Anda di halaman 1dari 33

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sebagai seorang muslim hendaknya kita mengerti sejarah Nabi


Muhammad SAW baik ketika beliau dalam berdakwah di Mekah sampai hijrah
ke Madinah.

Oleh karena itu kami mencoba untuk mengingatkan kembali akan sejarah
dan perjalanan nabi untuk selalu kita contoh dan kita teladani dalam kehidupan
sehari-hari. Telah kita ketahui bersama bahwa umat islam pada saar sekarang
ini lebih banyak mengenal figur-figur yang sebenarnya tidak pantas untuk di
contoh dan ironisnya mereka sama sekali buta akan sejarah dan pri kehidupan
Rosulullah SAW

Oleh karena itu kami mencoba untuk membuka, memaparkan tentang


kehidupan nabi Muhammad SAW, dan mudah-mudahan dengan adanya
makalah ini menambah rasa kecintaan kita pada nabi Muhammad SAW.

Pemerintah politik masa khulafar rosyidin di masa abu Bakar, Umar,


Usman, dan Ali sudah pasti berbeda setiap memegang ke pimpinannya, pada
masa Khulafar Rasydin prinsip musyawarah, pemerintahan yang di
laksanakanya merupakan realisasi dan dari pada penerapan ajaran al- quran dan
sunah rasul . pemahaman dan penafsiran terhadap pemerintahan Khulafar
Rasyidin , dan system pendidikanya. Sistem pemerintahan yang di titikan oleh
pendahuluannya yang dapat menambah wawasan pembaca tentang
pemerintahan yang pernah di praktikan dan di terapkan dalam dunia islam
hingga saat ini.

Umat Islam seharusnya merasa bangga, karena dalam sejarah hanya umat
Islamlah yang telah dapat menguasai sepertiga dari dunia. Semua ini tidak
terlepas dari kesungguhan umat Islam dalam menaklukan serta menda`wahkan
ajaran Islam keberbagai penjuru. Mulai dari zaman rasul hingga pada zaman
khulafa ar-Rasyidun

B. Rumusan Masalah

a. Bagaimana sejarah dakwah Nabi Muhammad SAW pada periode


Mekah dan Madinah?
b. Bagaimana sejarah pemerontahan Khulafaur Rasyidin?

1
BAB II

PEMBAHASAN
A. Masa Nabi Muhammad SAW
1. Periode Mekah

Nabi Muhammad SAW tidak seperti masyarakat lingkungannya.


Beliau tidak pernah menyembah berhala maupun memakan hewan yang
disembelih untuk berhala-berhala. Beliau SAW merasa prihatin atas
kaumnya yang menyembah berhala. Padahal berhala-berhala itu tidak bisa
membawa kebaikan kepada mereka. Nabi Muhammad SAW juga terkenal
di kalangan Quraisy sebagai seorang yang jujur. Bahkan masyarakat
Quraisy member sebutan Al-Amin kepada Nabi Muhammad SAW.

Nabi Muhammad SAW sering merenungkan Tuhan yang semestinya


disembah. Untuk merenungkan ini, beliau melakukan tahanuts, yaitu
mengasingkan diri dari masyarakatnya. Sering berliau mengasingkan diri
ke Gua Hira’ yang terletak di sebuah bukit yang bernama Jabal Nur.

Suatu waktu pada bulan Ramadhan, Nabi Muhammad SAW ingin


melakukan tahanuts lebih lama dari biasanya. Beliau membawa
perbekalan yang cukup lalu pergi ke Gua Hira’ untuk melakukan tahanuts.
Tepatnya pada tanggal 17 Ramadhan atau 6 Agustus 610 Masehi, malaikat
Jibril datang kepada Nabi Muhammad SAW di Gua Hira’ membawa
wahyu pertama. Ayat yang pertama kali diwahyukan kepada Nabi
Muhammad SAW adalah Surat Al-Alaq ayat satu sampai ayat lima.
Dengan turunnya wahyu, maka Muhammad bin Abdullah1 resmi
dinobatkan menjadi Nabi dan Rasul tepat pada umur 40 tahun 6 bulan 8
hari menurut penanggalan Qomariyah.2

Setelah turunnya wahyu yang pertama, Nabi Muhammad SAW selalu


menunggu kedatangan wahyu selanjutnya. Nabi Muhammad cemas jikalau
wahyu berhenti. Akan tetapi setelah dua setengah tahun sejak turunnya
wahyu yang pertama, wahyu keduapun dibawa oleh Jibril kepada Nabi
Muhammad SAW. Ketika Nabi Muhammad SAW melihat Jibril, beliau
gemetar ketakutan. Lalu Nabi Muhammad SAW segera pulang dan
meminta Khadijah3 untuk menyelimutinya. Dalam keadaan berselimut

1
Abdullah adalah nama ayah Nabi Muhammad SAW
2
Faisal Ismail, Sejarah dan Kebudayaan Islam dari zaman Permulaan Hingga Zaman
Khulafairrasyidin, hlm. 54
3
Istri pertama Nabi Muhammad SAW

2
itulah Jibril menyampaiakn wahyu Allah yang kedua kepada beliau SAW.
Yaitu Surat Al-Muddatstsir ayat satu sampai tujuh.

Wahyu kedua ini intinya memerintahkan Nabi Muhammad SAW


untuk mangajak kaumnya menyembah Allah SWT semata dan tidak
menyekutukan-Nya dengan yang lain. Mulai saat itulah Nabi Muhammad
SAW memulai dakwahnya yang pertama di kalangan kaumnya sendiri,
bangsa Quraisy.

Dakwah Nabi Muhammad SAW awalnya ditujukan kepada


keluarganya terlebih dahulu. Orang yang pertama kali masuk Islam adalah
Khadijak RA, disusul oleh Ali bin Abi Thalib sepupu Nabi Muhammad
SAW, selanjutnya adalah Zaid bin Haritsah anak angkat Nabi Muhammad
SAW dan Khadijah. Setelah itu barulah Abu Bakar sahabat karib Nabi
Muhammad SAW juga mengucapkan syahadat untuk masuk Islam.

Dari Abu Bakar inilah Islam berkembang. Abu Bakar berhasil


membujuk beberapa orang untuk beriman kepada Allah dan mengakui
bahwa Muhammad adalah utusan Allah. Diantara orang yang masuk Islam
atas ajakan Abu Bakar adalah Usman bin Affan, Zubair bin Awwam,
Sa’ad bin Abu Waqash, Abdurrahman bin Auf, Thalhah bin Ubaidillah,
Abu Ubaidah bin Jarrah, Arqam bin Abil Arqam, Fathimah binti Khattab,
dan Said bin Zaid Al-Adawi. Mereka inilah yang disebut Ash-shabiqunal
awwalun yaitu orang-orang yang pertama-tama masuk Islam.

Nabi Muhammad SAW melakukan dakwah secara sembunyi-


sembunyi kurang lebih selama tiga tahun. Lalu turunlah wahyu selanjutnya
memerintahkan Nabi Muhammad SAW untuk menyiarkan Islam secara
ternag-terangan kepada kaumnya.

Dakwah Nabi Muhammad SAW mengalami banyak rintangan.


Bahkan dari kalangan kerabatnya sendiri. Yang paling keras menentang
beliau SAW adalah Abu Lahab. Padahal Abu Lahab adalah paman Nabi
Muhammad SAW.

Walaupun mendapat banyak tentangan, akan tetapi orang yang


memeluk agama Islam semakin lama semakin banyak. Dari kalangan
orang-orang merdeka maupun kalangan hamba sahaya. Kalangan dari
kabilah yang kuat dan dari kabilah yang lemah.

Bertambahnya pengikut Nabi Muhammad SAW membuat pembesar-


pembesar Quraisy merasa khawatir. Akhirnya mereka menemui Abu
Thalib, paman Nabi Muhammad SAW yang belum mau masuk Islam.

3
Mereka meminta Abu Thalib menyuruh keponakannya itu untuk
menghentikan dakwahnya tetapi Abu Thalib menolaknya dengan tegas.
Sementara itu, pengikut Nabi Muhammad SAW terus bertambah.

Gagal dengan cara begitu, pemuka-pemuka Quraisy kembali


mendatangi Abu Thalib dengan membawa pemuda tampan yang bernama
Umarah bin Walid bin Mughirah. Mereka akan memberikan Umarah
sebagai anak angkat Abu Thalib, dengan syarat Abu Thalib harus
menyerahkan Muhammad kepada mereka. Tetapi sekali lagi Abu thalib
menolak tawaran mereka. Walaupun belum beriman, tetapi Abu Thalib
sangat menyayangi keponakannya itu. Bahkan ayahnya, Abdul Muthalib,
mengamanakahkan Abu Thalib untuk menjaga Muhammad yang sudah
yatim semenjak dalam kandungan.

Ditolak untuk ketiga kalinya tidak membuat mereka menyerah.


Mereka datang untuk ketiga kalinya kepada Abu Thalib dengan ancaman
yang lebih keras. Mereka berkata akan memeranginya hingga salah satu
pihak akan binasa. Abu Thalib menjadi dilema. Di satu sisi harus
melindungi keponakannya, akan tetapi di sisi lain dia tidak mau
bermusuhan dengan kaumnya.

Maka Abu Thalib memanggil keponakannya itu dan mengutarakan


apa yang menjadi maksud pemuka-pemuka Quraisy. Lalu dia berkata,
“jagalah aku, begitu juga dirimu. Jangan aku dibebani hal-hal yang tidak
bisa ku pikul.”

Mendengar ini, Nabi Muhammad SAW merasa pamannya sudah tidak


meu melindunginya lagi. Maka beliau SAW berkata, “paman, demi Allah,
kalaupun mereka meletakkan matahari di tangan kananku dan bulan di
tangan kiriku dengan maksud dupaya aku meninggalkan misiku ini,
sungguh tak akan ku tinggalkan. Biar nanti Allah yang akan membuktikan
kemenangan itu di tanganku atau aku sendiri binasa karenanya.”4

Mendengan penuturan keponakannya yang sangat mantab itu


membuat Abu Thalib luluh. Lantas dia berkata kepada Nabi Muhammad
SAW bahwa dia tidak akan menyerahkan dirinya kepada pemuka-pemuka
Quraisy. Dia juga berkata kepada Nabi Muhammad SAW untuk
mengatakan apapun yang dikehendakinya dan berbuat apapun yang
dikehendakinya. Abu Thalib juga memerintahkan Bani Hasyim untuk
memperkuat semangat setia keluarga dan membela Muhammad. Seruan

4
Sejarah dan Kebudayaan Islam dari zaman Permulaan Hingga Zaman Khulafairrasyidin, hlm. 62

4
Abu Thalib ini disambut sungguh-sungguh oleh Bani Hasyim, baik yang
sudah beriman maupu yang masih kafir.

Orang-orang Islam yang berasal dari kabilah yang kuat juga


dilindungi oleh kabilahnya. Akan tetapi orang-orang Islam yang lemah
tidak mendapatkan perlindunga. Banyak diantara mereka, khususnya yang
berstatus hamba sahaya, mendapatkan siksaan yang kejam dari tuannya
yang masih kafir, diantaranya adalah Bilal bon Rabbah. Sebagian ada yang
bisa diselamatkan oleh orang-orang Islam yang lebih kuat, sebagian lagi
ada yang syahid dengan iman yang kuat di dada mereka.

Mendapatkan siksaan yang amat keji seperti itu membuat sebagian


kaum muslim ingin berhijrah. Atas anjuran Nabi Muhammad SAW,
sebagian kaum muslim ke Habasyah. Nabi Muhammad SAW
menganjurkan Habasyah karena Nabi Muhammad SAW mengetahui raja
di negeri Kristen itu adalah raja yang adil.

Maka berangkat rombongan hijrah pertama yang terdiri dari sepuluh


orang laki-laki dan empat wanita. Setelah rombongan pertama pergi, lalu
disusul oleh rombongan-rombongan selanjutnya hingga berjumlah seratus
orang. Diantara yang hijrah ke Habasyah adalah Usman bin Affan beserta
isterinya, Ruqayyah binti Muhammad (puteri Nabi Muhammad SAW),
Zubair bin Awwam, Abdurrahman bin Auf, Ja’far bin Abi Thalob, dll.

Mengetahui keberangkatan kaum muslim ke Habasyah, pemuka-


pemuka Quraisy mengutus Amr bin Ash dan Abdullah bin Abi Rabi’ah
untuk meminta Raja Habasyah menolak kaum muslim. Mereka membawa
hadiah-hadiah mewah dengan maksud agar raja mengabulkan permintaan
mereka. Setelah sampai di Habasyah, mereka mengutarakan maksud
kedatangannya kepada sang raja, yaitu untuk mengembalikan kaum
muslim yang lari ke Habsyah kepada mereka.

Raja Habasyah menyuruh kaum muslim untuk datang menghadap dan


ditanyai alasan mereka meninggalkan agama nenek moyang mereka.
Pertanyaan sang raja dijawab oleh Ja’far bin Abi Thalib dengan tegas dan
sesuai dengan kebenaran risalah Nabi Muhammad SAW. Mendengar
penjelasan itu, raja Habasyah mengabulkan permohonan kaum muslim
untuk tinggal di sana dan menyuruh utusan Quraisy untuk pulang.

Sementara itu di Mekah ada kabar gembira, yaitu masuknya Umar bin
Khattab kedalam agama Islam. Dengan begitu, Islam memiliki dua tokoh
Quraisy yang ganas dan keras, yaitu Hamzah dan Umar bin Khattab. Sejak

5
itu kaum muslim lebih berani terang-terangan. Bahkan Nabi dan
pengikutnya melaksanakan sholat di dekat Ka’bah, padahal hal ini belum
pernah dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW sebelumnya.

Semakin berkembangnya agama Islam membuat pemuka-pemuka


Quraisy tambah memutar otak untuk menghancurkan Nabi Muhamamd
SAW dan agama baru yang dibawanya. Setelah berembug, mereka
memutuskan akan melakukan boikot terhadap Nabi Muhamamd SAW
beserta seluruh keluarganya, yaitu Bani Hasyim dan bani Abdul Muthalib,
serta juga seluruh pengikutnya.

Pengumuman pemboikotan ini ditulis dan digantung di tembok


Ka’bah. Bentuk pemboikotan yang dilakukan adalah :

 Tidak mengadakan kawin dengan Bani Hasyim dan Bani


Abdul Muthalib
 Tidak berjual-beli dengan Bani Hasyim dan Bani Abdul
Muthalib
 Tidak bicara dan tidak menjenguk keluarga yang sakit dari
kalangan Bani Hasyim dan Bani Abdul Muthalib
 Tidak mengantarkan ke kubur kalau da keluarga Bani Hasyim
dan Bani Abdul Muthalib yang meninggal dunia5

Akibar dari pemboikotan ini, Nabi Muhammad SAW beserta


pengikutnya dan Bani Hasyim serta Bani Abdul Muthalib menyingkir ke
luar kota Mekah. Hal ini terjadi hingga Zubair bin Umayyah, Hisyam bin
Amr, dan Muti’im bin Adi berpidato di dekat Ka’bah untuk mengecam
pemboikotan itu dan merobek piagam itu.

Belum sembuh luka akibat berbagai tentangan dari orang-orang


Quraiys, Nabi Muhammad SAW berduka karena ditinggal wafat oleh dua
orang yang membelanya. Keduanya adalah Abu Thalib dan Khadijah yang
hari wafatnya hari berselang tiga hari saja. Dalam sejarhm peristiwa ini
tercatat sebagai Amul Huzni atau tahun duka cita.

Sepeninggal Abu Thalib dan Khadijah yang selalu melindunginya,


Nabi Muhammad SAW mendapatkan tentangan yang lebih kuat dari kaum
musyrikin Quraisy. Mereka ada yang memukul Nabi Muhammad SAW
dengan batu. Pernah juga mereka menaruh kotoran-kotoran di atas
punggung Nabi Muhammad SAW ketika beliau sedang sembahyang.
Bahkan Nabi Muhamamd SAW pernah dicekik hingga hamper mati.
5
Sejarah dan Kebudayaan Islam dari zaman Permulaan Hingga Zaman Khulafairrasyidin, hlm. 70

6
Menghadapi rintangan seperti itu, Nabi Muhammad SAW mulai
mengalihkan pandangan beliau ke Thaif. Beliau lalu pergi ke Thaif untuk
mengajak masyarakat di sana menyembah Allah dan mengikuti ajarannya.
Beliau juga hendak meminta suaka untuk dirinya dan pengikutnya. Akan
tetapi Nabi Muhammad SAW diusir dari Thaif. Bahkan beliau SAW
diejek, disorak-soraki, dan dikejar sambil dilempari baru.

Di saat sangat sedih ini, Allah menghibur Nabi Muhammad SAW


dengan memanggil beliau untuk menghadap Allah. Jibril menjemput Nabi
Muhammad SAW. Lalu keduanya menuju Masjidil Aqsha di Jerusalem,
dilanjutkan menuju Sidhratul Muntaha. Peristiwa ini dikenal dengan
peristiwa Isra’ dan Mi’raj yang terjadi pada malam 27 Rajab tahun
kesebelas kenabian Nabi Muhammad SAW.

Pagi harinya Nabi Muhammad SAW menceritakan kejadian itu


kepada kaum Quraisy. Tetapi kaum Quraisy menganggap Nabi
Muhammad SAW gila. Karena tidak mungkin dari Mekkah ke Jerussalem
bisa ditempuh dengan waktu sesingkat itu. Bahkan mereka mengatakan
Nabi Muhammad SAW telah gila. Akan tetapi, Abu Bakar yang sudah
sering pergi berdagang ke Syam membenarkan cirri-ciri Masjidil Aqsha di
Jerussalem yang dituturkan Nabi Muhammad SAW. Sejak saat itu Abu
Bakar disebut Ash-Shidiq.

2. Periode Madinah

Pada musim haji tahun kesepuluh kenabian, datanglah orang-orang


dari suku Aus dan suku Khazraj dari Yastrib. Nabi Muhammad SAW
menyambut mereka dan mengenalkan diri kepada mereka, serta mengajak
mereka untuk beriman. Kemudia Nabi Muhamamd SAW mengadakan
pertemuan dengan mereka di daerah bernama Aqabah.

Tahun kedua belas setelah kenabian, datanglah orang-orang dari


Yastrib gelombang kedua. Mereka berjumlah dua belas laki-laki dan
seorang wanita. Mereka membuat perjanjian dengan Rasulullah SAW
yang disebut dengan “Perjanjian Aqabah Pertama”.

Setahun setelah perjanjian itu, gelombang ketiga dari Yastrib datang


berjumlah tujuh puluh tiga orang. Lalu mereka berjanji untuk membela
dan setia kepada Rasulullah SAW walaupun harta mereka akan habis dan
nyawa mereka akan hilang. Mereka juga membujuk Nabi Muhammad
SAW untuk hijrah ke Yastrib. Perjanjian ini disebut “Perjanjian Aqabah
Kedua”.

7
Ternyata kabar Nabi Muhammad SAW akan hijrah sudah didengar
oleh pemuka-pemuka Quraisy. Maka dari itu, mereka mengutus seorang
pemuda pemberani dari tiap-tiap kabilah untuk mengepung rumah Nabi
Muhamamd SAW dan membunuh beliau saat beliau tidur.

Di saat genting itu, Nabi Muhamamd SAW menyuruh Ali bin Abi
Thalib untuk tidur di ranjang Nabi Muhammad SAW. Sedangkan Nabi
Muhammad SAW dapat keluar dari rumah beliau dengan selamat atas
pertolongan Allah SWT. Ketika para pemuda Quraisy akan menyerbu
pembaringan Nabi Muhammad SAW untuk membunuh beliau, betapa
kagetnya mereka ternyata bukan Nabi Muhammad SAW yang tidur di
sana. Melainkan Ali bin Abi Thalib yang tidur di sana. Karena tidak ada
urusan dengan Ali, maka mereka membiarkan Ali.

Setelah Nabi Muhammad SAW dapat kabur keluar Mekah bersama


Abu Bakar, kaum Quraisy membuat pengumuman barang siapa dapat
menangkap Nabi Muhammad SAW hidup atau mati, akan diberi hadiah
100 ekor unta.

Nabi Muhammad SAW dan Abu Bakar bersembunyi di Gua Tsur


selama beberapa hari. Sampai Abdullah bin Uraiqath datang membawakan
dua ekor unta. Mereka lalu menyusuri pantai Laut Merah menuju Yastrib.
Tetapi mereka singgah dahulu di daerah Quba dan sempat mendirikan
masjid Quba. Di Quba inilah Ali bin Abi Thalib yang diperintahkan
mengawal Fatimah binti Muhammad kembali bergabung bersama Nabi
Muhammad SAW untuk selanjutnya bersama-sama menuju Yastrib.

Atas pertolongan Allah SWT, Nabi Muhammad SAW berhasil


selamat sampai di Yastrib. Sesampainya di Yastrib, Nabi Muhammad
SAW disambut dengan meriah oleh warga Yastrib. Nabi Muhamamd
SAW sampai di Yastrib pada tanggal 12 Rabi’ul Awal6. Sejak saat itu
Yastrib disebut dengan Madinah.

Sesampainya di Yastrib ( selanjutnya akan disebut Madinah), Nabi


Muhammad SAW melakukan hal-hal berikut :

 Mendirikan Masjid

Masjid ini dinamai Masjid Nabawi yang artinya masjidnya Nabi


Muhammad SAW. Di masjid inilah kegiatan Nabi dan kaum
Muslimin berpusat. Dari urusan ibadah hingga urusan Negara

6
Sejarah dan Kebudayaan Islam dari zaman Permulaan Hingga Zaman Khulafairrasyidin, hlm. 79

8
dipusatkan di masjid ini. Di samping masjid ini didirikan rumah Nabi
Muhammad SAW.

 Mempersaudarakan kaum Anshor dan kaum Muhajirin

Kaum Anshor adalah kaum asli Madinah yang menolong Nabi


Muhammd SAW dan pengikutnya. Sednagkan kaum Muhajirin adalah
orang-orang Mekah yang hijrah bersama Nabi Muhammad SAW ke
Madinah. Beberapa orang yang dipersaudarakan oleh Rasulullah SAW
adalah Abu Bakar dengan Kharijah bin Zubair, Ja’far bin Abi Thalib
dengan Mu’az bin Jabal. Dengan ini Nabi Muhammad SAW
menghilangkan sifat kesukuan (sukuisme) zaman jahiliyah karena
Agama Islam bukan agama ang berdasarkan suku.

 Perjanjian antara kaum Muslimin dan Non Muslimin

Untuk menjaga ketertiban di Madinah, Nabi Muhammad SAW


membuat perjanjian dengan orang-orang Yahudi Bani Nadlir dan Bani
Quraizhah dan orang-orang non-muslim lainnya. Isi perjanjian
tersebut mengatur :

 Hak masing-masing untuk meakukan peradilan


 Kebebasan agama bagi semua golongan
 Semua penduduk Madinah baik kaum Muslimin maupun
Yahudi, berkewajiban bantu-membantu baik moril maupun
materiil dalam menangkis serangan musuh terhadap Kota
Madinah.
 Meletakkan dasar-dasar politik, ekonomi, dan sosial

Berbeda dengan wahyu-wahyu yang turun pada periode Mekah


yang masih menekankan pada ketauhidan, wahyu-wahyu yang turun
pada periode Madinah lebih menekankan pada hukum-hukum.
Rasulullah SAW juga memberikan penjelasan dan contoj-contoh
penerapannya. Dalam bidang politik, diajarkan unutk bermusyawarah.
Dalam bidang ekonomi, Rasulullah SAW meletakkan system yang
dapat menjamin keadilan sosial. Sedangkan dalam bidang
kemasyarakatan, Rasulullah SAW mengajarkan persamaan derajat
manusia. Selain itu, Rasulullah SAW juga menjadi pemimpin negara,
sekaligus pemimpin agama di Madinah.

Setelah membangun dasar-dasar di Madinah, muncul rintangan baru


bagi Nabi Muhamamd SAW. Rintangan ini berupa perang. Atas wahyu
Allah, Nabi Muhammad SAW hanya boleh memerangi kaum yang

9
memerangi agama Islam dan menghambat pergerakan dakwah Islam.
Beberapa perang dan peristiwa penting yang dialami kaum Muslimin pada
periode Madinah adalah :

 Perang Badar

Perang Badar merupakan perang pertama Kaum Muslimin. Terjadi


pada tanggal 17 Ramadhan tahun 2 Hijriyah di dekat perigi
kepunyaan seorang bernama Badar7. Pasukan Muslim yang hanya
sekitar 300 orang bisa mengalahkan pasukan Quraisy yang
berjumlah 1000 orang. Pasukan Muslim berhasil menewaskan 70
orang panglima Quraisy, bahkan Abu Jahal berhasil dibunuh dalam
perang ini. Perang Badar juga disebut sebagai Gazwatul Furqan
yang artinya perang penentuan. Karena memiliki arti yang penting
dan strategis bagi kaum Muslimin.

 Perang Uhud

Terjadi pada pertengahan Sya’ban tahun 3 Hijriayah bertempat di


kaki Bukit Uhud. Pasukan Quraisy berjumlah 3000 orang dan
pasukan Muslimin berjumlah 1000 orang pada mulanya, akan
tetapi Abdullah bin Ubai membawa sepetiga pasukan Muslimin
kembali ke Madinah.

Pada perang ini pasukan Muslimin hamper menang. Tetapi karena


sikap tidak disiplin dari pasukan pemanah di atas bukit, pasukan
Muslimin mengalami kekalahan yang besar. Bahkan Nabi
Muhammad SAW terluka parah sampai gigi beliau patah dan
kening beliau juga luka parah. Bahkan seorang Quraisy
mengatakan bahwa Nabi Muhammad SAW telah tewas. Maka dari
itu peperangan selesai karena orang-orang Quraisy mengira telah
menewaskan Nabi Muhammad SAW. Dalam perang ini sangat
banyak korban jiwa dari pihak kaum Muslimin, diantaranya adalah
Hamzah, paman Nabi Muhammad SAW.

 Pengkhianatan Bani Nadlir

Sesuai isi perjanjian antara kaum Muslimin dan kaum non-muslim


di Madinah seprti yang disebutkan sebelumnya, bahwa kaum
muslim dan non-muslim harus saling bantu-membantu baik dalam
hal moril maupun meteriil.

7
Sejarah dan Kebudayaan Islam dari zaman Permulaan Hingga Zaman Khulafairrasyidin, hlm. 83

10
Suatu ketika seorang dari kaum Muslimin tidak sengaja membunuh
dua orang laki-laki yang mengakibatkan kaum Muslimin
diharuskan membayar diyat. Akan tetapi kaum Muslimin tidak
mempunyai uang untuk membayar diyat itu karena baru saja
membiayai perang melawan Quraisy. Maka dari itu Nabi
Muhammad SAW ditemani Abu Bakar, Umar, dan Ali mendatangi
Bani Hadlir untuk meminta bantuan mereka meringankan denda
itu. Sementara orang-orang Banu Nadlir sedang mengumpulkan
dana, Amr bin Jahasy naik ke atas tembok dan menjatuhkan batu
besar dengan niatan membunuh Nabi Muhammad SAW. Tetapi
Nabi Muhammad SAW berhasil menghindar.

Atas perbuatan itu, kaum Muslimin sepakat untuk mengepung


perkampungan Bani Nadlir. Pengepungan dilakkukan selama enam
hari enam malam. Sampai Bani Nadlir meminta izin untuk
meninggalkan Madinah. Hal ini disetujui oleh Nabi Muhammad
SAW. Sehingga kondisi internal Madinah dapat diamankan guna
menghadapi serangan dari kafir Quraisy.

 Perang Khandaq

Terjadi pada tanggal bulan Syawal tahun 5 Hijriyah di sekitar Kota


Madinah sebelah Utara. Kekuatan Quraisy dan sekutunya
mencapai 10.000 tentara, sedangkan kaum Muslimin berkekuatan
3.000 pasukan.

Disebut perang Khandaq karena atas usul Salman Al-Farisi,


pasukan Islam membuat parit di sekitar kota Madinah yang lebar
dan dalam sehingga akan sulit ditembus oleh musuh. Walaupun
tidak bisa mengusir pasukan Quraisy dan sekutunya, akan tetapi
pasukan Quraisy dan sekutunya juga tidak bisa menyerang. Maka
terjadilah pengepungan terhadap Madinah.

Saking lamanya pengepungan, sampai pihak Quraisy meminta


bantuan kepada Yahudi Bani Quraizhah untuk menghancurkan
kaum Muslimin dari dalam Kota Madinah. Tapi di lain sisi,
Nu’aim bin Mas’ud dari pihak musuh mendatangi Rasulullah
SAW dan menyatakan keislamannya dan bersedia berbuat apapun
untuk membantu Rasulullah SAW.

Akhirnya Nu’aim bin Mas’ud atas perintah Rasulullah SAW


membuat strategi yang memecah belah antara pihak Quraisy dan

11
pihak Yahudi Bani Quraizhah. Sehingga mereka tidak jadi
menggabungkan kekuatan untuk menghancurkan Islam.

Setelah beberapa lama mengepung Madinah, pasukan kafir Quraisy


dan sekutunya mendapatkan adzab dari Allah SWT. datang angin
badai yang mengharcurkan kemah-kemah mereka dan merusak
perbekalan mereka. Karena sudah putus asa, akhirnya mereka
melarikan diri. Sekali lagi kemenangan bagi pihak kaum Muslimin
atas bantuan Allah SWT.

 Pengepungan Bani Quraizhah

Setelah selesai perang Khandaq, kaum Muslimin meminta


pertanggung jawaban Bani Quraizhah yang berniat untuk
berkhianat. Setelah utusan Nabi Muhammad SAW, Sa’ad bin
Mu’az dan Sa’ad bin Ubadah tidak digubris oleh Bani Quraizhah,
maka pasukan Muslimin melakukan pengepungan selama 25 hari.

Akhirnya mereka menyatakan menyesal dan mau menerima


hukuman apapun. Disepakati antara Bani Quraizhah dan kaum
Muslimin bahwa yang menentukan vonis adalah Sa’ad bin Mu’az.

Belajar dari pengalaman vonis terhadap Bani Nadlir yang setelah


diusir dari Madinah malah menghasut bangsa-bangsa Arab untuk
memerangi Islam, maka Sa’ad memutuskan menjatuhkan hukuman
mati bagi laki-laki Bani Quraizhah yang berkhianat itu, dan wanita
serta anak-anak Banu Quraizhah ditawan.8

 Perjanjian Hudaibiyah

Tahun 6 Hijriyah, umat Islam berjumlah 1.000 orang bertolak dari


Madinah menuju Mekah guna melakukan ibadah Umroh. Saat itu
adalah masa Asyhurul Hurum yaitu bulan-bulan yang dihormati
untuk tidak berperang. Mereka keluar dengan pakaian ihram dan
tanpa senjata, kecuali pedang yang disarungkan. Mengetahui ini,
pasukan Quraisy dipimpin Khalid bin Walid hendak menghadang
mereka. Namun kaum Muslimin mengelak ke daerah Hudaibiyah
hingga datang bulan yang dihormati, maka perang tidak
diperbolehkan.

8
Sejarah dan Kebudayaan Islam dari zaman Permulaan Hingga Zaman Khulafairrasyidin, hlm. 89-
90

12
Nabi mengirim Usman bin Affan ke Mekah untuk berunding.
Sangat lama Quraisy menahan Usman di Mekkah bahkan sampai
ada desas desus bahwa Usman telah dibunuh. Maka kaum
Muslimin mengucapkan janjian setia pada Nabi Muhammad SAW
untuk berperang sampai mati hingga menang. Ini membuat orang
Quraisy takut dan mengembalikan Usman.

Usman dikembalikan beserta utusan Quraisy untuk berunding.


Perundingan itu dikenal dengan “Perjanjian Hudaibiyah” yang
isinya :

1. Genjatan senjata antara kedua belah pihak selama sepuluh


tahun
2. Orang Quraisy Muslim yang datang kepada kaum Muslim
tanpa seizing walinya hendak ditolak oleh kaum Muslim
3. Quraisy tidak menolak orang Muslim yang kembali kepada
mereka
4. Barang siapa hendak membuat perjanjian dengan Muhammad
diperbolehkan, membuat perjanjian dengan Quraisy juga
diperbolehkan
5. Kaum Muslim tidak boleh mengerjakan Umroh tahun ini tapi
ditangguhkan tahun depan. Kaum Muslim tidak boleh
membawa senjata, kecuali pedang yang disarungkan, dan tidak
boleh berada di dalam Kota Mekah lebih dari 3 hari 3 malam.
 Perang Khaibar

Pada tahun 7 Hijriyah Rasulullah SAW menyerang orang-orang


Yahudi di Wadil Quro, Fadak, Taima, dan Khaibar. Berakhir
dengan perjanjian damai

 Perang Mu’tah

Terjadi pada tahun 8 Hijriyah. Nabi Muhammad SAW mengirim


pasukan karena utusan Nabi Muhammad SAW dibunuh oleh Bani
Ghassan. Pasukan Muslim berjumlah 3.000 orang dipimpin Zaid
bin Haritsah. Dalam perang itu Bani Ghassan dibantu pihak
Romawi sehingga kaum Muslimin mengalami kekalahan . tetapi
Khalid bin Walid yang mengambil alih pimpinan pasukan dapat
menyelamatkan pasukan Islam kembali ke Madinah dan membawa
pengetahuan baru tentang cara berperang pasukan Romawi.

13
 Penaklukan Kota Mekah

Perjanjian Hudaibiyah menjadi batal karena Quraisy berkhianat.


Maka dari itu Rasulullah SAW mengirim pasukan 10.000 tentara
dan berkemah di dekat Mekah. Di kemah ini datanglah Abbas bin
Abdul Mutholib dan Abu Sufyan. Keduanya masuk Islam. Lalu
Abu Sufyan disuruh kembali ke Mekah setelah diajak melihat
kondisi pasukan Islam.

Sekembalinya ke Mekah, Abu Sufyan menceritakan pasukan


Islam. Ini membuat orang-orang Quraisy takut. Abu Sufyan juga
membawa berita dari Nabi Muhammad SAW bahwa siapa yang
masuk rumah Abu Sufyan aman, yang masuk rumahnya sendiri
dan menutup pintu dan jendela aman, yang masuk ke masjid aman.

Maka Kota Mekah jatuh tanpa kekerasan . ini terjadi pada tahun 8
Hijriyah sering disebut Fathul Makkah. Pasukan Islam
menghancurkan berhala-berhala, terutama yang ada di sekitar
Ka’bah.

 Perang Hunain dan Thaif

Perang ini terjadi pada tahun 8 Hijriyah setelah Fathul Makkah.


Berakhir dengan perjanjian damai yang memenangkan pasukan
Islam.

 Perang Tabuk

Terjadi pada tahun 9 Hijriyah di Kota Tabuk. Pasukan dikirim


untuk mengantisipasi serangan dari Romawi. Dalam perang
tersebut tentara Romawi berhasil dikalahkan dan kabur ke
negerinya. Tetapi Nabi Muhammad SAW memerintahkan untuk
tidak mengejar pasukan Romawi. Lalu Nabi Muhammad SAW
memerintahkan Khalid bin Walid memimpin pasukan untuk
menguasai Daumatul Jandal yang dilakukan dengan baik.

Pada tahun 9 Hijriyah berdatangan delegasi-delegasi dari berbagai suku


Arab ke Madinah. Tujuan mereka adalah menyatakan masuk Islam dan
tunduk pada pemerintahan Nabi Muhammad SAW di Madinah. Maka Jazirah
Arab disatukan oleh satu agam baru, yaitu Agama Islam.

Lalu Nabi Muhammad SAW melakukan ibadah haji bersama 100.000


kaum Muslimin. Dalam pidatonya pada haji itu Nabi Muhammad SAW
mengatakan kembali dasar-dasar ajaran Agama Islam yang harus dipegang

14
teguh oleh umat Islam sampai kapanpun juga. Peristiwa haji itu dikenal
dengan Haji Wada’.

Tiga bulan setelah Haji Wada’, Nabi Muhammad SAW sakit demam.
Bahkan Nabi tidak bisa keluar dari rumah untuk mengimami sholat. Maka
beliau SAW menyuruh Abu Bakar menjadi imam sholat. Pada hari Senin
tanggal 12 Rabi’ul Awwal tahun 11 Hijriyah9 Nabi Muhammad SAW wafat
di rumah Ummul Mukminin, Aisyah.

B. Masa Khulafaur Rasyidin

Nabi Muhammad SAW wafat tanpa menunjuk siapakah yang akan


menjadi penggantinya sebagai pemimpin agama sekaligus pemimpin
pemerintahan. Paling tidak inilah yang menjadi consensus ahlus sunnah wal
jama’ah. Berbeda dengan keyakinan Syi’ah. Syi’ah berpendapat bahwa Nabi
Muhammad SAW telah menunjuk Ali bin Abi Thalib sebagai pengganti beliau
SAW. Syi’ah berpedoman pada perkataan Nabi Muhammad SAW :

“kedudukan Ali di sisiku seperti kedudukan Harun di sisi Musa. Namun


setelah aku tidak ada kenabian lagi.”

Namun pernyataan ini ditolak oleh ahlus sunnah. Karena Nabi Muhammad
SAW mengatakan hal tersebut sewaktu Nabi Muhammad SAW meninggalkan
Ali di Madinah sementara Nabi Muhammad SAW dan pasukan muslim
bernagkat berperang melawan Romawi di Syam. Orang-orang mengatakan
Nabi menyuruh Ali tinggal karena Nabi tidak menyukai Ali. Isu ini telah
mengganggung Ali dan membuatnya menyusul Nabi Muhammad SAW dan
pasukan muslim. Ketika menanyakan alasan Nabi Muhammad SAW
meninggalkan Ali di Madinah, Nabi Muhammad SAW menjawab, “tidakkah
kau ridha bila kedudukanmu di sisiku seperti kedudukan Harun di sisi Musa?”.
Maksud Nabi Muhammad SAW adalah Ali diserahi menjaga Madinah disaat
ibu kota Islam itu sedang kosong. Ini merupakan tugas yang berat dan mulia.
Seperti tugas Nabi Harun AS yang ditugasi oleh Nabi Musa AS untuk
menjaga kaum Bani Israil saat Nabi Musa AS pergi ke bukit. Sehingga tidak
bisa diartikan bahwa Nabi Muhammad SAW menunjuk Ali bin Abi Thalib
sebagai penggantinya setelah beliau meninggal.

Imam Bukhari meriwayatkan dari Ibnu Abbas :

Ali bin Abi Thalib keluar dari sisi Nabi Muhammad SAW dan para
mukmin yang berkumpul di rumah Ummul Mukminin, Aisyah, lantan
mengerumini Ali untuk menanyakan keadaan Nabi Muhammad SAW.
9
Riwayat lain mengatakan tanggal 13 Rabi’ul Awwal

15
Lalu Abbas bin Abdul Muthalib menggandeng tangan keponakannya itu
dan membebaskannya dari kerumunan orang banyak dan membawanya ke
suatu tempat dan berlangsung percakapan sebagai berikut :

Abbas : “menurut tilikku bahwa Rasulullah akan wafat oleh penyakitnya


yang sekarang ini. Aku ini di antara seluruh keturunan Abdul Muthalib lebih
tahu tentang maut. Marilah kita balik menjumpainya bersama-sama dan
menanyakan urusan (kepemimpinan) sepeninggalkannya. Jikalau memang hak
kita, maka kita dapat mengetahuinya. Jikalau hak orang lain di luar kita, maka
kita mohonkan supaya beliau berwasiat tentang kita.”

Ali : “di dalam hal itu, demi Allah, jikalau beliau menyatakan bukan
hak kita maka niscaya orang banyak akan tidak memberikan kesempatan bagi
kita pada masa selanjutnya. Aku sendiri, demi Allah, tidak ingin untuk
menanyakannya.”10

Bagaimanapun pendapat Syi’ah maupun Ahlus Sunnah tentang siapa


pengganti Nabi Muhammad SAW, pada saat itu terjadi kekosongan
kekuasaan. Hal ini membuat gusar kaum muslimin. Selain itu, rasa duka pasca
wafatnya Nabi Muhammad SAW juga masih sangat kental

1. Abu Bakar Ash-Shidiq (11-13 H / 632-634 M)

Dalam situasi kebingungan umat ini, kaum Anshar berkumpul di


Saqifah. Saqifah adalah balai pertemuan Bami Saidah. Mereka berkumpul
untuk mengangkat Saad bin Ubadah dari suku Khazraj sebagai pengganti
Nabi Muhammad SAW.11

Umar bin Khattab yang mendengar berita berkumpulnya kaum Anshar


di Saqifah menjadi gusar. Dia takut umat Islam akan terpecah belah. Maka
dari itu, Umar terburu-buru menuju kediaman Nabi Muhammad SAW
untuk memanggil Abu Bakar.

Saat itu Abu Bakar bersama dengan kerabat Nabi Muhammad SAW
sedang mengurusi jenazah suci Nabi Muhammad SAW. Ketika Umar bin
Khattab sampai disana, Umar meminta seseorang memanggilkan Abu
Bakar di dalam. Tetapi Abu Bakar tidak mau keluar karena sedang sibuk
mengurus jenazah Nabi Muhammad SAW. Umar menyuruh orang masuk
lagi dan memberitahu kabar yang didengarnya. Akhirnya Abu Bakar

10
Joesoef Sou’yb, Sejarah Daulat Khulafaur Rasyidin, hlm. 15
11
Munawir Sjadzali,Islam dan Tata Negara, hlm.22

16
keluar menemui Umar. Selanjutnya keduanya langsung bergegas menuju
Saqifah.

Sesampainya di Saqifah, Abu Bakar memperingatkan kaum Anshar


bahwa merekalah orang-orang yang pertama membantu Nabi maka jangan
sampai menjadi orang-orang pertama yang merusak Islam. Kaum Anshar
berpendapat agar kaum Anshar memilih pemimpin untuk mereka sendiri,
dan kaum Muhajirin juga memilih pemimpin untuk dirinya sendiri. Akan
tetapi Abu Bakar menolak usulan tersebut dan menawarkan mereka untuk
membaiat salah satu di antara dua pemuka Quraisy. Mereka berdua adalah
Umar bin Khattab dan Abu Ubaidah bin Jarrah.

Namun Umar bin Khattab menolak usulan Abu Bakaar. Bahkan Umar
berpendapat bahwa Abu Bakar adalah orang yang paling pantas
menggantikan Nabi Muhammad SAW. Pernyataan Umar bin Khattab ini
bukannya tanpa dalil. Bila dilihat kembali pada masa Rasulullah SAW
sakit, beliau menyuruh Abu Bakar untuk menjadi imam sholat di Masjid
Nabawi. Padahal posisi imam sholat adalah posisi yang belum pernah
diserahkan Nabi Muhammad SAW kepada siapapun juga. Mungkin ini
merupakan wasiat Nabi Muhammad SAW secara implicit bahwa Abu
Bakar adalah pengganti beliau SAW.

Dengan alasan tersebut, Umar bin Khattab membaiat Abu Bakar


sebagai Khalifah. Bahkan beberapa kaum Muhajirin dan kaum Anshar
yang berada di sana juga ikut membaiat Abu Bakar sebagai Khalifah.
Pembaiatan ini disebut dengan Bai’at Saqifah. Pada hari berikutnya
barulah diadakan pembaiatan umum oleh seluruh kaum muslim di
Madinah terhadap Abu Bakar. Semenjak itu, Abu Bakar dijuluki sebagai
Khalifatu Rasulillah.

Setelah pemakaman Rasulullah SAW, barulah Abu Bakar


menyampaikan pidatonya yang pertama sebagai Khalifah. Isi pidatonya
adalah meminta kaum muslim untuk menaatinya selama dia mematuhi
Allah dan Rasul-Nya. Sebaliknya, bila dia mendurhakai Allah, dia
mengatakan bahwa tidak ada kewajiban bagi mereka untuk menaatinya.12

Sebagai khalifah pertama, Abu Bakar menghadapi masalah ummat


yang cukup serius, yang harus diselesaikan dengan cara yang tegas dan
pasti. Kesulitan-kesulitan yang dihadapi Abu Bakar itu sebagai berikut :

 Kaum murtad

12
Joesoef Sou’yb, Sejarah Daulat Khulafaur Rasyidin, hlm. 26-27

17
 Orang yang mengaku dirinya sebagai Nabi beserta para
pendukungnya
 Kaum yang tidak mau membayar zakat.

Adapun sebab-sebab mereka berbuat demikian adalah :

 Ajaran Islam belum dipahami benar


 Motivasi Islamnya bukan karena kesadaran dan keinsyafan iman
yang sungguh-sungguh tapi karena pertimbangan politik dan
ekonomi.
 Rasa kesukuan yang mendalam, mereka menganggap Islam
menempatkan mereka dibawah kekuasaan bangsa Quraisy.
 Kesalahan memahami ayat-ayat al-Qur'an yang menimbulkan
anggapan bahwa dengan wafatnya Rasulullah SAW mereka tidak
mempunyai kewajiban melaksanakan ajaran agama Islam.

Dalam menghadapi kaam pemberontak ini, terlebih dahulu mereka


dikirimi surat dengan maksud untuk menyadarkan kembali kepada jalan
yang benar. Akan tetapi para pemberontak itu tetap membangkang,
makanya Abu Bakar memeranginya.

Masa pemerintahan Abu Bakar tidak lama, tapi beliau telah berhasil
memberikan dasar-dasar kekuatan bagi perjuangan perluasan da’wah dan
pendidikan Islam.

Kebijakan umum Khalifah Abu Bakar RA di bidang ekonomi

Salama masa khalifahnya Abu Bakar sidiq RA menerapkan beberapa


kebijakan umum, antara lain sebagai berikut:

Sebagai orang fiqih yang profesinya sebagai berniaga, abu bakar sidik
menerapkan praktek akad – akad perdagangan yang sesuai dengan prinsip
syariah.

 Menegakan hukum dengan memerangi mereka yang tidak mau


membayar zakat
 Tidak menjadikan akhli badar ( orang –orang yang berzihad pada
perang badar) sebagai pejabat negara
 Tidak mengistimewakan ahli badar dalam pembagian kekayaan
negara
 Mengelolah barang tambang ( rikaz ) yang terdiri dari emas, perak,
perunggu, besi, dan baja sehingga menjadi sumber pendapatan negara

18
 Menetapkan gaji pegawai berdasarkan karakteristuk daerah
kekuasaan masing – masing
 Tidak merubah kebijakan rasullah SAW dalam masalah jizyah.
Sebagaimana Rasullah Saw Abu Bakar RA tidak membuat ketentuan
khusus tentang jenis dan kadar jizyah, maka pada masanya, jizyah dapat
berupa emas, perhiasan, pakaian, kambing, onta, atau benda benda lainya.

Penerapan prinsif persamaan dalam distribusi kekayaan negara.

Dalam usahanya meningkatkan kesejatrahan masyarakat, khalifah abu


Bakar RA melaksanakan kebijakan ekonomi sebagaimana yang dilakukan
Rasullah SAW. Ia memperhatikan skurasi penghitungan Zakat.hasil
penghitungan zakat dijadiakn sebagai pendapatan negara yang disimpan
dalam Baitul Mal dan langsung di distribusikan seluruhnya pada kaum
muslimin.

Wafatnya kholifah Abu Bakar RA

Al–Waqidi dan Al-Hakim meriwayatkan dari Aisyah, ia berkata ”awal


sakit ayahku ialah pada saat beliau mandi pada hari senin tanggal 7
jumadil akhir. Kemudian ia merasa kedinginan seharian. Beliau terkena
demam selama 15 hari yang membuatnya tidak bisa menghadiri shalat
jamaah. Ayahku meninggal pada malam selasa tanggal 22 jumadil akhir,
akhir tahun ke 13 H dalam usia 63 tahun.

Sebelum wafatnya, Abu Bakar mengumpulkan sahabat-sahabat


Rasulullah SAW atas anjuran Thulhah bin Ubaidillah dan beliau berkata :

“sudilah mengemukakan pendapat kamu semuanya mengenai orang


yang akan aku tunjuk untuk menggantikanku. Demi Allah penunjukanku
itu bukan tanps memikirkannya sungguh-sungguh dan bukan pula aku
menunjuk lingkungan keluargaku. Aku menunjuk penggantiku itu Umar
bin Khattab. Sudilah menerimanya dan mematuhinya.”13

2. Umar bin Khattab (13-23 H / 634-644 M)

Setelah Abu Bakar wafat, kemudian digantikan oleh Umar bin


Khattab. Usaha memperluas wilayah Islam yang telah dilakukan oleh Abu
Bakar dilanjutkan oleh Umar dengan hasil yang gemilang. Wilayah pada
13
Joesoef Sou’yb, Sejarah Daulat Khulafaur Rasyidin, hlm. 138

19
masa Umar meliputi Iraq, Persia, Syam, Mesir dan Barqah. Bangsa-bangsa
tersebut sebelum Islam masuk ke negaranya telah memiliki kebudayaan
dan peradaban lama.

Meluasnya wilayah Islam mengakibatkan meluas pula kebutuhan


kehidupan dalam segala bidang. Keteraturan dalam bidang pemerintahan
dan segala perlengkapannya memerlukan pemikiran yang sangat serius.
Untuk memenuhi kebutuhan ini diperlukan tenaga manusia yang memiliki
ketrampilan dan keahlian yang memadai bagi kelancaran roda
pemerintahan itu sendiri. Ini berarti peranan pendidikan harus
menampilkan dirinya.

Semangat berda’wah dan pendidikan dari kaum muslimin yang berada


di daerah-daerah baru menunjukkan kekuatan yang sangat tinggi. Thomas
W. Arnold mengatakan ketentuan-ketentuan khusus mengenai metode dan
materi pendidikan dan pengajaran agama bagi para penduduk yang baru
masuk Islam segera disusun, demi mencegah kesimpang siuran
pemahaman agama, baik yang menyangkut dasar-dasar pokok iman
maupun mengenai ibadah dan muamalah. Langkah-langkah pencegahan
ini perlu, mengingat derasnya arus penduduk yang berbondong-bondong
masuk Islam. Oleh karena itu, Khalifah Umar bin Khattab mengangkat dan
menunjuk guru-guru untuk setiap negeri, yang bertugas mengajarkan
kepada penduduk setempat tentang isi al-Qur'an dan soal-soal lain yang
berhubungan dengan masalah agama.

Pada masa ini bahasa arab mulai menampakkan dirinya sebagai


bahasa resmi dalam wilayah Islam, selain digunakan sebagai alat
komunikasi juga sebagai alat pemahaman al-Qur'an dan agama Islam pada
umumnya serta pemersatu kesatu paduan ummat. Dengan demikian
kebudayaan Islam mulai terbina.

Perekonomian Pada Masa Umar

Pada masa pemerintahannya yang berlangsung selama sepuluh tahun,


Umar ibn Al-Khattab banyak melakukan ekspansi hingga wilayah Islam
meliputi Jazirah Arab, sebagian wilayah kekuasaan Romawi (Syria,
Palestina, dan Mesir), serta seluruh wilayah kerajaan Persia, termasuk Irak.
Atas keberhasilannya tersebut, orang-orang Barat menjuluki Umar sebagai
the Saint Paul of Islam

Karena perluasan daerah terjadi dengan cepat, Umar ibn Al-Khattab


segera mengatur administrasi negara dengan mencontoh Persia.

20
Administrasi pemerintah diatur menjadi delapan wilayah provinsi:
Makkah, Madinah, Syria, Jazirah, Basrah, Kufah, Palestina, dan Mesir. la
juga membentuk jawatan kepolisian dan jawatan tenaga kerja

Pendirian Lembaga Baitul Mal

Dalam catatan sejarah, pembangunan institusi Baitul Mal


dilatarbelakangi oleh kedatangan Abu Hurairah yang ketika itu menjabat
sebagai Gubernur Bahrain dengan membawa harta hasil pengumpulan
pajak al-kharaj sebesat 500.000 dirham. Hal ini terjadi pada tahun 16 H.
oleh karena jumlah tersebut sangat besar, Khalifah Umar mengambil
inisiatif memanggil dan mengajak bermusyawarah para sahabat terkemuka
tentang penggunaan dana Baitul Mal tersebut. Setelah melalui diskusi yang
cukup panjang, Khalifah Umar memutuskan untuk tidak mendistribusikan
harta Baitul Mal, tetapi disimpan sebagai cadangan, baik untuk keperluan
darurat, pembayaran gaji para tentara maupun berbagai kebutuhan umat
lainnya.

Untuk mendistribusikan harta Baitul Mal, Khalifah Umar ibn Al-


Khattab mendirikan beberapa departemen yang dianggap perlu, seperti :

a. Departemen Pelayanan Militer. Departemen ini berfungsi untuk


mendistribusikan dana bantuan kepada orang-orang yang terlibat dalam
peperangan.

b. Departemen Kehakiman dan Eksekutif. Bertanggung jawab atas


pembayaran gaji para hakim dan pejabat eksekutif.

c. Departemen Pendidikan dan Pengembangan Islam. Departemen ini


mendistribusikan bantuan dana bagi penyebar dan pengembang ajaran
Islam beserta keluarganya, seperti guru dan juru dakwah.

d. Departemen Jaminan Sosial. Berfungsi untuk mendistribusikan


dana bantuan kepada seluruh fakir miskin dan orang-orang yang
menderita.

Kepemilikan Tanah

Selama pemerintahan Khalifah Umar, wilayah kekuasaan Islam


semakin luas seiring dengan banyaknya daerah-daerah yang berhasil

21
ditaklukkan, baik melalui peperangan maupun secara damai. Hal ini
menimbulkan berbagai permasalahan baru. Pertanyaan yang paling
mendasar dan utama adalah kebijakan apa yang akan diterapkan negara
terhadap kepemilikan tanah-tanah yang berhasil ditaklukkan tersebut.

Zakat

Pada masa Rasulullah Saw., jumlah kuda di Arab masih sangat


sedikit, terutama kuda yang dimiliki oleh kaum Muslimin karena
digunakan untuk kebutuhan pribadi dan jihad. di Hudaybiyah mereka
mempunyai sekitar dua ratus kuda. Karena zakat dibebankan terhadap
barang-barang yang memiliki produktivitas, seorang budak atau seekor
kuda yang dimiliki kaum Muslimin ketika itu tidak dikenakan zakat.

Ushr

Sebelum Islam datang, setiap suku atau kelompok yang tinggal di


pedesaan biasa membayar pajak (ushr) jual-beli (maqs).

Sedekah dari non-Muslim

Tidak ada ahli kitab yang membayar sedekah atas ternaknya kecuali
orang Kristen; Bani Taghlib yang keseluruhan kekayaannya terdiri dari
hewan ternak. Mereka membayar dua kali lipat dari yang dibayar kaum
Muslimin. Bani Taghlib merupakan suku Arab Kristen yang gigih dalam
peperangan. Umar mengenakan jizyah kepada mereka, tetapi mereka
terlalu gengsi sehingga menolak membayar jizyah dan malah membayar
sedekah.

Perluasan Wilayang Pada Masa Umar bin Khattab

 Damaskus
 Syria Utara
 Jerussalem
 Mesir
 Persia

Wafatnya Umar bin Khattab

Umar bin Khattab wafat pada hari Ahad awal Muharram tahun 24
Hijriyah. Penyebab wafatny adalah luka yang diderita akibat percobaan
pembunuhan yang dilakukan oleh bekas tawanan Persia bernama Firuz
pada tanggal 26 Dzulhijjah tahun 23 Hijriyah. Umar bin Khattab wafat

22
pada usia 63 tahun. Dia memerintah sebagai Khalifah selama sepuluh
tahun lima bulan dua puluh sati hari.14

3. Usman bin Affan (23-35 H / 644-656 M)


Sebelum wafat karena luka yang dideritanya itu, Umar bin Khattab
menyuruh maksimal hari keempat setelah wafatnya harus sudah terpilih
penggantinya sebagai Khalifah. Calon-calon pengganti Khalifah ada enam
orang, yaitu : Ali bin Abi Thalib, Usman bin affan, Zubair bin Awwam,
Saad bin Abi Waqash, Abdurrahman bin Auf, dan Thalhah bib Ubaidillah.
Ada riwayat lain yang mengatakan bahwa Abdullah bin Umar juga
dilibatkan tetapi tidak memiliki hak suara.
Umar berpesan jika di antara enam orang itu lima atau empat memilih
seorang darinya, maka seorang atau dua orang yang tidak setuju dan tidak
bisa disadarkan, maka harus dibunuh. Jika suara terbelah sama, tiga orang
memilih seorang, dan tiga lainnya memilih orang lain, maka ditanyakan
kepada Abdullah bin Umar. Siapa yang didukung Abdullah bin Umar
maka dialah yang diangkat sebagai Khalifah. Namun jika campur tangan
Abdullah bin Umar tidak diterima, maka calon dipilih oleh kelompok yang
di dalamnya ada Abdurrahman bin Auf yang diangkat sebagai Khalifah.
Jika masih ada yang menentang harus dibunuh.15
Dalam kelompok yang bermusyawarah itu ternyata tercipta dua kubu.
Yaitu kubu Ali dan kubu Usman. Lalu untuk memilih sapa yang akan
menjadi Khalifah, Abdurrahman bin Auf minta izin untuk berdialog
dengan masyarakat Madinah. Ternyata menurut Abdurrahman bin Auf,
masyarakat lebih condong ke Usman bin Affan. Maka dari itu Usman bin
Affan diangkat sebagai Khalifah.

Dalam menjalankan tugas kepiminpinannya Usman bin Affan banyak


menghadapi masalah politik yang sangat gawat. Masa enam tahun pertama
kebijaksanaannya nampak baik, tapi masa enam tahun terakhir kelemahan-
kelemahan pribadinya mulai nampak, sehingga berdampak negatif bagi
pemerintahannya.

Kegiatan pendidikan masih berjalan seperti yang dilakukan oleh para


sahabat Rasul menghasilkan ulama tabiin.

Kegiatan pendidikan yang paling besar yang dilakukan Usman bin


Affan adalah menyalin sebuah mushaf sebagai rujukan umat Islam yang
disebut dengan mushaf usmani karena sebelumnya sudah terjadi
perselisihan dalam hal bacaan al-Qur'an.
14
Ibid., hlm.311
15
Munawir Sjadzali, Islam dan Tata Negar, hlm. 26

23
Pada masa pemerintahan Usman bin AffanTugas mendidik dan
mengajar umat diserahkan kepada umat itu sendiri, artinya pemerintah
tidak mengangkat dan menggaji guru-guru / pendidik. Sedang para
pendidik sendiri melaksanakan tugasnya itu hanya dengan mengharapkan
keridhoan Allah semata.

Mata pelajaran yang diberikan disesuaikan dengan kebutuhan peserta


didik. Ada fase pembinaan, pendidikan dan pelajaran. Dalam fase
pembinaan dimaksudkan untuk memberikan kesempatan agar peserta didik
memperoleh kemantapan iman, sebagaimana yang telah dilakukan
Rasulullah SAW. Dalam fase pendidikan lebih ditekankan pada ilmu-ilmu
praktis, dengan maksud agar mereka dapat segera mengamalkan ajaran-
ajaran Islam itu sendiri. Pelajaran-pelajaran lain yang sangat penting untuk
menunjang pemahaman al-Qur'an dan Hadis juga diberikan seperti
pelajaran bahasa arab, menulis, membaca, tata bahasa, syair dan pribahasa.

Tempat belajar masih seperti sebelumnya, mereka belajar di kuttab, di


mesjid atau di rumah-rumah yang mereka sediakan sendiri atau ke rumah
gurunya.

Demikian sarana dan wahana pendidikan pada masa Usman bin Affan,
ia melanjutkan apa yang telah ada. Dia sendiri lebih sibuk menghadapi
masalah pemerintahannya.

Perluasan Islam dimasa Utsman bin Affan

Masa pemerintahan khallifah Utsman tidak terputus dengan rangkaian


penaklukan yang dilakukan kaum Muslimin pada masa pemerintahan
khalifah Umar. Ketika itu Armenia, Afrika, dan Cyprus telah dikuasai.
Kaum muslimin terus memperkokoh kekuatan di Persia yang telah takluk
ditangan mereka sebelumnya. Perluasan itu meliputi bagian pesisir pantai
atau kelautan, karena pada saat itu kaum muslimin telah memiliki armada
laut.

Pada pemerintahan Utsman negri Tabaristan berhasil ditaklukan oleh


Sa`id bin Ash. Dikatakan , bahwa tentara Islam dalam penaklukan ini telah
meyertakan Al-Hasan dan Al-Husain, kedua putra Ali, begitu pula
Abdullah bin Al-Abbas, `Amr bin Ash, dan zubair bin Awwam. Pada masa
pemerintahan usman pun kaum muslimin berhasil memaksa raja Jurjun
untuk memohon berdamai dari Sa`ad bin Ash dan untk ini ia bersedia
menyerahkan upeti senilai 200.000 dirham setiap tahun kepadanya.

24
Termasuk juga menumpas pendurhakaan dan pemberontakan yang
terjadi dibeberapa negri yang telah masuk kebawah kekuasaan Islam
dizaman Umar. Pendurhakaaan itu ditimbulkan oleh pendukung-
pendukung pemerintah yang lama atau dengan kata lain pemerintahan
sebelum daerah itu berada dalam kekuasaan Islam, mereka hendak
mengembalikan kekuasaannya. Daerah tersebut antara lain adalah
Khurasan dan Iskandariah.

Pada tahu 25 H. Penguasa di Iskandariyah mengingkari perjanjiaan


dengan Islam, karena mereka dihasut oleh bangsa Romawi yang
menjanjikan mereka bermacam-macam janji yang muluk-muluk. Maka
Utsman memerintahkan gubernur Amru bin Ash yang ketika itu menjabat
sebagi penguasa di Mesir untuk memerangi Iskandariyah, sehingga
Akhirnya penguasanya mengutus dutanya untuk membuat perjanjain dan
kembali tunduk kepada kerajaan Islam di Madinah.

Pada tahun 31H penduduk Khurasan mendurhaka sehingga Utsman


mengirim Abdullah bin Amir, gubernur Basrah, bersama sejumlah besar
tentara untuk menaklukkan kembali mereka. Terjadilah perang antara
tentara Islam dengan penduduk Merw, Naisabur, Nama, Hirang, Fusang,
Bigdis, Merw As-Syahijan, dan lain-lain dari penduduk wilayah Khurasan.
Dalam perang ini kaum muslimin berhasil menaklukan kembali wilayah
Khurasan. Secara singkat daerah-daerah selain dari dua ini yang telah
dikuasai pada masa Utsman adalah: Azerbaijan, Arminiyah, Sabur, Afrika
Selatan, Undulus ( Spain), Cyprus, Persia, dan Tabristan. Menurut para
ahli sejarah mereka berpendapat bahwa zaman pemerintahan khalifah
Utsman bin Affan sebagai Zaman keemasan dimana tentara Islam
mendapat kemenagan yang luar biasa, satu demi satu, dan mereka dapat
mengusai banyak dari negri-negri yang dahulunya berada dibawah
kekuasaan Romawi Persia dan juga Turki. Secara singkat umat Islam pada
saat itu telah sampai pada puncak kekuasaan dan kekuatan dibidang
kemiliteran, yang tidak diraih oleh zaman-zaman sesudahnya.

Awal Terjadinya Fitnah Dan Pembunuhan Ustman

a. Penyebab timbulnya fitnah

Pembahasan mengenai sebab-sebab timbulnya fitnah sebagaimana di


kemukakan dalam buku-buku sejarah dari berbagai sumber-tanpa melihat
benar atau setidaknya- tak dapat mejelaskan dinamika peristiwa-peristiwa
yang terjadi, atau menjelaskan sebab-sebab esensial di balik fitnah. Berikut
ini di kemukakan secara garis besar sebab-sebab munculnya fitnah.

25
Pada masa Utsman ada orang-orang yang murka kepadanya. Karena
Utsman suka memperhatikan dan mengontrol mereka, baik sahabat atau
bukan sahabat. Utsman meminta pertanggung jawaban atas pekerjaan
mereka dan menanyai mereka mengenai masalah tersebut. Orang-orang
yang tidak suka kepada Utsman ada juga dari kalangan borjuis. Sebab,
pada masa Utsman aneka bentuk hura-hura telah menjalar. Lalu Utsman
mengasingankan mereka ke luar Madinah dan terputus sama sekali dengan
kehidupan Madinah, sehingga membuat mereka murka kepadanya.

perbeda dengan mereka, ada juga orang-orang yang tidak senang


kepda Utsman dari orang-orang juhud dan wara` yang melihat harta dan
kekayaan sudah memperdaya kaum muslimin, akibat penaklukan-
penaklukan perang, sehingga melupakan mereka dari akhirat, selain itu
melimpahnya harta rampasan perang juga telah melahirkan
kecenderungan hidup bersenang-senang bukan hanya di kalangan prajurit
yang baru memeluk islam, tetapi juga di kalangan sebagian sahabat-
sahabat nabi yang pada umumnya diberi jabatan terhormat dalam dinas
kemiliteran.

Di antara mereka juga ada pegawai-pegawai yang di berhentikan dari


jabatannya seperti `Amru bin Ash, sehingga tersingung pada Utsman.
Begitu juga kebencian mulai tersebar kesejumlah orang yang cemburu
pada bani Umayyah yang mendapatkan posisi bagus, sehingga mereka itu
dendam pada Utsman karena menggunakan kaum kerabatnya. Selain
kebijakan politik, kebijakan keagamaan dan ijtihad Khalifah dalam
beberapa kasus hukum ibadah juga menimbulkan reaksi negatif yang
keras. Ath Thabari mengutup riwayai Al-Waqidy yang bersumber dari ibn
Abbas.

Sesungguhnya pertama kali munculnya pembicaraan orang tentang


Ustman secara terang-terangan bahwa selama masa kepemimpinannya ia
melakukan shalat secara lengkap (tidak qasar) di Mina, (saat ibadah haji),
(perkataan Ibn Abbas ini merujuk kepada cara shalat di waktu safar seperti
haji.Rasulullah menetapkan bahwa orang yang bepergian melakukan shalat
dengan cara di qasar, yaitu meringkas jumlah rakaat shalat dari empat
menjadi dua-dua). mendahulukan khutbah sebelum shalat ied, ,
mengizinkan orang membayar zakat sendiri-sendiri, memberikan sebagian
tanah sitaan (negara) kepada shahabat dekatnya, mempersatuka umat Islam
dengan satu mushaf al-Qur’an, menentukan kawasan lahan terlindung,
menghadiahkan pemberian dari bait al-mal kepada keluarga dekatnya.

26
Inilah ringkasan mengenai sebab-sebab timbulnya fitnah (kekisruhan)
seperti di kemukakan literatur-liratur sejarah. Namun pertanyaan yang
muncul ialah, apakah hal-hal di atas dirasa cukup menjadi pemicu
timbulnya fitnah yang sangat ironis itu? Tentu saja tidak. Karena
sesungguhnya apa yang terjadi pada Utsman, juga bisa terjadi pada orang
lain, seperti Umar bin Khatab misalnya, padahal tidak semua orang setuju
dengan Umar karena ia bersikap lebih keras kepada mereka dengan apa
yang dilakukan Utsman.

b.Terbunuhnya khalifah Usman

Semua faktor antagonisme yang berakumulasi dalam rentan waktu


yang cukup lama.kemudian mengkristal menjadi pembangkangan terhadap
kahlifah dan para pejabatnya. Dimulai dengan membangun jaringan
oposisi yang bersifat kritis terhadap kebijakan-kebijakan kahlifah yang di
pandang nepotis dan boros dalam penggunaan uang nergara, sampai
akhirnya jadi gerakan pressure group yang menuntut paksa aga khalifah
Utsman bersedia meletaka jabatannya. Beberapa kali delegasi kaum
penentang datang menemui khalifah untuk menyampaikan aspirasi politilk
mereka.tettapi tampaknya tidak ada perubahan kebijakan yang dapat
memuaskan hati mereka, sehingga bertambah tahun kecaman mereka
semakin meningkat.

Tahun 35 H. Merupakan puncak kematangan rencana kaum penentang


untuk memaksa khalifah mundur dari jabatnnya atau memecat pejabat
yang berasal dari sukunya kemudian mengubah kebijakan pendistribusian
kekayaan negara lebih berpihak kepada masyarakat luas miskin.Yang pada
dasarnya ini hanyalah taktik mereka untuk menjatuhkan Utsman, adapun
mengenai pemberian kepada mereka (pejabat pemerintahan dalam hal ini
lebih banyak dari keluarganya), Utsman memberi dari hartanya sendiri,
bukan menggunakan harta kaum muslimin untuk kepentingan saya atau
kepentingan siapapun. Utsman telah memberikan tunjangan yang
menyenangkan dalam jumlah besar dari pangkal hartanya sendiri sejak
masa Rasulullah shallallahu alaihi wasallam,masa Abu Bakar dan masa
Umar_semoga Allah meridhoinya.

Setelah terjadi beberapa insiden yang benar-benar mengancam


keselamatn jiwa khalifah karena keberingasan para pendemonstran, maka
dengan bantuan Ali, Kalifah Utsman berhasil meyakinkan mereka bahwa
beliau bersedia mengabulkan tuntunan mereka selain mengundurkan diri.

27
Yaitu merubah kebijakan serta mengadakan penggantian para pejabat yang
tidak di sukai rakyat, termasuk mengganti gubernur Mesir, Abdullah bin
Sa’an bin Abi Sarah,oleh Muhammad bin Abu Bakar. Keputusan itu untuk
sementara memberikan rasa lega kepada rombongan penentang dia
memberi optimisme pulihnya kedamaian. Karena itu pula mereka bersedia
membubarkan diri untuk kemudian pulang ke negri asal mereka. Tetapi
sejarah berbicara lain,selang beberapa hari rombongan demonstran dari
Mesir meninggalkan Madinah, mereka kembali lagi dengan membawa
kemarahan yang meluap-luap. Kini di tangan mereka ada sebuah surat
rahasia yang di rampas dari seorang budak Utsman yang sedang berlari
kencang menuju Mesir.. isi surat yang bersetempelkan Khalifah Utsman
memerintahkan kepada Gubernur Mesir agar menangkap dan membunuh
para pemberontak yang dipimpim Muhammad bin Abi Bakar. Ali bin Abi
Thalib mencoba mengklarifikasi surat itu kepada Utsman. Dengan
bersumpah atas nama Allah Utsman menolak telah menulis maupun
mengirim surat tersebut. Beliau bahkan menantang agar di bawakan bukti
dan dua orang saksi atas tuduhan penulisan surat itu. Kini Utsman di
hadapkan kepada dua tuntutan dari para demonstran : segera
mengundurkan diri atau menyerahkan Marwan bin al Hakam, sekretaris
Khalifah yang juga keponakan kepada mereka untuk diminta pertanggung
jawabannya tentang surat itu. Namun Ustman bersikukuh pasa
pendiriannya tidak akan mengundurkan diri dan tidak menyerahkan
Marwan kepada mereka. Setelah tiga hari tiga malam ultimatum para
perusuh tidak di gubris oleh Utsman, beberapa penjaga berhasil menerobos
barisan penjaga gedung Utsman dari atap rumah bagian samping lalu
membunuh Utsman yang ketika itu sedang membaca Al-Qur’an.

Terbunuhnya Khalifah Ustman di tangan para demonstran menyisakan


banyak teka-teki sejarah yang tak kunjung terjawab secara memuaskan.
Terutama mengenai surat rahasia itu, siapa sebenarnya yang paling
mungkin menulisnya? Demikian juga mengenai orang yang paling
bertanggung jawab sebagai eksekutor dalam pembunuhan Utsman,
sehingga lebih pantas untuk di Qishas kepadanya? Kemudian, mungkinkah
ada aktor intelektual yang bekerja secara sistematis di belakang layar dari
jaringan gerakan pembangkangan terhadap Khalifah Utsman itu,
sebagaimana di sebut-sebut adanya tokoh misterius Abdullah bin Saba,
seorang Yahudi yang kemudian berpura-pura mauk Islam dan kemudia
membawa paham-paham aneh ke tubuh Umat?

28
Ketidak pastian jawaban terhadap persoalan-persoalan di atas tidak lah
kecil artinya dalam menambah keruhnya situasi politik di sepanjang masa
pemerintahan Ali bin Abi Thalib yang di baiat menggantikan Utsman.

Ustman menjabat sebagai khalifah selama dua belas tahun. Tidak ada
sesuatu yang dapat dijadikan celah untuk mendendamnya. Beliau bahkan
lebih di cintai oleh orang-orang Qurais ketimbang Umar. Karena Umar
bersikap keras terhadap mereka, sedangka Ustman bersikap lemah lembut
dan sellu menjali hubungan dengan mereka. Akan tetapi, masyarakat mulai
berubah sikap tatkala Ustman lebih mengutamakan kerabatnya dalam
pemerintahanya. Kebijakan ini dilakukan Ustman atas pertimbangan
silaturrahim yang merupakan salah satu perintah Allah SWT. Namun atas
kebijakan itulah yang menyebabkan pembunuhanya.

4. Ali bin Abi Thalib (36-41 H/ 656-661 M)

Setelah khalifah Usman wafat, masyarakat secara beramai- ramai


membaiat Ali ibn Abi Thalib untuk menjadi Khalifah pada waktu itu.
Dengan begitu, Ali menjadi khalifah keempat dari kekhalifahan islam. Ali
adalah orang yang memiliki banyak kelebihan. Selain itu ia adalah
pemegang kekuasaan . beberapa hari pembunuhan Usman, stabilitas
keamanan kota Madinah menjadi rawan. Galiqi bin Harb memegang
kekuasaan ibu kota islam itu selama kurang lebih lima hari sampai
terpilihnya khalifah yang baru kemudian Ali bin Abi Thalib tampil
menggantikan Usman. Dan mendapat baiat dari sejumlah kaum muslimin.

Kota Madinah pada waktu sedang kosong, para sahabat banyak yang
berkunjung ke wilayah- wilayah yang baru ditaklukan . hanya beberapa
sahabat yang masih ada di Madinah. Antara lain Thalhah bin Ubaidillah
dan zubair bin Awwam.

Tugas pertama yang dilakukan oleh khalifah Ali adalah


menghidupkan cita- cita Abu Bakar, Umar untuk menarik kembali semua
tanah dan hibah yang telah dibagikan Usman kepada kaum kerabatnya
kedalaam kepemilikan Negara. Ali juga menurunkah gubernur yang tidak
disenangi oleh rakyat.

Oposisi terhadap khalifah secara terang- terangan dimulai oleh


Aisyah, , Thalhah, dan zubair. Mereka memiliki alasan tersendiri. Mereka
menuntut Ali untuk menghukum para pembunuh Usman. Akan tetapi
tuntutan mereka tidak mungkin dikabulkan oleh Ali.

29
Pertama, karena tugas utama yang mendesak dilakukan dalam situasi
kritis yang penuh intimidasi seperti saat itu ialah memulihkan ketertiban
dan mengonsolidasikan kedudukan kekhalifahan.

Kedua, menghukum para pembunuh bukanlah perkara yang mudah.


Khalifah Usman tidak dibunuh oleh hanya satu orang, melainkan banyah
orang dari mesir, irak, dan arab secara langsung terlibat pembunuhan itu.

Sebenarnya khalifah Ali ingin menghindari pertikaian atau


peperangan. Ali mengirim surat kepada Thalhah dan Zubair agar keduanya
mau berunding untuk menyelesaikan perkara itu secara damai. Namun,
ajakan tersebut ditolak. Dan akhirnya pertempuran dahsyat pun terjadi.
Perang ini dikenal dengan perang “ jamal (unta)” karena ‘Aisyah dalam
pertempuran itu menunggangi unta. Ali berhasil mengalahkan mereka.
Zubair dan Thalhah terbunuh ketika mereka hendak melarikan diri,
sedangkan ‘Aisyah ditawan dan dikirim kembli ke Madinah.

Bersamaan dengan itu, kebijakan- kebijakan Ali juga menimbulkan


perlawanan dari para gubernur di Damaskus, Mu’awiyah yang didukung
bekas pejabat tinggi yang merasa kehilangan kedudukan dan kejayaan.
Setelah Ali berhasil mengalahkan Zubair dan kawan- Kawan, Ali
kemudian bergerak ke Kuffah menuju Damaskus dengan sejumlah
tentaranya. Pasukanya bertemu dengan pasukan mu’awayah di siffin. Dan
pertempuran pun terjadi di daerah ini. Yang kemudian kita kenal dengan
peristiwa perang siffin. Peperangan ini diakhiri dengan Arbitrase, tetapi
hal itu tidak menyelesaikan masalah. Malah menimbulkan pihak ketiga.
Yaitu Al- Khawarij yakni orang yang keluar dari golongan Ali. Dengan
munculnya kelompok Al- Khawarij, menjadikan tentara Ali semakin
lemah. Sementara posisi mu’awayah semakin kuat. Dan pada tanggal 20
Ramadhan 40 H (660 M) Ali terbunuh oleh salah seorang dari golongan
khawarij.

Dalam suatu kisah diceritakan bahwa kematian khalifah di akibatkan


oleh pukulan pedang beracun Abdurrahman Ibn Muljam, sebagaimana
yang dijelaskan oleh Philip K. Hitty, bahwa: “ pada tanggal 24 januari 661
M, ketika Ali sedang dalam perjalanan menuju masjid kuffah ia terkena
hantaman pedang beracun di dahinya. Pedang yang mengenai otaknya
tersebut di ayunkan oleh seorang pengikut khawarij, Abd Ar-Rahman Ibn
Muljam, yang ingin membalas dendam atas kematian keluarga seorang
wanita temanya yang terbunuh di Nahrawan. Tempat terpencil di kuffah
yang menjadi makam Ali, kini masyhad Ali di Najaf, berkembang menjadi
salah satu pusat ziarah terbesar dalam agama islam.

30
Masa pemerintahan Ali bin Abi Thalib diisi dengan kekacauan
dikalangan umat Islam sendiri. Sampai-sampai Prof Dr Ahmad Shalabi
mengatakan “sebetulnya tidak pernah ada barang satu hari pun, keadaan
stabil selama pemerintahan Ali bin Abi Thalib. Karena itu dapat diduga
bahwa kegiatan pendidikan pun saat itu mendapat gangguan dan
hambatan, terhambat karena adanya perang saudara. Stabilitas dan
keamanan sosial merupakan syarat mutlak bagi terwujudnya
perkembangan dan pembangunan dalam segala bidang kehidupan
masyarakat itu sendiri baik ekonomi, politik, sosial budaya maupun
pengembangan intelektual dan agama.

Ali sendiri pada saat itu, tidak sempat memikirkan masalah


pendidikan, karena seluruh perhatiannya ditumpahkan pada masalah yang
lebih penting dan mendesak, yaitu keamanan dan ketentraman dalam
segala kegiatan kehidupan, yakni mempersatukan kembali umat Islam.
Akan tetapi sayang, Ali belum sempat meraihnya.

BAB III
PENUTUP
Kesimpulan

31
Dakwah Nabi Muhammad SAW di Mekah mengalami kendala dari
pemuka Quraisy karena beberapa sebab begaia berikut :
1. Persaingan berebut kekuasaan. Mereka tidak mau tunduk pada
Muhammad yang mengakibatkan mereka kehilangan kekuasaan
mereka.
2. Persamaan hak dan derajat yang dibawa Islam dipandang tidak
pantas. Karena kaum Quraisy membanggakan diri mereka daripada
suku-suku Arab lainnya. Terlebih mereka tidak mau disamakan
derajatnya dengan budak-budak mereka.
3. Taklid kepada nenek moyang yang dianggap sudah paling baik,
sehingga ajaran Islam tidak mau didengarnya karena ingin mengikuti
nenek moyangnya.
4. Kekhawatiran untuk dibangkitkan dlam keadaan penuh siksa.
Sehingga orang Quraisy menentang ajaran Islam.
5. Kerugian materi. Bagi orang-orang Arab, memahat patung untuk
dijadikan sesembahan merupakan mata pencaharian. Jika tidak boleh
menyembah berhala, mereka takut mata pencaharian mereka akan
hancur.

Dakwah Nabi periode Madinah :

1. Bermula dari rombongan dari Yastrib ke Mekah yang tertarik dengan


Nabi Muhammad SAW dan melakukan baiat kepada Nabi
Muhammad SAW.
2. Nabi Muhamamd SAW membangun dasar-dasar Madinah sebagai
negara kota (city state) dan juga sebagai pusat pengembangan Islam.
3. Nabi Muhammad SAW dan kaum Muslimin di Madinah sudah bisa
membangun pasukan perang, tetapi mereka hanya memerangi kaum
yang memerangi mereka. Mereka dilarang memerangi suatu kaum
terlebih dahulu kecuali kaum itu mengusik dakwah Islam.
4. Nabi Muhammad SAW wafat di Madinah dan dikuburkan di sana.

Masa Khulafaur Rasyidin :

1. Nabi Muhammad SAW wafat tanpa menunjuk pengganti beliau.


2. Tidak ada pakem untuk menentukan pemimpin (khalifah) sehingga
pemilihan Abu Bakar, Umar, Usman, hingga Ali, dilakukan dengan
cara yang berbeda-beda
3. Masa Abu Bakar menitik beratkan pada penumpasan kaum-kaum
yang murtad, kecuali mereka mau bertaubat.
4. Masa Umar bin Khattab, berhasil menguasai Jerussalem, Mesir dan
Persia.

32
5. Masa Usman bin Affan berhasil merebut kembali wilayah Mesir,
memperluas wilayah sampai ke Tripoli dan Afrika Utara. Bahkan
armada laut Islam dibangun pada masa Usman dan bisa mengalahkan
arada laut Romawi Timur. Tapi Usman mengangkat sanak
saudaranya sendiri menjadi pejabat sehingga menuai protes
masyarkat yang klimaksnya adalah pembunuhan terhadap Usman.
6. Masa Ali bin Abi Thalib tidak ada hari dengan kondisi politik yang
stabil. Pada masanya, Ali tidak bisa melakukan ekspansi karena
banyak masalah internal yang puncaknya adalah pembunuhan
terhadap dirinya.

33

Anda mungkin juga menyukai