Anda di halaman 1dari 49

HUBUNGAN PERAN KELUARGA TERHADAP PENURUNAN

KECEMASAN PASIEN STROKE

PROPOSAL

LITERATUR REVIEW

AMIRILIA ERVAH
P17230206019

PROGRAM STUDI DIPLOMA III BLITAR


JURUSAN KEPERAWATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BLITAR
2020

i
ii

LEMBAR PERSETUJUAN

Proposal Karya Tulis Ilmiah Studi Kasus oleh Jangkung Sunaryanto NIM
P17230206043 dengan judul “Hubungan Peran Keluarga Terhadap
Penurunan Kecemasan Pasien Stroke” ini telah disetujui pada
tanggal……………..2020

Oleh:

Pembimbing Utama

Dr. Imam S,.Drs,.SST,.M.Kes


NIP. ………………………
i

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah


memberikan kesempatan dan hidayahNya sehingga dapat menyelesaikan
penulisan Karya Tulis Ilmiah Studi Literatur review dengan judul : “Pengaruh
Dukungan Keluarga Terhadap Penurunan Kecemasan Pasien Stroke“ untuk
memenuhi persyaratan Program Studi DIII keperawatan. Sehubungan dengan
selesainya Proposal Karya Tulis Ilmiah Studi Literatur review ini, penulis ingin
mengucapkan terimakasih kepada :

1. Imam Subekti,SKp,M.Kep,Sp.Kom selaku Ketua STIKES Keperawatan


Blitar
2. Dr.Sri Mugianti,S.Kep.,NS.M.Kep selaku Ketua Program Studi DIII
Keperawatan Blitar
3. Dr.Sri Mugianti,S.Kep.,NS.M.Kep selaku penguji yang telah memberikan
masukan dalam menyusun proposal lireratur review ini
4. Dr.Imam Sunarno, Drs.,SST.M.Kes selaku Pembimbing yang telah
memberikan masukan dalam menyusun proposal lireratur review ini hingga
selesai.
5. Serta semua pihak yang telah membantu dalam penulisan proposal Karya
Tulis Ilmiah lireratur review ini.
Penulis menyadari bahwa Proposal Karya Tulis Ilmiah lireratur
review ini masih banyak kekurangan, oleh karena itu penulis mengharapkan
kritik dan saran untuk penyempurnaan Karya Tulis Ilmiah lireratur review
ini.

Blitar,....................

Penulis
ii

DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR .................................................................................... iii
DAFTAR ISI ................................................................................................... iv
DAFTAR TABEL........................................................................................... v
DAFTAR GAMBAR....................................................................................... vi

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ....................................................................... 3
C. Tujuan Penelitian ........................................................................ 4
D. Manfaat Penelitian ...................................................................... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................ 6


A. Konsep dasar Stroke.................................................................... 6
B. Konsep Peran keluarga................................................................ 20
C. Konsep kecemasan ...................................................................... 27
D. Kerangka teori.............................................................................. 39

BAB III METODE PENELITIAN


A. Desain penelitian ......................................................................... 41
B. Krteria inklusi dan ekslusi........................................................... 41
C. Strategi pencaian literatur............................................................ 41
D. Kualitas Penilaian........................................................................ 41
E. Sintesa data.................................................................................. 42
F. Penelusuran Jurnal....................................................................... 43

DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................


LAMPIRAN ....................................................................................................
iii

DAFTAR TABEL

Gambar 3.1 Pencarian Jurnal……………………………………… 44

DAFTAR GAMBAR
iv

Gambar 2.1 Kerangka teori ……………………………………………. 39

Gambar 3.1 Diagram flow…………………………………………… 44


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Stroke yang merupakan penyakit serebrovaskuler masih merupakan

salah satu penyakit yang banyak menimbulkan kecacatan dan kematian.

Penyakit ini merupakan penyebab kematian ketiga di dunia dan merupakan

penyebab kematian yang umum pada orang dewasa (Andri & Mardi, 2008).

Stroke menyebabkan perubahan fisik dan psikis pada pasien, pada perubahan

fisik seperti kesulitan bicara, kesulitan bergerak tergantung jenisnya, dan

perubahan psikis pasca stroke. Pasca Stroke pasien seringkali mengalami

depresi yang mana hal ini merupakan kondisi psikis yang paling sering dan

sudah dilakukan penelitian secara luas. Namun sebaliknya, kecemasan pasca

stroke sering diabaikan. Keluarga memiliki pengaruh yang penting sekali

terhadap pembentukan identitas seorang individu dan perasaan harga diri

(Friedman, 2000).

Hasil penelitian oleh studi haouse at all pada tahun 2005 ditemukan

prevalence dari agoraphobia 3%, gangguan cemas menyeluruh 1% dan 3%

mengalami gangguan penyesuaian setelah menderita stroke (Burvill, et al.

2015). Pada penelitian yang pada tahun 2016 terjadi peningkatan prevalensi

gangguan ansietas pasca stroke 18% dan 25% gejala gangguan cemas

menyeluruh dan fobia merupakan gangguan yang terbanyak. Gangguan

kecemasan prevalensi lebih rendah pada fase rehabilitasi dan 13 % ditemukan

pada fase akut (Green, 2015).


2

Keluarga memainkan suatu peran yang bersifat mendukung selama

masa penyembuhan dan pemulihan klien. Apabila dukungan semacam ini

tidak ada, maka keberhasilan penyembuhan/pemulihan (rehabilitasi) sangat

berkurang (Friedman, 2000). Peran keluarga dalam perawatan pasien antara

lain pertama, melakukan pemeliharaan kesehatan agar pasien stroke dapat

tetap produktif/beraktivitas, mengenal masalah kesehatan keluarga. Kedua

memutuskan tindakan kesehatan yang tepat bagi keluarga. Ketiga, merawat

keluarga yang mengalami gangguan kesehatan. Keempat, memodifikasi

lingkungan keluarga untuk menjamin kesehatan keluarga. Kelima,

memanfaatkan fasilitas kesehatan disekitar keluarga. kelima hal tersebut

menunjukkan bahwa keluarga berperan penting dalam proses penyembuhan

kembali keluarga yang sakit sehingga diharapkan dapat menurunkan

kecemasan pasien stroke (Suprajitno, 2016).

Disfungsi ini akan menimbulkan dampak psikologis maupun sosial

bagi pasien itu sendiri dan juga pada keluarganya. Pada dasarnya pasien yang

mengalami disfungsi sebelumnya tanpa persiapan dan tidak dikehendaki baik

oleh dirinya maupun keluarganya yang terjadi secara tiba – tiba sehingga baik

pasien maupun keluarganya mau tidak mau harus menerima kenyataan yang

telah ada tersebut. Hal yang dapat dilakukan keluarga salah satunya adalah

dengan tak henti-hentinya memberikan dukungan keluarga yang menderita

stroke dengan menjalin komunikasi yang baik, membantu aktivitas sehari-

hari, memberikan kenyaman pada lingkungan sekitar agar terhindar dari

resiko cidera, dan selain kebutuhan finansial untuk berobat juga menjaga
3

emosional dengan baik yang harapannya dapat menurunkan kecemasan

pasien stroke.

Solusi yang kemungkinan dilakukan untuk mengatasi masalah

tersebut salah satunya dengan memberikan dukungan terbaik kepada

penderita stroke secara continue terutama dukungan akan pemenuhan

kebutuhan sehari-hari, ataupun aktiivitas harian pasien stroke agar kecemasan

pasien stroke dapat dihindari

Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti tertarik untuk mengetahui

hubungan peran keluarga terhadap penurunan kecemasan pasien stroke

melalui lireratur review.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah bagaimanakah hubungan dukungan keluarga terhadap

penurunan kecemasan pasien stroke?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Menjelaskan hubungan dukungan keluarga terhadap penurunan

kecemasan pasien stroke

1.3.2 Tujuan Khusus

a. Menjelaskan dukungan keluarga pada pasien stroke

b. Menjelaskan kecemasan pasien stroke


4

c. Menjelaskan hubungan dukungan keluarga terhadap penurunan

kecemasan pasien stroke

1.4 Manfaat

1.4.1 Manfaat Praktis

Diharapkan Karya Tulis Ilmiah ini dapat memberikan gambaran

sejauh mana peran keluarga dapat membantu proses penyembuhan

pasien stroke melalui berbagai macam liteatur.

1.4.2 Manfaat Teoritis

Diharapkan akan menjadi tambahan wawasan bahwa peran keluarga

sangatlah penting dalam memberikan dampak yang baik terhadap

kondisi pasien stroke


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar Stroke

2.1.1 Pengertian Stroke

Stroke adalah suatu sindrom klinis yang ditandai dengan

hilangnya fungsi otak secara akut dan dapat menimbulkan kematian

(WHO), 2014). Stroke merupakan gangguan fungsi otak yang timbul

mendadak karena terjadinya gangguan peredaran darah otak yang

menimbulkan kehilangan fungsi neurologis secara cepat. Dampak

dari penyakit stroke diantaranya keterbatasan aktivitas (Pinzon &

Asanti, 2010).

Secara patologi stroke dibedakan menjadi sebagai berikut :

a. Stroke Iskemik

Sekitar 80% - 85% stroke adalah stroke iskemik, yang terjadi

akibat obstruksi atau bekuan di satu atau lebih arteri besar pada

sirkulasi serebrum.

Klasifikasi stroke iskemik berdasarkan waktunya terdiri atas:

1) Transient Ischaemic Attack (TIA): defisit neurologis

membaik dalam waktu kurang dari 30 menit

2) Reversible Ischaemic Neurological Deficit (RIND): defisit

neurologis membaik kurang dari 1 minggu

3) Stroke In Evolution (SIE) / Progressing Stroke


7

4) Completed Stroke Beberapa penyebab stroke iskemik

meliputi:

a) Trombosis

b) Aterosklerosis (tersering); Vaskulitis: arteritis

temporalis, poliarteritis nodosa; Robeknya arteri:

karotis, vertebralis (spontan atau traumatik); Gangguan

darah: polisitemia, hemoglobinopati (penyakit sel

sabit).

c) Embolisme

d) Sumber di jantung: fibrilasi atrium (tersering), infark

miokardium, penyakit jantung rematik, penyakit katup

jantung, katup prostetik, kardiomiopati iskemik;

Sumber tromboemboli aterosklerotik di arteri:

bifurkasio karotis komunis, arteri vertebralis distal;

Keadaan hiperkoagulasi: kontrasepsi oral, karsinoma.

e) Vasokonstriksi

f) Vasospasme

Serebrum setelah PSA (Perdarahan Subarakhnoid).

Terdapat empat subtipe dasar pada stroke iskemik berdasarkan

penyebab: lakunar, thrombosis pembuluh besar dengan aliran

pelan, embolik dan kriptogenik (Dewanto dkk, 2009).

b. Stroke Hemoragik

Stroke hemoragik, yang merupakan sekitar 15% - 20% dari

semua stroke, dapat terjadi apabila lesi vaskular intraserebrum


8

mengalami ruptur sehingga terjadi perdarahan ke dalam ruang

subarakhnoid atau langsung ke dalam jaringan otak. Beberapa

penyebab perdarahan intraserebrum: perdarahan intraserebrum

hipertensif; perdarahan subarakhnoid (PSA) pada ruptura

aneurisma sakular (Berry), ruptura malformasi arteriovena 11

(MAV), trauma, penyalahgunaan kokain, amfetamin,

perdarahan akibat tumor otak, infark hemoragik, penyakit

perdarahan sistemik termasuk terapi antikoagulan (Price &

Wilson, 2012).

2.1.2 Patofisiologi

2.1.3 Oksigen sangat penting untuk otak, jika terjadi hipoksia seperti yang

terjadi pada stroke, di otak akan mengalami perubahan metabolik,

kematian sel dan kerusakan permanen (AHA, 2015). Pembuluh

darah yang paling sering terkena adalah arteri serebral dan arteri

karotis interna yang ada di leher (Guyton & Hall, 2014). Adanya

gangguan pada peredaran darah otak dapat mengakibatkan cedera

pada otak melalui beberapa mekanisme, yaitu :

1) Penebalan dinding pembuluh darah (arteri serebral) yang

menimbulkan penyembitan sehingga aliran darah tidak adekuat

yang selanjutnya akan terjadi iskemik.

2) Pecahnya dinding pembuluh darah yang menyebabkan

hemoragik.

3) Pembesaran satu atau sekelompok pembuluh darah yang

menekan jaringan otak.


9

4) Edema serebral yang merupakan pengumpulan cairan pada ruang

interstitial jaringan otak (Smeltzer & Bare, 2013). Penyempitan

pembuluh darah otak mula-mula menyebabkan perubahan pada

aliran darah dan setelah terjadi stenosis cukup hebat dan

melampaui batas krisis terjadi pengurangan darah secara drastis

dan cepat. Obtruksi suatu pembuluh darah arteri di otak akan

menimbulkan reduksi suatu area dimana jaringan otak normal

sekitarnya masih mempunyai peredaran darah yang baik

berusaha membantu suplai darah melalui jalur-jalur anastomosis

yang ada. Perubahan yang terjadi pada kortek akibat oklusi

pembuluh darah awalnya adalah gelapnya warna darah vena,

penurunan kecepatan aliran darah dan dilatasi arteri dan arteriola

(AHA, 2015). Penyempitan atau penyumbatan pada arteri serebri

media yang sering terjadi menyebabkan kelemahan otot dan

spastisitas kontralaterla, serta defisit sensorik(hemianestesia)

akibat kerusakan girus lateral presentralis dan 2 postsentralis.

Kelemahan tangan maupun kaki pada pasien stroke akan

mempengaruhi kontraksi otot. Berkurangnya kontraksi otot

disebabkan karena berkurangnya suplai darah ke otak belakang

dan otak tengah, sehingga dapat menghambat hantaran jarasjaras

utama antara otak dan medula spinalis. Kekuatan otot adalah

kemampuan otot atau group otot menghasilkan tegangan dan

tenaga selama usaha maksimal baik secara dinamis maupun

statis (Jyh-Geng, et al., 2005) sedangkan fungsi paling utama


10

lengan dan tangan adalah untuk berinteraksi dengan lingkungan

(Krakauer, 2005).

2.1.4 Etiologi

Menurut Smeltzer dan Bare (2013) stroke biasanya

diakibatkan oleh salah satu dari empat kejadian dibawah ini, yaitu :

a. Trombosis yaitu bekuan darah di dalam pembuluh darah otak

atau leher. Arteriosklerosis serebral adalah penyebab utama

trombosis, yang merupakan penyebab paling umum dari stroke.

Secara umum, trombosis tidak terjadi secara tiba-tiba, dan

kehilangan bicara sementara, hemiplegia, atau paresthesia pada

setengah tubuh dapat mendahului paralisis berat pada beberapa

jam atau hari.

b. Embolisme serebral yaitu bekuan darah atau material lain yang

dibawa ke otak dari bagian tubuh yang lain. Embolus biasanya

menyumbat arteri serebral tengah atau cabangcabangnya yang

merusak sirkulasi serebral (Valante dkk, 2015).

c. Iskemia yaitu penurunan aliran darah ke area otak. Iskemia

terutama karena konstriksi atheroma pada arteri yang menyuplai

darah ke otak (Valante dkk, 2015).

d. Hemoragi serebral yaitu pecahnya pembuluh darah serebral

dengan perdarahan ke dalam jaringan otak atau ruang sekitar

otak. Pasien dengan perdarahan dan hemoragi mengalami

penurunan nyata pada tingkat kesadaran dan dapat menjadi

stupor atau tidak responsif. Akibat dari keempat kejadian di atas


11

maka terjadi penghentian suplai darah ke otak, yang

menyebabkan kehilangan sementara atau permanen fungsi otak

dalam gerakan, berfikir, memori, bicara, atau sensasi.

2.1.5 Klasifikasi

Berdasarkan perjalanan penyakitnya, stroke dapat dibagi

menjadi tiga kategori, antara lain :

a. Serangan iskemik sepintas, yang merupakan gangguan neurolgis

fokal atau saraf pusat yang timbul secara mendadak dan

menghilang beberapa menit sampai 17 beberapa jam. Stroke ini

bersifat sementara, namun jika tidak ditanggulangi akan

berakibat pada serangan yang lebih fatal.

b. Progresif atau involution (stroke yang sedang berembang), yaitu

perjalanan stroke berlangsung perlahan meskipun akut. Stroke

dimana defisit neurologisnya terus bertambah atau gangguan

pada sistem saraf pusat mengalami gangguan.

c. Stroke lengkap/completed, yaitu gangguan neurlogis maksimal

sejak awal serangan dengan sedikit perbaikan. Stroke di mana

fungsi sistem saraf menurun pada saat onset atau serangan lebih

berat. Stroke ini dapat menyebabkan kelumpuhan permanen jika

tidak segera ditanggulangi (Arya, 2011).

2.1.6 Tanda dan Gejala

a. Kehilangan motoric

1) Adanya defisit neurologis/kelumpuhan fokal seperti

hemiparesis (lumpuh sebelah badan kanan/kiri saja


12

2) Baal mati rasa sebelah badan, rasa kesemutan, terasa seperti

terkena cabai (terbakar)

3) Mulut mencong, lidah moncong, lidah mencong bila

diluruskan.

4) Berjalan menjadi sulit, langkahnya kecil-kecil.

b. Kehilangan komunikasi

1) Bicara jadi pelo

2) Sulit berbahasa kata yang diucapkan tidak sesuai dengan

keinginan/gangguan berbicara berupa pelo, cegal dan kata-

katanya tidak bisa dipahami (afasia).

3) Bicara tidak lancar hanya sepatah kata yang terucap.

4) Bicara tidak ada artinya.

5) Tidak memahami pembicaraan orang lain.

6) Tidak mampu membaca dan penulis.

c. Gangguan persepsi

1) Penglihatan terganggu, penglihatan ganda (diplopia)

2) Gerakan tidak terkoordinasi, kehilangan keseimbangan.

d. Defisit intelektual

1) Kehilangan memori/pelupa

2) Rentang perhatian singkat

3) Tidak bisa berkonsentrasi

4) Tidak dapat berhitung


13

e. Disfungsi kandung kemih

Tidak bisa menahan kemih dan sering berkemih (Junaidi, 2011).

2.1.7 Faktor Risiko

Stroke Faktor risiko stroke dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu:

a. Faktor yang tidak dapat dimodifikasi

Faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi merupakan

faktor yang berupa karakteristik atau sifat pada seseorang yang

dapat meningkatkan kemungkinan berkembangnya suatu

penyakit tertentu. Faktor risiko stroke yang tidak dapat

dimodifikasi yaitu faktor yang berupa karakteristik atau sifat

pasien yang tidak dapat diubah. Contoh dari faktor ini yaitu usia,

jenis kelamin, dan faktor genetik (Goldstein dkk, 2010).

1) Usia

Risiko mengalami stroke akan semakin meningkat seiring

dengan bertambahnya usia (Pinto & Caple, 2010). Menurut

hasil penelitian Saraswati (2009), diketahui bahwa pada

orang lanjut usia pembuluh darah lebih kaku kareana adanya

plak. Hal ini berkaitan dengan proses degenerasi (penuaan)

yang terjadi secara alamiah. Pada saat umur bertambah

kondisi jaringan tubuh sudah mulai kurang fleksibel dan lebih

kaku, termasuk pembuluh darah (Farida, 2009).

2) Jenis kelamin

Menurut Bornstein (2009), survey ASNA (ASEAN

Neurologic Association) melakukan penelitian berskala


14

cukup besar di rumah sakit seluruh indonesia. Penelitian

dilakukan pada penderita stroke akut yang dirawat di rumah

sakit (hospital based study) dengan analisis penelitian ini,

dapat diperoleh gambaran bahwa penderita laki-laki lebih

banyak dari perempuan. Jenis kelamin merupakan salah satu

faktor risiko stroke yang tidak dapat dimodifikasi. Lebih

tingginya kejadian stroke pada laki-laki diduga karena jenis

kelamin laki-laki berhubungan dengan faktor risiko stroke

lainnya yakni kebiasaan merokok dan konsumsi alcohol

(Wirasakti, 2012). Gaya hidup tidak sehat juga dapat

menyebabkan stroke berulang karena laki-laki lebih

cenderung mempunyai kebiasaan suka memakan makanan

siap saji disaat makan siang saat bekerja dan selesai bekerja.

Hormon juga mempengaruhi lakilaki lebih banyak terkena

stroke daripada perempuan, karena laki-laki tidak memilki

hormon estrogen dan progesteron (Farida, 2009).

3) Faktor genetik

Riwayat stroke dalam keluarga ada hubungannya dengan

stroke berulang. Terkait dengan riwayat stroke di keluarga,

orang dengan riwayat stroke yakni 7,75 kali dibanding orang

yang tanpa riwayat stroke pada keluarga. Keturunan dari

penderita stroke diketahui menyebabkan perubahan dalam

penanda aterosklerosis awal yaitu proses terjadinya timbunan

lemak di bawah lapisan dinding pembuluh darah yang dapat


15

memicu terjadinya stroke (Aguslina, 2005). Beberapa

penelitian lain yang telah dilakukan mengesankan bahwa

riwayat stroke dalam keluarga mencerminkan suatu

hubungan antara faktor genetis dengan tidak berfungsinya

lapisan dinding pembuluh darah dalam arteri koronia. Karena

orang yang terkena stroke gennya sangat berpengaruh

terhadap keturunannya (Farida, 2009)

b. Faktor yang dapat dimodifikasi

Faktor yang dapat dimodifikasi terdiri dari tingkatan pertama dan

kedua.

1) Tingkat pertama faktor risiko stroke yang dapat dimodifikasi,

diurutkan dari tingkat banyaknya kejadian yaitu hipertensi,

diabetes mellitus, merokok, fibrilasi atrium dan disfungsi

ventrikel kiri.

2) Tingkatan kedua yaitu terdiri dari kolesterol, hiperlipidemia,

asimtomatik karotid stenosis, sickle cell disease, terapi

hormon esterogen, diet, obesitas, alkohol, migrain, dan

hiperkoagulasi. Kebanyakan dari faktor risiko yang tingkatan

kedua ini, memiliki hubungan dengan pengembangan faktor

risiko tingkat pertama, misalnya obesitas merupakan faktor

risiko untuk terjadinya hipertensi dan diabetes (Goldstein

dkk, 2010). Faktor risiko yang umumnya menyebabkan

stroke yaitu tekanan darah tinggi (hipertensi). Tekanan darah

tidak boleh melebihi 140/90 mmHg. Tekanan darah yang


16

tinggi akan menyebabkan tingginya tekanan di dinding arteri

sehingga bisa menyebabkan bocornya arteri otak, bahkan

ruptur pada arteri otak yang akan mengakibatkan terjadinya

stroke hemoragik. Tekanan darah tinggi juga bisa

menyebabkan stroke iskemik yang dikarenakan oleh adanya

atherosclerosis (Silva dkk, 2014).

2.2 Konsep Peran Keluarga

2.2.1 Pengertian Peran Keluarga

Menurut (Friedman, 2014), keluarga berfungsi sebagai

system pendukung bagi anggotanya. Anggota keluarga juga

memandang bahwa orang yang bersifat mendukung selalu siap

memberikan pertolongan dan bantuan jika diperlukan. Keluarga

dipandang sebagai suatu sistem, jika terjadi gangguan pada salah

satu anggota keluarga dapat mempengaruhi seluruh system,

sebaliknya disfungsi keluarga dapat pula menjadi salah satu

penyebab terjadinya gangguan pada anggota keluarga (Keliat, 2016).

Menurut Wills dan Fegan (1985 dalam Sarafino, 2016)

menyatakan bahwa peran keluarga sebagai pemberi dukungan adalah

mengacu pada bantuan yang diterima individu dari orang lain atau

kelompok sekitar yang membuat penerima merasa nyaman, dicintai

dan dihargai serta dapat menimbulkan efek positif bagi dirinya.

Peningkatan peran dalam memberikan dukungan keluarga yang

tersedia dapat menjadi strategi penting dalam mengurangi atau

mencegah tekanan jiwa dan menangkal depresi pasca stroke (Salter,


17

Foley, & Teasell, 2015). Mant, Carter, Wade, dan Winner (2014)

menyatakan bahwa peran keluarga dalam memberikan dukungan ada

hubungannya dengan peningkatan aktivitas sosial dan kualitas hidup

pasien stroke. Selain itu dukungan keluarga dapat membantu

perawat dalam perencanaan program penyembuhan stroke,

pendidikan pasien, keefektifan dan efisiensi penggunaan sumber

daya perawatan kesehatan (Huang, Hsu, Cheng, Lin, & Chuang,

2014)

2.2.2 Bentuk Dukungan Keluarga

Menurut Friedman (2014) jenis dukungan keluarga adalah :

a. Dukungan Informasional

Keluarga berfungsi sebagai kolektor dan diseminator informasi

munculnya suatu stressor karena informasi yang diberikan

dapat menyumbangkan aksi sugesti yang khusus pada individu.

Aspek-aspek dalam dukungan ini adalah nasehat, saran,

petunjuk dan pemberian informasi. Untuk pasien stroke

diberikan informasi oleh keluarganya tentang penyakit stroke

serta pengelolaannya. Menurut Sarafino (2014) dukungan

informasi itu berupa nasehat, saran dan feedback tentang apa

yang telah dan sedang dilakukan seseorang misalnya

pemberian informasi penyakit oleh dokter kepada pasien.

b. Dukungan Emosional

Keluarga sebagai tempat yang aman dan damai untuk istirahat

dan belajar serta membantu penguasaan terhadap emosi,


18

diantaranya menjaga hubungan emosional meliputi dukungan

yang diwujudkan dalam bentuk afeksi, adanya kepercayaan,

perhatian dan mendengarkan atau didengarkan saat

mengeluarkan perasaanya.

c. Dukungan Instrumental

Keluarga merupakan sebuah sumber pertolongan praktis dan

konkrit, diantaranya keteraturan menjalani terapi, kesehatan

penderita dalam hal kebutuhan makan dan minum, istirahat,

dan terhindarnya penderita dari kelelahan. Dukungan ini juga

mencakup bantuan langsung, seperti dalam bentuk uang,

peralatan, waktu, modifikasi lingkungan maupun menolong

pekerjaan pada saat penderita mengalami stress.

d. Dukungan Penghargaan

Keluarga bertindak sebagai sebuah bimbingan umpan balik,

membimbing dan menengahi pemecahan masalah, terjadi lewat

ungkapan rasa hormat (penghargaan) serta sebagai sumber dan

validator identitas anggota keluarga, diantaranya adalah

memberikan penghargaan dan perhatian saat pasien menjalani

rehabilitasi. Dukungan keluarga terhadap pasien stroke baik

fase akut maupun pasca stroke sangat dibutuhkan untuk

mencapai proses penyembuhan/pemulihan.

Dukungan keluarga memainkan peran penting dalam

mengintensifkan perasaan sejahtera, orang yang hidup dalam

lingkungan yang supportif kondisinya jauh lebih baik daripada


19

mereka yang tidak memilikinya. Dukungan tersebut akan

tercipta bila hubungan interpersonal diantara mereka baik.

Ikatan kekeluargaan yang kuat sangat membantu ketika

keluarga menghadapi masalah, karena keluarga adalah orang

yang paling dekat hubungannya dengan anggota keluarganya

(Friedman, 2014).

2.2.3 Sumber Dukungan Keluarga

Dukungan sosial keluarga mengacu kepada dukungan sosial yang

di pandang oleh keluarga sebagai sesuatu yang dapat diakses atau

diadakan untuk keluarga (dukungan sosial bisa atau tidak digunakan,

tetapi anggota keluarga memandang bahwa orang yang bersifat

mendukung selalu siap memberikan pertolongan dan bantuan jika

diperlukan). Dukungan social keluarga dapat berupa dukungan sosial

kelurga internal, seperti dukungan dari suami atau istri serta

dukungan dari saudara kandung atau dukungan sosial keluarga

eksternal (Friedman, 2014).

2.2.4 Manfaat Dukungan Keluarga

Dukungan sosial keluarga adalah sebuah proses yang terjadi

sepanjang masa kehidupan, sifat dan jenis dukungan sosial berbeda-

beda dalam berbagai tahap-tahap siklus kehidupan. Namun

demikian, dalam semua tahap siklus kehidupan, dukungan sosial

keluarga membuat keluarga mampu berfungsi dengan berbagai

kepandaian dan akal. Sebagai akibatnya, hal ini meningkatkan

kesehatan dan adaptasi keluarga (Friedman, 2014). Menurut


20

Serason (1993 dalam Kuncoro, 2012) berpendapat bahwa dukungan

keluarga mencakup jumlah sumber dukungan yang tersedia dan

tingkat kepuasan akan dukungan yang diterima individu. Menurut

Wills (1985 dalam Friedman, 2008) menyimpulkan bahwa baik

efek-efek penyangga (dukungan sosial menahan efek-efek negatif

dari stres terhadap kesehatan) dan efek -efek utama (dukungan sosial

secara langsung mempengaruhi akibat-akibat dari kesehatan) pun

ditemukan. Sesungguhnya efek-efek penyangga dan utama dari

dukungan social terhadap kesehatan dan kesejahteraan boleh jadi

berfungsi bersamaan. Secara lebih spesifik, keberadaan dukungan

sosial yang adekuat terbukti berhubungan dengan menurunnya

mortalitas, lebih mudah sembuh dari sakit dan dikalangan kaum tua,

fungsi kognitif, fisik dan kesehatan emosi (Friedman, 2014).

2.2.5 Dukungan keluarga pasca stroke

Menurut Sutrisno (2017) yang menyatakan bahwa perawatan

stroke merupakan perawatan yang sulit dan terlama. Keluarga

memegang peranan penting dalam proses rehabilitasi pasien stroke,

rehabilitasi merupakan masa yang sulit dan dapat berlangsung enam

bulan atau lebih tergantung pada kemauan dan keterlibatan keluarga

(Sutrisno, 2017). Dukungan keluarga adalah dukungan yang terdiri

dari atas informasi atau nasihat verbal dan non verbal bantuan nyata

atau tindakan yang diberikan oleh keakraban sosial dan didapat

karena kehadiran mereka dan mempunyai manfaat emosional atau


21

efek perilaku bagi pihakpenerima (Gottieb, 1983 dalam Nursalam &

Kurniawati, 2017)

2.2.6 Faktor yang mempengaruhi dukungan keluarga

Menurut Feiring dan Lewis (1984 dalam Friedman, 2008)

menyatakan bahwa:

a. Bentuk keluarga

Dukungan tersebut akan tercipta bila hubungan interpersonal

diantara anggota keluarga baik. Ikatan kekeluargaan yang kuat

sangat membantu ketika keluarga menghadapi masalah, karena

keluarga adalah orang yang paling dekat hubungannya dengan

anggota keluarganya (Friedman, 2014). Penelitian pada 64

kerabat pasien stroke memperlihatkan bahwa stroke berdampak

pada gangguan fungsi sosial, fisik, dan mental bagi keluarga

penyandang stroke (Pinzon et al, 2016).

b. Tingkat sosial ekonomi

Kelas sosial ekonomi disini meliputi tingkat pendapatan atau

pekerjaan dan tingkat pendidikan. Hal ini akan berdampak

terhadap menurunnya tingkat produktifitas serta dapat

mengakibatkan terganggunya sosial ekonomi keluarga. Selain

karena besarnya biaya pengobatan paska stroke, juga yang

menderita stroke adalah tulang punggung keluarga yang

biasanya kurang melakukan gaya hidup sehat, akibat kesibukan

yang padat (Pinzon et al, 2016).


22

2.2.6 Cara Pengukuran Dukungan Keluarga

Dukungan keluarga dapat diukur dengan menggunakan instrumen

Family Apgar. Instrumen ini dikembangkan oleh Smilkstein pada

tahun 1978. Fungsi instrumen ini untuk menilai dukungan keluarga

berupa persepsi anggota keluarga terhadap fungsi keluarga dengan

memeriksa kepuasan tentang hubungan keluarga. Kuesioner ini

terdapat lima dimensi fungsi keluarga yaitu kemampuan beradaptasi,

kemitraan, pertumbuhan, kasih sayang dan keputusan (Friedman,

2008). Penelitian yang dilakukan Salter, Foley dan Teasell (2016)

dengan instrument ini membuktikan peningkatan dukungan keluarga

yang tersedia dapat menjadi strategi penting dalam mengurangi atau

mencegah tekanan jiwa dan menangkal depresi paska stroke.

Penilaian, peran keluarga dalam memberikan perhatian, empati,

maupun penghargaan secara moril atas keberhasilan dan dukungan

dalam menurunkan kecemasan pasca stroke. Cara ukur menggunakan

teknik wawancara dengan alat ukur kuesioner skala dukungan keluarga

berdasarkan teori Friedman (Questionnaire of Medical Outcomes

Study: Social Support Survey), diajukan sebanyak 14 pertanyaan

dengan 5 pilihan jawaban menggunakan skala likert, yaitu tingkatan

pendapat responden seperti sangat setuju, setuju, netral, tidak setuju

dan sangat tidak setuju terhadap sesuatu hal. Pendapat ini dinyatakan

dalam berbagai tingkat persetujuan (1-5) terhadap pernyataan yang

disusun peneliti. (Nursalam, 2008). Jawaban Selalu (5-6 kali/minggu) :

skor 5, Sering (3-4 kali/minggu) : skor 4, Kadang-kadang (2-3


23

kali/minggu) : skor 3, Jarang (1-2 kali/minggu) : skor 2 dan Tidak

pernah : skor 1

2.3 Konsep Kecemasan

2.3.1 Pengertian

Pada dasarnya, kecemasan merupakan hal wajar yang pernah

dialami oleh setiap manusia. Kecemasan sudah dianggap sebagai

bagian dari kehidupan sehari-hari. Kecemasan adalah suatu perasaan

yang sifatnya umum, dimana seseorang merasa ketakutan atau

kehilangan kepercayaan diri yang tidak jelas asal maupun wujudnya

(Sutardjo Wiramihardja, 2015). Kecemasan adalah sesuatu yang

menimpa hampir setiap orang pada waktu tertentu dalam

kehidupannya. Kecemasan merupakan reaksi normal terhadap situasi

yang sangat menekan kehidupan seseorang. Kecemasan bisa muncul

sendiri atau bergabung dengan gejala-gejala lain dari berbagai

gangguan emosi (Savitri Ramaiah, 2016). Menurut Kaplan, Sadock,

dan Grebb (Fitri Fauziah & Julianti Widuri, 2017) kecemasan adalah

respon terhadap situasi tertentu yang mengancam, dan merupakan

hal yang normal terjadi menyertai perkembangan, perubahan,

pengalaman baru atau yang belum pernah dilakukan, serta dalam

menemukan identitas diri dan arti hidup. Kecemasan adalah reaksi

yang dapat dialami siapapun. Namun cemas yang berlebihan, apalagi

yang sudah menjadi gangguan akan menghambat fungsi seseorang

dalam kehidupannya.
24

Kecemasan merupakan suatu perasaan subjektif mengenai

ketegangan mental yang menggelisahkan sebagai reaksi umum dari

ketidakmampuan mengatasi suatu masalah atau tidak adanya rasa

aman. Perasaan yang tidak menentu tersebut pada umumnya tidak

menyenangkan yang nantinya akan menimbulkan atau disertai

perubahan fisiologis dan psikologis (Kholil Lur Rochman, 2017).

Namora Lumongga Lubis (2009) menjelaskan bahwa kecemasan

adalah tanggapan dari sebuah ancaman nyata ataupun khayal.

Individu mengalami kecemasan karena adanya ketidakpastian

dimasa mendatang. Kecemasan dialami ketika berfikir tentang

sesuatu tidak menyenangkan yang akan terjadi. Sedangkan Siti

Sundari (2014) memahami kecemasan sebagai suatu keadaan yang

menggoncangkan karena adanya ancaman terhadap kesehatan. Nevid

Jeffrey S, Rathus Spencer A, & Greene Beverly (2015) memberikan

pengertian tentang kecemasan sebagai suatu keadaan emosional yang

mempunyai ciri keterangsangan fisiologis, perasaan tegang yang

tidak menyenangkan, dan kekhawatiran bahwa sesuatu yang buruk

akan terjadi. Kecemasan adalah rasa khawatir , takut yang tidak jelas

sebabnya. Kecemasan juga merupakan kekuatan yang besar dalam

menggerakkan tingkah laku, baik tingkah laku yang menyimpang

ataupun yang terganggu. Keduaduanya merupakan pernyataan,

penampilan, penjelmaan dari pertahanan terhadap kecemasan

tersebut (Singgih D. Gunarsa, 2018).


25

Kesimpulan yang dapat diambil dari beberapa pendapat diatas

bahwa kecemasan adalah rasa takut atau khawatir pada situasi

tertentu yang sangat mengancam yang dapat menyebabkan

kegelisahan karena adanya ketidakpastian dimasa mendatang serta

ketakutan bahwa sesuatu yang buruk akan terjadi.

2.3.2 Gejala-gejala Kecemasan

Kecemasan adalah suatu keadaan yang menggoncangkan

karena adanya ancaman terhadap kesehatan. Individu-individu yang

tergolong normal kadang kala mengalami kecemasan yang

menampak, sehingga dapat disaksikan pada penampilan yang berupa

gejala-gejala fisik maupun mental. Gejala tersebut lebih jelas pada

individu yang mengalami gangguan mental. Lebih jelas lagi bagi

individu yang mengidap penyakit mental yang parah. Gejala-gejala

yang bersifat fisik diantaranya adalah : jari tangan dingin, detak

jantung makin cepat, berkeringat dingin, kepala pusing, nafsu makan

berkurang, tidur tidak nyenyak, dada sesak.Gejala yang bersifat

mental adalah : ketakutan merasa akan ditimpa bahaya, tidak dapat

memusatkan perhatian, tidak tenteram, ingin lari dari kenyataan (Siti

Sundari, 2014). Kecemasan juga memiliki karakteristik berupa

munculnya perasaan takut dan kehati-hatian atau kewaspadaan yang

tidak jelas dantidak menyenangkan. Gejala-gejala kecemasan yang

muncul dapat berbeda pada masing-masing orang. Kaplan, Sadock,

& Grebb (Fitri Fauziah & Julianti Widury, 2017) menyebutkan

bahwa takut dan cemas merupakan dua emosi yang berfungsi


26

sebagai tanda akan adanya suatu bahaya. Rasa takut muncul jika

terdapat ancaman yang jelas atau nyata, berasal dari lingkungan, dan

tidak menimbulkan konflik bagi individu. Sedangkan kecemasan

muncul jika bahaya berasal dari dalam diri, tidak jelas, atau

menyebabkan konflik bagi individu. Kecemasan berasal dari

perasaan tidak sadar yang berada didalam kepribadian sendiri, dan

tidak berhubungan dengan objek yang nyata atau keadaan yang

benar-benar ada. Kholil Lur Rochman, (2017) mengemukakan

beberapa gejala-gejala dari kecemasan antara lain :

a. Ada saja hal-hal yang sangat mencemaskan hati, hampir setiap

kejadian menimbulkan rasa takut dan cemas. Kecemasan tersebut

merupakan bentuk ketidakberanian terhadap hal-hal yang tidak jelas.

b. Adanya emosi-emosi yang kuat dan sangat tidak stabil. Suka marah

dan sering dalam keadaan exited (heboh) yang memuncak, sangat

irritable, akan tetapi sering juga dihinggapi depresi.

c. Diikuti oleh bermacam-macam fantasi, delusi, ilusi, dan delusion of

persecution (delusi yang dikejar-kejar).

d. Sering merasa mual dan muntah-muntah, badan terasa sangat lelah,

banyak berkeringat, gemetar, dan seringkali menderita diare.

e. Muncul ketegangan dan ketakutan yang kronis yang menyebabkan

tekanan jantung menjadi sangat cepat atau tekanan darah tinggi.

Nevid Jeffrey S, Spencer A, & Greene Beverly (2015) mengklasifikasikan

gejala-gejala kecemasan dalam tiga jenis gejala, diantaranya yaitu :


27

a. Gejala fisik dari kecemasan yaitu : kegelisahan, anggota

tubuh bergetar, banyak berkeringat, sulit bernafas, jantung

berdetak kencang, merasa lemas, panas dingin, mudah

marah atau tersinggung.

b. Gejala behavioral dari kecemasan yaitu: berperilaku

menghindar, terguncang, melekat dan dependen.

c. Gejala kognitif dari kecemasan yaitu : khawatir tentang

sesuatu, perasaan terganggu akan ketakutan terhadap

sesuatu yang terjadi dimasa depan, keyakinan bahwa

sesuatu yang menakutkan akan segera terjadi, ketakutan

akan ketidakmampuan untuk mengatasi masalah, pikiran

terasa bercampur aduk atau kebingungan, sulit

berkonsentrasi.

2.3.3 Faktor-faktor Penyebab Kecemasan

Kecemasan sering kali berkembang selama jangka waktu dan

sebagian besar tergantunga pada seluruh pengalaman hidup

seseorang. Peristiwa-peristiwa atau situasi khusus dapat

mempercepat munculnya serangan kecemasan. Menurut Savitri

Ramaiah (2016) ada beberapa faktor yang menunujukkan reaksi

kecemasan, diantaranya yaitu:

a. Lingkungan

Lingkungan atau sekitar tempat tinggal mempengaruhi cara

berfikir individu tentang diri sendiri maupun orang lain. Hal ini

disebabkan karena adanya pengalaman yang tidak


28

menyenangkan pada individu dengan keluarga, sahabat, ataupun

dengan rekan kerja. Sehingga individu tersebut merasa tidak

aman terhadap lingkungannya.

b. Emosi

Emosi yang ditekan Kecemasan bisa terjadi jika individu tidak

mampu menemukan jalan keluar untuk perasaannya sendiri

dalam hubungan personal ini, terutama jika dirinya menekan

rasa marah atau frustasi dalam jangka waktu yang sangat lama.

c. Sebab-sebab fisik Pikiran dan tubuh senantiasa saling

berinteraksi dan dapat menyebabkan timbulnya kecemasan. Hal

ini terlihat dalam kondisi seperti misalnya kehamilan, semasa

remaja dan sewaktu pulih dari suatu penyakit. Selama ditimpa

kondisi-kondisi ini, perubahan-perubahan perasaan lazim

muncul, dan ini dapat menyebabkan timbulnya kecemasan.

Zakiah Daradjat (Kholil Lur Rochman, 2016) mengemukakan

beberapa penyebab dari kecemasan yaitu :

a. Rasa cemas yang timbul akibat melihat adanya bahaya yang

mengancam dirinya. Kecemasan ini lebih dekat dengan rasa

takut, karena sumbernya terlihat jelas didalam pikiran.

b. Cemas karena merasa berdosa atau bersalah, karena melakukan

hal-hal yang berlawanan dengan keyakinan atau hati nurani.

Kecemasan ini sering pula menyertai gejala-gejala gangguan

mental, yang kadang-kadang terlihat dalam bentuk yang umum.


29

c. Kecemasan yang berupa penyakit dan terlihat dalam beberapa

bentuk. Kecemasan ini disebabkan oleh hal yang tidak jelas dan

tidak berhubungan dengan apapun yang terkadang disertai dengan

perasaan takut yang mempengaruhi keseluruhan kepribadian

penderitanya. Kecemasan hadir karena adanya suatu emosi yang

berlebihan. Selain itu, keduanya mampu hadir karena lingkungan

yang menyertainya, baik lingkungan keluarga, sekolah, maupun

penyebabnya.

Musfir Az-Zahrani (2015) menyebutkan faktor yang

memepengaruhi adanya kecemasan yaitu:

a. Lingkungan keluarga Keadaan rumah dengan kondisi yang

penuh dengan pertengkaran atau penuh dengan kesalahpahaman

serta adanya ketidakpedulian orangtua terhadap anak-anaknya,

dapat menyebabkan ketidaknyamanan serta kecemasan pada

anak saat berada didalam rumah

b. Lingkungan Sosial Lingkungan sosial adalah salah satu faktor

yang dapat mempengaruhi kecemasan individu. Jika individu

tersebut berada pada lingkungan yang tidak baik, dan individu

tersebut menimbulkan suatu perilaku yang buruk, maka akan

menimbulkan adanya berbagai penilaian buruk dimata

masyarakat. Sehingga dapat menyebabkan munculnya

kecemasan. Kecemasan timbul karena adanya ancaman atau

bahaya yang tidak nyata dan sewaktu-waktu terjadi pada diri

individu serta adanya penolakan dari masyarakat menyebabkan


30

kecemasan berada di lingkungan yang baru dihadapi (Patotisuro

Lumban Gaol, 2014).

Menurut Elina Raharisti Rufaidah (2018) faktor-faktor

yang mempengaruhi kecemasan adalah :

a. Faktor fisik

Kelemahan fisik dapat melemahkan kondisi mental individu

sehingga memudahkan timbulnya kecemasan. Trauma atau

konflik Munculnya gejala kecemasan sangat bergantung pada

kondisi individu, dalam arti bahwa pengalaman-pengalaman

emosional atau konflik mental yang terjadi pada individu

akan memudahkan timbulnya gejala-gejala kecemasan.

b. Lingkungan awal yang tidak baik.

Lingkungan adalah faktor-faktor utama yang dapat

mempengaruhi kecemasan individu, jika faktor tersebut

kurang baik maka akan menghalangi pembentukan

kepribadian sehingga muncul gejala-gejala kecemasan.

2.3.5 Jenis-jenis Kecemasan

Kecemasan merupakan suatu perubahan suasana hati,

perubahan didalam dirinya sendiri yang timbul dari dalam tanpa

adanya rangsangan dari luar. Mustamir Pedak (2009) membagi

kecemasan menjadi tiga jenis kecemasan yaitu :

a. Kecemasan Rasional

Merupakan suatu ketakutan akibat adanya objek yang memang

mengancam, misalnya ketika menunggu hasil ujian. Ketakutan ini


31

dianggap sebagai suatu unsur pokok normal dari mekanisme

pertahanan dasariah kita.

b. Kecemasan Irrasional Yang berarti bahwa mereka mengalami emosi

ini dibawah keadaankeadaan spesifik yang biasanya tidak dipandang

mengancam. Kecemasan Fundamental Kecemasan fundamental

merupakan suatu pertanyaan tentang siapa dirinya, untuk apa

hidupnya, dan akan kemanakah kelak hidupnya berlanjut. Kecemasan

ini disebut sebagai kecemasan eksistensial yang mempunyai peran

fundamental bagi kehidupan manusia.

Sedangkan Kartono Kartini (2016) membagi kecemasan menjadi

dua jenis kecemasan, yaitu :

a. Kecemasan Ringan

Kecemasan ringan dibagi menjadi dua kategori yaitu ringan

sebentar dan ringan lama. Kecemasan ini sangat bermanfaat bagi

perkembangan kepribadian seseorang, karenakecemasan ini dapat

menjadi suatu tantangan bagi seorang individu untuk mengatasinya.

Kecemasan ringan yang muncul sebentar adalah suatu kecemasan

yang wajar terjadi padaindividu akibat situasi-situasi yang

mengancam dan individu tersebut tidak dapat mengatasinya, sehingga

timbul kecemasan.

Kecemasan ini akan bermanfaat bagi individu untuk lebihberhati-

hati dalam menghadapi situasi-situasi yang sama di kemudian

hari.Kecemasan ringan yang lama adalah kecemasan yang dapat

diatasi tetapi karena individu tersebut tidak segera mengatasi


32

penyebab munculnya kecemasan, maka kecemasan tersebutakan

mengendap lama dalam diri individu.

b. Kecemasan Berat

Kecemasan berat adalah kecemasan yang terlalu berat dan

berakar secara mendalam dalam diriseseorang. Apabila seseorang

mengalami kecemasan semacam ini maka biasanya ia tidakdapat

mengatasinya. Kecemasan ini mempunyai akibat menghambat atau

merugikanperkembangan kepribadian seseorang.

Kecemasan ini dibagi menjadi dua yaitu kecemasan berat yang

sebentar dan lama. Kecemasan yang berat tetapi munculnya sebentar

dapat menimbulkan traumatis pada individu jika menghadapi situasi

yang sama dengan situasi penyebab munculnya

kecemasan.Sedangakan kecemasan yang berat tetapi munculnya lama

akan merusak kepribadian individu. Hal ini akan berlangsung terus

menerus bertahun-tahun dan dapat meruak proses kognisi individu.

Kecemasan yang berat dan lama akan menimbulkan berbagai macam

penyakitseperti darah tinggi, tachycardia (percepatan darah), excited

(heboh, gempar).

2.3.6 Dampak Kecemasan

Rasa takut dan cemas dapat menetap bahkan meningkat

meskipun situasi yang betul-betul mengancam tidak ada, dan ketika

emosi-emosi ini tumbuh berlebihan dibandingkan dengan bahaya yang

sesungguhnya, emosi ini menjadi tidak adaptif. Kecemasan yang

berlebihan dapat mempunyai dampak yang merugikan pada pikiran


33

serta tubuh bahkan dapat menimbulkan penyakitpenyakit fisik (Cutler,

2014).

Yustinus Semiun (2016) membagi beberapa dampak dari kecemasan

kedalam beberapa simtom, antara lain :

a. Simtom suasana hati

Individu yang mengalami kecemasan memiliki perasaan akan adanya

hukuman dan bencana yang mengancam dari suatu sumber tertentu

yang tidak diketahui. Orang yang mengalami kecemasan tidak bisa

tidur, dan dengan demikian dapat menyebabkan sifat mudah marah.

b. Simtom kognitif

Kecemasan dapat menyebabkan kekhawatiran dan keprihatinan pada

individu mengenai hal-hal yang tidak menyenangkan yang mungkin

terjadi. Individu tersebut tidak memperhatikan masalah-masalah real

yang ada, sehingga individu sering tidak bekerja atau belajar secara

efektif, dan akhirnya dia akan menjadi lebih merasa cemas.

c. Simtom motor

Orang-orang yang mengalami kecemasan sering merasa tidak

tenang, gugup, kegiatan motor menjadi tanpa arti dan tujuan, misalnya

jari-jari kaki mengetuk-ngetuk, dan sangat kaget terhadap suara yang

terjadi secara tiba-tiba. Simtom motor merupakan gambaran

rangsangan kognitif yang tinggi pada individu dan merupakan usaha

untuk melindungi dirinya dari apa saja yang dirasanya mengancam.

Kecemasan akan dirasakan oleh semua orang, terutama jika ada

tekanan perasaan ataupun tekanan jiwa.


34

Menurut Savitri Ramaiah (2005:9) kecemasan biasanya dapat

menyebabkan dua akibat, yaitu :

a. Kepanikan yang amat sangat dan karena itu gagal berfungsi secara

normal atau menyesuaikan diri pada situasi.

b. Gagal mengetahui terlebih dahulu bahayanya dan mengambil

tindakan pencegahan yang mencukupi. Dari beberapa pendapat

diatas, dapat disimpulkan bahwa kecemasan adalah rasa takut atau

khawatir pada situasi yang sangat mengancam karena adanya

ketidakpastian dimasa mendatang serta ketakutan bahwa sesuatu

yang buruk akan terjadi.

Kecemasan tersebut ditandai dengan adanya beberapa

gejala yang muncul seperti kegelisahan, ketakutan terhadap sesuatu

yang terjadi dimasa depan, merasa tidak tenteram, sulit untuk

berkonsentrasi, dan merasa tidak mampu untuk mengatasi masalah.

Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya adalah,

kecemasan timbul karena individu melihat adanya bahaya yang

mengancam dirinya, kecemasan juga terjadi karena individu

merasa berdosa atau bersalah karena melakukan hal-hal yang

berlawanan dengan keyakinan atau hati nurani. Dari beberapa

gejala, faktor, dan definisi diatas, kecemasan ini termasuk dalam

jenis kecemasan rasional, karena kecemasan rasional merupakan

suatu ketakutan akibat adanya objek yang memang mengancam.

Adanya berbagai macam kecemasan yang dialami individu

dapat menyebabkan adanya gangguan-gangguan kecemasan seperti


35

gangguan kecemasan spesifik yaitu suatu ketakutan yang tidak

diinginkan karena kehadiran atau antisipasi terhadap objek atau

situasi yang spesifik. Sehingga dapat menyebabkan adanya dampak

dari kecemasan yang berupa simtom kognitif, yaitu kecemasan

dapat menyebabkan kekhawatiran dan keprihatinan pada individu

mengenai hal-hal yang tidak menyenangkan yang mungkin terjadi.

Individu tersebut tidak memperhatikan masalah-masalah real yang

ada, sehingga individu sering tidak bekerja atau belajar secara

efektif, dan akhirnya dia akan menjadi lebih merasa cemas.


36

B. Kerangka Teori

input proses output

Pasien stroke

Faktor yang mempengaruhi Kecemasan Kecemasan :


kecemasan : Tidak cemas
Ringan
1. Lingkungan Sedang
2. Kondisi fisik/pikiran Berat
3. Emosi Peran keluarga (dukungan ) : Berat sekali
4. Rasa takut
a. Dukungan
Informasional
b. Dukungan Emosional
c. Dukungan Instrumental
d. Dukungan Penghargaan
e. Sumber Dukungan
Keluarga
f. Dukungan keluarga
pasca stroke

Bagan 2.1 : Kerangka Konseptual Pengaruh Peran Keluarga Terhadap


Kecemasan Pasien Stroke
BAB III

METODE LITERATURE REVIEW

3.1 Desain Penelitian

Desain penelitian ini adalah Literature Review atau tinjauan pustaka. Studi

literature review adalah cara yang dipakai untuk megumpulkan data atau

sumber yang berhubungan pada sebuah topik tertentu yang bisa didapat dari

berbagai sumber seperti jurnal, buku, internet, dan pustaka lain.

3.2 Kriteria inklusi dan ekslusi

Strategi yang digunakan untuk mencari artikel menggunakan PICOS

framework, yang terdiri dari:

1) Population/problem
Population yaitu populasi atau masalah yang akan di analisis sesuai
dengan tema yang sudah ditentukan dalam Literature Review.
2) Intervesi (Intervetion)
Intervetion yaitu suatu tindakan penatalaksanaan terhadap kasus
perorangan atau masyarakat serta pemaparan tentang penatalaksanaan
studi sesuai dengan tema yang sudah ditentukan dalam Literature
Review.
3) Comparation
Comparation yaitu intervensi atau penatalaksanaan lain yang
digunakan sebagai pembanding, jika tidak ada bisa menggunakan
kelompok control dalam studi yang terpilih.
4) Outcome
Outcome yaitu hasil atau luaran yang diperoleh pada studi
terdahulu yang sesuai dengan tema yang sudah ditentukan dalam
Literature Review
42

5) Study design
Study design yaitu desain penelitian yang digunakan dalam artikel yang
akan di review.
3.3 Strategi Pencarian Literatur

Penelusuran artikel publikasi pada Google scholar, Proquest dan

Pubmed, EBSCO menggunakan kata kunci yang dipilih yakni: peran

keluarga, kecemasan, pasien stroke. Artikel atau jurnal yang sesuai dengan

kriteria inklusi dan eksklusi diambil untuk selanjutnya dianalisis. Literature

Review ini menggunakan literatur terbitan tahun 2015-2020 yang dapat

diakses full text dalam format pdf dan scholarly (peer reviewed journals).

Kriteria jurnal yang direview adalah artikel jurnal penelitian berbahasa

Indonesia dan Inggris dengan subyek manusia dewasa, jenis jurnal artikel

penelitian bukan literature review dengan tema pengaruh peran keluarga

terhadap kecemasan pasien stroke. Jurnal yang sesuai dengan kriteria inklusi

dan terdapat tema pengaruh peran keluarga terhadap kecemasan pasien

stroke dari sudut pandang pasien, keluarga, dan petugas kesehatan/pemberi

pelayanan pada pasien stroke kemudian dilakukan review. Kriteria jurnal

yang terpilih untuk review adalah jurnal yang didalamnya terdapat tema

pengaruh peran keluarga terhadap kecemasan pasien stroke. Kritera inklusi

penelitian dapat dilihat pada tabel 1 berikut :

Tabel 3.1. Kriteria Inklusi Penelitian

Kriteria Inklusi
Jangka waktu Rentang maksimal 5 tahun (2015-2020)
waktu
Bahasa Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris
Subyek Manusia dewasa
Jenis jurnal Original artikel penelitian (bukan review
penelitian) Tersedia full text
43

Tema isi jurnal Tema peran keluarga terhadap kecemasan


pasien stroke

3.4 Penilaian Kualitas

Analisis kualitas metodologi dalam setiap studi (n=6) dengan checklist

daftar penilaian dengan beberapa pertanyaan untuk menilai kualitas dari studi.

Penilaian kriteria diberi nilai “ya”, “tidak”, “tidak jelas” atau “tidak berlaku”,

dan setiap kriteria dengan skor “ya” diberi satu poin dan nilai lainnya adalah

nol, setiap skor studi kemudian dihitung dan jumlahkan. Critical appraisal

untuk menilai studi yang memenuhi syarat dilakukan oleh para peneliti. Jika

skor penelitian setidaknya 50% memenuhi kriteria critical appraisal dengan

nilai titik cut-off yang telah disepakati oleh peneliti, studi dimasukkan

kedalam kriteria inklusi. Peneliti mengecualikan studi yang berkualitas

rendah untuk menghindari bias dalam validitas hasil dan rekomendasikan

ulasan. Dalam screening terakhir tiga belas studi mencapai 50% dan siap

untuk melakukan sintesis data, akan tetapi karena penilaian terhadap risiko

bias, satu studi dikeluarkan dan artikel yang digunakan dalam literature

review terdapat 6 Artikel (Nursalam, 2020).

Risiko bias dalam literatre review ini menggunakan

asesmen pada metode penelitian masing-masing studi, yang terdiri

dari (Nursalam, 2020):

a. Teori : Teori yang tidak sesuai, sudah kadaluwarsa, dan

kredibilitas yang kurang

b. Desain : Desain kurang sesuai dengan tujuan penelitian

c. Sample : Ada 4 hal yang harus diperhatiakan yaitu populasi,


44

sampel, sampling dan besar sampel yang tidak sesuai dengan

kaidah pengambilan sampel

d. Variabel : Variabel yang ditetapkan kurang sesuai dari segi

jumlah, pengontrolan variabel perancu, dan variabellainnya

e. Instrument : Instrumen yang digunakan tidak memiliki

sensivitas, spesifikasi dan validitasrehabilitas

f. Analisis Data: Analisis Data tidak sesuai dengan kaidah

analisis yang sesuai dengan standar

3.5 Sintesis data

Literature Review ini di sintesis menggunakan metode naratif dengan

mengelompokkan data-data hasil ekstraksi yang sejenis sesuai dengan hasil

yang diukur untuk menjawab tujuan Jurnal penelitian yang sesuai dengan

kriteria inklusi kemudian dikumpulkan dan dibuat ringkasan jurnal meliputi

nama peneliti, tahun terbit jurnal, negara penelitian,judul penelitian,metode

dan ringkasan hasil atau temuan. Ringkasan jurnal penelitian tersebut

dimasukan ke dalam tabel diurutkan sesuai alphabet dan tahun terbit jurnal

dan sesuai dengan format tersebut di atas.

Untuk lebih memperjelas analisis abstrak dan full text jurnal dibaca

dan dicermati. Ringkasan jurnal tersebut kemudian dilakukan analisis

terhadap isi yang terdapat dalam tujuan penelitian dan hasil/temuan

penelitian. Analisis yang digunakan menggunakan analisis isi jurnal,

kemudian dilakukan koding terhadap isi jurnal yang direview menggunakan

kategori peran keluarga dan kecemasan. Data yang sudah terkumpul


45

kemudian dicari persamaan dan perbedaannya lalu dibahas untuk menarik

kesimpulan.

3.6 Penelusuran Jurnal

Berdasarkan hasil penelusuran di Google Schoolar, Pub Med, Ebsco dan

Proquest dengan kata kunci peran keluarga, kecemasan, pasien stroke,

peneliti menemukan 40 jurnal yang sesuai dengan kata kunci tersebut.

Sebanyak 30 jurnal dari jurnal yang ditemukan sesuai kata kunci pencarian

tersebut kemudian dilakukan skrining, 20 jurnal di eksklusi karena tidak

tersedia artikel full text. Asesment kelayakan terhadap 17 jurnal full text

dilakukan, jurnal yang duplikasi dan tidak sesuai kriteria inklusi dilakukan

eksklusi sebanyak 10, sehingga didapatkan 5 terdiri dari 3 jurnal jurnal full

text yang dilakukan review dan 2 jurnal abstrak.

40 jurnal ditemukan lewat internet


sesuai kata kunci

Jurnal 30 jurnal dilakukan skrining 20 jurnal dieksklusi

17 jurnal full text dilakukan 10 jurnal full text dieksklusi


asasemen kelayakan karena duplikasi dan tidak
sesuai kriteria inklusi

5 jurnal full text dilakukan review

Gambar 3.1. Diagram Alur Review


46

Setelah dilakukan skrining dan review maka jurnal yang diperoleh di sajikan

dalam tabel berikut :

Tabel 3.2 Pencarian Jurnal

No Penulis Tahun Judul Jurnal Data Base

1 Jannah 2017 Hubungan Dukungan Google


Keluarga Dengan schoolar
Kecemasan Pasien Stroke
Di Ruang Ashter Rsud
Dr.Hardjono Ponorogo
2 Dani, 2019 Hubungan Dukungan Google
Khusnulya Keluarga Terhadap schoolar
Perwira Pemenuhan Self Care
Management Pasien
Stroke Di Rsud
Panembahan Senopati
Bantul
3 Silvana 2019 Hubungan Antara Google
Wara Dukungan Sosial schoolar
Mustika Keluarga Dengan
Kestabilan Emosi Pada
Pasien Pasca Stroke
4 Miftahus 2015 Hubungan Dukungan Google
Sa’adah Sosial Keluarga Dengan schoolar
Stres Pada Pasien Stroke
Di Poliklinik RSUD. Dr.
Pirngadi Medan
5 Novita 2019 Hubungan Dukungan Google
Aryani Keluarga Dengan schoolar
Kejadian Depresi Pada
Pasien Paska Stroke Di
Puskesmas Simpang Tiga
Redelong Bener Meriah
47

DAFTAR PUSTAKA

American Heart Association, 2014. Heart Disease and Stroke Statistics. AHA
Statistical Update

Bazzano, LAJ., Ogden, CM., Loria, Wilton. 2003. Dietery Fiber Intake and
Reduce Risk of Cronary Disease in US Men and Woman. Arch Intern Med.
http://archnite.amaasn.org/cgi/content/abstract/163/1897.

Black, M. J. & Hawks, H .J., 2009. Medical surgical nursing: clinical


management for continuity of care, 8th ed. Philadephia : W.B. Saunders
Company

Fisher, et al. 2016. Definition and Implications of the Preventable Stroke. JAMA
Neurology

Friedman, M. M., Bowden, V. R., & Jones, E. G. 2014. Buku Ajar Keoerawatan
Keluarga (Riset, teori, dan praktik) Edisi 5. Jakarta : EGC

Kementrian Kesehatan RI.2013.Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan.


Riset Kesehatan Dasar 2013.
48

Lewis, et al. 2011. Medical Surgical Nursing Assesment and Management of


Clinical Problems Volume 2. Mosby: ELSEVIER.

Misbach.J. 1999. Stroke Aspek Diagnostik, Patofisiologi Manajemen. Jakarta


:Balai Penerbit FKUI

Musuka, et al. 2015 Diagnosis and management of acute ischemic stroke: speed
is critical. CMAJ : Canadian Medical Association Journal

Sarafino, E.P. 2002. Health Psychology: Biopsychosocial Interactions, Fourth


Edition. New Jersey: HN Wiley.

Wirawan, Rosiana Pradanasari. 2009. Rehabilitasi Stroke Pada Pelayanan


Kesehatan Primer. http://jurnal.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/592096173.pdf

Wartonah. 2007. Keperawatan Medikal Bedah Gangguan Sistem Persarafan.


Jakarta: CV.Sagung Seto

Anda mungkin juga menyukai