BAB I
PENDAHULUAN
Bahasa merupakan alat yang berfungsi sebagai sarana komunikasi yang sangat
gagasan, pendapatnya kepada orang lain melalui bahasa. Menurut Tarigan (1989:4)
bahasa adalah suatu sistem yang sistematis dan juga sistem generatif. Bahasa adalah
Di zaman modern seperti sekarang ini beberapa bahasa asing menjadi populer
dan banyak digunakan oleh beberapa negara di dunia. Selain bahasa Inggris dan
bahasa Cina, bahasa Jepang juga merupakan salah satu bahasa yang dianggap penting
pengaruhnya oleh negara lain karena memiliki kemajuan dalam bidang teknologi,
ekonomi, dan kebudayaan sehingga banyak orang yang tertarik untuk mempelajari
bahasa Jepang.
bahasa Jepang S(Subjek) - O(Objek) - P(Predikat), perbedaan lafal dan intonasi, serta
Hal ini terjadi pada saat peneliti melakukan Program Pengalaman Lapangan di
yang optimal. Siswa berbicara tidak lancar, kemudian ada pula siswa yang tidak mau
berbicara ketika disuruh oleh guru karena takut jawabannya salah. Namun ada juga
siswa yang berani berbicara dengan bahasa Jepang, akan tetapi pola kalimat yang
digunakan tidak tepat. Kondisi ini menyebabkan pembelajaran di kelas tidak berjalan
dengan lancar.
menggunakan bahasa Jepang. Karena dengan berbicara, siswa mampu bertanya dan
rutin akan terjadi proses pembiasaan. Setelah terbiasa maka pembelajar akan
kanji, kosakata dan pola kalimat. Pembelajar bahasa Jepang sering mengalami
kesulitan dalam menghafal kosakata dan pola kalimat karena bahasa Jepang tidak
diperkenalkan sejak sekolah dasar sehingga menjadi mata pelajaran yang baru bagi
pembelajar.
tidak fokusnya siswa dalam menyimak pelajaran ketika guru sedang mengajar serta
siswa tidak mau membaca teks percakapan ketika disuruh oleh guru. Untuk
meningkatkan motivasi dalam proses belajar mengajar perlu adanya variasi strategi
Proses belajar sering diartikan sebagai proses perubahan tingkah laku dalam
suatu situasi. Situasi belajar ditandai dengan tujuan belajar ataupun suatu upaya untuk
mencapai sesuatu yang ditetapkan dan diterima oleh pembelajar. Suatu proses belajar
menjadi maksimal berkat adanya motivasi. Motivasi dan belajar merupakan dua hal
yang saling berkaitan dan memengaruhi. Motivasi adalah dorongan dasar yang
menggerakkan seseorang bertingkah laku. Hal ini sesuai dengan pernyataan yang
dikemukakan oleh Hamzah (2007:1) bahwa dorongan ini berada pada diri seseorang
yang menggerakkan untuk melakukan sesuatu yang sesuai dengan dorongan dalam
dirinya. Apabila siswa memiliki motivasi yang kuat maka mempunyai keinginan
melaksanakan tugas untuk mencapai tujuan belajar. Namun siswa terkadang merasa
bosan dengan kegiatan belajar sehari – hari. Kegiatan pembelajaran yang monoton
dan kurang menarik menjadi penyebab siswa merasa bosan dan kurang termotivasi.
Ketika siswa tidak memiliki motivasi, maka akan sulit bagi siswa untuk dapat
belajar dalam mendorong dan mempertahankan motivasi siswa untuk belajar. Model
pembelajaran ini berkaitan erat dengan motivasi siswa terutama motivasi untuk
C. Pembatasan Masalah
Dalam penelitian ini penulis memberi batasan pada beberapa hal, yaitu :
bahasa Jepang siswa kelas XI IPS MAN 13 Jakarta sebelum dan sesudah
pembelajaran ARCS
D. Perumusan Masalah
berikut:
ARCS ?
ARCS
F. Lingkup Penelitian
a. Lingkup Materi
Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah pola kalimat yang
bersumber dari buku pelajaran bahasa Jepang “Sakura” jilid 1 dan jilid 2
yaitu :
ka)
Bab 20 dengan tema「どんなふくをきていますか.」(Donna fuku o
arimasu ka)
1. Waktu Penelitian
2. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di MAN 13, Jl. H.Syukur, Lenteng Agung, Jakarta
Selatan.
H. Manfaat Penelitian
sebagai berikut :
1. Manfaat teoritis
serta motivasi siswa dalam belajar bahasa Jepang sebagai usaha untuk
2. Manfaat Praktis
1. Bagi guru
motivasi.
2. Bagi siswa
3. Bagi mahasiswa
LANDASAN TEORI
A. Deskripsi Teoritis
1.Pengertian Pembelajaran
proses belajar siswa dan tidak menghambatnya. Salah satu komponen dari
maksimal. Artinya siswa tidak hanya mendengar dan mencatat akan tetapi
konstruksikan sendiri
kondisi belajar untuk mendukung proses belajar siswa secara aktif yang
2. Taksonomi Bloom
yaitu yang dikenal sebagai domain atau ranah kognitif, ranah afektif, dan
ranah psikomotorik.
dengan aspek-aspek intelektual atau secara logis yang bisa diukur dengan
Pengetahuan (Knowledge)
Pemahaman (Comprehension)
Penerapan (Aplication)
Penguraian (Analisis)
Memadukan (Synthesis)
Penilaian (Evaluation)
Pada kawasan kognitif erat kaitannya dengan salah satu aspek dalam
Penerimaan (Receiving/attending)
Sambutan (Responding)
Penilaian (Valuing)
Pengorganisasian (Organization)
Karakterisasi (Characterization)
berkaitan dengan minat siswa, rasa percaya diri, serta kepuasan siswa
proses pembelajaran.
Kesiapan (set)
Meniru (imitation)
Membiasakan (habitual)
Adaptasi (adaption)
a. Perbedaan huruf
Huruf kanji merupakan salah satu aspek yang sulit bagi para siswa
di telinga mereka.
4. Pengertian Motivasi
Setiap orang memiliki daya penggerak untuk mencapai tujuan yaitu suatu
motivasi. Istilah motivasi berasal dari kata motif yang dapat diartikan sebagai
makan karena lapar, ingin mendapat kasih sayang, ingin mendengarkan musik
keinginan, arah, intensitas, dan keajegan perilaku yang diarahkan oleh tujuan.
yaitu suatu dorongan dalam diri individu karena adanya suatu rangsangan baik
dari dalam maupun dari luar untuk memenuhi kebutuhan individu dan
individu.
5. Fungsi Motivasi
yaitu:
didik.
didik.
3. Motivasi merupakan alat untuk memberikan direksi terhadap pencapaian
tujuan pembelajaran.
bermakna
Menurut (Uno, 2008:27) terdapat tiga peranan motivasi dalam belajar dan
pembelajaran, yaitu :
dan hanya dapat dipecahkan berkat bantuan hal-hal yang pernah dilaluinya.
bantuan tabel logaritma. Tanpa bantuan tabel tersebut anak itu tidak dapat
peran motivasi yang dapat menimbulkan penguatan belajar. Begitu pula ketika
bantuan kamus bahasa Jepang tersebut anak itu tidak menyelesaikan tugas
bahasa Jepang.
hal apa di lingkungan anak yang dapat memperkuat perbuatan belajar. Untuk
itu seorang guru perlu memahami suasana tersebut, agar dia dapat membantu
lingkungan siswa sebagai bahan penguat belajar. Hal itu tidak cukup dengan
penting adalah mengaitkan isi pelajaran dengan perangkat apa pun yang
dengan kemaknaan belajar. Anak akan tertarik untuk belajar sesuatu, jika yang
dipelajari itu sedikitnya sudah dapat diketahui atau dinikmati manfaatnya bagi
anak. Sebagai contoh, anak akan termotivasi belajar elektronik karena tujuan
pengalaman itu, anak makin hari makin termotivasi untuk belajar, karena anak
memperoleh hasil yang baik. Dalam hal itu, tampak bahwa motivasi untuk
kurang atau tidak memiliki motivasi untuk belajar, maka dia tidak tahan lama
belajar. Dia mudah tergoda untuk mengerjakan hal yang lain dan bukan
ketekunan belajar.
motivasi siswa untuk belajar. Model pembelajaran ini berkaitan erat dengan
ARCS sendiri adalah akronim dari bentuk sikap siswa yakni attention
semangat belajar siswa secara optimal dengan memotivasi diri siswa sehingga
didapatkan hasil belajar yang optimal. Menurut Awoniyi, dkk (1997:30)
1. Memberikan petunjuk aktif dan memberi arahan tentang apa yang harus
2. Cara penyajian materi dengan model pembelajaran ARCS ini bukan hanya
menciptakan rasa percaya diri dalam diri siswa, dan menimbulkan rasa
bahasa dan kata-kata yang dirangkai dalam susunan bahasa yang lebih
lengkap seperti frasa, kalimat, dan wacana lisan yang lebih panjang seperti
1. Kemudahan berbicara
2. Kejelasan
Dalam hal ini peserta didik berbicara dengan tepat dan jelas, baik
3. Bertanggung jawab
utama program ini. Di sini peserta didik perlu belajar untuk dapat
begitu.
5. Membentuk kebiasaan
latihan berbicara pada siswa dalam hal ini siswa SMA masih
B. PENELITIAN RELEVAN
sebelumnya :
Rakyat”.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Dea Dwi
metode ceramah.
metode ceramah.
C. KONSEP
diri pada siswa, dan menumbuhkan rasa puas pada siswa terhadap
D. RUMUSAN HIPOTESIS
E. DEFINISI ISTILAH
1. Komunikasi
コミュニケーション は双方向的なものであり、相互の協力に
よって成り立つものです。
timbal balik.
F. DEFINISI OPERASIONAL
a. Efektivitas
Dalam kamus besar bahasa Indonesia (2008:374) efektivitas berasal dari
(dalam suatu usaha, tindakan). Efektivitas dalam hal ini adalah sejauh
berbicara siswa.
b. Metode Pembelajaran
c. Motivasi
tertentu.
d. Pembelajaran
(Eveline, 2010:52).
f. Keterampilan Berbicara
METODE PENELITIAN
yang dianggap sudah memenuhi persyaratan yaitu adanya kelompok lain yang
tidak dikenai eksperimen tetapi ikut mendapatkan pengamatan, yaitu bisa disebut
kelas kontrol.
maka jenis penelitian ini adalah kuantitatif, dimana data yang diperoleh berasal
E 01 X 02
K 03 X 04
1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI MAN 13 Jakarta
2. Sampel
Agar penelitian ini tidak terlalu luas, maka diambil sampel dari populasi yang
dapat mewakili. Sampel pada penelitian ini berjumlah 48 orang yang diambil
dari kelas XI IPS A sebanyak 24 orang dan kelas kelas XI IPS B sebanyak 24
orang. Kelas XI IPS A sebagai kelas eksperimen dan kelas XI IPS B sebagai
purposive sampling yang artinya sampel yang dipilih dengan cermat sehingga
ciri spesifik yang dimiliki oleh sampel itu. Pengambilan sampel kelas
eksperimen (XI IPS A) dan kelas kontrol (XI IPS B) berdasarkan pembahasan
materi pelajaran yang sama di dua kelas tersebut. Selain itu alasan penulis
C. Variabel Penelitian
Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab
dalam penelitian ini adalah faktor yang mempengaruhi variabel lain, yaitu model
pembelajaran ARCS.
Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat
karena adanya variabel bebas (Sugiyono, 2008:61). Dalam penelitian ini variabel
Jakarta.
Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Pedoman wawancara
b. Tes
Bentuk tes yang digunakan dalam penelitian ini meliputi pre-tes dan post test.
c. Kuesioner
Kuesioner adalah sebuah daftar pertanyaan yang harus diisi oleh orang yang
akan diukur (responden) (Arikunto, 2006:28). Data berupa penilaian angket ini
dilakukan dengan cara mengumpulkan data melalui daftar pertanyaan tertulis
yang disebarkan guna mendapat informasi dari responden.
1. Tes
Tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes berbicara yang dilakukan
suara kalimat
Keterangan poin :
• Kelancaran
• Kenyaringan suara
2. Kurang jelas
3. Jelas
4. Sangat jelas
• Ekspresi
1. Tidak sesuai
2. Kurang sesuai
3. Cukup sesuai
4. Sesuai
• Intonasi
1. Tidak tepat
2. Cukup
3. Benar
4. Sempurna
• Struktur kalimat
Keterangan nilai :
penelitian ini digunakan studi komparasi dengan teknik t test. Tabel t test
rumus :
Mx = My =
Keterangan :
berikut
Sdx = Sdy =
Keterangan :
SEM = SEM =
Keterangan :
berikut :
Sem =
Keterangan :
Keterangan :
dan Y.
df atau db = (n1+n2) - 2
pada taraf signifikan 5% atau 1 %. Apabila t hitung lebih kecil atau sama
dengan kata lain tidak ada pengaruh yang signifikan antara variabel X
dan variabel Y. Sedangkan apabila nilai thitung lebih besar dari ttabel
P = x 100%
Keterangan :
n = jumlah responden
Tabel 3.3
50% Setengahnya
51% - 75% Lebih dari setengahnya
100% Seluruhnya
(g) =
Keterangan :
g = normalized gain
T1 = pretest
T2 = posttest
Sm = skor maksimal
berikut ini.
Tabel 3.4
HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Data
Jl. H.Syukur, Lenteng Agung, Jakarta Selatan. Jumlah sampel penelitian yaitu 24
siswa kelas eksperimen dan 24 siswa kelas kontrol. Pada deskripsi ini akan
pembelajaran ARCS dan kelas kontrol yang menggunakan metode ceramah. Berikut
adalah nilai hasil pretest dan posttest pada kelas kontrol dan kelas eksperimen.
Tabel 4.1
1 Adelia Yusnita 50 95
2 Ahmad Fadilah 45 90
5 Dede Ipat 50 75
7 Farhan Hanafi 55 75
9 Hamzah Asaddullah 45 80
10 Hana Lazuardy Rahmani 60 95
11 Imam Rosyidin 45 80
12 Iqbal Setiawan 75 85
15 Mega Fitriani 45 70
22 Suwondo Lesmono 40 85
23 Trini Diyani 60 95
5 Annisa Al hasam 65 75
6 Bagas Setiawan 40 50
7 Dina Nozhifah 65 60
8 Dinda Ainun Nifaza 55 60
11 Fakhri 55 75
14 Maulida Sari 55 60
15 Muhammad Adam 50 60
16 Muhammad Alif 55 75
17 Muhammad Azam 50 60
18 Muhammad Fathan 45 55
19 Muhammad Hary 40 60
20 Nadya Larasati 50 75
21 Novita Chindyana 45 60
22 Rienta Rahmawati 50 60
B. Hasil Pengujian
X : Kelas Eksperimen
Y : Kelas Kontrol
Tabel 4.3
1 50 45 2500 2025
2 45 40 2025 1600
3 55 55 3025 3025
4 70 55 4900 3025
5 50 65 2500 4225
6 50 40 2500 1600
7 55 65 3025 4225
8 45 55 2025 3025
9 45 55 2025 3025
10 60 55 3600 3025
11 45 55 2025 3025
12 75 60 5625 3600
13 50 50 2500 2500
14 45 55 2025 3025
15 45 50 2025 2500
16 50 55 2500 3025
17 60 50 3600 2500
18 50 45 2500 2025
19 65 40 4225 1600
20 45 50 2025 2500
21 45 45 2025 2025
22 40 50 1600 2500
23 60 40 3600 1600
24 70 45 4900 2025
Mx = 52,92 My = 50,83
Berdasarkan tabel data di atas maka pengolahan data dilakukan dengan
rumus :
Mx = = = 52,91666666666667
My = = = 50,83333333333333
Sdx = = = = 9,34485955
Sd = = = =7,16860516
Y Sem = =
= =
= 2,45555065 =2,45
standar deviasi variabel Y sebesar 7,17. Standar error variabel X sebesar 1,948.
Sedangkan standar error variabel Y sebesar 1,495. Standar error perbedaan mean
kedua variabel (X dan Y) sebesar 2,45. Setelah diperoleh data hasil perhitungan,
db = ( n1 + n2 ) – 2
db = (24+24) – 2
db = 48 – 2
db = 46
4. Menguji hipotesa berdasarkan thitung dan t tabel Sehingga dengan diketahui t hitung
sebesar 0,85 dan t tabel 2,02< dan < 2,69 maka dapat disimpulkan, thitung jauh
X : Kelas Eksperimen
Y : Kelas Kontrol
Tabel 4.4
Post-test Post-test
No (X) (Y) X² Y²
1 95 50 9025 2500
2 90 45 8100 2025
3 80 60 6400 3600
5 75 75 5625 5625
6 80 50 6400 2500
7 75 60 5625 3600
8 80 60 6400 3600
9 80 55 6400 3025
10 95 65 9025 4225
11 80 75 6400 5625
12 85 65 7225 4225
13 80 55 6400 3025
14 75 60 5625 3600
15 70 60 4900 3600
16 70 75 4900 5625
17 80 60 6400 3600
18 85 55 7225 3025
19 85 60 7225 3600
20 85 75 7225 5625
21 95 60 9025 3600
22 85 60 7225 3600
23 95 55 9025 3025
24 85 50 7225 2500
Mx = 83,54 My = 60,21
rumus :
Mx = = = 83,54166666666667
My = = = 60,20833333333333
Sdx = = = =
7,96857892
Sd = = = =
8,09824672
Y Sem = =
= =
= 2,36959174 = 2,37
(kelas kontrol) sebesar 60,21. Standar deviasi variabel X sebesar 7,97. Sedangkan
standar deviasi variabel Y sebesar 8,1. Standar error variabel X sebesar 1,662.
Sedangkan standar error variabel Y sebesar 1,689. Standar error perbedaan mean
kedua variabel (X dan Y) sebesar 2,37. Setelah diperoleh data hasil perhitungan,
(db) db = ( n1 + n2 ) – 2
db = (24+24) – 2
db = 48 – 2
db = 46
4. Menguji hipotesa berdasarkan thitung dan t tabel Sehingga dengan diketahui t hitung
sebesar 9,84 dan t tabel 2,02 > dan > 2,69 maka dapat disimpulkan, t hitung jauh
(g) =
Keterangan :
g = normalized gain
T1 = pretest
T2 = posttest
Sm = skor maksimal
Tabel 4.5
11 Fakhri 55 75 0,44
kurang efektif.
dinilai lebih baik karena memiliki kriteria efektif dibandingkan dengan metode
ceramah yang (rata-rata normalized gain sebesar 0,19) yang memiliki kriteria
kurang baik.
Angket yang telah disebar terdiri dari 15 pertanyaan. Setiap butir pertanyaan
Memuaskan 14 58,33%
Kurang memuaskan 6 25%
Tidak memuaskan 0 0%
Jumlah 24 100%
Penafsiran :
Sebagian kecil siswa (16,67%) merasa keterampilan bahasa Jepang mereka sangat
memuaskan. Lebih dari setengah siswa (58,33%) merasa keterampilan bahasa Jepang
mereka memuaskan. Sebagian kecil siswa (25%) merasa keterampilan bahasa Jepang
diterapkan model pembelajaran ARCS. Hal ini sesuai dengan teori bahwa model
Berpengaruh 13 54,17%
Tidak berpengaruh 0 0%
Jumlah 24 100%
Penafsiran :
Hampir setengah siswa (29,17%) menyatakan bahwa teknik guru mengajar sangat
arahan yang jelas merupakan faktor yang penting guna mencapai hasil yang optimal.
Setuju 9 37,5%
Kurang setuju 0 0%
Jumlah 24 100%
Penafsiran :
Lebih dari setengah siswa (54,17%) merasa sangat setuju bahwa keterampilan
berbicara perlu dilatih. Hampir setengah siswa (37,5%) merasa setuju bahwa
keterampilan berbicara perlu dilatih. sebagian kecil siswa (8,33%) merasa tidak setuju
Maka dapat disimpulkan bahwa keterampilan berbicara perlu dilatih. Hal ini
baik sekaligus mengembangkan keterampilan menyimak secara tepat dan kritis guna
Setuju 8 33,33%
Jumlah 24 100%
Penafsiran :
Sebagian kecil siswa (8,33%) menyatakan sangat setuju bahwa mereka berani
berbicara dengan menggunakan bahasa Jepang di kelas maupun di luar kelas. Hampir
setengah siswa (33,33%) menyatakan setuju bahwa mereka berani berbicara dengan
menggunakan bahasa Jepang di kelas maupun di luar kelas. Hampir setengah siswa
siswa (20,83%) menyatakan tidak setuju bahwa mereka berani berbicara dengan
Maka dapat disimpulkan bahwa ada siswa yang berani berbicara bahasa Jepang di
ada kelas maupun diluar kelas, namun ada juga siswa yang masih belum berani
Setuju 10 41,67%
Tidak setuju 0 0%
Jumlah 24 100%
Penafsiran :
berbicara bahasa Jepang. Hampir setengah siswa (41,67%) menyatakan setuju bahwa
terhadap kepercayaan diri siswa untuk berbicara bahasa Jepang. Hal ini sesuai dengan
teori bahwa salah satu strategi untuk menumbuhkan keyakinan diri pada siswa yaitu
sebelumnya”
Setuju 2 8,33%
Jumlah 24 100%
Penafsiran :
Hampir tidak ada siswa (4,17%) menyatakan sangat setuju bahwa pernah
mendengar atau mengetahui model ARCS sebelumnya. Sebagian kecil siswa (8,33%)
Maka dapat disimpulkan bahwa banyak siswa yang belum pernah mendengar atau
mengetahui model pembelajaran ARCS. Hal ini dikarenakan model pembelajaran ini
Setuju 18 75%
Tidak setuju 0 0%
Jumlah 24 100%
Penafsiran :
menarik.
ARCS yaitu cara penyajian dengan model ARCS ini bukan hanya dengan teori
Sangat setuju 0 0%
Setuju 19 79,17%
Jumlah 24 100%
Penafsiran :
keterampilan berbicara siswa meningkat. Hal ini dibuktikan dari hasil rata-rata
nilai pre-test siswa di kelas eksperimen sebesar 52,92. Sedangkan nilai rata-rata
Setuju 15 62,5%
Jumlah 24 100%
Penafsiran :
berbicara dengan menggunakan model ARCS membuat siswa terlibat secara aktif.
berbicara dengan menggunakan model ARCS membuat siswa terlibat secara aktif.
Sebagian kecil siswa (20,83%) menyatakan kurang setuju bahwa pembelajaran
berbicara dengan menggunakan model ARCS membuat siswa terlibat secara aktif.
Hampir tidak ada siswa (4,17%) menyatakan kurang setuju bahwa pembelajaran
berbicara dengan menggunakan model ARCS membuat siswa terlibat secara aktif.
terlibat secara aktif. Hal ini sesuai dengan pendapat Awoniyi (1997:30) bahwa
salah satu kelebihan model pembelajaran ARCS yaitu memberikan petunjuk aktif
dan memberi arahan tentang apa yang harus dilakukan oleh siswa.
Setuju 19 79,17%
Tidak setuju 0 0%
Jumlah 24 100%
Penafsiran :
Setuju 14 58,33%
Tidak setuju 0 0%
Jumlah 24 100%
Penafsiran :
lebih memahami materi pembelajaran. Hal ini sesuai dengan teori bahwa salah
Setuju 17 70,83%
Jumlah 24 100%
Penafsiran :
Sedangkan hampir tidak ada siswa (4,17%) menyatakan tidak setuju bahwa
motivasi siswa.
meningkatkan motivasi siswa. Hal ini sesuai dengan pendapat Awoniyi (1997:30)
Setuju 14 56%
Jumlah 24 100%
Penafsiran :
berbicara dengan menggunakan model ARCS tidak membuat anda merasa bosan.
berbicara dengan menggunakan model ARCS tidak membuat anda merasa bosan.
berbicara dengan menggunakan model ARCS tidak membuat anda merasa bosan.
Sedangkan hampir tidak ada siswa (4,17%) menyatakan tidak setuju bahwa
merasa bosan.
model pembelajaran ARCS tidak membuat siswa merasa bosan. Hal ini sesuai
Setuju 17 70,83%
Jumlah 24 100%
Penafsiran :
ingin tahu siswa. Sebagian kecil siswa (16,67%) menyatakan kurang setuju bahwa
ingin tahu siswa. Sedangkan hampir tidak ada siswa (4,17%) menyatakan tidak
pembelajaran ini merangsang ingin tahu siswa. Dimana pada awal pembelajaran
siswa diberikan teka-teki kosakata yang membuat siswa bersaing untuk dapat
15. Pertanyaan nomor 15, “Model ARCS cocok dengan pembelajaran berbicara
bahasa Jepang”
Pilihan Jawaban Frekuensi Persentase
Setuju 16 66,67%
Tidak setuju 0 0%
Jumlah 24 100%
Penafsiran :
Sebagian kecil siswa (12,5%) menyatakan sangat setuju bahwa model ARCS
cocok dengan pembelajaran berbicara bahasa Jepang. Lebih dari setengah siswa
setuju bahwa model ARCS cocok dengan pembelajaran berbicara bahasa Jepang.
Maka dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran ARCS ini cocok dengan
seperti apa yang telah diberikan kepada siswa dalam meningkatkan keterampilan
berbicara.
5. Menurut Anda apakah siswa kelas XI MAN 13 ada motivasi dalam belajar
bahasa Jepang ?
6. Apa yang menyebabkan siswa kelas XI MAN 13 tidak ada motivasi dalam
3. Hanya sedikit siswa yang berani berbicara bahasa Jepang di kelas maupun di
luar kelas.
bahasa Jepang.
8. Lumayan efektif.
bidang mata pelajaran yang lain sehingga penulis tidak bisa menggunakan
12.30 sehingga banyak waktu yang terbuang dikarenakan para siswa masih
terdapat satu sekat pembatas yang memiliki celah sehingga suara dari kelas
PENUTUP
A. Kesimpulan
sebagai berikut :
siswa cukup antusias dalam belajar bahasa Jepang. Dalam pembelajaran siswa
Sebelum itu siswa diberikan teka-teki kosakata yang akan dipelajari yang
Ini dapat dilihat dari prosentase siswa (70,83%) yang merasa model
cara untuk membuat siswa merasa puas terhadap pembelajaran bahasa Jepang.
Jepang MAN 13, maka sebagian besar siswa kelas eksperimen dinyatakan
sudah tuntas.
ARCS (rata-rata normalized gain sebesar 0,65) dinilai lebih baik karena
4. Berdasarkan data angket, lebih dari setengah siswa memberikan kesan dan
pada pernyataan nomor 16. Hal ini membuktikan siswa setuju dengan
menggunakan metode ceramah. Hal ini disebabkan adanya variasi dan teknik
pengajaran yang digunakan membuat siswa terlibat secara aktif serta situasi di
kelas dalam kegiatan belajar mengajar tidak membosankan sehingga siswa lebih
C. Saran
Berikut ini adalah saran yang dapat penulis berikan berdasarkan hasil
penelitian ini.
1. Bagi pembelajar
2. Bagi pengajar
mengevaluasi teknik ini dalam pembelajaran lain dan dengan jumlah sampel
Angkasa.
Aksara.
Diah Ekawati, Nurul. 2011. Pengaruh Penggunaan Media Audio Visual Terhadap
Hasil Belajar Berbicara Siswa SMK Global Teknologi Bekasi. Skripsi FBS
Djiwandono, Soenardi. 2008. Tes Bahasa Pegangan bagi Pengajar Bahasa. Jakarta:
PT Indeks.
Douglas, Brown. 2007. Principles of language learning and teaching. United States
Hanafiah, Nanang & Cucu Suhana. 2009. Konsep Strategi Pembelajaran. Bandung:
Refika Aditama.
pukul 10.15).
Henshuu, Aoki Naoko. 2001. Nihongo kyouikugaku o manabuhito no tame ni. Kyoto:
Sekaisisousha.
Jihad, Asep dan Abdul Haris. 2008. Evaluasi Pembelajaran. Yogyakarta: Multi
presindo.
PT Remaja Rosdakarya.
UPI
Sanjaya, Wina. 2006. Strategi Pembelajaran. Jakarta: Kencana Prenada Media Group
Sardiman, AM. 2001. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Raja
Grafindo. Persada.
Siregar, Eveline & Hartini Nara. 2010. Teori Belajar dan Pembelajaran. Bogor:
Ghalia Indonesia
Subana, M & Sunarti. 2011. Strategi Belajar Mengajar Bahasa Indonesia. Bandung:
Pustaka Setia
Sudjianto dan Ahmad Dahidi. 2009. Pengantar Linguistik Bahasa Jepang. Jakarta:
Kesaint Blanc.
UPI.
Uno, B. Hamzah. 2007. Teori motivasi dan Pengukurannya. Jakarta: Bumi Aksara.
Aksara.