Pendidikan Agama
Islam Sunda
Disusun oleh :
Hanif Zulfani (225030025)
M.Hanief Al-fikri(225030029)
ِ ح ْسبُنَا هللاُ َسيُْؤ تِ ْينَا هللاُ ِم ْن فَضْ لِ ِه َو َرسُوْ لُهُ ِإنَّا اِلَى هللاِ َر.
َاغبُوْ ن َ
“Cukuplah Allah bagi kami, Allah akan memberikan kepada kami sebagian dari karunia-Nya
dan demikian juga Rasul-Nya. Sesungguhnya kami hanya berharap kepada Allah, tentulah
yang demikian itu lebih baik bagi mereka” (QS. Al-Taubah, 9: 59).
c. Rasa Memiliki (Rasa Miboga atau Tarohum). Wujud sikap asih terdapat pula dalam
sikap Tarohum. Sikap ini merupakan fitrah atau pembawaan manusia semenjak lahir yang
selalu ingin dikasihi dan mengasihi. Sikap ini dapat menuntun seseorang untuk memiliki rasa
miboga, memelihara dan mengembangkan almamater seperti miliknya sendiri. Hadits Rasul:
َمثَ ُل ْال ُمْؤ ِمنِ ْينَ فِى تَ َوا ِّد ِه ْم َوتَ َرا ُح ِم ِه ْم َك ْال َج َس ِد ْال َوا ِح ِد اِ َذا ا ْشتَ َكى ِم ْنهُ عُضْ ٌو تَدَاعَى لَهُ َساِئ ُر َج َس ِد ِه بِالسَّحْ ِر َو ْال ُح َمى.
“Perumpamaan orang mu’min itu dalam sayang menyayangi, santun menyantuni dan kasih
mengasihi adalah bagaikan satu tubuh yang apabila menderita salah satu anggotanya, ikut
menderita pula seluruh tubuh merasa demam dan tidak bisa tidur” (HR. Muslim).
Kedua, Silih Asah. Secara harfiah Silih Asah berarti membuat sesuatu menjadi tajam,
termasuk pikiran manusia. Silih Asah yang dimaksud adalah saling memberi ilmu
pengetahuan, meningkatkan dan mengembangkannya. Sikap ini dapat diterapkan dalam
wujud:
a. Ada Kemauan (boga sumanget jeung kahayang atau ijtihad) termasuk di dalamnya
berfikir, dzikir dan sabar. Untuk menambah ilmu pengetahuan dengan sendirinya harus
didasari oleh semangat dan kemauan serta berusaha keras. Sikap ini akan membangkitkan
rasa percaya diri bagi seseorang; bahwa dirinya mampu untuk berbuat. Upaya seperti ini
dalam literatur Islam disebut “Ijtihad”. Ijtihad merupakan anugrah Allah yang diberikan
kepada seseorang untuk mengungkapkan rahasiah-rahasiah alam yang tidak bertentangan
dengan al-Qur’an dan Hadits. Banyak ayat al-Qur’an yang menyuruh kita untuk berijtihad, di
antaranya: “Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam
dan siang terdapat tanda-tanda bagi “Ulu al-Albab”, yaitu orang-orang yang selalu mengingat
Allah dalam keadaan duduk, berdiri dan berbaring serta mereka memikirkan tentang
penciptaan langit dan bumi, seraya berkata: ‘Ya Tuhan kami! Tiadalah Engkau jadikan ini
semua dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa api neraka“ (QS.
Ali Imran, 3: 190-191).
b. Musyawarah. Silih Asah bisa terjadi dengan melakukan musyawarah. Dalam
musyawarah terdapat nilai take and give; saling mengisi kekurangan, saling mengingatkan
kesalahan dan saling memperdalam pengetahuan. Allah berfirman:
َ َو َأ ْم ُرهُ ْم ُشوْ َرا بَ ْينَهُ ْم َو ِم َّما َرزَ ْقنَاهُ ْم يُ ْنفِقُوْ ن.
“….. segala urusan mereka senantiasa dipecahkan dengan jalan musyawarah antar mereka
dan mereka membelanjakan sebagian dari harta yang kami karuniakan kepadanya” (QS. Al-
Syura, 42: 38).
Hadits rasul yang bunyinya sebagai berikut: “Tiadalah suatu kaum bermusyawarah melainkan
akan mendapat petunjuk yang sebanar-benarnya untuk urusan mereka” (HR. Hasan).
c. Berlomba-lomba dalam kebajikan (Paheula-heula muru kana kahadean atau Fastabiq
al-Khairat). Dalam Alquran diungkapkan dengan istilah Fastabiqu al-Khairat. Berlomba-
lomba dalam kebajikan sangat dilandasi oleh sikap kreativitas, atau lebih jauhnya
membutuhkan daya kreatif-interaktif, baik orang yang mengasah ataupun orang yang diasah.
Daya kreativitas ini dalam budaya Sunda disebut dengan “Rancage”. Sikap ini sangat
dibutuhkan bagi orang yang ingin meningkatkan sumber daya pribadinya. Firman Allah:
Ketiga, Silih Asuh. Kata Silih Asuh berarti membimbing, mendidik, membantu dan
membantu menyelesaikan persoalan orang lain serta mengingatkannya tentang perbuatan
yang tidak atau seharusnya dilakukan. Sikap ini harus disertai dengan rasa kasih sayang,
artinya Silih Asuh akan terjadi secara harmoni dan interaktif bila kedua belah pihak
memberikan asuh dengan penuh kasih sayang. Unsur yang terdapat dalam Silih Asuh ini
antara lain:
a. Kesederajatan (Kasadarajatan atau Musawah) dan menghargai (Ngahargaan atau
Tasamuh). Kesederajatan (Musawah) mengandung arti adanya persamaan antara dirinya
dengan orang lain di hadapan Allah, yang membedakannya adalah siap yang paling bertakwa
kepada-Nya. Tasamuh mengajarkan seseorang untuk tidak memiliki rasa unggul dari orang
lain (superior) atau menekan orang lain apalagi menjajahnya. Kedua belah pihak berusaha
agar ada keseimbangan yang sesuai dengan tatakrama atau etika sosial. Dengan sikap ini,
interaksi dapat berjalan dengan baik dimana masing-masing saling menghargai hak asasi
pribadinya. Firman Allah:
يَآاَيُّهَا النَّاسُ اِنَّا َخلَ ْقنَا ُك ْم ِم ْن َذ َك ٍر َّواُ ْنثَى َو َج َع ْلنَا ُك ْم ُشعُوْ بًا َّوقَبَاِئ َل لِتَ َع َرفُوْ ا ِإنَّا َأ ْك َر َم ُك ْم ِع ْن َد هللاِ َأ ْتقَا ُك ْم ِإ َّن هللاَ َعلِ ْي ٌم خَ بِ ْي ٌر.
“Wahai sekalian manusia, sesungguhnya Kami ciptakan kamu semua dari jenis laki-laki dan
perempuan, lalu Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling
kenal mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah adalah
orang yang paling bertaqwa, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal”
(QS. Al-Hujurat, 49: 13).
b. Beresih Hati (Kawening Hate atau iffah). Silih Asuh akan terlaksana secara akrab dan
harmonis bila kedua belah pihak memiliki hati yang beresih. Sikap ini (Beresih
Hati/Kawening Hate/Iffah) bagaikan air jernih yang memberikan kesejukan kepada setiap
makhluk. Pujian Allah dalam al-Qur’an:
ٍ اُوْ لِئكَ فِ ْى َجنَّا. َ َوالَّ ِذ ْينَ هُ ْم لِفُرُوْ ِج ِه ْم َحافِظُوْ ن.
َت ُّم ْك َر ُموْ ن
“Dan orang-orang yang menjaga kesuciannya (tiada mengikuti hawa nafsunya), mereka
adalah orang-orang yang berada di taman surga dan mendapatkan kehormatan (diutamakan)”
(QS. Al-Ma’arij, 70: 29 dan 35).
c. Reformasi (ngajak kana kahadean atau Amar Ma’ruf Nahi Munkar). Silih Asuh dapat
memotivasi seseorang untuk memiliki sikap postif thinking. Sikap ini mengarahkan
seseorang kepada hidup yang lebih maju yang didasari oleh Amar Ma’ruf Nahi Munkar.
Reformasi seperti inilah yang dapat memperbaiki kembali sistem atau falsafah hidup, baik
secara individual ataupun sosial. Firman-Nya:
َك هُ ُم ْال ُم ْفلِحُوْ ن ِ َْو ْلتَ ُك ْن اُ َّمةٌ يَّ ْد ُعوْ نَ ِالَى ْال َخي ِْر َويَْأ ُمرُوْ نَ بِ ْال َم ْعرُو
َ ف َويَ ْنهَوْ نَ َع ِن ْال ُم ْن َك ِر اُولِئ
“Harus ada dari kamu segolongan orang-orang yang mengajak kepada perbaikan, mencegah
dari kemunkaran dan mereka itulah orang-orang yang beruntung” (QS. Ali Imran, 3: 104).
d. Tauladan (Contoh anu hade atau Uswatun hasanah). Perilaku yang baik merupakan
cara atau metode pendidikan yang paling sukses. Kesuksesan Nabi Muhammad dalam
menjalankan misinya, baik dalam bidang sosial, ekonomi, politik dan lainnya, terletak pada
perilakunya yang dapat dijadikan contoh oleh para sahabatnya atau umatnya. Firman Allah:
لَقَ ْد َكانَ لَ ُك ْم فِى َرسُوْ ِل هللاِ اُ ْس َوةٌ َح َسنَةٌ ِل َم ْن َكانَ يَرْ جُوْ اهللاَ َو ْاليَوْ َم ْاآل ِخ َر َو َذ َك َر هللاَ َكثِ ْيرًا.
“Sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah itu suri tauladan yang baik, bagi orang yang
mengharap rahmat Allah dan hari akhir, serta mereka banyak mengingat Allah” (QS. Al-
Ahzab, 33: 21).
Penjelasan di atas menggambarkan bahwa Silih Asih, Silih Asah dan Silih Asuh
merupakan motto dari misi Universitas Pasundan yang kaya dan sarat akan nilai-nilai sosial
kegamaan. Bila semua masyarakat khususnya masyarakat Sunda menerapkan falsafah
tersebut dalam kehidupan sehari-hari, maka tidak mustahil masyarakat Sunda akan menjadi
panutan bagi etnis-etnis lainnya, bahkan masyarakat internasionalpun akan berkiblat dan
berpedoman kepada falsafah hidup orang Sunda.
Kesimpulan
Islam merupakan agama yang cukup berpengaruh dan mempengaruhi kebudayaan
daerah, termasuk daerah-daerah di tatar Sunda. Menurut Koentjaraningrat (1983: 25) salah
satu pengaruh Islam yang paling menonjol terjadi di daerah Banten dan pesisir utara Jawa,
seperti daerah Indramayu, Subang, Karawang, Purwakarta dan Cirebon. Dan juga Universitas
Pasundan, di samping misi Perguruan Tinggi secara umum, yaitu Tri Darma Perguruan
Tinggi, Universitas Pasundan mengemban misi khusus yaitu mengembangkan Syi’ar Islam
dan melestarikan Budaya Sunda. Dalam pelaksanaannya kedua misi khusus tersebut harus
dijalankan bersama-sama secara utuh atau gumulung (kaffah), sehingga tidak terjadi
kesenjangan antara keduanya.