Oleh :
Kelompok 5
KELAS : B
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
SUMEDANG
2015
I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1.3.1 Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan binomial.
1.3.2 Untuk mengetahui yang dimaksud dengan derajat bebas.
1.3.3 Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan chi kuadrat.
II
PEMBAHASAN
A. BINOMIAL
Contoh:
1) Suami istri masing-masing normal tetapi herozigotik untuk albino, ingin
mempunyai 4 orang anak. Berapa kemungkinannya bahwa:
a. Semua anak itu akan normal.
b. Seorang anak saja yang albino, sedang 3 yang lainnya albino.
c. Anak yang terakhir saja yang albino, namun jika ada yang akan albino.
Jawaban :
Karena diinginkan 4 orang anak maka:
( a+b )4 = a4 + 4 a³b + 6 a²b²+ 4 ab³ + b4
Suami istri itu masing-masing mempunyai genotip Aa, sehingga perkawinan
mereka dapat dilukiskan sebagai berikut:
P (lk) Aa x (pr) Aa ( keduanya normal )
F1 AA = normal =3/4 Aa = normal =3/4
Aa = normal =3/4 Aa = normal aa = albino =1/4
atau
X= Chi square test
O= Nilai kuantitatif hasil percobaan
E= Nilai harapan nisbah peluang diperolehnya suatu hasil percobaan.
∑ = jumlah
Dalam perhitungan nanti harus diperhatikan besarnya derajat kebebasan
(degree of freedom) yang nilainya sama dengan jumlah kelas fenotip dikurangi
dengan satu. Jadi jika perkawinan monohibrid menghasilkan keturunan dengan
perbandingan 3 : 1 maka ada 2 kelas fenotip sehingga derajat kebebasannya
2 - 1 = 1. Jika terdapat sifat intermedier, keturunannya melibatkan perbandingan
1: 2: 1. Berarti di sini ada 3 kelas fenotip sehingga derajat kebebasannya 3 - 1 = 2.
Pada perkawinan dihibrid didapatkan keturunan dengan perbandingan 9: 3: 3: 1
berarti ada 4 kelas fenotipe sehingga derajat kebebasannya 4 – 1 = 3.
Contoh:
Suatu persilangan antara sesama individu dihibrid (AaBb) menghasilkan
keturunan yang terdiri atas empat macam fenotipe, yaitu A-B-, A-bb, aaB- dan
aabb masing-masing sebanyak 315, 108, 101 dan 32. Untuk menentukan bahwa
hasil persilangan ini masih memenuhi nisbah teoretis ( 9 : 3 : 3 : 1 ) atau
menyimpang dari nisbah tersebut perlu dilakukan suatu pengujian secara
statistika. Uji yang lazim digunakan adalah uji X 2 (Chi-square test) atau ada yang
menamakannya uji kecocokan (goodness of fit).
Untuk melakukan uji X2 terhadap hasil percobaan seperti pada contoh
tersebut di atas, terlebih dahulu dibuat tabel sebagai berikut.
Tabel Contoh pengujian hasil persilangan dihibrid.
O E
Kelas d = [O-
(hasil (hasil yang d2/E
Fenotipe E]
percobaan) diharapkan)
A-B- 315 9/16 x 556 = 312,75 2,25 0,016
A-bb 108 3/16 x 556 = 104,25 3,75 0,135
AaB- 101 3/16 x 556 = 104,25 3,25 0,101
Aabb 32 1/16 x 556 = 34,75 2,75 0,218
Jumlah 556 556 X2h =
0,470
Karena nilai kemungkinan kurang dari 0,05 (yaitu angka yang dianggap sebagai
batas signifikan) maka deviasiasi cukup berarti. Berhubungan dengan itu hasil
percobaan tescross tersebut tidak baik dan tidak dapat dipercaya, tentu ada faktor
di luar faktor kemungkinan yang ada di situ.
Contoh :
Misalnya kita melakukan percobaan dengan membiarkan suatu tanaman
bunga menyerbuk sendiri. Setelah tanaman ini menghasilkan buah dan biji –
bijian yang terdiri dari 72 tanaman berbunga ungu , 28 tanaman berbunga merah
dan 28 tanaman berbunga putih. Peristiwa apakah yang berperan disini dan
apakah hasil percobaan itu dapat dianggap benar ?
Jawaban:
Melihat hasil itu dapat diduga bahwa ada peristiwa epistasi resesip, yang secara
teoretis seharusnya menunjukkan perbandingan fenotipe 9 : 3 : 4
Ungu merah putih jumlah
o 72 28 28 128
e 72 24 32 128
d 0 +4 -4
- 0,67 0,50
KESIMPULAN
.
DAFTAR PUSTAKA
Bandiati, S.K.P. (2003). Buku Ajar Genetika Ternak. Percetakan Lestari Bandung