BAB VIII
KAPITA SELEKTA
ISLAM DAN KESUNDAAN
setelah etnik Jawa. Secara geografis, ia mendiami Pulau Jawa tepatnya Jawa
menggunakan bahasa Ibu yakni Bahasa Sunda dan dialek Sunda. Bahasa ini
merupakan salah satu pembeda etnik Sunda dengan etnik lainnya (Harsojo,
Sunda karena budaya itu hidup, tumbuh dan berkembang di kalangan orang
Sunda yang pada umumnya berdomisili di tatar Sunda. Sebagai bagian dari
Undang Dasar 1945, terutama dalam penjelasan pasal 32 dan pasal 36,
sangat terbuka untuk menerima dan mendapat pengaruh dari budaya dan
Koentjaraningrat (1983: 25) salah satu pengaruh Islam yang paling menonjol
terjadi di daerah Banten dan pesisir utara Jawa, seperti daerah Indramayu,
perilaku sosial dan budaya masyarakat Sunda tidak terlepas dari aktualisasi
dan implementasi ajaran Islam. Bahkan, karena begitu kuatnya ajaran Islam
Misi khusus tersebut merupakan ciri atau identitas Universitas Pasundan yang
digambarkan dalam “Tri Jati Diri”. Tujuan utamanya adalah untuk menciptakan
insan-insan akademis yang bernafaskan Islam dan mampu menghadapi persaingan
hidup di era serba global. Gambaran Tri Jati Diri Universitas Pasundan tersebut
adalah:
Luhung Elmuna (Basthah Fi al-‘Ilmi), sehingga terbentuk insan-insan yang:
1. Arrasikhuna Fi al-Ilmi: Orang yang memiliki ilmu pengetahuan yang dalam dan
luas serta mampu mengamalkan ilmunya sesuai dengan tuntutan zaman (QS. Ali
realitas ciptaan dan kekuasaan Allah di muka bumi (QS. Thaha, 20: 54 dan 128).
3. Ulu al-‘Ilmi: Orang yang menguasai bidang ilmu yang dipelajarinya (berilmu
4. Ulu al-Abshar: Orang yang tajam dan cermat dalam melihat realitas kehidupan
atau suatu kejadian, kemudian memprediksikannya dengan cepat dan tepat (QS.
5. Ulul al-Bab: Orang yang akftif dalam memerankan rasa dan rasionya dengan
yang:
1. Muslim: Orang yang menyerahkan dirinya secara total hanya kepada Allah (QS.
Al-An’am, 6: 162-163).
1. Shalih: Orang yang tidak pernah menyusahkan orang lain dan dapat
kepada orang banyak (QS. Al-Baqarah, 2: 112 dan Al-Nahl, 16: 128).
3. Mukhlish: Orang yang memiliki sikap lapang dada, berbuat tanpa mengharapkan
pujian atau pamrih, kompetitif dan penuh konsentrasi; tulus hanya karena Allah
Berbekal Tri Jati Diri Universitas Pasundan tersebut dengan budaya Sundanya
yang islami, diharapkan para lulusannya mampu berperan aktif pada era yang sedang
dihadapinya (mampu ngigelan jeung ngigelkeun zaman). Untuk mencapai kualitas Tri
Jati Diri Universitas Pasundan ini diperlukan proses berkehidupan yang resiprokal,
Kasilihwangian
Kasilihwangian berasal dari kata silihwangi, yaitu gelar atau sebutan Raja
Tatar Sunda Jaya Dewata setelah meninggal dunia. Gelar ini diberikan karena Prabu
rakyatnya agar hidup Silih Asih, Silih Asah dan Silih Asuh (SILAS). SILAS ini
dijadikan falsafah hidup bagi masyarakat Sunda, namun hingga kini belum banyak
dikaji orang secara mendalam, baik oleh orang Sunda sendiri ataupun oleh
6
orang/suku lainnya, yang hasil kajiannya dapat diterima oleh masyarakat secara
umum.
Dalam kalimat SILAS terdapat kata silih yang mengandung arti saling. Kata
ini menunjukan kepada suatu pekerjaan yang bersifat resiprokal, artinya ada dua
minannas), atau lebih tegasnya lagi bahwa SILAS merupakan etika pergaulan. Unsur-
1. Silih Asih
Secara harfiah Silih Asih berarti tingkah laku yang saling mengasihi dan
a. Gawe (bekerja atau amal), termasuk di dalamnya kerjasama (Rukun Gawe atau
diwujudkan dalam bentuk suatu pekerjaan, baik pekerjaan yang sifatnya lahiriah
ataupun bathiniah. Rasa asih ini akan lebih kuat bila dilaksanakan secara
Firman Allah:
b. Tanpa Pamrih (Ihsan, Ikhlash dan Ridla). Asih mendorong seseorang untuk
merasakan dirinya selalu dilihat Allah (Ihsan). Kedua sikap ini pada akhirnya
akan melahirkan sikap menerima apa adanya terhadap segala apa yang menimpa
Firman Allah:
ِ ِ
ِ اهلل ر ِ ِ ْ َحسبنَا اهلل سي ْؤتِينَا اهلل ِمن ف
.اغُب ْو َن َ ضله َو َر ُس ْولُهُ إِنَّا الَى ْ ُ ْ َُ ُ ُْ َ
“Cukuplah Allah bagi kami, Allah akan memberikan kepada kami sebagian dari
kepada Allah, tentulah yang demikian itu lebih baik bagi mereka” (QS. Al-
Taubah, 9: 59).
c. Rasa Memiliki (Rasa Miboga atau Tarohum). Wujud sikap asih terdapat pula
dalam sikap Tarohum. Sikap ini merupakan fitrah atau pembawaan manusia
semenjak lahir yang selalu ingin dikasihi dan mengasihi. Sikap ini dapat
8
َّ ِس ِد ِه ب
ُ الس ْح ِر َوال
.ْح َمى ِ
َ َسائ ُر َج
“Perumpamaan orang mu’min itu dalam sayang menyayangi, santun
menyantuni dan kasih mengasihi adalah bagaikan satu tubuh yang apabila
menderita salah satu anggotanya, ikut menderita pula seluruh tubuh merasa
2. Silih Asah
Secara harfiah Silih Asah berarti membuat sesuatu menjadi tajam, termasuk
pikiran manusia. Silih Asah yang dimaksud adalah saling memberi ilmu pengetahuan,
dalamnya berfikir, dzikir dan sabar. Untuk menambah ilmu pengetahuan dengan
sendirinya harus didasari oleh semangat dan kemauan serta berusaha keras.
Sikap ini akan membangkitkan rasa percaya diri bagi seseorang; bahwa dirinya
mampu untuk berbuat. Upaya seperti ini dalam literatur Islam disebut “Ijtihad”.
Qur’an dan Hadits. Banyak ayat al-Qur’an yang menyuruh kita untuk berijtihad,
9
bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi “Ulu al-Albab”, yaitu
orang-orang yang selalu mengingat Allah dalam keadaan duduk, berdiri dan
berbaring serta mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi, seraya
berkata: ‘Ya Tuhan kami! Tiadalah Engkau jadikan ini semua dengan sia-sia,
Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa api neraka“ (QS. Ali
Imran, 3: 190-191).
musyawarah terdapat nilai take and give; saling mengisi kekurangan, saling
berfirman:
.اه ْم ُي ْن ِف ُق ْو َن ِ
ُ ََو أ َْم ُر ُه ْم ُش ْو َرا َب ْيَن ُه ْم َوم َّما َر َزقْن
“….. segala urusan mereka senantiasa dipecahkan dengan jalan musyawarah
antar mereka dan mereka membelanjakan sebagian dari harta yang kami
yang mengasah ataupun orang yang diasah. Daya kreativitas ini dalam budaya
Sunda disebut dengan “Rancage”. Sikap ini sangat dibutuhkan bagi orang yang
َّ ك ِم َن
.الصالِ ِح ْي َن ِ الْ َخ ْير
َ ِات َواُولئ َ
“Mereka beriman kepada Allah dan hari kemudian, mereka menyuruh berbuat
3. Silih Asuh
tidak atau seharusnya dilakukan. Sikap ini harus disertai dengan rasa kasih sayang,
artinya Silih Asuh akan terjadi secara harmoni dan interaktif bila kedua belah pihak
memberikan asuh dengan penuh kasih sayang. Unsur yang terdapat dalam Silih Asuh
antara dirinya dengan orang lain di hadapan Allah, yang membedakannya adalah
11
tidak memiliki rasa unggul dari orang lain (superior) atau menekan orang lain
apalagi menjajahnya. Kedua belah pihak berusaha agar ada keseimbangan yang
sesuai dengan tatakrama atau etika sosial. Dengan sikap ini, interaksi dapat
َّاس اِنَّا َخلَ ْقنَا ُك ْم ِم ْن ذَ َك ٍر َّواُْنثَى َو َج َعلْنَا ُك ْم ُشعُ ْوبًا َّو َقبَائِ َل
ُ يَآاَُّي َها الن
ِ لَِتعر ُفوا إِنَّا أَ ْكرم ُكم ِع ْن َد
.اهلل أَْت َقا ُك ْم إِ َّن اهللَ َعلِ ْي ٌم َخبِْي ٌر ْ ََ ْ ََ
“Wahai sekalian manusia, sesungguhnya Kami ciptakan kamu semua dari jenis
paling mulia di antara kamu di sisi Allah adalah orang yang paling bertaqwa,
49: 13).
b. Beresih Hati (Kawening Hate atau iffah). Silih Asuh akan terlaksana secara
akrab dan harmonis bila kedua belah pihak memiliki hati yang beresih. Sikap ini
ٍ ك فِى جن ِ ِ ِ ِ ِ
. َّات ُّم ْك َر ُم ْو َن َ ْ َ اُ ْولئ. َوالَّذيْ َن ُه ْم ل ُف ُر ْوج ِه ْم َحافظُْو َن
12
c. Reformasi (ngajak kana kahadean atau Amar Ma’ruf Nahi Munkar). Silih Asuh
dapat memotivasi seseorang untuk memiliki sikap postif thinking. Sikap ini
mengarahkan seseorang kepada hidup yang lebih maju yang didasari oleh Amar
Ma’ruf Nahi Munkar. Reformasi seperti inilah yang dapat memperbaiki kembali
sistem atau falsafah hidup, baik secara individual ataupun sosial. Firman-Nya:
ِ ولْت ُكن اَُّمةٌ يَّ ْدعُو َن اِلَى الْ َخي ِر ويأْمرو َن بِالْمعرو
َ ِف َو َي ْن َه ْو َن َع ِن ال ُْم ْن َك ِر اُولئ
ك ْ ُْ َ ْ ُُ َ َ ْ ْ ْ ََ
d. Tauladan (Contoh anu hade atau Uswatun hasanah). Perilaku yang baik
merupakan cara atau metode pendidikan yang paling sukses. Kesuksesan Nabi
politik dan lainnya, terletak pada perilakunya yang dapat dijadikan contoh oleh
“Sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah itu suri tauladan yang baik,
bagi orang yang mengharap rahmat Allah dan hari akhir, serta mereka
Penjelasan di atas menggambarkan bahwa Silih Asih, Silih Asah dan Silih
Asuh merupakan motto dari misi Universitas Pasundan yang kaya dan sarat akan
masyarakat Sunda akan menjadi panutan bagi etnis-etnis lainnya, bahkan masyarakat
internasionalpun akan berkiblat dan berpedoman kepada falsafah hidup orang Sunda.