Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH PENDIDIKAN PANCASILA

DEMOKRASI PERMUSYAWARATAN

Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Pancasila


Dosen Pengampu : ABD. MU’ID ARIS SHOFA, S.Pd, M.Sc

Disusun Oleh :
BILI RAMDANI (200522529611)
DEVA FEBRY GAVINDA (200522529634)
DIMAS HADI PRAYOGA (200522529609)
MOHAMAD ARDHANI WAHYU RIADIANTO (200522529620)

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


MALANG
2021
DAFTAR ISI

I PENGANTAR 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah 1
1.3 Tujuan 2
1.4 Manfaat 2

II PEMBAHASAN 3
2.1 Filsafat Demokrasi (Hakikat Demokrasi) 3
2.2 Rembug Desa 4
2.3 Konsep Syuro Islam 4
2.4 Sosial Demokrasi Barat 5
2.5 Konsep Demokrasi Permusyawaratan 7

III STUDI KASUS 10

IV KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 11


4.1 Kesimpulan 11
4.2 Rekomendasi 11

DAFTAR PUSTAKA 12

2
I PENGANTAR

I.1 Latar Belakang

Saat ini Indonesia merupakan salah satu negara yang menganut sistem demokrasi
dalam pemerintahannya. Pelaksanaan demokrasi di Indonesia selalu mengalami
perubahan secara dinamis sejak awal kemerdekaan hingga sekarang. Beragam istilah
dikenal dalam pelaksanaannya seperti demokrasi parlementer, demokrasi terpimpin,
demokrasi liberal, demokrasi terpimpin, demokrasi liberal, demokrasi pancasila, dan
demokrasi permusyawaratan (Untari, 2018).
Demokrasi merupakan konsep pemerintahan suatu negara di mana hukum,
kebijakan, kepemimpinan, dan usaha besar secara langsung atau tidak langsung
diputuskan oleh rakyat yang merupakan sebuah kelompok yang secara historis hanya
terdiri dari sebagian kecil penduduk (Dahl, 2021). Sistem demokrasi dilaksanakan
untuk menciptakan kehidupan masyarakat yang sejahtera, adil dan makmur dengan
konsep yang mengedepankan keadilan, kejujuran dan keterbukaan (Kurniawan,
2020)..
Ide “Demokrasi Permusyawaratan” berdasarkan prinsip-prinsip Pancasila
merupakan usaha sadar yang telah dibangun oleh para pendiri bangsa Indonesia untuk
membuat apa yang disebut “Putnam” (making democracy work), atau apa yang disebut
“Saward” (mengakar) dalam konteks keindonesiaan. Dalam pernyataan Soekarno:
“Demokrasi yang kita jalankan adalah demokrasi Indonesia, membawa kepribadian
Indonesia sendiri. Jika tidak bisa berpikir demikian itu, kita nanti menyelenggarakan
apa yang menjadi amanat penderitaan rakyat itu” (Alam, 2003).

I.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka dituliskan


perumusan masalah sebagai berikut:

3
I.2.1 Bagaimana konsep dasar demokrasi permusyawaratan ?

I.2.2 Bagaimana dinamika pelaksanaan demokrasi permusyawaratan di


lingkungan masyarakat ?

I.2.3 Apa saja tantangan yang akan dihadapi ketika pelaksanaan demokrasi
permusyawaratan di Indonesia ?

I.3 Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dituliskannya makalah


ini adalah sebagai berikut:

I.3.1 Mengetahui konsep dasar permusyawaratan;

I.3.2 Mengetahui dinamika pelaksanaan demokrasi permusyawaratan di


lingkungan masyarakat;

I.4 Manfaat

Manfaat yang ingin diperoleh dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:

I.4.1 Bagi Penulis

Sebagai sarana dalam mengembangkan kemampuan menganalisis


permasalahan-permasalahan yang terjadi di masyarakat dan menanamkan
sikap kecintaan terhadap sesama bangsa melalui nilai-nilai demokrasi.

I.4.2 Bagi Mahasiswa

Sebagai bahan referensi untuk penelitian lanjutan yang lebih mendalam.

I.4.3 Bagi Masyarakat

Sebagai bahan informasi dan sumber landasan dalam pengambilan


keputusan kehidupan apabila mengalami kondisi yang berkaitan.

4
II PEMBAHASAN

II.1 Filsafat Demokrasi (Hakikat Demokrasi)

II.1.1 Pengertian Demokrasi

Demokrasi merupakan bentuk atau mekanisme pemerintahan suatu


negara atas negara untuk dijalankan oleh pemerintah negara itu sendiri. Pilar
demokrasi membagi tiga kekuasaan politik, yaitu eksekutif, legislatif, dan
yudikatif.
Pengertian demokrasi dapat diartikan menjadi dua, yaitu secara bahasa
dan istilah. Secara bahasa demokrasi berasal dari bahasa Yunani yaitu “demos”
yang memiliki arti rakyat atau penduduk suatu tempat dan “cretein” atau
“cratos” yaitu kekuasaan atau kedaulatan (Sri Hutomo, 2020). Jadi secara
bahasa demos-cretein atau demos-cratos adalah keadaan suatu negara dimana
dalam system pemerintahan kedaulatan berada pada rakyatnya. Adapun
pengertian demokrasi secara istilah sebagaimana telah dikemukakan oleh para
ahli, yaitu sebagai berikut:
a. Joseph A. Schemer
Demokrasi merupakan suatu perencanaan institusional untuk
mencapai keputusan politik dimana individu-individu memperoleh
kekuasaan untuk memutuskan cara perjuangan kompetitid atas suara
rakyat.
b. Sidney Hook
Demokrasi adalah bentuk pemerintahan dimana keputusan-
keputusan pemerintah yang penting secara langsung atau tidak
langsung didasarkan pada kesepakatan mayoritas yang diberikan
secara bebas dari rakyat dewasa.
c. Philippe C. Schmitter
Demokrasi merupakan suatu teori yang menyakan bahwa suatu
negara supaya tanggap terhadap kebutuhan maupun kepentingan
warganya. Dimana, warganya harus ikut berpartisipasi dalam

5
merumuskan kebutuhan dan mengungkapkan kepentingan-
kepentingan secara aktif dan bebas.
d. Henry B. Mayo
Demokrasi adalah suatu kebijaksanaan umum yang ditentukan
atas dasar mayoritas oleh wakil-wakil yang secara efektif diawasi oleh
rakyat melalui berbagai macam pemilihan dilakukan berdasarkan pada
prinsip kesamaan politik dan diselenggarakan dalam suasana dimana
kebebasan politik terjadi.
e. Affan Ghaffar (2000)
Memaknai demokrasi dalam dua bentuk, yaitu pemaknaan secara
normatif (demokrasi normatif) adalah demokrasi yang secara ideal ingin
diwujudkan oleh negara dan empiris (demokrasi empiris) adalah
demokrasi yang terwujud dalam dunia politik. (Rangga, 2020)

II.2 Rembug Desa

Rembug Desa dapat diartikan seperti musyawarah, yaitu berunding tentang


situasi dan kondisi yang terdapat pada desa. Tujuan dilaksanakannya rembug desa
yang melibatkan semua komponen masyarakat yaitu:
 Menumbuhkan partisipasi masyarakat dalam mengelola;
 Meyepakati prioritas kebutuhan dan masalah yang mendesak untuk
direalisasikan dalam bentuk program maupun kegiatan yang akan
dilaksanakan di desa;
 Menyelesaikan suatu masalah yang terdapat pada desa, karena sifat
warga yang ada di desa masih sering melaksanakan kegiatan gotong
royong. Maka rembug desa sangat berguna bagi warga pedesaan yang
sedang menghadapi suatu masalah (Nurohmah, 2017).

II.3 Konsep Syuro Islam

Pada dasarnya agama Islam adalah agama yang mengajarkan bahwa Allah
SWT adalah satu-satunya penguasa alam raya ini. Hal ini didasarkan di dalam satu
surah yang ada di dalam al Qur’an yang artinya: Dia lah yang Maha Mengetahui,

6
Maha Kuat, dan yang paling berhak untuk disembah dan ditaati secara murni dan
tanpa syarat. Dalam hal ini, manusia hanyalah seorang yang diberikan ilmu
pengetahuan relatif, tidak mempunyai kekuatan-kekuatan yang mutlak, dan
memiliki martabat yang sama dihadapan Allah SWT. Oleh karena itu, segala hal
dalam diri manusia, termasuk keimanan itu sendiri, harus berdasarkan keyakinan
manusia itu sendiri tanpa adanya unsur ancaman dan paksaan. Berdasar keyakinan
ini, setiap manusia tidak bisa memutuskan suatu persoalan yang menyangkut
orang lain secara seenaknya sendiri, ia juga tidak bisa menuntut bahwa dirinya
bebas dan kebal dari setiap pertanggung jawaban atas perbuatannya itu sendiri.
Maka dari itu, al Qur’an telah mengajarkan sistem syuro atau partisipasi orang
lain dalam membuat suatu kebijakan mengenai suatu perkara yang menyangkut
kehidupan umum atau sosial.
Berdasarkan etimologi, syuro atau al musyawaroh dan al masyuroh,
berasal dari pecahan kata syawwaro yang memiliki arti mengeluarkan,
menampakkan, serta bantuan. Sedangkan berdasarkan terminologi syuro berarti
tuntutan mengeluarkan opini dari mereka yang memiliki ilmu dan pengetahuan
terhadap suatu perkara agar mendekati kebenaran. Menurut Mahmud al Khalidi di
dalam bukunya (Al Khalidi, 1984, p.15) mengungkapkan bahwa musyawarah
adalah perkumpulan manusia yang sedang mencari kebenaran dengan cara
mengeluarkan berbagai opini pada suatu perkara tertentu, agar mencapai sebuah
keputusan. Syuro tidak hanya terbatas dalam dunia perpolitikan saja. Ia juga
sangat bermanfaat untuk diterapkan dalam segala bidang kehidupan yang
mencakup kebaikan bersama (Zein, 2019)

II.4 Sosial Demokrasi Barat

Demokrasi Barat adalah demokrasi yang dianut oleh Negara-negara Eropa


Barat dan Amerika. Demokrasi Barat disebut juga sebagai demokrasi liberal.
Demokrasi liberal yang dianut oleh kaum komunis disebut demokrasi kapitalis.
Tujuan dari demokrasi Barat adalah agar sebagian manusia tidak dianggap sebagai
alat belaka, melainkan menusia dipandang sebagai makhluk hidup yang memiliki
tujuannya sendiri secara independen. Berdasarkan catatan sejarah, sistem

7
demokrasi Barat ini pertama kali diterapkan oleh Kerajaan Prancis pada masa
peristiwa Revolusi Prancis tahun 1789.
Sistem demokrasi Barat memiliki beberaa ciri, yaitu:
1. Sangat menekankan kebebasan/kemerdekaan setiap individu;
2. Sangat menjunjung tinggi hak-hak asasi manusia yang utama seperti
hak hidup, hak kemerdekaan, hak mengejar kebahagiaan, dan lain-
lain;
3. Dalam sistem pemerintahan, terbagi atas beberapa kekuasaan, yaitu
kekuasaan legislatif, eksekutif, dan yudikatif;
4. Menganggap sistem demokrasi sebagai sistem politik yang paling
tepat untuk suatu negara karena hak-hak asasi manusia itu terlindungi;
5. Infra struktur/struktur sosial selalu berusaha untuk mewujudkan
tegaknya demokrasi dan tumbangnya sistem kediktatoran;
6. Adanya homo seksual dan lesbianisme yang disebabkan penekanan
kepada kebebasan individu;
7. Melahirkan sekularisme, yaitu paham yang memisahkan antara negara
dengan agama. Menurut pemahaman mereka, agama adalah urusan
masyarakat sedangakan negara adalah urusan pemerintah. Oleh karena
itu, pemerintah tidak boleh turut campur dalam hal agama;
8. Menentang ajaran komunisme yang menganut sistem kediktatoran
sehingga hak-hak asasi manusia banyak dirampas;
9. Melahirkan kelas ekonomi yang terdiri dari kelas ekonomi kuat dan
lemah. Saat ini sedang diusahakan dalam Sistem politik liberalisme
modern untuk menghilangkan jurang pemisah antara golongan kaya
dan golongan miskin;
10. Berusaha dengan keras untuk mewujudkan kesejahteraan terhadap
seluruh anggota masyarakat atau seluruh warga negara. Mengingat
penderitaan dan kesengsaraan dapat menyebabkan perbuatan-
perbuatan yang bertentang dengan konstitusi negara;
11. Adanya budaya yang tinggi dengan menjungjung tinggi kreatifitas,
produktifitas, efektifitas, dan inovasitas warga negaranya;

8
12. Mengusahakan di dalam negaranya suatu pemilihan umum yang
berasas luber sehingga pergantian pemerintahan berjalan secara
normal;
13. Menentang sistem politik kediktatoran karena meniadakan Hak Asasi
Manusia (2011).

Demokrasi yang terjadi di Barat pada abad ke-18 saat itu, masih
mendapat kritik keras dari para ahli politik. Leislie Lipson melihat tiga
masalah dalam sistem demokrasi:

1. Potensi tirani mayoritas terhadap kelompok minoritas;


2. Kenyataan demokrasi cenderung menempatkan orang-orang bodoh
dalam tupuk kekuasaan;
3. Demokrasi hanya berupa ilusi, jika bukan kebohongan. Hal ini
diargumentasikan sebagai sesuatu yang berpura-pura membantu dan
melindungi minoritas.

Kritik Leislie Lipson pun semakin diperkuat dengan terbuktinya


kemunafikannya orang-orang Barat soal demokrasi. Hal ini dapat dilihat dari
bagaimana negara-negara Barat memperlakukan negara-negara muslim sesuai
keuntungannya sendiri. Mekanisme demokrasi dapat ditoleransi jika yang
berkuasa atau yang menang adalah kelompok sekuler atau liberal. Jika yang
menang adalah kelompok yang anti Barat, maka tidak segan-segan Barat akan
menjatuhkan kekuasaan tersebut (Rozi and Heriwanto, 2019)

II.5 Konsep Demokrasi Permusyawaratan

Konsep demokrasi permusyawaratan sangat erat kaitannya dengan


substansi dari sila ke-4 Pancasila. Pada substansi sila ke-4 disebutkan bahwa
“Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan”. Sila ini bermaksud bahwa prinsip musyawarah
harus dikedepankan untuk mencapaikan mufakat melalui wakil-wakilnya dan
badan-badan perwakilan dalam memperjuangkan hak rakyat Indonesia. Bila
ditelaah lebih lanjut, arti dan makna Sila ke-4 adalah sebagai berikut:

9
a. Hakikat sila ini adalah demokrasi, yaitu pemerintah dari rakyat, oleh
rakyat dan untuk rakyat;
b. Permusyawaratan, yaitu membuat kebijakan secara bulat dengan
dilakukan secara bersama dengan melalui jalan kebijaksanaan.
c. Menerapkan keputusan berdasarkan kejujuean, keputusan secara bulat,
sehingga membawa konsekuensi kejujuran bersama.
d. Terkandung asas kerakyatan, yaitu rasa kecintaan terhadap rakyat,
memperjuangkan cita-cita rakyat, dan memiliki jiwa kerakyatan. Dasar
musyawarrah untuk mufakat yaitu memperhatikan dan menerima suara
seluruh rakyat melalui forum permusyawaratan, menghargai
perbedaan, dan memprioritaskan kepentingan rakyat, bangsa, dan
negara.

Konsep demokrasi permusyawaratan tidak bersifat majoritarisme, konsep


demokrasi permusyawaratan lebih memprioritaskan musyawarah mufakat. Hal ini
dikarenakan musyawarah merupakan tindakan bersama untuk merumuskan dan
mewujudkan kemaslahatan bersama. Namun, bermusyawarah tidak hanya
mewakili semua dambaan yang rakyat inginkan, tetapi juga harus
menyeimbangkan antara masyarakat minoritas dan masyarakat mayoritas.

Bermusyawarah sering disamaartikan dengan deliberatif. Berdasarkan


teori, demokrasi deliberatif adalah suatu pandangan bagaimana mengaktifkan
individu masyarakat sebagai warga negara untuk berkomunikasi secara benar,
sehingga komunikasi yang terjadi pada tingkat warga itu dapat mempengaruhi
pengambilan keputusan publik pada tingkat sistem politik. Jika dihubungkan
dengan teori dialog, terdapat empat tingkatan dialog, yakni dialog disintegrasi,
dialog dialogis, dialog integratif, dan dialog mendalam. Tingkatan dialog tersebut
tahap tertingginya adalah dialog mendalam yang pada dasarnya inilah
musyawarah mufakat. Dalam penerapan musyawarah/ dialog mendalam
diperlukan beberapa hal, yakni wawasan, logika, dan menghadirkan hati. Dalam
hal ini, aktivitas musyawarah juga mensyaratkan 3 hal, yakni:

a. Adanya komunikasi dua arah;


b. Prinsip saling memberi yang terbaik;

10
c. Menjalin hubungan kesederajatan dan keberadaban serta empatisitas
yang tinggi.

Demokrasi permusyawaratan pada dasarnya merupakan demokrasi


pancasila. Hal ini bisa diketahui dari ciri-ciri yang ada pada demokrasi pancasila,
berikut adalah ciri-ciri demokrasi pancasila:

a. Demokrasi yang Berketuhanan Yang Maha Esa


Hal ini bermaksud bahwa dalam sistem penyelenggaraan negara
harus taat, konsisten, dan sesuai dengan nilai dan kaidah dasar
Ketuhanan Yang Maha Esa.
b. Demokrasi dengan kearifan
Hal ini bermaksud bahwa dalam penerapannya demokrasi
dilandaskan dengan aturan yang bersumber dari hukum nasional
UUD 1945. Demokrasi diterapkan secara konstitusional, bukan
berdasarkan naluri, kekuatan otot, atau kekuatan massa pelaksananya.
c. Demokrasi yang berkedaulatan rakyat
Hal ini bermaksud bahwa demokrasi permusyawaratan
menempatkan kekuasaan tertinggi pada tangan rakyat. Dengan
demikian, rakyatlah yang memiliki kedaulatan terhadap negara ini.
d. Demokrasi berdasarkan peraturan hukum
Hal ini bermaksud bahwa hukum sangat bermanfaat dalam
pelaksanaan kekuasaan negara Republik Indonesia secara benar.
e. Demokrasi dengan pemisahan kekuasaan negara
Demokrasi Pancasila menurut UUD 1945 meliputi pembagian
maupun pemisahan kekuasaan dengan menerapkan sistem
pengawasan dan perimbangan, sehingga tidak ada pelaksanaan
kekuasaan yang melampaui batas kewenangannya.
f. Demokrasi dengan hak asasi manusia
Hal ini bermaksud bahwa demokrasi dilandaskan pada UUD NRI
tahun 1945 yang menjunjung tinggi dan mengakui HAM dengan
tujuan bukan hanya menghormati hak tersebut, namun juga
meningkatkan integritas dan derajat sebagai seorang manusia.

11
g. Demokrasi dengan pengadilan yang merdeka
Hal ini bermaksud bahwa dalam menciptakan sistem pengadilan
yang bebas merdeka dengan memberi kesempatan sebesar-besarnya
kepada pihak yang berkepentingan untuk mencari dan menemukan
hukum yang paling adil.
h. Demokrasi dengan otonomi daerah
Hal ini bermaksud bahwa demokrasi pancasila dijalankan dengan
prinsip otonomi dimana pemerintahan memberikan tugas dan
kedaulatan pada daerah-daerah baik provinsi, maupun
kabupaten/kota namun tetap menjunjung tinggi NKRI. Tujuannya
supaya bisa mengatur dan menyelenggarakan urusan-urusan
pemerintah sebagai urusan rumah tangganya sendiri yang diserahkan
oleh pemerintah pusat.
i. Demokrasi dengan kemakmuran
Hal ini bermaksud bahawa suatu kekuasaan harus dipergunakan
secara bertanggungjawab supaya dapat membangun negara yang
makmur oleh rakyat dan untuk rakyat Indonesia yang mencakup
semua aspek hak dan kewajiban, kedaulatan rakyat, pembagian
kekuasaan, dan otonomi.
j. Demokrasi yang berkeadilan sosial
Hal ini bermaksud bahwa demokrasi ini sangat menjunjung tinggi
keadilan sosial diantara berbagai kelompok, dan masyarakat (Untari,
2018).

12
III STUDI KASUS

Penyusunan makalah ini menggunakan metodologi kepustakaan, yang


difokuskan pada pencarian melalui bahan kepustakaan maupun pencarian melalui
situs-situs yang bersangkutan.

IV KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

IV.1 Kesimpulan

Pada dasarnya demokrasi permusyawaratan adalah demokrasi yang sesuai


dengan demokrasi pancasila. Sebagaimana makna yang tercantum dalam sila ke-4
yakni rakyatlah yang merupakan pemegang kedaulatan tertinggi dalam negara.
Kedaulatan yang baik dapat tewujud apabila dilakukannya musyawarah mufakat.
Di sisi lain, dalam proses implementasi demokrasi permusyawaratan dalam
sejarah bangsa mengalami perubahan terus menerus seiring dengan tuntutan dan
perubahan politik yang disebabkan karena pesatnya perubahan arus globalisasi.
Tetapi, dalam hal ini proses penerapan demokrasi permusyawaratan terus
mengalami kemajuan walaupun banyak berbagai tantangan yang sering terjadi
pada saat ini, seperti Munculnya tirani mayoritas, adalah perlakuan brutal
terhadap sekelompok kecil orang oleh kelompok yang lebih besa, dan
diabaikannya hak-hak mereka sebagai minoritas atau apa yang diyakini minoritas
sebagai hak mereka.

IV.2 Rekomendasi

Berdasarkan uraian tersebut, dapat dipelajari bahwa nilai-nilai yang


terkandung dalam Demokrasi Pancasila bukan hanya tentang kebebasan. Lebih
dari itu, Demokrasi Pancasila juga mengedepankan sifat-sifat kemanusiaan dalam
berbagai penerapannya. Sifat-sifat kemanusiaan tersebut dapat terwujud apabila
kita menerapkan konsep musyawarah untuk mufakat. Oleh karena itu,
diperlukannya konsep kemerdekaan dalam setiap individu yang tetap bertanggung

13
jawab secara moral, kepada Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, masyarakat,
bangsa, negara, ataupun orang lain.

DAFTAR PUSTAKA

Alam, W. T. (2003) Demi bangsaku: pertentangan Bung Karno vs. Bung Hatta.
Gramedia Pustaka Utama.

Dahl, R. A. (2021) democracy | Definition, History, Meaning, Types, Examples,


& Facts, Encyclopedia Britannica. Available at:
https://www.britannica.com/topic/democracy (Accessed: 29 April 2021).

Kurniawan, A. (2020) Tujuan Demokrasi dalam Sistem Pemerintahan, Berikut


Manfaatnya Bagi Rakyat Halaman 3, merdeka.com. Available at:
https://www.merdeka.com/jabar/tujuan-demokrasi-dalam-sistem-
pemerintahan-berikut-manfaatnya-bagi-rakyat-kln.html (Accessed: 29
April 2021).

Nurohmah, G. (2017) ‘Rembug Rakyat Desa Sudah dimulai, Untuk Indonesia


yang Berkeadilan Sosial’, Bina Desa, 28 September. Available at:
https://binadesa.org/rembug-rakyat-desa-sudah-dimulai-untuk-indonesia-
yang-berkeadilan-sosial/ (Accessed: 5 May 2021).

Rangga, A. (2020) ‘√ [Lengkap] 25 Pengertian Demokrasi Menurut Para Ahli’,


Cerdika, 23 July. Available at: https://cerdika.com/pengertian-demokrasi-
menurut-para-ahli/ (Accessed: 29 April 2021).

Rozi, S. and Heriwanto, H. (2019) ‘Demokrasi Barat: Problem dan Implementasi


di Dunia’, JURNAL AL-AQIDAH, 11(2), pp. 189–207. doi:
10.15548/ja.v11i2.1422.

14
Seftiean (2011) demokrasi barat vs demokrasi indonesia | Seftiean’s Blog.
Available at: https://seftiean.wordpress.com/2011/04/10/demokrasi-barat-
vs-demokrasi-indonesia/ (Accessed: 3 May 2021).

Sri Hutomo, M. (2020) Demokrasi: Pengertian dan Contohnya di Indonesia -


indomaritim.id. Available at: https://indomaritim.id/demokrasi-pengertian-
dan-contohnya-di-indonesia/ (Accessed: 29 April 2021).

Untari, S. (2018) ‘Pelembagaan Demokrasi Permusyawaratan Dinamika dan


Tantangan Bagi Masa Depan Indonesia.’, p. 11.

Zein, F. M. (2019) ‘Konsep Syuro dalam Perspektif Islamic Worldview’,


POLITEA, 2(2), p. 199. doi: 10.21043/politea.v2i2.5910.

15

Anda mungkin juga menyukai