Anda di halaman 1dari 9

ABSTRAK :

Komunikasi dan empati merupakan hal yang penting dalam hubungan dokter dan

pasien.Hubungan ini dapat menjadi lebih nyaman satu dengan yang lain bila ada

komunikasi efektif maupun empati. Komunikasi ini terdiri pula atas komunikasi verbal

dan non verbal yang memliki pemahaman yang berbeda bila dilakukan. Komunikasi ini

pula dapat menimbulkan suatu perilaku sehat dari atau kepada orang lain.

KATA KUNCI : Komunikasi, empati, komunikasi verbal, komunikasi non verbal,

perilaku sehat.

ABSTRACT :

Communication and empathy is important thing in connection between doctor and

patient. This connection can be more comfortable between each other if have effective

communication also empathy. This communication consist of verbal communication and

non verbal communication which have different meaning in use. This communication can

also make healthy behavior from or to each other.

KEYWORD : Communication, empathy, verbal communication, non verbal

communication, healty behavior.


BAB 1 PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG

Kemajuan teknologi sekarang ini berkembang semakin pesat,salah satunya merupakan

perkembangan dibidang biologi dan ilmu kedokteran. Dalam ilmu kedokteran,terdapat

kemampuan-kemampuan dasar yang harus dikuasai oleh para dokter. Seorang dokter

harus berhadapan,dan berkomunikasi dengan baik kepada pasien. Selain dari kemampuan

berkomunikasi,seorang dokter juga dapat membangun rasa empati terhadap pasien yang

ditangani

Penguasaan dan penerapan komunikasi dan empati harus dikuasai oleh seorang

dokter,karena kedua hal tersebut salah satu kemampuan dasar untuk menentukan tindakan

yang harus diambil seorang dokter kepada pasien jika menghadapi kasus

Skenario yang digunakan

Dalam suatu kunjungan sosial, seorang mahasiswa mendapat kesempatan untuk

mewawancarai seorang nenek berusia 80 tahun yang sudah sering lupa dan

pendengarannya sudah berkurang apa yang harus dilakukan mahasiswa itu ??


A. .Identifikasi Istilah yang Tidak Diketahui

Tidak ada

B. Rumusan Masalah

Seorang mahasiswa diminta mewawancarai seorang nenek yang berusia 80

tahun yang sudah mulai mengalami masalah pendengaran dan sering lupa

Hipotesis

Seorang Mahasiswa dapat berkomunikasi baik dengan seorang nenek berusia 80 tahun

yang sering lupa dan pendengarannya kurang baik apabila menggunakan komunikasi

empati

Sasaran Pembelajaran

1) Mampu menggunakan komunikasi dan empati saat berinteraksi dengan orang lain

2) Mampu menerapkan ilmu perilaku pada orang lain

1.2 Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan makalah ilmiah ini adalah agar mahasiswa Fakultas Kedokteran

UKRIDA dapat memahami mengenai komunikasi dan empati serta dapat

menerapkannya,baik dalam menangani pasien maupun kepada masyarakat sekitar.


Bab 2.Pembahasan

2.1 Defenisi Komunikasi dan Empati

Komunikasi berasal dari kata communis, dalam bahasa Inggris common,yang berarti
[1]
”sama” Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, komunikas adalah pengiriman pesan

antara dua orang atau lebih dengan cara yang tepat sehingga pesan tersebut dapat

dipahami. Komunikasi merupakan proses kompleks(verbal dan non verbal) yang

melibatkan tingkah laku dan hubungan serta memungkinkan individu bersosiasi dengan

orang lain dan orang di sekitarnya.[2]

Komunikasi : tingkah laku verbal/nonverbal yang disampaikan seseorang sebagai

pemberi pesan kepada orang lainnya sebagai penerima pesan, dengan maksud agar isi

pesan dapat mempengaruhi tingkah laku orang yang menerima pesan. ( De Vito Joseph

2002)3

Berdasarkan definisi diatas, komunikasi terbagi atas 2 : Komunikasi verbal dan

Komunikasi nonverbal.

3.1.1    Komunikasi verbal

Komunikasi verbal adalah komunikasi menggunakan kata-kata maupun berupa tulisan.


Komunikasi Verbal mencakup aspek-aspek berupa ;

a) Vocabulary (perbendaharaan kata-kata). Komunikasi tidak akan efektif bila pesan

disampaikan dengan kata-kata yang tidak dimengerti, karena itu olah kata menjadi

penting dalam berkomunikasi.

b) Racing (kecepatan). Komunikasi akan lebih efektif  dan sukses bila kecepatan

bicara dapat diatur dengan baik, tidak terlalu cepat atau terlalu lambat.

c) Intonasi suara: akan mempengaruhi arti pesan  secara dramatik sehingga pesan

akan menjadi lain artinya  bila diucapkan dengan intonasi suara yang berbeda.

Intonasi suara yang tidak proposional merupakan hambatan dalam berkomunikasi.

d) Humor: dapat meningkatkan kehidupan yang bahagia. Dugan (1989),

memberikan catatan bahwa dengan tertawa dapat membantu menghilangkan 

stress dan nyeri. Tertawa mempunyai hubungan fisik dan psikis dan harus diingat

bahwa humor adalah merupakan  satu-satunya selingan dalam berkomunikasi.

e) Singkat dan jelas. Komunikasi  akan efektif bila disampaikan secara singkat dan

jelas, langsung pada pokok permasalahannya sehingga lebih mudah dimengerti.

f) Timing (waktu yang tepat) adalah hal kritis yang perlu diperhatikan karena

berkomunikasi akan berarti bila seseorang  bersedia untuk berkomunikasi, artinya

dapat menyediakan waktu untuk mendengar atau memperhatikan apa yang

disampaikan.

3.1.2        Komunikasi Non Verbal

Komunikasi non verbal adalah penyampaian pesan tanpa kata-kata  dan komunikasi non

verbal memberikan arti  pada komunikasi verbal.

Yang termasuk komunikasi non verbal :

a.       Ekspresi wajah  


Wajah merupakan sumber yang kaya dengan komunikasi, karena ekspresi wajah

cerminan suasana emosi seseorang.

b.      Kontak mata, merupakan sinyal alamiah untuk berkomunikasi. Dengan mengadakan

kontak mata selama berinterakasi  atau tanya jawab berarti orang tersebut terlibat dan

menghargai lawan bicaranya dengan kemauan untuk memperhatikan  bukan sekedar

mendengarkan. Melalui kontak mata  juga memberikan kesempatan pada orang lain

untuk mengobservasi yang lainnya

c.       Sentuhan  adalah bentuk komunikasi personal  mengingat sentuhan lebih bersifat

spontan dari pada komunikasi verbal. Beberapa pesan  seperti perhatian yang sungguh-

sungguh, dukungan emosional, kasih sayang  atau simpati dapat dilakukan melalui

sentuhan.

d.      Postur tubuh dan gaya berjalan. Cara seseorang berjalan, duduk, berdiri dan bergerak

memperlihatkan ekspresi dirinya. Postur tubuh dan gaya berjalan merefleksikan emosi,

konsep diri, dan tingkat kesehatannya.

e.       Sound (Suara). Rintihan, menarik nafas panjang, tangisan  juga salah satu ungkapan 

perasaan  dan pikiran  seseorang yang dapat dijadikan komunikasi. Bila dikombinasikan

dengan semua bentuk komunikasi  non verbal lainnya  sampai desis  atau suara  dapat

menjadi pesan yang sangat  jelas.

f.       Gerak isyarat, adalah yang dapat mempertegas pembicaraan . Menggunakan isyarat

sebagai bagian total dari komunikasi  seperti mengetuk-ngetukan kaki atau mengerakkan

tangan  selama berbicara menunjukkan seseorang dalam keadaan  stress  bingung atau

sebagai upaya untuk menghilangkan stress

Komunikasi non verbal sangat berguna dalam kasus sesuai skenario dimana sang

mahasiswa tersebut menghadapi seorang nenek yang pendengaranya telah berkurang


3.1.3 Empati

kemampuan dengan berbagai definisi yang berbeda yang mencakup spektrum yang luas,

berkisar pada orang lain yang menciptakan keinginan untuk menolong, mengalami emosi

yang serupa dengan emosi orang lain, mengetahui apa yang orang lain rasakan dan

pikirkan, mengaburkan garis antara diri dan orang lain.4

Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Komunikasi

Komunikasi pasti di pengaruhi oleh beberapa faktor yang di lihat dari lawan bicara

seperti contohnya seorang lansia, komunikasi dengan seorang lansia dipengaruhi

beberapa faktor, antara lain :

A.Faktor Fisik : Seorang nenek berumur 80 tahun biasanya tidak memiliki fisik seperti

layaknnya orang dewasa, pasti sudah ada beberapa fungsi tubuh yang menurun fungsinya,

seperti dalam skenario ini sang nenek mengalami kesulitan pendengaran,sehingga sang

mahasiswa harus berempati kepada nenek tersebut dan memaklumi keadaanya.

B.Faktor Sosial :Faktor social dari seorang manula, mungkin saja sudah tidak seperti

dulu, tidak dapat aktif dalam lingkungan, memiliki relasi yang tidak lagi banyak seperti

dulu dan sebaginya.

C.Faktor Mental :Mental seseorang mempengaruhi cara ia berpikir, menanggapi

sesuatu, dan kelakuanya. Seorang lansia sudah pasti mengalami penurunan mental,seperti

kita lihat di dalam seperti kita lihat dalam skenario sang nenek sudah mengalami

gangguan ingatan yang sering lupa. Itu artinya sang mahasiswa harus berempati kepada

nenek tersebut, dan tidak marah-marah apabila nenek tersebut kesulitan menjawab

pertnyaan dan sering lupa, melainkan mahasiswa harus bersikap sabar dan berempati.

3.1.4 Analisia Transaksional


Analisis transaksional sebenarnya bertujuan untuk mengkaji secara mendalam proses

transaksi (siapa-siapa yang terlibat di dalamnya dan pesan apa yang dipertukarkan).

Sikap dasar ego yang mengacu pada

a). sikap orangtua (Parent= P. exteropsychic);

Sikap orangtua yang diwakili dalam perilaku dapat terlihat dan terdengar dari tindakan

maupun tutur kata ataupun ucapan-ucapannya.Seperti tindakan menasihati orang lain,

memberikan hiburan, menguatkan perasaan, memberikan pertimbangan, membantu,

melindungi, mendorong untuk berbuat baik

b).sikap orang dewasa (Adult=A. neopsychic);

Mengambil kesimpulan, keputusan berdasarkan fakta-fakta yang ada. Suka bertanya,

mencari atau menunjukkan fakta-fakta, bersifat rasional dan tidak emosional, bersifat

objektif dan sebagainya.

c).dan ego anak (Child = C, arheopsychic).

yang ditunjukkan dalam sikap ingin tahu, berkhayal, kreatif, memberontak. Sebaliknya

yang bersifat adapted child (AC) adalah mengeluh, ngambek, suka pamer, dan bermanja

diri.

Kesimpulan dari skenario

Komunikasi yang efektif akan terwujud jika kita berempati kepada lawan bicara kita, itu

artinya kita harus menerima lawan bicara kita apa adanya, dan menghargainya, dengan

berempati, komunikasi dapat berjalan dengan lancar tanpa adannya cek-cok. Dan kita
juga harus dapat melakukan mendengar aktif, dimana kita tidak hanya mendengar pasien

tapi juga memperhatikan apapun yang di lakukan lawan bicara

DAFTAR PUSTAKA

1) Maulana H D J. Promosi Kesehatan. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta,

2007

2) Gunarsa S D. Konseling dan Psikoterapi. Penerbit BPK Gunung Mulia. Jakarta,

2007

3) Baron, Byrne. Psikologi Sosial. Ed. 2. Jakarta: Erlangga.h. 111

4) Hodges, S.D., & Klein, K.J. Regulating the costs of empathy: the price of being

human. Journal of Socio-Economics. 2001

5) Analisa transaksional.Diunduh pada tanggal 23 Oktober 2016 dari:

http://www.scribd.com/doc/46374996/14-ANALISA-TRANSAKSIONAL

Anda mungkin juga menyukai