Kelompok 1 - Gardu Induk Ungaran 150 KV
Kelompok 1 - Gardu Induk Ungaran 150 KV
Disusun oleh:
Indah Tri Cahyaningsih 21060116120012
Ridwan Ismail Shaleh 21060116120042
Arifuddin Jatmika 21060116120017
Abisyai Surya P 21060116140134
Rio Pangestu 21060116120015
Hanest Simon Toga S 21060116120036
2
KATA PENGANTAR
Penulis
3
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL......................................................................................... i
ABSTRAK......................................................................................................... ii
KATA PENGANTAR....................................................................................... iii
DAFTAR ISI...................................................................................................... iv
DAFTAR GAMBAR......................................................................................... v
DAFTAR TABEL.............................................................................................. vi
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ................................................................................ 1
1.2 Tujuan.............................................................................................. 2
1.3 Rumusan Masalah............................................................................ 2
1.4 Batasan Masalah............................................................................... 2
1.5 Sistematika Penulisan....................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 GI Ungaran 150 KV......................................................................... 4
2.2 Single Line Diagram GI Ungaran 150 KV .................................... 4
2.3 Peralatan pada GI Ungaran 150 KV ................................................ 16
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan...................................................................................... 24
3.2 Saran................................................................................................. 24
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................ 25
LAMPIRAN....................................................................................................... 26
DAFTAR GAMBAR
4
Gambar 2.1 Lokasi GI Ungaran 150 KV Semarang.......................................... 4
Gambar 2.2 Single line diagram GI Ungaran 150 KV Semarang..................... 6
Gambar 2.3 Busbar atau rel............................................................................... 7
Gambar 2.4 Busbar sistem cincin atau ring....................................................... 8
Gambar 2.5 Busbar tunggal atau single bar...................................................... 8
Gambar 2.6 Busbar ganda atau double busbar.................................................. 9
Gambar 2.7 Busbar satu setengah atau one half busbar................................... 9
Gambar 2.8 Disconnecting Switch..................................................................... 10
Gambar 2.9 CB atau PMT................................................................................. 10
Gambar 2.10 CT................................................................................................ 11
Gambar 2.11 DS Line........................................................................................ 11
Gambar 2.12 PT................................................................................................. 12
Gambar 2.13 Disconnecting Earth Switch........................................................ 12
Gambar 2.14 Wave Trap.................................................................................... 12
Gambar 2.15 Capacitor Voltage Transformer.................................................. 13
Gambar 2.16 Lightning arrester........................................................................ 13
Gambar 2.17 Trafo Daya................................................................................... 14
Gambar 2.18 LA (Lightning Arrester) ............................................................. 15
Gambar 2.19 Busbar.......................................................................................... 16
Gambar 2.20 Trafo............................................................................................ 17
Gambar 2.21 CB (Circuit Breaker) atau PMT (Pemutus) ................................ 18
Gambar 2.22 CVT (Capasitor Voltage Transformer)........................................ 19
Gambar 2.23 PMS (Pemisah)............................................................................ 20
Gambar 2.24 Wave Trape................................................................................. 21
Gambar 2.25 Gedung Kontrol/Penyulang........................................................ 23
Gambar 2.26 Bateray........................................................................................ 26
Gambar 2.27 Rectifier....................................................................................... 27
Gambar 2.23 Annusiator.................................................................................. 28
DAFTAR TABEL
5
BAB I
PENDAHULUAN
6
I.2 Tujuan
Tujuan dari Studi Lapangan antara lain:
1. Mendapatkan pengetahuan mengenai single line diagram dan
peralatan yang berada di GI Ungaran 150 KV melalui pengamatan
secara langsung di lapangan.
2. Mengasah keterampilan dan kemampuan mahasiswa, terutama kerja
sama, komunikasi lisan dan tulisan melalui keterlibatan langsung di
lapangan.
BAB II PEMBAHASAN
Berisi informasi dasar mengenai penjelasan single line diagram
secara rinci, dan juga penjelasan serta fungsi peralatan yang digunakan
pada GI Ungaran 150 KV Semarang.
7
Berisi kesimpulan dan saran yang diperoleh dari penulisan makalah
ini.
8
BAB II PEMBAHASAN
9
Tabel 2.1 Pengertian simbol simbol pada single line diagram
10
11
Berikut ini adalah tampilan single line diagram pada GI Ungaran
150 KV Semarang :
12
1. Busbar atau Rel
Ada beberapa jenis konfigurasi busbar yang digunakan saat ini, antara
lain:
Sistem cincin atau ring
13
Gambar 2.5 Busbar tunggal atau single bar
14
Gambar 2.7 Busbar satu setengah atau one half busbar
Namun dalam single line diagram ini digunakan jenis busbar ganda
atau double busbar, dikarenakan sistem ini sangat umum. Hampir
semua gardu induk menggunakan sistem ini karena sangat efektif untuk
mengurangi pemadaman beban pada saat melakukan perubahan.
2. Disconnecting Switch
15
Gambar 2.9 CB atau PMT
4. Current Transformator
Gambar 2.10 CT
16
Gambar 2.11 DS Line
6. Potential Transformator
Gambar 2.12 PT
17
Gambar 2.13Disconnecting Earth Switch
8. Wave Trap
18
10. Lightning Arrester
19
2.3 Peralatan Tegangan Tinggi pada GI Ungaran 150 KV
Peralatan tegangan tinggi yang digunakan pada GI Ungaran 150 KV
Semarang adalah sebagai berikut:
1. LA (Lightning Arrester)
20
2. Busbar
Busbar atau rel adalah titik pertemuan atau hubung trafo trafo
tenaga, SUTT, SKTT dan peraltan listrik lainnya untuk menerima dan
menyalurkan tenaga listrik atau daya listrik.
Pada GI Ungaran 150 KV ini menggunakan sistem double busbar
karena sangat efektif untuk mengurangi pemadaman beban pada saat
melakukan perubahan.
21
3. Transformator
22
Gambar 2.21 CB (Circuit Breaker) atau PMT (Pemutus)
23
Gambar 2.22 CVT (Capasitor Voltage Transformer)
24
PLC, agar tidak terjadi kebocoran tegangan kapasitif yang akan timbul
bila terminal tersebut terbuka (open circuit). Bila CVT akan
dipergunakan untuk keperluan PLC, maka terminal TFH dilepas dari
pentanahannya dan dihubungkan dengan peralatan pengaman (drain
coil) dan LMU. Pengaman Pengaman CVT juga diperlukan diperlukan
untuk mengamankan mengamankan transformator perantara dengan
memasang peralatan pengaman tegangan lebih Fs, untuk
menghilangkan tegangan lebih ke tanah, yang mungkin timbul dari
elemen kondensator. Ditinjau dari sistem PLC, kapasitor kopling
mempunyai tugas utama untuk meneruskan frekuensi tinggi dari
terminal PLC ke SUTT.
6. PMS (Pemisah)
25
7. Wave Trap
Istilah lain yang dipakai untuk menyebut alat ini adalah Band Trap,
Line Trap, Blocking Coil. Wave trap digunakan untuk melakukan
sinyal informasi dari terminal PLC ke saluran saluran udara tegangan
tegangan tinggi, maka sangat diharapkan diharapkan agar saluran
saluran transmisi tersebut tampak seperti dua buah terminal
komunikasi, seperti yang sering ditemui pada saluran komunikasi
biasa. Keadaan ini sangat dibutuhkan oleh semua jenis sistem
komunikasi yang selalui menggunakan medium perambatan, apakah
udara, kabel dan atau saluran udara tegangan tinggi. Karena sistem
PLC ini menggunakan saluran udara tegangan tinggi sebagai media
perambatannya, maka keadaan atau kondisi saluran harus dijaga agar
komunikasi ini tidak dipengaruhi oleh kondisi‐kondisi kesalahan atau
perubahan yang terjadi pada sisi tegangan tingginya. Untuk
mempertahankan agar saluran transmisi tersebut betul‐betul dapat
berfungsi sebagai antenna dengan tanpa adanya rugi‐rugi sinyal
perambatan, maka wave trap dipasang secara seri antara saluran
transmisi dengan peralatan gardu induk.
Tugas utama wave trap adalah untuk memblok memblok
sedemikian sedemikian rupa sehingga sehingga frekuensi tinggi yang
membawa informasi, baik yang dipancarkan dari terminal PLC
26
maupun yang diterima dari terminal PLC lawannya, tidak
disalurkan/mengalir disalurkan/mengalir ke peralatan peralatan gardu
induk. Untuk dapat melaksanakan tugas tersebut, maka impedensi
wave trap harus dapat melakukan frekuensi rendah antara 50‐60 Hz
yang membawa arus listrik untuk keperluan sistem tenaga listrik.
Dengan demikian wave trap harus mempunyai sifat berimpedansi
rendah terhadap frekuensi jala‐jala 50 Hz dan berimpedansi tinggi
terhadap frekuensi tinggi yang membawa sinyal informasi. Karena
pemasangan wave trap adalah secara seri dengan sistem tenaga listrik,
maka wave trap harus mampu mengalirkan arus listrik yang sesuai
dengan kemampuan dari penghantar / konduktor terhadap harga
maksimum dari arus yang diijinkan.
Wave trap juga harus tahan terhadap tekanan‐tekanan, baik berupa
panas, maupun mekanis yang ditimbulkan karena mengalirnya arus
kerja yang cukup besar atau karena adanya arus hubung singkat yang
mungkin terhadi pada sisi tegangan tingginya. Pada dasarnya wave trap
adalah suatu rangkaian resonansi parallel, yang terdiri dari tiga macam
komponen yaitu komponen utama, arrester, dan tuning unit.
27
Gambar 2.25 Gedung Penyulang ( Kontrol )
28
dimana dalam hal ini data dikirimkan dengan protokol tertentu
(biasanya tergantung vendor SCADA yang dipakai) misalnya Indactic
33, IEC‐60870, dll. Sistim ini banyak dipakai di lapangan produksi
minyak dan gas, Jaringan Listrik Tegangan Tinggi (Power
Distribution) dan beberapa aplikasi sejenis dimana sistem dengan
konfigurasi seperti ini dipakai untuk memonitor dan mengontrol areal
produksi yang tersebar di area yang cukup luas. Istilah SCADA, DCS
(Distribution Control System), FCS dan PLC (Programmable Logic
Control) saat ini sudah menjadi agak kabur karena aplikasi yang saling
tumpang tindih . walaupun demikian kita masih bisa membedakan dari
arsitekturnya yang serupa tapi tak sama.
Sesuai dengan rancang bangun awalnya, DCS lebih berfungsi
untuk aplikasi kontrol proses, sedangkan SCADA lebih berfungsi baik
untuk aplikasi seperti istilah diterangkan di atas. Yang dimaksud
dengan Supervisory Control atau Master Terminal Unit (MTU) adalah
kendali yang dilakukan diatas kendali lokal atau Remote Terminal Unit
(RTU), sebagai ilustrasi, pada suatu ladang minyak dan gas (Oil dan
Gas Field) ada beberapa sumur minyak (Oil Well) yang berproduksi.
Hasil minyak mentah (Crude Oil) dari masing‐masing sumur produksi
tersebut tersebut dikumpulkan dikumpulkan di stasiun stasiun
pengumpul pengumpul atau Gathering Gathering Station Station (GS)
dimana proses lanjutan terhadap minyak mentah yang terkumpul
tersebut dilakukan. Biasanya pada masing‐masing sumur minyak
produksi terpasang suatu sistem (RTU) yang memonitor dan
mengontrol beberapa kondisi dari sumur minyak produksi tersebut.
Kendali lokal dilakukan pada masing‐masing product on well dan
supervisory control yang berada di stasiun pengumpul, melakukan
control dan monitoring kepada semua production well yang ada di
bawah supervisi. Jika salah satu production well mengalami gangguan,
dan statsiun pengumpul pengumpul tetap harus memberikan
memberikan dengan production production rate tertentu tertentu, maka
supervisory control akan melakukan koordinasi pada production well
lainnya agar jumlah produksi bisa tetap dipertahankan. Pada umumnya
jarak antara RTU dengan MTU cukup jauh sehingga diperlukan media
komunikasi antara keduanya. Cara yang paling umum dipakai adalah
29
Komunikasi Radio (Radio Communication) dan Komunikasi Serat
Optik (Optical Fiber Communication).
Pada sistem tenaga listrik, media komunikasi yang dipergunakan
adalah Power Line Communication (PLC), Radio Data, Serat Optik
dan kabel pilot. Pemilihan Pemilihan media komunikasi komunikasi
sangat bergantung bergantung kepada jarak antar site, media yang telah
ada dan penting tidaknya suatu titik (gardu). Pengaturan sistem tenaga
listrik yang komplek, sangat bergantung kepada SCADA. Tanpa
adanya sistem SCADA, sistem tenaga listrik dapat diibaratkan seperti
seorang pilot membawa kendaraan tanpa adanya alat instrumen
dihadapannya. Pengaturan Pengaturan sistem tenaga listrik listrik
dapat dilakukan dilakukan secara manual ataupun ataupun otomatis.
Pada sistem tenaga listrik, media komunikasi yang dipergunakan
adalah Power Line Communication (PLC), Radio Data, Serat Optik
dan kabel pilot. Pemilihan Pemilihan media komunikasi komunikasi
sangat bergantung bergantung kepada jarak antar site, media yang telah
ada dan penting tidaknya suatu titik (gardu). Pengaturan sistem tenaga
listrik yang komplek, sangat bergantung kepada SCADA. Tanpa
adanya sistem SCADA, sistem tenaga listrik dapat diibaratkan seperti
seorang pilot membawa kendaraan tanpa adanya alat instrumen
dihadapannya. Pengaturan Pengaturan sistem tenaga listrik listrik dapat
dilakukan dilakukan secara manual ataupun ataupun otomatis.
Pada pengaturan secara manual, operator mengatur pembebanan
pembangkit dengan melihat status peralatan listrik yang mungkin
dioperasikan misalnya Circuit Breaker (CB) , beban suatu pembangkit
beban trafo, beban suatu transmisi atau kabel dan mengubah
pembebanan sesuai dengan frekuensi sistem tenaga listrik. Pengaturan
secara otomatis dilakukan dengan aplikasi Automatic Generating
Control (AGC) atau Load Frequency Control (LFC) yang mengatur
pembebanan pembangkit berdasar setting setting yang dihitung
dihitung terhadap terhadap simpangan simpangan frekuensi.
9. Battery
30
Gambar 2.26 Battery
10. Rectifier
31
Gambar 2.27 Rectifier
32
Gambar 2.28 Rele Proteksi dan Annunsiator
BAB III
PENUTUP
33
3.1 Kesimpulan
1. Dari kunjungan yang telah dilaksanakan dapat diketahui bahwa gardu
induk Ungaran 150 KV terhubung dengan GI disekitar semarang seperti
GI Bawen, GI BSB dll.
2. Terdapat dua buah busbar dimana tiap busbar terdapat transformator
sebesar 60 MVA.
3. GI Ungaran 150 KV memiliki konfigurasi Satu Setengah Busbar/Breaker
atau One Half Busbar.
4. Sumber Suplay GI ungaran dari Pembangkit Tanjung Jati A dan B yang
juga masuk dalam sistem Interkoneksi.
3.2 Saran
Dalam melakukan dokumentasi hendaknya menggunakan kamera yang
beresolusi tinggi serta mengambil gambar dengan urutan yang sesuai dengan
kondisi lapangan yang sesungguhnya.
34
DAFTAR PUSTAKA
[1] http://www.unhas.ac.id/tahir/BAHANKULIAH/ELIN/SCADA/SCADA.pdf
[2]TLM Academy. Pembelajaran Pembidangan Prajabtan SMK/SLTA- Bidang Operasi dan
Pemeliharaan Transmisi dan GI. Semarang: PT. PLN (Persero) Udiklat
[3]http://switchyard-electric.blogspot.co.id/2011/04/konsep-dasar-gardu-induk.html
35
LAMPIRAN
36
37