Anda di halaman 1dari 10

PANEN

A. PENGANTAR
Panen adalah saat yang ditunggu bagi peternak karena kita berharap dapat keuntungan.
Keputusan waktu panen, ukuran ayam dan harga sangat menentukan keuntungan/kerugian yang
akan diperoleh peternak. Sehingga perlu dipertimbangkan faktor-faktor yang mempengaruhi
panen ayam broiler. Setelah panen perlu dihitung performansi ayam broiler (IB) untuk
mengetahui efektif tidak pengelolaan ayam broiler yang kita lakukan. Modul ini membahas
tentang panen dan perhitungan IB.

B. TUJUAN
Setelah mempelajari materi ini diharapkan peserta mampu:
1. Menetapkan waktu panen
2. Memanen broiler
3. Mengitung Index broiler

C. MATERI
1. Mencari Pembeli
Sebelum kita memelihara ayam, kita sudah harus menginventarisasi pembeli/pedagang ayam
yang biasa membeli ayam hidup. informansi yang diperlukan berapa kapasitas beli, ukuran
ayam yang dikehendaki, harga dan reputasi pembeli. Pembeli yang nakal sebaiknya dihindari,
atau jika terpaksa bertransaksi harus ketat, baik penimbangan dan pembayarannya. Pembayaran
harus tunai, hindari pembayaran ngutang, akan banyak masalah kalau ngutang. Ukuran ayam
yang dikehendaki di Cianjur berat hidup <1kg, 1,4 sd 1,6 dan >1,8 kg. masing-masing kategori
harganya berbeda. Ayam yang kecil umumnya harga lebih mahal dari ayam besar.

Untuk kandang closed house biasanya panen pada sore sampai malam hari, hal ini harus
disampaikan ke pembeli. Pada siang hari udara panas jika dipanen pada siang hari dan ayam
akan kena stress panas sehingga banyak mati.

Ikut grup peternak juga membantu untuk memasarkan ayam, juga informasi lainnya sekitar
budidaya ayam broiler. Info kinerja pembeli juga bisa didapat dari asosiasi peternak, mana
pembeli yang baik dan mana pembeli yang nakal.
Pada saat ayam umur 18 sd 20 hari kita mulai menawarkan ayam kita ke pembeli, harga
umumnya mengikuti harga pasar yang berlaku. Pada umur 21/22 hari mulai dijual ayam yang
kecil umumnya<1 kg berat hidup. Pada kandang broiler ayam disekat menjadi 2 kelompok, 1
kelompok ayam kecil , dan satu kelompok ayam besar, ayam besar umumnya ditempatkan di
ujung kandang, sedang ayam kecil dekat dengan kipas.

Setelah transaksi disepakati maka pembeli akan mengeluarkan DO (delivery order) untuk
mengambil ayam ke kandang. Jika DO dan sopir beserta kendaraan pengangkut datang lakukan
konfirmasi ke pembeli untuk menghindari kesalahan. Ada juga pembeli yang membawa tukang
tangkap sendiri untuk memastikan bahwa ukuran ayam sesuai dengan DO-nya. Di wilayah
jawa umumnya ayam dijual berdasarkan berat hidup, di beberapa tempat diluar jawa ayam
dijual perekor, jadi dalam negosiasi harga harus disesuaikan dengan sistem yang berlaku
daerah setempat.

a. Menentukan Umur Panen


Menentukan waktu panen tidak boleh dilakukan dengan asal-asalan karena waktu yang
tepat untuk menjual ayam broiler akan menentukan seberapa besar keuntungan yang akan
diperoleh peternak. Ada beberapa hal yang bisa menjadi pertimbangan, antara lain:
1) Nilai konversi ransum (FCR)

Feed convertion ratio (FCR) atau nilai konversi ransum didefinisikan sebagai nilai
satuan yang menunjukkan perbandingan antara jumlah kilogram (kg) ransum yang
dikonsumsi ayam untukmenghasilkan 1 kg berat badan. Rumusnya ialah:

FCR = Jumlah yang ransum dikonsumsi (kg)


Bobot badan yang dihasilkan (kg)

Semakin besar hasil bagi rumus di atas berarti efisiensi penggunaan ransum pun semakin
kurang baik, begitu pula sebaiknya. Pihak perusahaan pembibit (breeder) biasanya sudah
menentukan standar nilai FCR agar peternak bisa terus memantau FCR ayam broilernya
setiap minggu.

Data di lapangan menunjukkan bahwa pertumbuhan ayam broiler secara optimal terjadi
pada minggu ke-4 hingga ke-6 pemeliharaan. Artinya direntang minggu tersebut, nilai
2
FCR mendekati standar. Namun ketika memasuki umur 7 – 8 minggu, pertambahan
bobot badan broiler per minggu merosot tajam dan tidak seimbang antara pertumbuhan
bobot badan hariannya dengan banyaknya ransum yang dikonsumsi. Akibatnya nilai
FCR pun semakin membengkak. Dalam kondisi tersebut, maka akan lebih
menguntungkan jikayam broiler dijual lebih awal.

2) Kegemaran konsumen

Saat ini peternak ayam broiler banyak memanen ayamnya di umur 30-35 hari dengan
bobot hidup antara 1,5 – 2,0 kg per ekor ayam. Namun waktu panen ini bisa pula
disesuaikan dengan waktu pencapaian bobot badan ayam yang digemari konsumen.
Pada daerah tertentu konsumen lebih suka ayam kecil dengan bobot kurang dari 1 kg.
Sedangkan di daerah lain konsumen lebih suka ayam besar dengan bobot 1,5-2 kg, serta
ada juga yang menyukai ayam dengan bobot di atas 2 kg. Semakin besar bobot badan
ayam (terutama pada ayam umur > 6 minggu), maka harga per kg bobot hidupnya
biasanya juga akan semakin rendah karena ayam tersebut sudah banyak lemaknya dan
tingkat keempukan dagingnya pun sudah berkurang.

Konsumen rumah tangga di Indonesia kebanyakan menyukai ayam broiler ukuran kecil
(1 – 1,5 kg). Sedangkan ukuran besar biasanya diperuntukkan bagi pengolahan
makanan tertentu (sate, opor, dll) dan untuk industri pengolahan daging ayam fillet
(nugget, sosis, dll) (Rahayu et al., 2002).

3) Harga jual di pasaran

Fluktuatifnya harga jual daging ayam broiler di pasaran kadang mempengaruhi hasil
jual panen ayam, sehingga faktor ini pun bisa menjadi pertimbangan penentuan umur
panen. Apabila di pasaran sedang terjadi kenaikan harga jual, seperti menjelang hari-
hari besar agama, periode pemeliharaan bisa dipersingkat dan ayam bisa dipanen dan
dijual lebih awal agar keuntungan yang diperoleh lebih besar.

Sebagian dari keuntungan tersebut bisa juga digunakan untuk subsidi silang jika
sewaktu-waktu harga jual ayam di pasaran sedang jatuh. Selain itu, apabila harga
ayam broiler di pasaran rendah, maka peternak bisa mempertimbangkan untuk

3
memperpanjang periode pemeliharaan. Namun perpanjangan ini pun harus tetap
diselaraskan dengan bobot ayam dan nilai konversi ransum yang diperoleh.

4) Kesehatan ayam

Terjadinya serangan penyakit pada ayam broiler tak jarang menyebabkan ayam harus
dipanen lebih awal. Pertimbangan ekonomis utama ialah terkait dengan berkurangnya
keuntungan akibat pengeluaran biaya pengobatan dan biaya ransum selama ayam sakit.
Belum lagi adanya resiko penurunan bobot badan dan juga kematian ayam. Contoh
kasusnya ialah ayam broiler sakit colibacillosis umur 33 hari (umur panen ± 35 hari).
Dengan kondisi seperti itu, dianjurkan ayam tersebut dipanen daripada diobati.
Alasannya karena di umur tersebut bobot badan ayam sudah hampir mencapai berat
penjualan.

2. Menangkap dan Memanen Ayam


a. Persiapan Sebelum Panen
§ Satu minggu sebelum dipanen, berikan pencahayaan kandang selama 24 jam agar
ayam selalu makan dan minum, sehingga didapatkan bobot ayam yang diharapkan.
§ Buatlah jadwal kandang mana yang ayamnya akan dipanen sesuai dengan ukuran berat
ayam dan letak kandang.
§ Persiapkan pekerja kandang atau tim tangkap sesuai dengan kebutuhan dan sudah
terbiasa berkutat dengan aktivitas panen ayam.
§ Siapkan peralatan panen seperti timbangan, alat tulis, surat jalan, nota timbangan, tali
rafia, keranjang ayam, dan lampu senter untuk membantu penerangan jika panen
dilakukan pada malam hari.
§ Periksa laporan stok ayam yang terakhir ada di kandang dan ambil beberapa sampel
ayam terlebih dahulu untuk ditimbang per individu. Data ini akan dijadikan sebagai
nilai patokan/kontrol terhadap keseluruhan laporan bobot ayam yang akan dipanen.
§ Jangan memberi ransum full pada ayam, 12 jam atau minimal 8 jam sebelum ayam
dipanen agar sisa ransum tidak banyak terbuang percuma. Tujuan lain agar saat ayam
dipotong tidak menghasilkan kotoran yang terlalu banyak. Namun peternak masih
boleh memberikan air minum biasa atau air minum bervitamin pada ayam.
§ Segera sebelum ayam ditangkap, keluarkan (naikkan) tempat ransum dan minum agar
tidak mengganggu aktivitas pekerja saat penangkapan ayam.
4
§ Jangan berikan antibiotik minimal 2-10 hari sebelum ayam dipanen (tergantung dari
jenis antibiotik yang dipakai). Hal ini untuk menghindari adanya residu antibiotik
dalam produk daging ayam. Sedangkan untuk vitamin, masih boleh diberikan. Selain
itu, pemberian antibiotik juga hanya akan memacu kerja organ tubuh menjadi berat
sehingga ayam tidak akan tahan terhadap stres fisik yang dialami.
§ Usahakan sirkulasi/ventilasi udara tetap baik, dan gunakan lampu yang redup untuk
memudahkan penangkapan. Karena sifat ayam cenderung diam dalam kondisi redup
atau gelap

b. Pelaksanaan Pemanenan
Kegiatan pelaksanaan pemanenan ayam broiler (pedaging), dimulai setelah semua alat
yang diperlukan dalam pemanenan telah siap. Alat-alat tersebut seperti apa yang disebut
diatas antara lain: tali untuk mengikat kaki ayam, timbangan, kawat atau pagar pembatas,
karamba ayam dan alat tulis kantor (ATK). Untuk mendapatkan hasil yang baik ada
beberapa hal yang dapat digunakan sebagai pedoman pada saat memanen ayam broiler
(pedaging) yaitu :
• Menaikan tempat pakan dan minum, sehingga memudahkan dalam penangkapan
ayam.
• Memasang kawat atau pagar penyekat di dalam ruangan kandang.
Pada saat menyekat ruangan kandang sebaiknya disesuai dengan jumlah ayam yang akan
ditangkap atau dipanen. Sebagai contoh: apabila dalam satu kandang kapasitas ayamnya
sebanyak 5.000 ekor dan yang akan ditangkap atau dijual hanya 1.000 ekor, maka dalam
memasang kawat atau pagar penyekat hanya untuk ayam 1.000 ekor saja. Hal ini bertujuan
untuk menghindari agar ayam yang tidak atau belum akan ditangkap tidak stress.
Penyekatan ayam broiler (pedaging) yang akan dipanen atau ditangkap dapat dilakukan di
salah satu sudut kandang dan disesuaikan dengan perkiraan ayam yang akan ditangkap

c. Menangkap Ayam
Pada saat menangkap ayam lakukan dengan hati-hati dan hindari perlakuan yang kasar.
Sebab apabila ayam ditangkap dengan perlakuan yang kasar ayam bisa stress dan bahkan
bisa mati, kalau hal ini terjadi maka yang rugi adalah petani peternak itu sendiri. Dan tidak
jarang apabila pada saat menangkap ayam tidak hati-hati pelaku bisa terluka akibat kena
cakaran ayam tersebut.

5
Ayam yang akan dipanen disekat, untuk mengurangi strees. Cara menangkap ayam , satu
ekor ditangkap dengan tangan kanan, memegang satu kaki, lalu tangan kiri memegang
ayam yang sudah ditangkap. Setelah 5 ekor maka ayam diikat dengan tali rafia pada satu
kaki dan dibawa ke posisi timbangan. Pengalaman kalau dikat kedua kakinya bisa mati
lemas. Sekali menimbang umumnya 25 ekor, dan timbangan yang digunakan umumnya
jenis salter. Jika timbangan melebihi DO atau terlalu besar niasanya yang besar diganti
dengan ayam yang kecil.

Gambar 1. Menyekat ayam yang dipanen

3. Menimbang dan Mencatat


Penimbangan ayam umumnya dilakukan dengan timbangan salter. Untuk ayam yang dipanen
<2 kg sebaiknya gunakan timbangan kapasitas 25 kg, hal ini untuk mengurngi tingkat
kesalahan, jika ayam dipanen >2kg maka gunakan timbangan kapasitas 100 kg. Timbangan
harus ditera oleh BMKG untuk menjamin keakuratannya. Peneraan juga bisa dilakukan sendiri
dengan menaruh pemberat standar sebagai anak timbangan. Waktu membeli usahakan yang
sudah ditera oleh BMKG. Jika tmbangan tidak akurat, maka akan merugikan peternak karena
berat ayam akan tidak tertimbang secara akurat. Misal timbangan eror 0,5 kilo sekali
menimbang, jika kita panen ayam 3000 ekor, maka akan menimbang sebanyak 3000/25 = 120
kali nimbang. Dikalikan eror 0,5 kg x 120 = 60 kg kerugian yang kita peroleh.

Gambar 2. Cara menimbang ayam

6
Di cianjur ayam diberi makan secara adlibitum, hal ini bisa dilihat dari temboloknya, jika
tembolok isinya sedikit maka ayam makan secara adlibitum, jika tembolok besar /penuh maka
ayam diberi makan dengan terbatas/dijatah. Jika tembolok besar maka pembeli akan
mengurangi berat ayam sebanyak 50 gram perekor ayam, untuk koreksi timbangan. Maka
pastikan ayam makan adlibitum.

Setiap penimbangan per 25 ekor lalu dicatat pada dokumen yang diperlukan. Demikian
seterusnya sampau DO terpenuhi. Misal panen 800 ekor, maka akan dilakukan penimbangan
sebanya 800/25 ekor = 32 kali penimbangan. Pastikan semua ayam tertimbang, jangan sampai
ada ayam yang belum ditimbang dimasukkan ke keramba. Hitung ayam secara teliti, untuk
mengetahui apakan jumlah ayam sesuai dengan rekording, jumlah ayam (DOC) masuk.
Dikurangi kematian dan hasil panen, jika ada perbedaan berarti ada kehilangan selama
pemeliharaan, ini sangat merugikan kita, karena margin ayam sangat kecil pada saat ini.

4. Mengangkut Ayam
a. Memasukan ke dalam Keramba
Setelah ayam ditimbang kemudian ayam dimasukkan kedalam karamba ayam (krat),
dengan cara melepas tali pengikat ayam tersebut. Jangan memasukkan ayam kedalam
karamba ayam (krat) dalam posisi kaki ayam dalam keadaan terikat. Karena apabila hal ini
terjadi ayam tidak bisa bergerak, sehingga ayam merasa tersiksa, reksiko yang ditanggung
adalah banyak terjadi kematian disaat pengangkutan. Oleh karena itu setiap kali proses
memasukkan ayam kedalam krat atau karamba ayam, pada umumnya dilakukan oleh
petugas awak kendaran itu sendiri. Hal itu bertujuan agar pada saat pengangkutan ayam
selama perjalanan tidak banyak kematian. Untuk menghindari kematian disaat proses
pengangkutan, maka pengisian ayam kedalam krat atau karamba ayam tidak boleh terlalu
penuh. Setiap karamba ayam (krat) ayam bisa diisi kurang lebih 15-25 ekor ayam,
tergantung dari besar kecilnya ayam.

b. Pengangkutan Ayam
Dalam setiap pengangkutan ayam hendaklah disesuaikan dengan kapasitas atau daya
tampung kendaraan atau alat angkut yang dipergunakan. Disamping itu juga harus
memperhatikan jarak tempuh yang akan dilewati. Berapa jam waktu tempuh yang akan
7
dilewati, sehingga dapat memperkirakan kapan harus berangkat dan kapan sampai
ditujuan.

Jangan mengangkut ayam, dengan keadaan kendaraan terlalu penuh/ padat dan lakukan
secukupnya saja. Proses pengangkutan ayam diusahakan tidak dilakukan pada siang hari,
namun dalam kondisi keadaan temperatur udara dingin yaitu siang menjelang sore atau
sebaiknya dilakukan pada malam hari, karena pada malam hari kondisi temperatur udara
tidak panas sehingga ayam tidak mudah stres saat diangkut. Apabila ayam saat diangkut
dalam kendaraan keadaan stres, maka kemungkinan besar terjadi kematian sangatlah
besar.

Kendaraan atau alat angkut yang dapat dipergunakan untuk mengangkut hasil panen
berupa ayam ini , pada umumnya berupa mobil truk dan mobil colt terbuka (pick up).
Mobil truk inipun juga ada dua macam besar dan kecil. Truk yang besar dapat mengangkut
ayam kurang lebih 1.700 s.d 1.800 ekor sedangkan mobil pick up dapat mengangkut ayam
sekitar 600 s.d 900 ekor. Yang jelas pada saat akan melakukan pengangkutan ternak
disesuaikan dengan kendaraannya.

Gambar 3. Truk Sedang Memuat Ayam

c. Pengafkiran Ternak
Dalam usaha pemeliharaan ayam broiler (pedaging) pengafkiran merupakan kegiatan yang
harus dilakukan. Karena sangat menentukan keberhasilan dalam usaha pemeliharaan
ternak. Pengafkiran sering disebut dengan istilah culling.

Culling atau pengafkiran ini ditekankan terhadap ternak-ternak yang mempunyai nilai
produksinya rendah atau ternak-ternak pertumbuhan lambat, ternak yang sakit, ternak
yang dalam keadaan cacat dan lain-lain.Kegiatan pengafkiran ternak dapat dimulai dari

8
DOC atau anak ayam masuk kekandang. Sambil peternak membuka box tempat ayam,
peternak melakukan seleksi dan menghitung jumlah ayam per boxnya.

Apabila ada anak ayam DOC (day Old Chick) yang catat seperti : kaki pengkor, paruh
cacat atau tidak normal, salah satu matanya cacat dan lainnya sebagainya langsung saja
ayam tersebut dipisahkan dikandang karantina atau kandang khusus.

Selain itu kegiatan pengafkiran dapat dilakukan setiap hari, dengan cara pengamatan
melihat performen ayam dikandang. Apabila ada ayam yang pertumbuhannya terlambat
(kerdil), kelihatan kurang lincah/ lesu atau ada gejala sakit ayam tersebut diambil dari
kelompoknya dan dipisahkan dikandang karantina atau kandang khusus. Setelah beberapa
hari dikandang karantina dan diberi perlakuan khusus seperti pakan, vitamin maupun obat-
obatan, menunjukan perubahan dan pertumbuhannya semakin baik dan normal kembali
bisa langsung dikembalikan lagi pada kelompok ayam yang sehat.

Pengafkiran ternak ayam dapat dilakukan pula saat ayam dipanen. Saat ayam dipanen
apabila bobot badannya masih dibawah target dari permintaan pembeli (konsumen), maka
ternak ayam tersebut dapat dimasuk kedalam kandang karantina. Ayam afkiran biasanya
dijual atau dipanen setelah semua ayam yang dipelihara dikandang dijual semua. Pada
intinya kegiatan pengafkiran ternak ayam broiler dapat dilakukan berdasarkan:
kesehatannya ayam, pertumbuhan atau bobot badannya, dan cacat/normal tidaknya
kondisi tubuh ayam. Ayam yang tidak dapat dijual karena culling, ditambah dengan
jumlah ayam yang mati kita sebut deplesi. Deplesi nanti digunakan pada perhitungan
Index Broiler.

5. Pembayaran
Pembayaran harus secara tunai/cash, pengalaman penulis jika dihutang maka akan sulit
penagihannya. Setelah ayam ditimbang sesuai DO maka kita akan menyampaikan informasi
ke pembeli jumlah ekor, berat timbangan dan jumlah uang yang harus dibayarkan sesuai harga
yang disepakati. Pembeli kemudian mentransfer uang ke rekening kita. Kita mengecek apakan
transfer sudah masuk atau belum dengan e banking. Setelah uang masuk maka mobil boleh
pergi dari farm kita. Jika uang trasnfer belum masuk tahan mobil jangan sampai meninggalkan
farm kita. Jika dalam bentuk kemitraan, maka setelah dipanen sesuai DO maka kita
melaporkan ke perusahaan mitra kita. Laporan bisa dengan foto dokumen dan dikirim lewat
media yang tersedia.
9
6. Menghitung Index Performance
Indikator suksesnya usaha ayam ras pedaging diketahui dengan menganalisis kinerja produksi
menggunakan parameter nilai IP. Indeks Performan (IP) merupakan salah satu parameter yang
digunakan untuk mengetahui keberhasilan pemeliharaan ayam ras pedaging pada setiap
periode. Peternak sebagai pelaku usaha harus mencapai IP optimal sehingga usahanya dapat
efisien. Perolehan nilai IP dapat dibandingkan dengan IP standar, berdasarkan literasi Medion
nilai IP dinyatakan stabil berada pada kisaran 300-350. Nilai IP dibawah 300 dikategorikan
kinerja produksinya kurang baik, sementara jika IP di atas 350 masuk kategori sangat baik.

Faktor IP digunakan sebagai acuan karena selain mempertimbangkan bobot badan, konversi
pakan, deplesi dan lama pemeliharaan cukup lengkap untuk menilai (Sjofjan, 2008). Fadilah
(2007) menilai semakin besar nilai IP yang diperoleh, semakin baik prestasi pemeliharaan
ayam dan semakin efisien penggunaan pakan. Nilai IP dihitung berdasarkan bobot panen,
konversi pakan (FCR), umur panen, dan jumlah presentase ayam yang hidup selama
pemeliharaan (Daya Hidup/DH).

Contoh hasil panen di P4TK Pertanian:


• Jumlah ayam yang dipanen 2816 ekor
• Pakan yang diberikan 7200 kg
• Berat panen 4475,4 kg
• FCR 1.5
• Berat rata-rata pada umur 27,69 hari = 1,59 kg
• Depelesi = 6,13%
• IP =( (jumlah ayam- deplesi) (%) x berat rata-rata (kg)/umur (hari) x FCR) x 100%
IP =( (100%-6,13%) x 1,59 kg/ 27,69 hari x 1,59) = 339 (kategori baik)

Jika ayam dipanen 2 tahap maka perhitungan rata-rata hari pemeliharaan sebagai berikut:
• Panen pertama 900 ekor umur 22 hari
• Panen kedua 2100 ekor umur 34 hari,
• Maka rata-rata umur (22X900) +(34x2100)/ 3000 =30,4 hari

10

Anda mungkin juga menyukai