Anda di halaman 1dari 38

LAPORAN STUDI LAPANGAN

“SINGLE LINE DIAGRAM DAN PERALATAN PADA GI


UNGARAN 150 KV SEMARANG”
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah
Desain Sistem Distribusi Tenaga Listrik

Dosen Pengampu: Dr.Ir Joko Windarto, ST., MT.

Disusun oleh:
Indah Tri Cahyaningsih 21060116120012
Ridwan Ismail Shaleh 21060116120042
Arifuddin Jatmika 21060116120017
Abisyai Surya P 21060116140134
Rio Pangestu 21060116120015
Hanest Simon Toga S 21060116120036

DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2017
ABSTRAK
Gardu Induk merupakan subsistem dari sebuah sistem transmisi daya
listrik. Di dalam sebuah gardu induk terdapat berbagai peralatan seperti
Lightning Arrester, Circuit Breaker, Disconnecting Switch, Earthing Switch,
Current Transformator, CVT(Constant Voltage Tranformator), Wave Trap, dan
lain-lain yang gunanya adalah untuk menjaga kualitas penyaluran tenaga listrik,
sebagai pengamanan ketika terjadi gangguan., dan sebagai peralatan
telekomunikasi antar Gardu Induk.
Gardu Induk Ungaran 150 KV memiliki konfigurasi dua busbar.
Konfigurasi ini dapat meningkatkan keandalan sistem karena dapat mengurangi
pemadaman beban pada saat dilakukan perubahan manuver sistem. Sistem ini
menggunakan 3 buah PMT dalam satu diagonal yang terpasang secara seri.

Kata Kunci: Gardu Induk, dua busbar, peralatan

2
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah Puji Syukur penulis panjatkan kepada Allah Ta’ala karena


atas rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan studi lapangan
ini dengan judul “SINGLE LINE DIAGRAM DAN PERALATAN PADA GI
UNGARAN 150 KV SEMARANG”.
Tidak lupa pula penulis mengucapkan terima kasih kepada Dr.Ir Joko
Windarto, ST., MT selaku dosen pengampu mata kuliah Desain Sistem Distribusi
Tenaga Listrik, yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan bagi penulis
dalam melaksanakan dan menyelesaikan laporan studi lapangan. Ucapan terima
kasih juga penulis sampaikan kepada para pembimbing di lapangan, terutama
Bapak Habib sebagai operator, yang telah senantiasa memberikan arahan dan
ilmu- ilmu selama studi lapangan.
Penulis menyadari bahwa laporan ini pasti tidak lepas dari banyak kekurangan.
Kritik serta saran tentunya sangat diharapkan demi pertambahan ilmu bagi
penulis. Semoga laporan pelaksanaan studi lapangan ini dapat memberikan
manfaat dan memperluas wawasan.

Semarang, 13 November 2018

Penulis

3
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL......................................................................................... i
ABSTRAK......................................................................................................... ii
KATA PENGANTAR....................................................................................... iii
DAFTAR ISI...................................................................................................... iv
DAFTAR GAMBAR......................................................................................... v
DAFTAR TABEL.............................................................................................. vi
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ................................................................................ 1
1.2 Tujuan.............................................................................................. 2
1.3 Rumusan Masalah............................................................................ 2
1.4 Batasan Masalah............................................................................... 2
1.5 Sistematika Penulisan....................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 GI Ungaran 150 KV......................................................................... 4
2.2 Single Line Diagram GI Ungaran 150 KV .................................... 4
2.3 Peralatan pada GI Ungaran 150 KV ................................................ 16
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan...................................................................................... 24
3.2 Saran................................................................................................. 24
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................ 25
LAMPIRAN....................................................................................................... 26

DAFTAR GAMBAR

4
Gambar 2.1 Lokasi GI Ungaran 150 KV Semarang.......................................... 4
Gambar 2.2 Single line diagram GI Ungaran 150 KV Semarang..................... 6
Gambar 2.3 Busbar atau rel............................................................................... 7
Gambar 2.4 Busbar sistem cincin atau ring....................................................... 8
Gambar 2.5 Busbar tunggal atau single bar...................................................... 8
Gambar 2.6 Busbar ganda atau double busbar.................................................. 9
Gambar 2.7 Busbar satu setengah atau one half busbar................................... 9
Gambar 2.8 Disconnecting Switch..................................................................... 10
Gambar 2.9 CB atau PMT................................................................................. 10
Gambar 2.10 CT................................................................................................ 11
Gambar 2.11 DS Line........................................................................................ 11
Gambar 2.12 PT................................................................................................. 12
Gambar 2.13 Disconnecting Earth Switch........................................................ 12
Gambar 2.14 Wave Trap.................................................................................... 12
Gambar 2.15 Capacitor Voltage Transformer.................................................. 13
Gambar 2.16 Lightning arrester........................................................................ 13
Gambar 2.17 Trafo Daya................................................................................... 14
Gambar 2.18 LA (Lightning Arrester) ............................................................. 15
Gambar 2.19 Busbar.......................................................................................... 16
Gambar 2.20 Trafo............................................................................................ 17
Gambar 2.21 CB (Circuit Breaker) atau PMT (Pemutus) ................................ 18
Gambar 2.22 CVT (Capasitor Voltage Transformer)........................................ 19
Gambar 2.23 PMS (Pemisah)............................................................................ 20
Gambar 2.24 Wave Trape................................................................................. 21
Gambar 2.25 Gedung Kontrol/Penyulang........................................................ 23
Gambar 2.26 Bateray........................................................................................ 26
Gambar 2.27 Rectifier....................................................................................... 27
Gambar 2.23 Annusiator.................................................................................. 28

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Pengertian simbol simbol pada single line diagram........................... 5

5
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pembekalan bagi seorang calon sarjana teknik tidak cukup dengan
pembekalan teori di bangku kuliah saja. Ada berbagai pengetahuan penting
lain yang hanya bisa didapat dari pengamatan visual di lapangan secara
langsung, seperti pemahaman yang lebih mendalam mengenai proses dan
tahapan dalam kegiatan konstruksi, keterampilan berkomunikasi, dan
bekerja sama.
Studi lapangan adalah salah satu proses kegiatan pengungkapan
fakta - fakta melalui observasi/pengamatan  dan wawancara dalam proses
memperoleh keterangan atau data dengan cara terjun langsung ke lapangan
(Field Study). Studi lapangan berguna untuk berbagai penelitian dan
merupakan sejumlah cara ilmiah yang dilakukan dengan rancangan
operasional dan dapat memberikan hasil yang lebih akurat untuk
menghindari kesalahan penelitian serta dapat menambah pengalaman.
Selain itu, dengan studi lapangan dapat diungkapkan fakta-fakta sebagai
realisasi dari teori yang ada. Diharapkan, mahasiswa dapat lebih siap untuk
menjadi calon sarjana teknik yang tidak hanya memiliki kemampuan
teoritis, namun juga pemahaman dan kemampuan praktis sebagai bekal
memasuki dunia kerja kelak.
Oleh karena itu, untuk memenuhi tugas mata kuliah Desain Sistem
Distribusi Tenga Listrik mahasiswa terjun langsung dalam studi lapangan
ke GI Ungaran 150 KV Semarang, yang berlokasi Jalan Jend. Sudirman,
Gedanganak, Ungaran Timur, Semarang, Jawa Tengah 50519 pada hari
senin tanggal 5 November 2018.

6
I.2 Tujuan
Tujuan dari Studi Lapangan antara lain:
1. Mendapatkan pengetahuan mengenai single line diagram dan
peralatan yang berada di GI Ungaran 150 KV melalui pengamatan
secara langsung di lapangan.
2. Mengasah keterampilan dan kemampuan mahasiswa, terutama kerja
sama, komunikasi lisan dan tulisan melalui keterlibatan langsung di
lapangan.

I.3 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas dapat ditari rumusan masalah
sebagai berikut:
1. Apa saja peralatan yang digunakan di GI Ungaran 150 KV?
2. Bagaimana pengoperasian GI Ungaran 150 KV?

I.4 Batasan Masalah


Dalam pembahasan laporan ini penulis hanya membatasi pada
single line diagram dan peralatan yang digunakan, serta fungsi dari
peralatan tersebut di GI Ungaran 150 KV Semarang.

1.5 Sistematika Penulisan


Laporan studi lapangan ini disusun dengan sistematika sebagai
berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Berisi latar belakang studi lapangan, tujuan dari studi lapangan,
rumusan masalah, batasan masalah, dan sistematika penulisan laporan
studi lapangan.

BAB II PEMBAHASAN
Berisi informasi dasar mengenai penjelasan single line diagram
secara rinci, dan juga penjelasan serta fungsi peralatan yang digunakan
pada GI Ungaran 150 KV Semarang.

BAB III PENUTUP

7
Berisi kesimpulan dan saran yang diperoleh dari penulisan makalah
ini.

8
BAB II PEMBAHASAN

2.1 GI Ungaran 150 KV


GI Ungaran 150 KV terletak di Jalan Jend. Sudirman, Gedanganak,
Ungaran Timur, Gedanganak, Semarang, Jawa Tengah 50519. Dapat
dilihat pada Gambar 2.1 lokasi GI Ungaran dipantau dari aplikasi peta
daring Google Maps.

Gambar 2.1 Lokasi GI Ungaran 150 KV Semarang

2.2 Single Line Diagram GI Ungaran 150 KV


Single line diagram merupakan bagan kutub tunggal yang
menjelaskan sistem kelistrikan pada gardu induk secara sederhana
sehingga memudahkan untuk mengetahui kondisi dan fungsi dari setiap
bagan peralatan instalasi yang terpasang, untuk operasi maupun
pemeliharaan.

Bagian kutub tunggal di gambarkan dengan simbol – simbol yang


mewakili bentuk dari fungsi setiap perlatan yang tersedia, seperti pada
Tabel 2.1.

9
Tabel 2.1 Pengertian simbol simbol pada single line diagram

10
11
Berikut ini adalah tampilan single line diagram pada GI Ungaran
150 KV Semarang :

Gambar 2.2 Single line diagram GI Ungaran 150 KV Semarang


Dapat dilihat pada Gambar 2.2 pada single line diagram GI
Ungaran 150 KV Semarang terdapat 2 busbar. GI Ungaran 150 kv
terkoneksi dengan GI – GI yang ada yaitu Pudak payung, Tambak lorok,
Mranggen, Bawen, Jelok, Weleri dan GITET 500kv.
Dari IBT yang melalui busbar akan menuju ke jalur GI ungaran
150 kv. Ada 2 busbar di tiap jalur trafo daya pada GI dan GI mempunyai 2
trafo daya. Dari busbar sebelum trafo daya ada PMS, PMS, trafo arus yang
dilewati jalur dan diamankan denga LA. Keluaran dari trafo daya pada GI
ungaran 150 kv akan di distribusikan menjadi beberapa feeder. Jumlah
keseluruhan feeder pada GI Ungaran 150 kv ada 9 feeder dengan 1
cadangan.

Berikut adalah penjelasan dari masing-masing komponen yang ada


di single line diagram:

12
1. Busbar atau Rel

Gambar 2.3 Busbar Atau Rel

Merupakan titik pertemuan/hubungan antara trafo-trafo tenaga,


saluran udara TT, saluran kabel TT dan peralatan listrik lainnya untuk
menerima dan menyalurkan tenaga listrik/daya listrik.  Komponen rel
busbar antara lain :
1. Konduktor ( AAAC, HAL, THAL, BC, HDCC ).
2. Insulator string dan fitting ( insulator, tension clamp, suspension
clamp, socket eye, anchor sagkle, spacer ).

Ada beberapa jenis konfigurasi busbar yang digunakan saat ini, antara
lain:
 Sistem cincin atau ring

Gambar 2.4 Busbar sistem cincin atau ring

 Busbar tunggal atau single bar

13
Gambar 2.5 Busbar tunggal atau single bar

 Busbar ganda atau double busbar

Gambar 2.6 Busbar ganda atau double busbar

 Busbar satu setengah atau one half busbar

14
Gambar 2.7 Busbar satu setengah atau one half busbar

Namun dalam single line diagram ini digunakan jenis busbar ganda
atau double busbar, dikarenakan sistem ini sangat umum. Hampir
semua gardu induk menggunakan sistem ini karena sangat efektif untuk
mengurangi pemadaman beban pada saat melakukan perubahan.

2. Disconnecting Switch

Gambar 2.8 Disconnecting Switch

Disconnecting switch (DS) adalah perlatan pemisah, yang


berfungsi untuk memisahkan rangkaian listrik dalam keadaan tidak
berbeban. Kerena DS hanya dapat dioperasikan pada saat kondisi tdak
berbeban, maka yang harus dioperasikan terlebih dahulu adalah CB.
Setelah rangkaian diputus oleh CB, baru DS dioperasikan.

3. Circuit Breaker atau Pemutus

15
Gambar 2.9 CB atau PMT

Circuit breaker (CB) atau Pemutus (PMT) adalah peralatan


pemutus, yang berfungsi untuk memutus rangkaian listrik dalam
keadaan berbeban. CB dapat dioperasikan pada saat jaringan dalam
kondisi normal maupun pada saat terjadi gangguan. Bekerjanya CB
dapat menimbulkan busur api, maka pada CB dilengkapi dengan bahan-
bahan pemadam busur api.

Pemadam busur api berupa:


1. Minyak (OCB)
2. Udara (ACB)
3. Gas (GCB)

4. Current Transformator

Gambar 2.10 CT

Current transformator (CT) berfungsi untuk merubah besaran arus,


dari arus yang besar ke arus yang kecil. Atau memperkecil besaran arus
listrik pada sistem tenaga listrik, menjadi arus untuk system pengukuran
dan proteksi.

5. Disconnecting Switch Line

16
Gambar 2.11 DS Line

Disconnecting Switch Line (DS Line) mirip seperti DS, yaitu


merupakan peralatan pemutus. Hal yang membedakan DS line dengan
DS adalah DS line ditempatkan pada line, sementara DS ditempatkan
dekat dengan busbar.

6. Potential Transformator

Gambar 2.12 PT

Potential transformator (PT) berfungsi untuk merubah besaran


tegangan dari tegangan tinggi ke tegangan rendah atau memperkecil
besaran tegangan listrik pada system tenaga listrik, menjadi besaran
tegangan untuk pengukuran dan proteksi.

7. Disconnecting Earth Switch

17
Gambar 2.13Disconnecting Earth Switch

Disconnecting Earth Switch (DES) merupakan peralatan yang


berguna untuk menyambungkan jaringan ke pentanahan.

8. Wave Trap

Gambar 2.14 Wave Trap

Wave Trap adalah peralatan yang digunakan untuk menangkap


sinyal berfrekuensi tinggi dari PLC (Power Line Carrier) agar tidak
mengganggu sistem penyaluran daya.

9. Capacitor Voltage Transformer

Gambar 2.15 Capacitor Voltage Transformer

Capacitor Voltage Transformer (CVT) adalah sebuah


transformator step down yang menurunkan tegangan tinggi menjadi
tegangan rendah untuk keperluan pengukuran dan operasi relay.

18
10. Lightning Arrester

Gambar 2.16 Lightning arrester

Biasa disebut dengan arrester dan berfungsi sebagai pengaman


instalasi (peralatan listrik pada instalasi gardu \ induk) dari gangguan
tegangan lebih akibat sambaran petir (ligthning surge) maupun oleh
surja hubung (switching surge).

11. Transformator Daya

Gambar 2.17 Trafo Daya

Transformator daya berfungsi untuk mentranformasikan daya


listrik, dengan merubah besarnya tegangan sedangkan frequensinya
tetap. Transformator daya dilengkapi dengan trafo pentanahan yang
berfungsi untuk mendapatkan titiknetral dari trafo daya. Peralatan ini
disebut Neutral Current Transformator (NCT), perlengkapan lainnya
adalah pentanahan trafo yang disebut Neutral Grounding Resistance
(NGR).

19
2.3 Peralatan Tegangan Tinggi pada GI Ungaran 150 KV
Peralatan tegangan tinggi yang digunakan pada GI Ungaran 150 KV
Semarang adalah sebagai berikut:
1. LA (Lightning Arrester)

Gambar 2.18 LA (Lightning Arrester)

Sambaran petir pada konduktor hantaran udara merupakan suntikan


matan listrik. Suntikan muatan listrik ini menimbulkan kenaikan
tegangan pada jaringan, sehingga pada jaringan timbul kenaikan
tegangan atau tegangan lebih yang terbentuk gelombang impulse dan
merambat sepanjang penghantar.
Jika tegangan lebih akibat surja petir atau surja pemutusan tiba di
gardu induk, maka tegangan lebih tersebut akan merusak isolasi
peralatan gardu induk. Oleh sebab itu perlu suatu alat yang melindu
perlatan tersebut, karena tegangan tinggi akibat sambaran petir akan
merusak isolasi perlatan. Pelindung ini dalam keadaan normal bersifat
isolasi dan jika terjadi tegangan lebih akan berubah menjadi
penghantar dan mengalirkan muatan surja tersebutke tanah. Sistem
pertanahan harus bisa dipisahkan dari pentanahan dan untuk
pentanahan dari pengaman atau switching.

Lightning arrester dan berfungsi sebagai pengaman instalasi


(peralatan listrik pada instalasi gardu \ induk) dari gangguan tegangan
lebih akibat sambaran petir (ligthning surge) maupun oleh surja
hubung ( switching surge).

20
2. Busbar

Gambar 2.19 Busbar

Busbar atau rel adalah titik pertemuan atau hubung trafo trafo
tenaga, SUTT, SKTT dan peraltan listrik lainnya untuk menerima dan
menyalurkan tenaga listrik atau daya listrik.
Pada GI Ungaran 150 KV ini menggunakan sistem double busbar
karena sangat efektif untuk mengurangi pemadaman beban pada saat
melakukan perubahan.

21
3. Transformator

Gambar 2.20 Trafo

Trafo dibagi menjadi dua yaitu:


1. Trafo tegangan
Trafo tegangan adalah trafo satu fasa yang digunakan untuk
menurunkan tegangan tinggi menjadi tegangan rendah yang dapat
diukut dengan voltmeter yang berguna bagi indikator, rele dan
sinyal sinkronasi.
2. Trafo arus
Trafo arus digunakan untuk pengukuran arus yang besarnya ratusan
ampare lebih yang mengalir pada jaringan tegangan tinggi. Jika
arus hendak diukur mengalir pada tegangan rendah dan besarnya
dibawah 5A, maka pengukuran dapat dilakukan secara langsung.
Sedangkan arus yang besar harus dilakukan secara tidak langsung
dengan menggunakan trafo arus.

4. CB (Circuit Breaker) atau PMT (Pemutus)

22
Gambar 2.21 CB (Circuit Breaker) atau PMT (Pemutus)

PMT berfungsi untuk menghubungkan dan memutus arus beban


atau arus gangguan. Pada waktu menghubungkan atau memutus arus
beban akan terjadi gangguan recovery yaitu suatu fenomena tegangan
lebih dan busur api.
PMT dapat dioperasikan pada saat jaringan dalam kondisi normal
maupun pada saat terjadi gangguan. Kerena pada saat bekerja, CB
mengeluarkan (menyebabkan timbulnya) busur api, maka pada CB
dilengkapi dengan pemadam busur api.
Pemadam busur api berupa:
 Minyak (OCB)
 Udara (ACB)
 Gas (GCB)

5. CVT (Capasitor Voltage Transformer)

23
Gambar 2.22 CVT (Capasitor Voltage Transformer)

Kapasitor kopling tegangan tinggi adalah alat penghubung antara


peralatan sinyal pembawa yang berfrekuensi tinggi dengan konduktor
kawat phasa yang bertegangan tinggi. Secara phisik alat ini terdiri
dari susunan beberapa elemen kapasitor mika/ kertas yang
dihubungkan secara seri serta dicelupkan/direndam ke dalam minyak.
Sebagai tempat kedudukan elemen‐elemen kapasitor dan minyak tadi,
dibuat dari bahan dielektrik porselen yang berbentuk silinder, dan
bagian luar dibuat semacam semacam sayap yang tersusun tersusun
untuk mencegah mencegah mengalirnya mengalirnya secara langsung
curah hujan dari sisi tegangan tinggi mengalir ke sisi tegangan rendah
atau ke tanah yang bisa mengakibatkan terjadinya hubung singkat.
Kapasitor jenis ini sering disebut sebagai Capacitor Voltage
Transformer (CVT), yang digunakan digunakan untuk keperluan
keperluan pengukuran pengukuran tegangan tegangan, dihubungkan
dihubungkan volt meter di panel kontrol. Untuk keperluan penyaluran
informasi dari terminal kondensatornya saja yang digunakan,
sedangkan peralatan potensial transformernya digunakan untuk
keperluan pengukuran tegangan dan keperluan proteksi sistem tenaga
listrik, jadi CVT berfungsi ganda. Terminasi TFH adalah terminal
yang dihubungkan ke terminal PLC melalui peralatan penyeimbang
impedensi dan drain coil terlebih dahulu. Terminal TFH harus
diketanahkan pada setiap kawat phasa yang tidak dipergunakan untuk

24
PLC, agar tidak terjadi kebocoran tegangan kapasitif yang akan timbul
bila terminal tersebut terbuka (open circuit). Bila CVT akan
dipergunakan untuk keperluan PLC, maka terminal TFH dilepas dari
pentanahannya dan dihubungkan dengan peralatan pengaman (drain
coil) dan LMU. Pengaman Pengaman CVT juga diperlukan diperlukan
untuk mengamankan mengamankan transformator perantara dengan
memasang peralatan pengaman tegangan lebih Fs, untuk
menghilangkan tegangan lebih ke tanah, yang mungkin timbul dari
elemen kondensator. Ditinjau dari sistem PLC, kapasitor kopling
mempunyai tugas utama untuk meneruskan frekuensi tinggi dari
terminal PLC ke SUTT.

6. PMS (Pemisah)

Gambar 2.23 PMS (Pemisah)


Pemisah perlatan berfungsi untuk mengiolasikan perlatan listrik
dari peralatan lain atau instalasi lain yang bertegangan. PMS ini boleh
dibuka atau ditutup hanya pada rangkaian yang tidak berbeban.

Menurut gerakan lengannya pemisah dapat dibedakan menjadi:


1. Pemisah Putar
2. Pemisah Engsel
3. Pemisah Siku

25
7. Wave Trap

Gambar 2.24 Wave Trap

Istilah lain yang dipakai untuk menyebut alat ini adalah Band Trap,
Line Trap, Blocking Coil. Wave trap digunakan untuk melakukan
sinyal informasi dari terminal PLC ke saluran saluran udara tegangan
tegangan tinggi, maka sangat diharapkan diharapkan agar saluran
saluran transmisi tersebut tampak seperti dua buah terminal
komunikasi, seperti yang sering ditemui pada saluran komunikasi
biasa. Keadaan ini sangat dibutuhkan oleh semua jenis sistem
komunikasi yang selalui menggunakan medium perambatan, apakah
udara, kabel dan atau saluran udara tegangan tinggi. Karena sistem
PLC ini menggunakan saluran udara tegangan tinggi sebagai media
perambatannya, maka keadaan atau kondisi saluran harus dijaga agar
komunikasi ini tidak dipengaruhi oleh kondisi‐kondisi kesalahan atau
perubahan yang terjadi pada sisi tegangan tingginya. Untuk
mempertahankan agar saluran transmisi tersebut betul‐betul dapat
berfungsi sebagai antenna dengan tanpa adanya rugi‐rugi sinyal
perambatan, maka wave trap dipasang secara seri antara saluran
transmisi dengan peralatan gardu induk.
Tugas utama wave trap adalah untuk memblok memblok
sedemikian sedemikian rupa sehingga sehingga frekuensi tinggi yang
membawa informasi, baik yang dipancarkan dari terminal PLC

26
maupun yang diterima dari terminal PLC lawannya, tidak
disalurkan/mengalir disalurkan/mengalir ke peralatan peralatan gardu
induk. Untuk dapat melaksanakan tugas tersebut, maka impedensi
wave trap harus dapat melakukan frekuensi rendah antara 50‐60 Hz
yang membawa arus listrik untuk keperluan sistem tenaga listrik.
Dengan demikian wave trap harus mempunyai sifat berimpedansi
rendah terhadap frekuensi jala‐jala 50 Hz dan berimpedansi tinggi
terhadap frekuensi tinggi yang membawa sinyal informasi. Karena
pemasangan wave trap adalah secara seri dengan sistem tenaga listrik,
maka wave trap harus mampu mengalirkan arus listrik yang sesuai
dengan kemampuan dari penghantar / konduktor terhadap harga
maksimum dari arus yang diijinkan.
Wave trap juga harus tahan terhadap tekanan‐tekanan, baik berupa
panas, maupun mekanis yang ditimbulkan karena mengalirnya arus
kerja yang cukup besar atau karena adanya arus hubung singkat yang
mungkin terhadi pada sisi tegangan tingginya. Pada dasarnya wave trap
adalah suatu rangkaian resonansi parallel, yang terdiri dari tiga macam
komponen yaitu komponen utama, arrester, dan tuning unit.

8. Gedung Kontrol/ Penyulang

27
Gambar 2.25 Gedung Penyulang ( Kontrol )

Didalam gedung penyulang Atau Kontroler adalah pusat


pengaturan jaringan didalamnya terdapat panel panel kontrolerya baik
untuk keperluan kontak maupun komunikasi.
Telekomunikasi adalah suatu sarana yang sangat dibutuhkan dan
tidak dapat dipisahkan dari suatu sistem pengaturan tenaga listrik
secara terpusat. Sarana telekomunikasi diperlukan untuk menerima
informasi dan menyalurkan perintah dari dan ke pusat pembangkit dan
gardu induk. Salah satu jenis peralatan telekomunikasi yang
dipergunakan oleh PT. PLN (Persero) untuk keperluan tersebut adalah
power line carrier (PLC) .
SCADA merupakan kependekan dari Supervisory Control And
Data Acquisition. Sistim konfigurasi ini banyak dipakai di lapangan
produksi minyak dan gas (Upstream). Maksud dari SCADA yaitu
pengawasan, pengontrolan dan pengumpulan data. Jaringan Listrik
TeganganTinggi dan Tegangan Menengah (Power Transmission and
Distribution) dan beberapa aplikasi sejenis dimana sistem dengan
konfigurasi seperti ini dipakai untuk memonitor dan mengontrol areal
produksi yang tersebar di area yang cukup luas.
Suatu sistem SCADA terdiri dari sejumlah RTU (Remote Termi l
na Unit), sebuah Master Station / RCC (Region Control Center), dan
jaringan telekomunikasi data antara RTU dan Master Station. Dalam
komunikasi antara Master Station (MS) dengan setiap Remote
Terminal Unit (RTU) dilakukan melalui media yang bisa berupa fiber
optik, PLC (Power Line Carrier Carrier), atau melalui melalui radio,

28
dimana dalam hal ini data dikirimkan dengan protokol tertentu
(biasanya tergantung vendor SCADA yang dipakai) misalnya Indactic
33, IEC‐60870, dll. Sistim ini banyak dipakai di lapangan produksi
minyak dan gas, Jaringan Listrik Tegangan Tinggi (Power
Distribution) dan beberapa aplikasi sejenis dimana sistem dengan
konfigurasi seperti ini dipakai untuk memonitor dan mengontrol areal
produksi yang tersebar di area yang cukup luas. Istilah SCADA, DCS
(Distribution Control System), FCS dan PLC (Programmable Logic
Control) saat ini sudah menjadi agak kabur karena aplikasi yang saling
tumpang tindih . walaupun demikian kita masih bisa membedakan dari
arsitekturnya yang serupa tapi tak sama.
Sesuai dengan rancang bangun awalnya, DCS lebih berfungsi
untuk aplikasi kontrol proses, sedangkan SCADA lebih berfungsi baik
untuk aplikasi seperti istilah diterangkan di atas. Yang dimaksud
dengan Supervisory Control atau Master Terminal Unit (MTU) adalah
kendali yang dilakukan diatas kendali lokal atau Remote Terminal Unit
(RTU), sebagai ilustrasi, pada suatu ladang minyak dan gas (Oil dan
Gas Field) ada beberapa sumur minyak (Oil Well) yang berproduksi.
Hasil minyak mentah (Crude Oil) dari masing‐masing sumur produksi
tersebut tersebut dikumpulkan dikumpulkan di stasiun stasiun
pengumpul pengumpul atau Gathering Gathering Station Station (GS)
dimana proses lanjutan terhadap minyak mentah yang terkumpul
tersebut dilakukan. Biasanya pada masing‐masing sumur minyak
produksi terpasang suatu sistem (RTU) yang memonitor dan
mengontrol beberapa kondisi dari sumur minyak produksi tersebut.
Kendali lokal dilakukan pada masing‐masing product on well dan
supervisory control yang berada di stasiun pengumpul, melakukan
control dan monitoring kepada semua production well yang ada di
bawah supervisi. Jika salah satu production well mengalami gangguan,
dan statsiun pengumpul pengumpul tetap harus memberikan
memberikan dengan production production rate tertentu tertentu, maka
supervisory control akan melakukan koordinasi pada production well
lainnya agar jumlah produksi bisa tetap dipertahankan. Pada umumnya
jarak antara RTU dengan MTU cukup jauh sehingga diperlukan media
komunikasi antara keduanya. Cara yang paling umum dipakai adalah

29
Komunikasi Radio (Radio Communication) dan Komunikasi Serat
Optik (Optical Fiber Communication).
Pada sistem tenaga listrik, media komunikasi yang dipergunakan
adalah Power Line Communication (PLC), Radio Data, Serat Optik
dan kabel pilot. Pemilihan Pemilihan media komunikasi komunikasi
sangat bergantung bergantung kepada jarak antar site, media yang telah
ada dan penting tidaknya suatu titik (gardu). Pengaturan sistem tenaga
listrik yang komplek, sangat bergantung kepada SCADA. Tanpa
adanya sistem SCADA, sistem tenaga listrik dapat diibaratkan seperti
seorang pilot membawa kendaraan tanpa adanya alat instrumen
dihadapannya. Pengaturan Pengaturan sistem tenaga listrik listrik
dapat dilakukan dilakukan secara manual ataupun ataupun otomatis.
Pada sistem tenaga listrik, media komunikasi yang dipergunakan
adalah Power Line Communication (PLC), Radio Data, Serat Optik
dan kabel pilot. Pemilihan Pemilihan media komunikasi komunikasi
sangat bergantung bergantung kepada jarak antar site, media yang telah
ada dan penting tidaknya suatu titik (gardu). Pengaturan sistem tenaga
listrik yang komplek, sangat bergantung kepada SCADA. Tanpa
adanya sistem SCADA, sistem tenaga listrik dapat diibaratkan seperti
seorang pilot membawa kendaraan tanpa adanya alat instrumen
dihadapannya. Pengaturan Pengaturan sistem tenaga listrik listrik dapat
dilakukan dilakukan secara manual ataupun ataupun otomatis.
Pada pengaturan secara manual, operator mengatur pembebanan
pembangkit dengan melihat status peralatan listrik yang mungkin
dioperasikan misalnya Circuit Breaker (CB) , beban suatu pembangkit
beban trafo, beban suatu transmisi atau kabel dan mengubah
pembebanan sesuai dengan frekuensi sistem tenaga listrik. Pengaturan
secara otomatis dilakukan dengan aplikasi Automatic Generating
Control (AGC) atau Load Frequency Control (LFC) yang mengatur
pembebanan pembangkit berdasar setting setting yang dihitung
dihitung terhadap terhadap simpangan simpangan frekuensi.

9. Battery

30
Gambar 2.26 Battery

Suatu gardu induk memerlukan adanya sumber DC untuk


menggerakan peralatan kontrol relay pengamanan, motor penggerak
PMT, PMS, dan sebagainya. Sebagai sarananya maka dipasanylah
ACCU BATTERY.
Battery adalah suatu alat yang menghasilkan sumber tenaga listrik
arus sarah dari hasil proses kimia. Battery harus selalu terjaga
kapasitasnya (harus selalu oenuh), maka battery setiap saat terus
menerus harus terhubung dengan rectifier. Karena sangat penting bagi
battery ini untuk melihat kondisi air (elektrolitnya), kebersihan dan
berat jenisnya.

10. Rectifier

31
Gambar 2.27 Rectifier

Rectifier adalah alat listrik yang mengubah arus AC menjadi arus


DC sesuai kapasitas yang dikehendaki (kapasitas battery). Rectifier ini
harus selalu tersambung ke battery untuk menjaga kapasitasnya agar
selalu penuh. Oleh karena itu rectifier tidak boleh padam atau mati
(sumber AC 3 fasa). Untuk itu pengecekan tegangan DC harus secara
rutin dan periodik, jangan sampai MCB atau sumber 3 fasa lepas.

11. Rele Proteksi dan Annunsiator

32
Gambar 2.28 Rele Proteksi dan Annunsiator

Rele proteksi adalah alat yang bekerja untuk mengamankan


peralatan listrik dari gangguan. Ataupun untuk menghindari atau
mengurangi terjadinya kerusakan perlatan akibat gangguan, dan juga
membatasi daerah yang terganggu sekecil mungkin. Selain itu fungsi
dari rele proteksi adalah memberikan pelayanan penyaluran tenaga
listrik dengan mutu dan keandalan yang tinggi.

BAB III
PENUTUP

33
3.1 Kesimpulan
1. Dari kunjungan yang telah dilaksanakan dapat diketahui bahwa gardu
induk Ungaran 150 KV terhubung dengan GI disekitar semarang seperti
GI Bawen, GI BSB dll.
2. Terdapat dua buah busbar dimana tiap busbar terdapat transformator
sebesar 60 MVA.
3. GI Ungaran 150 KV memiliki konfigurasi Satu Setengah Busbar/Breaker
atau One Half Busbar.
4. Sumber Suplay GI ungaran dari Pembangkit Tanjung Jati A dan B yang
juga masuk dalam sistem Interkoneksi.

3.2 Saran
Dalam melakukan dokumentasi hendaknya menggunakan kamera yang
beresolusi tinggi serta mengambil gambar dengan urutan yang sesuai dengan
kondisi lapangan yang sesungguhnya.

34
DAFTAR PUSTAKA

[1] http://www.unhas.ac.id/tahir/BAHANKULIAH/ELIN/SCADA/SCADA.pdf
[2]TLM Academy. Pembelajaran Pembidangan Prajabtan SMK/SLTA- Bidang Operasi dan
Pemeliharaan Transmisi dan GI. Semarang: PT. PLN (Persero) Udiklat
[3]http://switchyard-electric.blogspot.co.id/2011/04/konsep-dasar-gardu-induk.html

35
LAMPIRAN

36
37

Anda mungkin juga menyukai