Anda di halaman 1dari 4

Anotasi Bibliografi

Profesi Guru
Kelompok 13
Anggota kelompok :
Dhilla Ihsanul Hasanah 1901162
Firra Citra Ayu Rohimat 1901181
Yalda Suvita 1909231

Alfattory Rheza Syahrul (2017) . Reward, Punishment terhadap Motivasi Belajar


Siswa IPS Terpadu Kelas VIII MTsN Punggasan. Jurnal curricula Vol. 2 No. 1.

Berdasarkan hasil dari penelitian yang dilakukan, Alfattory menulis dalam sebuah
artikel didalam jurnal curricula vol.2 no.1 tahun 2017 yang berjudul “Reward,
Punisment terhadap Motivasi Belajar Siswa IPS Terpadu Kelas VIII MTsN
Punggasan”. Artikel yang Alfattory tulis ini bertujuan untuk menganalisis
pengaruh sistem penghargaan dan hukuman oleh guru terhadap motivasi belajar
siswa. Alfattory ingin menunjukan kepada para pembaca bahwa efek dari sistem
tersebut merubah tingkah laku orang, sekiranya ketika ada respon yang positif
(motivasi belajar bertambah disebabkan oleh mendapatkannya reward) maka
diharapkan akan berulang atau bertambah. Sedangkan respon yang negatif
(motivasi belajar berkurang disebabkan mendapatkannya punishment atau
hukuman) berkurang atau hilang. Dalam artikel yang ditulis sebanyak 9 halaman,
Alfattory menuliskan salah satu upaya yang dapat dilakukan guru untuk
meningkatkan motivasi siswa dalam belajar yaitu dengan memberikan reward dan
punishment. Pemberian reward dilakukan dengan cara memuji hasil yang
diperoleh siswa, sedangkan untuk pemberian punishment dilakukan dengan cara
memberikan teguran, nasehat, pemberian tugas sekolah berupa soal, dan hukuman
yang wajar diberikan kepada siswa yang tidak bersifat kekerasan.

Alfattory membahas masalah ini secara rinci dan detail, kita jadi dapat
mengetahui pengaruh positif dan signifikan dari pemberian reward atau
punishment oleh guru terhadap motivasi belajar siswa pada mata pelajaran IPS
Terpadu kelas VIII MTsN Punggasan. Artikel yang ditulis sebanyak 9 halaman
ini, membuat wawasan dan pengetahuan kiya bertambah dan meluas. Alfattory
menuliskannya dengan baik dan sistematis, apalagi isinya jelas, tidak berbelit-
belit dan dibantu oleh adanya tabel gambar yang memudahkan kita untuk
mengerti. Alfattory tetap menuliskan apa yang menjadi focus utamanya. Hasil
penelitiannya ditulis dengan terarah dan rapi, sehingga bagi siapa saja yang
membacanya akan dengan mudah memahami.

Syahril Chaniago (2013). Profesinalisme Guru Meningkatkan Citra Dunia


Pendidikan. Vol. 9 No. 1.

Berdasarkan hasil dari penelitian yang dilakukan, beliau menulis dalam sebuah
artikel yang berjudul “Profesinalisme Guru Meningkatkan Citra Dunia
Pendidikan.” Artikel ini bertujuan untuk memberitahu bahwa jika guru memiliki
sikap profesionalisme dapat meningkatkan citra dunia pendidikan. Dalam artikel
dijelaskan bahwa guru yang sukses mengajar secara efektif dapat dinikmati
melalui antusias terhadap kelasnya, memperhatikan perbedaan individu siswanya,
memiliki banyak pengetahuan, inisiatif, kreatif dan banyak akal. Salah satu
kecakapan yang harus dimiliki guru adalah kemampuan untuk selalu
mengembangkan dan merawat citra sebagai pendidik. Dalam artikel yang ditulis
12 halaman ini menjelaskan bagaimana guru dapat membentuk citranya sebagai
pendidik antara lain, persiapan, berfikir unggul, dan belajar berkelanjutan.

Syahril membahas masalah ini secara singkat tetapi detail, kita jadi dapat
mengetahui pengertian dari profesi guru, citra, dan banyak lagi. Artikel yang
ditulis sebanyak 12 halaman ini, membuat wawasan dan pengetahuan kiya
bertambah dan meluas tentang citra guru. Syahril menuliskannya dengan baik dan
sistematis, apalagi isinya jelas, tidak berbelit-belit dan dibantu oleh adanya tabel
gambar yang memudahkan kita untuk mengerti. Syahril tetap menuliskan apa
yang menjadi focus utamanya. Hasil penelitiannya ditulis dengan terarah dan rapi,
sehingga bagi siapa saja yang membacanya akan dengan mudah memahami.
Abhanda Amra, (2011) Profesionalisme Guru Untuk Meningkatkan Mutu
Pendidikan Di Era Teknologi Informasi. Vol. 14 No. 2.

Dalam jurnal yang ditulis oleh Abhanda Amra yang berjudul, “Profesionalisme
Guru Untuk Meningkatkan Mutu Pendidiakn Di Era Teknologi Informasi.”
Bertujuan untuk memberitahu jika seorang guru dituntut harus mampu: 1).
Menerima perubahan sebagai suatu ciri kehidupan. 2). Memahami berbagai
akibatnya bagi organisasi pendidikan 3). Mengidentifikasi perlunya perubahan.
4). Merencanakan, melaksanakan, serta mengevaluasi perubahan. Dalam artikel
yang ditulis 11 halaman ini menjelaskan bagaimana guru mengambil langkah
pada masa teknologi informasi.

Abhanda membahas masalah ini secara dengan detail, kita jadi dapat mengetahui
hal apa saja yang dibutuhkan tenaga kependidikan di era teknologi informasi
sekarang. Artikel yang ditulis sebanyak 11 halaman ini, membuat wawasan dan
pengetahuan kita bertambah dan meluas tentang profesionalisme guru. Abhanda
menuliskannya dengan baik dan sistematis, apalagi isinya jelas dan tidak berbelit-
belit. Abhanda tetap menuliskan apa yang menjadi focus utamanya. Hasil
penelitiannya ditulis dengan terarah dan rapi, sehingga bagi siapa saja yang
membacanya akan dengan mudah memahami.

Umar, (2014). Ragam Istilah dalam Etika Profesi Keguram. Vol. 17 No. 1 (10
halaman).

Eksistensi seorang guru tidak hanya sebagai perantara pembelajaran, tetapi


kedudukannya sekaligus menjadi penentu keberhasilan capaian tujuan pendidikan.
Itulah yang dikatakan Umar dalam artikelnya yang berjudul, “Ragam Istilah
dalam Etika Profesi Keguruan.” Karena terjadinya prototype guru yang
semestinya digugu dan ditiru itu sirna karna ada segelintir guru yang melanggar
hukum. Maka dari itu, Umar ingin memberi tahu kepada para pembaca mengenai
etika profesi guru di artikel ini. Pengertian etika profesi keguruan antara lain;
pertama, etika guru dapat diartikan sebagai tingkah laku guru dalam menjalankan
tugasnya. Kedua, profesi dapat diartikan sebagai bidang pekerjaan. Ketiga,
kompetensi pada hakikatnya menekankan kemampuan yang harus dimiliki
seseorang dengan pengalaman profesi yang ditekuninya. Keempat, kualifikasi
akademik dapat diartikan sebagai standar akademik yang ditempuh pendidik
untuk memperoleh legalitas formal dari pemerintah dan pengakuan masyarakat
secara umum. Kelima, organisasi profesi dapat diartikan sebagai lembaga yang
mempunyai kewenangan secara hukum untuk menghimpun para anggota suatu
profesi. Keenam, lembaga pendidikan dapat didefinisikan sebagai pusat
pembelajaran dan pengembangan profesi keguruan. Ketujuh, tenaga kependidikan
adalah sekelompok orang yang mengabdikan diri dalam memberikan pelayanan
dan pengembanganserta menjaga mutu pendidikan.

Umar membahas masalah ini secara singkat tetapi menyeluruh, kita jadi dapat
mengetahui pengertian ragam istilah dalam etika profesi keguruan. Artikel yang
ditulis sebanyak 10 halaman ini, membuat wawasan dan pengetahuan kita
bertambah dan meluas tentang istilah etika keguruan. Umar menuliskannya
dengan baik dan sistematis, apalagi isinya jelas dan tidak berbelit-belit. Hasil
penelitiannya ditulis dengan terarah dan rapi, sehingga bagi siapa saja yang
membacanya akan dengan mudah memahami.

Anda mungkin juga menyukai