Anda di halaman 1dari 3

Gerakan peduli lingkungan untuk malang bebas kumuh 2019 dengan program sianida

kosmata

Kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai sanitasi dan perilaku kebersihan yang benar
telah menyebabkan sekitar 88% kematian manusia akibat diare di seluruh dunia. Kondisi
ini selanjutnya menimbulkan implikasi serius terhadap kualitas sumber daya manusia dan
kemampuan produktif suatu bangsa di masa yang akan datang.

Sekelompok mahasiswa Universitas Negeri Malang (UM) menciptakan sebuah program


Sianida (Sistem IPAL dan Sanitasi Cerdas) dan Kosmata (Kompos Human Excreta). Mereka
terdiri dari Maria Carolina Yuaniar (Teknik Sipil), Ardhi Catur Kurniawan (Teknik Elektro),
Feri Kurniawan (Teknik Elektro), Mastika Marisahani Ulfah (Biologi) dan Siti Hartinah
Qurbayni (Kimia).

Di kota malang yang katanya adalah kota destinasi wisata tapi masih banyak di temui
perkampungan kumuh yang kondisinya memprihatinkan, salahsatunya adalah di daerah
kebalen wetan kota lama kondisi pemukimannya masih minim menerapkan sanitasi yang
benar, warga masih membuang sampah sembarangan ke sungai hingga menumpuk menjadi
gunung sampah di pinggiran sungainya, dan kebanyakan warga langsung membuang air dari
Kamar mandi langsung ke sungai tanpa di olah namun dengan kondisi yang seperti itu warga
masih sebagian besar mandi dan BABS di sungai.

Sehingga program ini di usulkan untuk mengatasi permasalahan sanitasi dan mengurangi
tingkat limbah yang ada sehingga mampu mendukung wcana pemerintah untuk malang bebas
kumuh di tahun 2019, yang menjadi sasaran utama program ini adalah Karang Taruna
Kebalen Wetan. Tim menilai kegiatan Karang Taruna tersebut masih kurang. Selain itu
anggota Karang Taruna punya potensi untuk dibina menjadi lebih produktif dan terarah.
Pelaksanaan program diharapkan bisa meningkatkan kondisi sanitasi.
Program yang dijalankan meliputi penerapan sanitasi yang layak secara teori maupun
lapangan dengan melatih proses pembuatan IPAL. Jenis IPAL yang digunakan adalah sistem
Anaerobic Filter yakni dengan media filter pasir vulkanik dan arang aktif.

Media ini bisa memfilter air lebih maksimal. Arang aktif untuk memfilter air jadi jernih lagi
dan menghilangkan bau tak sedap dari limbah. Dalam sistem ini ditambahkan media pasir
vulkanik yang jarang digunakan pada IPAL yang sejenis. IPAL jenis ini keunggulannya
hemat lahan.

Selain itu, lanjut Maria, IPAL ini lebih inovatif karena ditambahkan sistem pengolahan
kmpos secara otomatis sehingga padatan yang ada pada IPAL dapat langsung diolah menjadi
kompos cair.

Masyarakat juga kami ajarkan cara membuat starter kompos dari limbah organit padat rumah
tangga dan bakteri EM4. Dengan begitu masyarakat akan hemat tanpa membeli bakteri
kompos.
Tim yang dibimbing dosen ahli teknik lingkungan UM, Dr Anie Yulistyorini, ini berharap,
masyarakat bisa memanfaatkan sistem IPAL ini sebagai potensi berwirausaha. Masyarakat
juga diaharapkan memulai kebiasaan buang sampah disungai.

Kalau semua ini terwujud maka kami bisa mendukung program Kota Malang Bebas Kumuh
2019 secara maksimal,

Anda mungkin juga menyukai