LAPORAN KASUS Gingiva Enlargemen
LAPORAN KASUS Gingiva Enlargemen
Disusun oleh :
Leonardo Cahyo Nugroho 22010112210028
Risa Ardiani 22010112210049
Rika Widyantari 22010112200050
Pembimbing :
Drg. Tyas
PENDAHULUAN
Penyakit atau kelainan pada jaringan penyangga yang paling banyak terjadi adalah
kelainan gingiva, karena merupakan bagian dari jaringan penyangga yang terletak
Pada keadaan yang normal, jaringan gingiva mengisi ruang di antara tiap gigi.
Dimulai pada titik kontak antara dua gigi, kemudian mengelilingi leher gigi dan dilanjutkan
Pembesaran gingiva adalah suatu keadaan di mana terjadi penambahan ukuran dari
gingiva. Dalam keadaan ini, jaringan gingiva menggelembung secara berlebihan di antara
gigi dan atau pada daerah leher gigi. Penambahan ukuran ini dapat terjadi secara hipertrofi,
gingiva, harus dilakukan anamnesis yang teliti dan melakukan pemeiksaan oral diagnosis.
dikelompokkan menjadi empat, yaitu pembesaran gingiva karena inflamasi, pengaruh obat-
obatan, sistemik, dan herediter. Dengan mengetahui etiologi dari pembesaran gingiva
Warna Ginggiva
Warna ginggiva normal umumnya merah jambu (coral pink). Hal ini disebabkan oleh
adanya pasokan darah, tebal dan derajat lapisan keratin epithelium serta sel-sel pigmen.
Warna ini bervariasi untuk setiap orang erat hubungannya dengan pigmentasi kutaneous.
Pigmentasi pada ginggiva biasanya terjadi pada individu berkulit gelap. Pigmentasi pada
gingiva cekat berkisar dari cokelat sampai hitam. Warna pigmentasi pada mukosa alveolar
lebih merah, karena mukosa alveolar tidak mempunyai lapisan keratin dan epitelnya tipis.
Besar Ginggiva
Besar ginggiva ditentukan oleh jumlah elemen seluler, interseluler dan pasokan
darah. Perubahan besar ginggiva merupakan gambaran yang paling sering dijumpai pada
penyakit periodontal.
Kontur Ginggiva
Kontur dan besar ginggiva sangat bervariasi. Keadaan ini dipengaruhi oleh bentuk dan
susunan gigi-geligi pada lengkungnya, lokalisasi dan luas area kotak proksimal, dan dimensi
embrasure (interdental) gingival oral maupun vestibular. Papilla interdental menutupi bagian
interdenterdental sehingga tampak lancip.
Konsistensi
Gingival melekat erat ke struktur di bawahnya dan tidak mempunyai lapisan
submukosa sehingga ginggiva tidak dapat digerakkan dan kenyal.
Tekstur
Permukaan ginggiva cekat berbintik-bintik seperti kulit jeruk. Bintik-bintik ini disebut
stipling. Stipling akan terlihat jelas jika permukaan ginggiva dikeringkan. Stipling ini
bervariasi dari individu ke individu yang lain dan pada permukaan yang berbeda pada mulut
yang sama. Stipling akan lebih jelas terlihat pada permukaan vestibular dibandingkan dengan
permukaan oral. Pada permukaan marginal gingival tidak terdapat stipling.
2.2.1 Defenisi
Pembesaran gingiva didefenisikan sebagai suatu keadaan dimana ukuran gingiva
bertambah dari normal yang dapat menimbulkan masalah estetis dan kebersihan gigi geligi.
Klasifikasi dari pembesaran gingiva menurut etiologi dan perubahan patologisnya dibagi
menjadi 5, yaitu:
1. Pembesaran gingiva inflamatorik:
a) Akut
b) Kronik
2. Pembesaran gingiva fibrotik
a) Diinduksi oleh obat
b) Idiopatik
3. Kombinasi pembesaran (fibrotik dan inflamasi)
4. Pembesaran ginggiva akibat kondisi / penyakit sistemik
a) Kondisi sistemik :
Kehamilan
Pubertas
Defisiensi vitamin C
Gingivitis sel plasma
Pemesaran gingiva non-spesifik
b) Penyakit sistemik :
Leukemia
Penyakit Granulomatosa (granulomatosis Wegener, sarkoidosis)
5. Pembesaran ginggiva akibat neoplasma (tumor ginggiva)
a) Tumor jinak
b) Tumor ganas
6. Pembesaran semu (palsu)
Pembesaran Fibrotik :
- Disebabkan oleh faktor-faktor selain iritasi lokal
- Sebagian besar kasus terjadi terkait dengan terapi medikamentosa seperti: fenitoin,
cyclosporine, nifedipine.
2. Pembesaran gingiva diinduksi obat-obatan
1. Anti konvulsan, misal: phenytoin
- Tidak berkaitan dengan durasi, dosis, atau iritasi lokal
- Jarang terjadi di bagian gingiva yang tidak terdapat gigi
- Menghilang secara spontan setelah penghentian obat
- Gambaran klinis :
Gambaran klinis dan mikroskopis dari pembesaran gingiva yang disebabkan oleh
obat-obat yang berbeda mirip.
Diawali oleh pembesaran menyerupai manik-manik yang tidak nyeri (di bagian
margin gingiva bagian lingual dan papila interdental, yang kemudian menyatu dan
membentuk jaringan masif yang menutupi sebagian mahkota gigi. Hiperplasia gingiva
akibat obat yang tidak mengalami komplikasi oleh faktor lokal akan berbentuk seperti
buah mulberry, batas tegas, berwarna pink pucat. Permukaannya berbenjol-benjol dan
tidak mudah berdarah. Jika mengalami komplikasi akibat faktor lokal akan terjadi
pembesaran ukuran dengan warna yang kemerahan atau merah kebiruan dan
cenderung mudah berdarah.
2. Obat imunosupresor, misal: cyclosporine
Mekanisme kerja yang pasti tidak diketahui. Pembesaran akibat obat-obatan
imunosupresor terjadi pada 30% pasien, baik pemeberian obat secara peroral pembesaran
gingiva akibat pemberian fenitoin, tetapi vaskularisasinya maupun intravena. Menurut
penelitian, pemberian > 500 mg/hari dapat menginduksi terjadinya pemebesaran gingiva.
Secara klinis, gambarannya mirip dengan lebih banyak dibanding akibat fenitoin. Pada
beberapa kasus, dapat tampak gambaran inflamasi.
3. Calcium channel blocker, misal: nifedipine
Mekanisme kerja obat ini adalah menghambat masuknya ion kalsium melalui membran
sel jantung dan otot polos sehingga menghambat mobilisasi kalsium intraseluler.
Keadaan ini akan menyebabkan dilatasi arteri koronaria dan arteriol, sehinggan
meningkatkan suplai oksigen ke otot jkantung dan juga menurunkan hipertensi dengan
mendilatasi vaskuler perifer. Nifedipine biasanya juga digunakan bersama cyclosporine
pada pasien transplantasi ginjal dan kombinasi kedua obat ini dapat menginduksi
pertumbuhan gingiva yang lebih besar.
3. Pembesaran gingiva yang dikaitkan dengan kondisi atau penyakit sistemik
a. Pembesaran kondisional seperti pada keadaan pregnansi, pubertas, defisiensi vitamin
C, gingivitis sel plasma, pembesaran nonspesifik.
Pembesaran Gingiva kondisional terjadi ketika kondisis sistemik pada pasien
memperparah respon gingiva pasien terhadap plak gigi. Plak Bakterial
berperan penting dalam permulaan pembentukan awal pada pembesaran
gingiva ini. Namun, plak bukan semata mata penentu dari gambaran klinis.
Tiga tipe pembesaran gingiva kondisional adalah hormon (kehamilan,
puberitas), nutrisional (berhubungan dengan kekurangan vitamin C) dan
alergi.
1. Pembesaran Gingiva pada Kehamilan
Selama kehamilan terjadi peningkatan kadar hormon progesteron dan estrogen
dimana pada akhir trimester ketiga kadar ini bisa mencapai 10-30kali lebih
banyak dibandingkan pada saat siklus menstruasi. Hormon-hormon tersebut
mempengaruhi permeabilitas vaskuler kemudian memicu edema gingiva dan
peningkatan respon inflamasi terhadap plak gigi. Mikroba pada daerah
subgingiva juga mengalami peningkatan termasuk Bakteri Provotella
intermedia.
A. Pembesaran Marginal. Pembesaran marginal gingiva selama
kehamilan terjadi akibat peningkatan dari proses inflamasi sebelumnya
dan insidennya mencapai 10-70%. Pembesaran gingiva tidak dapat terjadi
tanpa peranan dari plak bakterial.
Gambaran Klinis : Pembesaran gingiva biasanya luas dan cenderung
dibagian interproximal dibandingkan pada permukaan facial dan lingual.
Warna pada pembesaran gingiva ini biasanya merah terang atau magenta,
lunak, dan memiliki permukaan terang dan tambak lembut.
B. Tumor Like Enlargement. Pembesaran ini bukanlah neoplasma,
namun merupakan respon inflamasi terahadap plak bakteri yang
dipengaruhi juga dengan kondisi pasien. Biasanya pembesaran gingiva ini
muncul pada bulan ke tiga kehamilan, tetapi juga bisa muncul lebih awal.
Insidennya 1,8-5%.
Gambaran klinis : Lesinya tampak tersebar, mushroomlike, massa
bulat,pipih yang menonjol dari margin gingiva atau lebih sering dari
spasial interproksimal dan melekat dengan atau tanpa tangkai.
2. Pembesaran Gingiva pada masa Pubertas
Pembesaran dari gingiva ini kadang-kadang muncul pada masa pubertas baik
pada laki-laki maupun perempuan. Dan ini muncul pada area dengan
akumulasi plak.
Gambaran klinis : Ukuran dari pembesaran gingival ini berukuran cukup besar.
Lokasinya di marginal dan interdental dan berlokasi khas di bulbus papil
interproximal. Seringnya pembesaran terletak pada facial gingiva dan bagian
superfisial lingua relatif berubah. Hal ini dikarenakan dari mekanisme lidah
dan makanan yang mencegah akumulasi yang besar dari iritasi lokal pada
superfisial lingua. Pembesaran ginggiva selama pubertas mempunyai seluruh
tampilan klinis yang berhubungan dengan penyakit ginggivitis kronis. Yaitu
terkait dalam derajat pembesaran dan kaitannya dengan rekurensi masif yang
berhubungan dengan deposit plak yang tumbuh pada pembesaran ginggiva
pubertas yang tidak menimbulkan komplikasi. Setelah masa pubertas,
pembesaran yang terjadi secara spontan akan berkurang tetapi tidak akan
kembali ke bentuk normal kalau plak dan kalkulus yang ada tidak dihilangkan
terlebih dahulu.
b. Pembesaran gingiva akibat penyakit sistemik seperti pada penyakit leukemia.
Pembesaran dan perdarahan gingiva merupakan komplikasi oral yang paling
umum dari leukemia. Jaringan gingiva dianggap lebih rentan terhadap infiltrasi sel
leukemia yang menyebabkan pengeluaran komponen molekul adhesi endotelial
sehingga infiltrasi leukosit meningkat.
Klasifikasi etiologi lesi gingiva pada pasien leukemia telah dibuat oleh Barrett.
Klasifikasi ini terdiri dari empat kategori yang membedakan antara lesi akibat
langsung dari proses penyakit dan perawatan sertayang disebabkan oleh efek sekunder
seperti depresi sumsum tulang dan jaringanlimfoid.
Kategori 1 adalah lesi yang disebabkan oleh infiltrasi leukemia langsung
disertai pembesaran pada gingiva.
Kategori 2 berhubungan langsung dengan toksisitas obat yang disebabkan oleh
agen kemoterapi. Obat-obatan ini menyebabkan perubahan yang nyata pada
gingiva termasuk erosi dan ulserasi. Sebelum transplantasi sumsum tulang,
ablasi sumsum tulang dengan kemoterapi, dengan ataupun tanpa radioterapi
dapat mengakibatkan retensi epitel, yang akan terlihat memutih dan
menebalnya mukosa oral. Obat immunosuppressif siklosporin yang biasa
digunakan untuk mencegah terjadinya penolakan setelah transplantasi juga
dapat menyebabkan terjadinya hiperplasia gingiva.
Kategori 3 terdiri dari efek yang merugikan dari graft versus host reactions.
Pada penyakit ini limfosit yang ditrasplantasikan bereaksi terhadap host
antigens. Lesi mukosa termasuk lichenoid striae, pelepasan epitel, erosi dan
ulserasi dan dapat berguna sebagai penanda aktivitas graft versus host
reactions.
Kategori 4 mencakup efek sekunder dari depresi sumsum / jaringan limfoid
dan juga perdarahan, ulserasi neutropeni dan rentan terjadi infeksi mikroba.
Gambaran klinis periodontal mencakup gingiva pucat, perdarahan karena
defisiensi trombosit, resistensi terhadap infeksi. Umumnya perdarahan dan
ulserasi gingiva dapat berkurang jika oral higiene yang cukup.
3. Pengukuran Hiperplasi Gingiva
Hiperplasia Index (HI) dapat digunakan sebagai parameter mengukur derajat pembesaran
ginggiva. Menurut Seymour penentuannya dilihat dengan skor berikut:
1. IDENTITAS PENDERITA
Nama : An. AY
Umur : 13 tahun
Alamat : Klipang Blok T 1, Sendang Mulyo, Tembalang
Agama : Kristen
Pekerjaan : Pelajar
Suku : Jawa
No CM : C391551
Tanggal Kunjungan : 17 Desember 2012-12-20
2. DATA DASAR
A. SUBYEKTIF
Aloanamnesis dengan Ibu Penderita pada tanggal 17 Desember 2012 Jam 12.46
Keluhan Utama : Gusi rahang atas bagian depan bengkak
Riwayat Penyakit Sekarang :
Kurang lebih dua tahun yang lalu pasien mulai merasakan gusi rahang atas mulai
bengkak, merah dan nyeri. Kurang lebih satu tahun yang lalu, setelah pasien
menstruasi bengkak pada gusi dirasakan semakin parah. Saat ini gusi pasien
mudah berdarah terutama saat menggosok gigi dan makan makanan keras serta
mengganggu secara penampilan pasien. Pasien kemudian berobat ke RSDK
bagian Gigi Mulut.
Riwayat Penyakit Dahulu :
Penderita baru pertama kali sakit seperti ini
Riwayat sakit jantung (-)
Riwayat sakit Hipertensi (-)
Riwayat sakit DM (-)
Riwayat Flek Paru (-)
Riwayat tambalan gigi (-)
Riwayat menggunakan gigi palsu (-)
Pasien mengaku menggosok gigi dua kali sehari saat mandi
Riwayat gusi sering berdarah (-)
Riwayat alergi (-)
Riwayat sakit gigi (-)
4. DIAGNOSIS
Diagnosis Keluhan Utama : Gingival Enlargement ec Calculus + Hormonal
Diagnosis Banding :
Diagnosis Penyakit lain
Gangren Radix 46
5. INITIAL PLAN
Pemeriksaan Penunjang :
Radiologi : X Foto Panoramik
6. TERAPI
1. Medikamentosa : Klorhexidin gargle diberikan sehari 2 kali sehari untuk dikumur
2. Konsul ke periodentis
CATATAN KEMAJUAN
Pada tanggal 20 Desember 2012, pasien datang ke poli kembali Gigi dan Mulut dengan
keadaan umum tampak baik. Pasien membawa hasil pemeriksaan radiologi berupa X Foto
Panoramik dengan interpretasi sebagai berikut :
Struktur tulang tampak baik
Tampak impaksi gigi 18, 28 disertai pericoronal lusensi kearah bukal dan 38,
48 disertai pericoronal lusensi kearah mesial
tampak sisa akar gigi 46, disertai periapical lusensi
Tak tampak karies gigi
Tak tampak tumpatan
Kanalis alveolaris kanan kiri baik
Terapi
Medikamentosa :
1. Amoxicilin tab 3x1 diberikan selama 4 hari
2. Metronidazol 500 mg 2x1selama 5 hari
3. Minosep, obat kumur, dikumurkan selama 20 detik 2xsehari sehabis sikat gigi
pro kalkulektomi setelah 1 minggu (menunggu inflamasi pada gingiva berkurang
setelah diberikan obat)
BAB IV
PEMBAHASAN