Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

BAYI TABUNG

Dosen Pengampu:

Kelompok 3

Anggota Kelompok:

FX Aldi Pratama /195214020


Albertus Novmolas B /195214030
Ageng Anggara Jati /195214037
Riki /195214026
Yosep Erlanda Andri S /195214018
Veronika Ria Antika /195214025

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

YOGYAKARTA
BAB I

Study Kasus

Cerita Tya Ariestya Jalani Dua Kali Program Bayi Tabung

Jakarta, CNN Indonesia -- Tak semua pasangan suami istri beruntung bisa dikaruniai buah
hati secara alami. Beberapa di antaranya 'terpaksa' kudu menjalani program bayi tabung demi
melanjutkan keturunan.

Tengok saja kisah Tya Ariestya yang tak kapok menjalani program bayi tabung. Setelah
sukses menjalani program bayi tabung pada 2016 lalu, aktris 32 tahun itu kini kembali
berjuang mendapatkan buah hati melalui proses yang sama. Total, dua kali program bayi
tabung yang dilakoninya.

Program bayi tabung memang kerap menjadi salah satu alternatif pasangan suami istri untuk
mendapatkan momongan.

Awalnya adalah keresahan lantaran tak kunjung hamil pada tahun pertama pernikahannya
dengan Irfan Ratinggang. Tya pun memeriksakan kondisi rahim dan kesuburannya pada
banyak dokter.

"Lumayan, kami konsultasi dengan bermacam dokter. Istilahnya 'shoping' dokter baru bayi
tabung," kata Tya dalam konferensi pers klinik Morula IVF di Jakarta, beberapa waktu lalu.

Tya kemudian melakoni serangkaian pemeriksaan, mulai dari tes darah hingga kesuburan.

Sebagai permulaan, Tya dan Irfan diminta melakukan hubungan suami istri untuk mencoba
pembuahan alami yang dibantu dengan obat-obatan. Namun sayang, proses itu belum
berbuah hasil.

Selanjutnya, Tya dihadapkan pada pilihan inseminasi atau bayi tabung. Setelah melakukan
konsultasi dengan dokter, pilihan jatuh pada program bayi tabung.

Program bayi tabung itu dipilih lantaran kondisi hormon Tya yang tidak menunjang serta sel
telur yang kecil dan mudah pecah. Itulah yang mengakibatkan Tya sulit mengalami masa
subur. Salah satu cara agar bisa memiliki anak adalah melalui proses pembuahan di luar
rahim atau fertilisasi in vitro.

Profesor Arief Boediono, dokter sekaligus ahli embrio di Morula IVF menjelaskan bahwa
proses bayi tabung dilakoni Tya dengan serangkaian tahapan, mulai dari pengambilan sperma
sang ayah, pengambilan sel telur ibu, pengujian laboratorium, hingga pembuahan dan
dikembalikan ke rahim ibu. Lebih kurang, proses itu berlangsung selama dua pekan.

"Dicari sperma terbaik dan diberikan kepada beberapa sel telur. Proses ini dilakukan melalui
teknologi tinggi yang telah teruji," kata Arief.

Selama proses itu, Tya mesti menerima obat-obatan serta suntikan secara teratur. Ini menjadi
tantangan tersendiri bagi artis sekaligus atlet taekwondo itu.

"Tantangannya pertama konsekuensi dan waktu karena menjalani suntikan, obat-obatan,


vitamin harus konsisten, enggak boleh ketinggalan. Asupan makanan juga dijaga supaya
sehat," ucap Tya.

Tak ayal, perjuangan Tya pun membuahkan hasil. Dia melahirkan putra pertamanya,
Muhammad Kanaka Ratinggang pada 4 Juli 2016 lalu.

Dua tahun berselang, Tya dan suami ingin kembali menambah momongan. Program bayi
tabung kembali menjadi pilihan. Namun, program bayi tabung kali ini lebih berat dan
memerlukan dosis obat yang tinggi.

"Saat ini lebih tinggi dosis obat, suntikan akan lebih tinggi. Karena suntikannya dua kali lipat
dari yang pertama," kata Tya. Hal itu membuat kondisi tubuhnya lebih mudah lelah,
sekaligus menimbulkan ketidakstabilan emosi.

Tak cuma upaya yang lebih besar, biaya yang kudu dikeluarkan pun lebih mahal ketimbang
sebelumnya. Jika pada program pertama Tya harus merogoh kocek sekitar Rp60 juta, kini
jumlah duit yang dibutuhkan diperkirakan mencapai Rp100 juta.

"Masih belum ada hitungan pasti. Tapi karena obatnya lebih banyak, diperkirakan itu bisa
mencapai Rp100 juta," kata Tya.

Namun, kocek besar yang kudu dikeluarkan demi si jabang bayi itu tak jadi soal bagi Tya.
Bayi tabung, baginya merupakan salah satu upaya alternatif yang dapat dipertimbangkan
untuk mendapatkan sang buah hati.

Tya berharap proses bayi tabung keduanya ini dapat berjalan lancar sebagaimana yang
pertama. "Mohon doanya, ya, semua," katanya. (asr/chs)

Aku Hamil melalui Progam Bayi Tabung (IVF)


Pada kesempatan kali ini saya mau sharing tentang pengalaman saya mengikuti program bayi
tabung, keputusan ini saya dan suami sepakati karena setelah 4 tahun menikah dan belum
juga mendapatkan keturunan.

Setelah searching melalui Google mengenai rumah sakit mana saja yang memiliki fasilitas
program bayi tabung dengan dokter yang berpengalaman serta harga terjangkau di beberapa
rumah sakit yang ada di Jakarta, akhirnya saya memilih Klinik Teratai R.S. Gading Pluit
yang khusus menangani pasangan dengan masalah infertilitas. Rumah sakitnya juga
menawarkan paket bayi tabung waktu itu di bulan Agustus 2018, terdapat promo sekitar 40
juta dan sudah termasuk obat-obatan, pengambilan telur atau yang biasa disebut (OPU/Ovum
Pick-Up), serta embrio transfer (ET).

Di Klinik Teratai, saya memilih dokter Irsal karena ia telah memiliki pengalaman jam terbang
tinggi dalam hal menangani progam bayi tabung.
Adapun beberapa tahapan yang harus saya jalani bersama suami:
Medical check up, suami wajib cek darah, analis sperma untuk mengetahui bagus atau
tidaknya kualitas sperma. Istri juga wajib mengikuti cek darah HSG untuk mengetahui
apakah ada penyubatan di saluran tuba atau tidak dan USG untuk mengetahui jumlah telur di
rahim.

Setelah mengetahui hasil akhirnya bagus, kami kemudian lanjut ke program bayi tabung yang
dilakukan pada menstruasi 2, waktu itu di bulan Agustus tanggal 9. Dokter memeriksa
Melalui USG dan melihat jumlah telur yang saya miliki, pada saat itu telur saya ada 5 dan
ukurannya kecil-kecil. Lalu saya diberi suntikan pertama gonal-F untuk menstimulasi telur
dan mematangkan telur-telur tersebut. Suntikan di perut dilakukan di jam yang sama, waktu
itu dokter menyarankan suntik dilakukan di jam 9 malam setiap hari.
Setiap 2 hari sekali saya wajib control USG ditemani suami untuk melihat perkembangan
telur yang saya miliki, senangnya ketika dokter menyatakan jumlah telurnya bertambah dan
diameternya juga bertambah sampai 11 kali. Akhirnya perjuanganku untuk melewati suntikan
kelar juga dan telur sudah membesar dan bertambah menjadi 20 banyaknya.

Pada saat itu dokter menyatakan untuk lanjut lalu memilih tanggal (21 Agustus) untuk
melakukan tindakan operasi pengambilan telur. Senang campur panik karena ini akan
menjadi pengalaman pertama saya masuk ruang operasi. Selanjutnya suster menjelaskan
prosedur operasi yang akan dilakukan kurang lebih 30 menit dengan dibius total, jadi saya
harus puasa 8 jam sebelum tindakan operasi dilakukan. Saat pagi, saya sudah ready for OPU
dengan disemangati suami, karena saya merasa sedikit panik (21 Agustus) dalam keadaan
puasa 8 jam sebelumnya, tidak disarankan juga untuk memakai bedak, lipstik, ataupun
parfum.
30 menit selesai OPU, saya dibangunkan oleh suster dan suami, dan dalam keadaan setengah
sadar saya menanyakan berapa jumlah telur yang didapat. Suster menyatakan berkata:
"Lumayan banyak bu," saya pun tersenyum dengan mata tertutup selama OPU, kurang lebih
30 menit saya tidak merasakan apa-apa karena dibius total. Selanjutnya dilakukan ICSI (Intra
Cytoplasm Sperm Injection/Injeksi Sperma Intra Sitoplasma), yaitu dengan cara
mempertemukan sel telur dan sperma pada suatu cawan. Sel telur yang telah dibuahi
dibiarkan tumbuh beberapa saat sebelum diinjeksikan kembali ke dalam saluran
rahim.  Setelah 2 hari kemudian saya ditelepon embriologi, dan ternyata saya mendapatkan
11 embrio yang dinyatakan berkualitas good, pada saat itu juga saya segera ke dokter untuk
mengambil tindakan embrio transfer. Dua minggu dalam masa penantian, Alhamdulilah
akhirnya setelah tes darah, saya dinyatakan positif hamil dengan HCG 202

Sumber
 https://www.cnnindonesia.com/gaya-hidup/20180827112740-255-325144/cerita-tya-
ariestya-jalani-dua-kali-program-bayi-tabung
 https://kumparan.com/babyologist/aku-hamil-melalui-progam-bayi-tabung-ivf-
1548439358474551585
BAB II
Landasan Teori

A. Pengertian Bayi Tabung Secara Teoritis


In vitro vertilization (IVF) atau yang lebih dikenal dengan sebutan bayi tabung adalah proses
pembuahan sel telur dan sperma di luar tubuh wanita. In vitro adalah bahasa latin yang berarti
dalam gelas atau tabung gelas, dan vertilization berasal dari bahasa Inggris yang artinya
pembuahan, sehingga dikenal dengan sebutan bayi tabung.
Dan pengertian bayi tabung menurut M.Ali Hasan dalam bukunya yang berjudul Masail
Fiqhiyah Al-Haditsah adalah bayi yang didapatkan melalui proses pembuahan yang
dilakukan di luar rahim sehingga terjadi embrio tidak secara alamiah, melainkan dengan
bantuan ilmu kedokteran.
Adapun ilmuan yang menemukan teknologi bayi tabung ini adalah Robert Geoffrey Edwards,
ia memberikan celah kepada pasangan yang menemui jalan buntu untuk mempunyai
keturunan. Teknik bayi tabung atau in vitro fertilization (IVF) yang dikembangkannya
membantu jutaan anak lahir dan menghadirkan senyum orang tua, sekaligus mendatangkan
kontroversi dengan kelompok religius.
Sekitar 10 % pasangan di dunia mengalami ketidak suburan (infertilitas). Penyebab
infertilitas, antara lain, gangguan pada sperma, sumbatan saluran telur, endometriosis,
gangguan perkembangan sel telur, dan sebab yang tak dapat dijelaskan. Jika penanganan
gangguan reproduksi tak berhasil, program bayi tabung menjadi harapan.
Lewat program bayi tabung, pembuahan sel telur dilakukan di luar tubuh. Sel telur diambil
dari indung telur dan dibuahi dengan sperma yang sudah disiapkan di laboratorium. Embrio
yang telah terbentuk (stadium 4-8 sel) lalu ditanamkan kembali ke rahim ibu, biasanya 2-3
embrio guna memperbesar peluang kehamilan. Embrio itu diharapkan tumbuh sebagaimana
layaknya pembuahan alamiah.
Sejak awal 1950-an, Edwards telah membayangkan betapa teknik pembuahan di luar tubuh
mampu membantu pasangan mengatasi masalah infertilitas. Penelitian oleh ilmuwan lain
sebelumnya berhasil menunjukkan sel telur dari kelinci dapat dibuahi di cawan petri dengan
menambahkan sperma.
Edwards memutuskan menginvestigasi kemungkinan cara serupa diterapkan kepada manusia.
Hasilnya, tidak terlalu memuaskan lantaran sel telur manusia mempunyai siklus hidup
berbeda dibandingkan kelinci.
Tak berputus asa, dalam rangkaian percobaan ilmiah dan setelah berganti beberapa rekan
kerja, Edwards menghasilkan sejumlah penemuan fundamental. Dia mengklarifikasi proses
pematangan sel telur, perbedaan hormon yang memengaruhi pematangan sel telur, dan waktu
terbaik pembuahan oleh sperma. Dia juga berhasil menentukan kondisi terbaik pengaktifan
sperma guna membuahi sel telur.
Tahun 1969 termasuk bersejarah bagi Edwards. Untuk pertama kalinya, sebuah sel telur
manusia dibuahi di cawan laboratorium. Namun, sel telur yang dibuahi itu tak berkembang
sesuai yang diinginkan. Saat itulah dia berkesimpulan, hasil akan lebih baik jika sel telur
telah matang di dalam ovarium terlebih dahulu, sebelum dipindahkan ke luar untuk dibuahi.
Lompatan maju riset Edwards terutama dicapai setelah bekerja sama dengan ginekolog
Patrick Steptoe yang saat itu tengah mengembangkan teknik laparoskopi (teknik operasi
dengan sayatan kecil) yang memungkinkan pengamatan terhadap ovarium lewat instrumen
optik.
Steptoe menggunakan laparoskopi untuk memindahkan sel telur dari indung telur dan
Edwards melakukan kultur sel serta menambahkan sperma. Hasilnya, sel telur dapat
membelah beberapa kali dan membentuk embrio awal (ukuran 8 sel).
Keajaiban yang dihadirkan dunia kedokteran itu terjadi pada 1978 setelah sekitar 100
percobaan gagal yang berujung pada kehamilan singkat. Saat itulah pasangan Lesley dan
John Brown datang kepada Edwards setelah gagal mendapatkan keturunan selama sembilan
tahun.
Teknik IVF yang lebih disempurnakan lalu digunakan terhadap pasangan itu. Setelah embrio
berukuran delapan sel dikembalikan ke rahim Lesley Brown, lahirlah bayi sehat Louise
Brown dengan operasi caesar pada 25 Juli 1978.
Teknik IVF telah berpindah dari visi menjadi realitas. Edwards dan Steptoe lalu mendirikan
Bourn Hall Clinic di Cambridge, pusat terapi IVF pertama di dunia. Selanjutnya, Edwards
dan rekan kerjanya menyempurnakan IVF, lalu menyebarkannya ke seluruh dunia.
Sebagai akibat kemajuan ilmu pengetahuan modern dan teknologi kedokteran dan biologi
yang canggih, maka teknologi bayi tabung juga maju dengan pesat, sehingga kalau teknologi
bayi tabung ini ditangani oleh orang-orang yang kurang beriman dan bertakwa,
dikhawatirkan dapat merusak peradaban umat manusia, bisa merusak nilai-nilai agama,
moral, dan budaya bangsa, serta akibat-akibat yang negatif lainnya yang tidak terbayangkan.
Sebab apa yang bisa dihasilkan dengan teknologi, belum tentu bisa diterima dengan baik oleh
agama, etika, dan hukum yang hidup di masyarakat. Hal ini terbukti dengan timbulnya kasus
bayi tabung di Amerika Serikat, dimana ibu titipannya bernama Mary Beth Whitehead di
meja hijaukan, karena tidak mau menyerahkan bayinya kepada keluarga William Stern sesuai
dengan kontrak, akhirnya mahkamah agung memutuskan, keluarga Mary harus menyerahkan
bayi tabungnya kepada keluarga William sesuai dengan kontrak yang dianggap sah menurut
hukum disana.

Ada beberapa teknik penghamilan buatan yang telah dikembangkan di dunia kedokteran,
antara lain  :

a. Fertilazation in Vitro (FIV) dengan cara mengambil sperma suami dan ovum istri, lalu
    ditransfer ke rahim istri.
b. Gamet Intra Felopian Tuba (GIFT) dengan cara mengambil sperma suami dan ovum istri,
    setelah dicampur dan terjadi pembuahan, maka segera ditanam di saluran telur (tuba
    pallopi).

Banyak orang sebenarnya memiliki sperma atau ovum yang cukup subur, tetapi justru tidak
dapat membuahi atau di buahi, karena ada kelainan pada alat kelaminnya (alat
reproduksinya). Misalnya seorang wanita yang tersumbat saluran sel-sel telurnya, dan proses
evolusinya tidak normal atau gerakan sperma laki-laki tidak dapat menjangakau (mati
sebelum bertemu dengan ovum wanita), maka tidak akan terjadi pertemuan (percampuran)
antara dua sel ketika melakukan coitus (senggama).
Dan jika kasus ini terjadi maka dokter ahli dapat mengupayakan dengan mengambil sel telur
wanita dan dipadukan dengan sel sperma laki-laki. Perpaduan kedua sel tersebut lalu
disimpan dalam cawan pembiakan selama beberapa hari, dan inilah yang disebut dengan bayi
tabung, yaitu jabang bayi yang akan diletakkan ke dalam rahim seorang ibu dengan cara
menggunakan alat seperti suntikan.
Proses Bayi Tabung

Pertama, persiapan mental diwajibkan bagi pasangan lewat konseling yang diberikan
oleh pekerja sosial yang disediakan oleh rumah sakit. Intinya  disuruh bersiap untuk
menghadapi keadaan kalau proses bayi tabung berhasil maupun tidak berhasil. Pelaksanaan
program bisa dimulai berdasarkan masa haid. Calon ibu akan diberi obat-obatan hormonal
sebagai pemicu ovulasi agar menghasilkan banyak sel telur.  Selanjutnya dilakukan Ovum
pick up/Opu  (pengambilan sel telur).  Sedangkan calon ayah akan diambil sperma dengan
cara masturbasi.  Bila jumlah sperma cukup banyak akan disemprotkan ke sel telur.
Kedua, perkembangan hormon yang terkontrol dimulai sesaat setelah mendapatkan
mens, tepatnya pada hari ke dua lewat suntikan yang diberikan setiap hari selama kurang
lebih tiga minggu sampai mencapai ukuran telur yang diharapkan.
Ketiga, tahap pematangan telur melalui injeksi obat hormon satu hari sebelum sel
telur yang matang dikeluarkan.  Pengeluaran telur melalui proses operasi kecil, telur diambil
sebanyak-banyaknya.
Keempat, tahapan proses pembuahan sel telur dengan sperma menjadi embrio,
dilakukan oleh embriologist di rumah sakit. Setelah dua hari pembuahan, embrio yang terbaik
dipilih dan dimasukkan kedalam rahim. Kali ini prosesnya mudah, hanya memerlukan wantu
sekitar 10 menit.
Kelima, agar emrio dalam rahim dapat bertahan & berkembang dengan baik maka
saya harus mengalami suntikan hormon setiap hari selama 17 hari. Setelah itu barulah
didapatkan kepastian hamil atau tidak.

Pandangan Bayi Tabung Menurut Moral Kristiani

A.    Melanggar Hukum ke-6 (Jangan Membunuh)

Masalah utama di dalam bayi tabung dari perspektif  Kristiani adalah


berhubungan dengan embrio-embrio “yang terbuang” Sebagian besar metode-metode dalam
teknologi reproduksi memaksa untuk mengorbankan banyak embrio guna mendapatkan satu
embrio yang lebih unggul dan dapat bertahan hidup.  Dengan kata lain, kita sengaja
menyebabkan kematian banyak manusia.  Menurut Moreland dan Rae (2000, hal 270), zigot,
embrio, janin, bayi yang baru lahir, anak-anak, dan orang dewasa semua adalah pribadi.  Di
dalam Evangelium Vitae, Paus John Paul II memaparkan bahwa kehidupan dimulai sejak sel
telur dibuahi (Peters, 1996, hal 51).  Pilihan untuk mengikuti proses bayi tabung secara etika
dan moral maupun iman kristen adalah pilihan salah. Geisler (2007, hal 220), dalam bukunya
yang berjudul Etika Kristen, mengemukakan bagaimana pandangan Kristiani
terhadap biomedis. Pandangan tersebut antara lain:
1. Ada pencipta

2. Manusia secara khusus diciptakan

3. Allah berdaulat atas ciptaan

4. Prinsip kekudusan hidup

5. Tujuan tidak membenarkan alat

Alkitab dengan jelas berkata bahwa kita tidak berdaulat atas hidup kita sendiri.
“Tuhan yang memberi, Tuhan juga yang mengambil” (Ayub 1:21). Selain itu juga, Allah
berkata kepada Musa, “Akulah yang mematikan dan Akulah yang menghidupkan” (Ulangan
32:39). Allah yang menciptakan kehidupan (Kejadian 1: 21,27) dan dia sendirilah yang
menopangnya (Kis 17:28). Karena itu kita tidak mempunyai hak untuk mengambil hidup
yang tidak bersalah (Kej 9:6, Kel 20:13). Segala sesuatu dalam hidup ini adalah atas kuasa
Tuhan. Dengan demikian jelas bahwa bukan manusia yang berkuasa untuk menciptakan
kehidupan. Bayi tabung merupakan kegiatan yang melanggar ketetapan Allah karena manusia
berusaha menciptakan kehidupan.
Secara medis, teknik bayi tabung (In Vitro Fertilization/IVF) tidak
dipermasalahkan.  Tetapi menurut iman Kristiani sebaiknya tidak dilakukan walaupun jika
dalam proses IVF sel telur dan sperma yang digunakan memang dari pasangan suami-istri
yang sah.  Karena jika tidak, apa bedanya dengan perzinahan.

Namun demikian, IVF juga menyisakan masalah yang jika dilihat dari iman
Kristiani tidaklah diperbolehkan. Masalahnya adalah dalam proses IVF, IVF akan
mengambil beberapa sel telur dan sperma dari pasangan suami-istri tersebut sehingga nanti
akan tercipta beberapa “batch” hasil pembuahan. Batch yang menunjukkan hasil pembuahan
terbaiklah yang kemudian akan dikembangkan selanjutnya dalam rahim si ibu. Sementara
hasil pembuahan lain yang juga berhasil terjadi tetapi dianggap “kualitasnya kurang prima”
dibuang/dimusnahkan.  Pemusnahan bayi-bayi yang lain ini yang termasuk dalam
pembunuhan, yang berarti melanggar hukum ke-6.  Teknik bayi tabung yang dikembangkan
kemudian ternyata juga tidak menjawab masalah-masalah yang ditimbulkan, bahkan
memperrumit dan menambahnya dengan masalah pelik yang baru.
B.     Masturbasi Adalah Perbuatan Dosa

Kata “onani” berasal dari kata ONAN yang dikisahkan dalam kitab Perjanjian
Lama (Kejadian 38:8), dimana Yudah menyurh anaknya, Onan untuk pergi mengawini dan
melakukan hubungan seksual dengan istri kakaknya yang baru janda.  Onan sebenarnya
menolak membuahi istri kakak iparnya.  Demikian asal kata Onani.  Masturbasi adalah
rangsangan alat-alat kelamin yang disengaja dengan tujuan membangkitkan kenikmatan
seksual. “Kenyataan ialah bahwa, baik Wewenang Mengajar Gereja dalam tradisinya yang
panjang dan tetap sama maupun perasaan susila umat beriman tidak pernah meragukan, untuk
mencap masturbasi sebagai satu tindakan yang sangat bertentangan dengan ketertiban”,
karena penggunaan kekuatan seksual dengan sengaja, dengan motif apa pun itu dilakukan, di
luar hubungan suami isteri yang normal, bertentangan dengan hakikat tujuannya.
Persatuan sel telur dan sperma dilakukan di luar hubungan suami istri yang
normal. IVF/ bayi tabung jelas meniadakan aspek ‘persatuan/ union’ antara suami dengan
istri.  Aspek pro-creation juga disalah gunakan, karena dilakukan secara tidak normal.   Jadi
kedua aspek hubungan suami istri yang disebutkan dalam Humanae Vitae 12, tidak dipenuhi
dengan normal. Praktek IVF atau bayi tabung menghilangkan hak sang anak untuk dikandung
dengan normal, melalui hubungan perkawinan suami istri.  Jika melibatkan ‘ibu angkat’, ini
juga berarti menghilangkan haknya untuk dikandung oleh ibunya yang asli
BAB III
Refleksi Kelompok
Masalah tentang bayi tabung bukan hal yang baru bagi kita, ini juga menjadi jalan pintas bagi
pasutri yang tidak bisa mendapatkan momongan secara normal , menurut pendapat dari
kelompok kami proses bayi tabung merupakan hal yang salah, terbukti bahwa alkitab saja
tidak membenarkan tentang proses bayi tabung karena pada proses ini embrio yang tidak
bagus akan dibunuh. Tetapi kita juga tidak bisa menyalahkan pasutri yang melakukan
program bayi tabung secara penuh, sebab sebagaimana yang kita ketahui bahwa tidak ada
pasutri yang tidak menginginkan seorang buah hati,ini hal yang normal, wajar saja jika
mereka tetap melakukan berbagai cara agar bisa mendapatkan momongan. Tapi sebagai
seorang yang beriman sebaiknya kita lebih bijak lagi mengambil keputusan, kita bisa berdoa
kepada Yesus Kristus dengan sepenuh hati walapun tidak secara langsung terjadi, tapi
sebaiknya kita harus tetap bersabar menanti. Kami yakin jika kita menyerahkan hidup dan
mati kepada-Nya kita akan diselamatkan, dan kita tetap selalu bersyukur bagaimanapun
keadaannya.
Tuhan selalu punya rencana yang terbaik untuk anak-anaknya,dia tidak pernah meninggalkan
kita. Ia pasti memberikan kita pasangan yang terbaik dan kita harus menerima kekurangan
yang pasangan kita miliki. Semoga lebih banyak lagi orang yang sadar tentang pengaruh dari
kehamilan melalui bayi tabung.
Daftar Pustaka
https://sabdalogoss.blogspot.com/2012/05/pandangan-bayi-tabung-menurut-kristiani.html
https://id.wikipedia.org/wiki/Fertilisasi_in_vitro
https://www.cnnindonesia.com/gaya-hidup/20180827112740-255-325144/cerita-tya-ariestya-
jalani-dua-kali-program-bayi-tabung
https://kumparan.com/babyologist/aku-hamil-melalui-progam-bayi-tabung-ivf-
1548439358474551585

Anda mungkin juga menyukai