Anda di halaman 1dari 10

PROPOSAL

TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK SOSIALISASI


SESI III: KEMAMPUAN KLIEN BERCAKAP-CAKAP

Disusun oleh :

1. Alfina Choirunisa (1902040)

2. Angga Daniel Rio Syaputra (1902041)

3. Anggita Rizki Kumala (1902042)

4. Aprilia Saputri (1902043)

5. Atik Surahmiyati (1902044)

6. Aulia Nur Rahmawati (1902045)

7. Bella Gunta Agesang Mukti (1902046)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH


KLATEN 2019/2020
2

A. Latar Belakang
Sosialisasi adalah kemampuan untuk berhubungan dan berinteraksi
dengan orang lain. Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi (TAKS)
merupakan salah satu terapi yang penting untuk meningkatkan hubungan
interpersonal yang diawali dengan individu dalam kelompok. Upaya TAKS
memfasilitasi sosialisasi sejumlah klien dengan perilaku isolasi sosial secara
kelompok. Pelaksanaan terapi aktivitas kelompok sosialisasi dilakukan
selama tujuh sesi untuk melatih kemampuan interaksi sosial pasien. Tujuan
dari pemaparan tulisan ini adalah mengetahui pengaruh terapi aktivitas
kelompok sosialisasi (TAKS) terhadap kemampuan interaksi sosial pada
pasien dengan masalah isolasi sosial (Hastutiningtyas, 2016). Di era
globalisasi akan terjadi berbagai masalah pada masyarakat baik fisik maupun
kejiwaan. Salah satu jenis gangguan jiwa berat yang banyak diderita oleh
masyarakat adalah skizofrenia. Gejala skizofrenia sendiri adalah gangguan
fungsi sosial atau isolasi sosial (Sari, 2016). Penurunan sosialisasi dapat
terjadi pada klien yang menarik diri atau mengalami isolasi sosial sehingga
individu menghindari interaksi dengan orang lain. Apabila individu memiliki
mekanisme koping yang adaptif maka peningkatan sosialisasi akan lebih
mudah dilakukan. Sedangkan individu yang memiliki mekanisme koping
maladaptif akan menimbulkan masalah yang lebih banyak dan lebih buruk
apabila tidak segera diberikan penanganan atau terapi. Dampak yang dapat
ditimbulkan apabila individu menarik diri antara lain adalah kerusakan
komunikasi verbal dan nonverbal, gangguan hubungan interpersonal,
gangguan interaksi sosial, dan resiko perubahan persepsi sensori (halusinasi).
Apabila tidak diatasi dengan segera maka akan dapat membahayakan diri
sendiri, orang lain, maupun lingkungan. Pada sesi ini terapi difokuskan untuk
meningkatkan kemampuan klien untuk bercakap-cakap.

B. Landasan teori
Isolasi sosial merupakan percobaan unuk menghindari interaksi
dengan orang lain dan menghindari hubungan dengan orang lain (Keliat,
2011). Isolasi sosial adalah keadaan di mana individu mengalami penurunan
atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain di
3

sekitarnya; klien mungkin merasa ditolak, tidak diterima, kesepian, dan tidak
mampu membina hubungan yang berarti dengan orang lain (Yosep, 2010).
Terapi aktivitas kelompok sosialisasi merupakan salah satu terapi
modalitas keperawatan jiwa dalam rangka pencapaian penyesuaian
psikologis, perilaku dan pencapaian adaptasi optimal klien. Tujuan yang
ditetapkan didasarkan pada kebutuhan dan masalah yang dihadapi oleh
sebagian besar peserta. Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) sosialisasi adalah
upaya memfasilitasi kemampuan klien dalam meningkatkan sosialisasi
(Prabowo, 2015).

C. Tujuan
1. Tujuan Umum (TUM)
Tujuan umum untuk TAK sosialisasi sesi III ini adalah agar klien mampu
bercakap-cakap dengan anggota kelompok.
2. Tujuan Khusus (TUK)
Tujuan khusus dari TAK sosialisasi sesi III ini adalah:
a. Klien mampu mengajukan pertanyaan tentang kehidupan pribadi
kepada satu orang anggota kelompok
b. Klien mampu menjawab pertanyaan tentang kehidupan pribadi.

D. Pengorganisasian
Struktur organisasi dalam TAK sesi 1 ini antara lain:
a. Leader : Angga Daniel Rio Syaputra
b. Co-leader : Anggita Rizki Kumala
c. Fasilitor : Alfina Choirunisa, Atik Surahmiyati
d. Observer : Aprilia Saputri
e. Operator : Aulia Nur Rahmawati, Bella Gunta Agesang Mukti
E. Tugas dan Peran
1. Leader:
a. Menyiapkan proposal kegiatan TAKS
b. Menyampaikan tujuan dan peraturan kegiatan TAK sebelum kegiatan
dimulai.
c. Menjelaskan aturan permainan
d. Mampu memotivasi anggota untuk aktif dalam kelompok.
e. Mampu memimpin TAK dengan baik dan tertib.
4

f. Menetralisir bila ada masalah yang timbul dalam kelompok.

2. Co-leader:
a. Mendampingi leader.
b. Menyampaikan informasi dari fasilitator ke leader tentang aktivitas
klien.
c. Mengingatkan leader jika kegiatan menyimpang dari perencanaan
yang telah dibuat.
d. Mengambil alih posisi leader jika leader mengalami blocking dalam
proses terapi.
3. Fasilitator :
a. Menyediakan fasilitas selama kegiatan berlangsung.
b. Ikut serta dalam kegiatan kelompok.
c. Memfasilitasi dan memberikan stimulus dan motivator kepada
anggota kelompok untuk aktif mengikuti jalannya terapi.
4. Observer :
a. Mengobservasi jalannya proses kegiatan.
b. Mengamati serta mencatat perilaku verbal dan nonverbal klien selama
kegiatan berlangsung pada format yang tersedia.
c. Mengawasi jalannya aktivitas kelompok mulai dari persiapan, proses,
hingga penutupan.
5. Operator :
a. Mengatur alur permainan (menghidupkan dan mematikan musik).
b. Timer (mengatur waktu).
Mengamati serta mencatat perilaku verbal dan nonverbal klien selama
kegiatan.
F. Karakteristik Klien
Karakteristik klien yang mengikuti TAK sesi III ini antara lain:
1. Klien dengan halusinasi atau riwayat halusinasi
2. Klien yang sudah mulai kooperatif
3. Klien yang mampu berbicara
4. Jumlah klien 5 orang

G. Alat
5

Alat yang akan digunakan dalam TAK sesi III ini adalah:
1. Audio player
2. Bola kecil
3. Buku catatan dan pulpen
4. Jadwal harian klien

H. Seting Tempat
Peserta dan terapis duduk bersama dalam lingkaran di ruangan yang
nyaman dan tenang.

CL L
K

K
K

F F

K K

K K OP
F

Keterangan:
K: Klien L: Leader
O: Observer F: Fasilitator

I. Metode
Metode yang akan digunakan dalam TAK sesi III ini adalah:
1. Dinamika kelompok
2. Diskusi dan tanya jawab
3. Bermain peran atau stimulasi

J. Rincian Kegiatan
Adapun rincian kegiatan TAK sesi III ini dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Waktu pelaksanaan : Pukul 07.40 – 08.20 WIB
b. Hari / Tanggal : Kamis, 1 April 2021
c. Alokasi Waktu
6

a) Fase Orientasi : 5 menit


b) Fase Kerja : 30 menit
c) Fase Terminasi : 5 menit
d. Tempat : Ruang Laboratorium
e. Jumlah Klien : 5-7 orang

K. Langkah-langkah Kegiatan
1. Persiapan
a. Mengingatkan kontrak dengan anggota kelompok (pada terminasi Sesi
II TAKS).
b. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan.
2. Persiapan
a. Salam terapeutik
1. Memberi salam terapeutik
2. Peserta dan terapis memakai papan nama.
b. Evaluasi/ Validasi
1. Menanyakan perasaan klien saat ini.
2. Menanyakan apakah klien telah mencoba berkenalan dengan
orang lain.
c. Kontrak
a) Terapis menjelaskan tujuan kegiatan yaitu bertanya dan
menjawab tentang kehidupan pribadi.
b) Terapis menjelaskan aturan main berikut :
1. Jika ada klien yang ingin meninggalkan kelompok,
harus minta izin kepada terapis
2. Lama kegiatan 40 menit
3. Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai
selesai
3. Tahap kerja
a. Hidupkan audio player dan edarkan bola berlawanan dengan arah jarum
jam.
b. Pada saat musik dihentikan, anggota kelompok yang memegang bola
mendapat giliran untuk bertanya tentang kehidupan pribadi anggota
kelompok yang ada di sebelah kanan dengan cara:
1. Memberi salam
7

2. Memanggil panggilan
3. Menanyakan kehidupan pribadi: keluarga, sekolah, atau
pekerjaan.
4. Dimulai oleh terapis sebagai contoh
c. Ulangi a dan b sampai semua anggota kelompok mendapat giliran.
d. Beri pujian untuk tiap keberhasilan anggota kelompok dengan memberi
tepuk tangan.

4. Tahap terminasi
a. Evaluasi
1. Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAKS
2. Terapis memberikan pujian atas keberhasilan kelompok
b. Rencana tindak lanjut
1. Menganjurkan tiap anggota kelompok bercakap-cakap tentang
kehidupan pribadi dengan orang lain pada kehidupan sehari-hari.
2. Memasukkan kegiatan bercakap-cakap pada jadwal kegiatan
harian klien.
c. Kontrak yang akan datang
1. Menyepakati kegiatan berikut, yaitu menyampaikan dan
membicarakan topik pembicaraan tertentu.
2. Menyepakati waktu dan tempat.

L. Evaluasi dan Dokumentasi


a. Evaluasi
Evaluasi dilakukan pada saat TAK berlangsung, khususnya pada
tahap kerja. Aspek yang dievaluasi adalah kemampuan klien sesuai
dengan tujuan TAKS. TAKS sesi III dievaluasi kemampuan verbal dalam
bertanya dan menjawab pada saat bercakap-cakap seta kemampuan
nonverbal dengan menggunakan formulir evaluasi berikut:
8

Sesi III: TAKS


Kemampuan bercakap-cakap

a. Kemampuan verbal: Bertanya


Nama Klien
No. Aspek yang dinilai
1. Mengajukan pertanyaan yang
jelas
2. Mengajukan pertanyaan yang
ringkas
3. Mengajukan pertanyaan yang
relevan
4. Mengajukan pertanyaan secara
spontan
Jumlah

b. Kemampuan verbal: Menjawab


Nama Klien
No. Aspek yang dinilai
1. Menjawab secara jelas
2. Menjawab secara ringkas
3. Menjawab secara relevan
4. Menjawab secara spontan
Jumlah

c. Kemampuan nonverbal
Nama Klien
No. Aspek yang dinilai
1. Kontak mata
2. Duduk tegak
3. Menggunakan bahasa tubuh
yang sesuai
4. Mengikuti kegiatan dari awal
sampai akhir
Jumlah

Petunjuk:
1. Tulis nama panggilan klien di bawah judul nama klien.
2. Untuk tiap klien, semua aspek dinilai dengan memberi tanda (√) jika
ditemukan pada klien dan tanda (-) jika tidak ditemukan.
3. Jumlahkan kemampuan yang ditemukan. Jika mendapat nilai 3 atau 4,
klien mampu; jika ≤ 2 klien dianggap belum mampu.
9

d. Dokumentasi.
Dokumentasikan kemampuan yang dimiliki klien saat mengikuti TAKS
pada catatan proses keperawatan tiap klien. Misalnya, nilai kemampuan verbal
bertanya 2, kemampuan verbal menjawab 2 dan kemampuan nonverbal 2, maka
catatan keperawatan adalah klien mengikuti TAKS sesi III, klien belum mampu
bercakap-cakap secara verbal dan nonverbal. Dianjurkan latihan diulang di
ruangan (buat jadwal).
10

DAFTAR PUSTAKA

Keliat, B., dan Akemat, P. (2015). Keperawatan Jiwa: terapi aktivitas kelompok,
edisi 2. Jakarta: EGC.
Keliat, B. (2011). Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas. Jakarta: EGC.
Hastutiningtyas (2016) ‘Peran Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi Terhadap
Kemampuan Interaksi Sosial Dan Maslah Isolasi Sosial’, Jurnal care, 4(3),
pp. 62–69.
Sari, D. N. (2016) PENGARUH TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK SOSIALISASI
SESI 1-3 TERHADAP KEMAMPUAN BERCAKAP-CAKAP KLIEN ISOLASI
SOSIAL DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH ATMA HUSADA MAHAKAM
PROVINSI KALIMANTAN TIMUR.
Prabowo, E. (2015). Konsep dan Aplikasi Asuhan Keperawatan Jiwa. Jakarta:
NucMed.
Yosep, I. (2010). Keperawatan Jiwa. Bandung: Refika Aditama.

Anda mungkin juga menyukai