ABSTRAK
Abdul Hopid, NPM 15461108. Analisis Jual Beli Golok Cara Panjar Dalam Perspektif Ekonomi Syariah Di
PG. Binangkit Kp. Cibeureum Tanjungsiang Subang. Program Studi Ekonomi Syariah, STIES Indonesia
Purwakarta, 1441 H/2019 M.
Dalam Islam bermuamalah adalah salah satu bentuk kemudahan bagi manusia untuk memenuhi segala
sesuatu yang berhubungan dengan kebutuhan hidupnya sehari-hari sebagai mahluk hidup maupun mahluk
sosial, diantara tindakan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan materi ialah jual beli dengan sistem panjar,
namun beberapa masyarakat masih belum memahami tentang praktek jual beli dengan sistem panjar dalam
perspektif ekonomi syariah.
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pelaksanaan jual beli golok dengan sistem panjar di PG.
Binangkit Kp. Cibeureum Tanjungsiang-Subang, Tinjauan ekonomi syariah terhadap jual beli golok dengan
sistem panjar dan langsung di PG. Binangki Kp. Cibeuruem Tanjungsiang-Subang.
Kerangka pemikiran pada penelitian ini bahwa perjanjian jual beli golok dengan sistem panjar yang
dilakukan oleh kebanyakan masyarakat Kp. Cibeureum Tanjungsiang-Subang, dengan cara pembeli
memberikan uang muka untuk jaminan bahwa diwaktu yang telah ditentukan pembeli akan melunasi sisa
harga golok setelah dikurangi dengan uang muka untuk memiliki golok keinginan pembeli dengan perjanjian
yang telah disepakati.
Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif dengan pendekatan empiris, teknik pengumpulan
data yang digunakan adalah obsevasi, wawancara, dokumentasi. Dalam penelitian ini sumber data terdiri dari
data primer yakni pengelola dan pemilik PG. Binangkit Kp. Cibeureum Tanjungsiang-Subang dan data
sekunder berupa catatan atau arsip yang ada di PG. Binangkit.
Mengenai jaul beli dengan sistem panjar fikih As-Syafi’i berpendapat tidak sah, berdasarkan hadis
yang diriwayatkan oleh Amru bin Syuaib yang berbunyi, “dari amru bin Syu’aib dari ayahnya dan kakeknya
meridhoi Allah akanya bahwa Nabi bersabda: Nabi saw melarang jual-beli ‘urban‛ (HR Abu Daud)”.
Pemahaman fiqh As-Syafi’i ini untuk menghidari dari isi kandungan surah an-Nisa ayat 29. Yang berbunyi.
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil,
kecuali dengan jalan perniagaan yang Berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. dan janganlah kamu
membunuh dirimu Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu” Sedangkan Pemahaman fikih
Hanbali tentang jual beli uang muka berpendapat bahwa jual beli tersebut adalah sah. Berdasarkan Hadis yang
diriwayatkan oleh Zaid bin Aslam dan Atsar sahabat atau praktek sahabat Nabi saw, yaitu Umar yang
membeli bangunan penjara kepada Safwan bin Ummayyah. “Rasulullah Saw ditanya tentang jual-beli sistem
‘urbun, dan beliau membolehkannya.” Pendapat yang berhubungan erat di PG. Binangkit Cibeureum
Tanjungsiang tentang pelaksanaan jual beli golok dengan system uang panjar adalah pendapat fikih Hanbali
dimana praktek tersebut melakukan jual beli golok dengan memakai uang panjar karena jual beli yang terjadi
di PG. Binangkit Cibeureum Tanjungsiang adalah boleh karena hal tersebut untuk memastikan
keberlangsungan transaksi dan jaga-jaga atas jual beli golok. Selanjutnya tinjauan ekonomi syariah
berdasarkan hasil analisis peneliti maka transaksi jual beli golok baik dengan sistem panjar dan langsung di
PG. Binangkit sudah sesuai dengan syariah baik dari ketentuan terkait sighat al-aqd, para pihak yang berakad,
Mutsman/mabi’ (Objek),dan ketentuan terkait Tsaman atau harganya.
Kata Kunci : Panjar Menurut Perspektif Ekonomi Syariah, Fatwa Dewan Syariah Nasional.
Abstract
Abdul Hopid, NPM 15461108. Analysis of Buying and Selling Machetes of the Advanced Method in the
Sharia Economic Perspective in PG. Binangkit Kp. Cibeureum Tanjungsiang Subang. Sharia Economics
Study Program, STIES Indonesia Purwakarta, 1441 H / 2019 M.
In Islam bermuamalah is one form of convenience for humans to fulfill everything related to their daily
needs as living creatures and social beings, among the actions of society to meet material needs is the sale and
purchase of the down payment system, but some people still do not understand about the practice of buying
and selling with an advance system in the perspective of Islamic economics.
This study aims to describe the implementation of buying and selling machetes with the down payment
system in PG. Binangkit Kp. Cibeureum Tanjungsiang-Subang, Sharia economic review of the sale and
purchase of machetes with an advance system and directly at PG. Binangki Kp. Cibeuruem Tanjungsiang-
Subang.
The framework of thought in this study is that the sale and purchase of machetes with the down
payment system is carried out by most people in Kp. Cibeureum Tanjungsiang-Subang, by the way the buyer
provides an advance for a guarantee that at the time specified the buyer will pay the remaining price of the
machete after deducting the advance payment to have the buyer's desire machete with the agreed agreement.
This research is a type of qualitative research with an empirical approach, data collection techniques
used are observation, interviews, documentation. In this study the data source consisted of primary data,
namely the manager and owner of PG. Binangkit Kp. Cibeureum Tanjungsiang-Subang and secondary data in
the form of records or archives in PG. Binangkit.
Regarding the purchase of jaul with the system of fiqh advance As-Syafi'i argues that it is
invalid, based on the hadith narrated by Amru bin Syuaib which reads, "from Amru bin Syu'aib from
his father and his grandfather blessed Allah to him that the Prophet said: The Prophet forbade the
sale buy 'urban ‛(Abu Daud HR)". Understanding of As-Shafi'i fiqh is to avoid the contents of surah
an-Nisa verse 29. Which reads. "O you who believe, do not eat your neighbor's property in a false
way, except in the way of business that applies with mutual affection among you. and do not kill
yourself, Verily, Allah is the Most Merciful to you "While the understanding of the Hanbali
Jurisprudence regarding the sale and purchase of advances believes that buying and selling is
legitimate. Based on the Hadith narrated by Zaid bin Aslam and Atsar Companions or practices of
the Companions of the Prophet, namely Umar who bought the prison building to Safwan bin
Ummayyah. "The Messenger of Allah was asked about the sale and purchase of the Urbun system,
and he allowed it." Opinions that are closely related in PG. Binangkit Cibeureum Tanjungsiang
regarding the implementation of buying and selling machetes with the down payment system is the
opinion of Hanbali fiqh where the practice of buying and selling machetes using deposit is due to the
buying and selling that occurs in PG. The Cibeureum Tanjungsiang Binangkit is permissible because
it is to ensure the continuity of the transaction and the guard against the machete sale. Furthermore, a
review of sharia economics is based on the results of the analysis of researchers, the sale and
purchase of machetes both with the downward system and directly at PG. Binangkit is in accordance
with sharia both from the provisions relating to sighat al-aqd, the parties who have the intention,
Mutsman / mabi (object), and the provisions related to Tsaman or its price.
Keywords: Panjar According to Sharia Economic Perspective, National Sharia Council Fatwa
1
Rosidi Suherman, Pengantar Teori Ekonomi (Aceh: Badan Arsip Perpustakaan, 2009), 15.
Pendekatan Pada Teori Ekonomi Mikro dan Makro 3
M. Chairul Basrun, Ilmu Sosial Budaya
(Jakarta: Raja Grapindo Persada, 2006), 49. (Maluku: Universitas Iqra Buru, 2014), 6.
untuk menjadi satu dengan suasana alam pernah disinggung didalam Al-Qur’an dan Hadist
sekelilingnya. secara langsung, maka hukumnya dikembalikan
kepada hukum asal muamalah, yaitu dibolehkan.
Bermuamalah adalah salah satu bentuk Para ulama menyebutkan hal tersebut dengan
kemudahan bagi manusia untuk memenuhi segala mengemukakan kaidah fiqih yang berbunyi :
ِ ِ
sesuatu yang berhubungan dengan kebutuhan ُص ُل يِف اْ َلع َادات اَل َْع ْف ُو فَاَل حَيْ َفظُْر مْنهُ اَاَّل َما َحَر َم اهلل
ْ َ اَأْل
hidupnya sehari-hari sebagai mahluk individu
“Hukum asal dalam muamalat adalah
maupun mahluk sosial, seiring bergulirnya waktu
pemanfaatan, tidak ada yang diharamkan kecuali
dan berkembangnya zaman dalam hal
apa yang diharamkan Allah SWT”.6
bermuamalah di era globalisasi sekarang ini sangat
beragam dengan bermacam-macam cara untuk
Hukum asal dalam transaksi muamalah
memenuhi kebutuhan masing masing. Menurut
adalah halal. Semua transaksi yang tidak ada dalil
Abdul Rahman Ghazali aturan aturan Allah SWT
syariat yang mengharamkannya diperbolehkan.
untuk mengatur manusia dalam hidup dan
panjar berisi unsur kerjasama, tolong-menolong
kehidupan terdapat pada muamalah.4
dalam kebaikan dan taqwa, karena ia adalah salah
Setiap orang mempunyai perbedaan
satu cara memenuhi kebutuhan orang yang butuh
kemampuan karena fitrah manusia diciptakan
dan menolong mereka untuk menjauhi muamalat
dengan kelebihan dan kekurangan tersendiri. Jika
terlarang. Sebagai sarana tolong menolong antara
mempunyai kelebihan pada suatu bidang tentu di
sesama umat manusia mampunyai landasan yang
sisi yang lain memiliki kekurangan. Untuk
kuat dalam Al-Qur’an. Dalam hal ini, Allah SWT
memenuhi kebutuhan yang tidak dimiliki adalah
berfirman, Q.S Al-Maidah ayat 2:
dengan jual beli dengan orang lain. Permasalahan
yang timbul dari transaksi jual beli di masyarakat
“Dan tolong-menolonglah kamu dalam
sekarang ini adalah penerapan uang panjar atau
(mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan
biasa disebut uang muka, DP (down of payment),
tolong-menolong dalam berbuat dosa dan
atau al-urbun.5
pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah,
Secara mutlak panjar adalah bagian dari adat
sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya”.(QS.
dalam bidang muamalah. Dalam kegiatan
Al-Maidah : 2).7
muamalah dituntut untuk senantiasa berpegang
teguh pada ajaran-ajaran islam sebagai sumber
Untuk melakukan kegiatan jual-beli, Islam
etikanya yang didalamnya harus melibatkan
menghendaki agar dilakukan dengan cara yang
prinsip-prinsip muamalah. Panjar secara umum
sah. Kegiatan jual-beli hendaknya tidak dijadikan
termasuk muamalat yang belum
ajang bisnis yang kurang sehat, dalam arti pihak
yang mengadakan transaksi tidak merasa
dirugikan. Dalam hal ini, mempunyai landasan
4
Abdul Rahman Ghazaly, dkk., Fiqih menyelesaikan masalah masalah yang praktis ( Jakarta:
Muamalah (Jakarta: Kencana, 2010), 3. Kencana, 2007), 130.
5
A. Mas’adi,’Fiqh Muamalah Konstektual’ 7
Andi Subarkah, dkk., Syaamil Al-Qur’an
( Jakarta: Pt. Raja Grafindopersada, 2002), 7. (Bandung:Perpustakaan Nasional, 2012), 106.
yang kuat dalam Al-Qur’an dan Hadist. Dalam dapat dimanfaatkan oleh si pembeli di dasarkan
Firman Allah SWT Q.S Al-Baqarah:275: atas saling rela.
َوأَ َح َّل هّللا ُ ْالبَ ْي َع َو َح َّر َم ال ِّربَا Sebuah fenomena yang cukup menarik,
“Sesungguhnya Allah SWT telah berhasil penyusun temui dari pengamatan terhadap
8
menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba”. kegiatan jual beli golok dengan cara di panjar di
kampung Cibeureum. Pada kasus ini yang unik
ْ ب
:أطيَبُ ؟ فَقَا َل ِ أَيُّ ْال َك ْس:ُسئِ َل النَّبِ ُّي صلى هللا عليه وسلم adalah keberadaan panjar dalam jual beli golok.
)(رواه ابزار والحاكم.َع َم ُل ال ّر ُج ِل بِيَ ِد ِه َو ُكلُّ بَي ٍْع َم ْبرُوْ ٍر Ada pihak yang menganut pandangan bisnis bahwa
“Rasulullah SAW. Ditanya salah seorang panjar merupakan perjanjian, jika terjadi
sahabat mengenai pekerjaan (profesi) apa yang pembatalan transaksi uang tersebut tidak boleh
paling baik. Rasulullah saw. Menjawab: usaha dikembalikan adalah boleh. Ada juga yang
tangan manusia sendiri dan setiap jual beli yang menganggap praktek tersebut memanfaatkan
diberkati” (HR. Al-Bazzar dan Al-Hakim). kesempatan dalam kesempitan sehingga merugikan
salah satu pihak. Hal itu disebabkan tidak ada
Berdasarkan ayat dan hadist di atas bahwa bukti, atau surat perjanjian pada waktu
manusia dilarang memperoleh harta dengan jalan pembayaran uang panjar tentang kejelasan, tindak
bathil yang akan merugikan orang lain. Islam lanjut, ataupun aturan main yang harus ditaati oleh
mengajarkan kepada umatnya agar di dalam calon pembeli maupun penjual setelah transaksi
memperoleh harta dengan jalan yang baik dan panjar tersebut dilakukan.10
benar serta tidak merugikan orang lain. Setiap Jual beli yang dilakukan harus membawa
umat Islam boleh mencari nafkah dengan cara jual manfaat bagi kedua belah pihak dan tidak
beli, tetapi cara harus dilakukan sesuai dengan merugikan. Aktivitas jual beli juga harus
syariat Islam, tidak boleh merugikan orang lain, dilandasi oleh rasa suka sama suka. Apabila tidak
tidak saling menipu orang lain, kepentingan umum ada persetujuan dari pihak pembeli dan orang yang
dan bebas memilih sehingga tidak ada unsur menjual maka dianggap tidak sah karena bisa saja
memaksa.9 keputusan yang diambil hanya keinginan dari salah
Dari beberapa teori diatas dapat di pahami satu pihak. Penerapan uang muka bisa merugikan
bahwa inti Jual beli adalah suatu perjanjian tukar salah satu pihak dan mengurangi tujuan
menukar benda atau barang yang mempunyai nilai menciptakan kemaslahatan bagi sesama umat.
secara sukarela di antara kedua belah pihak, yang Padahal Islam mengajarkan agar manusia saling
satu menerima benda-benda dan pihak lain tolong menolong dalam berbuat kebaikan dan
menerima sesuai dengan perjanjian atau ketentuan bukan pada perbuatan yang merugikan orang lain.
yang telah dibenarkan syara’ dan disepakati. Pada Adapun rukun jual beli menurut jumhur
dasarnya jual beli adalah memindahkan barang ulama ada empat, yaitu:
dari tangan penjual ke tangan pembeli barang yang 1. Ba’I (penjual)
2. Mustari (pembeli)
26
Gufron A. Mas’adi, Fiqh Muamalah
Kontekstual, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
25
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian 2002),135.
27
Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta : PT. Rineka Cipta, Ahmad bin Qudamah, Al-Mughni, Juz V,
2002, Cet.XII),149. (Beirut-Lebanon: Dar Al-Kutb AlIlmiyah, t,th.), 331.
‘anhuma. Hanabilah juga mengajukan riwayat Pemahaman fiqh As-Syafi’I ini untuk
yang menunjukkan bolehnya jual-beli ini. ‘Abdur menghidari dari isi kandungan surah an-Nisa ayat
Razzaq meriwayatkan dalam Mushannaf-nya dari 29. Yang berbunyi.
Zaid ibn Aslam, ia menyatakan: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah
ا ِن فِيƒƒَلَّ َم ع َْن ْالعُرْ بƒ ِه َو َسƒلَّى هَّللا ُ َعلَ ْيƒص
َ ِ و ُل هَّللاƒأَنَّهُ ُسئِ َل َر ُس kamu saling memakan harta sesamamu dengan
ْالبَي ِْع فَأ َ َحلَّه jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan
“Rasulullah Saw ditanya tentang jual-beli yang Berlaku dengan suka sama-suka di antara
sistem ‘urban, dan beliau membolehkannya.” kamu. dan janganlah kamu membunuh dirimu
Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang
Uang muka bersifat sebagai ganti rugi jika kepadamu”
calon pembeli tidak jadi membeli golok yang
diperjanjikan karena uang mempunyai kesamaan Sedangkan Pemahaman fikih Hanbali
dengan sistem booking (pemesanan). tentang jual beli uang muka berpendapat bahwa
KESIMPULAN jual beli tersebut adalah sah. Berdasarkan Hadis
Praktek yang tejadi di PG. Binangkit yang diriwayatkan oleh Zaid bin Aslam dan Atsar
Cibeureum Tanjungsiang Kabupaten Subang sahabat atau praktek sahabat Nabi saw, yaitu Umar
bahwa jual beli golok dengan cara uang panjar yang membeli bangunan penjara kepada Safwan
akad salam antara penjual golok dan pembeli. bin Ummayyah.
Pembeli menyerahkan sejumlah uang kepada “Rasulullah Saw ditanya tentang jual-beli
penjual, maka uang muka ini sebagai bagian dari sistem ‘urban, dan beliau membolehkannya.”
harga, pembeli memberikan uang kepada penjual
dan mengatakan uang tersebut uang tanda jadi. Pendapat yang berhubungan erat di PG.
Kemudian si penjual memberikan jangka waktu Binangkit Cibeureum Tanjungsiang antara
dua minggu untuk pembayaran penuh dengan pendapat fikih As-Syafi’i dan fikih Hanbali
harga tanah yang di sepakati dan juga membuat tentang pelaksanaan jual beli golok dengan system
kesepakatan apabila pembeli membatalkan atau uang panjar adalah pendapat fikih Hanbali dimana
tidak jadi membelinya maka uang panjar/uang praktek tersebut melakukan jual beli golok dengan
muka menjadi milik penjual. memakai uang panjar karena jual beli yang terjadi
Pendapat fikih As-Syafi’i mengenai jual beli di PG. Binangkit Cibeureum Tanjungsiang adalah
uang muka adalah tidak sah berdasarkan, Hadis boleh karena hal tersebut untuk memastikan
yang diriwayatkan oleh Amru bin Syuaib yang keberlangsungan transaksi dan jaga-jaga atas jaul
berbunyi. beli golok.
“dari amru bin Syu’aib dari ayahnya dan kakeknya Berdasarkan tinjauan ekonomi syariah hasil
meridhoi Allah akanya bahwa Nabi bersabda: analisis peneliti maka transaksi jual beli golok baik
Nabi saw melarang jual-beli ‘urban‛28 (HR Abu dengan sistem panjar sudah sesuai dengan syariah
Daud)” baik dari ketentuan terkait sighat al-aqd, ketentuan
terkait para pihak, ketentuan terkait Mutsman
28
(mabi’),dan ketentuan terkait Tsam
Muhamad al-Khatib as-Syarbaini, Mugniy al-
Muhtaj, Juz 2 (Beirut: Dar al-Fikr, 1978), 316.