Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN KASUS

SEORANG WANITA 13 TAHUN


DENGAN GINGIVAL ENLARGEMENT

Diajukan Guna Melengkapi Tugas Kepaniteraan Senior


Ilmu Kesehatan Gigi dan Mulut
Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro

Disusun oleh :
Leonardo Cahyo Nugroho 22010112210028
Risa Ardiani 22010112210049
Rika Widyantari 22010112200050

Pembimbing :
Drg. Tyas

BAGIAN ILMU KESEHATAN GIGI DAN MULUT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2012
BAB 1

PENDAHULUAN

Penyakit atau kelainan pada jaringan penyangga yang paling banyak terjadi adalah

kelainan gingiva, karena merupakan bagian dari jaringan penyangga yang terletak

dipermukaan. Salah satu kelainan itu adalah pembesaran gingiva.

Pada keadaan yang normal, jaringan gingiva mengisi ruang di antara tiap gigi.

Dimulai pada titik kontak antara dua gigi, kemudian mengelilingi leher gigi dan dilanjutkan

ke arah bawah dan samping.

Pembesaran gingiva adalah suatu keadaan di mana terjadi penambahan ukuran dari

gingiva. Dalam keadaan ini, jaringan gingiva menggelembung secara berlebihan di antara

gigi dan atau pada daerah leher gigi. Penambahan ukuran ini dapat terjadi secara hipertrofi,

hiperplasia, ataupun kombinasi antara keduanya. Dalam penegakan diagnosis pembesaran

gingiva, harus dilakukan anamnesis yang teliti dan melakukan pemeiksaan oral diagnosis.

Pasien yang datang dengan keluhan gusinya membesar sebaiknya dilakukan

pemeriksaan untuk mengetahui penyebabnya. Secara umum, penyebab pembesaran gingiva

dikelompokkan menjadi empat, yaitu pembesaran gingiva karena inflamasi, pengaruh obat-

obatan, sistemik, dan herediter. Dengan mengetahui etiologi dari pembesaran gingiva

diharapkan dapat mendukung keberhasilan terapi.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1Gingiva Normal

Jaringan periodontal terdiri dari gingiva, epitel penghubung, ligamen periodonsium,


sementum dan tulang alveolar. Gingiva merupakan bagian mukosa rongga mulut yang
mengelilingi gigi dan menutupi linggir (ridge) alveolar. Gingiva sendiri tersusun oleh epitel
berkeratin dan jaringan ikat yang berfungsi melindungi jaringan di bawah perlekatan gigi
terhadap pengaruh lingkungan rongga mulut (Susanto, 2009).
Gingiva yang sehat secara klinis tampak berwarna pink ‘salmon’, pada orang kulit
hitam (termasuk orang kaukasia) kadang menunjukkan adanya derajat variasi pigmentasi
warna coklat pada gingiva (Wolf dkk., 2005). Menurut Santoso (2009), ciri gingiva sehat
yaitu berwarna merah muda hingga bervariasi tergantung pada jumlah pigmen melanin pada
epitelium, derajat keratinisasi epithelium dan vaskularisasi serta sifat fibrosa dari jaringan
ikat dibawahnya, tepinya seperti pisau dan scallop agar sesuai dengan kontur gigi-geligi.
Secara histologis kedalaman sulkus pada gingiva sehat maksimal 0,5 mm dan lebar 0,15 mm.
Pada saat dilakukan probing, probe dapat berpenetrasi ke dalam epithel junctional sampai 2
mm (Wolf dkk., 2005).

Warna Ginggiva
Warna ginggiva normal umumnya merah jambu (coral pink). Hal ini disebabkan oleh
adanya pasokan darah, tebal dan derajat lapisan keratin epithelium serta sel-sel pigmen.
Warna ini bervariasi untuk setiap orang erat hubungannya dengan pigmentasi kutaneous.
Pigmentasi pada ginggiva biasanya terjadi pada individu berkulit gelap. Pigmentasi pada
gingiva cekat berkisar dari cokelat sampai hitam. Warna pigmentasi pada mukosa alveolar
lebih merah, karena mukosa alveolar tidak mempunyai lapisan keratin dan epitelnya tipis.

Besar Ginggiva
Besar ginggiva ditentukan oleh jumlah elemen seluler, interseluler dan pasokan
darah. Perubahan besar ginggiva merupakan gambaran yang paling sering dijumpai pada
penyakit periodontal.
Kontur Ginggiva
Kontur dan besar ginggiva sangat bervariasi. Keadaan ini dipengaruhi oleh bentuk dan
susunan gigi-geligi pada lengkungnya, lokalisasi dan luas area kotak proksimal, dan dimensi
embrasure (interdental) gingival oral maupun vestibular. Papilla interdental menutupi bagian
interdenterdental sehingga tampak lancip.

Konsistensi
Gingival melekat erat ke struktur di bawahnya dan tidak mempunyai lapisan
submukosa sehingga ginggiva tidak dapat digerakkan dan kenyal.

Tekstur
Permukaan ginggiva cekat berbintik-bintik seperti kulit jeruk. Bintik-bintik ini disebut
stipling. Stipling akan terlihat jelas jika permukaan ginggiva dikeringkan. Stipling ini
bervariasi dari individu ke individu yang lain dan pada permukaan yang berbeda pada mulut
yang sama. Stipling akan lebih jelas terlihat pada permukaan vestibular dibandingkan dengan
permukaan oral. Pada permukaan marginal gingival tidak terdapat stipling.

2.2 Pembesaran Gingiva


Gingiva merupakan bagian dari jaringan periodonsium yang menutupi gigi dan
berfungsi sebagai jaringan penyangga gigi. Penyakit periodontal yang paling sering terjadi
adalah penyakit gingiva, karena gingiva merupakan bagian terluar dari jaringan periodonsium
yang dapat terlihat secara langsung sehingga mempengaruhi faktor estetik. Salah satu
penyakit gingiva yang sangat menggangu estetik dan fungsional gigi adalah terjadinya
pembesaran gingiva. Kelainan ini menyebabkan perubahan bentuk gingiva yang secara klinis
terlihat lebih besar dari normal.

2.2.1 Defenisi
Pembesaran gingiva didefenisikan sebagai suatu keadaan dimana ukuran gingiva
bertambah dari normal yang dapat menimbulkan masalah estetis dan kebersihan gigi geligi.
Klasifikasi dari pembesaran gingiva menurut etiologi dan perubahan patologisnya dibagi
menjadi 5, yaitu:
1. Pembesaran gingiva inflamatorik:
a) Akut
b) Kronik
2. Pembesaran gingiva fibrotik
a) Diinduksi oleh obat
b) Idiopatik
3. Kombinasi pembesaran (fibrotik dan inflamasi)
4. Pembesaran ginggiva akibat kondisi / penyakit sistemik
a) Kondisi sistemik :
 Kehamilan
 Pubertas
 Defisiensi vitamin C
 Gingivitis sel plasma
 Pemesaran gingiva non-spesifik
b) Penyakit sistemik :
 Leukemia
 Penyakit Granulomatosa (granulomatosis Wegener, sarkoidosis)
5. Pembesaran ginggiva akibat neoplasma (tumor ginggiva)
a) Tumor jinak
b) Tumor ganas
6. Pembesaran semu (palsu)

Klasifikasi menurut Lokasi dan Distribusi :


1. Terlokalisir = hanya 1 atau beberapa gigi
2. Generalisata = melibatkan seluruh ginggiva pada rongga mulut
3. Papillary = terbatas pada papilla interdental
4. Marginal = terbatas pada ginggiva marginal
5. Diffuse = melibatkan ginggiva marginal, ginggiva terfiksir, dan papilla interdental
6. Diskret = sessile terisolasi, pembesaran bertangkai (tumor like)

2.2 4 Etiologi Pembesaran Gingiva


Pembesaran gingiva dapat disebabkan oleh berbagai etiologi dan juga diklasifikasikan
berdasarkan faktor-faktor etiologi.
1. Pembesaran gingiva inflamasi
Pembesaran gingiva bisa dihasilkan dari perubahan inflamasi kronis atau akut. Perubahan
kronis lebih banyak terjadi. Pembesaran inflamasi biasanya adalah komplikasi sekunder dari
banyak tipe-tipe pembesaran, dan dikombinasikan dengan oembesaran gingiva.
Pembesaran karena Inflamasi Kronis (Ginggivitis Kronis)
Gambaran Klinis. Pembesaran gingiva radang kronis berasal dari pembengkakan
kecil pada papilla interdental atau gingiva marginal. Pada tahap awal, menghasilkan
penonjolan di sekeliling gigi yang terlibat. Tonjolan ini meningkat dalam ukuran
sampai menutupi bagian dari mahkota. Pembesaran ini secara umum bersifat papillary
atau marginal dan terlokalisasi atau bersifat umum. Perkembangannya sangat lambat
dan tanpa sakit kecuali ditambah dengan infeksi atau trauma yang akut.
Pembesaran radang gingiva yang kronis sebagai sebuah sessile yang berbeda sendiri
atau massa pedunculated yang menyerupai tumor. Pembesaran ini mungkin terdapat
pada interpoximal atau gingiva marginal atau perlekatan gingiva. Luka ini lambat
untuk tumbuh dan biasanya tanpa rasa nyeri. Pembesaran bisa secara spontan
berkurang dalam ukuran, diikuti dengan pembusukan dan kemudian membesar
kembali. Pembusukan dengan rasa sakit kadang-kadang terjadi pada lipatan di antara
massa dan batasan gingiva.
Histopatologi. Pembesaran gingiva radang kronis menunjukkan sifat eksudatif dan
proliferatif pada peradangan kronis. Luka yang secara klinis berwarna merah gelap
atau merah kebiru-biruan, bersifat lunak dan rapuh dengan permukaan berkilauan
yang lembut, dan mudah berdarah yang memiliki sel radang yang melimpah dan
mengalir dengan penelanan pembuluh darah, dan berkaitan dengan perubahan
degeneratif. Luka yang relatif keras, leathery, dan berwarna merah muda memiliki
komponen serat yang lebih besar, dengan melimpahnya fibroblast dan serat kolagen.
 Bentuk-bentuknya :
1. Lokal atau Generalisata
Diawali dengan bentuk seperti bulatan kecil pada papila interdental dan atau margin
gingiva. Pada stadium awal, terjadi penonjolan (bulge) disekitar gigi yang terlibat.
Enjolan dapat terlokalisir atau menyeluruh dan berjalan secara lambat dan sedikit nyeri,
sampai mengalami komplikasi oleh karena trauma atau infeksi.
2. Diskret (tumor like) :
- Massa bertangkai
- Terjadi pada gingiva bagian interproximal atau marginal
- Berkembang perlahan, tidak nyeri pada massa tersebut, tetapi nyeri pada ulserasi di
lipatan antara massa dan ginggiva
- Dapat terjadi reduksi secara spontan, dapat diikuti dengan eksaserbasi dan
pembesaran kembali
3. Perubahan ginggiva yang berhubungan dengan kebiasaan bernafas lewat mulut
- Ginggiva tampak merah dan edematous serta tampak mengkilap
- Regio maxilla anterior adalah tempat yang menjadi predileksi. Ginggiva yang
mengalami perubahan berbatas tegas dengan ginggiva normal
- Patofisiologi bagaimana kebiasaan bernafas lewat mulut menyebabkan pembesaran
ginggiva tidak sepenuhnya diketahui
- Efek kebiasaan bernafas lewat mulut yang merugikan disebakan oleh iritasi
menyeluruh pada permukaan yang dehidrasi
 Etiologi dari pembesaran inflamasi kronis
- Iritasi lokal yang berkepanjangan, kebersihan mulut yang buruk
- Faktor-faktor yang menyebabkan akumulasi dan retensi plak : hubungan yang
abnormal antara gigi, over hanging margin, impaksi makanan, iritasi saat
mengatupkan rahang, terapi ortodontik, kebiasaan seperti bernafas lewat mulut,
menekankan lidah ke ginggiva.
Pembesaran karena Inflamasi Akut
Abses ginggiva :
Abses gingiva biasanya berlokasi di tempat tertentu, nyeri, luka yang menyebar dengan cepat
yang biasanya terserang secara mendadak. Secara umum dibatasi pada gingiva marginal atau
papilla interdental. Pada tahap awal muncul dengan pembengkakan berwarna merah dengan
permukaan berkilauan yang lembut. Dalam waktu 24 jam sampai 48 jam, luka biasanya
menjadi berubah-ubah dan berpusat dengan lubang permukaan dari mana eksudat bernanah
bisa terlihat. Gigi yang berdekatan selalu sensitif.
Histopatologis. Abses gingiva terdiri dari pusat bernanah pada jaringan konektif dikelilingi
sebuah infiltrasi memanjang pada leukosit poli-morfon-nuklear, jaringan edematous, dan
penelanan jaringan pembuluh darah. Epitel permukaan memiliki tingkat yang bervariasi pada
edema intra dan ekstra-sel, serangan leukosit dan pemborokan.

Etiologi Abses Gingiva :


- Bakteri yang masuk ke dalam jaringan gingiva
- Benda asing (misal, bulu sikat gigi yang keras)

Pembesaran Fibrotik :
- Disebabkan oleh faktor-faktor selain iritasi lokal
- Sebagian besar kasus terjadi terkait dengan terapi medikamentosa seperti: fenitoin,
cyclosporine, nifedipine.
2. Pembesaran gingiva diinduksi obat-obatan
1. Anti konvulsan, misal: phenytoin
- Tidak berkaitan dengan durasi, dosis, atau iritasi lokal
- Jarang terjadi di bagian gingiva yang tidak terdapat gigi
- Menghilang secara spontan setelah penghentian obat
- Gambaran klinis :
Gambaran klinis dan mikroskopis dari pembesaran gingiva yang disebabkan oleh
obat-obat yang berbeda mirip.
Diawali oleh pembesaran menyerupai manik-manik yang tidak nyeri (di bagian
margin gingiva bagian lingual dan papila interdental, yang kemudian menyatu dan
membentuk jaringan masif yang menutupi sebagian mahkota gigi. Hiperplasia gingiva
akibat obat yang tidak mengalami komplikasi oleh faktor lokal akan berbentuk seperti
buah mulberry, batas tegas, berwarna pink pucat. Permukaannya berbenjol-benjol dan
tidak mudah berdarah. Jika mengalami komplikasi akibat faktor lokal akan terjadi
pembesaran ukuran dengan warna yang kemerahan atau merah kebiruan dan
cenderung mudah berdarah.
2. Obat imunosupresor, misal: cyclosporine
Mekanisme kerja yang pasti tidak diketahui. Pembesaran akibat obat-obatan
imunosupresor terjadi pada 30% pasien, baik pemeberian obat secara peroral pembesaran
gingiva akibat pemberian fenitoin, tetapi vaskularisasinya maupun intravena. Menurut
penelitian, pemberian > 500 mg/hari dapat menginduksi terjadinya pemebesaran gingiva.
Secara klinis, gambarannya mirip dengan lebih banyak dibanding akibat fenitoin. Pada
beberapa kasus, dapat tampak gambaran inflamasi.
3. Calcium channel blocker, misal: nifedipine
Mekanisme kerja obat ini adalah menghambat masuknya ion kalsium melalui membran
sel jantung dan otot polos sehingga menghambat mobilisasi kalsium intraseluler.
Keadaan ini akan menyebabkan dilatasi arteri koronaria dan arteriol, sehinggan
meningkatkan suplai oksigen ke otot jkantung dan juga menurunkan hipertensi dengan
mendilatasi vaskuler perifer. Nifedipine biasanya juga digunakan bersama cyclosporine
pada pasien transplantasi ginjal dan kombinasi kedua obat ini dapat menginduksi
pertumbuhan gingiva yang lebih besar.
3. Pembesaran gingiva yang dikaitkan dengan kondisi atau penyakit sistemik
a. Pembesaran kondisional seperti pada keadaan pregnansi, pubertas, defisiensi vitamin
C, gingivitis sel plasma, pembesaran nonspesifik.
Pembesaran Gingiva kondisional terjadi ketika kondisis sistemik pada pasien
memperparah respon gingiva pasien terhadap plak gigi. Plak Bakterial
berperan penting dalam permulaan pembentukan awal pada pembesaran
gingiva ini. Namun, plak bukan semata mata penentu dari gambaran klinis.
Tiga tipe pembesaran gingiva kondisional adalah hormon (kehamilan,
puberitas), nutrisional (berhubungan dengan kekurangan vitamin C) dan
alergi.
1. Pembesaran Gingiva pada Kehamilan
Selama kehamilan terjadi peningkatan kadar hormon progesteron dan estrogen
dimana pada akhir trimester ketiga kadar ini bisa mencapai 10-30kali lebih
banyak dibandingkan pada saat siklus menstruasi. Hormon-hormon tersebut
mempengaruhi permeabilitas vaskuler kemudian memicu edema gingiva dan
peningkatan respon inflamasi terhadap plak gigi. Mikroba pada daerah
subgingiva juga mengalami peningkatan termasuk Bakteri Provotella
intermedia.
A. Pembesaran Marginal. Pembesaran marginal gingiva selama
kehamilan terjadi akibat peningkatan dari proses inflamasi sebelumnya
dan insidennya mencapai 10-70%. Pembesaran gingiva tidak dapat terjadi
tanpa peranan dari plak bakterial.
Gambaran Klinis : Pembesaran gingiva biasanya luas dan cenderung
dibagian interproximal dibandingkan pada permukaan facial dan lingual.
Warna pada pembesaran gingiva ini biasanya merah terang atau magenta,
lunak, dan memiliki permukaan terang dan tambak lembut.
B. Tumor Like Enlargement. Pembesaran ini bukanlah neoplasma,
namun merupakan respon inflamasi terahadap plak bakteri yang
dipengaruhi juga dengan kondisi pasien. Biasanya pembesaran gingiva ini
muncul pada bulan ke tiga kehamilan, tetapi juga bisa muncul lebih awal.
Insidennya 1,8-5%.
Gambaran klinis : Lesinya tampak tersebar, mushroomlike, massa
bulat,pipih yang menonjol dari margin gingiva atau lebih sering dari
spasial interproksimal dan melekat dengan atau tanpa tangkai.
2. Pembesaran Gingiva pada masa Pubertas
Pembesaran dari gingiva ini kadang-kadang muncul pada masa pubertas baik
pada laki-laki maupun perempuan. Dan ini muncul pada area dengan
akumulasi plak.
Gambaran klinis : Ukuran dari pembesaran gingival ini berukuran cukup besar.
Lokasinya di marginal dan interdental dan berlokasi khas di bulbus papil
interproximal. Seringnya pembesaran terletak pada facial gingiva dan bagian
superfisial lingua relatif berubah. Hal ini dikarenakan dari mekanisme lidah
dan makanan yang mencegah akumulasi yang besar dari iritasi lokal pada
superfisial lingua. Pembesaran ginggiva selama pubertas mempunyai seluruh
tampilan klinis yang berhubungan dengan penyakit ginggivitis kronis. Yaitu
terkait dalam derajat pembesaran dan kaitannya dengan rekurensi masif yang
berhubungan dengan deposit plak yang tumbuh pada pembesaran ginggiva
pubertas yang tidak menimbulkan komplikasi. Setelah masa pubertas,
pembesaran yang terjadi secara spontan akan berkurang tetapi tidak akan
kembali ke bentuk normal kalau plak dan kalkulus yang ada tidak dihilangkan
terlebih dahulu.
b. Pembesaran gingiva akibat penyakit sistemik seperti pada penyakit leukemia.
Pembesaran dan perdarahan gingiva merupakan komplikasi oral yang paling
umum dari leukemia. Jaringan gingiva dianggap lebih rentan terhadap infiltrasi sel
leukemia yang menyebabkan pengeluaran komponen molekul adhesi endotelial
sehingga infiltrasi leukosit meningkat.
Klasifikasi etiologi lesi gingiva pada pasien leukemia telah dibuat oleh Barrett.
Klasifikasi ini terdiri dari empat kategori yang membedakan antara lesi akibat
langsung dari proses penyakit dan perawatan sertayang disebabkan oleh efek sekunder
seperti depresi sumsum tulang dan jaringanlimfoid.
 Kategori 1 adalah lesi yang disebabkan oleh infiltrasi leukemia langsung
disertai pembesaran pada gingiva.
 Kategori 2 berhubungan langsung dengan toksisitas obat yang disebabkan oleh
agen kemoterapi. Obat-obatan ini menyebabkan perubahan yang nyata pada
gingiva termasuk erosi dan ulserasi. Sebelum transplantasi sumsum tulang,
ablasi sumsum tulang dengan kemoterapi, dengan ataupun tanpa radioterapi
dapat mengakibatkan retensi epitel, yang akan terlihat memutih dan
menebalnya mukosa oral. Obat immunosuppressif siklosporin yang biasa
digunakan untuk mencegah terjadinya penolakan setelah transplantasi juga
dapat menyebabkan terjadinya hiperplasia gingiva.
 Kategori 3 terdiri dari efek yang merugikan dari graft versus host reactions.
Pada penyakit ini limfosit yang ditrasplantasikan bereaksi terhadap host
antigens. Lesi mukosa termasuk lichenoid striae, pelepasan epitel, erosi dan
ulserasi dan dapat berguna sebagai penanda aktivitas graft versus host
reactions.
 Kategori 4 mencakup efek sekunder dari depresi sumsum / jaringan limfoid
dan juga perdarahan, ulserasi neutropeni dan rentan terjadi infeksi mikroba.
Gambaran klinis periodontal mencakup gingiva pucat, perdarahan karena
defisiensi trombosit, resistensi terhadap infeksi. Umumnya perdarahan dan
ulserasi gingiva dapat berkurang jika oral higiene yang cukup.
3. Pengukuran Hiperplasi Gingiva
Hiperplasia Index (HI) dapat digunakan sebagai parameter mengukur derajat pembesaran
ginggiva. Menurut Seymour penentuannya dilihat dengan skor berikut:

0 = Tidak ada pembesaran interdental papil ke permukaan gigi.


1 = Sedikit pembesaran interdental papil, ujung papil tampak membulat.
2= Pembesaran sedang, papil mengembang meliputi bagian lateral yang melintasi permukaan bukal.
Pembesaran gusi kurang dari separuh panjang mahkota gigi.
3= Pembesaran papil, yaitu pembesaran gusi lebih dari separuh panjang mahkota gigi, Bentuk
normal papil hilang.
BAB III
LAPORAN KASUS

1. IDENTITAS PENDERITA
Nama : An. AY
Umur : 13 tahun
Alamat : Klipang Blok T 1, Sendang Mulyo, Tembalang
Agama : Kristen
Pekerjaan : Pelajar
Suku : Jawa
No CM : C391551
Tanggal Kunjungan : 17 Desember 2012-12-20
2. DATA DASAR
A. SUBYEKTIF
Aloanamnesis dengan Ibu Penderita pada tanggal 17 Desember 2012 Jam 12.46
Keluhan Utama : Gusi rahang atas bagian depan bengkak
Riwayat Penyakit Sekarang :
Kurang lebih dua tahun yang lalu pasien mulai merasakan gusi rahang atas mulai
bengkak, merah dan nyeri. Kurang lebih satu tahun yang lalu, setelah pasien
menstruasi bengkak pada gusi dirasakan semakin parah. Saat ini gusi pasien
mudah berdarah terutama saat menggosok gigi dan makan makanan keras serta
mengganggu secara penampilan pasien. Pasien kemudian berobat ke RSDK
bagian Gigi Mulut.
Riwayat Penyakit Dahulu :
 Penderita baru pertama kali sakit seperti ini
 Riwayat sakit jantung (-)
 Riwayat sakit Hipertensi (-)
 Riwayat sakit DM (-)
 Riwayat Flek Paru (-)
 Riwayat tambalan gigi (-)
 Riwayat menggunakan gigi palsu (-)
 Pasien mengaku menggosok gigi dua kali sehari saat mandi
 Riwayat gusi sering berdarah (-)
 Riwayat alergi (-)
 Riwayat sakit gigi (-)

Riwayat Penyakit Keluarga


 Tidak ada anggota keluarga yang sakit serupa
 riwayat DM, hipertensi, jantung dalam keluaga disangkal
Riwayat Sosial Ekonomi
Pasien adalah seorang pelajar SMP yang masih menjadi tanggungan dari orang tua.
Orang tua pasien bekerja sebagai pegawai negri. Biaya pengobatan ditanggung
ASKES.
Kesan : sosial ekonomi cukup

B. OBYEKTIF (17 Desember 2012)


Status Generalis
Keadaan umum : Tampak sehat
Kesadaran : Kompos mentis
Keadaan Gizi : Baik
Tanda vital :
 Tekanan Darah : 100/60 mmHg
 Nadi : 86 x/menit
 RR : 20 x/ menit
 Suhu : Suhu 36,8 oC

Pemeriksaan Gigi dan Mulut


Ekstra oral
Kelenjar Limfe : pembengkakan nnll colli ant (-/-)
Asimetri muka : (-)
Intra oral
Mukosa pipi kiri/kanan : kanan : tidak ditemukan kelainan
kiri : tidak ditemukan kelainan
Mukosa palatum durum-molle: tidak ditemukan kelainan
Mukosa dasar mulut/lidah : tidak ditemukan kelainan
Mukosa pharynx : tidak ditemukan kelainan
Kelainan periodontal : tidak ditemukan kelainan
Gingiva RA : bengkak, merah, nyeri
Gingiva RB : sedikit bengkak, merah, tidak nyeri
Karang gigi : kalkulus (+) RA dan RB
Gigi : sisa akar gigi 46, Karies superfisial oklusal gigi 36, 37

4. DIAGNOSIS
Diagnosis Keluhan Utama : Gingival Enlargement ec Calculus + Hormonal
Diagnosis Banding :
Diagnosis Penyakit lain
 Gangren Radix 46

5. INITIAL PLAN
Pemeriksaan Penunjang :
Radiologi : X Foto Panoramik

6. TERAPI
1. Medikamentosa : Klorhexidin gargle diberikan sehari 2 kali sehari untuk dikumur
2. Konsul ke periodentis
CATATAN KEMAJUAN
Pada tanggal 20 Desember 2012, pasien datang ke poli kembali Gigi dan Mulut dengan
keadaan umum tampak baik. Pasien membawa hasil pemeriksaan radiologi berupa X Foto
Panoramik dengan interpretasi sebagai berikut :
 Struktur tulang tampak baik
 Tampak impaksi gigi 18, 28 disertai pericoronal lusensi kearah bukal dan 38,
48 disertai pericoronal lusensi kearah mesial
 tampak sisa akar gigi 46, disertai periapical lusensi
 Tak tampak karies gigi
 Tak tampak tumpatan
 Kanalis alveolaris kanan kiri baik
Terapi
 Medikamentosa :
1. Amoxicilin tab 3x1 diberikan selama 4 hari
2. Metronidazol 500 mg 2x1selama 5 hari
3. Minosep, obat kumur, dikumurkan selama 20 detik 2xsehari sehabis sikat gigi
 pro kalkulektomi setelah 1 minggu (menunggu inflamasi pada gingiva berkurang
setelah diberikan obat)

BAB IV
PEMBAHASAN

Seorang anak perempuan berusia 13 tahun dengan keluhan terdapat pembengkakan


pada gusi bagian rahang depan atas. Kurang lebih dua tahun yang lalu pasien mulai
merasakan gusi rahang atas mulai bengkak, merah dan nyeri. Kurang lebih satu tahun yang
lalu, setelah pasien menstruasi bengkak pada gusi dirasakan semakin parah. Saat ini gusi
pasien mudah berdarah terutama saat menggosok gigi dan makan makanan keras serta
mengganggu secara penampilan pasien. Pasien kemudian berobat ke poli Gigi dan Mulut
RSUP Dr.Kariadi. Penderita baru pertama kali sakit seperti ini. Riwayat sakit jantung (-),
sakit Hipertensi (-), riwayat sakit DM (-), riwayat Flek Paru (-), riwayat tambalan gigi (-),
riwayat menggunakan gigi palsu (-), pasien mengaku menggosok gigi dua kali sehari saat
mandi, riwayat gusi sering berdarah (-), riwayat alergi (-), riwayat sakit gigi (-).
Dari hasil pemeriksaan ekstra oral tidak ditemukan kelainan. Pada pemeriksaan
intraoral ditemukan Gingiva RA bengkak, merah, nyeri. Gingiva RB sedikit bengkak, merah,
tidak nyeri. Terdapat kalkulus (+) RA dan RB. Pada pemeriksaan gigi ditemukan sisa akar
gigi 46 dan karies superfisial oklusal gigi 36, 37.
Pada pemeriksaan radiologis foto panoramix didapatkan impaksi gigi 18, 28 disertai
pericoronal lusensi kearah bukal dan 38, 48 disertai pericoronal lusensi kearah mesial dan
tampak sisa akar gigi 46, disertai periapical lusensi.
Pasien ini didiagnosis sebagai gingival enlargement ec calculus dan hormonal. Untuk
terapinya diberikan medikamentosa : Amoxicilin tab 3x1 diberikan selama 4 hari,
Metronidazol 500 mg 2x1selama 5 hari, Minosep, obat kumur, dikumurkan selama 20 detik
2xsehari sehabis sikat gigi serta pro kalkulektomi setelah 1 minggu (menunggu inflamasi
pada gingiva berkurang setelah diberikan obat).

Anda mungkin juga menyukai