Anda di halaman 1dari 66

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UPN VETERAN JAKARTA

PEMBERDAYAAN KELUARGA DALAM


PEMULIHAN STROKE

“Cerdas Dalam Megenal,


Mengatasi Dan Merawat
Penderita Stroke Dirumah
Bagi Keluarga”

Windi Kartika, S.Kep


Ns. Mareta Dea Rosaline, M.Kep
PEMBERDAYAAN KELUARGA DALAM
PEMULIHAN STROKE
“Cerdas Dalam Mengenal, Mengatasi Dan Merawat
Penderita Stroke Dirumah Bagi Keluarga”

Penyusun:
Windi Kartika, S.Kep

Pembimbing:
Ns. Mareta Dea Rosaline, M.Kep

Gambar dan ilustrator:


Dokumentasi Pribadi
Salsabilla Asyifa Fauzia S.Ds

Model:
Galih Dwi Resandro

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN JAKARTA


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS PROGRAM PROFESI
2021

i
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat ALLAH


SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan karunianya kepada penulis,
sehingga penulis bisa menyelesaikan booklet Pemberdayaan Keluarga
Dalam Pemulihan Stroke “Cerdas Dalam Mengenal, Mengatasi Dan
Merawat Pasien Stroke Dirumah Bagi Keluarga
Stroke adalah hilangnya fungsi otak karena pembuluh darah otak
yang mengalami penyumbatan atau pecah, sehingga dapat menyebab-
kan kematian sebagian sel otak. Stroke juga menjadi penyebab kematian
kedua dan penyebab disabilitas ketiga di dunia. Pasien stroke akan men-
galami keterbatasan fisik dan ketergantungan dalam melakukan aktivitas
sehari-hari atau Activities of Daily Living (ADL). Pemenuhan kebutuhan
sehari-hari pasien stroke selama perawatan dirumah umumnya akan
dibantu oleh anggota keluarga. Perawatan pasien stroke oleh keluarga
tentunya membutuhkan pengetahuan dan pemahaman tentang
perawatan stroke, dengan adanya informasi perawatan pasien stroke
dirumah pada booklet ini diharapkan dapat memberi wawasan tambah-
an dan membatu keluarga dalam memberikan perawatan pada pasien
stroke dirumah
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ns. Mareta Dea Rosa-
line, S. Kep. M.Kep selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan
waktu untuk memberikan saran, kritik serta bantuan yang sangat berarti
bagi penulis serta berbagai pihak lainnya yang telah membantu penulis
dalam menyelesaikan booklet ini.

ii
Penulis berharap booklet ini dapat bermanfaat bagi para pembaca
khususnya pada pasien stroke dan keluarga untuk meningkatkan penge-
tahuan dan meberikan informasi dalam memberikan perawatan pada
pasien stroke dirumah. Penulis menyadari dalam pembuatan booklet ini
masih terdapat kekurangan, untuk itu kritik dan saran yang membangun
sangat berarti bagi penulis dalam upaya menyempurnakan booklet ini.

Jakarta, April 2021


Penulis

Windi Kartika

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.................................................................................... i
KATA PENGANTAR.................................................................................. ii
DAFTAR ISI............................................................................................. iV
LATAR BELAKANG ................................................................................ Vi

BAB I KONSEP STROKE................................................. 1


A. Pengertian........................................................................................ 1
B. Penyebab Stroke............................................................................ 1
C. Klasifikasi Stroke Berdasarkan Penyebabnya
1. Stroke Iskemik.............................................................................. 2
2. Stroke Hemoragik....................................................................... 2
E. Mari Kenali Gejala Stroke dengan FAST................................... 3
F. Penangana Pertama Yang Perlu Dilakukan Saat Terjadi
Serangan Stroke ............................................................................ 5
G. Komplikasi ........................................................................................ 8
H. Cara Pencegahan ............................................................................8
I. Perubahan fungsi tubuh pada penderita stroke..................9

BAB II PEMBERDAYAAN KELUARGA


PADA PENDERITA STROKE......................................... 12
A. Dukungan Keluarga .....................................................................12
B. Peran Keluarga Pada Pasien Stroke ....................................... 14

iv
C. Gangguan Yang Terjadi Pada penderita Stroke..................18
D. Kegiatan sederhana untuk meningkatkan ADL.................18
E. Latihan Apa saja yang dapat dilakukan pada pasien
stroke...................................................................................................
1. Range Of Motion (ROM) ....................................................... 25
a. ROM Aktif ................................................................... 26
b. ROM Pasif.................................................................... 31
2. Terapi Cermin................................................................ 36
3. Terapi Wicara dengan AIUEO................................... 39
F. Kiat Hidup Sehat Pasca Stroke................................................ 43

BAB III PENUTUP........................................................ 47


A. Kesimpulan.................................................................................... 47
B. Saran................................................................................................ 47
DAFTAR PUSTAKA............................................... ....... 48

v
LATAR BELAKANG
Stroke merupakan salah satu jenis Penyakit Tidak Menular (PTM)
yang dapat menyebabkan kematian dengan peringkat ke dua dan penye-
bab disabilitas ketiga di dunia. Serangan stroke yang terjadi dapat mem-
berat dan berlangsung lama selama 24 jam atau lebih dan dapat menye-
babkan kematian mendadak. (Kemenkes, 2019).

Data World Stroke Organization dalam Kemenkes (2019) menunju-


kan bahwa terdapat kasus stroke baru setiap tahunnya sebanyak 13,7 juta
kasus dan sekitar 5,5 juta kasus kematian yang terjadi akibat penyakit
stroke. Di Indonesia sendiri prevalensi stroke mengalami peningkatan
berdasarkan hasil Riskesdas pada tahun 2018 dibandingkan dengan hasil
Riskesdas pada tahun 2013 sebesar 7% menjadi 10,9%. Berdasarkan diag-
nosis dokter, prevalensi stroke di Indonesia dengan usia ≥15 tahun sebesar
10,9% atau diperkirakan sebanyak 2.120.362 orang. Prevalensi stroke
tertinggi berada di provinsi Kalimantan Timur sebesar 14,7% dan DI Yogya-
karta sebesar 14,6%. Proporsi penderita stroke di Indonesia lebih banyak
terjadi pada rentang usia 55-64 tahun sebanyak 33,3% dan paling sedikit
terjadi pada kelompok usia 15-24 tahun. (Kemenkes, 2019).

Stroke dapat menimbulkan keterbatasan fisik dan ketergantungan


dalammelakukan aktivitas sehari-hari dirumah. Perawatan pasien stroke
dirumah tentunya sangat membutuhkan peran keluarga seperti dalam
memberikan dukungan sosial, motivasi dan dalam mencari pengobatan
untuk meningkatkan kesembuhan pada pasien stroke

vi
(Friedman, Bowden, 2018 ; Yaslina, Maidaliza, & Hayati, 2019).
Perawatan stroke dirumah memerlukan dukungan dan pengetahuan
yang baik dari anggota keluarga lainnya. Dukungan keluarga yang
baik dapat tercipta dengan adanya pengetahuan yang baik pada
pasien stroke dan keluarga, seperti pengetahuan tentang stroke,
peran keluarga yang diperlukan, dan persiapan yang diperlukan
dalam melakukan perawatan pasien stroke di rumah (Kosasih et al.,
2018)

Pengetahuan yang baik tentang stroke dan penangannya


dapat memberikan dampak positif terhadap proses pemulihan klien
pasca stroke terutama saat melakukan perawatan stroke dirumah
oleh angota keluarga. Pasien dan keluarga yang memiliki pengeta-
huan rendah tentang stroke dapat membuat proses perawatan men-
jadi kurang efektif sehingga dapat menyebabkan penyakit bertam-
bah parah, serangan berulang, ketidak mandirian klien dalam
memenuhi ADL, hingga kematian (Chaira et al., 2016).

vii
BAB I
KONSEP STROKE

A. PENGERTIAN
Stroke merupakan penyakit yang dapat terjadi akibat hilangnya fungsi
otak karena penyumbatan atau pecahnya pembuluh darah otak.
Hal ini menyebabkan pasokan darah yang membawa oksigen ke otak
menjadi terganggu dan otak mengalami kekurangan oksigen yang
diperlukan, sehingga dapat menyebabkan kematian sebagian sel otak
(Kemenkes, 2019).

B. PENYEBAB STROKE
Stroke disebabkan karena adanya penyumbatan atau pecahnya pembu-
luh darah otak. Hal ini menyebabkan aliran darah otak yang membawa
oksigen terganggu, sehingga kebutuhan oksigen pada sel dan jaringan
tidak terpenuhi. Tanpa oksigen sel atau jaringan tidak dapat berfungsi
atau akan mengalami kematian sel atau jaringan.
(American Stroke Association, 2019)

1
C. KLASIFIKASI STROKE BERDASARKAN PENYEBABNYA

1. Stroke Iskemik 2. Stroke Hemoragik

Stroke iskemik terjadi Stroke hemoragik terjadi karena


kerena adanya penyumbatan pada pecahnya pembuluh darah otak dan
aliran darah ke otak. Stroke iskemik
merupakan jenis stroke yang paling menyebabkan perdarahan, sehingga
banyak terjadi di masyarakat. pasokan oksigen otak terganggu.

Stroke hemoragik merupakan jenis

stroke yang lebih jarang terjadi

dibandingkan dengan stroke iskemik.

Gambar 1. Klasifikasi Stroke Iskemik

Gambar 2. Klasifikasi Stroke Hemoragik

Selain stroke iskemik dan stroke hemoragik, stroke juga dapat disebabkan
oleh adanya gangguan aliran darah otak sementara atau disebut Trasient-
Ischemic Attack (TIA). TIA sering disebut sebagai stroke peringatan, karena
memiliki gejala seperti stroke tetapi hanya berlangsung dalam waktu
yang singkat dan tidak menyebabkan kerusakan jaringan otak permanen
(American Stroke Association, 2019).

2
E. MARI KENALI GEJALA STROKE dengan FAST

Gambar 3. Gejala stroke pada wajah

1. Face (Wajah)

Terdapat kelemahan mendadak pada salah satu sisi wajah atau mati
rasa. Mintalah orang itu untuk tersenyum dan lihat tanda-tanda
perubahan wajah ?

Gambar 4. Gejala stroke pada tangan

2. Arms (Lengan)

Terdapat kelemahan mendadak pada salah satu lengan atau mati


rasa. Mintalah orang itu untuk mengangkat kedua tangan dan lihat
apakah sala satu lengan kehilangan tenaga atau lemah?

3
csasfw@agf&s5a

Gambar 5. Gejala stroke saat berbicara

3. Speech (Berbicara)

Terdapat kesulitan berbicara, pengucapan kalimat yang tidak jelas


dan kalimat yang membingungkan. Mintalah orang itu mengulan-
gi kalimat sederhana dan lihat apakah terdapat kesulitan bicara?

Gambar 6. Waktu

4. Time (Waktu)

Apabila mengalami gejala diatas, segera menghubungi pelaya-


nanan kesehatan atau membawa penderita kerumah sakit.

4
#Perlu Diketahui:
Stroke memiliki Golden Period atau ketepatan waktu penanganan
yaitu dalam waktu 3 jam pasca serangan, semakin cepat waktu pen-
anganan maka semakin banyak sel otak yang dapat diselamatkan dan
meminimalisir disabilitas atau kecacatan, komplikasi bahkan kema-
tian. Ketepatan waktu juga dapat menentukan terapi yang akan
segera diberikaan (Karunia., 2016; Ridwan, 2017)

F. PENANGANAN PERTAMA YANG PERLU DILAKUKAN SAAT


TERJADI SERANGAN STROKE

Stroke merupakan salah satu penyakit saraf yang termasuk dalam


keadaan gawat darurat sehingga perlu dilakukan penanganan segera
mungkin dengan baik. Perlu diingat bahwa serangan stroke yang terjadi
tidak boleh diabaikan, meskipun hanya gejala yang bersifat sementara dan
tidak menyebabkan kerusakan otak secara permanen. Jika terjadi serangan
stroke, maka yang perlu dilakukan (Dharma, 2018; Purwani, 2017):

1. Tetap tenang dan jangan panik


2. SEGERA bawa pasien ke rumah sakit terdekat saat gejala
timbul, karena 1 menit saja sangat berarti untuk menye
lamatkan pasien
3. Jangan melakukan Tindakan yang tidak perlu, seperti
memberikan pijatan saat pasien tidak sadarkan diri atau
mengalami gejala, karena masalah yang terjadi pada
pembuluh darah otak, yang harus ditangani dengan
segera.
4. Jika pasien tidak sadar dan terdengar suara ngorok, maka
sebelum membawa ke rumah sakit Keluarga Perlu Menja
ga Agar Jalan Nafas Pasien Tidak Tersumbat dengan
cara:

5
a. Posisikan pasien terlentang tanpa bantal dengan posisi kepala sedikit
mendongak keatas. Pertahankan posisi ini Ketika dirumah atau saat
dalam perjalanan ke rumah sakit)

Gambar 7. Posisikan pasien terlentang

Gambar 8. Pertahankan lidah pasien dengan sendok

b. Mempertahankan lidah pasien agar tidak menutup jalan naas,


dengan cara:

1) Ambil sebuah sendok makan, kemudian balut sendok


dengan potongan kain kecil yang bersih

6
2) Buka mulut pasien dan letakkan ujung sendok diatas lidah
pasien dengan posisi terbalik untuk menahan lidah pasien

Gambar 8. Posisikan pasien terlentang

Gambar 9. Peletakan ujung sendok

7
G. KOMPLIKASI

Stroke dapat menyebabkan terjadinya kerusakan jaringan syaraf pusat,


kerusakan ini dapat berupa gangguan kognitif, gangguan fungsional dan defisit
sensori. Penderita stroke yang memiliki riwayat penyakit bawaan dapat meningkat-
kan terjadinya resiko komplikasi selama proses pemulihan pasca stroke. Komplikasi
yang terjadi dapat menghambaat proses pemulihan saraf dan meningkatkan waktu
perawatan. Komplikasi yang umum terjadi pada stroke adalah komplikasi pada
jantung, pneumonia, tromboemboli vena, demam, nyeri pasca stroke,
disfagia, inkontenisa, dan depresi (Mutiarasari, 2019) .

H. CARA PENCEGAHAN

Penyakit stroke dapat dicegah dengan berbagai cara yang dapat dilakukan
dalam memperbaiki atau meningkatkan status kesehatan seseorang. Menurut
Ridwan (2017) terdapat 10 langkah dalam melakukan pencegahan stroke, yaitu:
1. Menghentikan kebiasaan merokok
2. Melakukan pemeriksaan tekanan darah secara rutin minimal 1
bulan sekali
3. Mengendalikan penyakit jantung
4. Mengatasi dan mengendalikan stres atau depresi
5. Konsumsi makanan yang sehat dan bergizi
6. Mengurangi konsumsi garam
7. Menjaga berat badan agar tetap ideal
8. Melakukan olahraga secara teratur
9. Mengurangi konsumsi alkohol
10. Mencari informasi tentang penyakit stroke

8
I. PERUBAHAN FUNGSI TUBUH PADA PENDERITA STROKE

Gambar 8. Perubahaan fungsi pada penderita stroke

Saat mengalami stroke akan terjadi perubahan pada fungsi


tubuh yang dapat mempengaruhi aktivitas sehari-hari pasca seran-
gan stroke. Menurut American Stroke Association (2019) akan men-
galami perubahan fisik, perubahan komunikasi dan kognitif. Berikut
ini perubahan atau dampak yang terjadi setelah stroke yaitu:

1. Kelemahan atau kelumpuhan di satu sisi tubuh

Serangan stroke yang terjadi pada salah satu otak kanan


atau pun otak kiri dapat mempengaruhi fungsi tubuh sebalikn-
ya. Jika serangan stroke terjadi di otak kanan maka hal ini dapat
mempengaruhi fungsi tubuh sebelah kiri dan sebaliknya jika
serangan stroke terjadi pada otak kiri makan akan mempenga-
ruhi fungsi tubuh bagian kanan.

9
3. Spastisitas atau Tegang Otot

Pasca serangan stroke dapat terjadi ketegangan otot,


hal ini dapat dirasakan ketika sedang menggerakan salah satu
lengan maka kontraksi otot akan terjadi dan akan terasa lebih
kaku. Jika terjadi spastisitas tendon dan jaringan lunak disekit
ar otot akan menjadi kaku, hal ini dapat membuat peregan g-
an otot menjadi lebih sulit untuk dilakukan dan dapat menye
babkan otot menjadi kaku atau mengeras jika tidak ditangani.

4. Kejang

Kerusakan otak yang terjadi akibat serangan stroke


dapat menyebabkan kejang. Kejang dapat berlangsung
selama beberapa detik ataupun menit. Kejang tidak menye
babkan rasa sakit, tetapi saat kejang dapat memicu gerakan
tubuh tanpa disengaja, sensasi aneh atau pingsan.

5. Afasia

Afasia merupakan gangguan komunikasi yang terjadi


akibat adanya kerusakan pada otak. Afasia terdiri dari 3 jenis
yaitu afasia reseptif yaitu adanya kesuliatan dalam memahami
kata-kata yang didengar atau dibaca, afasia ekspesif yaitu
penderita tau apa yang ingin disampaikan, tetapi kesulitan
dalam mengungkapkannya dan afasia global merupakan
jenis afasia yang paling parah karena penderita biasanya tidak
dapat berbicara dan tidak dapat memahami ucapan orang
lain.

10
6. Disatria

Disatrian merupakan kelemahan yang terjadi pada otot


wajah, lidah dan mulut yang digunakan untuk berbicara,
sehingga akan membuat penderita distria berbicara lambat
dan tidak jelas.

7. Apraksia

Apraksia merupakan gangguan fungsi otak dalam mem


buat dan menyampaikan suatu instruksi pada tubuh dengan
benar, sehingga penderita akan kesulitan dalam memutuskan
dan menyampaikan apa yang ingin diucapkan.

8. Gangguan Memory atau Ingatan

Pada penderita pasca stroke dapat mengalami ganggu


an ingatan. Penderita bisa saja hanya mengingat sesuatu
dalam waktu yang singkat saja dan melupakannya serta kesuli
tan dalam menerima suatu informasi baru.

11
BAB II

PEMBERDAYAAN KELUARGA PADA PENDERITA


STROKE

Pemberdayaan keluarga pada penderita stroke adalah


intervensi keperawatan yang dirancang dengan tujuan untuk men-
goptimalkan kemampuan keluarga, sehingga anggota keluarga
memiliki kemampuan secara efektif dalam merawat anggota kelu-
arga dan mempertahankan kehidupan pada penderita sroke.

A. DUKUNGAN KELUARGA

Gambar 9. Dukungan Keluarga

Dukungan keluarga adalah sikap keluarga yang ditunjukkan


dalam proses perawatan anggota keluarga yang sedang sakit.
Pemberian dukungan keluarga yang diberikan dapat berbeda-be-
da sesuai dengan tahapan yang dibutuhkan (Yulianto, 2018).

12
Dukungan keluarga dapat mempengaruhi kesembuhan pasien,
dengan demikian jika keluarga tidak memberikan dukungan maka
keberhasilan dalam proses penyembuhan pasien stroke semakin
kecil (Wardhani & Martini, 2015). Menurut Karunia (2016) terdapat 4
jenis dukungan keluarga, yaitu:

1. Dukungan Instrumental

Dukungan ini berupa penyediaan finansial dan fasilitas


selama proses perawatan.

Gambar 9. Dukungan Instrumental

2. Dukungan Emosional

Memberikan perhatian, kasih sayang, membangun keper-


cayaan dan menjadi pendengar yang baik bagi pasien mer
upakan hal yang perlu diperhatikan.

3. Dukungan Informasi

Dukungan informasi dapat berupa pemberian informasi


kesehatan, nasihat, petunjuk dan saran dalam mempercepat
pemulihan.

13
4. Dukungan Penghargaan

Dukungan ini dapat berupa pemberian pujian dan motivasi


untuk meningkatkan semangat penderita dalam melakukan
rehabilitasi.

B. PERAN KELUARGA PADA PASIEN STROKE

Keluarga memiliki peran yang penting dalam proses pemuli-


han dan pencegahan serangan berulang pada penderita stroke.
Keluarga diharapkan dapat menjadi sistem pendukung utama
dalam memberikan perawatan pada anggota keluarga yang sakit,
hal ini juga dapat meningkatkan dan mengembangkan kemam-
puan keluarga dalam mengatasi masalah kesehatan pada keluarga.
Beberapa peranan keluarga menurut Hutagalung (2017) pada pen-
derita stroke, yaitu :

1. Berperan sebagai perawat, untuk memenuhi kebutuhan


pasien

Gambar 10. Peran perawat untuk memenuhi kebutuhan pasien

14
2. Berperan sebagai pendukung, untuk meningkatkan
motivasi penderita stroke selama proses pemulihan
Hari ini sangat cerah ya..

Gambar 11. Peran perawat dalam memotivasi pasien

3. Berperan sebagai penghubung, antara keluarga, pasien


dan petugas kesehatan untuk mengidentifikasi dan
mengungkapkan kebutuhan serta perasaan pasien
stroke

Gambar 12. Peran perawat sebagai penghubung

15
4. Berperan sebagai pendidik, keluarga dapat mengajarkan
penderita stroke untuk melakukan aktivitas sehari-hari
sampai penderita dapat melakukannya secara mandiri
Kembali

Gambar 13. Peran sebagai pendidik penderita stroke

5. Berperan dalam modifikasi lingkungan, untuk memperm


udah pasien stroke dalam melakukan aktifitas serta men
ciptakan lingkungan yang tenang, nyaman dan aman bagi
penderita stroke

Gambar 14. Peran dalam modifikasi lingkungan

16
6. Berperan sebagai pengambil keputusan, keluarga berperan
membuat suatu keputusan dalam memelihara kesehatan
anggota keluarganya.

Gambar 15. Peran dalam modifikasi lingkungan

7. Berperan sebagai sumber dana, keluarga berperan mencari


sumber dana untuk biaya pengobatan yang akan dilaku
kan pasien

PEMBAYARAN
RUMAH SAKIT

100000

Gambar 16. Peran dalam modifikasi lingkungan

17
C. GANGGUAN YANG TERJADI PADA PENDERITA STROKE
(Handayani et al., 2019; Hutagalung, 2017)

1. Kelumpuhan atau kelemahan separo badan atau


hemiparese
2. Gangguan sensibilitas atau pasien mengalami rasa
kebas atau baal
3. Gangguan keseimbangan duduk atau berdiri
4. Gangguan berbicara dan gangguan berkomunikasi
5. Gangguan menelan
6. Gangguan pengelihatan
7. Gangguan buang air kecil atau inkontinensia
8. Gangguan buang air besar atau konstipasi
9. Kesulitan mengenakan pakaian
10. Gangguan memori atau daya ingat
11. Perubahan kepribadian dan emosi

D. KEGIATAN YANG DAPAT DILAKUKAN PADA PENDERITA


STROKE UNTUK MENINGKATKAN ADL (Activity Daily
Living)

Keluarga memiliki peran yang penting dalam membantu


proses pemulihan pasien stroke. Peningkatan gerak bisa dilakukan
mulai dari hal sederhana pada aktivitas sehari-hari dan bertahap ke
aktivitas lainnya sesuai dengan kemampuan. Beberapa aktivitas
sederhana yang dapat dilakukan adalah:

1. Mengatasi kelemahan pada sisi tubuh (Handayani et al.,


2019; Stroke Association, 2020).

18
a. Mengatur posisi senyaman mungkin dengan mengganjal
bagian tubuh yang lemah menggunakan bantal

Gambar 17. Mengganjal dengan bantal pada bagian tubuh yang lemah

b. Melatih miring kanan dan miring kiri di tempat tidur (minimal


2 jam sekali)

Gambar 18. Melatih miring kanan dan miring kiri

19
c. Melatih menekuk lutut dan menggerakannya ke kanan dan
ke kiri secara perlahan sambil berbaring ditempat tidur

Gambar 19. Melatih menekuk lutut dan menggerakannya

d. Membantu pasien untuk duduk dengan seimbang dipinggir


tempat tidur

Gambar 20. Membantu pasien untuk duduk dengan seimbang

20
e. Membantu pasien untuk mengaktifkan dan menggerakkan
sisi tubuh yang lemah dan menggunakan sisi tubuh yang
sehat sebagai pengganti dalam melakukan kegiatan
sehari-hari

Gambar 19. Membantu pasien menggerakan sisi tubuh yang lemah


dengan yang sehat

2. Mengatasi Gangguan Berbicara dan Komunikasi


(Handayani et al., 2019; Yunica et al., 2019).

a. Melatih menulis

Gambar 19. Melatih Menulis

21
b. Melatih membaca

BA-CA
BU-KU

Gambar 20. Melatih membaca

c. Melatih berbicara dengan kata-kata sederhana


sambil menatap pasien

MA - KAN
MI- NUM

Gambar 21. Melatih berbicara dengan kata-kata sederhana

22
d. Melatih penekanan vokal A I U E O untuk menggerakkan
otot bicara dengan menggerakan lidah, bibir, otot wajah
dan mengucapkan kata-kata lain.

0 E

Gambar 22. Melatih penekanan A I U E O

3. Megatasi Gangguan Menelan (Handayani et al., 2019; Hutag


alung, 2017)

a. Saat makan, posisi badan harus duduk 90 dengan


posisi leher dan kepala agak tegak
b. Saat menelan, posisi kepala menengok ke sisi yang
lemah dan pastikan makanan sudah tetelan sebelum
memberikan suapan berikutnya
c. Anjurkan klien memegang sendok dan letakkan
makanan pada sisi yang sehat
d. Jika memungkinkan, tetap pertahankan posisi duduk
sampai setengah jam setelah makan dan bersihkan
mulut pasien setelah selesai makan

#Perlu Diingat:
Jika saat proses makan pasien muntah atau batuk, maka segera
hentikan proses makan dan lapor kepada dokter anda.

23
4. Mengatasi Gangguan BAB dan BAK (Handayani et al.,
2019; Winstein et al., 2016)

a. Menganjurkan pasien untuk meningkatkan konsum


si makanan tinggi serat seperti sayur dan buah
b. Menganjurkan pasien untuk minum 1 gelas setiap 2
jam dan menghindari minum berlebih pada malam
hari
c. Menganjurkan pasien untuk berkemih setiap 2 atau 3
jam sekali
d. Menganjurkan pasien untuk duduk di kloset setiap
pagi
e. Melatih refleks otot panggul dengan mengejan
kemudian merilekskannya

5. Melatih Cara Berpakaian

Saat berpakaian, dahulukan bagian tubuh yang sakit saat men-


genakan pakaian baik baju ataupun celana, kemudian diikuti oleh
bagian tubuh yang sehat.
Saat menggunakan celana, jika keseimbangan pasien belum baik
saat berdiri maka penggunaan celana dapat dilakukan dengan
berbaring terlebih dahulu kemudian merapihkannya.

24
E. LATIHAN APA SAJA YANG DAPAT DILAKUKAN PADA
PASIEN STROKE

1. Range Of Motion (ROM)

Range Of Motion (ROM) merupakan latihan yang dilakukan


pada pasien dengan keterbatasan gerak untuk mempertahankan
atau memperbaiki kekuatan persendian dan otot (Bakara & Warsito,
2016). ROM terdiri dari 2 jenis yaitu, ROM aktif dan ROM pasif.

• Tujuan (Bakara & Warsito, 2016; Hutagalung, 2017):

1) Mempertahankan, memelihara dan meningkatkan


kekuatan otot
2) Memelihara gerakan persendian
3) Merangsang peredaran darah
4) Mencegah terjadinya kelainan bentuk tulang dan
sendi
5) Memaksimalkan fungsi aktivitas sehari-hari

• Durasi : Gerakan latihan ROM dilakukan 3 kali setip gerakan


dengan frekuensi latihan 2 kali sehari (Hutagalung, 2017).

• Perlu diperhatikan (Hutagalung, 2017):

1) Gerakan yang dilakukan tidak boleh melebihi


kemampuan gerak sendi pasien dan dihentikan jika
terasa nyeri
2) Gerakan sendi yang baik adalah gerakan sendi yang dilaku
kan sampai merasakan adanya tahanan, bukan sampai
merasakan nyeri
3) Tidak melakukan gerakan pada sendi yang mengalami nyeri
4) Latihan harus dihentikan dan berikan pasien kesempatan
istirahat jika terjadi kram otot

25
a. ROM Aktif

ROM aktif merupakan latihan yang dapat dilakukan secara


mandiri oleh penderita stroke untuk menggerakan anggota
tubuhnya dengan serangkaian pergerakan untuk melatih sendi.
Latihan ini berfungsi untuk mempertahankan dan meningkatakan
kekuatan otot, hal ini dapat meningkatkan kemandirian dan
kepercayaan diri klien (Hutagalung, 2017).

Gerakan ROM: (Hutagalung, 2017; Kozier, 2010; Lameky, 2018)

1) Latihan Bahu

Gambar 23. Melatih Bahu

• Angkat tangan yang lemah dibantu dengan tengan yang


sehat ke arah depan, kemudian angkat sampai ke atas
kepala
• Turunkan kembali dengan posisi siku tetap lurus

26
2) Latihan Siku

Gambar 24. Melatih Siku

• Menekuk siku yang lemah dibantu dengan tangan yang


sehat, kemudian meluruskannya kembali
• Letakan kembali tangan ke posisi semula

3) Latihan Lengan

Gambar 25. Menggerakan tangan ke arah luar dan dalam

Gerakan tangan kearah luar dah kearah dalam, dapat


dibantu dengan tangan yang sehat

27
4) Latihan Pergerakan

Gambar 26. Menekuk pergelangan tangan ke atas dan bawah

Tekuk pergelangan tangan ke atas dan ke bawah


5) Latihan Jari-jari

Gambar 27. Mengepal dan meluruskan jari tangan

Mengepal dan meluruskan jari tangan

Gambar 28. Memutar ibu jari

Memutar ibu jari tangan

28
Gambar 29. Melebarkan jari-jari tangan

Lebarkan jari-jari tangan dan rapatkan kembali


6) Latihan Kaki

Gambar 30. Meletakan kaki yang sehat dibawah lutut kaki

Letakan kaki yang sehat dibawah lutut kaki

Gambar 31. Menurunkan kaki yang sehat ke pergelangan


kaki yang lemah

Turunkan kaki yang sehat ke pergelangan kaki


yang lemah

29
Gambar 32. Mengangkat kaki yang lemah dengan bantuan kaki
yang sehat

Angkat kaki yang lemah dengan bantuan kaki yang sehat


secara perlahan, kemudian turunkan kembali secara perla-
han

Gambar 33. Memutar pergelangan kaki

Memutar pergelangan kaki

Gambar 34. Menggerakan jari-jari kaki

30
b. ROM Pasif

ROM pasif merupakan latihan yang dilakukan dengan ban-


tuan orang lain untuk menggerakan anggota tubuh pasien dalam
melakukan serangkaian pergerakan. Karena pasien tidak dapat
menggerakan anggota tubuhnya sendiri, maka latihan ini tidak
berfungsi untuk mempertahankan kekuatan otot, tetapi latihan ini
dapat berguna dalam mempertahankan kelenturan sendi (Hutag-
alung, 2017; Kozier, 2010).

Gerakan ROM: (Hutagalung, 2017; Kozier, 2010)

1) Latihan Bahu

Gambar 35. Latihan bahu pasien

• Batu pasien untuk mengangkat tangan yang lemah dengan


menopang siku dan pergelangan tangan pasien kemudian
arahkan ke depan sampai ke atas kepala pasien
• Mengembalikan tangan pasien ke posisi semula dengan
posisi siku tetap lurus

31
3) Latihan Lengan

Gambar 36. Latihan lengan

Bantu pasien dengan memegang siku dan tangan lainnya


menggenggam tangan pasien, kemudian arahkan tangan
pasien ke luar dan ke arah dalam.

4) Latihan Pergelangan

Gambar 37. Latihan pergelangan

Bantu pasien untuk menggerakan pergelangan ke atas dan


kebawah dengan memegang lengan bawah pasien dan
satu tangan lainnya memegang pergelangan tangan
pasien.

32
5) Latihan Jari-jari

Gambar 38. Latihan jari-jari

Tekuk jari-jari yang lemah seperti mengepal dan meluruskan


jari tangan kembali

Gambar 39. Memutar ibu jari

Bantu untuk memutar ibu jari tangan

33
Gambar 40. Melatih membaca

Bantu pasien untuk melebarkan jari-jari tangan dan rapatkan


kembali

6) Latihan Kaki

Gambar 41. • Bantu pasien untuk menekuk


dan meluruskan pangkal paha

Bantu pasien untuk menekuk dan meluruskan pangkal


paha

34
Gambar 42. Membantu pasien meluruskan lututnya

• Bantu pasien untuk meluruskan kan menekuk lutunya

Gambar 43. Membantu pasien untuk memutar pergelangan kaki

• Bantu pasien untuk memutar pergelangan kaki

Gambar 44. Membantu pasien menggerakan jari-jari kaki

• Bantu pasien menggerakkan jari-jari kaki

35
2. Terapi Cermin (Arif et al., 2019; Machyono et al., 2018;
Putra, 2018)

Terapi cermin merupakan terapi yang mengandalkan


pantulan cermin dengan menggerakan bagian tubuh yang sehat
yang akan memberikan rangsangan visual pada otak, sehingga
tubuh yang mengalami kelemahan akibat stroke seolah ikut
bergerak.

• Tujuan: Untuk memulihkan kekuatan otot, terutama pada


bagian lengan
• Durasi: Latihan terdiri dari 2 sesi dengan durasi 15 menit
per sesi dan istirahat 5 menit antar sesi, diberikan sebanyak
satu kali sehari selama 30 menit pada pagi hari. Setiap
Gerakan dilakukan 1 detik/gerakan
• Alat: Cermin datar ukuran 20x25 inchi

• Gerakan:

Gambar 45. Terapi cermin

36
1) Atur posisi duduk dengan nyaman dan tenang, posisikan
kedua tangan diatas meja
2) Letakan cermin di tengah dada, lengan yang sehat berada
didepan cermin dan yang mengalami kelemahan sembu-
nyikan dibelakang cermin
3) Lihatlah tangan yang sehat pada cermin, kemudian bayang
kan bahwa tangan yang lemah seolah-olah bergerak seperti
tangan yang sehat. Membayangkan atau merasakan gerakan
pada bagian yang lemah ini dilakukan selama melakukan
gerakan.

4) Lakukan gerakan mengangkat dan menurunkan lengan

Gambar 46. Gerakan mengangkan dan menurunkan lengan

5) Lakukan gerakan membolak balikan telapak tangan

Gambar 47. Gerakan membolak balikan telapak tangan

37
6) Lakukan gerakan mengangkat jari satu persatu dimulai dari
jempol

Gambar 48. Gerakan mengangkat jari satu persatu

7) Lakukan gerakan menyentuh semua jari satu persatu dengan


jempol

Gambar 49. Gerakan menyentuh jari satu persatu

8) Lakukan gerakan mengepal dan membuka telapak tangan

Gambar 50. Gerakan mengepal dan membuka telapak tangan

38
3. Terapi Wicara dengan AIUEO (Lestari, 2017; Yunica et al.,
2019)

Terapi wicara adalah terapi yang diberikan pada seseorang


yang memiliki gangguan komunikasi, gangguan bahasa dan gang-
guan menelan. Salah satu terapi wicara yang dapat diberikan pada
pasien stroke yaitu terapi wicara AIUEO. Terapi AIUEO dapat mer-
angsang gerakan pada otot bicara melalui gerakan lidah, bibir,
wajah dan pengucapan kata-kata vokal A, I, U, E, O (Yunica et al.,
2019)

• Tujuan Terapi AIUEO: untuk memperbaiki ucapan penderita


stroke agar dapat lebih dipahami oleh orang lain
• Durasi: Terapi dapat dilakukan selama 10 menit
• Alat: Cermin datar
• Gerakan:

1) Atur posisi duduk dengan nyaman dan tenang

Gambar 59. Posisi duduk yang nyaman dan tenang

39
2) Amati pantulan wajah dan mulut pada cermin

Gambar 59. Mengamati pantulan mulut dari cermin

3) Buka mulut sambil menyebutkan huruf “A, I, dan U”

A i U

Gambar 59. Membuka mulut sambil menyebut A,I dan U

4) Bentuklah bibir menjadi huruf “O” sambil mengucapkan


nya
O

Gambar 60. Membentuk bibir menjadi huruf 0

40
5) Bentuklah bibir seperti tersenyum sambil menyebutkan
“E”
E

Gambar 61. Membentuk bibir menjadi huruf 0

6) Lakukan secara bergantian, pada point 4 dan 5 sebanyak


5x

O E

Gambar 62. Ulangi gerakan U dan E sebanyak 5 kali

7) Bukalah mulut lebar-lebar, kemudian julurkan lidah dan


gerakan lidah ke arah kanan dan kiri

Gambar 63. Gerakan menjulurkan lidah

41
8) Tutup bibir dengan rapat dan ucapkan “eemm”

Eemm

Gambar 64. Tutup bibir dengan rapat dan ucapkan eemm

9) Ucapkan “ma ma ma” dengan cepat

Ma-ma-ma

Gambar 65. Mengucapkan ma-ma-ma dengan cepat

10) Kembungkan salah satu pipi, tahan selama 5 detik dan


kemudian keluarkan. Lakukan secara bergantian pada
sisi yang lain

Gambar 66. Mengembungkan pipi


42
11) Julurkan lidah sejauh mungkin dan cobalah untuk
menyentuh dagu dan menyentuh hidung.

Gambar 66. Menjulurkan lidah sejauh mungkin

F. KIAT HIDUP SEHAT PASCA STROKE

Komposisi makanan yang baik untuk sehari-hari adalah


80% makanan berarkali tinggi seperti sayur dan buah serta 20%
makanan berasid rendah seperti nasi, daging, ikan roti. Penderita
stroke sangat disarankan untuk mengonsumsi buah, sayur dan
makanan tinggi serat seperi gandum (S., 2017).

Penderita stroke dianjurkan untuk: (P2PTM Kementrian Kesehatan


RI, 2018)

• Mengonsumsi buah dan sayur 5 porsi sehari.


• Mengonsumsi gula tidak lebih dari 4 sendok makan per
hari
• Mengonsumsi garam tidak lebih dari 1 sendok teh per hari
• Mengonsumsi lemak atau minyak tidak lebih dari 5 sendok
makan per hari

43
Beberapa jenis makanan yang dianjurkan dan tidak dianjur-
kan bagi penderita stroke (Hutagalung, 2017; Indrawati et al.,
2016):

Golongan Bahan Dianjurkan Tidak


Makanan Dianjurkan

Karbohidrat Nasi, Roti gandum, Makanan yang


Takaran: 1 iris roti Oats, Gandum, Jenis tinggi kadar garam,
gandum atau ½ cup umbi-umbian, soda kue atau
nasi/sereal/pasta per Terigu, Pasta dan baking powder,
sajian atau sekitar 1 Produk olahan lain makanan yang
kepal tangan pen- yang dibuat tanpa banyak mengand-
derita per sajian garam. ung gula
Protein Hewani Daging dan ayam Daging dan ayam
Takaran yang tidak berlem- yang berlemak,
Daging/Ayam: 90 ak, ikan, telur, susu jeroan, susu full
sampai 120 gram per skim rendah lemak cream, keju, es krim,
hari atau sekitar 1 daging olahan
telapak tangan
penderita. Maksimal
3 sampai 4 porsi per
minggu
Ikan: 120 sampai 150
gram per sajian.
Disajikan 3 sampai 4
porsi per minggu
Susu: 2-3 gelas per
hari sebanyak 200 ml
per sajian
Telur: Maksimal 3
sampai 4 butir per
minggu
44
Protein Nabati Semua jenis Produk olahan yang
Takaran: 1/3 cup kacang-kacangan diawetkan
kacang dalam jumlah
secukupnya dan
produk yang rendah
garam

Sayuran Jenis sayuran yang Jenis sayuran yang


Takaran: 4 sampai 5 mengandung serat dapat meningkat-
porsi perhari dengan proses kan gas, seperti
pemasakan seperti sawi, kol, dan
wortel, bayam, lobak.
kangkong, kacang
panjang, labu siam,
tomat dan tauge
Buah-Buahan Buah-buahan segar Jenis buah-buahan
Takaran: 4 sampai 5 yang dikonsumsi yang dapat menim-
buah per hari langsung atau bulkan gas seperti
diolah seperti nangka dan durian
dibuat jus atau dan produk buah
disetup yang diolah meng-
gunakan pengawet

Lemak atau Minyak Minyak jagung dan Minyak kelapa


Takaran: sekitar 40 minyak kedelai, sawit, margarin
sampai 70 gram atau minyak zitun, marga- dan mentega
3 sampai 4 sendok rin dan mentega batangan biasa,
makan per hari lunak tanpa garam produk kelapa,
krim, mayones dan
semua gorengan.

45
Minuman Minuman rendah Teh, kopi, coklat
Takaran: gula, Teh, kopi, dalam jumlah
Susu: 2-3 gelas per coklat dalam banyak dan tinggi
hari sebanyak 200 jumlah terbatas, gula, minuman
ml per sajian susu krim bersoda dan beral-
kohol

46
BAB 3
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Pemberdayaan keluarga perlu dilakukan untuk mengopti-


malkan perawatan yang diberikan oleh keluarga dirumah. Keluar-
ga memiliki peran yang penting dalam memberikan dukungan
pada pasien stroke saat berada dirumah, sehingga pemberdayaan
melalui informasi edukasi tentang stroke dan perawatan, serta
tindakan yang dapat dilakukan oleh keluarga dalam merawat pen-
derita stroke perlu diperhatikan.
Perawatan pasien stroke dirumah tentunya sangat membutuhkan
peran keluarga seperti dalam memberikan dukungan, motivasi
dan membantu pasien stroke dalam proses meningkatkan pemuli-
han aktivitas melalui gerakan secara sederhana pada aktivitas
sehari-hari dan bertahap ke aktivitas lainnya sesuai dengan
kemampuan pasien stroke. Keluarga juga perlu membantu dalam
latihan pasien stroke untuk meningkatkan atau mempertahankan
kekuatan otot dan persendian pasien selama mengalami keter-
batasan gerak akibat stroke.

B. SARAN

Bagi keluarga dan pasien stroke, diharapkan informasi yang ada


dalam booklet ini dapat meningkatkan pengetahuan keluarga dan
pasien tentang stroke serta membantu keluarga dan pasien stroke
untuk melakukan perawatan sederhana dirumah melalui pening-
katan aktivitas sehari-hari yang dapat dilakukan oleh pasien stroke
dengan bantuan keluarga. Keluarga juga diharapkan dapat mem-
bantu untuk melatih pasien stroke dengan latihan yang terdapat
pada booklet ini dan mempertahankan kiat hidup sehat pasca
stroke dengan memperhatikan pola makan dan jenis makanan
bagi penderita stroke.

47
DAFTAR PUSTAKA

American Stroke Association. (2019). LIFE AFTER STROKE. Ecom


pass Health.

American Stroke Association. (2020). Explaining Stroke. National


Stroke Association, 43.

Arif, M., Mustika, S., & Primal, D. (2019). Pengaruh Terapi Cermin
Terhadap Kemampuan Gerak Pada Pasien Stroke
Diwilayah Kerja Puskesmas Kumpulan Kabupaten Pasa
man.

JURNAL KESEHATAN PERINTIS (Perintis’s Health Journal), 6(1),


49–53. https://doi.org/10.33653/jkp.v6i1.239

Bakara, D. M., & Warsito, S. (2016). Latihan Range of Motion (Rom)


Pasif Terhadap Rentang Sendi Pasien Pasca Stroke. Idea
Nursing Journal, 7(2), 12–18.

Chaira, S., Syahrul, & Hidayat, R. (2016). Pengaruh Pengetahuan


dan Dukungan Keluarga Terhadap Kepatuhan Menjalani
Neuroreh abilitasi Pada Pasien Pasca Stroke di Unit
Rehabilitasi Medik Rsudza Banda Aceh. Jurnal
Ilmiah Mahasiswa Kedokteran Medisia, 1(November),
12–17.

Dharma, K. K. (2018). Adaptasi Setelah Stroke: Menuju Kualitas


Hidup yang Lebih Baik (1st ed.). Deepublish.

Handayani, F., Setyowati, Pudjonarko, D., Sawitri, D. R., Suparyat


mo, J., Sakti, H., & Adi, M. S. (2019). Booklet “Paket Bahagia”
Bagi Pasien (Stroke Iskemik) Dan Keluarga. Universitas
Diponegoro.
48
Hutagalung, M. S. (2017). Panduan Lengkap Stroke: Mence
gah, Mengobati dan menyembuhkan (1 (ed.)). Nusa
Media.

Indrawati, L., Sari, W., & Dewi, C. S. (2016). Stroke Cegah dan
Obati Sendiri: Care Your Self (1st ed.). Penebar Plus
(Penebar Swadaya Group).

Karunia., E. (2016). Hubungan antara dukungan keluarga


dengan kemandirian Activity of Daily Living Pasca-
stroke. July, 213–224. https://doi.org/10.20473/
jbe.v4i2.2016.213

Kemenkes, R. (2019). Infodantin Stroke Kemenkes RI 2019. In


Infodantin Stroke Kemenkes RI 2019.

Kosasih, C. E., Solehati, T., & Purba, C. I. (2018). Pengaruh


Edukasi Kesehatan Terhadap Pengetahuan Pasien
Stroke dan Keluarga: Peran, Dukungan, dan Persiapan
Perawatan Pasien Stroke di Rumah. Media Kesehatan
Politeknik Kesehatan Makassar, 13(2), 8. https://
doi.org/10.32382/medkes.v13i2.662

Kozier, B. (2010). Buku Ajar Fundamental Keperawatan:


Konsep, Proses dan Praktik (7 Volume 2). Penerbit
Buku Kedokteran EGC.

Lestari, I. P. (2017). Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan


Stroke Non Hemoragik Di Ruang Perawatan Umum
Lantai 6 Rspad Gatot Soebroto Jakarta Pusat. Esa
Unggul.

49
Lameky, V. (2018). Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan
Stroke Infark Di Ruang Perawatan Umum Lantai V
Rumah Sakit Gatot Soebroto Jakarta Pusat 2018 [Esa
Unggul]. https://digilib.esaunggul.ac.id/asuhan-keper
awatan-pada-klien-dengan-stroke-infark--di-ru
ang-perawatan-umum-lantai-v-rumah-sakit-ga
tot-soebroto-jakarta-pusat-10796.html

Machyono, Bintang, A. K., Tammasse, J., Kaelan, C., Muis, A., &
Ganda, I. J. (2018). Efektivitas Terapi Cermin Terhadap
Perbaikan Motorik Lengan Pasien Stroke Iskemik Akut.
Artikel Penelitian Neurona, 35(2), 93–97.

Mutiarasari, D. (2019). Ischemic Stroke: Symptoms, Risk


Factors, and Prevention. Medika Tadulako, Jurnal
Ilmiah Kedokteran, 1(2), 36–44.

P2PTM Kementrian Kesehatan RI. (2018). Stroke. Direktorat


Pencegahan Dan Pengendalian Penyakit Tidak Menu-
lar Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
http://www.p2ptm.kemkes.go.id/dokumen-p2ptm/
leaflet-stroke_14x14-cm

Purwani, D. R. (2017). Stroke’s Home Care. Penerbit Healthy.

Ridwan, M. (2017). Mengenal, Mencegah dan Mengatasi


Silent Killer, Stroke. Romawi Pustaka.

S., W. (2017). Stroke & Penanganannya: Memahami, Mence


gah, & Mengobati Stroke. Katahati.

50
Putra, A. D. R. (2018). Pengaruh Latihan Mirror Therapy
Terhadap Peningkatan Kekuatan Otot Ekstremitas
Atas Dengan Hemiparesis Pada Pasien Pasca Stroke
Non Hemorage Di Wilayah Kerja Puskesmas Kebun
Jeruk Tahun 2017 [Esa Unggul]. https://digilib.es
aunggul.ac.id/pengaruh-latihan-mirror-therapy-terh
adappeningkatan-kekuatan-otot-ekstremitasa
tas-dengan-hemiparesis-pada-pasienpas
ca-stroke-non-hemorage-diwilayah-kerja-puskesmas
kebun-jeruk-tahun-2017-12772.html

Stroke Association. (2020). Getting Active After a Stroke


(3rd ed.).

Wardhani, I. O., & Martini, S. (2015). Hubungan Antara


Karakteristik Pasien Stroke Dan Dukungan Keluarga
Dengan Kepatuhan Menjalani Rehabilitasi. Jurnal
Berkata Epidemiologi, 3 no 1, 24–34.

Winstein, C. J., Stein, J., Arena, R., Bates, B., Cherney, L. R.,
Cramer, S. C., Deruyter, F., Eng, J. J., Fisher, B., Harvey,
R. L., Lang, C. E., Mackay-lyons, M., Ottenbacher, K. J.,
Pugh, S., Reeves, M. J., Richards, L. G., Otr, L., Stiers,
W., & Rp, A. (2016). AHA / ASA Guideline Guidelines
for Adult Stroke Rehabilitation and Recovery. Ameri
can Heart Association. https://
doi.org/10.1161/STR.0000000000000098

51
Yaslina, Y., Maidaliza, M., & Hayati, I. (2019). Pengaruh Pem
berian Discharge Planning Terhadap Kemampuan
Keluarga Dalam Perawatan Pasca Stroke Di Rumah
Tahun 2019. JURNAL KESEHATAN PERINTIS (Perintis’s
Health Journal), 6(1), 54–59. https:doi.org/10.33653/
jkp.v6i1.240

Yulianto, A. (2018). Hubungan Dukungan Keluarga Dengan


Penerimaan Diri Pasien Stroke Di Rawat Jalan Poli
Saraf Rumah Sakit Umum Daerah Sultan Syarif
Mohamad Alkadrie Kota Pontianak. In Universitas
Tanjungpura Pontianak.

Yunica, N. M. D., Dewi, P. I. S., & Heri, M. (2019). Terapi AIUEO


Terhadap Kemampuan Berbicara (Afasia Motorik)
Pada Pasien Stroke. Journal of Telenursing (JOTING),
1(2), 396–405. https://doi.org/: https://
doi.org/10.31539/joting.v1i2.924 TERAPI

52
PEMBERDAYAAN KELUARGA DALAM
PEMULIHAN STROKE

“Cerdas Dalam Megenal, Mengatasi


Dan Merawat Penderita Stroke
Dirumah Bagi Keluarga”

Anda mungkin juga menyukai