daripada wanita yang tidak memiliki
pengukuran pra-inisiasi tersebut. Karena risiko efek samping pada kehamilan meningkat pada
wanita hipertensi, ACOG merekomendasikan bahwa perempuan yang todak merokok dengan
tekanan darah baik dikendalikan oleh agen antihipertensi, di bawah usia 35 dan sebaliknya sehat
dapat mencoba metode kontrasepsi kombinasi hormon dengan pemantauan cermat; Jika tekanan
darah tetap terkontrol, penggunaan dapat dilanjutkan. Penggunaan metode hormon kombinasi
pada wanita dengan parah hipertensi (yaitu, tidak terkontrol) merupakan kontraindikasi. Metode
progestin, metode penghalang dan IUDs adalah pilihan yang tepat untuk wanita dengan
hipertensi terkontrol atau tidak terkontrol.7
 Abnormalitas Lipid
Gangguan metabolisme lipoprotein dapat menyebabkan pembentukkan aterosklerosis,
meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular (CVD), terutama infark miokard (MI). Meskipun
perubahan dalam metabolisme lipoprotein dengan penggunaan eksogen steroid telah digunakan

25
sebagai penanda pengganti untuk risiko CVD, signifikansi klinis dari efek kombinasi hormon
kontrasepsi pada lipid tidak diketahui. Perubahan lipid yang telah diamati selama penggunaan
kontrasepsi hormonal tidak selalu terkait dengan risiko terjadinya MI atau kejadian CVD
lainnya. Saat ini dosis rendah kontrasepsi hormonal kombinasi memiliki efek minimal pada
profil lipoprotein di normotensive, wanita sehat yang tidak merokok. Pengukuran kadar lipid
tidak perlu dilakukan sebelum meresepkan kontrasepsi hormonal kombinasi kecuali pada wanita
yang telah diketahui mempunyai dislipidemia, risiko CVD lainnya (misalnya, merokok, diabetes,
obesitas, hipertensi), atau sejarah pankreatitis. Pemantauan sering kadar serum lipid sampai
parameter stabil ketika dosis rendah kontrasepsi hormonal digunakan pada wanita dari segala
usia dengan dislipidemia terkontrol. Wanita dari segala usia yang memiliki dislipidemia yang
tidak terkontrol (didefinisikan sebagai low-density lipoprotein kolesterol > 160 mg/dl, high-
density lipoprotein kolesterol < 35 mg/dl atau trigliserida > 250 mg/dl) dan faktor risiko lain
untuk CVD atau wanita dengan nefropati atau retinopati harus menggunakan kontrasepsi
progestin. Metode ini termasuk Depot Medroxyprogesterone Asetat (DMPA), dan implan
etonogestrel, dan IUDs tidak memiliki efek klinis yang bermakna pada lipid dan sesuai untuk
wanita dengan dislipidemia.7
 Inherited/Acquired Thrombophilias
Pengaruh estrogen eksogen pada mekanisme pembekuan secara sinergis dapat meningkatkan
risiko trombosis pada wanita dengan thrombophilias; oleh karena itu, wanita dengan diketahui
atau diperoleh thrombophilias tidak boleh menggunakan kontrasepsi yang mengandung estrogen.
Wanita dengan sindrom trombofilik familial, termasuk faktor V Leiden mutasi, protrombin
G20210A mutasi, dan protein C, protein S, atau defisiensi antitrombin menyebabkan
peningkatan risiko tromboemboli vena selama penggunaan kontrasepsi oral dan juga
menyebabkan pembentukan tromboemboli vena lebih awal selama penggunaan dibandingkan
pengguna berisiko rendah. Metode kontrasepsi progestin, barrier dan IUDs adalah pilihan yang
tepat. Penggunaan kontrasepsi yang mengandung estrogen juga merupakan kontraindikasi pada
wanita dengan riwayat penyakit tromboemboli, tetapi metode kontrasepsi progestin, barrier dan
IUD adalah alternatif yang tepat. Namun, ACOG menyatakan bahwa keputusan individu dapat
dilakukan mengenai penggunaan kombinasi metode hormon pada wanita tersebut, jika mereka
menerima terapi antikoagulan. Pendekatan ini tampaknya masuk akal, sebagai efek trombofilik
kecil estrogen diatasi oleh terapi antikoagulan. Tes rutin untuk faktor trombofilik pada wanita

26
asimtomatik sebelum pemilihan kontrasepsi tidak diindikasikan, kecuali ada riwayat keluarga
yang kuat dari trombofilia (misalnya, VTE idiopatik dalam relatif tingkat pertama). Kebanyakan
wanita dengan thrombophilias tidak akan membentuk VTE dengan atau tanpa penggunaan
eksogen estrogen, dan risiko VTE pada kehamilan lebih tinggi untuk wanita ini daripada yang
terkait dengan kombinasi hormon kontrasepsi.7
 Prolaps katup Mitral
Prolaps katup mitral asimtomatik bukan merupakan kontraindikasi untuk menggunakan
kombinasi metode kontrasepsi hormonal. Namun, katup mitral regurgitasi, aritmia, penggantian
katup, atau adanya gejala klinis lainnya menghalangi penggunaan metode yang mengandung
estrogen, yang dapat meningkatkan risiko VTE. Metode progestin, barrier dan IUD adalah
pilihan yang tepat.7
 Obesitas
Obesitas dapat mengganggu keberhasilan kontrasepsi kombinasi oral dan transdermal. Di
antara wanita dengan berat badan lebih, kadar kehamilan yang lebih tinggi belum diamati dengan
menggunakan 150-mg intramuskular atau 106-mg subkutan formulasi dari Depot
Medroxyprogesteron Asetat (DMPA). Penggunaan kontrasepsi oral dan obesitas merupakan
risiko independen untuk VTE. Oleh karena itu, pertimbangan harus diberikan untuk metode
progestin dan intrauterin ketika konseling perempuan obesitas mengenai pilihan kontrasepsi.
Wanita obesitas mengalami risiko tinggi untuk perdarahan uterus disfungsional dan neoplasia
endometrium, penggunaan sistem intrauterin levonorgestrel dapat menjadi pilihan untuk wanita
obesitas.7
 Immobilisasi Sementara atau Berkepanjangan
Penggunaan kontrasepsi oral pada saat operasi arthroskopi telah diamati dapat meningkatkan
risiko VTE. Metode yang mengandung estrogen harus dihentikan 1 bulan sebelum operasi elektif
yang terkait dengan peningkatan risiko VTE, dan tidak dimulai sampai 1 bulan pasca operasi,
untuk menghindari peningkatan risiko perioperatif trombosis. Meskipun tidak ada data untuk
mendukung rekomendasi, metode kontrasepsi progestin atau metode barrier atau IUD sesuai
untuk digunakan pada wanita yang bersifat lumpuh atau jika tidak diimobilisasi oleh penyakit
atau cedera. Karena risiko perioperatif rendah VTE, saat ini tidak dianggap perlu untuk
menghentikan kontrasepsi kombinasi sebelum sterilisasi Laparoskopi Tubal atau prosedur bedah
singkat lainnya yang tidak diketahui terkait dengan risiko VTE ditinggikan.7

27
 Migrain
Penggunaan kombinasi hormonal kontrasepsi merupakan kontraindikasi pada wanita dengan
sakit kepala migrain disertai dengan aura (yaitu, gejala neurologis focal). Banyak studi
penggunaan kontrasepsi oral kombinasi, risiko stroke, dan migrain tidak membedakan migrain
dengan aura dari migrain tanpa aura; oleh karena itu, masih ada kekhawatiran apakah semua
pasien dengan migrain memiliki peningkatan risiko stroke dengan pil kombinasi. ACOG
menyatakan bahwa metode kombinasi hormon dapat digunakan pada wanita dengan sakit kepala
migrain yang tidak memiliki gejala neurologis fokal, tidak merokok, sehat, dan usia kurang dari
35 tahun. Metode progestin adalah pilihan yang tepat bagi wanita yang memiliki migrain dengan
aura dan tidak memiliki faktor risiko lain untuk stroke (misalnya, merokok, hipertensi). IUDs
dapat digunakan oleh perempuan dengan migrain dengan atau tanpa aura. Metode barrier lebih
disukai pada pasien migrain dengan aura.7
 Kejang
Antikonvulsan yang menginduksi enzim hati dapat menurunkan konsentrasi komponen
serum estrogen atau progestin dalam kontrasepsi oral, atau keduanya. Efek ini telah diamati
dengan fenobarbital, fenitosis, carbamazepine, oxcarbazepine, felbamate dan topiramte. Dosis
terapi vigabatrin tidak menginduksi enzim hati. Banyak penelitian telah menunjukkan
penurunan kadar serum dari kontrasepsi steroid oral selama penggunaan antikonvulsan, yang
disertai pendarahan. Berbeda dengan antikonvulsan di atas, penggunaan asam valproik,
gabapentin, tiagabine, levetiracetam, dan zonisamida tidak muncul untuk mengurangi tingkat
serum kontrasepsi steroid pada wanita menggunakan kontrasepsi oral kombinasi. Meskipun tidak
ada data farmakokinetik formal yang tersedia, penggunaan ethosuximide, yang tidak memiliki
enzim-menginduksi properti, tidak dianggap memiliki dampak pada tingkat steroid dalam
penggunaan kontrasepsi oral. Meskipun beberapa pihak merekomendasikan menggunakan 50-
mcg estrogen kombinasi oral kontrasepsi pada wanita yang mengambil enzim-inducers, ACOG
menyatakan bahwa tidak ada data yang diterbitkan mendukung rekomendasi ini.7
 Systemic Lupus Erythematosus (SLE)
Meskipun kontrasepsi yang efektif sangat penting bagi perempuan dengan SLE, keprihatinan
tentang meningkatnya aktivitas penyakit dan trombosis telah mengakibatkan klinisi jarang
meresepkan kontrasepsi kombinasi estrogen-progestin oral untuk wanita dengan penyakit ini.
Temuan dua uji acak besar mendukung keselamatan kombinasi penggunaan kontrasepsi oral

28
pada wanita dengan SLE yang tidak aktif atau stabil yang tidak memiliki tingkat antibodi
antikardiolipin yang sedang atau tinggi. ACOG merekomendasikan bahwa kontrasepsi yang
mengandung estrogen tidak digunakan oleh wanita dengan SLE dan riwayat penyakit vaskular,
nefritis, atau adanya antibodi antifosfolipid. Metode progestin tunggal, barrier dan IUD adalah
metode yang tepat untuk wanita ini.7
 Multiple Sclerosis (MS)
Data dari studi kesehatan perawat menunjukkan bahwa penggunaan kontrasepsi oral tidak
terkait dengan risiko pembentukan MS. Sebuah studi kuesioner baru-baru ini tentang gejala MS
kehamilan, postpartum, dan penggunaan kontrasepsi oral kombinasi tidak menemukan
perubahan dalam gejala, antara 64% dari wanita hamil, 59% dari wanita postpartum, dan 67%
dari kombinasi pengguna kontrasepsi oral. Tidak ada pengguna kontrasepsi oral kombinasi
melaporkan memburuknya gejala, dan 13% melaporkan peningkatan gejala, menunjukkan bahwa
tidak ada kemajuan dan kemungkinan triptofan MS selama kombinasi penggunaan kontrasepsi
hormonal. Metode kontrasepsi progestin, metode barrier dan IUDs juga pilihan yang sesuai
untuk wanita dengan MS.7
 Sickle Cell Disease
Pada individu dengan penyakit sel sabit, endapat hemoglobin abnormal menjadi kaku ketika
mengalami kekurangan oksigen. Episode vasoocclusive pada mereka yang mengidap penyakit
sel sabit berbeda dari trombosis intravaskular. Dua studi terkontrol telah dinilai penggunaan
DMPA pada wanita dengan penyakit sel sabit. Kedua ini menemukan bahwa penggunaan DMPA
mengurangi insiden krisis yang menyakitkan. Dengan demikian, DMPA mungkin sangat tepat
kontrasepsi untuk wanita dengan penyakit sel sabit. Cross-sectional studi pada wanita dengan
penyakit sel sabit telah diamati tidak ada perbedaan dalam aktivasi penanda trombosit, generasi
trombin, fibrinolisis, atau pengawet sel merah antara pengguna kombinasi kontrasepsi oral,
metode progestin-tunggal, dan non-pengguna kontrasepsi hormonal. Progestin, barrier dan IUDs
adalah pilihan kontrasepsi yang sesuai untuk wanita dengan penyakit sel sabit.7
 Depresi dan Kelainan Bipolar
Dalam analisis data dari 17 placebo-controlled trials pada perempuan menerima fluoxetine
antidepresan, tidak ada bukti klinis yang bersamaan penggunaan kontrasepsi oral kombinasi dan
fluoxetine mempengaruhi keselamatan atau kemanjuran untuk salah satu agen. Dalam studi
kohort prospektif, skor gejala depresi meningkat sedikit dari awal (metode inisiasi) setelah 1

29
tahun penggunaan DMPA, menunjukkan bahwa DMPA tidak harus memperburuk gejala pada
wanita dengan depresi yang sudah ada sebelumnya. Beberapa wanita dengan gangguan kejiwaan
mungkin mengalami kesulitan dalam mengikuti harian, mingguan, atau rejimen kontrasepsi
bulanan, sehingga IUD dan kontrasepsi implan mungkin menguntungkan alternatif. Wanita
dengan gangguan bipolar terkadang dirawat dengan obat antiepilepsi, sehingga perhatian yang
dibahas di atas juga berlaku untuk beberapa wanita dengan gangguan bipolar. IUDs mungkin
pilihan yang tepat bagi perempuan yang menggunakan obat antiepilepsi untuk mengobati
gangguan bipolar.7
 Tumor Jinak dan Ganas Payudara
Wanita dengan fibroadenoma, penyakit payudara jinak dengan hiperplasia epitel dengan atau
tanpa atypia, atau riwayat keluarga dengan kanker payudara meningkatkan risiko kanker
payudara. Meta-analisis dari 54 studi menemukan bahwa 10 tahun atau lebih setelah
menghentikan penggunaan kontrasepsi oral, risiko kanker payudara pada bekas dan tidak pernah
pengguna kontrasepsi oral identik. Baru-baru ini, studi oleh Institut Kesehatan Nasional tidak
menemukan peningkatan risiko kanker payudara dengan penggunaan kontrasepsi oral saat ini
atau masa lalu. Tidak ada perbedaan yang signifikan dalam hasil keseluruhan dicatat untuk
waktu sejak terakhir penggunaan kontrasepsi oral, durasi penggunaan, usia pada penggunaan
pertama, usia pada penggunaan terakhir, atau riwayat keluarga kanker payudara. Studi perawatan
wanita juga tidak menemukan peningkatan risiko kanker payudara dikaitkan dengan penggunaan
DMPA.7

BAB 3
KESIMPULAN

30
Kontrasepsi ialah suatu usaha-usaha untuk mencegah terjadinya kehamilan. Wanita dari
segala usia yang mencari metode pencegahan kehamilan menunjukkan bahwa kemudahan dan
kenyamanan penggunaan adalah faktor penting yang mempengaruhi pilihan mereka. Pada wanita
dengan banyak kondisi medis, kehamilan meningkatkan risiko perburukan penyakit,
komorbiditas, dan kematian. Risiko tinggi tersebut menggarisbawahi pentingnya kontrasepsi
yang efektif untuk membantu wanita dengan kondisi medis menghindari kehamilan atau
menunda sampai kontrol terapeutik yang optimal dari kondisi yang mendasari tercapai.
Untungnya, berbagai metode kontrasepsi yang sangat efektif dengan karakteristik yang berbeda
tersedia. Keakraban penyedia layanan kesehatan dengan manfaat atau profil risiko dari metode
ini dapat meningkatkan pemilihan kontrasepsi yang tepat bagi wanita dengan berbagai kondisi
medis. Dalam hal ini setiap calon peserta KB (akseptor KB) bebas dalam menentukan dan
memilih jenis alat dan obat kontrasepsi yang paling cocok untuk dirinya. Untuk dapat memilih
mana alat atau obat kontrasepsi yang kiranya cocok untuk mereka baik dalam hal rasionalitas,
efektivitas dan efisiensi, maka masyarakat harus dapat memperoleh informasi yang benar, jujur,
dan terbuka mengenai kelebihan, kekurangan, efek samping, dan kontrasindikasi dari masing-
masing alat atau obat tersebut dari para penyelenggara KB tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

31
1. Saifuddin A B. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Edisi Pertama cetakan
Keempat. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo; 2003.
2. Wiknjosastro H. Ilmu Kandungan. Edisi ketiga cetakan pertama. Jakarta: PT Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo; 2011
3. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan Dasar dan Rujukan WHO. Edisi
Pertama. 2013
4. Casanova R, Chuang A, Goepfert A. Beckmann and Ling’s obstetrics and gynecology. 8th
edition. Library of Congress Cataloging-in-Publication Data: China; 2019
5. Cunningham F G, Gant NF. Williams Obstetri. Edisi ke-25.Volume 1. United States:
McGraw-Hill Education; 2018
6. Saifuddin A B. Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Edisi pertama cetakan kedua.
Jakarta, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. 2001
7. Medical Disorders and Contraception. Access from:
http://www.womenshealthsection.com/content/print.php3?title=gyn025&cat=3. [Access on
6th March 2020]

32

Anda mungkin juga menyukai